• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Curah Hujan dan Hari Hujan Terhadap Produksi Kelapa Sawit Berumur 8, 16, dan 19 Tahun di Kebun Sei Dadap PT. Perkebunan Nusantara III Persero

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Curah Hujan dan Hari Hujan Terhadap Produksi Kelapa Sawit Berumur 8, 16, dan 19 Tahun di Kebun Sei Dadap PT. Perkebunan Nusantara III Persero"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman

Klasifikasi botani kelapa sawit adalah divisio Spermatophyta, dengan

subdivisio Pteropsida, kelapa sawit tergolong dalam kelas Angiospermae, dan subkelas Monocotyledoneae, ordo dari kelapa sawit adalah Cocoidae, Famili dari kelapa sawit adalah Palmae, dan genusnya adalah Elaeis, serta spesies dari kelapa

sawit adalah Elaeis guinensis (Hadi, 2004).

Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat karena

tumbuh ke bawah dan ke samping, membentuk akar primer, sekunder, tertier, dan

kuarter. Akar primer tumbuh ke bawah di dalam tanah sampai batas permukaan air

tanah. Akar sekunder, tertier, dan kuarter tumbuh sejajar dengan permukaan air tanah

bahkan akar tertier dan kuarter menuju ke lapisan atas atau ke tempat yang banyak

mengandung zat hara. Di samping itu, tumbuh pula akar nafas yang muncul di atas

permukaan atau di dalam air tanah. Penyebaran akar terkonsentrasi pada lapisan tanah

atas. Dengan perakaran kuat tersebut, jarang ditemukan pohon kelapa sawit yang

tumbang (Fauzi et al, 2002).

Pohon kelapa sawit tumbuh tegak lurus tidak bercabang. Diameter batang

kelapa sawit adalah 35-60 cm. Setiap tahun batang kelapa sawit bertambah panjang

35-45 cm. Semakin lambat pertambahan panjang batang kelapa sawit semakin baik.

Hal ini akan memudahkan perawatan, terutama untuk memanen buah dan

memperpanjang masa produktifnya (Hadi, 2004).

Pelepah daun kelapa sawit berpenampang melintang menyerupai bentuk segi

(2)

epidermis: sklereid dan silica) dapat mencapai hingga 4-6 mm. Parenkim pelepah

daun memiliki dimensi serat sebagai berikut : panjang antara 70-150 cm, diameter

serat 0,08- 0,8 mm (Intara dan Dyah, 2012).

Daun kelapa sawit mirip kelapa yaitu membentuk susunan daun majemuk,

bersirip genap, dan bertulang sejajar. Jumlah anak daun di setiap pelepah berkisar

antara 250-400 helai. Daun muda yang masih kuncup berwarna kuning pucat. Pada

tanah yang subur, daun cepat membuka sehingga semakin efektif dalam melakukan

fungsinya sebagai tempat berlangsugnya fotosintesis dan sebagai alat respirasi. Daun

kelapa sawit yang sehat dan segar berwarna hijau tua (Fauzi et al,

2002).

Pada kelapa sawit, letak bunga jantan dan bunga betina terpisah,

masing-masing tersusun pada tandan yang berbeda tetapi masih satu pohon. Oleh karena itu

kelapa sawit disebut tanaman berumah satu atau monoceous. Namun demikian,

terkadang dalam satu tandan terdapat bunga jantan sekaligus bunga betina. Bunga ini

disebut hermaprodit. Satu tandan bunga jantan terdiri dari 150-200 spinkelet atau

manggar. Dalam satu spinkelet (manggar) terdapat 600-1.500 bunga jantan (Hadi,

2004).

Pada umumnya tanaman kelapa sawit yang tumbuh baik dan subur sudah

dapat menghasilkan buah serta siap dipanen pada umur sekitar 3,5 tahun jika dihitung

mulai dari penanaman biji berkecambah di pembibitan. Namun, jika dihitung mulai

penanaman di lapangan maka tanaman berbuah dan siap panen pada umur 2,5 tahun.

