• Tidak ada hasil yang ditemukan

S PKR 1105512 Chapter2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S PKR 1105512 Chapter2"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

DAN HIPOTESIS

1.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Konsep Kompetensi siswa administrasi perkantoran

2.1.1.1 Kompetensi Siswa

Kompetensi menurut E. Mulyasa (2005:37) merupakan perpaduan dari

pengetahuan, keterampilan dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir

dan bertindak.

Mengacu pada paparan di atas kompetensi siswa dapat diartikan sebagai

kemampauan hasil belajar dalam bentuk penguasaan pegetahuan, sikap dan

keterampilan dari siswa. Kompetensi yang dimaksud adalah kompetensi lulusan

yang dulunya berstatus sebagai siswa.

McAshan (1981) yang dikutip E.Mulyasa mengemukakan bahwa

kompetensi:

“...is a knowledge, skills, and abilities or capabilities that a person

achieves, which become part of his or her being to the exent he or she can

satisfactorily perform particular cognitive, afective, and psychomotor

behaviors.”

Kompetensi dapat diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan dan

kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya,

sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif dan psikomotorik

dengan sebaik-baiknya.

Finch & Crunkilton dalam E. Mulyasa (2005) mengartikan kompetensi

sebagai penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan, sikap dan apresiasi yang

diperlukan untuk menunjang keberhasilan. Pendapat tersebut menunjukan bahwa

kompetensi mencakup tugas, keterampilan, sikap dan apresiasi yang harus

dimiliki oleh setiap orang untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas sesuai dengan

jenis pekerjaan tertentu, sehingga terdapat hubungan antara tugas yang dipelajari

(2)

Gordon dalam E. Mulyasa (2005) menjelaskan beberapa aspek yang

terkandung dalam konsep kompetensi sebagai berikut: (1) Pengetahuan

(knowlegde); yaitu kesadaran dalam bidang kognitif. (2) Pemahaman

(understanding); yaitu kesadaran dalam bidang kognitif dan afektif yang dimiliki

individu. (3) Kemampuan (skill); adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk

melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya. (4) Nilai (value);

adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini dan secara psikologis telah

menyatu dalam diri seseorang. (5) Sikap (attitude); yaitu perasaan atau reaksi

terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar. (6) Minat (interest); adalah

kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan.

Berdasarkan pengertian di atas, maka kompetensi dapat di artikan bahwa

kompetensi merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan dan sikap yang

harus dimiliki oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya.

1. Pengetahuan siswa

Pengetahuan menurut Bloom yang dikutip Winkel (1996), didefinisikan

sebagai kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengingat dan

mengungkap kembali pengetahuan, rumus, konsep, prinsip, materi dan kejadian

baik pada hal-hal yang umum maupun hal-hal yang khusus. Pengetahuan juga

merupakan tingkah laku dan situasi yang menekankan tentang pengingatan

(remembering), apakah itu mengenal atau mengungkap ide-ide, bahan-bahan atau

gejala. Pengetahuan yang dimiliki seseorang dapat mengembangkan potensi dan

kemampuan secara maksimum untuk mengambil keputusan dalam memecahkan

masalah yang dihadapinya untuk menyesuaikan diri.

Berdasar pendapat diatas dapat diambil pengertian bahwa pengetahuan

merupakan kemampuan, tingkah laku dan situasi yang menekankan tentang

pengingatan. Pengetahuan dapat mengembangkan potensi dan kemampuan secara

maksimum untuk mengambil keputusan dan memecahkan masalah yang dihadapi

oleh seseorang.

Pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengetahuan

(3)

dunia kerja yang mencakup pemahaman, penerapan, analisis dan evaluasi yang

dilihat dari penguasaan teori yang pernah diajarkan di sekolah.

2. Ketrampilan Siswa

Menurut Nana Sudjana (2010:68), keterampilan adalah pola kegiatan yang

bertujuan, yang memerlukan manipulasi dan koordinasi informasi yang dipelajari.

Keterampilan ini dapat dibedakan menjadi dua kategori, yakni keterampilan fisik

dan keterampilan intelektual. Menurut Muhibin Syah (2006:121), keterampilan

adalah kegiatan yang berhubungan dengan urat syaraf dan otot-otot yang lazimnya

tampak dalam kegiatan jasmaniah.

Keterampilan siswa menurut Rusyadi yang dikutip Yanto (2005), diartikan

sebagai kemampuan seseorang terhadap suatu hal yang meliputi semua

tugas-tugas kecakapan, sikap, nilai dan kemengertian yang semuanya dipertimbangkan

sebagai sesuatu yang penting untuk menunjang keberhasilannya didalam

penyelesaian tugas.

