• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pengembangan Karir dan Motivasi Terhadap Kepuasan Kerja Pegawai PT. Taspen (persero) Kantor Cabang Utama Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pengembangan Karir dan Motivasi Terhadap Kepuasan Kerja Pegawai PT. Taspen (persero) Kantor Cabang Utama Medan"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengembangan Karir 2.1.1 Pengertian Karir

Menurut Handoko (2001:123) Karir adalah semua pekerjaan atau jabatan

yang di tangani atau di pegang selama kehidupan kerja seseorang. Dengan

demikian karir menunjukkan perkembangan para pegawai secara induvidual

dalam jenjang jabatan atau kepangkatan yang dapat dicapai selama masa kerja

dalam suatu organisasi. Menurut Daniel C. Feldam dan Hugh J. Arnold (dalam

Moekijat, (2010: 75)

1. Istilah karir tidak hanya berhubungan dengan induvidu yang mempunyai

pekerjaan yang statusnya tinggi atau yang mendapat kemajuan cepat. Istilah

karir sedikit banyaknya telah didemokratisasi yang mana sekarang karir

menunjukkan rangkaian atau urutan pekerjaan/jabatan yang di pegang oleh

orang orang selama riwayat pekerjaannya, tidak pandang tingkat pekerjaan atau

tingkat organisasinya. Pejabat pimpinan mempunyai karir, demikian pula

seketaris pejabat pimpinan.

2. Istilah karir tidak lagi hanya menunjukkan perubahan pekerjaan gerak vertikal,

naik dalam suatu organisasi. Meskipun sebagian besar karyawan masih

berusaha mencapai kemajuan, akan tetapi banyaknya orang yang menolak

pekerjaan yang lebih berat tanggung jawabnya untuk tetap dalam jabatan yang

sekarang dipegang dan disukainya makin bertambah. Sekarang banyak gerakan

(2)

Irianto (2001:93) Menjelasakan terdapat dua cara pendekatan untuk

memahami makna karir, pendekatan pertama memandang karir sebagai pemilikan

(a property) dan (occupation) atau organisasi. Dimana karir dapat dilihat sebagai

jalur mobilitas didalam organisasi yang tunggal. Pendekatan kedua memandang

karir sebagai suatu properti atau kualitas induvidual dan bukan okupsi atau

organisasi. Setelah setiap induvidu mengakumulasikan serangkaian jabatan,

posisi, dan pengalaman tertentu. pendekatan ini mengakui kemajuan karir yang

telah dicapai seseorang.

Melihat pengertian karir dari beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan

bahwa karir adalah segala jabatan seseorang didalam suatu perusahaan yang

menggambarkan segala perkembangan induvidu karyawan didalam jenjang karir

selama masa kerja nya.

2.1.2 Pengertian Pengembangan Karir

Menurut Sadili Samsudin dalam Isyanto (2013:76) Mendefinisikan

Pengembangan Karir adalah suatu usaha meningkatkan kemampuan teknis,

teoritis, konseptual, dan moral karyawan sesuai dengan kebutuhan

pekerjaan/jabatan melalui pendidikan dan pelatihan.

Pengertian pengembangan karir menurut Mondy (2010:228)

Pengembangan karir adalah pendekatan formal yang digunakan perusahaan untuk

memastikan bahwa orang-orang dengan kualifikasi dan pengalaman yang tepat,

(3)

Menurut Nawawi (2008:289) mengatakan bahwa pengembangan karir

adalah usaha yang dilakukan secara formal dan berkelanjutan dengan difokuskan

pada peningkatan dan penambahan kemampuan seorang pekerja.

Menurut Andrew J. Fubrin dalam Mangkunegara (2009:136), berpendapat

bahwa pengembangan karir adalah aktivitas kepegawaian yang membantu

pegawai-pegawai merencanakan karir masa depan mereka di perusahaan agar

perusahaan dan pegawai yang bersangkutan dapat mengembangkan diri secara

maksimum.

Dari paparan berbagai teori mengenai Pengembangan karir dari berbagai

ahli, dapat ditarik kesimpulan bahwa pengembangan karir adalah

aktivitas-aktivitas dari karyawan di dalam meningkatkan kompetensi demi mencapai tujuan

karir yang diinginkan secara maksimal dan berkelanjutan dengan perusahaan

sebagai penyedia fasilitas pengembangan karir.

2.1.3 Dimensi Pengembangan Karir

Dimensi pengembangan karir menurut Rivai (2004: 80), yaitu:

1. Latar belakang pendidikan merupakan salah satu syarat untuk duduk disebuah

jabatan yang dapat dilihat dari jenjang pendidikan.

2. Pelatihan merupakan proses mengajarkan pengetahuan dan keahlian tertentu

serta sikap agar pegawai semakin terampil dan mampu melaksanakan tanggung

jawab dengan semakin baik dan pada akhirnya pelatihan tersebut dapat

(4)

3. Pengalaman kerja adalah tingkat penguasaan pengetahuan serta keterampilan

seseorang yang dapat diukur dari masa kerja seseorang.

2.1.4 Tujuan Pengembangan Karir

Menurut Rivai (2004: 89) pengembangan karir yang dirancang secara baik

akan membantu dalam menentukan kebutuhan karir mereka sendiri dan

menyesuaikan antara kebutuhan karyawan dengan tujuan perusahaan. Adapun

tujuan pengembangan karir menurut Andrew J Dubrin dalam Mangkunegara

(2009) adalah sebagai berikut :

1. Membantu dalam pencapaian tujuan induvidu dan perusahaan.

Pengembangan karir membantu pencapaian tujuan perusahaan dan tujuan

induvidu. Seorang pegawai yang sukses dengan prestasi kerja sangat baik

kemudian menduduki posisi jabatan yang lebih tinggi, hal ini berarti tujuan

perusahaan dan tujuan induvidu tercapai. Pengembangan Karir Organisasi,

Manajemen Karir (career Management), perencanaan Karir (career Planing).

