• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kedudukan Hukum Sewa Beli Dalam Peralihan Hak Atas Tanah dan Bangunan Studi Atas Sewa Beli Antara PT.PLN (Persero) Wilayah Sumbagut Dengan Karyawan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kedudukan Hukum Sewa Beli Dalam Peralihan Hak Atas Tanah dan Bangunan Studi Atas Sewa Beli Antara PT.PLN (Persero) Wilayah Sumbagut Dengan Karyawan"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanah merupakan kebutuhan dasar setiap manusia. Manusia beraktifitas,

bermasyarakat, dan dalam melangsungkan kehidupannya memerlukan tanah, yang

hidup dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada baik di permukaan, di

dalam tubuh bumi, maupun di atas permukaan bumi. Demikian besar keberadaan

tanah bagi kehidupan, sehingga tanah menjadi bagian dasar dari kebutuhan manusia.

Tanah juga merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki nilai

ekonomis dan nilai sosial yang tinggi. Tanah tidak dapat diproduksi ataupun

diperbaharui seperti sumber daya alam yang lain yang dapat tergantikan.

Perbandingan antara ketersediaan tanah sebagai sumber daya alam yang langka di

satu sisi dan pertambahan jumlah penduduk dengan berbagai pemenuhan

kebutuhannya akan tanah disisi lain, tidak mudah dicari titik temunya. Dengan

perkataan lain, akses untuk memperoleh dan memanfaatkan tanah untuk memenuhi

kebutuhan dasar manusia itu belum dapat dinikmati oleh setiap orang yang antara lain

disebabkan karena perbedaan dalam akses modal.1

Undang-Undang no 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok

Agraria (selanjutnya disebut UUPA) menyebutkan “Semua hak atas tanah

(2)

mempunyai fungsi sosial”.2Pasal ini menjelaskan bahwa hak atas tanah apapun yang

ada pada seseorang, tidak boleh semata-mata dipergunakan untuk pribadinya,

pemakaian atau tidak dipakainya tanah yang menyebabkan kerugian bagi masyarakat.

Dengan demikian, tidak dibenarkan bahwa seorang pemilik tanah membiarkan

tanahnya terlantar sedangkan orang lain menderita kelaparan karena tidak memiliki

tanah untuk menghasilkan bahan makanan. Penggunaan tanah harus disesuaikan

dengan keadaanya dan sifat daripada haknya, hingga bermanfaat bagi baik

kesejahteraan dan kebahagiaan yang mempunyainya maupun bermanfaat bagi

masyarakat dan negara.3

Mengingat kenyataan bahwa tanah merupakan sumber daya alam yang tidak

dapat diperbaharui dan pentingnya tanah bagi kehidupan manusia, maka pengaturan

penguasaan tanah dipandang sangat penting, berdasarkan Pasal 33 ayat (3)

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya disebut UUD

NRI Tahun 1945) yang menyatakan bahwa tanah dikuasai oleh negara dan

dipergunakan sebesar-besarnya untuk kepentingan dan kemakmuran rakyat

Indonesia. Hubungan hukum antara negara dengan tanah, yang dalam UUD NRI

Tahun 1945 dirumuskan dengan istilah “dikuasai” itu, ditegaskan sifatnya sebagai

hubungan hukum publik oleh UUPA yang tercantum dalam Pasal 2.

Pasal 2 UUPA menyebutkan rincian kewenangan hak menguasai dari negara

berupa kegiatan :4

2Lihat Penjelasan Pasal 6 UUPA 1960.

(3)

1. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan

pemeliharaan bumi, air, dan ruang angkasa

2. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang orang

dengan bumi, air dan ruang angkasa

3. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang orang

dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air, dan ruang angkasa.

Berdasarkan hak menguasai dari Negara seperti ditegaskan dalam Pasal 2

UUPA, maka menurut ketentuan dalam Pasal 4 UUPA bahwa kepada perseorangan

atau badan hukum diberikan beberapa macam hak atas tanah. Konsekuensi

pengakuan negara terhadap hak atas tanah yang dimiliki orang-orang atau badan

hukum, maka negara berkewajiban memberikan jaminan kepastian hukum terhadap

hak atas tanah tersebut, sehingga setiap orang atau badan hukum yang memiliki hak

tersebut dapat mempertahankan haknya.