3. Sikap Siswa

Sikap siswa adalah reaksi yang ditunjukkan siswa atau peserta didik

selama proses pembelajaran berlangsung maupun setelahnya. Menurut Muhibin

Syah (2006: 149) sikap siswa adalah gejala internal yang berdimensi afektif

berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon (response tendency) dengan

cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara

positif maupun negatif. Menurut Yamin, M., (2005:32) sikap dan perilaku siswa

merupakan tujuan yang berhubungan dengan perasaan, emosi, sistem nilai, dan

sikap hati (attitude) yang menunjukkan penerimaan atau penolakan terhadap

sesuatu.

Bloom dalam Suparno, S (2001) berpendapat bahwa sikap siswa memiliki

tiga komponen yaitu kognitif, afektif, dan konatif. Komponen kognitif merupakan

pengetahuan individu tentang objek sikap, komponen afektif merupakan

keyakinan individu dan penghayatan orang tersebut tentang objek sikap, apakah ia

(4)

merupakan kecenderungan kuat untuk berbuat, melakukan sesuatu sesuai dengan

perasaan dan pengetahuaannya terhadap objek.

2.1.1.2 Kompetensi Siswa Administrasi Perkantoran

Administrasi perkantoran merupakan suatu bagian dari manajemen yang

berhubungan dengan pelayanan (service) dalam perolehan, pencatatan dan

penganalisisan informasi, perencanaan, serta pengkomunikasian agar organisasi

dapat merawat aktivanya, menegembangkan fungsi fungsi dan kegiatanya, serta

mencapai sasaranya mengembangkan fungsi fungsi dan kegiatanya, serta

mencapai sasaranya dengan optimal. Menurut Kurikulum SMK 2004 (2004: 8) menyebutkan bahwa “kompetensi Siswa Administrasi Perkantoran adalah kompetensi kejuruan yang dapat membekali peserta didik dengan kompetensi

yang spesifik sesuai dengan kebutuhan dunia kerja pada bidang keahlian yang dipilihya”.

Seiring dengan tuntutan dunia bisnis yang semakin berkembang, fungsi

administrasi perkantoran mengalami pergeseran dari fungsi statis ke fungsi

dinamis. Administrasi Perkantoran dewasa ini tidak hanya berkaitan dengan

pekerjaan-pekerjaan kertas (paper works) dan ketatausahaan (clerical works) saja,

melainkan mencakup pengelolaan informasi yang harus dikelola secara sistemais

agar berguna dalam pembuatan keputusan. Dengan perkataa lain, Administrasi

perkantoran telah mengalami perubahan paradigm structural (Sastradipoera,

2001:109). Pergeseran paradigma tersebut dapat dilihat dari sejumlah indikator

seperti disajikan dalam Tabel berikut :

Tabel 2.1

Perubahan Paradigma Manajemen Perkantoran

Paradigma Konvensional Paradigma Struktural

1. Bersifat tayloristik,

manajemen perkantoran

1.Bersifat Druckeristik, manajemen perkantoran sebaga kajian menegenai system informasi untuk pembuatan keputusan.

(5)

Paradigma Konvensional Paradigma Struktural keputusan, dan (d) merawat aktiva. 3. Bersifat manajerial, manajemen

perkantoran menyajikan informasi untuk proses pembuatan keputusan bagi semua hirarki manajemen, baik keputusan teknis, keputusan eksekutif, maupun keptusan manajerial.

4. Bersifat partisipatif, manajemen perkantoran mempunyai fungsi yang sama dengan fungsi manajemen lainya.

Sumber : Sastradipoera (2001: 109-110)

Sastradipoera (2011: 109-110) menyebutkan bahwa :

Pergeseran paradigma tentunya berimplikasi pada tuntutan kompetensi

yang harus dikuasai oleh para calon tenaga kerja pada bidang keahlian

administrasi perkantoran. Sehngga, SMK Program Keahlian Admninistrasi

Perkantoran harus membekali siswanya tidak hanya dengan keterampilan teknis

klerikal dan ketatausahaan, melainkan lebih menekankan pada penguasaan

teknologi informasi.

Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) bidang keahlian

sekretaris/Administrasi perkantoran meliputi kompetensi umum, kompetensi

utama/inti, dan kompetensi khusus. Selanjutnya, dalam SKKNI bidang sekretaris

juga dideskripsikan pemaketan unit-unit kompetensi berdasarkan jenjang

pekerjaan dan kualifikasi pendidikan secara garis besar, pemaketan unit-unit

kompetensi tersebut dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 2.2

Sertifikat I Sekretaris junior,Operator,

(6)

Sertifikat II SMK Junior Administrative Assistant

Sertifikat III D1 Administrative Assistant

Sertifikat IV D2 SeniorAdministrative Assistant

D3 ExecutiveAdministrative Assistant

D4 Senior ExecutiveAdministrative

Assistant

S1 Office Manager

S2 Senior Office Manager

Sumber : SKKNI Sekretaris, Direktorat Dikmenjur (2013:13)