2. Menunjukkan hubungan kesejahteraan pegawai.

Perusahaan merencanakan karir pegawai dengan meningkatan kesejahteraan

agar pegawai lebih tinggi loyalitasnya.

3. Membantu pegawai menyadari kemampuan potensi mereka

Pengembangan karir membantu menyadarkan pegawai akan kemampuannya

untuk menduduki suatu jabatan tertentu sesuai dengan potensi dan keahlian.

4. Memperkuat hubungan antara pegawai dan perusahaan

Pengembangan karir akan memperkuat hubungan dan sikap pegawai terhadap

(5)

5. Membuktikan tanggung jawab sosial

Pengembangan karir suatu cara menciptkan iklim kerja yang positif dan

pegawai-pegawai menjadi lebih bermental sehat.

6. Membantu memperkuat pelaksanaan program-program perusahaan lainnya

agar tujuan perusahaan tercapai.

7. Mengurangi turnover dan biaya kepegawaian.

Pengembangan karir dapat menjadikan turnover rendah dan begitu pula biaya

kepegawaian menjadi lebih efektif.

8. Mengurangi keusangan profesi dan manajerial

Pengembangan karir dapat menghindarkan keusangan dan kebosanan profesi

dan manajerial.

9. Menggiatkan analisis dari keseluruhan pegawai

Pengembangan karir dimaksudkan mengintegrasikan perencanaan kerja dan

kepegawaian.

10.Menggiatkan suatu pemikiran (pandangan) jarak waktu yang panjang

Pengembangan karir berhubungan dengan jarak waktu yang panjang. Hal ini

karena penempatan suatu posisi jabatan memerlukan persyaratan dan

kualifikasi penempatan suatu posisi jabatan memerlukan persyaratan dan

kualifikasi yang sesuai dengan porsinya.

Menurut Ahmed, et al, (2010) didalam penelitiannya mengemukakan

bahwa pelatihan yang diberikan perusahaan memberikan kesempatan kepada

karyawan untuk 'meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka untuk

(6)

bekerja dibandingkan dengan karyawan yang tidak terlatih. Program pelatihan ini

secara positif meningkatkan kompetensi karyawan, yang baik untuk

pengembangan karir mereka dalam mencapai jenjang karir yang diinginkan.

Dengan mendapatkan program pelatihan ,karyawan bisa mendapatkan

kepercayaan diri dalam merencanakan evolusi karir, dan memiliki pikiran positif

untuk perusahaan mereka.

2.1.5 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengembangan Karir

Menurut Rivai (2012: 108) aspek-aspek yang terdapat dalam

pengembangan karir induvidu adalah :

1. Prestasi Kerja (Job Performance)

Merupakan komponen yang paling penting untuk pengembangan karir yang

paling penting untuk meningkatkan dan mengembangkan karir seorang

karyawan. Kemajuan karir sebagian besar tergantung atas prestasi kerja yang

baik dan etis. Dengan mengetahui hasil atas kinerjanya maka karyawan dapat

mengukur kesempatannya terhadap pengembangan karir. Asumsi terhadap

kinerja yang baik akan melandasi seluruh aktivitas pengembangan karir. Ketika

kinerja di bawah standar maka dengan mengabaikan upaya-upaya ke arah

pengembangan karir pun biasanya tujuan karir yang paling sederhana pun tidak

dapat dicapai. Kemajuan karir umumnya terletak pada kinerja dan prestasi.

2. Pengenalan Oleh Pihak Lain (Exposure)

Tanpa pengenalan oleh pihak lain maka karyawan yang baik tidak akan

mendapatkan peluang yang diperlukan guna mencapai tujuan mereka. Manajer

(7)

karyawan, laporan, tertulis, presentasi lisan, pekerjaan komite dan jam-jam

yang dihabiskan.

3. Jaringan Kerja (Net Working)

Jaringan kerja berarti perolehan eksposure di luar perusahaan. Mencakup

kontak pribadi dan professional. Jaringan tersebut akan sangat bermanfaat bagi

karyawan terutama dalam pengembangan karirnya.

4. Pengunduran diri (resignation).

Kesempatan berkarier yang banyak dalam sebuah perusahaan memberikan

kesempatan untuk pengembangan karir karyawan, hal ini akan mengurangi

tingkat pengunduran diri untuk mengembangkan diri di perusahaan lain

(leveraging).

5. Kesetiaan terhadap organisasi

Level loyalitas yang rendah merupakan hal yang umum terjadi di kalangan

lulusan perguruan tinggi terkini yang disebabkan ekspektasi terlalu tinggi pada

perusahaan tempatnya bekerja pertama kali sehingga seringkali menimbulkan

kekecewaan. Hal yang sama juga terjadi pada kelompok profesional dimana

loyalitas pertamannya diperuntukkan bagi profesi. Untuk mengatasi hal ini

sekaligus mengurangi tingkat keluarnya karyawan (turn over) biasanya

perusahaan “membeli” loyalitas karyawan dengan gaji, tunjangan yang tinggi,

melakukan praktek-praktek SDM yang efektif seperti perencanaan dan

pengembangan karir. Sementara perusahaan lainnya membatasi mobilitas

(8)

di perusahaan pesaing, biasanya kontrak ini berlaku untuk jangka waktu

setahun.

6. Pembimbing dan sponsor (Mentors and sponsors).

Adanya pembimbing dan sponsor akan membantu karyawan dalam

mengembangkan karirnya. Pembimbing akan memberikan nasehat-nasehat

atau saran-saran kepada karyawan dalam upaya pengembangan karirnya,

pembimbing berasal dari internal perusahaan. Mentor adalah seseorang di

dalam perusahaan yang menciptakan kesempatan untuk pengembangan

karirnya.

7. Bawahan yang mempunyai peran kunci (Key Subordinate).

Atasan yang berhasil memiliki bawahan yang membantu kinerja mereka.

