• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Yuridis Terhadap Kewajiban Pembuatan Laporan Kegiatan Penanaman Modal Terkait Asas Keterbukaan Ditinjau dari UU NO. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Yuridis Terhadap Kewajiban Pembuatan Laporan Kegiatan Penanaman Modal Terkait Asas Keterbukaan Ditinjau dari UU NO. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Keberadaan penanaman modal di suatu negara berkaitan erat dengan

adanya tuntutan untuk menyelenggarakan pembangunan nasional di negara

tersebut. Umumnya kesulitan yang dihadapi dalam menyelenggarakan

pembangunan nasional yang menitikberatkan pada pembangunan ekonomi

meliputi kekurangan modal, kemampuan dalam hal teknologi, ilmu pengetahuan,

pengalaman dan keterampilan. Hambatan tersebut umumnya dialami oleh negara

berkembang, sebab setiap pembangunan nasional senantiasa bersifat

multidimensional yang memerlukan sumber pembiayaan dan sumber daya yang

cukup besar, baik yang bersumber dari dalam maupun dari luar negeri.1

Guna meningkatkan pendapatan per kapita, dalam arti peningkatan

kegiatan ekonomi dan taraf kesejahteraan masyarakat, salah satu sumber

pembiayaan dan sumber daya yang dapat dimanfaatkan bagi kepentingan

pembangunan nasional tersebut adalah penanaman modal yang terselenggara

melalui berbagai bentuk penanaman modal baik domestik maupun asing.2

Setiap negeri yang belum maju mengalami kemerosotan perkembangan

ekonomi karena kelemahan masyarakat itu dalam memupuk modalnya sendiri.

Hal itu juga disebabkan karena lemahnya kemampuan para pengusaha, baik dari

pihak swasta maupun dari pihak pemerintah. Karena itu perlu diadakan

ketentuan-ketentuan dan pengaturan-pengaturan yang dapat memperbesar kemampuan

masyarakat Indonesia untuk berusaha secara produktif. Negara yang mempunyai

1

Rosyidah Rakhmawati, Hukum Penanaman Modal di Indonesia dalam Menghadapi Era Global, Cet.Kedua (Malang : Bayumedia Publishing, 2004), hlm 8.

2

(2)

iklim investasi yang baik dan kondisi yang stabil bagi kegiatan usaha yang sehat

serta program penyelesaian sengketa yang adil akan berhasil menarik investasi

asing untuk berduyun-duyun menanamkan modal di wilayahnya. Sebaliknya

negara yang kondisi wilayahnya dianggap kurang aman, tenaga kerja kurang

terdidik dan memberlakukan berbagai hambatan dalam investasi asing akan

mengakibatkan berkurangnya arus investasi asing ke negaranya.3

Lebih penting lagi ialah adanya ketentuan-ketentuan dan kepastian hukum

tentang modal dan perusahaan supaya dinamika masyarakat dan daya kreasi

rakyat dapat menimbulkan akumulasi modal yang digunakan untuk

kegiatan-kegiatan produktif. Hanya dengan keadaan demikian inilah pembangunan

ekonomi dapat dilaksanakan. Dalam hal ini pemerintah memegang peranan yang

sangat vital sebagai pimpinan dan pelopor dari pembangunan. Dengan

penanaman-penanaman modal secara berencana dalam jumlah yang cukup besar

maka pemerintah dapat merintis dan merangsang penanaman-penanaman modal

dari pihak masyarakat kemudian didukung oleh kondisi ekonomi nasional yang

positif maka bisa menarik minat pihak asing untuk menanamkan modalnya

didalam pembangunan tersebut.4

Demikianlah, alasan mengapa penanaman modal sebagai salah satu

alternatif pembiayaan pembangunan harus dapat memfasilitasi perkembangan

ekonomi, di mana penanaman modal dapat semakin mendorong pertumbuhan

ekonomi, alih teknologi, dan pengetahuan serta menciptakan lapangan kerja baru

untuk mengurangi angka pengangguran dan mampu meningkatkan daya beli

3Ibid.

, hlm 97. 4

(3)

masyarakat. Untuk itu, hanya dengan mendorong penanaman modal, pertumbuhan

ekonomi dapat terus dipacu sehingga mampu mengimbangi kemampuan ekonomi

negara-negara lain.5

Pemerintah Indonesia telah menetapkan investasi sebagai salah satu

komponen kunci di dalam RPJPN (Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Nasional) melalui MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan

Ekonomi Indonesia) yang diumumkan pada tahun 2011 dan akan

diimplementasikan sampai tahun 2025. Rencana ini menunjuk pada delapan

sektor yakni; pada sektor pertanian, pertambangan, energi, industri, kelautan dan

perikanan, turisme, telekomunikasi, dan pengembangan hasil sumber daya alam

dari area strategis sebagai koridor utama perekonomian dengan tujuan

menempatkan Indonesia dalam sepuluh besar perekonomian global pada tahun

2025. Rencana ini mengimplikasikan investasi besar pada sektor infrastruktur,

sektor yang selama ini menghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia, dan tujuan

akhirnya adalah naiknya PDB (Produk per tahunnya sebanyak delapan sampai

sembilan persen.6 Visi 2025 akan dicapai dengan berfokus pada tiga tujuan utama:

7

1. Meningkatkan menambah nilai dan memperluas rantai nilai untuk

produksi industri proses, dan meningkatkan efisiensi jaringan distribusi. Di

samping itu, untuk meningkatkan kemampuan industri untuk mengakses

5

Dhaniswara K. Harjono, Hukum Penanaman Modal, (Jakarta, PT Rajagrafindo Persada, 2007), hlm 90.

Indonesia Investments, “Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia”, http://www.indonesia-investments.com/id/proyek/rencana-pembangunan-

(4)

dan memanfaatkan kedua alam dan sumber daya manusia. Peningkatan

dapat dicapai oleh penciptaan kegiatan ekonomi dalam daerah dan antara

pusat-pusat regional pertumbuhan ekonomi.

2. Mendorong efisiensi produksi dan meningkatkan upaya pemasaran lebih

mengintegrasikan pasar domestik untuk mendorong untuk daya saing dan

memperkuat perekonomian nasional.

3. Mendorong penguatan sistem inovasi nasional di bidang proses produksi

dan pemasaran dengan fokus pada keseluruhan penguatan daya saing

global yang berkelanjutan terhadap ekonomi berbasis inovasi.

Dalam konteks mencapai target pembangunan, kebijakan-kebijakan

pendanaan investasi diarahkan untuk memastikan ketersediaan dan

mengoptimalkan dana pembangunan menuju pengembangan pendanaan yang

bersifat self-reliance. Dalam hal ini, strategi utama pengembangan pendanaan

adalah mengoptimalkan sumber dan skema yang ada serta memanfaatkan dana

pembangunan masa depan secara maksimum, dan meningkatkan kualitas sumber

dan skema pendanaan pembangunan. Untuk mencapai target pertumbuhan

ekonomi rata-rata 6.3-6,8 persen per tahun, Total investasi yang dibutuhkan

adalah sebesar Rp 11,913.2 - Rp. 12,462.6 triliun kumulatif selama lima tahun.

Dana yang diharapkan disubsidi pemerintah sekitar 18 persen pada tahun 2014.

Pendanaan pemerintah diperoleh dari pajak pendapatan dan pendapatan

non-pajak, berasal dari hibah, pembiayaan asing maupun pembiayaan domestik.

Persyaratan investasi yang tersisa dapat diperoleh dari komunitas bisnis dan Bank,

lembaga keuangan non-bank, pasar modal (saham dan obligasi), dana asing,

(5)

komunitas bisnis terutama berasal dari PMA (Foreign Direct Investment) dan

PMDN (PMDN langsung) sesuai dengan kian kondusifnya iklim usaha, dari pasar

modal meningkat sejalan dengan peningkatan kerangka dan penguatan

manajemen pasar modal, dan dari peningkatan kinerja pemerintahan dan

perusahaan.8

Secara umum investasi atau penanaman modal dapat diartikan sebagai

suatu kegiatan atau usaha yang dilakukan baik oleh orang pribadi (natural person)

maupun badan hukum (juridical person) dalam upaya untuk meningkatkan dan/

atau mempertahankan nilai modalnya, baik yang berbentuk uang tunai (cash

money), peralatan (equipment), aset tidak bergerak, hak atas kekayaan intelektual,

maupun keahlian.9

Penanaman modal merupakan suatu keniscayaan dalam pembangunan

ekonomi untuk: 10

1. Menciptakan lapangan kerja dan mengurangi pengangguran;

2. meningkatkan kesejahteraan pekerja dengan meningkatkan intensitas

modal sehingga dapat mengejar ketertinggalan Indonesia;

3. mengimbangi keusangan cepat karena penggunaan yang salah dan

perawatan yang buruk;

4. mengimbangi pengurasan modal alami dan memperburuk kualitas

lingkungan hidup;

5. menghadapi lonjakan kebutuhan modal karena revolusi teknologi.

