• Tidak ada hasil yang ditemukan

T SEJ 1303157 Chapter3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T SEJ 1303157 Chapter3"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan hal yang utama dalam sebuah penelitian. Metode penelitian digunakan agar peniliti mampu memecahkan masalah yang ditelitinya. Pada bab ini, penulis menjabarkan komponen-komponen metodologi penelitian yang meliputi: lokasi penelitian, subjek penelitian, metode penelitian, intrumen penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data dan prosedur penelitian. Adapun penjabarannya adalah sebagai berikut:

3.1Lokasi Penelitian

Tempat yang dijadikan sebagai lokasi penelitian adalah di SMA Angkasa Lanud Sulaiman yang beralamat di Jalan Terusan Kopo, KM. 10, Kabupaten Bandung. SMA Angkasa Lanud Sulaiman berada Kompleks Pangkalan Angkatan Udara Lanud Sulaiman. Didukung oleh beberapa Tenaga Pendidik dan Kependidikan yang profesional, sarana dan prasarana yang relevan sehingga cocok untuk dijadikan sebagai tempat penelitian. Dasar petimbangan dijadikannya SMA Angkasa Lanud Sulaiman sebagai lokasi penelitian adalah sebagai berikut :

1. SMA Angkasa Lanud Sulaiman merupakan sekolah menengah atas yang berada didalam Kompleks Pangkalan Udara (AU) Lanud Sulaiaman. Sekolah ini bernaung dibawah Yayasan Ardhya Gharini Badan Pengurus Cabang Lanud Sulaiman yang merupakan Yayasan di bawah TNI Angkatan Udara (AU). Dengan keberadaannya di kompleks TNI AU nampaknya ada kekhasan dalam budaya sekolah yang bersinggungan dengan pendidikan karakter.

(2)

pengurusan persuratan izin observasi, akses dalam mendapatkan dokumen-dokumen yang penting untuk digunakan dalam penelitian, seperti dokumen profil sekolah, dokumen pembelajaran. Tingkat perkenalan dengan beberapa informan pula sudah terjalin cukup lama, sehingga tidak canggung lagi ketika melakukan wawancara ataupun penggalian data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian ini.

3.2Subjek Penelitian

Subyek penelitian dalam penelitian ini, yakni peserta didik kelas X Ilmu-ilmu Sosial (IIS) 1, XI Ilmu-ilmu Sosial (IIS) 1. Dengan dasar pertimbangan, kelas tersebut diterapkan pendidikan karakter dalam pembelajaran sejarah, pada mata pelajaran Sejarah Indonesia dan Sejarah Peminatan Ilmu-ilmu sosial. Serta ingin diketahui bagaimana perbedaan antara pemerolehan nilai karakter pada siswa kelas X dibandingkan dengan siswa kelas XI. Guru Mata Pelajaran Sejarah yakni Bapak Ghofir dengan dasar bahwa ia merupakan Guru Mata pelajaran Sejarah yang berasal dari Kesatuan Militer Lanud Sulaiman serta telah menerapkan pendidikan karakter dalam pembelajaran sejarah, sekaligus menjabat sebagai Wakil Kepala Sekolah urusan Kesiswaan. Kepala Sekolah yakni Bapak H. Wijayanto Hidayat, M.Pd, karena Kepala Sekolah ini berasal dari Kesatuan Militer Lanud Sulaiman yang bertanggung jawab penuh atas berjalannya visi dan misi sekolah. Sementara itu, Pembina Ekstrakulikuler karena aktor dalam menjalankan pendidikan karakter di luar kelas ialah pembina ekstrakulikuler ini. Hal tersebut di atas menjadi acuan bagi peneliti untuk menentukan subjek penelitian di atas pada penelitian mengenai Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Sejarah Pada Sekolah di Lingkungan Militer.