Dari Tabel di atas, terlihat bahwa lulusan SMK Program Keahlian

Administrasi Perkantoran diproyeksikan untuk bekerja pada level Junior

Administrative Assistant dengan lingkup tugas administrasi seperti membuat

dokumen, Spread sheet, dan bahan presentasi melalui pemakaian software yang

sesuai; menggunakan internet untuk mencari data; menerima dan meneruskan

telepon masuk kepada yang dituju; dan membantu pekerjaan yang dilimpahkan

baik oleh Administrative Assistant maupun executive Administrative Assistant

(SKKNI Sekretaris 2003).

Kompetensi Merupakan suatu hal yang harus dimiliki oleh siswa. Pada

dasarnya kompetensi adalah suatu pemilikan pengetahuan, keterampilan dan

kemampuan. Kurikulum SMK 2004 (2004:8) Menyebutkan bahwa “kompetensi

siswa Administrasi Perkantoran adalah kompetensi kejuruan yang membekali

peserta didik dengan kompetensi-kompetensi spesifik yang sesuai dengan

kebutuhan dunia kerja.

Lebih spesipik lagi, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMK

Program Keahlian Admninistrasi Perkantoran mendeskripskan indikator khusus

kompetensi Administrasi Perkantoran yang harus dimiliki bagi tiap-tiap lulusan

adalah sebagai berikut:

Tabel 2 3

Indikator Kompetensi Administrasi Perkantoran

Kapabilitas Indikator

1) Konseptual Daya tangkap yang baik

Berpikir analitis

2) Sosial

Komunikatif

Hangat

(7)

Kapabilitas Indikator

3) Sikap kerja

Sistematis

Perfeksionis

Terencana

4) Teknis

Bekerja dengan manajemen tools

Pelaporan kerja baik

Filling sistem baik

Traffic manajemen baik

2.1.1.3 Kompetensi Siswa SMK

Menurut Ekasari (2005:16) menjelaskan bahwa kompetensi yang harus

dikuasai siswa terdiri dari atas kompetensi dasar, kompetensi umum, kompetensi

teknis atau operasional, dan kompetensi professional selanjutnya, kencana

(2006:39-41) merinci kompetensi-kompetensi tersebut sebagai berikut:

1. Kompetensi dasar

Kompetensi dasar merupakan kompetensi atau kecakapan awal yang

perlu dikuasai untuk menguasai kompetensi lain yang lebih tinggi.

Berbicara, membaca, dan berhitung termasuk kedalam kompetensi ini.

2. Kompetensi Umum

Kompetensi umum merupakan penguasaan kecakapan dan

keterampilan yang diperlukan dalam kehidupan, baik dalam kehidupan

kelaurga, di sekolah, di masyarakat ataupun di lingkungan kerja.

3. Kompetensi Teknis atau Operasional dan pengetahuan dalam

kenyataan, kehidupan atau pekerjaan.

4. Kompetensi Professional

Kompetensi Professional sudah merupakan kompetensi tingkat tinggi

yang mencakup kemampuan dalam proses analisis, sinstesis,

evaluative, pemecahan masalah serta kemampuan melakukan inovasi.

Menurut Suherman (2008) “Kompetensi” (competency) adalah kata yang setara dengan kemampuan. Siswa yang telah memiliki kompetensi mengandung

arti bahwa siswa telah memahami, memaknai dan memanfaatkan materi pelajaran

(8)

(psikomotorik) sesuatu berdasarkan ilmu yang telah dimilikinya, yang pada tahap

selanjutnya menjadi kecakapan hidup (life skill).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi

operasional atau teknis pada dasarnya memiliki aspek-aspek yang sama dengan

kompetensi professional, yaitu perilaku atau performansi, pengetahuan ,

keterampilan, proses, penyesuain diri, sikap dan nilai. Perbedaanya terletak pada

kompleksitas dan tingkat kesukaranya. Komptensi operasional-teknis terkait

dengan operasi, tugas, atau pekerjaan yang lebih sederhana, bersifat mekanistis

dan reatif lebih mudah. Sedangkan kompetensi profesional berhubungan dengan

tugas yang lebih kompeleks, problematik, dan melibatkan kemampuan tahap

tinggi dalam proses menganalisis, menilai, menarik keputusan, memecahkan

masalah, dan menciptakan hal baru.

Sesuai dengan tuntutan KBK, Nurjaman (2007:14) merinci empat

kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa, yakni sebagai berikut:

1. Kompetensi akademik, artinya peserta didik harus memiliki

pengetahuan dan keterampilan dalam mengatasi tantangan dan

persoalan hidup secara independen dengan mengaplikasikan atau

menerapkan teori, konsep, kaidah, prinsip, dan model dalam

kehidupan.

