• Tidak ada hasil yang ditemukan

Maryati Siwigati Nattalia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Maryati Siwigati Nattalia"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODESELF-PACINGDENGAN TEKNIK

THECARDDALAM PEMBELAJARAN MEMBACA CEPAT SISWA KELAS

VIII SMP NASIONAL MALANG TAHUN 2016/2017

Maryati Siwigati Nattalia

Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Pascasarjana Unisma

msiwigati@yahoo.com

Abstrak: Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas metode Self-pacing The Card dalam pembelajaran membaca cepat. Tujuan khusus penelitian ini meliputi (1) mengetahui efektivitas metode Self-pacingThe Card terhadap kecepatan membaca dan (2) mengetahui efektivitas metode Self-pacingThe Card terhadap pemahaman membaca. Metode penelitian ini adalah metode eksperimen. Populasi dalam penelitian ini 130 siswa kelas VIII SMP Nasional Malang. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 68 siswa dari dua kelas, yakni kelas eksperimen dan kelas kontrol, masing-masing kelas terdiri dari 34 siswa. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah randomsampling. Pengujian hipotesis menggunakan uji-t dan Anova.Berdasarkan hasil uji Anova diketahui bahwa adanya perbedaan yang signifikan antara nilai postes kecepatan membaca metode Self-pacing The Card dengan metode konvensional. Selain itu Uji Anova juga dilakukan pada nilai postes pemahaman membaca. Berdasarkan perhitungan dapat disimpulkan adanya perbedaan yang signifikan antara nilai postest pemahaman membaca metodeSelf-pacing The Card dengan metode konvensional. Kesimpulan hasil penelitian menunjukkan bahwa hipotesis diterima, yakni metode Self-pacingThe Card efektif untuk meningkatkan kemampuan membaca cepat siswa kelas VIII SMP Nasional Malang.

Kata-kata kunci: efektivitas, metode self-pacing the card, kecepatan membaca, kemampuan membaca

PENDAHULUAN

Pada era global ini, setiap individu dituntut memiliki kemampuan menguasai dan menyerap informasi secara cepat. Untuk mendapatkan informasi, individu dapat mengakses dari berbagai sumber, salah satunya sumber informasi bentuk tulis (teks bacaan). Adapun teks bacaan yang dapat dijadikan sebagai sumber informasi di antaranya buku, jurnal, surat kabar, dan majalah.

Derasnya arus informasi ilmu pengetahuan harus diimbangi dengan

kemampuan membaca yang optimal. Individu yang ingin maju dan sukses, segala kegiatan tidak bisa lepas dari membaca karena dari kegiatan membaca akan diperoleh banyak informasi. Kenyataan di lapangan sering ditemui banyak pembaca yang mampu membaca cepat dengan pandai namun tidak bisa menyerap informasi secara optimal. Untuk itu setiap orang dituntut untuk memiliki kemahiran membaca cepat, efektif, dan efisien.

(2)

dari Badan Pusat Statistik Nasional (2006) menunjukkan bahwa masyarakat belum menjadikan kegiatan membaca sebagai sumber utama mendapatkan informasi. Data lain dari IAE (International Assotiation for Evalution of Education) yang melakukan riset tentang kemampuan membaca siswa SD kelas IV pada 30 negara, menyatakan bahwa Indonesia menempati urutan 29. Angka ini menunjukkan rendahnya minat membaca masyarakat Indonesia (Baedowi, 2008).

Data di atas baru-baru ini diperkuat lagi oleh hasil Programme for International Student Assessment(PISA) 2012 dalam matematika, saint, dan membaca yang diselenggarakan oleh Organisation for Economic Co-operation and Development menyatakan bahwa Indonesia di peringkat ke-64 dari 65 negara yang disurvei. Assesment internasional tersebut mengukur kecakapan siswa berusia 15 tahun dalam mengimplementasikanpengetahuan yangdimilikinya untuk menyelesaikan masalah-masalah dunia nyata. Secara statistik, nilai rata-rata membaca siswa Indonesia 396 sedangkan dalam kecakapan membaca, 55,2% siswa Indonesia belum berhasil mencapai level 2 dan masih ada 4,1% yang belum mencapai level terendah (level 1b).

Melihat data di atas maka kegiatan membaca harus mendapat prioritas. Hal itu dikarenakan membaca memiliki kedudukan yang sangat penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kegiatan membaca harus ditekankan sejak dini bagi anak-anak Indonesia untuk mendongkrak posisi sumber daya manusia (SDM) hingga setara dengan negara maju. Jika tidak, anak-anak akan mengalami kesulitan belajar di kemudian hari karena mereka tidak memiliki kemampuan membaca yang memadai.

Untuk itu, pemerintah telah berupaya melalui Kurikulum 2013 (K 13). Dalam Kurikulum 2013 (K 13), pembelajaran membaca diiplementa-sikan ke dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, khususnya KD memahami teks dan menangkap makna teks.Di SMP, kemampuan memahami teks dan menangkap makna teks dapat dilatihkan melalui pembelajaran membaca cepat.