8

Indonesia Investments, “Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2009-2014”, http://www.indonesia-investments.com/id/proyek/rencana-pembangunan pemerintah/rencana-pembangunan-jangka-menengah-nasional-rpjmn-2010-2014/item307 (diakses pada tanggal 25 September 2015).

9Ana Rokmatussa‟dyah dan Suratman, Hukum Investasi & Pa sar Modal

, Cet.Kedua (Jakarta : Sinar Grafika, 2011), hlm 3.

10

(6)

Selanjutnya penanaman modal ataupun kegiatan investasi juga dapat

diklasifikasi menjadi dua macam penanaman modal, yaitu: 11

1. Penanaman modal secara langsung (direct investment), yang selanjutnya

akan menjadi pokok bahasan dalam buku ini: yaitu suatu bentuk

penanaman modal secara langsung. Dalam hal ini pihak investor langsung

terlibat aktif dalam kegiatan pengelolaan usaha dan bertanggung-jawab

secara langsung apabila terjadi suatu kerugian.

2. Penanaman modal tidak langsung (portfolio) : yaitu suatu bentuk

penanaman modal secara tidak langsung. Dalam hal ini pihak investor

tidak langsung terlibat aktif dalam kegiatan pengelolaan usaha. Investasi

terjadi melalui pemilikan surat-surat pinjaman jangka panjang (obligasi)

dan saham-saham perusahaan di mana modal tersebut ditanamkan atau

hanya memasukkan modal dalam bentuk uang atau valuta semata.

Terjadi perdebatan yang panjang mengenai definisi investasi. Negara maju

umumnya menginginkan investasi dalam arti luas, tidak hanya mencakup foreign

direct investment (FDI) tetapi juga portfolio investasi. Adapun alasan yang

dikemukakan oleh negara maju bahwa dalam perekonomian global dewasa ini,

cukup sulit memisahkan antara foreign direct investment (FDI) dengan portfolio

investasi. Selain itu negara maju juga mendalilkan, portfolio investasi memainkan

peranan penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi melalui pendalaman

pasar keuangan. Sedangkan negara berkembang hanya menginginkan FDI dalam

pengertian terbatas.

11

(7)

Guna meluruskan pandangan yang kurang sesuai pada tempatnya

dibedakanlah antara penanaman modal langsung dan tidak langsung, Fakultas

Hukum UPH telah memelopori pergantian sebutan atau nama mata kuliah hukum

investasi diubah menjadi Hukum Investasi Langsung yang meliputi Hukum

Penanaman Modal Asing Langsung (Foreign Direct Investment Law) dan Hukum

Penanaman Modal Dalam Negeri Langsung (Domestic Direct Investment Law).

Sedangkan Hukum Pasar Modal diganti sebutannya dengan nama Hukum

Investasi Tidak Langsung (Indirect Investment Law) atau biasa disebut juga

dengan Portfolio Investment Law yang sumbernya adalah UU No. 8 Tahun 1995

tentang Pasar Modal.12

Adapun kelebihan-kelebihan dalam investasi langsung yang dikemukakan

oleh Gunarto Suhardi jika dibandingkan dengan investasi portfolio, adalah karena:

13

1. Investasi langsung memberikan kesempatan kerja bagi penduduk.

2. Mempunyai kekuatan penggandaan dalam ekonomi lokal.

3. Memberikan risidu baik berupa peralatan maupun ahli teknologi.

4. Bila produksi direekspor memberikan jalan atau jalur pemasaran yang

dapat dirunut oleh pengusaha lokal di samping seketika memberikan

tambahan devisa dan pajak bagi negara.

5. Lebih tahan terhadap fluktuasi bunga dan valuta asing.

12

Sentosa Sembiring, Hukum Investasi: Pembahasan Dilengkapi dengan Undang-Undang No.25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, Cet.Kedua (Bandung: CV.Nuansa Aulia, 2010), hlm 42-43.

13

(8)

6. Memberikan perlindungan politik dan keamanan wilayah karena bila

investor berasal dari negara kuat niscaya bantuan keamanan juga akan

diberikan.

Pada masa pemerintahan Orde Baru yang dimulai 1967, Indonesia

melakukan sejumlah deregulasi terhadap peraturan penanaman modal. Peraturan

perundangan penanaman modal asing (PMA) telah mulai diperbaiki sejak tahun

1967, sedangkan penanaman modal dalam negeri (PMDN) mulai diatur sejak

tahun 1968. Insentif bagi para investor tampaknya sangat tergantung pada

bagaimana pemerintah melakukan atau menerapkan status prioritas bagi sektor

industri. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dalam rangka menjaring

investasi asing maupun investasi dalam negeri menerapkan apa yang disebut

dengan Daftar Skala Prioritas (DSP), yang memiliki empat kategori, yaitu:

1. Sektor industri yang terbuka bagi PMA maupun PMDN dan

non-PMA/PMDN, termasuk di dalamnya perusahaan yang relatif kecil.

2. Sektor industri yang terbuka bagi PMDN dan Non-PMA/PMDN.

3. Sektor industri yang terbuka hanya bagi Non-PMA/PMDN.

4. Industri yang tertutup untuk semua investasi, baik PMA, PMDN,

non-PMA/PMDN.

Sistem insentif tersebut sering direvisi oleh pemerintah, seperti misalnya

pembebasan pajak impor, investasi mesin maupun peralatan serta percepatan

depresiasi adalah demi rangka meningkatkan investasi asing langsung di

(9)

telah melakukan beberapa upaya penyesuaian kebijakan investasi, di antaranya

adalah sebagai berikut:14

1. Pemerintah telah memperbaharui Daftar Bidang Usaha yang Tertutup bagi

Penanam Modal untuk dapat diberikan keleluasaan investor dalam

memilih usaha (Keppres No 96 Tahun 2000 jo. No 118 Tahun 2000).

Dalam keputusan tersebut, bidang usaha yang tertutup untuk investasi baik

PMA maupun PMDN berkurang dari 16 sektor menjadi 11 sektor. Bidang

usaha yang tertutup bagi kepemilikan saham asing berkurang dari 9 sektor

menjadi 8 sektor.

2. Penyederhanaan proses dari 42 hari menjadi 10 hari. Sebelumnya

persetujuan PMA dilakukan oleh Presiden, sedangkan saat ini cukup

dilakukan oleh Pejabat Eselon I yang berwenang, dalam hal ini Deputi

Bidang dan Fasilitas Penanaman Modal.

3. Sejak tanggal 1 Januari 2001, pemerintah menggantikan insentif

Pembebasan Pajak dengan Kelonggaran Pajak Investasi sebesar 30%

untuk 6 (enam) tahun.

4. Nilai investasi tidak dibatasi, sepenuhnya tergantung studi kelayakan dari

proyek tersebut.

Kegiatan penanaman modal yang akan dibahas di dalam karya ilmiah ini

bukanlah penanaman modal tidak langsung (portfolio), melainkan adalah

penanaman modal secara langsung (direct investment) yang melibatkan

keterlibatan para investor untuk mengendalikan alur kegiatan perusahaan

sehari-hari dalam kegiatan pengelolaan usaha perusahaan mereka menanamkan

14 Sarwedi, “Investasi

(10)

modalnya. Hal ini karena pengaturan kewajiban penyampaian laporan kegiatan

penanaman modal hanya berlaku untuk perusahaan yang menjalankan kegiatan

usahanya secara langsung dan bukan melalui investasi tidak langsung. Tidak

peduli perusahaan dalam negeri ataupun perusahaan asing yang melakukan

kegiatan penanaman modal, perusahaan tersebut harus menyampaikan laporan

kegiatan penanaman modal secara berkala kepada BKPM (Badan Koordinasi

Penanaman Modal). Hal ini sesuai dengan bunyi Pasal 11 ayat (6) Peraturan

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal No. 3 Tahun 2012 tentang Pedoman

dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal yang dimana

dinyatakan sebagai berikut :

“Perusahaan yang telah beralih status dari PMDN menjadi PMA atau dari PMA

menjadi PMDN, wajib menyampaikan LKPM sesuai status baru perusahaan dengan tahapan pelaksanaan penanaman modal sesuai ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5).”