3.3Metode Penelitian

(3)

tentang dunia sekitarnya. Keterkaitan dengan pembelajaran sejarah, penelitian kualitatif menjadi kategori yang didefiniskan secara longgar dari model penelitian yang semuanya menghasilkan data verbal, visual, data yang ada di sekitar lokasi penelitian. Data diambil dalam bentuk narasi deskriptif (catatan lapangan, rekaman, dan catatan tertulis lainnya), yang terkait dengan pendidikan karakter dalam pembelajaran sejarah di SMA Angkasa.

Selanjutnya, penelitian ini menggunakan metode studi kasus. Metode penelitian menggunakan studi kasus untuk mendapatkan pertanyaan penelitan “mengapa” dan “bagaimana”. Metode penelitian studi kasus memilih suatu kejadian atau gejala untuk diteliti. Menurut Yin (2014, hlm. 1) tipe studi pada penelitian ini menggunakan tipe eksplanatoris, yaitu kajian atas suatu kasus khusus untuk memperoleh kaitan-kaitan, yakni pendidikan karakter di tingkat persekolah yang di dalamnya terdapat komponen pengintegrasian dalam mata pelajaran, habituasi dalam budaya sekolah, integrasi dalam kegiatan ekstrakulikuler, dan habituasi keseharian di rumah. Selain itu, kaitan dengan pembelajaran sejarah yang memiliki konsep ruang, waktu, manusia, perubahan, dan kesinambungan, dikaitkan pula dengan lingkungan sekolah di dalam kawasan militer Lanud Sulaiman yang memiliki moto “Swa Bhuwana Paksa” yang artinya Sayap Tanah Airku.

Penelitian studi kasus in dimaksudkan untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang masalah, keadaan dan posisi suatu peristiwa yang sedang berlangsung saat ini, yaitu pendidikan karakter dalam pembelajaran sejarah, serta interaksi unit lingkungan sosial, budaya, pedagogis di kawasan militer. Penelitian kualitatif dalam tesis ini meliputi pengumpulan, penganalisisan dan penginterpretasian dalam rangka untuk memperoleh wawasan kasus tertentu tentang pendidikan karakter dalam pembelajaran sejarah di sekolah lingkungan militer. Pada kasus ini ialah SMA Angkasa Lanud Sulaiman Kabupaten Bandung.

(4)

Menggunakan metode studi kasus maka tujuan penelitian ini adalah mengeksplorasi faktor-faktor kognitif, afektif, psikomotis, sosial, budaya, ekonomi, yang mempengaruhi pendidikan karakter dalam pembelajaran sejarah di sekolah lingkungan militer, dalam hal ini SMA Angkasa Lanud Sulaiman Kabupaten Bandung. Penelitian ini bukanlah penelitian intervensi terhadap subjek penelitian. Proses penelitian bersifat fleksibel dan kontekstual berkembang sebagai respon terhadap realitas hidup yang ditemui di lapangan (Grant & Fine, 1992; Spradley, 1980; Creswell, 1994). Dalam perspektif ontologis nature of the phenomena atau entitas atau kenyataan sosial menjadi sangat penting artinya dalam melakukan proses penelitian studi kasus. Dalam pandangan Creswell (1994, hlm 20) peneliti kualitatif utamanya sangat concern terhadap proses dibandingkan outcomes atau produk.

Penelitian studi kasus secara sistematis melakukan deskripsi, analisis, dan intepretasi dengan menghayati interaksi dan persepsi subyek yang diteliti bukan persepsi atau angan-angan peneliti (Creswell, 1994 : 142). Perilaku dan praktik sosial budaya dalam segala bentuk interaksi, komunikasi, aturan, moralitas, sistem keyakinan dideskripsikan sebagaimana adanya dalam kehidupan keseharian.

Penelitian studi kasus fokus pada masyarakat sekolah, memilih informan yang diketahui memiliki pandangan yang luas dan mendalam terhadap aktivitas masyarakat sekolah yang diteliti. Menekankan pada makna bagaimana masyarakat make sense kehidupannya, pengalaman, dan struktur dunianya sendiri (Creswell, 1994, hlm. 145). Pengidentifikasian dan pemilihan informan yang tepat akan memperkuat akses sumber data yang relevan.