Membaca cepat merupakan jenis membaca yang mengutamakan kecepat-an dengan tidak meninggalkan pemahaman terhadap aspek bacaannya (Nurhadi, 2010: 31). Membaca cepat merupakan perpaduan antara kecepatan membaca dengan pemahaman isi baca-an. Apabila seseorang dapat membaca dengan waktu sedikit dan pemahaman yang tinggi maka seseorang tersebut dapat dikatakan pembaca cepat.

Kenyataan di lapangan kompe-tensi siswa dalam membaca cepat masih rendah. Hal ini terlihat dari banyaknya siswa yang belum optimal menguasai teks yang dibacanya.Untuk menga-ktifkan kemampuan membaca cepat, perlu latihan terus dan berkesinam-bungan. Nurhadi (2010:13) menyatakan bahwa membaca itu adalah sebuah proses yang kompleks dan rumit.Proses membaca dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Salah satu faktor internal yang ikut menentukan keberhasilan membaca cepat adalah metode yang digunakan. Metode yang tepat dan menarik dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami gagasan utama bacaan. Gagasan utama digunakan untuk membentuk makna teks dengan cara membangkitkan ingatan tentang isi dengan pengalaman membaca yang lalu.

(3)

di SMP Nasional Malang. Adapun tujuan penelitian ini adalah mendes-kripsikan secara objektif tentang kemampuan membaca cepat pada siswa kelas VIII SMP Nasional malang sebelum dan sesudah menggunakan metode Self-pacing dengan teknik The Card.

Wainwright (dalam Hariyati, 2010) mengemukakan bahwa membaca cepat ini mempunyai beberapa pengertian, yaitu (1) membaca lebih cepat tanpa kehilangan pemahaman, (2) membaca buku sepintas lalu secara efektif, (3) belajar secara efektif, dan (4) membaca secara efektif.Nurhadi mene-gaskan bahwa membaca cepat adalah membaca yang mengutamakan kecepat-an tkecepat-anpa mengabaikkecepat-an pemahamkecepat-annya. Kecepatan membaca dikaitkan dengan tujuan membaca, keperluan, dan bahan bacaan.Pembaca yang pandai adalah pembaca yang sadar akan berbagai tujuan membaca, tingkat kesulitan bahan bacaan, dan keperluan membacanya saat itu (Nurhadi, 2010:39).Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat diketahui bahwa hal penting dalam membaca cepat adalah memahami isi bacaan dengan cepat. Dengan kata lain kemampuan membaca cepat mencakup kecepatan membaca dan pemahaman membaca.

Tentang kecepatan membaca, Soedarso (2004:18) menyatakan bahwa kecepatan membaca haruslah fleksibel, artinya kecepatan membaca bergantung pada bahan dan tujuan membaca. Untuk kepentingan tertentu kecepatan memba-ca masih bisa ditingkatkan.Namun perlu diingat bukan hanya kecepatan yang terpenting, melainkan juga harus diikuti pemahaman.

Mengenai kecepatan membaca yang memadai, Nurhadi (2016a:63) memberikan batasan untuk seluruh jenjang pendidikan, yakni (1) tingkat SD/SLTP kecepatan membaca 200 kata per menit (2) tingkat SLTA kecepatan

membaca 250 kata per menit (3)tingkat mahasiswa kecepatan membaca 325 kata per menit, (4) tingkat mahasiswa program pascasarjana kecepatan membaca 400 kata per menit, dan (5) orang dewasa (yang tidak sekolah) kecepatan membaca 200 kata per menit.Sementara itu, Soedarso (2004:14) menyatakan bahwa kecepatan membaca orang dewasa Indonesia, yaitu 175–300

kata per menit (KPM). Akan tetapi, pada umumnya dapat dinaikkan menjadi 350-500 KPM.

Noer (2010:36) mengutip pendapat Tina Konstant, kecepatan membaca dapat diklasifikasikan seperti berikut.

Tabel Kecepatan Bacadikutip

dari Teach Yourself Speed Reading oleh Tina Konstant

Kecepatan membaca dapat ditingkatkan.Berikut ini adalah cara mengembangkan kecepatan membaca menurut Nurhadi (2016a:98-99). Pertama, membiasakan untuk membaca pada kelompok-kelompok kata dan menghindari membaca kata demi kata. Jika ini menjadi kebiasaan, maka pembaca perlu mengubah cara membaca dengan melihat satuan kalimat yang lebih tinggi dari kata misalnya, melihat frasa-demi frasa. Dengan demikian, dapat memperkecil jumlah aspek jumlah bacaan yang perlu dilihat.

(4)

baru dibaca, melainkan akan memboroskan waktu.

Ketiga, pembaca tidak berhenti lama di awal baris atau kalimat. Ini akan memutuskan hubungan makna antar kalimat dan antar paragraf. Pembaca bisa lupa dengan apa yang baru dibaca. Seharusnya, pembaca berhenti agak lama di akhir-akhir bab, atau sub-bab, atau bila ada judul baru.

Keempat, pembaca harus mencari kata-kata yang menjadi tanda awal dari adanya gagasan utama sebuah kalimat. Ide pokok sebuah paragraf, biasanya diawali dengan pernyataan pengarang yang menunjukkan bahwa bagian itu penting. Misalnya, sebagai kesimpulan, jadi, ini penting untuk diingat.