(3)

mulai dari penyerbukan sampai buah matang dan siap panen kurang lebih 5-6 bulan.

Warna buah tergantung varietas dan umurnya. (Fauzi et al 2002).

Buah kelapa sawit secara umum terbagi dalam tiga bagian utama, yaitu

epikarp atau kulit buah, mesokarp atau daging buah, dan endokarp yang terdiri dari tempurung dan inti buah atau kernel. Epikarp merupakan bagian terluar buah kelapa

sawit. Epikarp biasanya mempunyai warna tertentu sesuai varietas dan umur buah.

Dari warna epikarp inilah seseorang bisa menentukan tingkat kemasakan buah.

Mesokarp merupakan bagian utama buah kelapa sawit karena dari bagian inilah

minyak kelapa sawit mentah (CPO) akan diperoleh melalui proses ekstraksi atau

penggilingan. Tempurung merupakan bagian buah kelapa sawit yang melindungi inti.

Kernel merupakan bagian penting kedua setelah mesokarp karena dari iti inilah akan

dihasilkan KPO sebagai produk unggulan kedua setelah CPO (Hadi, 2004).

Biji pada kelapa sawit adalah bagian dari buah dan bisa diperoleh dengan

membuang daging buah. Biji terdiri cangkang (endocarp), inti (endosperm), dan

lembaga (embrio). Embrio kelapa sawit panjangnya 3 mm, berdiameter 1,2 mm,

berbentuk silindris dengan 2 bagian utama. Bagian yang tumpul permukaannya

berwarna kuning dan bagian lain yang berwarna putih bentuknya agak tajam. Bakal

biji terdiri 3 ruang tetapi setelah penyerbukan dan menjadi buah, ruang yang

berkembang hanya satu; kadang-kadang dijumpai dua ruang. Jika endosperm

mendapat air yang mengembang dan kemudian lembaganya akan berkecambah

(Soehardjo, 1999).

Berdasarkan tebal dan tipisnya cangkang, buah kelapa sawit digolongkan atas

(4)

adalah jenis tenera yang merupakan hasil persilangan antara dura dan psifera. Tenera

memiliki perbandingan sabut, tempurung, dan inti yang proporsional. Dura memiliki

tempurung yang tebal sehingga sabut dan inti sangat kecil, sedangkan untuk psifera

memiliki sabut yang besar sehingga inti amat kecil. Padahal bagian buah kelapa sawit

yang dimanfaatkan tidak hanya sabutnya untuk menghasilkan crude palm oil (CPO),

tetapi juga memanfaatkan bagian inti untuk menghasilkan kernel palm oil (KPO)

yang berwarna putih (Widyawati, 2009).

Syarat Tumbuh Iklim

Iklim merupakan salah satu faktor pembatas pertumbuhan dan produksi

tanaman yang dibudidayakan. Iklim merupakan faktor yang sulit, bahkan tidak dapat

dikendalikan. Budidaya tanaman apapun pada areal terbuka sangat dipengaruhi iklim,

demikian juga tanaman kelapa sawit. Kelapa sawit mudah mengalami stres akibat

kekurangan air. Hal ini mengakibatkan menurunnya produksi dalam jangka waktu

yang lama. Oleh karena itu, sebelum membudidayakan suatu tanaman, khususnya

kelapa sawit, keadaan iklim setempat mutlak dipertimbangkan. Faktor iklim yang

mempengaruhi pertumbuhan dan produksi kelapa sawit meliputi curah hujan, radiasi

sinar matahari, suhu, dan kelembaban udara (Hadi, 2004).

Tanaman kelapa sawit menghendaki curah hujan 1.500-4.000 mm per tahun,

tetapi curah hujan optimal adalah 2.000-3.000 mm pert tahun, dengan jumlah hari

hujan tidak lebih dari 180 hari per tahun. Pembagian hujan yang merata dalam satu

(5)

daripada pertumbuhan generatif, sehingga bunga atau buah yang terbentuk pun relatif

sedikit (Hartanto, 2011).

