• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Panjang Serat Rami Terhadap Sifat Fisis Dan Mekanik Komposit Dengan Resin Poliester

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Panjang Serat Rami Terhadap Sifat Fisis Dan Mekanik Komposit Dengan Resin Poliester"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komposit

Beberapa faktor kunci yang berpengaruh terhadap kualitas papan

komposit antara jenis kayu, bentuk partikel, kerapatan papan, profil kerapatan

papan, jenis dan kadar serta distribusi perekat, kondisi pengempaan (suhu,

tekanan, dan waktu), kadar air adonan, kontruksi papan, particle alignment,

dan kadar air partikel (Maloney 1993).

Dalam proses pembuatan papan komposit, semakin tinggi suhu kempa

yang digunakan, maka pengembangan tebal dan daya serap air semakin

rendah, keteguhan lentur dan kekuatan tarik sejajar permukaan semakin tinggi.

Semakin tinggi kadar perekat yang digunakan maka kualitas papan komposit

yang dihasilkan semakin baik. Namun karena pertimbangan biaya produksi,

biasanya kadar perekat yang digunakan pada industri papan komposit tidak

lebih dari 12% .

2.2 Material Komposit

Secara umum material komposit adalah suatu jenis bahan baru hasil

rekayasa yang terdiri dari dua atau lebih, dimana sifat masing-masing bahan

berbeda satu sama lain baik itu sifat kimia maupun fisikanya dan tetap terpisah

dalam hasil akhir bahan tersebut.

Pada dasarnya material komposit terdiri dari dua buah penyusun yaitu

penguat (reinforcement) dan matriks sebagai pengikat. Sesuai dengan defenisinya,

maka bahan material komposit terdiri dari unsur-unsur penyusun, berupa unsur

organik, anorganik ataupun metalik dalam bentuk serat, serpikan, partikel dan

lapisan.

Jika ditinjau dari unsur pokok penyusun suatu bahan komposit, maka komposit

(2)

1. Komposit Serat

Komposit serat, yaitu komposit yang terdiri dari serat dan matriks (bahan

dasar) yang diproduksi secara fabrikasi, misalnya serat ditambahkan resin sebagai

bahan perekat. Merupakan jenis komposit yang hanya terdiri dari satu lamina atau

lapisan yang menggunakan penguat berupa fiber/serat. Fiber yang digunakan bisa

berupa glass fibers, carbon fibers, armid fibers (poly aramide), dan sebagainya.

Fiber ini bisa disusun secara acak (Chopped Strand Mat) maupun dengan orientasi

tertentu bahkan bisa juga dalam bentuk yang lebih kompleks seperti anyaman.

2. Komposit Lapis (laminated composite)

Komposit laminat, merupakan jenis komposit yang terdiri dari dua lapis

atau lebih yang digabung menjadi satu dan setiap lapisnya memiliki karaktristik

sifat sendiri. Komposit yang terdiri dari lapisan serat dan matriks, yaitu lapisan

yang diperkuat oleh resin sebagai contoh plywood, laminated glass yang sering

digunakan bahan bangunan dan kelengkapannya. Pada umunya manipulasi

makroskopis yang dilakukan yang tahan terhadap korosi, kuat dan tahan terhadap

temperatur.

3. Komposit Serpihan

Serpihan adalah partikel kecil yang telah ditentukan sebelumnya yang

dihasilkan dalam peralatan yang khusus dengan orientasi serat sejajar

permukaannya. Suatu komposit serpihan terdiri atas serpih-serpih yang saling

menahan dengan mengikat permukaan atau dimasukkan ke dalam matriks.

Sifat-sifat khusus yang dapat diperoleh dari serpihan adalah bentuknya besar dan datar

sehingga dapat disusun dengan rapat untuk menghasilkan suatu bahan penguat

yang tinggi untuk luas penampang lintang tertentu. Pada umumnya serpih-serpih

saling tumpang tindih pada suatu komposit sehingga dapat membentuk lintasan

fluida ataupun uap yang dapat mengurangi kerusakan mekanis karena penetrasi

atau perembesan.

4. Komposit Partikel

Komposit partikel, komposit yang terdiri dari partikel dan matriks yaitu

butiran (batu, pasir) yang diperkuat semen yang kita jumpai sebagai beton,

(3)

produk yang dihasilkan dengan menempatkan partikel-partikel dan sekaligus

mengikatnya dengan suatu matriks bersama-sama dengan satu atau lebih

unsur-unsur perlakuan seperti panas, tekanan, kelembaban, katalisator dan lain-lain.