Kelima, pembaca harus mengabaikan kata-kata tugas yang sifatnya berulang-ulang. Dalam suatu bacaan, sudah pasti terdapat kata-kata tugas yang berulang-ulang. Kata-kata tersebut sebaiknya diabaikan saja untuk menghemat waktu membaca. Misalnya, kata-kata seperti:yang, di, dari, se, dan sebagainya.

Keenam, pembaca menggunakan arah gerak mata yang tepat. Jika bacaan itu dalam bentuk kolom-kolom kecil (seperti surat kabar) maka arah gerak mata bukan ke samping secara horizontal, tetapi ke bawah (vertikal) dan mengarahkan pandangan mata ke bawah lurus terutama ketika membaca dengan kecepatan tinggi, misalnya saat memindai informasi.

Dalam kegiatan membaca, terdapat pula hambatan yang dapat dialami oleh pembaca. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan Nurhadi (2016a:79) bahwaada beberapa faktor yang dapat menghambat kecepatan membaca. Faktor-faktor tersebut adalah (1) menyuarakan apa yang akan dibaca, (2) membaca kata demikata, (3) membantu melihat/menelusuri baris-baris bacaan dengan alat-alattertentu (ujung pensil,

ujung jari), (4) menggerak-gerakkan kaki, tangan, dankepala, (5) konsentrasi berpikir terpecah dengan hal-hal lain di luar bacaan,(6) bergumam-gumam atau bersenandung, (7) kehiasaan berhenti lama di awal kalimat, paragraf, sub-sub) bab, bahkan di tengah-tengah kalimat, dan(8) Kebiasaan mengulang-ulang unit-unit bacaan yang telah dibaca.

Sementara itu Noer (2011:41) menyatakan ada beberapa hal yang menghambat seseorang dalam membaca cepat yakni (1) kurangnya konsentrasi, (2) rendahnya motivasi, (3) khawatir tidak memahami bahan bacaan, (4) memiliki kebiasaan buruk dalam membaca.Beberapa kebiasaan buruk yang lazim dimiliki orang adalah.

1) Vokalisasi.

Inidilakukandengancaramelafalkana pa yang dibaca.

2) Sub Vokalisasi.

Ada orang membacatanpasuara di bibir, tapi di hati.

3) GerakanBibir.

Ada juga yang tidakbersuara, tapibibirseperti orang berbicaradanmelafalkansesuatu. 4) GerakanKepala.

Banyak orang

ketikamembacakepalanyaikutberger akmengikuti kata demi kata dalam bahan bacaan. Dengan demikian kepala bergerak secara teratur dari kiri ke kanan kembali lagi ke kiri dan seterusnya.

5) Regresi (pengulangan kebela-kang).Membaca suatu kalimat atau paragraf kemudian tidak yakin dengan isinya atau merasa kurang paham kemudian balik lagi dan mengulang kalimat atau paragraf tersebut.

(5)

dan dicatat setepat-tepatnya. Setelah itu hitung berapa jumlah menit dan detik, kemudian diteruskan dengan mengukur pemahaman anda dengan cara menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tersedia. Kecepatan membaca pembaca dapat diukur dengan cara menghitung/ mengukur berapa banyak kata yang terbaca setiap menitnya. Berikut ini adalah cara menghitung kecepatan membaca menurut Soedarso (2004:14).

60 =

Untuk menghitung jumlah kata dalam bacaan yang dibaca, hitung jumlah rata-rata per baris dalam lima baris dahulu, lalu bagi lima. Hasilnya merupakan jumlah rata-rata per baris dari bacaan itu. Lalu hitung jumlah baris yang dibaca dan kalikan dengan jumlah rata-rata dan hasilnya merupakan jumlah kata yang dibaca. Misalnya:

Jumlah kata per baris rata-rata = 11 Jumlah baris yang dibaca = 60

Jumlah kata yang dibaca = 11 x 60 = 660 kata

Jika kata tersebut dibaca dalam 2 menit dan 10 detik atau total 130 detik maka kecepatan membaca (660 kata/130detik) x 60 = 342 kata per menit.

Sejalan dengan pendapat di atas, Nurhadi (2010:41) menjelaskan proses/ langkah-langkah menghitung kecepatan membaca sebagai berikut.

I. Saat akhir membaca: jam ... menit ... detik ... Saat mulai membaca: jam ... menit ... detik ... Waktu yang diperlukan : ...detik. II. Jumlah kata X 60 = jumlah total kata.

III. Jumlah total kata : waktu yang diperlukan = jumlah kata per menit.

Contoh :

I. Saat akhir membaca: jam 08 : 15 : 00 Saat mulai membaca : jam 08 : 17 : 30 Waktu yang diperlukan : 150 detik. II. Jumlah kata 400 X 60 = 144.000.

III. Jumlah total kata 144.000 : 150 = 960 kata per menit.

Menurut Noer (2010:36) kece-patan membaca dihitung dengan satuan jumlah kata per menit atau word per minute (WPM). Adapun rumus penghitungannya sebagai berikut:

( ) 60 =

Misalnya,

 Tulisan yang dibacaterdiridari 1176 kata

 Waktu yang

digunakanuntukmembaca 3 menit 30 detiksamadengan 210 detik

 Jumlah kata yang dibaca 336 per menit

 KategoriGood

Hasil yang diperoleh kemudian dico-cokan dengan tabel kecepatan membaca.