2. Komepetensi Okupasional, artinya peserta didik harus memiliki

kesiapan dan mampu beradaptasi terhadap dunia kerja.

3. Kompetensi kultural, artinya peserta didik harus mampu menempatkan

diri sebaik-baiknya dalam system budaya dan tata nilai masyarakat

yang pluralistik.

4. Kompetensi temporal, artinya peserta didik tetap eksis dalam

menajalani kehidupan, serta mampu memanfaatkan ketiga kemampuan

dasar yang telah dimiliki sesuai dengan perkembangan zaman.

Berdasarkan uraian diatas dapat dijelaskan bahwa kompetensi yang harus

dimiliki siswa selama proses dan sesudah pembelajaran adalah kemampuan

kognitif, (pemahaman, penalaran, aplikasi, analisis observasi identifikasi,

investigasi, eksplorasi, koneksi, komunikasi, ikuiri, hipotesis, generalisasi,

(9)

mencakup kesadaran diri, pengelolaan suasana hati, pengendalian implusi,

motivasi aktifitas positif, empati), dan kemampuan psikomotorik (sosiaisasi dan kepribadian yang mencakup kemampuan argumentasi, presentasi, perilaku)”.

2.1.1.4 Dimensi Kompetensi Lulusan

Menurut Fattah dalam Santoso (2004:28), ada empat kategori yang

dijadikan indikator dalam menentukan tingkat keberhasilan pendidikan dalam

mengembangkan kompetensi lulusan, yaitu: (1) dapat tidaknya seorang lulusan

melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi, (2) dapat tidaknya memperoleh

pekerjaan, (3) besarnya penghasilan (gaji) yang diterima, dan (4) sikap perilaku

dalam konteks sosial budaya dan politik.

Standar kompetensi lulusan yang diharapkan mencakup pengetahuan,

keterampilan dan sikap, digolongkan menjadi tiga aspek, yaitu: (1) kemampuan

kognitif meliputi: pengamatan, hafalan, pemahaman, penggunaan (aplikasi),

analisis, sintesis dan evaluasi, (2) kemampuan afektif meliputi: penerimaan,

sambutan, penghargaan (apresiasi), pendalaman (internalisasi), dan penghayatan,

(3) kemampuan psikomotor meliputi: keterampilan bergerak (atau bertindak),

keterampilan ekspresi verbal dan non verbal (Abin S.Makmun, dalam Santoso

2004:167).

Sesuai dengan Pasal 2 Undang Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, bahwa pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 3,

menegaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangan kemampuan

dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut diperlukan profil

kompetensi lulusan yang bemutu, dituangkan dalam standar kompetensi lulusan.

Dalam penjelasan Pasal 35 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, disebutkan

(10)

yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik yang harus

dipenuhinya atau dicapainya dari suatu satuan pendidikan pada jenjang

pendidikan dasar dan menengah (Santoso, 2015:65-66).

2.1.2 Daya Saing

2.1.2.1 Pengertian Daya saing

Porter (1994: ix-xvii) dalam Tumar Sumihardjo (2008:8) menyebutkan

bahwa: istilah daya saing sama dengan competitiveness atau competitive,

sedangkan istilah keunggulan bersaing sama dengan competitive advantage.

Secara bebas, Tumar Sumihardjo (2008:8), memberikan penjelasan tentang istilah

daya saing ini. Daya saing bermakna kekuatan, dan kata saing berarti mencapai

lebih dari yang lain, atau beda dengan yang lain dari segi mutu, atau memiliki

keunggulan tertentu. Artinya daya saing dapat bermakna kekuatan untuk berusaha

menjadi unggul dalam hal tertentu yang dilakukan seseorang, kelompok atau

institusi tertentu.

Hal senada diungkapkan oleh Rangkuti (2003) dalam Kuncoro (2008:73), bahwa: “Keunggulan bersaing merupakan kegiatan spesifik yang dikembangkan oleh perusahaan agar lebih unggul dibandingkan dengan pesaingnya”. Kata unggul, berdasarkan pendapat Tumar Sumihardjo (2008) dan Rangkuti (2003) di

atas, merupakan posisi relatif organisasi terhadap organisasi lainnya. Hal ini

seperti diungkapkan oleh Agus Rahayu (2008:66) bahwa keunggulan merupakan

posisi relatif dari suatu organisasi terhadap organisasi lainnya, baik terhadap satu

organisasi, sebagian organisasi atau keseluruhan organisasi dalam suatu industri.

Dalam perspektif pasar, posisi relatif tersebut pada umumnya berkaitan dengan

nilai pelanggan (customer value). Sedangkan dalam perspektif organisasi, posisi

relatif tersebut pada umumnya berkaitan dengan kinerja organisasi yang lebih baik

atau lebih tinggi.