Bawahan dapat memiliki pengetahuan dan keterampilan khusus sehingga

atasan dapat belajar darinya, serta membantu atasan melakukan

tugas-tugasnya. Bawahan kunci mengumpulkan, menafsirkan informasi, melengkapi

keterampilan atasan mereka dan bekerja secara kooperatif untuk

mengembangkan karir atasan mereka. Hal ini juga menguntungkan bagi

mereka membuat mereka mendaki tangga karir ketika atasan mereka

dipromosikan, serta menerima tugas penting dalam upaya mengembangkan

karir mereka.

8. Peluang untuk tumbuh (Growth opportunities)

Karyawan hendaknya diberikan kesempatan untuk meningkatkan

(9)

pendidikannya. Hal ini akan memberikan karyawan kesempatan untuk tumbuh

dan berkembang sesuai dengan rencana karirnya.

9. Pengalaman internasional (International experience)

Untuk orang-orang yang mendekati posisi operasional atau staf senior, maka

pengalaman internasional menjadi peluang pertumbuhan yang sangat penting.

Khususnya bagi perusahaan-perusahaan domestik dimana penjualan tinggi

berasal dari operasi internasional, juga bagi perusahaan-perusahaan global.

Penelitian ini menggunakan komponen pengembangan karir milik Rivai dan

Sagala dimana pernyataan-pernyataan disusun untuk mengukur apakah

perusahaan telah menciptakan kondisi yang menunjang upaya-upaya individu

untuk mewujudkan perencanaan karirnya, di mana di dalamnya juga

mencakup upaya perusahaan dalam menciptakan kesadaran individu akan

pentingnya mengetahui sasaran karir, serta langkah-langkah yang perlu

diketahui oleh individu karyawan untuk mencapai sasaran karir tersebut.

Namun komponen bawahan yang mempunyai peran kunci (key subordinate)

tidak dipergunakan, karena hubungan antara atasan dan bawahan sudah

terwakili oleh aspek loyalitas organisasi serta aspek pembimbing dan sponsor.

2.1.6 Model Pengembangan Karir

Rivai (2009: 275) menjelaskan dalam pelaksanaan pengembangan karir

dilakukan pemisahaan antara pengembangan karir individu dengan

pengembangan karir institusional. Pengembangan karir individual adalah

pengembangan yang dilakukan oleh individu/karyawan, sedangkan

(10)

Lebih lanjut Rivai mengemukakan Subproses yang terdapat dalam

pengembangan karir individual adalah sebagai berikut :

1. Pilihan bersifat jabatan

2. Pilihan organisasi

3. Pilihan penugasan pekerjaan

4. Pilihan pengembangan diri

Sedangkan subproses yang terdapat dalam pengembangan karir

institusional adalah sebagai berikut :

a. Rekruitmen dan seleksi

b. Alokasi SDM

c. Penilaian dan Evaluasi

d. Pelatihan dan Pengembangan

Pengembangan karir organisasional merupakan hasil yang muncul dari

interaksi antara perencanaan karir dan proses manajemen karir institusional.

Perencanaan karir merupakan proses yang disengaja supaya :

1 Menyadari diri sendiri, peluang, kesempatan, kendala, pilihan,dan

konsekuensi,

2 Mengidentifikasi tujuan yang berkaitan dengan karir,

3 Penyusunan program kerja, pendidikan, dan yang berhubungan dengan

pengalaman bersifat pengembangan untuk menyediakan arah, waktu, dan

urutan langkah-langkah yang diambil unutk meraih tujuan karir spesifik.

(11)

dan pemantauan rencana karir yang dilakukan oleh individu itu sendiri atau

seiring dengan system karir organisasi.

2.2 Motivasi

2.2.1 Pengertian Motivasi

Siagian (2009:138) Kata motivasi berasal dari kata latin yaitu movere yang

berarti dorongan atau penggerak. Motivasi adalah daya pendorong yang

mengakibatkan seorang anggota organisasi mau dan rela untuk mengerahkan

kemampuan dalam bentuk tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan

berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan melaksanakan

kewajibanya dalam rangka pecapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang

telah ditentukan sebelumnya. Siagian (2009:140) Motivasi merupakan perubahan

energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya felling dan didahului

dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.

Robbin dalam Brahmasari dan Suprayetno (2008) mengemukakan bahwa

motivasi adalah keinginan melakukan sebagai kesediaan untuk mengeluarkan

tingkat upaya yang tinggi demi tujuan-tujuan organisasi, yang dikondisikan oleh

kemampuan upaya itu dalam memenuhi suatu kebutuhan individual.

Lebih jauh Anoraga (2001) menyatakan bahwa motivasi ialah suatu model

dalam menggerakkan dan mengarahkan para karyawan agar dapat melaksanakan

tugasnya masing-masing dalam mencapai sasaran – dengan penuh kesadaran,

kegairahan, dan bertanggung jawab.

Prabu (2012) di dalam penelitian nya mengungkapkan Motivasi

(12)

pekerjaan yang merupakan akumulasi dari proses yang berbeda yang

mempengaruhi dan mengarahkan perilaku seseorang untuk mencapai beberapa

spesifik tujuan¸ yang mengacu pada dampak positif pada suatu pekerjaan dimana

dalam sebuah organisasi, kinerja terbaik dari karyawan adalah pekerjaan yang

layak dengan sebagian besar karyawan yang berkomitmen kepada tujuan yang

ingin di capai baik induvidu maupun tujuan organisasi.

Prabu (2012) Motivasi mengandung efek psikologis yang menyebabkan

gairah, arah dan ketekunan dari tindakan induvidu yang dapat membuat individu

karyawan memiliki komitmen penuh terhadap tujuan yang ingin dicapai

Dari pernyataan tersebut mengungkapkan bahwa motivasi berpengaruh

terhadap induvidu atau karyawan dalam melakukan sebuah pekerjaan untuk dapat

mencapai tujuan pribadi yang mengacu kepada dampak positif terhadap tujuan

organisasi atau perusahaan yang ditunjukkan dari perilaku dan komitmen dari

setiap induvidu karyawan.