Kecepatan membaca dan pema-haman membaca merupakan satu kesa-tuan yang tidak terpisah. Wainwright (dalam Hariyati,2010) mengemukakan bahwa kecepatan membaca jelas mengacu pada kecepatan memahami bacaan. Oleh sebab itu, dapat diketahui bahwa kecepatan membaca yang rendah biasanya menghasilkan pemahaman yang lebih buruk sementara kecepatan membaca yang tinggi biasanya menghasilkan pemahaman yang lebih baik.

(6)

Pemahaman = x100%

Salah satu penentu keberhasilan membaca cepat adalah metode. Untuk tujuan tertentu, seseorang perlu meng-gunakan kemampuan membaca cepat untuk mendapatkan informasi dari bahan bacaan secara efektif dan efisien (Nurhadi, 2016a:96). Untuk itu diper-lukan teknik atau metode tertentu dalam membaca cepat. Terdapat beberapa metode yang pernah dikembangkan dalam membaca cepat, yaitu (1) metodekosakata, (2) metode motivasi, (3) metode bantuan alat, dan, (4) metode gerak mata. Metode yang berhubungan dengan penelitian ini adalahmetode bantuan alat.

Metode bantuan alat yang dikem-bangkan oleh Doyle adalah metode Self-pacing.Metode Self-pacing merupakan salah satu metode yang bertujuan untuk meningkatkan kemampaun membaca cepat. Metode ini memberikan latihan-latihan membaca cepat dan mengajarkan teknik-teknik mudah yang dapat membantu memfokuskan perhatian dengan baik pada apa yang sedang dibacanya. Mata digerakkan mengikuti metode tertentu untuk memfokuskan gerakan mata pada halaman yang sedang dibaca.

Pada metodeSelf-pacing, siswa diajak mengorganisasikan diri dalam upaya menjadi seorangpembaca yang dapat membaca cepat. Pengorganisasian diri inimeliputi langkah-langkah yang harus dilakukan dalam membaca cepat seperti yang tertuang dalam metode Self-pacing yaituThe Hand, The Card, The Sweep, dan The Zig-zag or The Loop. Teknik-teknikmembaca cepat ini membantumemfokuskan gerakan mata hanya pada halaman yang sedang dibaca (Doyle, 2013).Menurut Doyle, dari kelima teknik ini dapat digunakan salah satu yang paling disukai atau yang paling efektif menurut pembacanya.

Adapun yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknikThe Card.

Metode Self-pacing dengan teknik

The Card adalah menggunakan kartu atau lembaran kertas yangdilipat dan diletakkan di atas kalimat-kalimat yang telahdibaca. Kemudian ketikatelah mem-baca, kartu tersebut ditarik ke bawah secara perlahan-lahan dan teratur. Penggunaan kartu untuk menutup kalimat-kalimat yang telah dibaca ini,diusahakan membaca bagian-baris sebelum menutupnya. Hal ini akan membantu untuk menghindari kebiasaan membaca bagian yang samaberulang-ulang. Hal inijuga akan membantu untuk lebih memfokuskan perhatianpada bagian yang dibaca. Kartu dapat ditarik dengancepat jika memang dapat membaca dengan cepat.

METODE

Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen dengan desain Control Group Pretes-Postes Design. Metode ini digunakan karena peneliti ingin mengetahui efektivitas dari perlakuaan tertentu. Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode Self-pacingteknik The Card. Sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan membaca cepat siswa kelas VIII SMP Nasional Malang tahun pelajaran 2016/2017 yang dijabarkan menjadi (1) kecepatan membaca dan (2) pemahaman membaca.

(7)

eksperimen dan kelas kontrol yang dilakukan dengan teknik populatif sampling kemudian dilakukan pengambilan data dengan langkah-langkah (1) pemberian pretes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui kemampuan awal sebelum diberi perlakuan, (2) melakukan kegiatan pembelajaran dengan perlakuan yang berbeda. Pada kelas eksperimen menggunakan metodeself-pacing teknik The Card sedangkan kelas kontrol menggunakan metode konvensional (tanpa perlakuan tertentu), dan (3) pemberian postes untuk mengetahui kemampuan akhir setelah diberi perlakuan.

Sebelun pengambilan data dilaksanakan, terlebih dahulu disusun intrumen berupa teks bacaan dan tes untuk pretes dan postes. Selanjutnya dibuat rencana pembelajaran membaca cepat dengan perlakuan menggunakan metode Self-pacingteknik The Carddan rencana pembelajaran membaca cepat dengan metode konvensional (tanpa perlakuan tertentu).

Langkah berikutnya melakukan uji coba intrumen.Adapun hal-hal yang diujicobakan adalah (1) uji validitas, (2) uji reliabelitas, (3) uji tingkat kesukaran, dan (4) uji daya beda.

Uji validitas tes bertujuan untuk mengetahui tingkat kesesuaian soal-soal.Wahyuni dan Ibrahim (2012:86) menyatakan bahwa validitas merupakan suatu keadaan apabila suatu instrumen evaluasi dapat mengukur apa yang sebenarnya harus diukur secara tepat. Ditambahkan oleh Grondlund (dalam Wahyuni dan Ibrahim, 2012:86), validitas mengarah pada ketepatan interpretasi hasil penggunaan suatu prosedur evaluasi sesuai dengan tujuan pengukurannya.