Berdasarkan pengertian di atas dapat diambil satu kesimpulan bahwa suatu

organisasi, termasuk sekolah, akan memiliki keunggulan bersaing atau memiliki

potensi untuk bersaing apabila dapat menciptakan siswa lulusan yang unggul dan

menawarkan nilai pelanggan yang lebih atau kinerjanya lebih baik dibandingkan

(11)

Sementara dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses, dalam dinyatakan bahwa:” daya saing adalah kemampuan untuk menunjuk kan hasil lebih baik, lebih cepat atau lebih bermakna”. Kemampuan yang dimaksud dalam Permendiknas No. 41 tahun 2007 tersebut, diperjelas oleh Tumar Sumihardjo (2008:11), meliputi:

1. kemampuan memperkokoh posisi pasarnya.

2. kemampuan menghubungkan dengan lingkungannya. 3. kemampuan meningkatkan kinerja tanpa henti

4. kemampuan menegakkan posisi yang menguntungkan.

Merujuk pada paparan berbagai ahli di atas maka dapat diambil satu

kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan daya saing dalam penelitian adalah

kekuatan, kemampuan dari lulusan dalam menguasai dan melaksanakan pekerjaan

ditempat kerja. Jadi, dengan demikian daya saing lulusan ukuranya dapat dilihat

dari proses pelaksanaan perkejaan atau kinerja pegawai dalam melakukan

pekerjaan.

2.1.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Daya Saing

Menurut (Kuncoro, 2008:95), tinggi rendahnya daya saing seseorang

organisasi/ instansi tergantung kepada faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Dalam konteks daya saing pendidikan, secara eksplisit mengungkapkan beberapa

faktor yang mempengaruhi daya saing pendidikan, yaitu: (1) kualitas sumber

daya, (2) dukungan pemerintah, serta (3) partisipasi masyarakat dan dunia

usaha/dunia industri.

Lebih jauh, Kuncoro (2008:102) menyebutkan bahwa berangkat dari

konsep persaingan industri dari Porter (1993), terdapat lima kekuatan yang

mempengaruhi persaingan dalam dunia pendidikan: (1) munculnya satuan

pendidikan baru, termasuk lembaga asing yang membuka cabangnya di Indonesia,

(2) dibukanya jurusan atau program studi baru oleh sekolah lain yang lebih

menarik, (3) terjadinya perubahan dan peningkatan kebutuhan dari masyarakat

pengguna lulusan sekolah; (4) terjadinya perubahan dan peningkatan kebutuhan

dari para calon peserta didik/orang tua peserta didik atas jenis dan layanan

(12)

pendidikan yang sudah ada. Kelima kekuatan daya dalam persaingan tersebut

diragakan dalam Gambar 2.1.

Selanjutnya pendapat lainnya, dikemukan oleh Agus Rahayu (2008:65)

yang menyebutkan ada beberapa aspek yang dapat menjadi daya tarik suatu organisasi hingga organisasi tersebut akan memiliki daya saing, antara lain: “(1) aspek pertumbuhan pasar, yang mencakup: ukuran pasar, tingkat pertumbuhan

dan potensi pasar; (2) aspek intensitas persaingan, mencakup: jumlah organisasi, kemudahan untuk masuk dan produk substitusi; serta (3) aspek akses pasar.”

Crevans (1996) mengutip pendapat Day & Wensley menyebutkan bahwa

keunggulan bersaing dipandang sebagai suatu proses dinamis. Prosesnya meliputi

sumber keunggulan, keunggulan posisi, dan prestasi akhir suatu investasi laba

untuk mempertahankan keunggulan bersaing (Gambar 2.2).

Berdasarkan pendapat Tumar Sumihardjo (2008), Porter (1993), Kuncoro

(2008) dan Agus Rahayu (2008) dalam Uep Tatang Sontani (2015), maka dapat

dikemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing sekolah antara lain:

(1) pimpinan sekolah, (2) sistem keuangan, (3) infrastruktur dan sumber daya, (4)

tata kelola sekolah, (5) tanggung jawab sosial sekolah, (6) kualitas sumber daya

manusia, (7) kebijakan pemerintah; (6) partisipasi masyarakat dan dunia

(13)

Sumber: Diadaptasi dari Porter (1993:7); Kuncoro (2008:102)

Gambar 2.1. Kekuatan yang mendorong antar sekolah

Sumber: Crevans (1996) Gambar 2.2

Proses keunggulan bersaing

2.1.2.3 Strategi meraih keunggulan bersaing

Menurut agus Rahayu (2008: 66-67) Setiap organisasi mengharapkan

memiliki keunggulan bersaing terhadap organisasi lainnya. Dalam hal ini dua strategi dasar yang bisa dilakukan oleh organisasi, yaitu: “strategi bersaing

(competitive strategy) dan strategi kerja sama (cooperative strategy)”. Strategi

(14)

bersaing akan efektif apabila suatu organisasi memiliki sumber daya yang lebih

baik (superior resources). Sebaliknya apabila sumberdaya yang dimiliki imperior

(imperior resources), maka cooperativestrategy. tepat untuk dipilih.