Dari paparan berbagai teori mengenai motivasi dari berbagai ahli, dapat

ditarik kesimpulan bahwa Motivasi adalah berbagai usaha yang dilakukan oleh

manusia untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Namun, untuk memenuhi

kebutuhan dan keinginannya tidaklah mudah untuk didapat tanpa melalui usaha

yang maksimal. Dalam pemenuhannya kebutuhannya, seorang akan berprilaku

sesuai dengan dorongan yang dimiliki dan apa yang mendasari perilakunya. Di

dalam dunia kerja motivasi pegawai tidaklah hanya berdampak terhadap

induvidual saja seperti yang di kemukakan oleh (Ahmed et al, 2010), bahwa efek

(13)

sesuai dengan kebutuhannya. Karenanya efek suatu motivasi tidak hanya dapat

dirasakan oleh seorang karyawan namun juga berpengaruh bagi perusahaan.

2.2.2 Teori Motivasi

Terdapat bermacam-macam teori mengenai motivasi menurut para ahli

yang menjelaskan tentang motivasi. Menurut Hariandja (2007:324), teori ini

dikelompokkan kedalam enam (6) katagori, yaitu :

1. Teori Maslow

Salah satu teori motivasi yang paling banyak diacu adalah teori "Hirarki

Kebutuhan" yang dikemukakan oleh Abraham Maslow. Maslow memandang

kebutuhan manusia berdasarkan suatu hirarki kebutuhan dari kebutuhan yang

paling rendah hingga kebutuhan yang paling tinggi. Kebutuhan pokok

manusia yang diidentifikasi Maslow dalam urutan kadar pentingnya adalah

sebagai berikut:

a. Kebutuhan Fisiologis (Basic Needs) merupakan hirarki kebutuhan manusia

yang paling dasar yang merupakan kebutuhan untuk dapat hidup seperti

makan, minum, perumahan, oksigen, tidur dan sebagainya.

b. Kebutuhan akan Rasa Aman (Securily Needs) meliputi keamanan akan

perlindungan dari bahaya kecelakaan kerja, jaminan akan kelangsungan

pekerjaannya dan jaminan akan hari tuanya pada saat mereka tidak lagi

bekerja.

c. Kebutuhan Afiliasi atau Akseptansi (Social Needs)

a) Kebutuhan akan perasaan diterima di mana ia bekerja

(14)

c) Kebutuhan untuk bisa berprestasi

d) Kebutuhan untuk bisa ikut serta

d. Kebutuhan penghargaan (Esteem Needs) Jenis kebutuhan ini menghasilkan

kepuasan seperti kekuasaan, prestasi, status dan keyakinan akan diri sendiri.

e. Kebutuhan Perwujudan Diri (Self-Actualization) Kebutuhan ini merupakan

kebutuhan paling tinggi, yakni kebutuhan untuk menjadi orang yang

dicita-citakan dan dirasakan mampu mewujudkannya.

2. Teori Dua Faktor Herzberg

Herzberg mengklaim telah menemukan penjelasan dua faktor motivasi yaitu:

a. Hygiene Factors , yang meliputi gaji, kehidupan pribadi, kualitas supervisi,

kondisi kerja, jaminan kerja, hubungan antar pribadi, kebijaksanaan dan

administrasi perusahaan. (Eksternal)

b. Motivation Factors , yang dikaitkan dengan isi pekerjaan mencakup

keberhasilan, pengakuan, pekerjaan yang menantang, peningkatan dan

pertumbuhan dalam pekerjaan. (Internal).

3. Teori Kebutuhan ERG Alderfer

Teori ERG Alderfer (Existence, Relatedness, Growth) adalah teori motivasi

yang dikemukakan oleh Clayton P. Alderfer. Teori Alderfer menemukan

adanya 3 kebutuhan pokok manusia:

a. Existence Needs (Kebutuhan Keadaan) adalah suatu kebutuhan akan tetap

bisa hidup sesuai dengan tingkat kebutuhan tingkat rendah dari Maslow

yaitu meliputi kebutuhan fisiologis dan kebutuhan akan rasa aman serta

(15)

b. RelatednessNeeds (Kebutuhan Berhubungan) mencakup kebutuhan untuk

berinteraksi dengan orang lain. Kebutuhan ini sesuai dengan kebutuhan

afiliasi dari Maslow dan hygiene factors dari Herzberg.

c. Growth Needs (Kebutuhan Pertumbuhan) adalah kebutuhan yang

mendorong seseorang untuk memiliki pengaruh yang kreatif dan produktif

terhadap diri sendiri atau lingkungan. Realisasi dari kebutuhan penghargaan

dan perwujudan diri dari Maslow dan motivasion factors dari Herzberg.

4. Teori Motivasi Ekspektansi

Teori motivasi ini diungkapkan oleh Vroom. Vroom mengemukakan bahwa

orang-orang akan termotivasi untuk melakukan hal-hal tertentu guna mencapai

tujuan apabila mereka yakin bahwa tindakan mereka akan mengarah pada

pencapaian tujuan tersebut.

5. Teori Motivasi Klasik

Teori motivasi ini diungkapkan oleh Frederick Taylor yang menyatakan

bahwa pekerja hanya termotivasi semata-mata karena uang. Konsep ini

menyatakan bahwa seseorang akan menurun semangat kerjanya bila upah

yang diterima dirasa terlalu sedikit atau tidak sebanding dengan pekerjaan

yang harus dilakukan. Griffin

6. Teori X dan Y

Teori ini dikemukakan oleh Douglas McGregor. Ia membedakan dua (2) tipe

pekerja yaitu X dan Y.

a. Teori X, menyatakan bahwa orang-orang sesungguhnya malas dan tidak

(16)

b. Teori Y, menyatakan bahwa orang-orang sesungguhnya energik,

berorientasi kepada perkembangan, memotivasi diri sendiri, dan tertarik

untuk menjadi produktif.