Uji Reliabelitas merupakan kriteria ukuran apakah suatu alat ukur dapat mengukur secara konsisten sesuatu yang akan diukur dari waktu ke waktu

(Wahyuni dan Ibrahim, 2012:104). Reliabelitas merujuk pada derajat keajekan alat dalam mengukur suatu tes. Artinya tidak berubah bila digunakan secara berulang-ulang pada sasaran yang sama. Tingkat reliabelitas tes dapat diukur dengan berbagai teknik. Untuk mengetahui reliabelitas penelitian ini, skor hasil uji coba diperiksa dengan menggunakan rumus K-R 21.

Uji tingkat kesukaran.Soal tes yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Oleh karena itu, perlu diadakan analisis tingkat kesukaran. Dikatakan oleh Wahyuni dan Ibrahim (2012:129), tingkat kesulitan tes menunjukkan seberapa sukar atau mudahnya butir-butir tes yang telah diselenggarakan. Dengan analisis ini dapat diketahui secara umum, apakah suatu tes tergolong mudah, sedang, atau sulit.

Uji daya beda bertujuan untuk mengukur sejauh mana butir soal mampu membedakan siswa yang pandai dan kurang pandai berdasarkan kriteria tertentu. Daya beda atau tingkat deskriminasi merupakan ciri bukti tes yang digunakan untuk menunjukkan adanya tingkat kemampuan antara kelompok peserta tes yang berkemampuan tinggi dan rendah.

Setelah melalui berbagai uji intrumen, dilanjutkan pengumpulan data. Dalam penelitian ini data berupa angka-angka. Data yang dikumpulkan dibedakan menjadi dua kelompok berikut.

1) Skor pretes dan postes kecepatan membaca pada kelas eksperimen dan kelas

kontrol.

2) Skor pretes dan postes pemahaman membaca pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

(8)

membaca dan (2) pemahaman membaca. Intrumen tersebut berupa teks bacaan yang disertai dengan pertanyaan. Prosedur tes dilakukan dengan cara (1) intrumen tes dibagikan kepada siswa, (2) siswa membaca dengan tenang agar bisa memahami, (3) selesai membaca, siswa memjawab pertanyaan yang terdapat dalam intrumen, dan (4) intrumen tes dikumpulkan.

Sebelum dilaksanakan postes, masing-masing kelas yang telah terpilih diberi perlakuan. Perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen adalah metode Self-pacing teknik The Card yang berguna untuk melatih memfokuskan perhatian dengan baik pada apa yang dibacanya.Perlakuan yang diberikan pada kelas kontrol adalah metode konvensional yaitu konsentrasi dan mengingat-ingat kembali.

Langkah berikutnya adalah analisis data. Untuk menganalisis data penelitian yang sudah didapatkan dari hasil tes awal dan tes akhir digunakan analisis uji data. Sebelum menganalisis untuk menguji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas.

Setelah serangkaian uji prasyarat yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas dilaksanakan selanjutnya dilakukan uji hipotesis. Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui adakah efektivitas metode Self-pacing The Card, pengujian hipotesis dilakukan dengan metode pengujian hipotesis

alternatif. Metode statistik yang digunakan adalah uji- t dua pihak dan uji Anova dengan taraf signifikansi 0,005. Uji-t dilaksanakan pada data skor postes

siswa. Uji-t ini untuk mengetahui adanya perbedaan hasil belajar atau tidak. Untuk pengujian ini menggunakan bantuan SPSS 20 for windows dengan uji t-tes independent sample dengan taraf signifikansi 0,05.

Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan metode statistik uji-t dua pihak dengan df=(n1+n2-2) pada taraf signifikansi 0,05. Penghitungan analisis menggunakan analisis Compare Mean dan Independent Sample T-test. Kriteria pengujian hipotesis dengan uji-t dua pihak pada taraf signifikansi =0,05, df=(n1+n2-2) dijabarkan sebagai berikut:

1. Apabila thitung≤ ttabel ( =0,05,

df=(n1+n2-2) maka hipotesis (Ha)

ditolak

2. Apabila thitung≥ttabel ( =0,05,

df=(n1+n2-2) maka hipotesis (Ha)diterima

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Paparan hasil analisis data meliputi (1) kemampuan membaca cepat pada kelas eksperimen pada pretes dan postes, (2) kemampuan membaca cepat pada kelas kontrol pada pretes dan postes, dan (3) perbandingan kemampuan membaca cepat antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol pada pretes dan postes. Pengujian hipotesis yang dipaparkan meliputi (1) uji normalitas, (2) uji

homogenitas, dan (3) uji hipotesis. Setelah dilakukan pengumpulan data, ditentukan rata-rata nilai tes pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Hasil keseluruhan tampak pada tabel berikut.