Produksi TBS per tahun juga dipengaruhi oleh jumlah jam efektif penyinaran

matahari. Penyinaran efektif didefenisikan sebagai total jumlah penyinaran yang

diterima sepanjang periode kelembaban air tanah yang mencukupi ditambah selama

periode stres air dan dikurangi dengan lamanya stres air-tanah yang terjadi. Pada

kondisi di daerah khatulistiwa yang menerima lebih dari 2.400 jam penyinaran efektif

sepanjang tahun maka rata-rata pohon dapat menghasilkan minimal 125 kg TBS atau

18 ton/ha/tahun. Panjang penyinaran matahari yang diperlukan kelapa sawit yaitu

5-12 jam/hari dengan kondisi kelembaban udara 80 %

(Pahan, 2006).

Suhu optimal rata-rata yang diperlukan oleh kelapa sawit adalah 27-320C.

Tinggi rendahnya suhu berkaitan erat dengan ketinggian lahan dari permukaan air

laut. Oleh karena itu, ketinggian lahan yang baik untuk perkebunan kelapa sawit

adalah 0-400 m dpl,karena pada ketinggian tersebut temperatur udara diperkirakan

27-320C (Hadi, 2004).

Daerah pengembangan tanaman kelapa sawit yang sesuai adalah daerah yang

berada pada 150 LU-150 LS. Sedangkan bentuk wilayah merupakan faktor penentu

produktivitas yang akan mempengaruhi kemudahan panen, pengawetan tanah dan air,

pembuatan jaringan jalan, serta efektivitas pemupukan (Hartanto,

(6)

Tanah

Meskipun kelapa sawit tidak berbeda jauh dengan tumbuhan dari familia

palmae lain misalnya pinang, palem, kelapa, aren, dan lain lain yang dapat tumbuh di

hampir semua jenis tanah, namun karena diinginkan produksi yang optimal dalam

jangka waktu yang lama, maka jenis tanah untuk budidaya kelapa sawit harus

memenuhi standart atau persyaratan yang dapat menunjang pertumbuhan dan

produksi yang optimal, yaitu tanah yang subur (Hadi, 2004).

Kelapa sawit menghendaki tanah yang gembur, subur, datar, berdrainase baik

dan memiliki lapisan solum yang dalam tanpa lapisan padas. Tanaman kelapa sawit

membutuhkan unsur hara dalam jumlah besar untuk pertumbuhan vegetatif dan

generatif. Karena itu, untuk mendapat produksi yang tinggi dibutuhkan kandungan

unsur hara yang tinggi juga. Selain itu pH tanah sebaiknya bereaksi asam dengan

kisaran nilai 4,0-6,0 dan ber-pH optimum 5,0-5,5. Secara umum kelapa sawit dapat

tumbuh pada jenis tanah podzolik, latosol, hidromorfik, kelabu, alluvial, atau regosol.

Secara umum kelapa sawit berproduksi dengan baik pada jenis tanah ultisol,

inceptisol, andisol, dan histosol (Hartanto,2011).

Sifat fisik tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit ialah

memiliki solum yang dalam lebih dari 80 cm, karena baik untuk perkembangan akar

sehingga efisiensi penyerapan hara tanaman akan lebih baik. Tekstur tanah yang

paling ideal untuk kelapa sawit adalah lempung atau lempung berpasir dengan

komposisi 20-60% pasir, 10-40% lempung dan 20-50% liat. Struktur tanah yang

(7)

sampai agak teguh dan permeabilitas sedang. Selain itu, ketebalan gambut yang baik

adalah 0-0,6 m dan tidak dijumpai laterite (Soehardjo, 1999).