Ketentuan ini mengartikan bahwa setiap perusahaan yang berasal dari

penanam modal dalam negeri ataupun penanam modal asing yang mengelola

keagiatan usaha di Indonesia harus memenuhi tanggung jawabnya dalam

menyampaikan laporan kegiatan penanaman modal secara berkala.15

Hal serupa sebelumnya juga telah diatur dalam anatomi UU No. 25 Tahun

2007 tentang Penanaman Modal pada bagian hak, kewajiban, dan tanggung jawab

penanam modal. Dalam Pasal 15 dikemukakan bahwa setiap penanam modal

berkewajiban menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik, melaksanakan

tanggung jawab sosial perusahaan, membuat laporan tentang kegiatan penanaman

modal dan menyampaikannya kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal,

15

(11)

menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha penanaman

modal, dan mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.16

Anatomi UU No. 25 Tahun 2007 tidak dijelaskan secara rinci mengenai

kewajiban memenuhi tata cara penyampaian laporan kegiatan penanaman modal

yang tepat dan benar. Lebih lengkapnya tata cara penyampaian laporan kegiatan

penanaman modal diatur dalam Peraturan Kepala BKPM yang akan dibahas lebih

lanjut di dalam isi skripsi ini yang dimana keterkaitan status perusahaan sebagai

badan hukum perseroan terbatas dalam menjalani kegiatan usahanya dan menjalin

hubungan kerjasama dengan pihak asing dan pemerintah sangatlah relevan dan

sudah seyogyanya menjadi tujuan suatu negara dalam memajukan kesejahteraan

umum rakyatnya sesuai yang dijabarkan dalam Pasal 33 Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dengan sekaligus memerhatikan

implementasi doktrin-doktrin modern dalam hukum perusahaan dalam kegiatan

penanaman modal. Untuk tujuan memperjelas keterkaitan prinsip-prinsip bisnis

yang berlandaskan status sebuah perusahaan dalam kewajiban dan tanggung

jawab penanam modal dalam menyampaikan LKPM inilah yang menjadi dasar

dilakukan penelitian dalam skripsi yang berjudul “Analisis Yuridis Terhadap

Kewajiban Pembuatan Laporan Kegiatan Penanaman Modal Terkait Asas

Keterbukaan Ditinjau dari UU No.25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka dapat

dirumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini, yaitu:

16

(12)

1. Bagaimana penerapan prinsip keterbukaan dalam kegiatan penanaman

modal berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang

penanaman modal dan peraturan pelaksanaannya?

2. Bagaimana pengaturan kewajiban pembuatan laporan kegiatan penanaman

modal dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang penanaman

modal dan peraturan pelaksanaannya?

3. Bagaimana peranan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)

berkaitan dengan kewajiban pembuatan LKPM?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penulisan

Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan skripsi ini berdasarkan

permasalahan yang telah diungkapkan di atas adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui penerapan prinsip keterbukaan dalam kegiatan

penanaman modal berdasarkan UU No.25 Tahun 2007 tentang penanaman

modal dan peraturan pelaksanaannya

2. Untuk mengetahui pengaturan kewajiban pembuatan laporan kegiatan

penanaman modal dalam UU No.25 Tahun 2007 tentang penanaman

modal dan peraturan pelaksanaannya

3. Untuk mengetahui peranan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)

berkaitan dengan kewajiban pembuatan LKPM

2. Manfaat penulisan

a. Secara teoritis

1) Untuk menambah wawasan ilmu hukum mengenai perkembangan

(13)

keterbukaan dalam menyampaikan laporan kegiatan penanaman modal

kepada instansi terkait yang berwenang.

2) Sebagai referensi atau bahan kajian yang baru dalam menelusuri khazanah

ilmu hukum penanaman modal karena hukum tidak bersifat statis

melainkan dinamik yang selalu berkembang di tengah-tengah masyarakat.

b. Secara praktis

1) Sebagai sumbangan pemikiran terhadap kepada pihak terkait yang ingin

mendalami bagaimana tata cara penulisan serta penyampaian laporan

kegiatan penanaman modal kepada BKPM disertai asas keterbukaan.

2) Semoga dengan adanya penerbitan skripsi ini, keberadaan karya ilmiah ini

dapat bermanfaat bagi para akademisi yang mencari bahan referensi yang

membahas tentang peranan BKPM selaku lembaga negara non-pemerintah

penunjang investasi.

D. Keaslian Penulisan

Mengenai keaslian penulisan skripsi dengan judul “Analisis yuridis

terhadap kewajiban pembuatan laporan kegiatan penanaman modal terkait asas

keterbukaan ditinjau dari UU no.25 tahun 2007 tentang penanaman modal”,

penulis sebelumnya telah melakukan pemeriksaan pada perpustakaan digital

Universitas Sumatera Utara. Setelah ditelusuri , dapat dipastikan bahwa

sebelumnya belum ada dibuat karya ilmiah dengan judul yang serupa oleh para

wisudawan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Namun sewaktu

ditelusuri, ditemukan beberapa judul karya ilmiah yang memiliki keterkaitan

dengan karya ilmiah yang dibuat oleh Penulis, akan tetapi secara keseluruhan

(14)

skripsi ini. Adapun beberapa karya ilmiah yang ditelusuri dalam digital library

USU yang memiliki kemiripan tersebut adalah:

1. Hendrawan Sembiring (090200454) dengan judul skripsi “Asas Perlakuan yang

Sama Dalam Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di Bidang Penanaman

Modal”.

Karya ilmiah tersebut merupakan skripsi dari mahasiswa Universitas

Sumatera Utara yang utamanya membahas tentang pemberlakuan asas perlakuan

yang sama dalam pelayanan terpadu satu pintu di dalam bidang penanaman

modal. Cakupan yang dibahas dalam skripsi ini memanglah sama yaitu mengenai

pemberlakuan asas dalam kegiatan penanaman modal akan tetapi substansi yang

dibahas berbeda sekali apalagi sumber informasi dan peraturan pelaksanaannya

yang digunakan juga berbeda. Pada bab yang pertama terdapat substansi yang

sekiranya sama yaitu dibahasnya mengenai aspek hukum direct investment yang

berisi jenis-jenis, kebijakan, fasilitas dan dasar hukum penanaman modal. Pada

skripsi Penulis sudah pasti tidak ada pembahasan seperti yang terdapat pada Bab

II subbab A bagian 4 dan 6 skripsi wisudawan mengenai detail bidang usaha

penanaman modal yang tertutup dan penjelasan penyelesaian sengketa yang ada di

dalam hukum Indonesia karena skripsi yang dibuat oleh Penulis lebih condong

berhubungan dengan ketentuan teknis dalam kewajiban investor dalam

menyampaikan laporan kegiatan penanaman modal. Asas yang dibahas pada

kedua skripsi ini jugalah berbeda yaitu asas perlakuan yang sama dan asas

keterbukaan mengingat fokus objek di dalam skripsi berbeda satu sama lain yaitu,

asas perlakuan yang sama diterapkan pada sistem PTSP (Pelayanan Terpadu Satu

(15)

Kedua skripsi ini menyebutkan keterlibatan BKPM dalam

mengkoordinasikan pelayanan perizinan dan nonperizinan penanaman modal

sesuai peraturan pelaksanaan hukum penanaman modal tetapi pada skripsi

wisudawan tidak disertai sejarah terbentuknya BKPM yang terdapat dalam Bab

IV Subbab A skripsi Penulis. Dalam skripsi yang dibuat penulis ada kaitan LKPM

dengan PTSP yaitu dalam bab III subbab C tentang tata cara penyampaian LKPM

karena media pelimpahan wewenang antara BKPM, BKPMD dan pemerintah

daerah menggunakan sistem PTSP yang memudahkan pelayanan perizinan dan

nonperizinan dalam kegiatan penanaman modal. Tetapi sekali lagi selain

persamaan-persamaan kecil yang disebutkan, topik yang dibahas kedua skripsi ini

cakupannya berbeda yaitu satu topik mengelilingi pembahasan tentang PTSP dan

satu lagi mengenai LKPM yang dari kesimpulan tersebut dapat dikatakan skripsi

yang dibuat penulis lebih bersifat teknis.