Komposit partikel ini berbeda dengan jenis serat acak sehingga bersifat

isotropis. Kekuatan komposit serat dipengaruhi oleh tegangan koheren di antara

fase partikel dan matriks yang menunjukkan sambungan yang baik.

Manfaat utama dari penggunaan komposit adalah mendapatkan kombinasi

sifat kekuatan serta kekakuan tinggi, berat jenis yang ringan, biaya produksi

murah dan tahan korosi. Bahan komposit memiliki banyak keunggulan,

diantaranya berat yang lebih ringan, kekuatan dan kekuatan yang lebih tinggi,

tahan korosi dan memiliki biaya perakitan yang lebih murah.Dengan memilih

kombinasi material matriks dan serat yang tepat, kita dapat membuat suatu

material komposit dengan sifat yang sama dengan kebutuhan sifat untuk suatu

struktur dan tujuan tertentu pula. Aplikasi serta pemakaian komposit yang

diperkuat dengan serat secara luas dipakai pada industri-industri dan perabot

rumah tangga. Hal ini menunjukkan perkembangan yang pesat dari material

komposit karena memiliki sifat yang unggul yakni sebagai isolator yang

ketahanannya baik terhadap air dan zat kimia, sehingga bahan komposit tidak

dapat berkarat.

2.3 Klasifikasi Bahan Komposit

Klasifikasi komposit dapat dibentuk dari sifat dan strukturnya. Bahan

komposit dapat diklasifikasikan kedalam beberapa jenis. Secara umum

klasifikasi komposit sering digunakan antara lain seperti : Klasifikasi menurut

kombinasi material utama, seperti metal-organic atau metal anorganic.

1. Klasifikasi menurut karakteristik bulk-form, seperti sistem matrik

atau laminate.

2. Klasifikasi menurut distribusi unsur pokok, seperti continous dan disconti

nous.

3. Klasifikasi menurut fungsinya, seperti elektrikal atau struktural

(Schwart, M.M 1984).

(4)

dengan matrik.

2. Flake composites adalah gabungan serpih rata dengan matrik.

3. Particulate composites adalah gabungan partikel dengan matrik.

4. Filled composites adalah gabungan matrik continous

skeletal dengan matrik yang kedua.

5. Laminar composites adalah gabungan lapisan atau unsur pokok

lamina

Secara umum bahan komposit terdiri dari dua macam, yaitu bahan

komposit partikel (particulate composite) dan bahan komposit serat (fiber

composite). Bahan komposit partikel terdiri dari partikel-partikel yang di ikat

oleh matrik. Bahan komposit partikel pada umumnya lebih lemah dibanding

dengan bahan komposit serat, namun memiliki keunggulan seperti ketahan

terhadap aus, tidak mudah retak, dan mempunyai daya pengikat dengan

matrik yang baik. Bahan komposit serat terdiri dari serat-serat yang diikat

oleh matrik yang saling berhubungan. Bahan komposit serat ini terdiri dari dua

macam, yaitu serat panjang (continuos fiber) dan serat pendek (short fiber atau

whisker). Penggunaan bahan komposit serat sangat efisien dalam menerima

beban dan gaya. Karena itu bahan komposit serat sangat kuat dan kaku bila

dibebani searah serat, sebaliknya sangat lemah bila dibebani dalam arah tegak

lurus serat (Hadi, B.K.2000).

2.4 Komposit serat

Komposit serat adalah komposit yang terdiri dari fiber didalam matriks. Secara

alami serat yang panjang mempunyai kekuatan yang lebih dibanding serat yang

berbentuk curah (bulk). Serat panjang mempunyai struktur yang lebih sempurna

karena struktur kristal tersusun sepanjang sumbu serat dan cacat internal

pada serat lebih sedikit dari pada material dalam bentuk curah. Bahan pangikat

atau penyatu serat dalam material komposit disebut matriks. Matriks secara ideal

seharusnya berfungsi sebagai penyelubung serat dari kerusakan antar serat berupa

abrasi, pelin-dung terhadap lingkungan (serangan zat kimia, kelembaban),

(5)

tetap stabil secara fisika dan kimia setelah proses manufaktur. Matriks dapat

berbentuk polimer, logam, karbon, maupun keramik. Beberapa faktor yang

mempengaruhi Fiber-Matriks komposit antara lain:

1. Jenis serat, serat digunakan untuk dapat memperbaiki sifat dan struktur

matik, mampu menjadi bahan penguat matrik pada komposit untuk

menahan gaya yang terjadi.