(5)

3.4Intrumen Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti sendiri. Peneliti sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas temuannya (Lincoln & Guba, 1985, hlm. 39, 194). Sejumlah alasan mengapa manusia sebagai alat pengumpul data (Lincoln dan Guba, 1985, hlm. 193), yaitu:

1) Responsivenes; Manusia dapat merasakan dan memberikan tanggapan

terhadap petunjuk-petunjuk baik perorangan maupun lingkungan.

2) Holistic emphasi; Holistik dalam lingkungan sekeliling, akan memerlukan manusia sebagai instrumen yang mampu menangkap gejala lingkungan alamiah yang menyeluruh.

3) Adaptability; Daya guna manusia untuk menyesuaikan diri sangat tinggi sehingga dapat mengumpulkan informasi mengenai banyak aspek pada berbagai tingkatan secara simultan.

4) Knowledge base expansion; Berkemampuan menjalankan fungsi secara simultan dalam ranah pengetahuan proposisional dan dalam pengetahuan yang dikumpulkan berdasarkan pengalaman.

5) Processual immediacy; Kemampuan manusia sebagai instrumen untuk

memproses data segera setelah terkumpul, dan dapat segera mengembangkannya

6) Opportunities to explore typical or idiosyncratic response; Mempunyai kemampuan untuk menyelidiki jawaban-jawaban sumber data dan informasi sampai pada tingkat pemahaman yang lebih tinggi.

7) Opportunities for clarification and summarization; Mempunyai

kemampuan yang unik dalam menyimpulkan data serta meminta perbaikan dan penjelasaan secara langsung dari sumber informasi.

(6)

1) Peneliti sebagai alat, peka, dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian.

2) Peneliti sebagai alat, dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan angka ragam data sekaligus.

3) Tiap situasi merupakan suatu keseluruhan.

4) Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, dipahami dengan merasakan dan menyelaminya berdasarkan penghayatan.

5) Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. 6) Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan

berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan segera menggunakannya sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan atau penolakan.

7) Dengan manusia sebagai instrumen, respon yang lain dari pada yang lain dipakai untuk mempertinggi tingkat kepercayaan dan tingkat pemahaman mengenai aspek yang diselidiki.

Lincoln dan Guba (1985, hlm. 199) menyatakan bahwa “...the human-as-instrument is inclined toward methods that are extensions of

normal human activities: looking, listening, speaking, reading, and the like”.

Dari pernyataan ini semakin jelas bahwa keunggulan manusia sebagai instrumen dalam penelitian naturalistik karena alat ini dapat melihat, mendengar, membaca, merasa, dan sebagainya yang biasa dilakukan manusia umumnya. Hal itu dilakukan dengan pengamatan berperan serta (observasi partisipatoris), wawancara mendalam (deep interview), pengumpulan dokumen, foto dan sebagainya. Keseluruhan metode itu pada dasarnya menyangkut hubungan peneliti dengan subjek penelitian.

3.5Teknik Pengumpulan Data

(7)

mendapatkan jawaban penelitian yang menenuhi standar data yang di tetapkan.

Pada penelitian ini, peneliti berada pada posisi pengamat dan pengumpul data. Data dikumpulkan melalui enam sumber, yaitu: dokumen, rekaman arsip, wawancara, catatan lapangan, observasi, dan perangkat-perangkat fisik (Yin, 2014, hlm. 101). Pengamatan dan pengumpulan data bersifat alami (natural). Adapun masing-masing pengumpulan data dapat dijabarkan sebagai berikut:

3.5.1 Dokumen

Menurut Yin (2014, hlm. 104), dokumen penting untuk mendukung dan menambah bukti dari sumber-sumber lain. Data dokumen berupa; surat, memorandum, pengumuman resmi, agenda, kesimpulan pertemuan, laporan peristiwa tertulis, dokumen admnistratif (proposal, laporan kemajuan), penelitian pada situs yang sama, kliping di media massa. Secara rinci manfaat dokumen adalah sebagai berikut :

a) Dokumen membantu penverifikasian ejaan dan judul atau nama yang benar dari organisasi-organisasi yang telah disinggung, misalkan dalam wawancara

b) Dokumen dapat menambah rincian spesifik lainnya guna mendukung informasi dari sumber-sumber lain

c) Dokumen memberikan inferensi yang dapat menjadi rambu-rambu dari penelitian selanjutnyanya atau terdahulu.