2. R.A Dyna Ramadhani (0670005021) dengan judul tesis “Prinsip Keterbukaan

Dalam Laporan Keuangan Perusahaan Penanaman Modal Menurut

Undang-Undang No.25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal”.

Karya ilmiah ini merupakan tesis dari mahasiswa pascasarjana ilmu

hukum Universitas Sumatera Utara yang pada pokoknya membahas aspek hukum

prinsip keterbukaan dalam laporan keuangan perusahaan penanaman modal. Jika

dibandingkan dengan skripsi penulis secara sekilas, mungkin judul yang sama

adalah asas keterbukaannya, tetapi asas keterbukaan yang dibahas mahasiswa

pascasarjana tersebut lebih menegaskan pentingnya pengaturan prinsip

keterbukaan dalam perundang-undangan penanaman modal dihubungkan dengan

(16)

oleh Penulis yaitu keterbukaan antar penanam modal dengan pemerintah dan

sebaliknya, di bidang kegiatan penanaman modal. Pada Bab II Subbab A tesis

tersebut, sama seperti asas keterbukaan yang dijelaskan dalam skripsi Penulis di

dalam Bab II tentang penerapan asas keterbukaan, dijelaskanlah asas keterbukaan

yang berlaku diatur secara internasional seperti melalui ketentuan GATT lalu

peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh pemerintah Indonesia. Akan

tetapi, tujuan kenapa asas keterbukaan harus diterapkan hampir sama yaitu

menjamin adanya kepastian hukum yang dapat meningkatkan kondusifitas iklim

investasi di Indonesia. Dan tentunya juga perbedaan yang terdapat antara tesis dan

skripsi yang disebutkan adalah ruang lingkup pembahasan penerapan asas

keterbukaannya yaitu satu membahas penerapan asas keterbukaan dalam laporan

keuangan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang satunya lagi

membahas aspek hukum asas keterbukaan kewajiban penanam modal dalam

menyampaikan laporan kegiatan penanaman modal.

Berdasarkan penjelasan perbedaan-perbedaan yang terdapat dalam judul

skripsi dan tesis yang mirip di atas, maka dengan ini penulis menyatakan

bahwasannya skripsi ini merupakan karya asli buatan dan temuan sendiri dengan

mengumpulkan referensi yang terdapat dalam buku-buku, serta informasi yang

terdapat dalam media cetak dan media online yang hasilnya berupa jurnal dan

makalahtanpa meniru karya milik orang lain sehingga data yang terkumpul dapat

dibuktikan keabsahannya. Apabila suatu hari ternyata terdapat bahwa ada judul

yang sama telah dibuat sebelum hari dimana penulis lulus dalam pengujian

(17)

besar terjadi karena terdapat kelalaian penulis sebelum menyiapkan penulisan

skripsi ini.

E. Tinjauan Kepustakaan

1. Penanaman modal

Berdasarkan UU No.25 Tahun 2007 Pasal 1 angka 1, yang dimaksud

dengan penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik

oleh penanam modal dalam negeri maupun penanaman modal asing untuk

melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia. Adapun yang dimaksud

dengan penanaman modal dalam negeri dan penanaman modal asing dalam

undang-undang tersebut yaitu: 17

1) Penanaman modal dalam negeri adalah kegiatan menanam modal untuk

melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan

oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam

negeri.

2) Penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk

melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan

oleh penanam modal asing, baik menggunakan modal asing sepenuhnya

maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri.

Indonesia merupakan negara yang sedang membangun. Untuk

membangun, diperlukan adanya modal atau investasi dalam jumlah yang besar.

Kegiatan penanaman modal di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1967 pada

masa orde baru, yaitu sejak dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 1 Tahun

1967, yaitu sejak dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang

17

(18)

Penanaman Modal Asing dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang

Penanaman Modal Dalam Negeri.18

Salah satu tujuan pembentukan pemerintahan negara adalah untuk

memajukan kesejahteraan umum. Amanat tersebut, antara lain, ditentukan dalam

Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang

melandasi pembentukan seluruh peraturan perundang-undangan dibidang

perekonomian. Konstitusi mengamanatkan agar pembangunan ekonomi nasional

berdasarkan prinsip demokrasi yang menciptakan terwujudnya kedaulatan

ekonomi Indonesia. Keterkaitan pembangunan ekonomi dengan pelaku ekonomi

kerakyatan ditetapkan dengan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat

Republik Indonesia Nomor XVI/MPR/ 1998 tentang Politik Ekonomi Dalam

Rangka Demokrasi Ekonomi, dengan demikian, pengembangan penanaman modal

bagi usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi menjadi bagian dari kebijakan

dasar penanaman modal.19

Penanaman modal harus menjadi bagian penyelenggaraan perekonomian

nasional dan sebagai upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional,

menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan,

meningkatkan kemampuan teknologi nasional, mendorong pembangunan

ekonomi kerakyatan, mewujudkan kesejahteraan masyarakat dalam suatu sistem

perekonomian yang berdaya saing. Tujuan penyelenggaraan penanaman modal

dapat tercapai apabila faktor yang menghambat iklim penanaman modal dapat

diatasi, antara lain perbaikan koordinasi antarinstansi pemerintah pusat dan

18

Salim HS dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia (Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 2008), hlm 1.

19

(19)

daerah, penciptaan birokrasi yang efisien, kepastian hukum di bidang penanaman

modal, biaya ekonomi berdaya saing tinggi, serta iklim usaha yang kondusif di

bidang ketenagakerjaan dan keamanan berusaha.20

Peraturan-peraturan perundang-undangan yang diterbitkan pada masa orde

baru tentang penanaman modal dalam negeri dan penanaman modal asing yakni,

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing yang

diubah dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1970 tentang Perubahan dan

Tambahan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal

Asing dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal

Dalam Negeri yang diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1970

tentang Perubahan dan Tambahan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang

Penanaman Modal Dalam Negeri. Dalam perkembangan di orde reformasi

peraturan perundang-undang penanaman modal dalam negeri dan asing tersebut

diganti dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman

Modal. 21

Alasan kenapa Undang-Undang yang lama mengenai penanaman modal

diganti peraturannya adalah atas dasar pertimbangan undang-undang penanaman

modal, yang di dalam konsideran UU No. 25 Tahun 2007 disebutkan: 22

Bahwa untuk mempercepat pembangunan ekonomi nasional dan mewujudkan kedaulatan politik dan ekonomi Indonesia diperlukan peningkatan penanaman modal untuk mengelola potensi ekonomi menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan modal yang berasal, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri;

Bahwa dalam menghadapi perubahan perekonomian global dan keikutsertaan Indonesia dalam berbagai kerja sama internasional perlu diciptakan iklim penanaman modal yang kondusif,promotif, memberikan

(20)

kepastian hukum, keadilan, dan efisien dengan tetap memperhatikan kepentingan ekonomi nasional: (lihat butir c dan d).

Penanaman modal asing di Indonesia secara nyata telah memperbaiki serta

meningkatkan perekonomian negara dengan gencarnya investasi pada

proyek-proyek kecil dan oleh sebagian besar dengan cara perindustrian yang mana

menyediakan terbukanya lowongan ketenagakerjaan secara maksimum. Tetapi

pada saat yang sama, diperlukan konsentrasi yang lebih besar terhadap kegiatan

penanaman modal yang intensif di ibukota untuk mengekspansi ekspor daripada

substitusi impor. Perubahan yang baru terjadi dalam proyek penanaman modal

asing sampai penanaman modal dalam negeri yang intensif seperti pertambangan

dan jasa mungkin tidak setara menguntungkan dalam hal ketenagakerjaan.