Tabel 4.5 Perbandingan Nilai Kemampuan Membaca Kelas Eksperimen dengan Kelas Kontrol

Dari tabel tersebut dapat dilihat perbandingan nilai pretes kecepatan membaca antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Perolehan nilai Jenis

5201 152,97 5149 151,44

Pemahama n membaca

2220 65,29 2350 69,12

postes Kecepatan membaca

(9)

pretes kecepatan membaca pada kelas eksperimen sebesar 5201 dengan rata-rata kecepatan 152,97 kata per menit. Perolehan nilai pretes kecepatan membaca pada kelas kontrol sebesar 5149 dengan rata-rata kecepatan 151,44 kata per menit. Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa rata-rata nilai pretes kecepatan membaca pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol.

Dari tabel itu pula dapat dilihat perbandingan nilai postes kecepatan membaca antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Perolehan nilai postes kecepatan membaca pada kelas eksperimen sebesar 5491 dengan rata-rata kecepatan 161,50 kata per menit. Perolehan nilai postes kecepatan membaca pada kelas kontrol sebesar 5251 dengan rata-rata kecepatan 154,44 kata per menit. Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa rata-rata nilai postes kecepatan membaca pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol.

Dari tabel tersebut tampak pula perbandingan nilai pretes pemahaman membaca antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Perolehan nilai pretes pemahaman membaca pada kelas eksperimen sebesar 2220 dengan rata-rata pemahaman 65,29%. Perolehan nilai pretes pemahaman membaca pada kelas kontrol sebesar 2350 dengan rata-rata pemahaman 69,12 %. Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa rata-rata nilai pretes pemahaman membaca pada kelas eksperimen lebih rendah daripada kelas kontrol.

Dari tabel itu pula dapat dilihat perbandingan nilai postes pemahaman membaca antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Perolehan nilai postes pemahaman membaca pada kelas eksperimen sebesar 2780 dengan rata-rata pemahaman 81,76 %. Perolehan nilai postes pemahaman membaca pada kelas kontrol sebesar 2725 dengan

rata-rata pemahaman 80,15 %. Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa rata-rata nilai postes pemahaman membaca pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol.

Dari perolehan hasil rata-rata nilai tersebut kemudian dilakukan uji-t dan uji Anova dengan menggunakan SPSS 20. Dari sistem tersebut diperoleh hasil yang dapat disimpulkan bahwa metode Self-pacing teknik The Card efektif untuk meningkatkan kemampuan membaca cepat pada siswa kelas VIII SMP Nasional Malang.

Pembahasan

Berdasarkan catatan dan pengamatan peneliti, hasil penelitian dijabarkan sebagai berikut.

Kemampuan Membaca Cepat pada Kelas Eksperimen pada Pretes dan Postes.

Total nilai pretes kecepatan membaca yang diperoleh 5201 dengan nilai rata-rata kecepatan 152,97 kata per menit untuk kecepatan membaca. Kecepatan membaca yang dicapai siswa tersebut termasuk kategori average atau sedang. Pengakategorian ini sejalan dengan kutipan Noer (2010:36) dari Teach Yourself Speed Reading oleh Tina Konstant yang dinyatakan dalam tabel kecepatan baca. Kecepatan baca seseorang di antara kisaran 150-300 wpm termasuk kategori average (sedang).

Berbeda dengan Nurhadi (2004:29) memberi batasan untuk seluruh jenjang pendidikan, yakni untuk tingkat SD/SLTP kecepatan membaca yang memadai adalah 200 kata per menit. Dengan demikian kecepatan membaca siswa pada pretes belum memadai.

(10)

penyebabnya antara lain (1) siswa tidak tertarik dengan pembelajaran membaca cepat, (2) siswa bosan dengan metode yang digunakan, dan (3) siswa tidak tahu tujuan membaca.

Selain yang telah disebutkan di atas, siswa bersuara ketika membaca. Ada siswa yang membaca dengan mengeja (membaca kata demi kata) bahwa beberapa siswa membaca sambil mengerak-gerakkan kepala. Ini semua bisa menghambat kecepatan membaca siswa. Hal ini juga diungkapkan Nurhadi (2004:31) bahwa ada beberapa faktor yang dapat menghambat kecepatan membaca. Beberapa faktor tersebut adalah (1) menyuarakan apa yang akan dibaca, (2) membaca kata demi kata, (3) menggerak-gerakkan kaki, tangan, dan kepala, (4) bergumam atau bersenandung dan lain-lain.

Total nilai pretes pemahaman membaca 2220 dengan rata-rata 65,29%. Nilai ini dapat dikategorikan kurang karena belum mencapai pemahaman 70%. Menurut Soedarso (2004:14) ukuran ideal membaca cepat adalah apabila siswa telah mencapai pemahaman 70%, sejalan dengan Noer (2013:38) Anda telah berhasil menguasai minimal 70% dari bahan bacaan tersebut. Apabila ditinjau perolehan nilai pemahaman secara invidu, siswa yang telah mencapai pemahaman baik (70%) sebanyak 15 siswa. Siswa yang memperoleh nilai kurang sebanyak 19 siswa.

Selain tingkat kecepatan membaca siswa yang sedang atau bahkan kurang memadai ternyata juga diikuti dengan rendahnya pemahaman membaca siswa. Nilai rata-rata yang dicapai oleh siswa 65, 29 %. Pemahaman membaca siswa belum mencapai batas ketuntasan belajar karena masih di bawah 70 %. Sejalan dengan Noer (2013:38) jika telah berhasil menguasai minimal 70% dari bahan bacaan berarti kemampuan

menyerap dan menangkap hal-hal penting dari tulisan sudah cukup baik.