2.2.3 Tujuan Motivasi

Tujuan pemberian motivasi menurut Hasibuan (2009 : 221) adalah sebagai

berikut:

a. Medorong gairah dan semangat kerja karyawan.

b. Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan.

c. Meningkatkan produktivitas kerja karyawan.

d. Mempertahankan loyalitas dan kestabilan karyawan perusahaan.

e. Meningkatkan kedisiplinan dan menurunkan tingkat absensi karyawan.

f. Mengefektifkan pengadaan karyawan.

g. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik.

h. Meningkatkan kreatifitas dan partisipasi karyawan.

i. Meningkatkan tingkat kesejahteraan karyawan.

j. Mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-tugasnya.

k. Meningkatkan efisiensi pengguanaan alat - alat dan bahan baku.

2.2.4 Jenis dan Metode Motivasi

Menurut Hasibuan (2009: 221) jenis-jenis motivasi adalah sebagai berikut:

1. Motivasi positif

Manajer memotivasi bawahan dengan memberikan hadiah kepada mereka

(17)

akan meningkat, karena pada umumnya manusia senang menerima yang baik–

baik saja.

2. Motivasi negatif

Manajer memotivasi bawahannya dengan memberikan hukuman kepada

mereka yang pekerjaannya kurang baik (prestasinya rendah). Dengan motivasi

negatif ini semangat kerja bawahan dalam jangka pendek akan meningkat,

karena mereka takut dihukum; tetapi dalam waktu jangka panjang akan

berakibat kurang baik.

Metode motivasi menurut Hasibuan (2009:222) adalah sebagai berikut :

1. Metode langsung

Adalah motivasi (material dan non material) yang diberikan secara langsung

kepada setiap individu karyawan untuk memenuhi kebutuhan dan

kepuasannya. Jadi sifatnya khusus seperti memberikan pujian, penghargaan,

bonus, piagam, dan lain sebagainya.

2. Motivasi tidak langsung

Adalah motivasi yang diberikan hanya merupakan fasilitas–fasilitas yang

mendukung serta menunjang gairah kerja/kelancaran tugas, sehingga

(18)

2.3 Kepuasan Kerja

2.3.1 Pengertian Kepuasan Kerja

Menurut Robbins (2008:256) Kepuasan kerja adalah sikap positif

terhadap pekerjaan pada diri seseorang. Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan

hal yang bersifat induvidual. Setiap induvidu akan memiliki tingkat kepuasan

yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai yang berlaku pada dirinya,

Biasanya orang akan merasa puas atas kerja yang telah atau sedang dijalankan

apabila apa yang dikerjakan dianggap telah memenuhi harapan, sesuai dengan

tujuannya bekerja. Apabila seseorang mendambakan sesuatu, berarti yang

bersangkutan memiliki suatu harapan dan dengan demikian akan termotivasi

untuk melakukan tindakan kearah pencapaian harapan tersebut. Jika harapan

tersebut terpenuhi, maka akan dirasakan kepuasan. Kepuasan kerja menunjukkan

kesesuaian antara harapan seseorang yang timbul dan imbalan yang disediakan

pekerjaan, sehingga kepuasan kerja juga berkaitan erat dengan teori keadilan,

perjanjian psikologis dan motivasi.

Lebih lanjut Robbins (2009) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai suatu

sikap umum seorang individu terhadap pekerjaannya dimana dalam pekerjaan

tersebut seseorang dituntut untuk berinteraksi dengan rekan sekerja dan atasan,

mengikuti aturan dan kebijaksanaan organisasi, memenuhi standar kinerja.

Hasibuan ( 2008 : 202 ), menyatakan bahwa Kepuasan kerja adalah Sikap

emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaanya. Sikap ini di

(19)

Menurut teori yang dikemukakan beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan

bahwa kepuasan kerja adalah suatu bentuk sikap yang ditunjukkan seorang

karyawan dalam menggambarkan kondisi dan sikapnya secara pribadi atas

pekerjaan yang dilakukan sebagai wujud kesesuaian atas harapan yang diinginkan

di dalam bekerja.

2.3.2 Dimensi Kepuasan Kerja

Menurut Weiss dalam Felman dan Arnold dalam Prawirodirjo (2007) ada

Beberapa dimensi atau faktor yang dapat dijadikan unsur untuk menilai perasaan

puas atau tidak puasnya seorang pegawai terhadap pekerjaannya, yaitu:

1. Compensation (kompensasi): kompensasi mempunyai peranan penting dalam

menentukan kepuasan kerja karena dapat digunakan sebagai alat untuk

memenuhi kebutuhan, symbol dari prestasi, dan pengakuan karena

mencerminkan penghargaan atas peran sertanya.

2. Coworkers (rekan kerja): yaitu kesempatan yang dimiliki pegawai untuk

bekerja sama dengan pegawai lainnya sehingga memiliki kesempatan bertukar

pikiran dan mendiskusikan masalah pekerjaan, sehingga masalah yang ada

dalam pekerjaan bukan menjadi penyebeb kebosanan dan menjadi tantangan

yang harus dicarikan solusinya.

3. Pekerjaan itu sendiri: pegawai cenderung lebih menyukai pekerjaan yang

memberi kesempatan untuk menggunakan kemampuan dan ketrampilan,

kebebasan serta umpan balik. Karakteristik ini membuat kerja lebih

(20)

Namun pekerjaan yang terlalu menantang dapat menyebabkan frustasi dan

perasaan gagal.

4. Rekan kerja: bagi kebanyakan pegawai, kerja merupakan salah satu cara untuk

memenuhi kebutuhan interaksi sosial. Oleh karena itu mempunyai rekan kerja

yang menyenangkan dapat meningkatkan kepuasan kerja.