Tantangan baru untuk Indonesia saat ini adalah mengubah ketentuan-ketentuan

dan perundang-undangan yang dapat menarik minat investor asing untuk

berinvestasi sehingga terciptanya lapangan kerja yang lebih baik, kualitas kegiatan

ekspor industri meningkat dan memicu persaingan usaha yang sehat.23

2. Penanam modal atau Investor

Dalam anatomi UU No. 25 Tahun 2007 telah dijelaskan secara jelas bahwa

yang dimaksud dengan penanam modal adalah perseorangan atau badan usaha

yang melakukan penanaman modal yang dapat berupa penanam modal dalam

negeri dan penanam modal asing. Untuk pihak penanam modal yang berasal dari

dalam negeri, dalam Pasal 5 Keputusan Kepala Badan Koordinasi Penanaman

Modal Nomor 57/SK/2004 telah ditentukan prosedur dalam pengajuan

permohonan baru dalam rangka penanaman modal dalam negeri (PMDN). Pihak

23

(21)

yang dapat mengajukan permohonan penanaman modal baru dalam rangka

PMDN adalah: 24

a. Perseroan Terbatas (PT);

b. Commanditaire Venootschap (CV); c. Firma (Fa);

d. Badan Usaha Koperasi;

e. BUMN;

f. BUMD; atau g. Perorangan.

Walaupun rata-rata bentuk hukum perusahaan berupa badan hukum

maupun badan usaha yang disebutkan dapat menjalankan kegiatan penanaman

modal dalam rangka PMDN, hal serupa tidak berlaku bagi penanam modal asing.

Dalam Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman

Modal telah ditentukan secara jelas tentang bentuk hukum perusahaan modal

asing. Penanaman modal asing wajib dalam bentuk perseroan terbatas. Secara

lengkap, bunyi Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang No.25 Tahun 2007 tentang

Penanaman Modal:

“Penanaman modal asing wajib dalam bentuk perseroan terbatas

berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan di dalam wilayah negara

Republik Indonesia, kecuali ditentukan lain oleh undang-undang.”

Unsur yang melekat dalam ketentuan ini meliputi:

a. Bentuk hukum dari perusahaan penanaman modal asing adalah

perusahaan terbatas (PT);

b. Didasarkan pada hukum Indonesia;

c. Berkedudukan di dalam wilayah negara Republik Indonesia.25

24

Salim HS dan Budi Sutrisno, Op.Cit., hlm 129. 25

(22)

Yang dimaksud dengan Perseroan Terbatas sesuai yang diatur pada Pasal 1

angka 1 Undang-Undang No.40 Tahun 2007, adalah badan hukum yang

merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan

kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan

memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang. Dapat dikatakan

perseroan terbatas merupakan badan usaha dan besarnya modal perseroan

tercantum dalam anggaran dasar. Kekayaan perusahaan terpisah dari kekayaan

pribadi pemilik perusahaan sehingga memiliki harta kekayaan sendiri.26

Setiap investor dapat memiliki lebih dari satu saham yang menjadi bukti

pemilikan perusahaan. Pemilik saham mempunyai tanggung jawab yang terbatas,

yaitu sebanyak saham yang dimiliki. Apabila utang perusahaan melebihi kekayaan

perusahaan, maka kelebihan utang tersebut tidak menjadi tanggung jawab para

pemegang saham. Keuntungan atau dividen yang dibagi sesuai dengan ketentuan

yang telah disepakati oleh para sekutu dan pemilik saham dan tergantung pada

besarkecilnya keuntungan yang diperoleh perseroan terbatas.27

Apabila dikaji definisi penanam modal asing sesuai Pasal 1 angka 6 UU

No.25 Tahun 2007 yang mendefinisikan penanam modal asing adalah

perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, badan usaha asing dan/atau

pemerintah asing yang melakukan penanaman modal di wilayah negara Republik

Indonesia maka penanam modal asing dikategorikan menjadi empat macam, yaitu:

28

a. Perseorangan warga negara asing;

26

Faisal Santiago, Pengantar Hukum Bisnis, (Jakarta: Mitra Wacana Media , 2012), hal 35.

27

Loc.Cit., hlm 174. 28

(23)

b. Badan usaha asing;

c. Badan hukum asing;dan/atau

d. pemerintah asing.

Negara pemilik modal akan memilih negara tujuan investasi mereka. Motif

orang yang menanamkan modalnya di luar negeri adalah untuk mencari bahan

mentah (pure resources) atau komoditi perdagangan yang terutama dilakukan oleh

negara-negara miskin akan sumber daya alam.29Tiga cara utama yang dilakukan

pemilik aset asing yang ingin berinvestasi secara langsung (direct investment)

adalah: secara mandiri atau perseorangan (solo) , menjalin hubungan kemitraan

dengan pemilik aset lainnya (joint venture dan modal ventura) atau manajer aset ,

atau melalui co- investing, yaitu: 30

a. Investasi solo langsung menawarkan paling kebijaksanaan tetapi paling

menuntut modal , membutuhkan banyak waktu dan sumber daya .

b. Kemitraan investasi langsung dengan pemilik aset lain atau aset manajer

memungkinkan investor untuk berbagi tugas dan tanggung jawab .

c. Co-Investing dengan manajer aset di samping investasi dana tradisional

adalah model yang paling populer dan paling menuntut .

Terdapat berbagai bentuk kerjasama selain gambaran kerjasama secara

umum oleh pihak investor asing dengan pemodal nasional yang telah dipaparkan

di atas seperti production sharing, management-contract, technical assistance

atau technical service contract, franchise and branduse agreement maupun dalam

29Loc.Cit

., hlm 35.

(24)

bentuk build, operation and transfer atau lebih dikenal dengan istilah BOT.31

Berikut ini uraian mengenai bentuk-bentuk kerja sama lainnya yang telah diakui

berlaku di banyak negara:

a. Joint Venture

Joint Venture adalah suatu usaha kerja sama yang dilakukan antara

penanaman modal asing dengan modal nasional semata-mata berdasarkan suatu

perjanjanjian atau kontrak belaka (kontraktuil), di mana tidak membentuk suatu

badan hukum baru seperti halnya pada joint-enterprise. Sebagai contoh dapat

dikemukakan, yakni; Adanya perjanjian kerja sama antara Van Stickel Associates

Inc. Suatu badan hukum yang berkedudukan di Delaware, Amerika Serikat

dengan PT Kalimantan Plywood Factory suatu badan hukum Indonesia untuk

secara bersama-sama mengolah kayu di Kalimantan Selatan. Kerja sama ini juga

biasa disebut dengan “Contract of Cooperation” yang tidak membentuk suatu

badan hukum Indonesia seperti yang telah disyaratkan dalam Pasal 5 ayat (2)

UUPM. Berbagai macam corak atau variasi dari joint-venture yang ditemukan

dalam praktik aplikasi penanaman modal asing dikemukakan sebagai berikut:

1) Technical Assistance (service) Contract : suatu bentuk kerja sama yang

dilakukan antara pihak modal asing dengan modal nasional sepanjang

yang bersangkut paut dengan skill atau cara kerja (method) misalnya;

Suatu perusahaan modal nasional yang ingin memajukan atau

meningkatkan produksinya. Membutuhkan suatu peralatan baru disertai

cara kerja atau metode kerja. Dalam hal demikian, maka dibutuhkan

technical assistance dari perusahaan modal asing di luar negeri dengan

31

(25)

cara pembayaran dalam bentuk royalti yakni pembayaran sejumlah uang

tertentu yang dapat diambilkan dari penjualan produksi perusahaan yang

bersangkutan.32

2) Franchise and brand-use Agreement: suatu bentuk usaha kerja sama yang

digunakan, apabila suatu perusahaan nasional atau dalam negeri hendak

memproduksi suatu barang yang telah mempunyai merek terkenal seperti

Coca-Cola, Pepsi-Cola, Van Houten, Mc‟Donalds, Kentucky Fried

Chicken, dan sebagainya.

3) Management Contract: suatu bentuk usaha kerja sama antara pihak modal

asing dengan modal nasional menyangkut pengelolaan suatu perusahaan

khususnya dalam hal pengelolaan manajemen oleh pihak modal asing

terhadap suatu perusahaan nasional. Misalnya yang lazim dipergunakan

dalam pembuatan maupun pengelolaan hotel yang bertaraf internasional

oleh pihak Indonesia diserahkan kepada swasta luar negeri seperi; Hilton

Internasional Hotel, Mandarin Internasional Hotel, dan sebagainya.