Bentuk wilayah yang cocok untuk kelapa sawit adalah: pertama, wilayah

yang datar sampai berombak, yaitu wilayah dengan kemiringan lereng 0-8 %. Kedua,

di wilayah bergelombang sampai berbukit dengan kemiringan lereng 8-30 %, kelapa

sawit masih dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik melalui upaya

pengelolaantertentu seperti pembuatan teras (Hartanto, 2011).

Curah Hujan dan Hari Hujan

Iklim sangat berpengaruh terhadap variasi pertumbuhan kelapa sawit. Salah

satu faktor iklim yang sangat berpengaruh terhadap produktifitas kelapa sawit adalah

air. Ketersediaan air ini sangat dipengaruhi oleh curah hujan, irigasi yang diberikan

ke perkebunan serta kapasitas tanah dalam menahan air (Lubis, 1992).

Curah hujan adalah air hujan yang jatuh di permukaan tanah selama jangka

waktu tertentu, diukur dalam satuan tinggi kolom di atas permukaan horizontal,

apabila tidak terjadi penghilangan-penghilangan oleh proses penguapan, pengaliran

dan peresapan ke dalam tanah. Curah hujan dinyatakan dalam tinggi air (mm) diukur

dengan penakar hujan dengan luas moncong 100 cm2. Satu hari hujan adalah periode

24 jam terkumpulnya curah hujan setinggi 0.5 mm atau lebih dan curah hujan dengan

tinggi kurang dari ketentuan tersebut, hari hujan dianggap nol tetapi curah hujan tetap

diperhitungkan (Siregar et al, 2006).

Air hujan merupakan sumber air utama untuk tanaman perkebunan. Menurut

Mangoensoekarjo (2007) curah hujan optimal untuk tanaman kelapa sawit adalah

(8)

yang ideal untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit adalah 2.500 – 3.000 mm/tahun

dengan distribusi merata sepanjang tahun serta tidak terdapat 7 bulan kering

berkepanjangan dengan curah hujan di bawah 120 mm dan tidak terdapat bulan basah

dengan hujan lebih dari 20 hari.

Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan dan produksi tabaman kelapa sawit

adalah di atas 2000 mm dan merata sepanjang tahun. Hujan yang tidak turun selama 3

bulan menyebabkan pertumbuhan kuncup daun terhambat sampai hujan turun (anak

daun atau janur tidak dapat memecah). Hujan yang lama tidak turun juga banyak

berpengaruh terhadap produksi buah, karena buah yang sudah cukup umur tidak mau

masak (brondol) sampai turun hujan (Sastrosayono, 2003).

Mangoensoekarjo dan Semangun (2005) menyatakan bahwa kekurangan air

pada tanaman kelapa sawit dapat mengakibatkan penurunan produksi tandan buah

segar. Hadi (2004) menambahkan kekurangan air pada tanaman kelapa sawit dapat

mengakibatkan buah terlambat masak, berat tandan buah berkurang, jumlah tandan

buah menurun hingga sembilan bulan kemudian, serta meningkatkan jumlah bunga

jantan dan menurunkan jumlah bunga betina.

Kelebihan air yang dikarenakan tingginya curah hujan dapat meneyebabkan

kegagalan matang tandan pada bunga yang telah mengalami anthesis. Curah hujan

yang tinggi biasanya diikuti dengan penambahan hari hujan. Hari hujan yang banyak

mengakibatkan penurunan intensitas penyinaran matahari sehingga laju fotosintesis

turun dan dapat menyebabkan turunnya produktivitas. Curah hujan yang tinggi

mendorong peningkatan pembentukan bunga, tetapi di lain pihak dapat menghambat

(9)

curah hujan yang rendah akan menghambat pembentukan daun, yang akan

menghambat pembentukan bunga di ketiak daun (Nugraheni, 2007).