2. Orientasi serat, menentukan kekuatan mekanik komposit

yangmempengaruhi kinerja komposit tersebut.

3. Panjang serat, sangat berpengaruh terhadap kekuatan dimana serat panjang

lebih kuat dibandingkan serat pendek.

4. Bentuk serat, pada umumnya semakin kecil diameter serat akan

menghasilkan kekuatan komposit yang semakin tinggi.

5. Jenis matrik, matrik berfungsi sebagai pengikat serat menjadi sebuah unit

struktur, melindungi dari perusakan eksternal, meneruskan atau

memindahkan beban eksternal pada bidang geser antara serat dan matrik.

6. Ikatan serat-matrik, keberadaan void dalam komposit akan mengurangi

kekuatan komposit yang disebabkan ikatan interfacial antara matrik dan

serat yang kurang besar.

7. Katalis / pengeras, digunakan untuk membantu proses pengeringan resin

dan serat dalam komposit. (Setyawan, 2012).

2.4.1 Tipe Komposit Serat

Untuk memperoleh komposit yang kuat harus dapat memempatkan serat

dengan benar. Berdasarkan penempatannya terdapat beberapa tipe serat pada

komposit, yaitu :

1. Continuous Fiber Composite

Tipe ini mempunyai susunan serat panjang dan lurus, membentuk lamina

diantara matriknya. Jenis komposit ini paling sering digunakan. Tipe ini

mempunyai kelemahan pada pemisahan antar lapisan. Hal ini dikarenakan

(6)

yaitu:

a. Komposit serat pendek (short fiber composite)

Adapun pengertian dari serat pendek adalah serat dengan

perbandingan antara panjang dan diameternya < 100 mm. Komposit yang

diperkuat dengan serat pendek umumnya sebagai matriknya adalah resin

termoset yang amorf atau semikristalin. Material komposit yang

diperkuat dengan serat pendek dapat dibagi menjadi dua bagian, :

1. Material komposit yang diperkuat dengan serat pendek yang

mengandung orientasi secara acak (inplane random orientation).

Secara acak biasanya derajat orientasi dapat terjadi dari suatu

bagian ke bagian yang lain. Akibat langsung dari distribusi acak

serat ini adalah nilai fraksi volume lebih rendah dalam material

yang menyebabkan bagian resin lebih besar. Fraksi berat yang

lebih rendah berhubungan dengan ketidakefisienan balutan dan

batasan-batasan dalam proses pencetakan.

2. Material komposit yang diperkuat dengan serat pendek yang

terorientasi atau sejajar antara satu dengan yang lain. Tujuan

pemakaian serat pendek adalah memungkinkan pengolahan yang

lebih mudah, lebih cepat, produksi yang lebih murah, dan lebih

beraneka ragam (Emma,1992).

b. Komposit serat panjang (longfiber composite)

Keistimewaan komposit serat panjang adalah akan lebih mudah

untuk diorientasikan, jika dibandingkan dengan serat pendek. Walaupun

demikian serat pendek memiliki rancangan yang lebih banyak. Secara

teoritis, serat panjang dapat menyalurkan pembebanan atau tegangan dari

suatu titik pemakaiannya. Pada prakteknya hal ini tidak mungkin terjadi,

karena variabel pembuatan komposit serat panjang tidak mungkin

memperoleh kekuatan tarik melampaui panjang nya.

Perbedaan serat panjang dan serat pendek yaitu serat pendek dibebani

secara tidak langsung, atau kelemahan matriks akan menentukan sifat dari produk

(7)

terdapat pada serat panjang. Bentuk serat panjang memiliki kemampuan yang

tinggi, disamping itu kita tidak perlu memotong-motong serat.

Fungsi penggunaan serat sebagai penguat secara umum adalah sebagai

bahan yang dimaksudkan untuk memperkuat komposit, disamping itu

penggunakan serat juga untuk mengurangi penggunaan resin, sehingga akan

diperoleh suatu bahan komposit yang lebih kuat, kokoh, dan tangguh jika

dibandingkan produk bahan komposit yang tidak menggunakan serat penguat

(Emma,1992).

2. Woven Fiber Composite (bi-directional)

Komposit ini tidak mudah dipengaruhi pemisahan antar lapisan karena susunan

seratnya juga mengikat antar lapisan. Akan tetapi susunan serat memanjangnya

yang tidak begitu lurus mengakibatkan kekuatan dan kekakuan akan melemah.

3. Discontinuous Fiber Composite

Discontinuous Fiber Composite adalah tipe komposit dengan serat pendek.