Sementara itu, Lincon dan Guba, (1984, hlm. 276-277) mengatakan bahwa dokumentasi dan catatan digunakan sebagai pengumpulan data didasarkan pada beberapa hal yakni:

(8)

b) Merupakan informasi yang mantap baik dalam pengertian merefleksikan situasi secara akurat maupun dapat dianalisis ulang tanpa melalui perubahan didalamnya.

c) Dokumen dan catatan merupakan sumber informasi yang kaya.

d) Keduanya merupakan sumber resmi yang tidak dapat disangkal, yang menggambarkan kenyataan formal.

Tidak seperti pada sumber manusia, baik dokumen maupun catatan non kreatif, tidak memberikan reaksi dan respon atau pelakuan peneliti.

3.5.2 Rekaman Arsip

Menurut Yin (2014, hlm 106) mengemukakan bahwa pengumpulan data dengan arsip merupakan suatu tehnik yang digunakan dan mencari data mengenai rekaman keorganisasian (seperti bagan dan anggaran organisasi), peta dan bagan karakteristik geografis suatu tempat, daftar nama, rekaman pribadi (buku harian, kalemder, daftar nomor telepon). Umumnya rekaman arsip dihasilkan untuk tujuan spesifik dan audiens yang spesifik pula. Kondisi-kondisi ini harus dihargai sepenuhnya agar kegunaan dari rekaman arsip dapat diinterpretasikan secara tepat.

3.5.3 Wawancara

(9)

dan tingkah laku. Kemudian kepada guru sejarah mengenai pelaksanaan proses pembelajaran sejarah, kondisi siswa dalam pembelajaran sejarah.

Untuk mencari data mengenai pemahaman siswa tentang sejarah, peneliti juga melakukan wawancara dengan siswa, bagaimana pemahaman mereka setelah memanfaatkan lingkungan sekolah dalam pengembangan pendidikan karakter. Informasi yang diperoleh akan diolah dan dikonfirmasikan melalui tahap member-chek. Hal ini dilakukan untuk memperoleh masukan mengenai kesesuaian data tersebut dengan informan penelitian.

3.5.4 Catatan Lapangan

Secara umum, data ini berupa tulisan peneliti pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung serta sikap peserta didik dari awal sampai akhir. Catatan lapangan merupakan catatan yang berupa coretan seperlunya yang sangat dipersingkat, memiliki kata-kata kunci, frasa, pokok-pokok isi pembicaraan atau pengamatan, mungkin gambar, sketsa, sosiogram, diagram dan lainnya. Kemudian catatan ini baru diubah ke dakam catatan yang lengkap dan dinamakan catatan lapangan setelah peneliti tiba di rumah (Moleong, 2014, hlm. 208). Dalam penelitian kualitatif, “jantungnya” adalah catatan lapangan (Moleong, 2014, hlm. 209) hal ini dikarenakan catatan lapangan berfungsi untuk nantinya dianalisis. Selain itu, dari catatan lapangan ditemukan konsep, hipotesis kerja, hingga teori yang berasal dari data konkret dan bukan ditopang oleh yang berasal dari ingatan.