Dari pengamatan peneliti, hasil pemahaman siswa masih di bawah 70% disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, ketika siswa disodori teks yang panjang, mereka tampak kebingungan sehingga konsentrasi siswa menurun dan hilangnya pemahaman. Kedua, motivasi membaca siswa rendah. Ketika menghadapi teks yang panjang siswa malas membaca sehingga mereka membaca dengan lambat. Ketiga, menghadapi teks yang terlalu panjang ada rasa khawatir mengalami kesulitan dalam memahaminya. Dalam proses membaca mereka merasa memikul beban berat dan terpaksa melakukan. Keempat, siswa sering mengulang kembali kalimat atau baris-baris yang telah dibaca (regresi). Kesalahan keempat inilah yang paling sering dilakukan siswa. Seperti diungkapkan Noer (2013:40) banyak orang memiliki kebiasaan buruk dalam membaca sehingga memperlambat

kecepatan termasuk membuat tingkat pemahaman lebih rendah.

(11)

tidak memahami bahan bacaan, dan (4) memiliki kebiasaan buruk dalam membaca.

Setelah siswa diberi perlakuan dengan metodeSelf-pacingThe Carddan diakhiri dengan postes, nilai yang diperoleh siswa lebih meningkat. Perolehan nilai postes kecepatan membaca sebesar 5491dengan rata-rata nilai 161,50 kata per menit lebih tinggi daripada perolehan nilai pretes sebesar 5201 dengan rata-rata nilai 152,97 kata per menit. Peningkatan nilai kecepatan membaca belum kelihatan karena masih kategoriaverage(sedang).

Setelah siswa diberi perlakuan dengan metodeSelf-pacingThe Carddan diakhiri dengan postes, nilai pemahaman membaca yang diperoleh siswa juga lebih meningkat. Perolehan nilai postes pemahaman membaca sebesar 2780 dengan rata-rata nilai 81,78% lebih tinggi daripada perolehan nilai pretes pemahaman membaca sebesar 2220 dengan rata-rata nilai 65,29%. Perolehan peningkatan nilai pemahaman membaca sudah bagus karena nilai-rata pemahaman sudah mencapai 73,97%. Hal ini bisa ditafsirkan bahwa siswa sudah menguasai materi sebesar 70%.

Peningkatan nilai postes ini diduga karena perlakuan dengan metode Self-pacing yang dipilih, yakni The Card. Metode Self-pacing merupakan salah satu metode untuk meningkatkan kemampuan membaca cepat dengan memfokuskan gerakan mata hanya pada halaman yang dibaca.

Dari catatan dan pengamatan guru, selama pelaksanaan latihan membaca dengan metode Self-pacing The Card, siswa bisa memusatkan perhatian pada bidang baca yang dihadapi. Mereka tidak menggerakkan kepala untuk melihat dan membaca latihan. Mereka memusatkan perhatian pada baris-baris yang dibaca dan tidak berusaha untuk melihat kembali baris-baris yang telah dibaca. Mereka duduk

dengan tenang namun mata mereka bergerak mengikuti kartu atau kertas yang menutup baris-baris yang sedang dibaca. Sejalan dengan pendapat Doyle (2009), mereka memfokuskan gerakan mata hanya pada halaman yang sedang dibaca.

Kemampuan Membaca Cepat pada Kelas Kontrol pada Pretes dan Postes.

Total nilai pretes kecepatan membaca yang diperoleh 5149 dengan nilai rata-rata kecepatan 151,44kata per menit untuk kecepatan membaca. Kecepatan membaca yang dicapai siswa tersebut termasuk kategori average atau sedang.Total nilai pretes pemahaman bacaan 2350 dengan rata-rata 69,12%. Nilai ini dapat dikategorikan kurang karena belum mencapai pemahaman 70%.Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Ada beberapa siswa membaca sambil bersuara, membaca kata demi kata, membaca dengan ogah-ogahan, melihat ke kiri dan ke kanan,dan berhenti di tengah-tengah baris yang dibaca. Faktor-faktor lain yang diduga menghambat kecepatan membaca di kelas ini adalah siswa tidak bisa konsentrasi sehingga daya ingatnya berkurang. Siswa tidak bisa konsentrasi karena tidak bisa tenang. Mereka sering melakukan hal-hal yang menghambat konsentrasi, misal bicara sendiri, banyak bergerak, dan ada siswa kelas lain yang lalu lalang di depan kelas, dan lain-lain.

(12)

Nilai pemahaman membaca yang diperoleh siswa juga lebih meningkat. perolehan nilai postes pemahaman membaca sebesar 2725 dengan rata-rata nilai 80,15 lebih tinggi daripada perolehan nilai pretes pemahaman membaca sebesar 2350 dengan rata-rata nilai 69,12%.