Tipe ini dibedakan lagi menjadi 3 (Gibson, Ronald F. 1994) :

a) Aligned discontinuous fiber (serat pendek dengan tipe searah)

b) Off-axis aligned discontinuous fiber (serat pendek dengan tipe silang)

c) Randomly oriented discontinuous fiber (serat pendek dengan tipe acak)

4. Hybrid Fiber Composite

Hybrid fiber composite merupakan komposit gabungan antara tipe serat lurus

dengan serat acak. Tipe ini digunakan supaya dapat menganti kekurangan sifat

dari kedua tipe dan dapat menggabungkan kelebihannya.pada gambar 2.1

dibawah ini dapat kita lihat beberapa tipe serat pada komposit yang disebutkan

(8)

(a) (b) (c) (d)

Gambar 2.1 Tipe komposit serat

(a) Continous FiberComposite (b)Woven fiber composite (c) Chopped Fiber Composite (d) Hybrid Composite

2.5Serat sebagai Penguat

Secara umum dapat dikatakan bahwa fungsi serat adalah sebagai penguat

bahan untuk memperkuat komposit sehingga sifat mekaniknya lebih kaku,

tangguh dan lebih kokoh dibandingkan dengan tanpa serat penguat, selain itu serat

juga menghemat penggunaan resin.

Dalam penggabungan antara serat dan resin, serat akan berfungsi sebagai

penguat (reinforcement) yang biasanya mempunyai kekuatan dan kekakuan

tinggi, sedangkan resin berfungsi sebagai perekat atau matrik untuk menjaga

posisi serat, mentransmisikan gaya geser dan juga berfungsi sebagai pelapis serat.

Matriks biasanya mempunyai kekuatan relatif rendah tetapi ulet, karena itu serat

secara dominan akan menentukan kekuatan dan kekakuan komposit.

Sifat mekanik komposit sangat dipengaruhi oleh orientasi seratnya,

komposit bisa bersifat quasi-isotropic ketika digunakan serat pendek yang

diorientasikan secara acak, anisotropic ketika digunakan serat panjang yang

diorientasikan pada beberapa arah, atau orthotropic ketika digunakan serat

panjang yang diorientasikan terutama pada arah yang saling tegak lurus.Kekuatan

komposit sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis, geometri, arah,

distribusi, dan kandungan serat (Jamasri, 2008).

Beberapa syarat dari serat untuk dapat memperkuat matriks antara lain:

1. Mempunyai modulus elastisitas yang tinggi

(9)

3. Perbedaan kekuatan diameter serat harus relatif sama

4. Mampu menerima perubahan gayadari matriks dan mampu menerima gaya

yang bekerja padanya.

2.6Serat Alam

Serat secara umum terdiri dari dua jenis, yaitu serat alam dan serat

sintetis.Serat alam adalah serat yang dapat langsung diperoleh dari alam.Biasanya

berupa serat yang dapat langsung diperoleh dari tumbuh-tumbuhan dan binatang.

Serat yang banyak digunakan oleh manusia diantaranya adalah kapas, wol, sutera,

pelepah pisang, sabut kelapa, ijuk, bambu, nanas dan kenaf atau goni. Salah satu

serat adalah serat rami. Serat alam memiliki kelemahan yaitu ukuran serat yang

tidak seragam, kekuatan serat sangat dipengaruhi oleh usia.

Serat sintetis adalah serat yang dibuat dari bahan-bahan anorganik dengan

komposisi kimia tertentu. Serat sintetis mempunyai beberapa kelebihan yaitu sifat

dan ukurannya yang relatif seragam, kekuatan serat dapat diupayakan sama

sepanjang serat. Serat sintetis yang telah banyak digunakan antara lain serat gelas,

serat karbon, kevlar, nylon, dan lain-lain.

Perbedaan antara serat alami dan serat sintetis yang digunakan pada

pembuatan komposit dapat dilihat pada tabel perbandingan berikut :

Tabel 2.1 Perbandingan antara Serat Alami dan Serat Sintetis

Parameter Serat alam Serat sintesis

Massa jenis Rendah 2x serat alami

Biaya Rendah Lebih tinggi dari serat alam

Terbarukan Ya Tidak

Kemampuan didaur ulang Ya Tidak

Konsumsi energy Rendah Tinggi

Distribusi luas Luas Luas

Menetralkan CO2 Ya Tidak

Menyebabkan abrasi Tidak Ya

Resiko kesehatan Tidak Ya

Limbah Biodegradable Tidak Biodegradable

(10)