Pola curah hujan tahunan mempengaruhi perilaku pembungaan dan produksi

buah sawit. Curah hujan yang tinggi dapat menghambat kegiatan panen karena

rusaknya sarana transportasi dan kesulitan pemanen dalam pengumpulan berondolan

karena bercampur dengan tanah. Curah hujan yang tinggi mendorong peningkatan

pembentukan bunga, tetapi menghambat terjadinya penyerbukan karena serbuk sari

hilang terbawa aliran air dan serangga penyerbuk tidak keluar dari sarangnya dan

juga kegagalan matang tandan pada bunga yang telah mengalami anthesis. Proses

pematangan buah dipengaruhi keadaan curah hujan, bila curah hujan tinggi buah

kelapa sawit cepat memberondol (PPKS, 2006).

Umur Tanaman

Tinggi rendahnya produktivitas tanaman kelapa sawit di suatu kebun

dipengaruhi oleh komposisi umur tanaman yang ada di kebun tersebut. Semakin luas

komposisi umur tanaman remaja dan tanaman tua, semakin rendah pula produktivitas

per hektarnya. Komposisi umur tanaman berubah setiap tahunnya sehingga juga

berpengaruh terhadap pencapaian produksi per hektar per tahunnya (Risza, 2009).

Lubis (1992) menyatakan bahwa produktivitas maksimal tanaman kelapa sawit dapat

dicapai ketika tanaman berumur 7 – 11 tahun.

Semakin luas komposisi umur tanaman remaja dan renta, semakin rendah pula

tingkat produktivitasnya. Sedangkan semakin banyak tanaman dewasa dan teruna

semakin tinggi pula tingkat produktivitasnya. Menurut Bina Nusantara (2012)

(10)

1. 0-3 tahun – muda (belum menghasilkan)

2. 3-4 tahun – remaja (sangat rendah)

3. 5-12 tahun – teruna (mengarah naik)

4. 12-20 tahun – dewasa (posisi puncak)

5. 21-25 tahun – tua (mengarah turun)

6. 26 tahun ke atas – renta (sangat rendah)

Tingkat produktivitas tanaman kelapa sawit akan meningkat secara tajam dari

umur 3–7 tahun (periode tanaman muda, young), mencapai tingkat produksi

maksimal pada umur sekitar 15 tahun (periode tanaman remaja, prime) dan mulai

menurun secara gradual pada periode tanaman tua sampai saat menjelang peremajaan

(replanting) (Pahan, 2008).

Umur tanaman berpengaruh pada pertumbuhan vegetatif dan generatif

tanaman kelapa sawit. Peran umur tanaman jika ditinjau dari pertumbuhan vegetatif

tanaman kelapa sawit yaitu berpengaruh dalam pembentukan pelepah yakni jumlah

pelepah, panjang pelepah, dan jumlah anak daun. Tanaman yang berumur tua jumlah

pelepah dan anak daun yang dihasilkan lebih banyak. Pelepah yang terbentuk juga

lebih panjang dibandingkan dengan tanaman yang masih muda. Ini berkolerasi positif

terhadap ketersediaan makanan bagi tanaman karena pelepah berfungsi sebagai

tempat berlangsungnya proses fotosintesis. Peran umur tanaman jika ditinjau dari

(11)

dalam proses pembentukan dan perkembangan buah. Kelapa sawit yang memiliki

komposisi umur tanam muda akan memiliki jumlah janjang yang lebih banyak tetapi

berat janjang yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan dengan tanaman yang

memiliki komposisi umur tanaman yang lebih tua. Kondisi ini berpengaruh pada BJR

kebun yang berpengaruh terhadap pencapaian produksi TBS yang diharapkan

(Prihutami, 2011).

Drajat (2004) dalam penelitiannya mengatakan bahwa umur tanaman

mempengaruhi kualitas rendemen TBS, yang pada akhirnya sangat berpengaruh

terhadap harga TBS. Kualitas rendemen TBS dikatakan tinggi ketika tanaman

berumur pada selang waktu 7 hingga 22 tahun, sehingga perkiraan harga TBS lebih

tinggi. Tetapi kualitas rendemen TBS masih rendah pada selang umur tanaman 3

sampai 6 tahun dan 23 sampai 25 tahun, sehingga perkiraan harga TBS lebih rendah.