Hak-hak atas tanah yang selanjutnya dirinci dalam Pasal 16 ayat (1) UUPA,

adalah: hak milik, hak guna-usaha, hak guna-bangunan, hak pakai, hak sewa, hak

membuka tanah, hak memungut hasil hutan, dan hak-hak lain yang tidak tersebut

dalam hak-hak tersebut di atas yang akan ditetapkan dengan undang-undang serta

hak-hak yang sifatnya sementara yang akan ditetapkan sementara, dimaksudkan

untuk memberikan hak atas tanah berdasarkan peruntukannya dan subjek yang

memohon hak atas tanah tersebut.

Berkaitan dengan hak sewa yang diuraikan secara khusus dalam Pasal 44 ayat

(4)

sewa atas tanah, apabila ia berhak menggunakan tanah milik orang lain untuk

keperluan pembangunan, dengan membayar sejumlah uang sebagai sewanya.” Dalam

penjelasan Pasal 44 UUPA disebutkan bahwa oleh karena hak sewa merupakan hak

pakai yang mempunyai sifat khusus maka disebut tersendiri. Hak pakai yang intinya

adalah hak untuk menggunakan dan atau memungut hasil dari tanah milik orang lain

selama jangka waktu tertentu.

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya disebut KUHPerdata)

pada buku II mengatur tentang kebendaan (kecuali mengenai tanah). Benda

diantaranya dibedakan ke dalam benda bergerak dan benda tidak bergerak. Setiap

benda dapat diberikan hak status keperdataan (hak kebendaan). Hak kebendaan

adalah hak yang melekat pada kebendaan tersebut ke mana pun kebendaan tersebut

beralih, pemegang hak memiliki hak atas kebendaan tersebut.5 Ada beberapa jenis

hak keperdataan yang dapat dibebankan atas benda yaitu hak milik, hak sewa, hak

pakai, hak gadai, hak tanggungan dan lain sebagainya.

Dalam kegiatan ekonomi, bentuk hak-hak atas tanah dituangkan dalam bentuk

praktek ekonomi atau kegiatan bisnis, dalam arti kata tanah dapat diperoleh dengan

mengadakan perjanjian.6 KUHPerdata mengenal berbagai perjanjian,7 beberapa

5Herlien Budiono, 2008, Kumpulan Tulisan Hukum Perdata di Bidang Kenotariatan, Citra Aditya Bakti, Bandung, (selanjutnya disingakat Herlien Budiono I), hal. 229.

6Dalam tulisan ini, penulis mempersamakan istilah perjanjian dan kontrak.

(5)

contoh dari perjanjian yang sering ditemui dalam kegiatan sehari-hari antara lain

seperti: jual-beli, sewa-menyewa, tukar menukar, pinjam-meminjam, dan lain-lain.

Pengertian perjanjian menurut Pasal 1313 KUHPerdata adalah “Suatu

perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu

orang lain atau lebih”. Perjanjian tersebut mengikat para pihak secara hukum, untuk

pelaksanaan hak dan kewajiban yang ditentukan dalam perjanjian itu. Perjanjian

memberikan kepastian bagi penyelesaian sengketa, dan perjanjian ditujukan untuk

memperjelas hubungan hukum.8

Perjanjian merupakan sumber terpenting yang melahirkan perikatan. Memang

perikatan itu paling banyak lahir dari perjanjian, tetapi ada juga perikatan yang

lahirdari undang-undang.9 Eksistensi perjanjian sebagai salah satu sumber perikatan

dapat kita temui landasannya pada ketentuan Pasal 1233 Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata yang menyatakan bahwa : Tiap-tiap perikatan dilahirkan, baik karena

perjanjian baik karena undang-undang. Ketentuan tersebut dipertegas lagi dengan

rumusan ketentuan Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yang

menyatakan bahwa : Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan di mana satu orang atau

lebih mengikatkan diri terhadap satu orang lain atau lebih. Setiap perjanjian yang

melahirkan suatu perikatan diantara kedua belah pihak adalah mengikat bagi kedua

belah pihak yang membuat perjanjian, hal ini berdasarkan atas ketentuan hukum yang

berlaku di dalam Pasal 1338 (1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang

8I Ketut Artadi, I Dewa Nyoman Rai Asmara Putra, 2010,Implementasi Ketentuan-Ketentuan

(6)

berbunyi “Semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang

bagi mereka yang membuatnya.”