2.7 Rami dan serat rami a. Taksonomi

Menurut van Steenis (1975), rami (B. nivea (L.) Gaudich)

diklasifikasikan sebagai berikut:

Divisio : Spermathophyta

Sub Divisio : Angiospermae

Classis : Dicotyledoneaea

Ordo : Urticales

Familia : Urticaceae

Genus : Boehmeria

Spesies : Boehmeria nivea (L.)Gaudich

Tanaman rami (B. nivea (L.) Gaudich) di Jawa Barat dikenal dengan nama

haramay, sedangkan di Minangkabau dikenal dengan romin. Menurut Ochse

rami merupakan salah satu tanaman serat-seratan yang paling dulu dikenal

manusia. Rami merupakan tanaman yang penting di Asia. Matthews

menyebutkan bahwa tanaman rami termasuk famili Urticaceae yang

diklasifikasi oleh Linnaeus tahun 1737 dalam Species P lantarum dengan

nama Urtica nivea, tetapi beberapa tahun kemudian Gaudichaud Beaupré

memberi nama Boehmeria. Spesies rami yang terdapat di Indonesia ada dua,

yaitu B. nivea yang permukaan daunnya berwarna perak, dikenal dengan

nama china gra ss, dan B. tenacissima dengan permukaan bawah daunnya

berwarna hijau dan lebih sempit, seperti dapat dilihat pada gambar 2.1

(11)

Sumber: omahtenunku.blogspot.com

Gambar 2.3. Boehmeria nivea (L.) Gaudich.

b. Serat Rami

Serat rami merupakan serat yang kuat dan tahan lama, oleh karena itu,

serat rami menempati urutan nilai teratas di antara serat-serat alam nabati

yang ada. Serat ini tahan terhadap serangan bakteri dan kekuatannya

meningkat ketika dibasahi, serta mampu menyerap air lebih tinggi jika

dibandingkan dengan serat kapas serat rami memiliki panjang 39-150 mm dan

mempunyai diameter 25- Sifat mekanik serat rami dapat kita lihat pada

tabel 2.2 dibawah ini.

Tabel 2.2 Referensi Sifat mekanik Serat Rami No Sifat mekanik Mueller &

Krobjilowski

Andre 2006

Marsyahyo 2005

1 Densitas (g/cm3 ) 1.5-1.6 1,5 1.3–1.7

2 Diameter (10-6) 40-80 30-50 25–40

3 Panjang (mm) 60-260 150 200–250

4 Kuat Tarik(MPa) 400-1050 500-730 786–1586

5 Reganganan (%) 3.6-3.8 2 1.2–2.1

6 Modulus elastisitas (GPa)

61.5 29-44 64–112

Rami Boehmeria nivea adalah salah satu tanaman yang memiliki

(12)

rami ternyata terbukti lebih mudah dibudidayakan dibandingkan tanaman kapas,

dengan warna yang lebih mengkilat seperti dapat kita lihat pada gambar 2.4

dibawah ini :

Sumber.www.jualbijibijian.com

Gambar 2.4 Serat Rami

Rami termasuk tanaman yang mudah tumbuh diberbagai kondisi lahan

namun saat ini pemanfaatan serat rami di Indonesia hanya sebatas sebagai bahan

dasar pembuatan kain pakaian dan kertas. Disamping itu pohon rami cocok di

daerah tropis. Perkembangan teknologi komposit saat ini sudah mulai mengalami

pergeseran, dari bahan komposit berpenguat serat sintesis menjadi bahan

komposit berpenguat serat alam. Serat alam rami (Boehmeria Nivea) memiliki

peluang untuk dikembangkan sebagai media penguatan pada resin polimer.

(Musaddad, 2007).

2.9 Mengenal Matriks atau Resin

Matriks merupakan suatu bahan yang digunakan untuk mengikat dan

menyatukan serat tanpa bereaksi secara kimia dengan serat yang mempunyai

fungsi :

a. Sebagai pengikat dan pelindung komposit dari kerusakan mekanik maupun

kerusakan kimiawi.

b. Untuk mengalihkan / meneruskan beban dari luar kepada serat. Hal ini berarti

bahwa matriks menyebarkan dan memisahkan serat sehingga keretakan tidak

(13)

Pembagian matriks menurut pola pengerjaan pada polimer dikelompokkan

yaitu termoset dan termoplastik. Dimana termoset merupakan polimer tiga

dimensi yang tetap bersifat kaku meskipun memperoleh perlakuan panas atau

dengan kata lain tahan terhadap temperatur tinggi, ini dipengaruhi oleh tipe

struktur yang dimilikinya.