5. Company policies and practice (kebijakan dan peraturan perusahaan): yaitu

berbagai kebijakan dan peraturan yang diberlakukan, Untuk dapat melakukan

suatu kebijakan dan peraturan dengan baik perlu diperhatikan beberapa hal,

yaitu kesejahteraan, ancaman, ketegasan dalam pelaksanaan, sosialisasi, dan

kemampuan. Apabila pegawai merasa bahwa kebijakan dan peraturan yang ada

memadai maka hal ini akan menjadi sumber kepuasan kerja.

Sedangkan menurut Luthan dalam Suyanto (2012), berapa dimensi dari

kepuasan kerja adalah:

1. Pembayaran gaji atau upah

Pegawai menginginkan sistem upah yang dipersepsikan adil, tidak meragukan

dan segaris dengan harapannya. Gaji sebagai faktor multidimensi dalam

kepuasan kerja merupakan sejumlah upah/ uang yang diterima dan tingkat

dimana hal ini bisa dipandang sebagai hal yang dianggap pantas dibandingkan

dengan orang lain dalam organisasi. Uang tidak hanya membantu orang

memperoleh kebutuhan dasar, tetapi juga alat untuk memberikan kebutuhan

kepuasan pada tingkat yang lebih tinggi. Karyawan melihat gaji sebagai

refleksi dari bagaimana manajemen memandang kontribusi mereka terhada

(21)

diterima mereka sesuai dengan pekerjaan yang mereka lakukan tanpa adanya

keterlambatan penerimaan yang berdampak terhadap kepuasan kerja.

2. Pekerjaan itu sendiri

Pegawai cenderung lebih menyukai pekerjaan yang memberi kesempatan untuk

menggunakan kemampuan dan ketrampilan, kebebasan serta umpan balik.

Karakteristik ini membuat kerja lebih menantang. Pekerjaan yang kurang

menantang akan menciptakan kebosanan. Namun pekerjaan yang terlalu

menantang dapat menyebabkan frustasi dan perasaan gagal.

3. Rekan kerja

Bagi kebanyakan pegawai, kerja merupakan salah satu cara untuk memenuhi

kebutuhan interaksi sosial. Oleh karena itu mempunyai rekan kerja yang

menyenangkan dapat meningkatkan kepuasan kerja. Pada umumnya, rekan

kerja yang kooperatif merupakan sumber kepuasan kerja yang paling sederhana

pada karyawan secara individu. Kelompok kerja, terutama tim yang ‘kuat’

bertindak sebagai sumber dukungan, kenyamanan, nasehat, dan bantuan pada

anggota individu. Karena kelompok kerja memerlukan kesaling tergantungan

dan koordinasi antar unit kerja dalam menyelesaikan pekerjaan, dimana saling

mendukung antar sesama unit kerja menjadi Kondisi yang efektif untuk

membuat pekerjaan menjadi lebih menyenangkan, sehingga membawa efek

(22)

4. Promosi

Pada saat dipromosikan pegawai pada umumnya menghadapi peningkatan

tuntutan keahlian, kemampuan serta tanggung jawab. Sebagian besar pegawai

merasa positif jika dipromosikan. Oleh karena itu disamping sikap positif

pegawai yang menginginkan promosi, pegawai juga mengharapkan adanya

sistem promosi yang transparan dan adil dari perusahaan.

5. Penyelia (supervisi)

Supervisi mempunyai peran yang penting dalam suatu organisasi

karena berhubungan dengan pegawai secara langsung dan mempengaruhi

pegawai. Pengawasan merupakan kemampuan penyelia untuk memberikan

bantuan teknis dan dukungan perilaku. Ada 2 (dua) gaya pengawasan yang

dapat mempengaruhi kepuasan kerja. Yang pertama adalah berpusat pada

karyawan, diukur menurut tingkat dimana penyelia menggunakan

ketertarikan personal dan peduli pada karyawan, seperti memberikan

nasehat dan bantuan kepada karyawan, komunikasi yang baik dan meneliti

seberapa baik kerja karyawan, yang berujung pada bimbingan dan

pengarahan penyelia kepada karyawan didalam bekerja. Yang kedua

adalah standart kebijakan yang dibuat oleh perusahaan didalam

pengawasan kinerja pegawai yang dapat mempengaruhi pekerjaan

karyawan. Secara umum, kedua gaya tersebut sangat berpengaruh pada

(23)

2.3.2 Teori Kepuasan Kerja

Dalam buku Munandar (2010) yang berjudul Psikologi Industri, terdapat

beberapa teori-teori kepuasan kerja, yaitu :

1. Teori Pertentangan (Disperancy Theory)

Teori pertentangan dari Locke menyatakan bahwa kepuasan atau

ketidakpuasan terhadap beberapa aspek dari pekerjaan mencerminkan

penimbangan dua nilai: pertentangan yang dipersepsikan antara apa yang

diinginkan seseorang individu dengan apa yang ia terima, pentingnya apa yang

diinginkan bagi individu. Kepuasan kerja secara keseluruhan bagi seorang

individu adalah jumah dari kepuasan kerja dari setiap aspek pekerjaan dikalikan

dengan derajat pentingnya aspek pekerjaan bagi individu.

Menurut Locke, seorang individu akan merasa puas atau tidak puas

merupakan sesuatu yang pribadi, tergantung bagaimana ia mempersepsikan

adanya kesesuaian atau pertentangan antara keinginan-keinginannya dan

hasil-keluarannya.

2. Model dari Kepuasan Bidang/Bagian (Facet Satisfaction)

Model kepuasan bidang berkaitan erat dengan teori keadilan dari Adams.