4) Build, operation and transfer (BOT) : suatu bentuk kerja sama yang relatif

masih baru dikenal yang pada pokoknya merupakan suatu kerja sama

antara para pihak, di mana suatu objek dibangun, dikelola atau

dioperasikan selama jangka waktu tertentu diserahkan kepada pemilik

asli.33 Misalnya; pihak swasta nasional mempunyai gedung atau bangunan

mengadakan kerja sama dengan pihak luar negeri untuk membangun suatu

department store, mall ataupun hotel di mana biaya pembangunan,

perencanaan, pelaksanaan operasinya dilaksanakan oleh pihak dengan

32

Ibid., hlm 61. 33

(26)

jangka waktu sesuai kerja sama lalu kemudian diserahkan kepada pihak

nasional.

b. Joint Enterprise

Joint-Enterprise merupakan suatu bentuk kerja sama antara penanaman

modal asing dengan penanaman modal dalam negeri dengan membentuk suatu

perusahaan atau badan hukum baru sesuai dengan yang disyaratkan dalam Pasal 5

ayat (1) UUPM. Joint-Enterprise merupakan suatu perusahaan terbatas, yang

modalnya terdiri dari modal dalam nilai rupiah maupun dengan modal yang

dinyatakan dalam valuta asing. Hal-hal yang menjadi pertimbangan pihak asing

hendak menggunakan bentuk kerja sama ini adalah karena berdasarkan alasan

berikut:

1) Setiap usaha di Indonesia memerlukan rupiah untuk pembayaran

barang-barang yang lebih murah dan mudah diperoleh di Indonesia. Selain itu

untuk pembayaran gaji pegawai dan lain-lain pengeluaran dibutuhkan

rupiah oleh penanaman modal asing.

2) Penanaman modal asing tidak perlu menanamkan modal dalam bentuk

valuta asing, tetapi modal asing dapat berbentuk mesin-mesin atau lain

hasil produksi penanaman modal asing itu. Masuknya barang mesin-mesin

impor itu akan diizinkan dengan fasilitas bebas bea masuk sehingga akan

sangat menguntungkan penanaman modal asing di Indonesia.

3) Dengan bekerja sama dengan pengusaha nasional, apalagi yang telah

berpengalaman, maka penanam modal asing dapat mengecilkan risiko

(27)

Indonesia lebih mirip dengan pemberian kredit daripada penanaman modal

asing yang langsung (direct-investment).34

c. Kontrak Karya

Pengertian kontrak karya (contract of work) sebagai suatu bentuk usaha

kerja sama antara penanaman modal asing dengan modal nasional terjadi apabila

penanam modal asing membentuk badan hukum Indonesia dan badan hukum ini

mengadakan perjanjian kerja sama dengan suatu badan hukum yang

mempergunakan modal nasional.

Bentuk kerja sama kontrak karya ini hanya terdapat dalam perjanjian kerja

sama antara badan hukum milik negara (BUMN) seperti; Kontrak karya antara

PN.Pertamina selaku badan usaha milik negara yang memiliki hak eksklusif

sebagai pemilik penguasaan daripada bumi dan air dan kekayaan alam Indonesia,

bekerja sama dengan PT Caltex pacific Indonesia yang merupakan anak

perusahaan (subsidiary company) Caltex International Petroleum yang

berkedudukan di Amerika Serikat untuk memberikan wewenang dalam

mengerjakan pengolahan (eksploitasi dan eksplorasi) untuk dan atas nama

perusahaan negara tersebut.35

Bagi Investor asing, hukum dan undang-undang menjadi salah satu tolak

ukur untuk menentukan kondusif tidaknya iklim investasi di suatu negara. Dalam

tiga dekade belakangan ini, pelaku usaha yang menanam modal di negara

berkembang sangat mempertimbangkan kondisi hukum di negara tersebut.

Infrastruktur hukum bagi investor menjadi instrumen penting dalam menjamin

investasi mereka. Hukum bagi mereka memberikan security, certainty, dan

34

Ibid., hlm 63. 35

(28)

predictability atas investasi mereka. Semakin baik kondisi, hukum dan

undang-undang yang melindungi investasi mereka semakin dianggap kondusif iklim

investasi dari negara tersebut.36

Negara Indonesia yang menganut sistem ekonomi yang bebas terkendali

atau mixed economy tidak terlepas dan sangat bergantung pada sistem

perdagangan internasional, di mana dewasa ini perdagangan internasional

menggunakan sistem, ketentuan, dan mekanisme yang telah diinisiasi oleh WTO

(World Trade Organizations) dengan salah satu bentuk aturan main (investasi)

adalah TRIMs (Agreement on Trade Related Investment Measures). Indonesia

telah meratifikasi segenap aturan dalam TRIMs. Atas dasar ketentuan tersebut,

kegiatan penanaman modal di Indonesia secara logis-yuridis terikat kepada

prinsip-prinsip penanaman modal internasional dari WTO dan TRIMs. 37

Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut: 38

a. Prinsip Nondiskriminasi

Prinsip ini mengharuskan host country untuk memperlakukan secara sama

setiap penanam modal dan penanam modal di negara tempat penanaman

modal dilakukan.

b. Prinsip Most Favoured Nations (MFN)

Prinsip ini menuntut perlakuan yang sama dan harus dijalankan dengan

segera dan tanpa syarat (immediately and unconditionally) dari negara host

terhadap penanam modal dari negara asing yang lainnya yang melakukan

aktivitas penanaman modal yang meliputi pelaksanaan dan kebijakan

36

Lusiana, Op.Cit., hlm 13. 37

Dhaniswara K. Harjono, Op.Cit., hlm 109-110. 38

(29)

impor dan ekspor serta menyangkut biaya-biaya lainnya di negara di mana

penanaman modal tersebut dilakukan.

c. Prinsip National Treatment

Prinsip ini mengharuskan negara host untuk tidak membedakan perlakuan

antara penanam modal asing dengan penanam modal dalam negeri di

negara host tersebut yang bersifat diskriminatif sehingga menghambat

terciptanya harmonisasi dalam perdagangan internasional.

c. Asas Keterbukaan

Asas keterbukaan ataupun prinsip keterbukaan merupakan salah satu asas

yang diwajibkan dan dituangkan dalam sepuluh asas berbeda di dalam

Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Di dalam Pasal 3 ayat (1)

Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal telah ditentukan

10 asas dalam penanaman modal atau investasi. Kesepuluh asas itu, disajikan

sebagai berikut: 39

1) Asas kepastian hukum, yaitu asas dalam negara hukum yang meletakkan

hukum dan ketentuan peraturan perundang-undangan sebagai dasar dalam

setiap kebijakan dan tindakan dalam bidang penanaman modal.

2) Asas keterbukaan, yaitu asas yang terbuka terhadap hak masyarakat untuk

memperoleh informasi yang benar, jujur dan tidak diskriminatif tentang

kegiatan penanaman modal.

3) Asas akuntabilitas, yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan

dan hasil akhir dari penyelenggaraan penananaman modal

39

(30)

dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang

kedaulatan negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

4) Asas perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal negara adalah asas

perlakuan pelayanan nondiskriminasi berdasarkan ketentuan peraturan

perundang-undangan, baik antara penanam modal dalam negeri dan

penanam modal dari satu negara asing dan penanam modal dari negara

asing lainnya.

5) Asas kebersamaan adalah asas yang mendorong peran seluruh penanam

modal secara bersama-sama dalam kegiatan usahanya untuk mewujudkan

kesejahteraan rakyat.

6) Asas efisiensi berkeadilan adalah asas yang mendasari pelaksanaan

penanaman modal dengan mengedepankan efisiensi berkeadilan dalam

usaha mewujudkan iklim usaha yang adil,kondusif, dan berdaya saing,

7) Asas berkelanjutan adalah asas yang secara terencana mengupayakan

berjalannya proses pembangunan melalui penanaman modal untuk

menjamin kesejahteraan dan kemajuan dalam segala aspek kehidupan,

baik untuk masa kini maupun yang akan datang.