Efektivitas Penggunaan Metode Self-pacing Teknik The Card dalam Pembelajaran Membaca Cepat Siswa Kelas VIII SMP Nasional Malang

Setelah membandingkan perolehan rata-rata nilai postes kemampuan membaca pada kelas eksperimen dengan kelas kontrol, diperoleh hasil bahwa nilai kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Nilai rata-rata postes kecepatan membaca pada kelas eksperimen161,50 kata per menit sedangkan nilai rata-rata postes kecepatan membaca pada kelas kontrol 154,44 kata per menit. Peningkatan ini karena kelas eksperimen diberi perlakuan dengan metode Self-pacing The Card. Di kelas kontrol diberi perlakuan dengan metode konvensional. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode Self-pacing The Card lebihefektif dibanding metode konvensional.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik simpulan sebagai berikut.

1) Kemampuan membaca cepat yang mencakup kecepatan membaca dan pemahaman membaca pada kelas eksperimen menunjukkan adanya peningkatan. Peningkatan ini tampak pada perolehan rata-rata nilai. Dengan kata lain nilai postes kecepatan membaca maupun kemampuan membaca lebih tinggi dibandingkan dengan nilai pretes. 2) Kemampuan membaca cepat yang

mencakup kecepatan membaca dan

pemahaman membaca pada kelas kontrol menunjukkan adanya peningkatan. Peningkatan ini tampak pada perolehan rata-rata nilai.

3) Berdasarkan hasil ujiAnova terhadap rata-rata nilai postes kecepatan membaca pada kelas eksperimen dan kelas kontrol didapat tingkat signifikansi 0,021. Oleh karena tingkat signifikansi 0,021 < 0,05 maka hipotesis diterima. Demikian pula untuk rata-rata nilai pemahaman membaca didapat tingkat signifikansi 0,025. Oleh karena tingkat sgnifikansi 0,025 < 0,05 maka hipotesis diterma. Dari hasil tersebut dapat diartikan bahwa perlakuan yang diberikan di kelas eksperimen efektif meningkatkan nilai secara signifikan. Jadi dapat disimpulkan bahwa metode Self-pacing dengan teknik The Card efektif untuk meningkatkan kemampuan membaca cepat, yang mencakup kecepatan membaca dan pemahaman membaca pada siswa kelas VIII SMP Nasional Malang.

DAFTAR RUJUKAN

Ahuja, Pramila & G.C Ahuja. 2004. Membaca Secara Efektif dan Efisien.Bandung: PT Kiblat Buku Utama.

Baedowi, Ahmad. 2010.Teologi Membaca, (Online),

(http.www.kickandy.com/friend/4/37 /1134/read/Teologi-Membaca), diakses 6 November 2010. Doyle, D. 2009.Self-pacing Methods.

(Online).

(http://english.glendale.cc.ca.us/

Doyle. html, diakses 12 Oktober 2013)

(13)

Tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang. Noer, M. 2013.Speed Reading for

Beginners. (Online).

(http://www.MembacaCepat.com), diakses 15 September 2013

Nurhadi. 2004.Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Membaca?Bandung: Sinar Baru Algesindo

Nurhadi. 2009.Dasar-Dasar Teori Membaca. Malang: JP Book. Nurhadi. 2010.Membaca Cepat dan

Efektif. Bandung: Sinar Baru Algesindo

Nurhadi. 2016a.Strategi Meningkatkan Daya Baca. Jakarta: Bumi Aksara Nurhadi. 2016b.Teknik Membaca.

Jakarta: Bumi Aksara

Rahim, Farida. 2007.Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.

Soedarso. 2004.Speed Reading: Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Sugiyono.2010.Metode Penelitian Pendidikan.Bandung : Alfabeta. Sunarti. 2003.Pengaruh Bentuk Latihan

dan Jenis Teks Terhadap Hasil Belajar Membaca Pemahaman Siswa SLTP. Disertasi. Tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang.

(14)

Gambar

Tabel 4.5 Perbandingan Nilai KemampuanMembaca Kelas Eksperimen dengan KelasKontrol

Referensi

Dokumen terkait

Panitia Pengadaan Bar ang dan Jasa pada Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahter aan Sosial – Kementerian Sosial RI akan melaksanakan Pr akualifikasi untuk paket peker jaan

Ditetapkan di Marabahan Pada tanggal 5 Oktober 2016

Dari hasil analisis data yang diperoleh dengan teknik analisis data di atas menunjukkan bahwa terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa dan akuntan pendidik terhadap kode

penelitian yang berjudul “ Dampak Relokasi Pasar Terhadap Pendapatan Pedagang Pasar Sentral Sebelum Dan Sesudah Relokasi Ke Pasar Induk Di Kota Medan ”. 1.2

Beban yang berlebihan pada diri seseorang yang tidak sesuai dengan. keadaan dan kemampuannya akan menjadikan orang ini kelebihan

d) perorangan/klub dalam atau luar negeri untuk kategori umum.. Himpunan Mahasiswa Mesin IST AKPRIND Jl. b) Selama kegiatan berlangsung, setiap anggota kontingen

Farland (1969) bahwa di Indonesia politisi yang memiliki pengaruh dan kekuasaan, yang dapat bersumber dari ekonomi, kekerabatan atau patron klien sejarah terdahulu, tetap

Seperti yang terjadi dipilkada Kabupaten Majene 2015 dimana salah satu pasangan calon menggunakan tradisi sayyang pattu’du sebagai sarana untuk bersosialisasi