Pada kenyataannya dewasa ini, perkembangan masyarakat yang ditunjang

oleh kemampuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi modern telah

menimbulkan lembaga hukum baru yang sebelumnya tidak pernah dikenal di dalam

hukum tertulis Indonesia. Timbulnya lembaga hukum baru itu sebagai suatu

perwujudan nyata akibat dari adanya perkembangan tersebut. Diantara berbagai

macam lembaga hukum yang erat kaitannya dengan perkembangan dan kemajuan

ekonomi suatu masyarakat dan merupakan perkembangan dari bentuk perjanjian yang

cukup banyak digunakan dalam praktek, adalah apa yang dinamakan dengan

perjanjian sewa beli atau dalam bahasa Belanda disebut juga dengan huurkoop dan

dalam bahasa Inggris disebut denganhire purchase.

Perjanjian atau Verbintenis, mengandung pengertian suatu hubungan hukum

kekayaan/harta benda antara dua orang atau lebih yang memberikan kekuatan hak

pada satu pihak untuk memperoleh prestasi dan sekaligus mewajibkan pada pihak lain

untuk menunaikan prestasi.10 Jadi, perjanjian adalah suatu hubungan hukum

mengenai harta kekayaan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih atas kesepakatan

bersama sehingga melahirkan hak dan kewajiban. Di dalam pengertian tentang

perjanjian yang telah dikemukakan, ternyata terdapat kesepakatan antara para pihak

yang setuju untuk melaksanakan perjanjian yang telah dimaksud, kemudian yang

akan dilaksanakan itu terletak dalam lapangan harta kekayaan serta dapat dinilai

(7)

dengan uang, jadi tidak termasuk bidang moral seperti kewajiban alimentasi

(memberi nafkah) itu sendiri bisa berupa sejumlah uang.

Sewa beli tersebut merupakan suatu perjanjian yang didasarkan pada “asas

kebebasan berkontrak”. Hal tersebut sebagai asas pokok dari hukum perjanjian yang

diatur dalam pasal 1338 KUH Perdata, yang berbunyi: Suatu perjanjian yang dibuat

secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Suatu

perjanjian tidak dapat ditarik kembali, kecuali dengan sepakat bersama kedua pihak,

atau karena alasan-alasan yang oleh Undang-Undang dinyatakan cukup untuk itu.

Suatu perjanjian harus dilakukan dengan itikad baik.

Sewa beli merupakan suatu perjanjian yang dikelompokkan dalam perjanjian

tidak bernama (Onbenoemde Contracten). Menurut Wirjonon Prodjodikoro, bahwa

“sistem dalam KUH Perdata memungkinkan para pihak mengadakan

persetujuan-persetujuan yang sama sekali belum diatur dalam KUH Perdata maupun peraturan

perundang-undangan”.

Pengertian beli sewa sendiri sudah diatur dalam Pasal 1 huruf a Keputusan

Menteri Perdagangan dan Koperasi Nomor: 34/KP/11/80 tentang Perizinan Beli

Sewa, yang menyatakan “Beli sewa adalah jual beli barang dimana penjual

melaksanankan penjualan barang dengan cara memperhitungkan setiap pembayaran

yang dilakukan oleh pembeli dengan pelunasan atas harga yang telah disepakati

bersama dan diikat dalam suatu perjanjian, serta hak milik atas barang tersebut

(8)

pengertian beli sewa diatas penulis menarik unsur-unsur dari beli sewa adalah sebagai

berikut:

1. Jual beli barang.

2. Penjual dan pembeli.

3. Objek sewa berada sama pembeli

4. Uang sewa diperhitungkan sebagai harga pembayaran

5. Momentum peralihan hak milik setelah pelunasan.

J. Satrio memberikan pengertian yang dimaksud dengan perjanjian tak

bernama adalah “perjanjian-perjanjian yang belum ada pengaturannya secara khusus

di dalam Undang-Undang, baik dalam KUH Perdata maupun Undang-Undang

lainnya. Karena belum diatur tersebut maka dalam praktiknya didasarkan pada

kebiasaan-kebiasaan masyarakat dan putusan pengadilan atau yurisprudensi”.11

Persetujuan dinamakan sewa menyewa barang dengan akibat bahwa penerima

tidak menjadi pemilik, melainkan pemakai saja. Baru kalau uang sewa telah dibayar

berjumlah sama. Dengan harga pembelian penyewa beralih menjadi pembeli yaitu

barangnya menjadi miliknya.12 Dalam hal sewa beli dikelompokkan pada jual beli

ataukah sewa menyewa. Menurut Mariam Darus Badrulzaman, perjanjian tersebut

merupakan perjanjian campuran di mana dalam ketentuan-ketentuan mengenai

perjanjian khusus diterapkan secara analogis, sehingga setiap unsur dari perjanjian

khusus tetap ada.13

11J. Satrio,Hukum Perjanjian, Bandung , Alumni, 1992.

12R. Subekti,Aspek Aspek Hukum Perikatan Nasional, Alumni, Bandung, 1986, Ha.l 33. 13Mariam Darus Badrulzaman, KUH Perdata buku III tentang Hukum Perikatan dengan

(9)

Sewa beli ini mirip dengan jual beli angsuran dimana konsumen yang

membutuhkan suatu barang dan dapat memperolehnya dengan cara pembayaran tidak

secara tunai tetapi dengan sistem angsuran beberapa kali sesuai dengan perjanjian.

Dalam sewa beli, penjual menjual barangnya secara angsuran artinya setelah barang

diserahkan oleh penjual kepada pembeli, harga barang atau benda baru dibayar secara

angsuran tetapi selama angsuran terakhir belum dibayar lunas oleh pembeli maka

status pembeli hanya sebagai penyewa saja terhadap barang yang dikuasai dan akan

menjadi pemilik bila telah dibayar lunas oleh pembeli.14

Dalam sewa beli, barang yang dijual sewa pada saat lahirnya perjanjian telah

langsung dikuasai oleh pembeli. Namun, penguasa disini belum bersetatus pemilik

melainkan sebagai penyewa saja. Pembeli dalam sewa beli tidak menguasai barang

secara mutlak sebelum angsuran terakhir dibayar lunas dan pembeli belum dapat

memindahkan barang yang diperjanjiakan tersebut. Sementara pembeli hanya

berwenang menguasai dalam arti mengambil manfaat dari barang yang diperjanjikan.

Salah satu obyeksewa beli adalah tanah, Tanah merupakan salah satu sumber

daya alami penghasil barang dan jasa, yang merupakan kebutuhan yang hakiki dan

berfungsi sangat essensial bagi kehidupan dan penghidupan manusia, bahkan

menentukan peradaban suatu bangsa.15 Oleh karena itu manusia harus dapat

mempergunakan dan memelihara tanah tersebut dengan sebaik-baiknya, dimana

14Qirom Syamsudin meliala A, Pokok–Pokok Hukum Perjanjian Beserta Perkembangannya, Cetakan I, Yogyakarta, Liberty, 1985, Hal. 88.

(10)

hubungan suatu kelompok manusia dengan tanah juga merupakan hubungan yang

hakiki dan bersifat magis-religius. Tanah disamping memberikan kesejahteraan bagi

manusia, tapi juga sebaliknya dapat membawa malapetaka jika disalahgunakan.16

Perjanjian sewa beli ini sebenarnya merupakan bentuk khusus darikoop

enverkoop op afbetaling,17 dimana selama pembayaran atas barang itu belum

dilunasi, maka selama itu hak atas kekuasaan pemilikan tetap berada pada pihak

penjual. Bentuk kekhususan itu terletak pada objek jual beli. Yang mana objek jual

beli tersebut ialah segala sesuatu yang dapat dijadikan objek “harta benda” atau

“harta kekayaan”, kedalamnya termasuk perusahaan dagang, porsi warisan, dan

sebagainya. Bukan hanya benda yang dapat dilihat wujudnya, tapi semua benda yang

dapatbernilai harta kekayaan, baik yang nyata maupun yang tidak berwujud.