Menurut model Lawler orang akan puas dengan bidang tertentu dari pekerjaan

mereka (misalnya dengan rekan kerja, atasan, gaji) jika jumlah dari bidang mereka

persepsikan harus mereka terima untuk melaksanakan kerja mereka sama dengan

jumlah yang mereka persepsikan dari yang secara actual mereka terima.

Jumlah dari bidang yang dipersepsikan orang sebagai sesuai tergantung

(24)

dan bagaimana mereka mempersepsikan masukan dan keluaran dari orang lain

yang dijadikan pertimbangan bagi mereka. Tambahan lagi, jumlah dari bidang

yang dipersepsikan orang dari apa yang secara actual mereka terima tergantung

dari hasil-keluaran yang secara actual mereka terima dan hasil-keluaran yang

dipersepsikan dari orang dengan siapa mereka bandingkan diri mereka sendiri.

3. Teori Proses-Bertentangan (Opponent-Process Theory)

Teori proses-bertentangan dari Landy memandang kepuasan kerja dari

perspektif yang berbeda secara mendasar daripada pendekatan yang lain. Teori ini

menekankan bahwa orang ingin mempertahankan suatu keseimbangan emosional

(emotional equilibrium).

Teori proses-bertentangan mengasumsikan bahwa kondisi emosional yang

ekstrim tidak memberikan kemaslahatan. Kepuasan atau ketidakpuasan kerja

(dengan emosi yang berhubungan) memacu mekanisme fisiologikal dalam sistem

pusat syaraf yang membuat aktif emosi yang bertentangan atau berlawanan. Di

hipotesiskan bahwa emosi yang berlawanan, meskipun lebih lemah dari emosi

yang asli, akan terus ada dalam jangka waktu yang lebih lama.

Teori ini menyatakan bahwa jika orang memperoleh ganjaran pada

pekerjaan mereka merasa senang, sekaligus ada rasa tidak senang (yang lebih

lemah). Setelah beberapa saat rasa senang menurun dan dapat menurun

sedemikian rupa sehingga orang merasa agak sedih sebelum kembali ke normal.

Ini demikian karena emosi tidak senang (emosi yang berlawanan) berlangsung

(25)

2.3.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja

Menurut Mangkunegara dalam Suyanto (2012), menyatakan bahwa

kepuasan kerja adalah perasaan yang menyokong atau tidak menyokong diri

pegawai yang berhubungan dengan pekerjaan maupun dengan kondisi kerjanya.

Lebih lanjut Mangkunegara menyatakan bahwa faktor yang ada pada diri pegawai

dan faktor yang ada pada pekerjaan adalah faktor yang mempengaruhi kepuasan

kerja, yaitu :

1. Faktor dari pegawai, meliputi: kecerdasan, kecakapan khusus, umur, jenis

kelamin, kondisi fisik, pendidikan, pengalaman, kerja, masa kerja, kepribadian,

emosi, cara berfikir, persepsi, dan sikap kerja.

2. Faktor dari pekerjaan, meliputi: jenis pekerjaan, struktur organisasi,

pangkat/golongan, kedudukan, mutu pengawasan, jaminan finansial,

kesempatan promosi, interaksi sosial, dan hubungan kerja.

Menurut Ghiselli dan Brown dalam Sunyoto (2012), faktor-faktor yang

mempengaruhi kepuasan kerja adalah:

1. Kedudukan

Orang beranggapan bahwa seseorang yang bekerja pada pekerjaan yang lebih

tinggi akan merasa lebih puas daripada yang berkedudukan lebih rendah

2. Pangkat

Pada pekerjaan yang mendasar pada perbedaan tingkat golongan, sehingga

pekerjaan tersebut memberikan kedudukan tertentu pada orang yang

melakukannya. Jika ada kenaikan upah maka yang beranggapan sebagai

(26)

3. Umur

Dinyatakan adanya hubungan antara kerja dengan umur SDM. Umur 25 tahun

sampai 34 tahun dan umur 40 tahun sampai 45 tahun adalah umur yang biasa

menimbulkan perasaan kurang puas terhadap pekerjaanya.

4. Mutu Pengawasan

Kepuasan SDM dapat ditingkatkan melalui perhatian dan hubungan yang baik

dari pimpinan dan hubungan yang lebih baik dari pimpinan dan bawahan

sehingga SDM akan merasa bahwa dirinya merupakan bagian yang terpenting

dari organisasi kerja tersebut.

Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

Penelitian yang Relevan

No Peneliti Judul Penelitian Metode Hasil Penelitian

1 Ichwan

Prastowo (2015)

Pengaruh Pengembangan Karir, Lingkungan Kerja, dan Komitmrn Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Pegawai Hotel Sahid Jaya Solo dengan Keyakinan Diri (Self Effisasi) Sebagai Variabel Pemoderasi

Regresi Linier Berganda

Secara simultan dan parsial variabel independen

berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan kerja pegawai Hotel Sahid Jaya Solo

2 Widya

Pramita (2015)

Pengaruh Pengembangan Karir dan Motivasi Terhadap Kepuasan Kerja Pegawai PT. Pos (Persero) Indonesia Wilayah Bekasi

Analisis Regresi Linier Berganda

(27)

3 Danu terhadap kepuasan kerja karyawan dengan motivasi sebagai variabel intervening di hotel grasia semarang

Analisis Jalur terhadap motivasi , di

Hotel grasia Kerja Pegawai Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti

Analisis Regresi Linier Berganda

Motivasi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja pegawai di fakultas ekonomi

Lanjutan Tabel

No Peneliti Judul Penelitian Metode Hasil Penelitian

5 Isyanto,Puji dkk.

2013

Pengaruh Perkembangan Karir terhadap kepuasan Kerja Karyawan

Regresi Terhadap Kepuasan Kerja Pegawai Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Kabupaten Muara Enim

(28)

7 Nana Suryana Siti Haerani dan Muhammad Idrus (2010)

Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Motivasi Terhadap Kepuasan Kerja Pegawai di divisi Tambang PT. Inco Sorowaku

Regresi Linier Berganda

Dalam Penelitian ini secara simultan dan parsial masing-Tambang PT. Inco Sorowaku

8 Ahmed at al (2010)

Effects of Motivational Factors

on Employees Job Satisfaction a Case Study of University of the Punjab.