Sumber: Agus Rahayu (2008:67) Gambar 2.3 Strategi meraih bersaing

Berkaitan dengan strategi bersaing (competitive strategy), Agus Rahayu

(2008:67) menerangkan lebih lanjut, bahwa:

Dalam skenario perancangan dan implementasinya strategi bersaing terdapat dua skenario yang dapat dipilih, yaitu skenario biaya (cost

strategy) dan skenario manfaat unik (differentiation strategy). Substansi

cost strategy berkaitan dengan penciptaan dan penawaran produk, untuk

satu satuan manfaat yang relatif sama, dengan harga yang lebih rendah. Dalam hal ini, suatu satuan pendidikan menawarkan program dan atau manfaat tertentu (relatif sama dengan yang ditawarkan satuan pendidikan sejenis) dengan harga yang lebih rendah. Sedangkan substansi

differentiation strategy berkaitan dengan penciptaan dan penawaran

produk, untuk satu satuan manfaat yang lebih unik, dengan harga yang relatif sama. Untuk meraih keunggulan, suatu satuan pendidikan dapat menawarkan program dan atau manfaat yang lebih unik daripada yang ditawarkan satuan pendidikan sejenis dengan harga yang relatif sama.

Sementara cooperative strategy, dijelaskan oleh Agus Rahayu (2008:69) bahwa: “Cooperative strategy digunakan untuk meraih keunggulan melalui kerja sama dengan yang lain. Pada umumnya bentuk kerja sama yang dipilih adalah

aliansi strategi (strategic alliance)”.

Senada dengan Agus Rahayu (2008:69), strategi aliansi diungkapkan oleh

Pietras & Stormer (2001) dalam Kuncoro (2008:111) bahwa: Superior

Resources

Imperior Resources Resources

Competitive Strategy

Cooperative Strategy

Superior Customer Value

Advantage

(15)

Strategic alliances are a way for companies with complementary strengths to enter a given market more effectively an efficiently than either alliance partner could manage alone. Strategic alliances allow companies to minimize risks relating to their technological, market, or competitive environment.

Berdasarkan definisi strategi aliansi dari Pietras & Stormer (2001) tersebut

dapat diketahui bahwa startegi aliansi dilakukan oleh perusahaan untuk

memperoleh kekuatan dalam memasuki sebuah pasar, karena dengan strategi

aliansi perusahaan dapat meminimalkan resiko yang berkaitan dengan teknologi,

kekuatan pasar dan persaingan lingkungan sekitarnya.

Definisi lain disampaikan oleh Michael A. Hitt (1997) dalam Kuncoro

(2008:112), yang menyebutkan aliansi strategi sebagai: “kemitraan perusahaan

-perusahaan sehingga sumber daya, kemampuan dan kompetensi inti digabungkan untuk meraih kepentingan dan tujuan bersama”.

Dari pendapat Agus Rahayu (2008), Pietras & Stormer (2001), Kuncoro

(2008), dan Michael A. Hitt (1997) dalam Kuncoro (2008:112) di atas terungkap

tentang pentingnya sinergi antara kelembagaan sekolah dengan masyarakat dalam

rangka meningkatkan daya saing sekolah. Hal ini didukung oleh pendapat

Kuncoro (2008:97) yang menyebutkan bahwa:

Faktor yang cukup penting untuk dilakukan oleh lembaga pendidikan dalam rangka meningkatkan daya saingnya adalah dengan melakukan aliansi strategis. Aliansi strategis kepada dunia usaha sebagai link and

match pendidikan dengan dunia usaha/industri merupakan salah satu upaya

dalam meningkatkan daya saing lembaga pendidikan.

Berkaitan dengan strategi aliansi ini, Kuncoro (2008:112) menyebutkan

beberapa alasan organisasi melakukan sinergi atau kemitraan antara lain:

(a) memperoleh akses ke dalam pasar baru, (b) memasuki bisnis baru, (c)

memperkenalkan produk baru, (d) mengatasi halangan perdagangan, (e)

menghindari persaingan tidak sehat, (f) memperoleh akses ke dalam

sumberdaya komplementer, (g) menggabungkan sumber daya,

keahlian, dam modal resiko, (h) berbagi resiko, dan (i) berbagi biaya

(16)

2.2 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.4 Penelitian terdahulu

No Nama

Penulis Jurusan Judul Kesimpulan

(17)

No Nama

Penulis Jurusan Judul Kesimpulan

Kompetensi Siswa di SMK Negeri 11 Bandung

SMK 11 Bandung

2.3 Kerangka Pemikiran

Grand teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori MSDM.