Dalam praktik memang tidak mudah untuk menentukan hukum mana yang

berlaku dalam perjanjian campuran seperti sewa beli. Namun kenyataannya

perjanjian beli sewa banyak diterapkan dalam kegiatan bisnis misalnya sewa beli

kendaraan bermotor, sewa beli rumah, sewa beli tanah dan lain-lain. Pelaksanaannya

biasanya dilakukan dengan perjanjian tertulis tapi juga ada yang dilakukan tidak

tertulis, semua tergantung para pihak yang membuatnya, adapula yang dilakukan

dengan perjanjian baku, namun adapula isi perjanjiannya dilakukan secara negosiasi

kemudian dituangkan dalam perjanjian tertulis. Oleh karena itu dengan adanya buku

16Chaddijah Dalimunthe, Politik Hukum Agraria Nasional Terhadap Hak-Hak Atas Tanah, Yayasan Pencerahan Mandailing, Medan, 2008, Hal. 33.

(11)

III KUHPerdata yang menganut asas kebebasan berkontrak/sistem terbuka, maka para

pihak bebas menentukan jenis perjanjian, dengan siapa dia harus mengadakan

kontrak, objek kontrak, serta menentukan format kontrak, asalkan semuanya tidak

bertentangan dengan undang-undang, kepentingan umum, kesusilaan/moral dan

kepatutan. Dari kenyataan tersebut pasti akan banyak masalah yang muncul oleh

karena perjanjian tersebut masih cukup muda dan berlakunya baru di Indonesia,

sehingga banyak masyarakat yang belum mengerti dan memahami penerapan

perjanjian tersebut, bahkan penetapan risikonya, sehingga pasti akan muncul ketidak

seimbangan antara para pihak khususnya bagi debitur.

Seperti halnya perjanjian sewa beli tanah dan bangunan yang dilaksanakan

oleh PT PLN (Persero) dengan karyawannya. Dalam pelaksanaan perjanjian tersebut

PT PLN (Persero) menggunakan perjanjian baku terhadap karyawannya.

Mariam Darus juga mengajukan 3 (tiga) jenis ‘standaard contract’ (perjanjian

baku) sebagai berikut:18

1. Perjanjian baku sepihak adalah perjanjian yang isinya ditentukan oleh pihak yang kuat kedudukannya di dalam perjanjian itu. Pihak yang kuat lazimnya adalah pihak kreditur.

2. Perjanjian baku yang ditetapkan oleh Pemerintah adalah perjanjian baku yang isinya ditetapkan oleh Pemerintah terhadap perbuatan-perbuatan hukum tertentu, misalnya terhadap perjanjian yang berhubungan dengan objek hak-hak atas tanah.

3. Perjanjian baku yang ditentukan di lingkungan Notaris atau Advokat adalah perjanjian yang konsepnya sejak semula sudah disediakan untuk memenuhi permintaan dari anggota masyarakat yang meminta bantuan Notaris atau Advokat bersangkutan.

(12)

Dari penjelasan pengertian perjanjian baku diatas, bisa dilihat pihak mana

yang lemah dari perjanjian sewa beli tanah dan bangunan yang dilakukan oleh PT

PLN (Persero) dengan karyawannya. Pengalihan tanah dan bangunan milik PT PLN

(Persero) kepada karyawannya dengan memakai perjanjian sewa beli didasarkan pada

Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1994 tentang Rumah Negara. Kemudian

dengan PP tersebut oleh PT PLN (Persero) diterbitkan Surat Keputusan Direksi PT

PLN (Persero) Nomor : 1234.K/DIR/2011 Tentang Perumahan Di Lingkungan PT

PLN (Persero). Dalam Pasal 3 Keputusan Dreksi tersebut meliputi :

1. Penyediaan Rumah Dinas

2. Peruntukan Rumah Dinas

3. Luas Tanah dan Bangunan Rumah Dinas

4. Fasilitas Sewa Rumah Dinas

5. Penempatan Rumah Dinas

6. Penghapus bukuan dan Pemindahtanganan Rumah Dinas

7. Persyaratan Penjualan Rumah Dinas

Sehubungan dengan hal tersebut diatas, agar terdapat keseragaman dalam

pelaksanaannya, perlu menetapkan petunjuk pelaksanaan penjualan rumah dinas PT

PLN (Persero).