8) Asas berwawasan lingkunan adalah asas penanaman modal yang

dilakukan dengan tetap memerhatikan dan mengutamakan perlindungan

dan pemeliharaan lingkungan hidup.

9) Asas kemandirian adalah asas penanaman modal yang dilakukan dengan

tetap mengedepankan potensi bangsa dan negara dengan tidak menutup

(31)

10) Asas keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional adalah asas

yang berupaya menjaga keseimbangan kemajuan ekonomi wilayah dalam

kesatuan ekonomi nasional.

Asas penanaman modal „menginspirasi‟ pembentukan pasal-pasal

sehingga pasal-pasal tersebut mencerminkan keberadaan asas hukum yang bersifat

abstrak-normatif. Pendapat berbeda dijelaskan oleh Yakub, kesepuluh asas

tersebut dituangkan dalam pasal-pasal untuk menjamin tercapainya tujuan

undang-undang penanaman modal. Asas (hukum) penanaman modal bertautan

dengan hukum atau undang-undang lain. Pertautan tidak saja dikonstruksi

intrabidang, tapi juga antarbidang seperti ekonomi dan perdagangan internasional.

Keterkaitan diantaranya undang-undang penanaman modal dan undang-undang

lingkungan hidup (asas berkelanjutan dan asas berwawasan lingkungan),

undang-undang larangan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat (asas

keterbukaan dan asas efisiensi keadilan), dan undang-undang usaha kecil (asas

kemandirian); sedangkan antarbidang ekonomi yaitu pertumbuhan ekonomi,

penanaman modal diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi negara.40

Pada UU No.25 Tahun 2007 telah tertera jelas mengenai definisi asas

keterbukaan, sesuai bunyi Pasal 3 ayat (1) yang dimaksud dengan asas

keterbukaan adalah asas yang terbuka terhadap hak masyarakat untuk memperoleh

informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang kegiatan penanaman

modal. Namun, tidak dijelaskan secara tegas bagaimana penerapan asas

keterbukaan pembuatan laporan kegiatan penanaman modal. Pada perkembangan

hukum positif dalam rangka penanaman modal oleh BKPM yaitu dikeluarkannya

40

(32)

Peraturan kepala (Perka) BKPM No.3 Tahun 2012 tentang Pedoman dan Tata

Cara Pelaksanaan Penanaman Modal , dalam Pasal 4 disebutkan hak-hak penanam

modal. Pasal 4 Perka BKPM memuat mengenai hak yang diterima oleh para

penanam modal, antara lain:41

1) Kepastian hak, hukum dan perlindungan.

2) Informasi yang terbuka mengenai bidang usaha yang dijalankannya. 3) Hak pelayanan.

4) Berbagai bentuk fasilitas fiskal kemudahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Sesuai hak yang berhak didapatkan oleh para calon investor yang berniat

menanamkan modalnya pada berbagai sektor kegiatan penanaman modal di

Indonesia , maka dapat dikatakan bahwa keterbukaan yang dimaksud berupa

kemudahan yang lebih fleksibel dan tidak bersifat membeda-bedakan cikal-bakal

kemampuan investasi para calon investor. Tujuannya adalah agar para penanam

modal yang berasal dari dalam negeri maupun asing memiliki minat yang tinggi

dalam menanamkan modalnya di wilayah Republik Indonesia karena ketentuan

yang diatur pemerintah dalam menunjang kegiatan penanaman modal tidak

berbelit-belit.

4. Pelayanan Terpadu Satu Pintu

Kemudahan yang diiringi asas keterbukaan yang diselenggarakan dalam

penanaman modal berhubungan erat dengan sistem PTSP (Sistem Pelayanan

Terpadu Satu Pintu) yang diselenggarakan di Indonesia. Mengenai definisi PTSP

dalam bidang penanaman modal ada dibahas di dalam Peraturan Presiden No.27

Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu Di Bidang Penanaman Modal.

Yang dimaksud dengan PTSP sesuai bunyi Pasal 1 angka 4, yaitu :

41

(33)

“Pelayanan Terpadu Satu Pintu, yang selanjutnya disingkat PTSP adalah kegiatan

penyelenggaraan suatu Perizinan dan Nonperizinan yang mendapat pendelegasian atau pelimpahan wewenang dari lembaga atau instansi yang memiliki kewenangan Perizinan dan Nonperizinan yang proses pengelolaannya dimulai dari tahap permohonan sampai

dengan tahap terbitnya dokumen yang dilakukan dalam satu tempat.”42 5. Badan Koordinasi Penanaman Modal

Badan Koordinasi Penanaman Modal adalah Lembaga Pemerintah Non

Departemen Indonesia (LPND) yang bertugas untuk merumuskan kebijakan

pemerintah di bidang penanaman modal, baik dari dalam negeri maupun luar

negeri.43BKPM bertindak secara independen dan bertanggung jawab di bawah

perintah Presiden secara langsung. Dengan ditetapkannya Undang-Undang

tentang Penanaman Modal pada tahun 2007, BKPM menjadi sebuah lembaga

pemerintah yang menjadi koordinator kebijakan penanaman modal, baik

koordinasi antar instansi pemerintah, pemerintah dengan Bank Indonesia, serta

pemerintah dengan pemerintah daerah maupun antar pemerintah daerah.44 BKPM

juga diamanatkan sebagai badan advokasi bagi para investor, misalnya menjamin

tidak adanya ekonomi biaya tinggi.45

Selain itu BKPM selaku Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik

Indonesia juga berfungsi sebagai antarmuka utama antara bisnis dan pemerintah,

BKPM diberi mandat untuk mendorong investasi langsung dalam dan luar negeri

melalui penciptaan iklim investasi yang kondusif. Dikembalikan ke status menteri

tahun 2009, dan melaporkan langsung kepada Presiden Republik Indonesia,

tujuan badan promosi investasi ini tidak hanya untuk mencari investasi yang lebih

dalam dan luar negeri, tetapi juga mendapatkan investasi yang berkualitas yang

42

Republik Indonesia, Peraturan Presiden No.27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu Di Bidang Penanaman Modal, Bab I Pasal 1 angka 4.

45Wikipedia, “Badan

Koordinasi Penanaman Modal”, https://id.wikipedia.org/wiki/Badan_Koordinasi_Penanaman_Modal, (diakses pada tanggal 19 Oktober 2015).

44

Dhaniswara K. Harjono, Op.Cit., hlm 82. 45

(34)

meningkatkan ketimpangan sosial dan mengurangi pengangguran. Lembaga ini

bekerja sebagai advokat proaktif untuk investasi serta perantara pihak pemerintah

bagi investor.46

6. Laporan Kegiatan Penanaman Modal

Berdasarkan Peraturan Kepala BKPM No.3 Tahun 2012 tentang Pedoman

Dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal, Laporan Kegiatan

Penanaman Modal (LKPM) merupakan laporan mengenai perkembangan realisasi

penanaman modal dan kendala yang dihadapi penanam modal yang wajib

disampaikan secara berkala.47

F. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan atas hasrat keingintahuan yang besar mengenai

kewajiban menyampaikan laporan kegiatan penanaman modal yang harus disertai

asas keterbukaan. Penelitian yang digunakan dalam pembuatan skripsi ini diliputi

dengan :

1. Jenis Penelitian

Skripsi ini merupakan penelitian hukum normatif terhadap asas

keterbukaan yang bersifat deskriptif dan bertujuan untuk menjelaskan mengapa

suatu laporan kegiatan penanaman modal harus disertai prinsip keterbukaan.48

Penelitian hukum ini didasarkan fakta yuridis yang berlaku di dalam masyarakat,

relevan bagi kehidupan hukum dan berdasarkan pengetahuan dari sumber data

46

Indonesia Embassy Seoul,” Invest in Indonesia”, http://kbriseoul.kr/kbriseoul/index.php/en/2013-01-07-14-13-36/invest-in-indonesia, (diakses pada tanggal 20 Oktober 2015).

47

Republik Indonesia, Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal No.3 Tahun 2012 tentang Pedoman danTata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal, Bab I Pasal 1 angka 18.