Manajemen Sumber Daya manusia mempunyai peran penting dalam organisasi

atau perusahaan. Hal tersebut mempunyai arti yang sama pentingnya dengan

pekerjaan itu sendiri, mengingat pentingnya peran Sumber Daya Manusia dalam

organisasi atau perusahaan, SDM sebagai faktor penentu organisasi atau

perusahaan maka kompetensi menjadi aspek yang menentukan keberhasilan

organisasi atau perusahaan. Dengan kompetensi yang tinggi yang dimiliki oleh

SDM dalam suatu organisasi atau perusahaan tentu hal ini akan menentukan

kualitas SDM yang dimiliki yang pada akhirnya akan menentukan kualitas

kompetitif perusahaan atau organisasi itu sendiri (Mitrani, Palziel and Fitt, 1992 :

14).

Berdasarkan teori di atas dapat diambil satu kesimpulan bahwa suatu

organisasi, termasuk sekolah, akan memiliki keunggulan bersaing atau memiliki

potensi untuk bersaing apabila dapat menciptakan kualitas SDM yang memiliki

nilai kompetitif yang baik. Hal ini berarti sekolah sebagai suatu wadah yang

menjadi tempat pengembangan aspek kompetensi harus mampu pula menciptakan

lulusan yang unggul dan menawarkan nilai yang lebih atau kinerjanya lebih baik

dibandingkan dengan sekolah lainnya.

Menurut Tumar Sumihardjo (2008:8) memberikan penjelasan tentang

istilah daya saing ini, yaitu kata daya dalam kalimat daya saing bermakna

kekuatan, dan kata saing berarti mencapai lebih dari yang lain, atau beda dengan

yang lain dari segi mutu, atau memiliki keunggulan tertentu. Daya saing dapat

bermakna kekuatan untuk berusaha menjadi unggul dalam hal tertentu yang

dilakukan seseorang atau kelompok atau institusi tertentu. Keunggulan yang

dimaksud berkaitan dengan kinerja organisasi yang lebih baik atau lebih tinggi.

Indikator yang digunakan dalam penelitian ini didasari oleh pendapat Tumar

(18)

Mengacu pada pendapat di atas, maka dapat dikatakan bahwa pentingnya

kinerja lulusan tidak lepas dari pengembangan kompetensi. Pengembangan

kompetensi tersebut tentunya tidak lain adalah untuk menciptakan lulusan dengan daya saing yang tinggi. Kompetensi lulusan SMK tercermin dari “kualifikasi lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.” (Ketentuan umum

pemerintah RI. No 19 2005 tentang standar nasional pendidikan pasal 1, ayat 4),

yang secara terstandar relevan dengan perubahan kebutuhan terhadap tenaga kerja

maupun untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Kompetensi menurut E. Mulyasa (2005:37) merupakan perpaduan dari

pengetahuan, keterampilan dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir

dan bertindak.

1 Pengetahuan siswa

Pengetahuan menurut Bloom yang dikutip Winkel (1996), didefinisikan

sebagai kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengingat dan

mengungkap kembali pengetahuan, rumus, konsep, prinsip, materi dan kejadian

baik pada hal-hal yang umum maupun hal-hal yang khusus. Pengetahuan juga

merupakan tingkah laku dan situasi yang menekan kan tentang pengingatan

(remembering), apakah itu mengenal atau mengungkap ide-ide, bahan-bahan atau

gejala. Pengetahuan yang dimiliki seseorang dapat mengembangkan potensi dan

kemampuan secara maksimum untuk mengambil keputusan dalam memecahkan

masalah yang dihadapinya untuk menyesuaikan diri.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat diambil pengertian bahwa

pengetahuan merupakan kemampuan, tingkah laku dan situasi yang menekankan

tentang pengingatan. Pengetahuan dapat mengembangkan potensi dan

kemampuan secara maksimum untuk mengambil keputusan dan memecahkan

masalah yang dihadapi oleh seseorang.

Pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengetahuan

dalam obyek tertentu, yaitu pengetahuan dalam penyiapan diri untuk memasuki

dunia kerja yang mencakup pemahaman, penerapan, analisis dan evaluasi yang

(19)

2 Ketrampilan Siswa

Menurut Nana Sudjana (1987:68), keterampilan adalah pola kegiatan yang

bertujuan, yang memerlukan manipulasi dan koordinasi informasi yang dipelajari.