2.9.1 Termoplastik

Termoplastik adalah plastik yang dapat dilunakkan berulang kali (recycling)

dengan temperatur tinggi (panas). Termoplastik merupakan polimer yang akan

menjadi keras apabila didinginkan. Jika dipanaskan, material ini memiliki

kemampuan untuk mengalir atau mencair kembali. Polimer termoplastik terdiri

dari dua tipe struktur yang berbeda yaitu amorf dan semi kristalin.

2.9.2. Thermoset

Osswald dan Menges (1996) menyatakan bahwa thermoset adalah bahan-bahan

polimer yang memiliki kemampuan untuk berikatan silang sehingga menyebabkan

tahan terhadap panas jika sudah mengalami pengerasan.Pemanasan yang tinggi

melunakkan plastik thermoset tetapi akan membentuk arang atau terurai. Karena

sifatnya yang demikian, sering digunakan sebagai tutup ketel, seperti jenis

melamine. Contoh plastik thermoset adalah epoxy, phenolics, dan unsaturated

polyester (Osswwald dan Menges 1996). Epoxy atau polyepoxide adalah sebuah

polimer epoxide thermosetting yang bertambah bagus bila dicampur dengan

sebuah agen katalis atau "pengeras". Kebanyakan resin epoxy diproduksi dari

reaksi antara epichlorohydrin dan bisphenol-A. Percobaan komersial pertama

untuk menyiapkan resin dari epichlorohydrin terjadi pada 1927 di Amerika

Serikat (Wikipedia 2014).

2.9.3 Polyester

Unsaturated Polyester (UP) merupakan jenis resin thermoset. Resin UP

memiliki sifat encer dan fluiditasnya baik sehingga dapat diaplikasikan mulai dari

proses hand lay up yang sederhana sampai dengan proses yang kompleks. Resin

(14)

dalam pembuatan komposit. Banyaknya penggunaan resin ini didasarkan pada

pertimbangan harga relatif murah, curing cepat, warna jernih, dan mudah

penanganannya.

Katalis yang sering digunakan sebagai media untuk mempercepat

pengerasan cairan resin (curing) adalah hardener metyl etyl keton peroksida

(MEKPO). Kadar penggunaan hardener MEKPO adalah 1% pada suhu kamar.

Curing merupakan proses pengeringan untuk merubah material pengikat resin dari

keadaan cair menjadi padat. Curing ini terjadi melalui reaksi kopolimerisasi

radikal antara molekul jenis vinil yang membentuk hubungan silang melalui

bagian tak jenuh dari polyester. Polyester berarti polimer yang disusun dari

monomer yang mengandung gugus ester. Resin polyester adalah polimer tak

jenuh yang memiliki ikatan kovalen ganda karbon–karbon rektif yang dapat

dihubung–silangkan selama proses curing guna membentuk suatu material

thermosetting. Untuk membantu pencampuran yang akurat antara resin dengan

pengeras, produsen biasanya memformulasi komponen–komponen untuk

memberikan rasio sederhana dimana dapat mudah dicapai dengan mengukur

volume atau berat dari masing– masing komponen (Suwanto, 2012).

Resin polyester sebelum dicampur dengan zat pengeras/katalis, akan tetap

dalam keadan cair, dan akan mengeras setelah pencampuran dengan katalisnya

setelah beberapa menit sesuai dengan jenis dan banyaknya katalis yang digunakan

dalam pencampuran. Semakin banyak penggunaan katalis tersebut, maka waktu

pengerasan cairan matriks (curing time) akan semakin cepat. Akan tetapi, apabila

kita mengikutib aturan berdasarkan standar 1% maka hal tersebut akan

menyebabkan curing time menjadi semakin cepat, sehingga dapat merusak produk

komposit yang kita buat. Hal ini dikarenakan temperatur ruangan pada saat

pembuatan produk komposit tidaklah terkontrol dengan baik. (Emma, 1992).

Unsaturated Polyester Resin (UPR) merupakan jenis resin termoset atau

lebih populernya sering disebut polyester saja. UPR berupa resin cair dengan

viskositas yang cukup rendah, mengeras pada suhu kamar dengan penggunaan

katalis tanpa menghasilkan gas sewaktu pengesetan seperti banyak resin termoset

(15)

Unsaturated Polyester Resin (UPR) yang digunakan dalam penelitian ini

adalah seri Yukalac 157® BQTN-EX Series, dimana memiliki beberapa

spesifikasi sendiri, yaitu :

Tabel 2.2 Spesifikasi Unsaturated Poliester Resin Yukalac 157 BQTN-EX

(Surdia, 2005).