48

(35)

sekunder yang sebelumnya telah diteliti oleh penulis lainnya.49 Penelitian normatif

ditinjau dari sudut tujuan penelitian hukum sendiri mencakupi: 50

a. Penelitian terhadap asas-asas hukum,

b. Penelitian terhadap sistematika hukum,

c. Penelitian terhadap taraf sinkronisasi hukum,

d. Penelitian sejarah hukum,

e. Penelitian perbandingan hukum.

Penulis dalam menulis skripsi ini menggunakan inventarisasi hukum

positif yang meliputi peraturan perundang-undangan yang relevan dengan

penanaman modal, peraturan pemerintah yang dikeluarkan oleh kepala BKPM

yang secara de facto berlaku sebagai peraturan yang menyangkut koordinasi

pelaksanaan kebijakan di bidang penanaman modal. Pengumpulan data diambil

secara studi kepustakaan yang terdiri dari data-data primer dan sekunder

kemudian ditelusuri dan diuraikan secara sistematis, faktual dan akurat.51

2. Data dan Sumber Data

Data yang diambil dalam menyusun skripsi ini adalah berasal dari bahan

primer dan sekunder. Bahan hukum primer adalah dokumen peraturan yang

mengikat dan ditetapkan oleh pihak yang berwenang.52Sedangkan bahan data

sekunder terdiri dari bahan hukum yang telah ditulis atas dasar penelitian

sebelumnya oleh kalangan praktisi hukum dan bermaksud untuk menjelaskan

bahan hukum primer. Bahan hukum primer yang digunakan oleh penulis adalah

49Ibid.

, hlm 18-19. 50

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), 1984), hlm 51.

51

Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum: Suatu Pengantar, Ed. Pertama, Cet. Kedua (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1998), hlm 36.

52

(36)

Undang-Undang No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Peraturan

Presiden No.90 Tahun 2007 tentang Tata Cara Organisasi Badan Koordinasi

Penanaman Modal, Peraturan Presiden No.27 Tahun 2009 tentang Pelayanan

Terpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman Modal, Peraturan Kepala Badan

Koordinasi Penanaman Modal No.3 Tahun 2012 tentang Pedoman dan Tata Cara

Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal dan sebagainya. Untuk bahan

hukum sekunder yang digunakan untuk memberikan penjelasan atas data yang

terdapat dalam bahan hukum primer diatas yaitu seperti jurnal, makalah, bahan

presentasi, hasil karya praktisi hukum dan hasil karya ilmiah yang dinilai relevan

datanya.

3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara menganalisis fakta-fakta

terhadap peraturan perundang-undangan, buku-buku, dokumen, majalah, surat

kabar dan media elektronik seperti website lembaga asing dan jurnal-jurnal asing.

Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan cara studi kepustakaan (library

research) yang bertujuan untuk memperoleh suatu kebenaran di dalam skripsi ini.

Penelitian yang dilakukan dalam memperoleh kebenaran bersifat induktif-deduktif

53

yaitu memaparkan memorandum hukum yang merupakan tulisan hukum yang

dibuat oleh pakar hukum mengenai fakta-fakta dalam masalah hukum, yang

memuat informasi mengenai hukum positif yang tengah berlaku dalam penegakan

hukum nasional di dalam bidang penanaman modal sebagai tindakan memajukan

kesejahteraan ekonomi masyarakat dan negara.54

Mengingat bahwa jumlah materi kepustakaan yang berkaitan dengan judul

53

Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, Cet.Kelima, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2007), hlm 15.

54

(37)

yang diangkat penulis dalam penulisan skripsi ini lumayan sedikit terutama dalam

mengungkit mengenai asas keterbukaan, maka penulis banyak menggunakan

literatur jurnal internasional yang berasal dari media elektronik seperti website

OECD (Organization for Economic Co-operation and Development), NSWI

(National Single Window for Investment), dan lain-lain.

4. Analisis Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan analisis yuridis normatif

kualitatif, yaitu data yang diperoleh kemudian disusun secara sistematis dan sesuai

dengan sinkronisasi hierarki perundang-undangan. selanjutnya dianalisis secara

kualitatif untuk mencapai kejelasan masalah yang akan dibahas dan hasilnya

tersebut dituangkan dalam bentuk skripsi. Metode kualitatif dilakukan guna

mendapatkan data yang bersifat deskriptif, yaitu data-data yang akan diteliti dan

dipelajari berdasarkan teori yang bersifat umum, lalu dibandingkan dengan

seperangkat data yang lain.55

G. Sistematika Penulisan

Dalam menghasilkan karya ilmiah yang baik, maka pembahasannya harus

disusun secara beraturan dan komprehensif. Untuk memudahkan penulisan skripsi

ini maka diperlukan adanya penguraian dalam bab per bab secara teratur dan

seksama. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah :

Bab I adalah bab pendahuluan yang menguraikan tentang latar belakang,

rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, keaslian penulisan, tinjauan

kepustakaan, metode penelitian dan sistematika penulisan.

55

(38)

Bab II merupakan penerapan prinsip keterbukaan dalam kegiatan

penanaman modal berdasarkan UU no.25 tahun 2007 tentang penanaman modal

dan peraturan pelaksanaannya. Bab ini berisikan mengenai tentang pengertian

prinsip keterbukaan, tujuan diadakannya prinsip keterbukaan dalam kegiatan

penanaman modal, dan bagaimana penerapan prinsip keterbukaan berdasarkan

UU No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dan Peraturan Pelaksanaannya.

Bab III menguraikan pengaturan kewajiban pembuatan laporan kegiatan

penanaman modal dalam UU nomor 25 tahun 2007 tentang penanaman modal.

Bab ini berisikan mengenai tentang pengertian dan dasar hukum kewajiban

menyampaikan laporan kegiatan penanaman modal, apa fungsi laporan kegiatan

penanaman modal dalam pengendalian penanaman modal, bagaimana tata cara

penyampaian laporan kegiatan penanaman modal, dan bagaimanakah evaluasi

laporan kegiatan penanaman modal dan sanksinya apabila tidak diserahkan.

Bab IV adalah peranan badan koordinasi penanaman modal (BKPM)

berkaitan dengan kewajiban pembuatan LKPM. Bab ini berisikan mengenai latar

belakang pendirian badan koordinasi penanaman modal di indonesia, dasar hukum

yang berlaku untuk badan koordinasi penanaman modal, peran badan koordinasi

penanaman modal dalam kegiatan penanaman modal dan peran badan koordinasi

penanaman modal dalam hal terkait laporan kegiatan penanaman modal.

Bab V merupakan bab penutup yang dibagi dengan bagian kesimpulan dan

saran. Bab terakhir ini berisi kesimpulan dan saran penulis mengenai kewajiban

pembuatan laporan kegiatan penanaman modal berdasarkan asas keterbukaan

(39)

diharapkan atas pembuatan kesimpulan dan saran ini, kelak akan berguna bagi

Referensi

Dokumen terkait

Dengan itu pada perpustakaan Universitas Ahmad Dahlan (UAD) harus adanya sistem yang dapat menentukan keterkaitan antar skripsi sehingga mahasiswa dengan mudah mencari keterkaitan

Pil pagi disebut juga kontrasepsi pasca coitus (post coital contraception) merupakan pil berisi esterogen dosis tinggi yang diminum pada pagi hari setelah

Ikan yang diberi pakan dengan tambahan Cr*3 1.5 ppm memberikan laju pertumbuhan harian lebih besar dibandingkan dengan kontrol meskipun ikan mengonsumsi sejumlah pakan dengan

Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar 0.031< 0.05 adanya perbedaan signifikan ini menunjukan bahwa Bank Asing memiliki kemampuan yang lebih baik

Input Nilai Siswa Admin.. Gambar 2 menunjukkan interaksi yang dilakukan antara admin dengan sistem. Use case olah data kelas adalah aktivitas yang dilakukan admin

pada Kelapa Sawit (Elaesis guinensis Jacq.) dan Pengaruh Beberapa Mikroba Tanah Antagonistik Terhadap Pertumbuhannya.. Abadi A L and Dharmaputra O S 1998 Pengaruh pH

semua kolesteatom, meatoplasti yang tidak adekuat dan ketidakpatuhan pasien untuk kontrol setelah

dibandingkan dengan kelompok kontrol positif tidak terdapat perbedaan bermakna untuk sel radang akut (neutrofil) dengan nilai p=0,638 (p>0,05) dan sel radang kronis (makrofag)