Penjualan rumah dinas PT PLN (Persero), dilaksanakan berdasarkan

ketentuan dalam keputusan Menteri Keuangan No. 89/KMK.013/1991 tanggal 25

Januari 1991 tentang Pedomoan Pemindahtanganan Aktiva Tetap Badan Usaha Milik

(13)

Tentang Kebijakan Perumahan Di lingkungan PLN dan Keputusan Direksi PT PLN

(Persero) No. 004.K/7850/DIR/1995 tanggal 18 Januari 1995 Tentang Ketentuan

Penggolongan Rumah Jabatan, Rumah Instalasi dan Rumah Dinas PT PLN (Persero).

Berdasarkan ketentuan dalam keputusan Menteri keuangan dan Keputusan

Direksi PT PLN (Persero) tersebut diatas, rumah dinas yang dapat diusulkan untuk

dijual adalah rumah yang telah memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1. Rumah yang bersangkutan telah ditetapkan golongannya oleh Direksi PT PLN (Persero) sebagai rumah dinas dan telah dimiliki perusahaan sekurang-kurangnya selama 10 (sepuluh) tahun.

2. Yang berhak membeli atau calon pembeli rumah dinas PT PLN (Persero) sebagaimana dimaksud adalah :

a. Penghuni sah, yaitu Direksi/ mantan Direksi, Pegawai PT PLN (Persero), Pegawai/ manatan pegawai negeri sipil atau BUMN atau ABRI yang ditugaskaryakan di PT PLN (Persero) yang telah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

1) Memegang Surat Ijin Penempatan atau ijin tertulis lainnya yang sah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2) Telah bekerja/ mengabdi pada PT PLN (Persero)/ Negara/ BUMN/ ABRI sekurang-kurangnya selama 15 (lima belas) tahun.

3) Belum pernah membeli rumah dari PT PLN (Persero)/ Negara/ BUMN/ ABRI.

4) Telah menempati secara sah rumah PT PLN (Persero) tersebut sekurang-kurangnya selama 2 (dua) tahun.

b. Pensiunan pegawai PT PLN (Persero) atau penerima pensiun lainnya yaitu penerima pensiun janda, penerima pensiun duda atau anak pegawai yang berhak menerima pensiun janda/ pensiun duda sesuai ketentuan berlaku.

c. Penghuni sah rumah dinas PT PLN (Persero) lainnya.

3. Khusus untuk butir 2 huruf c harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Memegang Surat Ijin Penempatan atau ijin tertulis lainnya yang sah

menurut ketentuan yang berlaku.

b. Belum pernah menbeli rumah dari PT PLN (Persero)/ Negara/ BUMN/ ABRI.

(14)

d. Dengan pertimbangan khusus, Direksi PT PLN (Persero) dapat mengadakan pengecualian terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam angka 3 butir a, b dan c edaran ini.

Status rumah tersebut juga dapat disebut sebagai rumah dinas atau

rumahinstansi. Oleh karena itu segala biaya yang berkaitan dengan pemeliharaan

rumahtersebut ditanggung oleh PT PLN (Persero), tetapi dalam kenyataannya setelah

penandatanganan perjanjian sewa beli tanah dan bangunan tersebut pemeliharaan

rumah dinas tersebut menjadi tanggung jawab karyawan.

Karyawan PT PLN (Persero) dapat memiliki rumah dinas tersebut dengan

proses sewa beli yang dilakukan dengan cara angsuran dimana jangka waktunya

ditentukan dalamperjanjian yang dibuat antara PT PLN (Persero) dengan

karyawannya, melalui suatu lembaga yang tidak merugikan PT PLN (Persero). Suatu

sarana yang tepat apabila lembaga sewa beli yang diterapkan dalam hal ini.