2.10 Sifat Fisis Komposit

Untuk mengetahui sifat-sifat fisis papan partikel komposit dilakukan

pengujian densitas (ρ), kadar air (KA) seperti berikut:

1. Densitas (ρ)

Densitas merupakan salah satu sifat fisis yang menunjukkan

perbandingan antara massa benda terhadap volumenya atau banyaknya massa

zat per satuan volume. Densitas merupakan kerapatan suatu bahan atau material.

Pengujian densitas dilakukan dengan menimbang massa sampel, kemudian

diukur panjang, lebar dan tebal sampel,dilakukan untuk menentukan volume

sampel.

Item Satuan Nilai Tipikal Catatan

Berat jenis - 1,215 25 oC

Kekerasan - 40

Suhu distorsi panas oC 70

Penyerapan air % 0,188 24 Jam

Suhu ruang % 0,466 7 hari

Kekuatan Fleksural kg/mm2 9,4

Modulus Fleksural kg/mm2 300

Daya rentang kg/mm2 5,5

Modulus rentang kg/mm2 300

(16)

Rapat massa suatu bahan yang homogen didefenisikan sebagai massa

persatuan volume. Rapat massa dilambangkan dengan huruf Yunani (rho) dan

secara matematis dapat ditulis :

...(5 )

dengan :

= massa jenis (kg/m3)

m = massa (kg)

V = volume (m3)

Berat jenis suatu bahan ialah perbandingan antara rapat massa bahan itu terhadap

rapat massa air dan sebab itu berupa bilangan semata tanpa satuan. Istilah berat

jenis sebenarnya merupakan istilah keliru karena tidak ada sangkut pautnya

dengan gravitasi. Lebih tepat disebut rapat relatif karena lebih memperjelas

konsepnya (Sears, 1982).

b. Daya Serap Air

Pengujian daya serap air (Water absorbtion) pada masing – masing sampel

dapat dilakukan dengan cara menimbang massa kering sampel dan massa basah.

Massa kering adalah massa pada saat sampel dalam keadaan kering, dan massa

basah diperoleh setelah sampel mengalami perendaman selama 24 jam pada suhu

kamar. Untuk mendapatkan nilai penyerapan air dapat dihitung dengan

menggunakan persamaan sebagai berikut:

……….(2)

dengan:

mb = Massa sampel dalam keadaan basah (gr)

(17)

2.11 Sifat mekanik Komposit

1. Uji Kuat Tarik (Tensile Strength).

Pengujian tarik (tensile stength test ) adalah pengujian mekanik

secara statis dengan cara sample ditarik dengan pembebanan pada kedua

ujungnya dimana gaya tarik yang diberikan sebesar F (Newton). Tujuannya

untuk mengetahui sifat- sifat mekanik tarik (kekuatan tarik) dari komposit

yang diuji diperkuat dengan serat rami.

Yang menjadi perhatian dalam gambar tersebut adalah kemampuan

maksimum bahan dalam menahan beban. Kemampuan ini umumnya disebut

"Ultimate Tensile Strength" disingkat dengan UTS. Untuk semua bahan,

padatahap sangat awal uji tarik, hubungan antara beban atau gaya yang diberikan

berbanding lurus dengan perubahan panjang bahan tersebut. Ini disebut daerah

linier atau linear zone. Di daerah ini, kurva pertambahan panjang vs beban

mengikuti aturan Hooke, yaitu : rasio tegangan (stress) dan regangan (strain)

adalah konstan.

Gambar 2.5 Ukuran Spesimen Uji Tarik Berdasarkan ASTM D-638

Pengujian dilakukan sampai sampel uji patah, maka pada saat yang sama diamati

pertambahan panjang yang dialami sampel uji. Kekuatan tarik atau tekan diukur

dari besarnya beban maksimum (Fmaks) yang digunakan untuk

(18)

kekuatan tarik polimer lebih rendah dari baja . Hasil pengujian adalah grafik

beban versus perpanjangan (elongasi).