Hubungan Curah Hujan, Hari Hujan dan Umur Tanaman Terhadap Produksi Tanaman Kelapa Sawit

Berdasarkan penelitian Yunita (2010) yang menyatakan bahwa penurunan

produktivitas tanaman kelapa sawit kebun Sei Lala PT Tunggal Perkasa Plantations

Indragiri Hulu Riau, dipengaruhi oleh curah hujan. Produktivitas tanaman kelapa

sawit terbesar diperoleh saat curah hujan terbesar pula (curah hujan > 100 mm/bulan).

Akan tetapi pada curah hujan 60–100 mm/bulan produktivitas tanaman kelapa sawit

yang dihasilkan lebih kecil daripada produktivitas tanaman pada curah hujan < 60

mm/bulan.

Menurut Bando (2012) di Morowali Sulawesi Tengah, data curah hujan

(12)

hujan paling tinggi, dengan curah hujan total mencapai 5220 mm, sedang curah hujan

terendah terjadi pada tahun 2003 dengan total curah hujan mencapai 2115 mm.

Produksi kelapa sawit tertinggi adalah pada tahun 2008 dengan total jumlah produksi

sebesar 279.540 kg, sedang yang terendah pada tahun 1990 sebesar 440.328 kg.

Produksi kelapa sawit mengalami peningkatan seiring dengan pertumbuhan atau

umur kelapa sawit serta perluasan wilayah perkebunan.

Berdasarkan penelitian Pasaribu dkk. (2012) di perkebunan kelapa sawit di

PPKS sub unit Kalianta Kabun Riau, besar kecilnya curah hujan sangat

mempengaruhi nilai lolosan tajuk dan aliran batang serta intersepsi yang terjadi setiap

bulannya. Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa lolosan tajuk pada tegakan

kelapa sawit cukup tinggi di wilayah ini. Pada bulan Desember 2009 nilai lolosan

tajuk mencapai 353.9 mm. Tingginya nilai lolosan tajuk pada bulan ini dikarenakan

oleh tingginya curah hujan pada bulan tersebut. Sebaliknya pada bulan Juni 2011

memiliki curah hujan yang rendah sehingga perolehan nilai lolosan tajuk pada bulan

ini hanya sebesar 2.2 mm. Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan dan produksi

tanaman kelapa sawit adalah di atas 2000 mm dan merata sepanjang tahun. Hujan

yang tidak turun selama 3 bulan menyebabkan pertumbuhan kuncup daun terhambat

sampai hujan turun (anak daun atau janur tidak dapat memecah). Hujan yang lama

tidak turun juga banyak berpengaruh terhadap produksi buah, karena buah yang

sudah cukup umur tidak mau masak (brondol) sampai hujan turun.

Kekeringan dengan defisit air di atas 250 mm pertahun akan mengakibatkan

pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit terganggu yang berlangsung sampai

(13)

(Lampung) menurun akibat kekeringan pada musim kemarau panjang yang terjadi

pada tahun 1982. Penurunan tersebut 5–11 % pada tahun berjalan, 14–55 % pada

tahun 1983, dan 4–30 % pada tahun 1984 (Lubis, 1992).

Berdasarkan penelitian Prihutami (2011) di Sungai Bahaur Estate Kalimantan

Tengah, yang menyatakan bahwa umur tanaman memiliki peranan yang sangat

penting terhadap produksi TBS kelapa sawit. Hasil analisis menunjukkan umur

tanaman 7-11 tahun memberikan pengaruh terbaik terhadap produksi TBS. Tanaman

kelapa sawit pada umur 7-11 tahun dapat mencapai produksi optimum dengan jumlah

TBS yang dihasikan banyak dan berat janjang yang dihasilkan juga cukup tinggi

sehingga berpengaruh kepada pencapaian produksi TBS per hektarnya yang tinggi

pula.