Path Analysis

Dalam Penelitian Ini Variabel Motivasi berpengaruh

Signifikan Terhadap Kepuasan Kerja Pegawai di

Universitas Punjab

9 Hasan Ali AL-and Motivation on Job Satisfaction a Case Electrical Industries.

Analisis Regresi Linier Berganda

Dalam penelitian ini Variabel Motivasi Berpengaruh

Signifikan terhadap Kepuasan Kerja di Industi Kelistrikan Jordan

10 Riwan Qaiser Danish

(2010)

Impact Motivation and Recognition on Job Satisfaction kepuasan kerja

2.5 Kerangka Konseptual

2.5.1 Pengaruh Pengembangan Karir Terhadap Kepuasan Kerja

Dessler (2005:78) berpendapat bahwa dengan adanya perencanaan dan

pengembangan karir, keuntungan yang jelas bagi pegawai adalah kepuasan,

pengembangan pribadi, dan kehidupan kerja yang berkualitas. Beberapa manfaat

strategik yang mungkin diperoleh dari pelatihan dan pengembangan mencakup

(29)

turnover yang lebih rendah, perbaikan dalam penarikan karyawan, hasil akhir

yang lebih baik, dan kenyataan bahwa para karyawan yang puas akan

menghasilkan para pelanggan yang puas.

Mondy (2008) Hendaknya pimpinan lebih memberikan perhatian berupa

penghargaan yang dapat diwujudkan dalam bentuk pujian atas prestasi atau bonus.

Sedangkan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan karyawan perlu

diberi pelatihan. Menurut (Wilson dan Madsen, 2008) memberikan pelatihan guna

menatar skill para karyawannya adalah salah satu contoh perusahaan memberikan

motivasi non-materi yang hasilnya menguntungkan bagi kedua belah piha, hal

tersebut berpengaruh besar terhadap kepuasan kerja karyawan.

2.5.2 Pengaruh Motivasi Terhadap Kepuasan Kerja

Menurut Robbins (2006:22) menyatakan bahwa motivasi merupakan suatu

kerelaan untuk berusaha seoptimal mungkin dalam mencapai tujuan organisasi

yang dipengaruhi oleh kemampuan usaha untuk memuaskan beberapa kebutuhan

individu. Lebih lanjut Robbins (2006:24), mengemukakan faktor–faktor motivasi

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan kerja pegawai. Hal ini

menunjukkan bahwa semakin tinggi faktor-faktor motivasi yang diberikan maka

akan semakin tinggi pula kepuasan kerja pegawai.

Handoko (2001:252). Pada dasarnya apabila perusahaan ingin meraih

kinerja yang optimal sesuai dengan target yang telah di tentukan maka perusahaan

haruslah memberikan motivasi pada karyawan agar karyawan mau dan rela

(30)

Motivasi

(X2)

Pengembangan Karir

(X1)

Kepuasan Kerja

(Y)

Perpaduan antara motivasi dalam diri karyawan disertai dengan motivasi

yang berasal dari perusahaan akan mendorong semangat,gairah, loyalitas serta

kepuasan kerja karyawan kepada perusahaan sehingga akan menciptkan karyawan

yang memiliki kinerja yang baik.

Berdasarkan teori diatas dan penjelasannya maka dibuatlah kerangka

konseptual yang menunjukan hubungkan variabel X1 (Pengembangan Karir) dan

variabel X2 (Motivasi) terhadap variabel Y (Kepuasan Kerja), yaitu sebagai

berikut:

Sumber : Dessler (2005:78) dan Robbins (2006:22)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.6Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul, Suharsimi

(2006:71). Suatu hipotesis akan diterima apabila data yang dikumpulkan

mendukung pernyataan. Hipotesis merupakan anggapan dasar yang kemudian

(31)

merupakan jawaban sementara pernyataan–pernyataan yang dikemukakan dalam

perumusan masalah. Dalam kaitannya dengan pengaruh motivasi dan pengawasan

intern terhadap kinerja karyawan diatas, maka rumusan hipotesis dalam penelitian

ini adalah :

H1 : Pengembangan Karir berpengaruh signifikan terhadap Kepuasan

Kerja (Y) karyawan PT. Taspen (Persero) Kantor Cabang Utama

Medan.

H2 : Motivasi berpengaruh signifikan terhadap Kepuasan Kerja (Y)

karyawan PT. Taspen (Persero) Kantor Cabang Utama Medan.

H3 : Pengembangan Karir dan Motivasi berpengaruh signifikan

terhadap Kepuasan Kerja (Y) karyawan PT. Taspen (Persero)

Gambar

Tabel 2.1  Penelitian yang Relevan
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

•   bila setiap hasil yang diperoleh diinvestasikan pada proyek lain dengan tingkat ROR yang berbeda.. External Rate of

Artinya bahwa varia- bel pengalaman praktik kerja industri (X1) dan vari- abel lingkungan keluarga (X2) berpengaruh positif terhadap intensi berwirausaha siswa (Y), sehingga

Keyword : Andaliman, asam gelugor, arabic gum, gelatine, instant arsik powder. Universitas

disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara prestasi mata diklat produktif dan pengalaman praktik kerja industri dengan tingkat kesiapan

[r]

Bagi Bank yang belum memiliki atau telah memiliki kebijakan Remunerasi namun belum sesuai dengan kebijakan Remunerasi sebagaimana diatur dalam Peraturan Otoritas

Terutama bagi perusahaanâperusahaan yang menjalankan kegiatan produksi apabila perhitungan-perhitungan penting yang berulang-ulang, akan mengakibatkan pemborosan baik terhadap

[r]