Keterampilan ini dapat dibedakan menjadi dua kategori, yakni keterampilan fisik

dan keterampilan intelektual. Menurut Muhibin Syah (2006:121), keterampilan

adalah kegiatan yang berhubungan dengan urat syaraf dan otot-otot yang lazimnya

tampak dalam kegiatan jasmaniah.

Keterampilan siswa menurut Mulyasa E., (2005), diartikan sebagai

kemampuan seseorang terhadap suatu hal yang meliputi semua tugas-tugas

kecakapan, sikap, nilai dan kemengertian yang semuanya dipertimbangkan

sebagai sesuatu yang penting untuk menunjang keberhasilannya didalam

penyelesaian tugas.

3 Sikap Siswa

Sikap siswa adalah reaksi yang ditunjukkan siswa atau peserta didik

selama proses pembelajaran berlangsung maupun setelahnya. Menurut Muhibin

Syah (2006: 149) sikap siswa adalah gejala internal yang berdimensi afektif

berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon (response tendency) dengan

cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara

positif maupun negatif. Menurut Martinis, M (2005:32) sikap dan perilaku siswa

merupakan tujuan yang berhubungan dengan perasaan, emosi, sistem nilai, dan

sikap hati (attitude) yang menunjukkan penerimaan atau penolakan terhadap

sesuatu.

Berpijak pada uaraian di atas maka kompetensi siswa administrasi

perkantoran mencakup Pengetahuan, keterampilan dan sikap. Hal ini yang harus

dimiliki oleh siswa agar dapat melaksanakan tugas-tugas yang dipelajarinya di

sekolah sesuai dengan kemampuan yang diperlukan oleh dunia kerja. Standar

kompetensi lulusan akan dapat menentukan daya saing lulusan setiap lembaga

pendidikan, sehingga kualitas sumber daya manusia dapat terus ditingkatkan

sesuai dengan perubahan dan tuntutan zaman. Hal tersebut dapat ditingkatkan

melalui strategi peningkatan keunggulan yang diungkapkan oleh Agus Rahayu

(20)

Tingkat keunggulan dapat terlihat dengan adanya ciri-ciri keunggulan

yang disampaikan oleh Fattah dalam Santoso (2015:65), yaitu (1) Dapat tidaknya

seorang lulusan melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi; (2) Dapat tidaknya

memperoleh pekerjaan; (3) Besarnya penghasilan (gaji) yang diterima; dan (4)

Sikap perilaku dalam konteks sosial, budaya dan politik.

Dengan adanya tingkat keunggulan yang terukur, maka pada akhirnya

kompetensi siswa administrasi perkantoran di SMKN 11 Bandung akan memiliki

daya saing yang tinggi.

Berdasarkan rangkaian uraian teori di atas, dapat digambarkan secara

konseptual pengaruh variabel X terhadap variabel Y adalah sebagai berikut:

Gambar 2.4

Pengaruh variabel X terhadap variabel Y secara konseptual

Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dapat

mempengaruhi kompetensi siswa adalah daya saing lulusan, maka dapat

digambarkan melalui model kerangka pemikiran sebagai berikut :

Gambar 2.5 1. Dapat tidaknya seorang lulusan

melanjutkan ke pendidikan yang

4. Sikap perilaku dalam konteks sosial, budaya dan politik.

Fattah dalam Santoso (2015:65) Daya

Saing Tinggi Strategi meraih keunggulan:

a. Strategi bersaing b. Strategi Kerjasama

(21)

Kerangkan pemikiran pengaruh variabel X terhadap variabel Y

2.4 Hipotesis

“Hipotesis merupakan proposisi yang akan diuji keberlakuannya, atau merupakan suatu jawaban sementara atas pertanyaan penelitian” (Bambang

Prasetyo dan Miftahul Janah, 2012:76).

Sedangkan menurut Sugiyono (2008:96), “Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah

penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan”. Dikatakan

sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang

relevan, belum didasarkan pada fakta empris yang diperoleh melalui pengumpulan

data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap

rumusan masalah penelitian, belum berupa jawaban yang empirik dengan data.

Gambar

Tabel 2.1  Perubahan Paradigma Manajemen Perkantoran
Tabel 2.2  Jenjang Berdasarkan Kualifikasi Pendidikan
Tabel 2 3  Indikator Kompetensi Administrasi Perkantoran
Tabel 2.4  Penelitian terdahulu
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dalam peraturan tersebut dikemukakan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan suatu altenatif konsep yang menawarkan otonomi untuk menentukan

Dalam rangka mendukung peningkatan tata kelola dan pelaksanaan administrasi peserta didik pada satuan pendidikan madrasah, dipandang perlu untuk menyusun suatu nomor unik bagi

Suatu proses pendidikan yang unik dan paling sempurna dibanding studi yang lainnya, karena melalui pendidikan jasmani seorang guru dapat mengembangkan kemampuan setiap