(10)

3.5.5 Observasi

Observasi merupakan teknik yang baik untuk penelitian kualitatif. Patton (dalam Nasution, 1988, hlm. 59-60) mengemukakan beberapa manfaat dari teknik observasi dalam mengumpulkan data :

a) Dengan berada di lapangan peneliti lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi.

b) Pengalman langsung memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak dipengaruhi oleh konsep-konsep atau pandangan sebelumnya.

c) Peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau yang tidak diamati oleh orang lain, khususnya orang yang berada dalam lingkungan itu, karena telah dianggap biasa, dank arena itu tidak akan terungkap dalam wawancara.

d) Peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan terungkap oleh responden dalam wawancara keran bersifat sensitive atau ingin ditutupi karena dapat merugikan lembaga. e) Peneliti dapat menemukan hal-hal di luar persepsi responden

sehingga peneliti memperoleh gambaran yang lebih komprehensif.

f) Dalam lapangan penelitian tidak hanya dapat mengadakan pengamatan akan tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi. 3.5.6 Perangkat – perangkat Fisik

(11)

3.5.7 Triangulasi

Menurut Mathinson dalam Sugiyono (2013, hlm. 332), dikemukakan bahwa “the value of triangulation lies in providing evidence-wether convergent, inconsistent of contracdictory”. Nilai dan teknik

pengumpulan data dengan tiangulasi adalah untuk mengetahui data yang diperoleh convergent (meluas), tidak konsisten atau kontradiksi, oleh karena itu dengan menggunakan teknik triangulasi dalam pengumpulan data, maka data yang diperoleh akan lebih konsisten, tuntas dan pasti. Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.

Pada dasarnya ketika peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sesungguhnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data sebagai sumber data (Sugiyono, 2013, hlm. 241)

(12)

Gambar 3.1 Triangulasi Teknik

Sumber:

(Sugiyono, 2013, hlm. 331).

Selanjutnya triangulasi sumber, yaitu untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama. Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.2 Triangulasi Sumber

Sumber:

(Sugiyono, 2013, hlm. 331).

Dari gambar di atas, bisa dijelaskan bahwa peneliti dalam mencari sumber informasi dengan menggunakan teknik wawancara terhadap beberapa sumber. Peneliti menggunakan observasi partisipasif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data.

3.6.Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah bersifat kualitatif yang dilakukan sejak tahap orientasi lapangan, seperti dikatakan Miles dan

Observasi

Wawancara mendalam Dokumentasi

(13)

Huberman (1992, hlm. 40) bahwa”… the ideal model for data collection and analysis is one that interweaves them from the beginning”. Yang artinya,

model ideal dari pengumpulan data dan analisis adalah yang secara bergantian berlangsung sejak awal. Pada tahap ini, peneliti melakukan upaya untuk bekerja dengan data, yakni melakukan proses penyeleksian, kemudian mensintesiskan hingga menemukan pola. Selain itu pada tahap analisis ini dilakukan pemberian makna akan fakta-fakta yang terkumpul sehingga data tersebut dapat „bercerita‟.

Senada dengan Bogdan dan Biklen (dalam Moleong, 2014, hlm. 248) mengemukakan bahwa:

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Pelaksanaan analisis data dilakukan sepanjang penelitian itu dan secara terus menerus mulai dari tahap pengumpulan data sampai akhir. Data yang diperoleh dalam penelitian ini tidak akan memberikan makna yang berarti apabila tidak dianalisis lebih lanjut. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Miles & Huberman (1992, hlm. 20) bahwa: “Analisa data kualitatif merupakan upaya berlanjut, berulang dan terus menerus”.

Dengan demikian analisis yang dimaksud merupakan kegiatan lanjutan dari langkah pengumpulan data, dalam hal ini peneliti mencoba memberikan penafsiran terhadap keseluruhan temuan hasil penelitian yang di dasarkan pada kerangka teoritik yang menyangkut dengan pendidikan karakter dalam pembelajaran sejarah. Penafsiran yang dilakukan tujuannya untuk mendapatkan sebuah gambaran permasalahan dalam penelitian kemudian mempunyai pemahaman dari hasil analisis dengan berbagai penjelasan, perbandingan/komparatif, sebab akibat serta deskriptif.