Selama karyawan sebagai pembeli masih membayar angsuran danbelum

melunasi maka selama itu pula pemiliknya masih tetap dipihak PT PLN (Persero).

Bagi PT PLN (Persero) juga untuk mengurangi anggaran negara terutama untuk

memelihara rumah dinas tersebut. Lembaga sewa beli ini merupakan salah satu dari

hasil perkembangan sosial dalam masyarakat yang memerlukan saluran hukum dalam

pelaksanaannya dan saluran yang tepat adalah hukum perjanjian yang mempunyai

asas kebebasan berkontrak.

Pada prinsipnya, dalam perjanjian pada umumnya, para subyek sewa beli

diklasifikasikan menjadi dua yaitu:

(15)

2. Pihak debitor, yaitu pihak yang berkewajiban memberikan prestasi

Pihak pembeli selama belum melunasi pembayarannya, belum berstatus

sebagai pemilik, dan selama belum ada pelunasan, pembeli tidak berhak untuk

menjadikan barang itu sebagai miliknya atau mengalihkan haknya kepada orang lain.

Bila diamati lebih lanjut, dapatlah dikatakan bahwa perjanjian sewa beli ini

merupakan perjanjian yang mengandung ciri-ciri khusus yang dapat dilihat dari cara

pembayarannya. Sebagaimana diketahui bahwa dalam perkembangannya sampai saat

ini, belum juga ada suatu ketentuan undang-undang khusus yang mengatur secara

terperinci mengenai sewa beli. Di dalam kondisi belum ada ketentuan hukum yang

mengatur, sudah tentu dalam praktik sering timbul ketidak pastian hukum, dan

keadaan semacam ini pula yang akan menimbulkan suatu ketidak pastian menyangkut

hubungan hukum serta kewajiban antara pihak penjual dan pihak pembeli.

R. Subekti, menyebutkan bahwa “sewa beli sebenarnya adalah suatu macam

jual beli setidak-tidaknya ia lebih mendekati jual beli dari pada sewa menyewa.19

Jadi, sewa beli adalah bentuk khusus dari perjanjian jual beli, di mana dijanjikan

bahwa uang dapat diangsur dan barangnya dapat diserahkan kepada pembeli namun,

hak milik atas barang itu baru berpindah kepada pembeli apabila angsuran terakhir

telah dilunasi. Perlu juga dijelaskan di sini bahwa pada kenyataannya penggunaan

istilah sewa beli ini dalam berbagai literatur masih belum ada keseragaman, karena

masih ada juga sarjana yang memakai istilah beli sewa.

(16)

Dalam UUPA dinyatakan bahwa hak atas tanah dapat beralih dan dialihkan

dari pemegang haknya kepada pihak lain. Salah satu bentuk peralihan hak atas tanah

dengan cara beralih yaitu berpindahnya hak atas tanah kepada pihak lain karena

pemegang haknya meniggal dunia adalah melalui pewarisan. Peralihan hak atas tanah

ini terjadi karena hukum, artinya dengan meninggalnya pemegang hak, maka ahli

warisnya memperoleh hak atas tanah tersebut.Dalam hal beralih ini, pihak yang

memperoleh hak harus memenuhi syarat sebagai pemegang hak atas tanah.20

Sedangkan bentuk peralihan hak atas tanah dengan cara dialihkan

(pemindahan hak) yaitu berpindahnya hak atas tanah dari pemegang hak kepada

pihak lain karena suatu perbuatan hukum yang sengaja dilakukan dengan tujuan agar

pihak lain tersebut memperoleh hak tersebut. Perbuatan hukum tersebut dapat berupa

jual beli, hibah, tukar menukar, pemberian dengan wasiat dan lelang. Dalam hal ini,

pihak yang mengalihkan hak harus berhak dan berwenang memindahkan hak,

sedangkan bagi pihak yang memperoleh hak harus memenuhi syarat sebagai

pemegang hak atas tanah. Cara memperoleh hak atas tanah yang dialihkan dan beralih

ini termasuk dalam cara perolehan hak atas tanah secaraderivatif.