Gambaran Umum PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Sei Dadap Sejarah Singkat Perusahaan

Kebun Sei Dadap adalah salah satu unit usaha dari PT. perkebunan nusantara

III (Persero), sebelumnya merupakan 2 perkebunan Kebun Sei Dadap dan Kebun

Hessa milik Perusahaan Hindia Belanda yang bernama NV. Rubber Company

Maatcchapaj Amsterdam (NV. RCMA).

Sejalan dengan proses “Nasionalisasi” Perusahaan perkebunan Asing,

berdasarkan Peraturan Pemerintah dan Undang-Undang Republik Indonesia No.

49/UU/58 dialihkan menjadi Perusahaan Perkebunan Negara baru cabang Sumatera

Utara (PPN Baru Cabang Sumut).

Selanjutnya pada tahun 1961 menjadi Perusahaan Perkebunan Negara Sumut

(14)

Perkebunan Karet V (PPN Karet V) sedangkan Kebun Hessa menjadi Perkebunan

Karet VIII (PPN Karet VIII).

Pada tahun 1968 PPN tersebut diorganisasikan menjadi Perusahaan Negara

Perkebunan V (PTP. V Persero) dengan Kantor Direksi berkedudukan di Sei Karang.

Diawali dengan Penggabungan Manajemen pada tahun 1994, dan diteruskan

dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No : 8 tahun 1996 tanggal 14

pebruari 1996 sesuai Wilayah Kerjanya PTP III, PTP IV, dan PTP V dilebur menjadi

PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) dengan kantor direksi berkedudukan di

medan.

Letak Geografis Perusahaan

Lokasi kebun Sei Dadap berada di Kecamatan Sei Dadap Kabupaten Asahan.

Jarak dengan Kota Medan sebagai ibukota provinsi Sumatera Utara berkisar 167 Km,

dan dari Kota Kisaran 7 Km.

Keadaan Tanah

Topografi tanahnya sebagian besar tergolong datar hingga berombak. Jenis

tanah padsolik kuning, alluvial, dan hidromorfik kelabu.

Luas kebun

Kebun sei dadap memeliki luas HGU seluas 4.694,61 Ha, terdiri dari 6

Referensi

Dokumen terkait

Interface ini dapat memberikan informasi atau data tambahan terhadap pemakai sirkuit dengan memanfaatkan keuntungan yang didapat dari suatu komputer dan perangkat lunak yang

Dan juga perancangan di perusahaan, biasanya dari kabel jaringannya sudah diberi kode namun masih banyak juga kabel jaringan dari client lain yang masih blank atau tidak diberi

Menemukan makna kata yang sesuai dengan ungkapan/ kalimat yang diperdengarkan.. Memilih ungkapan yang sesuai dengan makna ungkapan/kalimat

International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XL-4/W2, 2013 ISPRS WebMGS 2013 &amp; DMGIS 2013, 11 – 12 November 2013,

Menunjuk Berita Acara Penjelasan ( Aanwijzing ) Nomor: BA-17/ULPD/WII.8/2017 tanggal 2 Mei 2017, dengan ini diumumkan bahwa telah diunggah Adendum Dokumen pekerjaan

Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan Daerah Kementerian Keuangan Provinsi Jawa Barat melaksanakan Pelelangan Pekerjaan Pengadaan Mebel (Peralatan Fasilitas Perkantoran) Pada

Pekerjaan : Pengadaan Amplop Dinas, Blanko Surat Dinas, Map Dinas, Buku Agenda, dan Kertas HVS Tahun Anggaran

Dari 117 (seratus tujuh belas) peserta lelang yang mendaftar dan mengunduh Dokumen Pengadaan, 110 (seratus sepuluh) peserta tidak mengisi tabel kualifikasi dan