(14)

Aktifitas dalam analisis data yaitu data reduction, data display dan concluting: drawing/verification.

Gambar 3.3

Analisis Data Model Interaktif

Sumber:

Miles dan Huberman dalam Sugiyono, 2013, hlm. 338

3.6.1 Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data (data reduction) merupakan langkah awal dalam menganalisa data. Kegiatan yang bertujuan untuk mempermudah pemahaman terhadap data yang telah terkumpul. Kumpulan data hasil kerja lapangan direduksi dengan cara merangkum, mengklasifikasi dan mengkategorikan sesuai fokus dan aspek-aspek pokok permasalahan penelitian. Reduksi data dapat dibantu dengan berbagai peralatan dengan memberikan kode pada aspek-aspek tertentu. Kemudian dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan dicapai. Tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah pada temuan. Oleh karena itu, jika peneliti dalam melakukan penelitian, menemukan segala sesuatu yang dipandang asing, tidak dikenal, belum memiliki pola, justru itulah yang harus dijadikan perhatian peneliti dalam melakukan reduksi data. Reduksi data merupakan suatu proses berpikir sensitif yang memerlukan kecerdasan dan keluasan serta kedalaman wawasan yang tinggi. Dalam melakukan reduksi data dapat mendiskusikan pada teman atau orang lain

Data collection

Data reduction

Data display

(15)

yang dipandang ahli. Melalui reduksi data, maka wawasan peneliti akan berkembang, sehingga dapat mereduksi data-data yang memiliki nilai temuan dan pengembangan teori yang signifikan

Proses reduksi data dalam penelitian ini dapat peneliti uraikan sebagai berikut: pertama, peneliti merangkum hasil catatan lapangan selama proses penelitian berlangsung di SMA Lanud Sulaiman yang masih bersifat mentah/kasar ke dalam bentuk yang lebih mudah dipaham seperti mentranskrip hasil wawancara dengan informan dari alat perekam ke dalam teks. Kedua, peneliti mendeskripsikan terlebih dahulu hasil dokumentasi berupa foto-foto proses pembelajaran sejarah ke dalam bentuk kata-kata sesuai apa adanya di lapangan. Ketiga, peneliti membuat kalimat dalam bentuk deskripsi dan membuang data yang peneliti anggap tidak perlu. Selanjutnya, peneliti memfokuskan tiga jenis data dokumentasi, observasi, dan wawancara pada empat kategori berdasarkan tujuan penelitian antara lain:

1) Proses pengembangan pendidikan karakter dalam pembelajaran sejarah di SMA Angkasa Lanud Sulaiman.

2) Hasil pendidikan karakter dalam pembelajaran sejarah di SMA Angkasa Lanud Sulaiman.

3) Tanggapan siswa mengenai pendidikan karakter di SMA Angkasa Lanud Sulaiman.

4) Keunggulan dan kelemahan pendidikan karakter di SMA Angkasa Lanud Sulaiman.

3.6.2 Penyajian Data (Data Display)

(16)

Dalam hal ini Miles and Huberman (1992: 104) menyatakan…”the most frequent from of display data for qualitative research data in the has been

narrative tex”. Akan tetapi yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dalam prakteknya asumsi peneliti tidak semudah ilustrasi yang diberikan, karena fenomena sosial bersifat kompleks dan dinamis, maka saat memasuki lapangan dan berlangsung lama akan mengalami perkembangan data. Untuk itu asumsi yang dirumuskan harus selalu didukung oleh data yang dikumpulkan di lapangan secara terus menerus.

3.6.3 Kesimpulan dan Verifikasi (Conclusing: Drawing/Verification)

Kemudian langkah ke tiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and Huberman (1992, hlm. 109) adalah penarikan verifikasi dan kesimpulan. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak dimukan bukti-bukti yang kuat dalam mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal , didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsistenan saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang kemudian merupakan suatu kesimpulan yang kredibel. Sementara itu, Sugiyono (2013, hlm. 335) menyatakan bahwa analisis telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan penelitian. Analisis data menjadi pegangan bagi penelitian selanjutnya. Namun dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data. In fact, data analysis in qualitative research is an on going activity that occurs through out the investigative process rather than

afer process. Dalam kenyataannya, analisis data kualitatif berlangsung selama proses pengumpulan data dari pada setelah selesai pengumpulan data.