Kuat Tarik ( ) :

σ =

………(1)

=Beban yang diberikan arah tegak lurus terhadap penampang spesimen (N) Ao= Luas penampang mula-mula spesimen sebelum diberikan pembebanan (m2)

σ

= Kuat Tarik (Nm-2)

Regangan (ε):

ε =

=

………. (2)

ε = Regangan

lo = Panjang mula-mula spesimen sebelum pembebanan

Δl = Pertambahan panjang

Hubungan antara Tegangan dan Regangan dirumuskan:

E = ………..….……. (3)

E = Modulus Elastisitas (Nm-2)

σ = Kuat Tarik (Nm-2

) ε = Regangan( %)

2. Uji Kuat Impak (Impact Strength)

Kekuatan impak adalah ketahanan terhadap tegangan yang datang secara

(19)

secara tiba-tiba. Dasar pengujian impak ini adalah penyerapan energi potensial

dari pendulum beban yang berayun dari suatu ketinggian tertentu dan menumbuk

benda uji sehingga benda uji mengalami deformasi. Kekuatan impak dilakukan

untuk mengetahui kegetasan bahan polimer. Kekuatan impak bahan polimer lebih

kecil daripada kekuatan impak logam.

Bahan polimer menunjukkan penurunan besar pada kekuatan impak kalau

diberi regangan pada pencetakannya. Cara pengujian impak dapat dilakukan

dengan pengujian Charphy, Izod atau dengan bola jatuh.

Uji impak ini bertujuan untuk menguji ketahanan sampel terhadap

benturan akibat dijatuhkannya pemberat secara vertikal ke permukaannya. Harga

impak yang dihasilkan (Is) merupakan perbandingan antara energi yang diserap

(Es) dengan luas penampang (A). Kekuatan impak dapat dihitung dengan

persamaan:

………..…… (4)

dengan:

= Kuat Impak (J.m-2)

= Energi Serap (J)

A = Luas Permukaan (m2)

(20)

3. Uji Kuat Lentur (Flexural Strength)

Kuat lentur (flexural strength) adalah sifat mekanis yang menunjukkan ukuran

kekakuan dari suatu material. Flexural modulus dapat digantikan melalui

pengukuran top load yaitu dengan menekan sampel hingga membengkok. Dengan

mengukur ketahanan material terhadap pembengkokan, flexural modulus akan

menjadi ukuran kekakuan material. Pada prinsipnya, semakin tinggi modulus

lenturnya, maka material semakin kaku. Kuat lentur dapat dihitung dengan rumus:

UFS =

...(2.15)

dengan :

UFS = kuat lentur (MPa)

P = beban atau gaya yang diberikan (N)

L = jarak anatara kedua penumpuh (mm)

b = lebar sampel (mm)

d = ketebalan sampel (mm)

Pengujian kuat lentur dimaksudkan untuk mengetahui ketahanan material

terhadap pembebanan pada tiga titik lentur dan untuk mengetahui keelastisitasan

suatu bahan. Semakin besar kuat lentur, maka bahan akan semakin elastis. Skema

pengujian kuat lentur dapat dilihat pada gambar 2.6 dibawah ini.

Gambar 2.6 Skema Pengujian Kuat Lentur

b Beban (P)

Sampel

Gambar

Tabel 2.2 Referensi Sifat mekanik Serat Rami
Gambar 2.4 Serat Rami
Tabel 2.2 Spesifikasi Unsaturated Poliester Resin  Yukalac 157 BQTN-EX
Gambar 2.5 Ukuran Spesimen Uji Tarik Berdasarkan ASTM D-638
+3

Referensi

Dokumen terkait

Komposit adalah bahan hibrida yang terbuat dari resin polimer diperkuat dengan serat, menggabungkan sifat-sifat mekanik dan fisik, Bahan komposit merupakan bahan gabungan

Dari hasil penelitian pengaruh panjang serat terhadap sifat mekanis dan fisik komposit berpenguat serat ijuk dengan matriks epoxy yang dilakukan oleh Mahmuda, dkk

Material komposit serat yaitu komposit yang terdiri dari serat dan bahan dasar yang diproduksi secara fabrikasi, misalnya serat + resin sebagai bahan perekat, sebagai

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas segala anugerah dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Dalam penelitian ini, dibuat suatu komposit matriks polimer dari bahan baku serat rami dan serat pinang dengan perekat resin epoksi sebagai kanvas rem menggunakan

Penambahan serat heliconia pada matriks resin poliester hingga 2.08 gram pada komposit berukuran 30mm×120mm×4mm menambah nilai kekuatan tarik bahan komposit (dengan nilai

Berdasarkan hasil penelitian ini ditunjukkan bahwa penambahan serat kaca 6 mm pada bahan resin akrilik polimerisasi panas memiliki potensi untuk dijadikan bahan dasar untuk

i ANALISA PENGARUH RASIO RESIN DAN HARDERNER TERHADAP SIFAT MEKANIK KOMPOSIT SERAT RAMI SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik ST