(17)

wawancara dianalisis. Nasution (2003, hlm. 126) menyatakan analisis data telah dimulai sejak merumuskan serta menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. Dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data, dalam kenyataannya, analisis data kualitatif berlangsung selama proses pengumpulan data sampai selesai dalam pengumpulan data. Analisis data kualitatif bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis.

Berdasarkan yang dirumuskan data tersebut, selanjutnya dicarikan data lagi secara berulang-ulang sehingga dapat disimpulkan apakah hipotesis tersebut diterima atau ditolak berdasarkan data yang dikumpulkan secara berulang-ulang dengan tehnik triangulasi, ternyata hipotesis diterima, maka hipotesis tersebut berkembang menjadi teori. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan.

Menurut Nasution (2003, hlm. 89) analisis telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan penelitian. Analisis data menjadi pegangan bagi penelitian selanjutnya sampai jika mungkin, teori yang grounded”. Namun dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih

difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data. In fact, data analysis in qualitative research is an on going activity that occurs through out the investigative process rather than afer process

(18)

polanya yang jelas. Oleh karena itu sering mengalami kesulitan dalam melakukan analisis.

Seperti dinyatakan oleh Miles and Huberman (1992, hlm. 2), bahwa ” The most serious and central difficulty in the use of qualitative data is that methods of analysis are not well formulate”. Yang paling serius dan

sulit dalam analisis data kualitatif karena metode analisis belum dirumuskan baik. Menurut Nasution (2003, hlm. 126), menyatakan bahwa:

Melakukan analisis adalah pekerjaan yang sulit, memerlukan kerja keras. Analisis memerlukan daya kreatif serta kemampuan intelektual yang tinggi. Tidak ada cara tertentu yang dapat diikuti untuk mengadakan analisis, sehingga setiap peneliti harus mencari metode yang dirasakan cocok dengan sifat penelitiannya. Bahkan yang sama bisa diklasifikasikan lain oleh peneliti yang berbeda.

Kemudian analisis data kualitatif, menurut Bogdan dan Bikllen (1982, hlm. 157) menyatakan bahwa “data analysis is the process of systematically searching and arranging the interview transcripts,

fieldnotes, and other materials that you accumulate to increase your own

understanding of them and enable you to present what you have

discovered to others”. Analisis data adalah proses pencarian dan

menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.

Analisis data merupakan hal yang penting dalam proses penelitian kualitatif. Analisis digunakan untuk memahami hubungan dan konsep dalam data sehingga hipotesis dapat dikembagkan dan dievaluasi. Analisis data dilakukan dengan mengorganisirkan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.

(19)

catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisirkan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Adapun data yang dianalisis dalam penelitian ini terdiri dari:

1) Wawancara. Data ini penulis peroleh dari hasil wawancara terhadap peserta didik, guru, kepala sekolah dalam bentuk rekaman. Selanjutnya hasil rekaman tersebut dipindahkan ke dalam bentuk teks untuk memudahkan peneliti dalam menganalisisnya guna keperluan penelitian ini.

2) Dokumentasi. Data ini berupa foto atau rekaman video pada saat proses pendidikan karakter dalam pembelajaran sejarah sesuai apa adanya di dalam kelas.

3) Catatan lapangan. Data ini berupa tulisan peneliti pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung serta sikap peserta didik dari awal sampai akhir.

4) Studi kepustakaan. Data ini diperlukan guna mencari informasi mengenai pendidikan karakter dalam pembelajaran sejarah di SMA Angkasa Sulaiman.

3.7 Prosedur Penelitian

3.7.1 Menentukan Pendekatan

(20)

sekolah, dan pembina ekstrakulikuler) maupun dalam ỏrganisasi (budaya sekolah).

3.7.2 Identifikasi Kasus

Setelah menemukan metode studi kasus sebagai metode yang tepat digunakan dalam penelitian ini, selanjutnya peneliti mencoba untuk mengidentifikasi kasus. Kasus yang diteliti adalah pendidikan karakter dalam pembelajaran sejarah di sekolah lingkungan militer. Desain studi kasus yang akan dilakukan adalah studi kasus tunggal terjalin (Yin, 2013, hlm. 46). Ada tiga alasan mengapa mengambil tipe studi kasus tunggal dipertimbangkan untuk diambil oleh peneliti, yaitu:

 Kasus yang diangkat memiliki kontribusi untuk menguji teori dan bahkan mengembangkannya;

 Kasus unik, kasus ini memiliki keunikan tersendiri sehingga cukup berharga untuk didokumentasikan dan dianalisis;

 Kasus awalnya dianggap biasa, namun pada perkembangannya memiliki peranan penting dalam pembentukan teori. Yin (2014, hlm. 46-49)

Tipe ini dipilih karena perhatian diberikan pada beberapa unit analisis, yakni pendidikan karakter yang dilakukan di sekolah pada lingkungan militer (guru sejarah dari militer, kepala sekolah dari militer) serta pembelajaran sejarah (peserta didik kelas X IIS 1 dan XI IIS 1).

3.7.3 Tahapan Penelitian

Untuk dapat dan mengumpulkan data di lapangan, maka dalam penelitian ini dilaksanakan beberapa tahapan-tahapan antara lain:

Tahap Persiapan

(21)

menyempurnakan dan mengkonsultasikannya dengan pembimbing yang dilanjutkan dengan perbaikan. Langkah lainnya adalah menyelesaikan masalah administrasi berupa surat-surat izin penelitian.

Tahap Orientasi

Selanjutnya tahap ini dilakukan untuk mendapatkan informasi awal mengenai rencana subjek penelitian tentang pembelajaran sejarah lokal yang akan diajukan serta mempertajam masalah dan fokus penelitian, sebelum desain penelitian disusun. Dari kegiatan orientasi ini diharapkan dapat mempertajam fokus penelitian sehingga memungkinkan dilakukannya penelitian selanjutnya secara lebih mendalam sebagai dasar bagi tahap selanjutnya.

Tahap Eksplorasi

Gambar

Gambar 3.2 Triangulasi Sumber
Gambar 3.3 Analisis Data Model Interaktif

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan pemanfaatan getah, kulit kayu, daun, buah atau biji, gaharu yang meliputi kegiatan: pemanenan, pengayaan, pemeliharaan, pengamanan, dan pemasaran hasil1.  Pemungutan

Pada penelitian ini dipero leh TiO2 yang dapat digunakan sebagai aplikasi sensor gas terbaik dengan variasi pH 3 dan te mperatur sintering 900 º C me la lui pengujian

Data anomali magnetik ini dimodelkan menggunakan perangkat lunak Mag2DC for Windows hingga diperoleh empat buah benda anomali bawah permukaan, yang diinterpretasi sebagai

Pada pengujian berat badan dan efek hipoglikemik yang terdiri dari 28 ekor mencit percobaan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor yaitu jenis

Elabora presentaciones gráficas de publicidad utilizando software de dibujo vectorial, edición de imágenes digitales y diagramación, con creatividad y

Ghajar, mengembangkan korelasi perpindahan kalor dua fasa aliran gas-cair dalam pipa tanpa pendidihan. Koefisien perpindahan kalor dua fasa merupakan penjumlahan perpindahan kalor

Dengan konsep kaca cermin yang digunakan menunjukkan bahwa karakter material cermin merupakan salah satu “perangkat” yang digunakan dalam aktivitas wanita untuk bersolek, maka

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis. © Yunita Yusephine Sianipar 2016