Selain peralihan hak tanah yang di jelaskan di atas, hak atas tanah dapat juga

dialihkan melalui perjanjian sewa beli, salah satu contoh peralihan hak atas tanah

yang dilakukan melalui perjanjian sewa beli adalah peralihan hak atas tanah yang

dilakukan PT PLN (PERSERO) Wilayah Sumbagut dengan Karyawannya.

20

(17)

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka penelitian ini menarik untuk

diangkat menjadi judul penelitian tesis tentang “Kedudukan Hukum Sewa Beli Dalam

Peralihan Hak Atas Tanah Studi Atas Sewa Beli Antara PT PLN (PERSERO)

Wilayah Sumbagut Dengan Karyawannya.

B. Perumusan Masalah

Dari latar belakang sebagaimana yang diuraikan diatas, maka yang menjadi

permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana kedudukan hukum karyawan PT PLN (Persero) terhadap

perjanjian sewa beli rumah negara menurut UU Nomor 1 Tahun 2011 Tentang

Perumahan Dan Pemukiman?

2. Bagaimana proses peralihan hak atas tanah dan bangunan yang telah

dilakukan PT PLN (PERSERO) Wilayah Sumbagut dengan karyawannya

melaui perjanjian sewa beli ?

3. Bagaimana perlindungan hukum bagi karyawan dalam peralihan hak atas

tanah dan bangunan milik PT PLN (PERSERO) Wilayah Sumbagut melalui

perjanjian sewa beli ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan permasalahan tersebut di atas, maka tujuan yang hendak

dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis kedudukan hukum karyawan PT PLN

(Persero) terhadap perjanjian sewa beli rumah negara menurut UU Nomor 1

(18)

2. Untuk mengetahui dan menganalisis proses peralihan hak atas tanah dan

bangunan yang telah dilakukan PT PLN (PERSERO) Wilayah Sumbagut

dengan karyawannya melaui perjanjian sewa beli.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis perlindungan hukum bagi karyawan

dalam peralihan hak atas tanah dan bangunan milik PT PLN (PERSERO)

Wilayah Sumbagut melalui perjanjian sewa beli.

D. Manfaat Penelitian

Kegiatan penelitian ini diharapkan dapat memberi kegunaan baik secara

teoritis maupun praktis yaitu :

1. Secara Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbang saran dalam

ilmu pengetahuan hukum pada umumnya, dan hukum perdata pada

khususnya, terutama mengenai masalah perjanjian sewa beli dalam

peralihan hak atas tanah.

b. Sebagai bahan informasi bagi akademisi dan untuk pengembangan

wawasan dan kajian tentang perjanjian sewa beli untuk dapat menjadi

bahan perbandingan bagi kepenelitian lanjutan.

2. Secara Praktis

Pembahasan dalam tesis ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi

(19)

masyarakat yang terkait dalam melaksanakan ketentuan hukum yang berkaitan

dengan perjanjian sewa beli dalam peralihan hak atas tanah.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan hasil penelusuran sementara dan pemeriksaan yang telah penulis

lakukan baik di kepustakaan penulisan karya ilmiah Magister Hukum, maupun di

Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara (USU) Medan, dan sejauh

yangdiketahui, penelitian tentang “KEDUDUKAN HUKUM SEWA BELI DALAM

PERALIHAN HAK ATAS TANAH STUDI ATAS SEWA BELI ANTARA PT.

PLN (PERSERO) WILAYAH SUMBAGUT DENGAN KARYAWANNYA”, belum

pernah dilakukan. Oleh karena itu, penelitian ini adalah asli. Artinya secara akademik

penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan kemurniannya, karena belum ada yang

melakukan penelitian yang sama dengan judul penelitian ini.

F. Kerangkan Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Pentingnya kerangka konsepsional dan landasan atau kerangka teoritis dalam

penelitian hukum, dikemukakan juga oleh Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji,

bahkan menurut mereka kedua kerangka tersebut merupakan unsur yang sangat

penting.21

M. Solly Lubis mengemukakan:22 “Kerangka pemikiran atau butir-butir

pendapat, teori, tesis, si penulis mengenai sesuatu kasus ataupun permasalahan

21Soerjono Soekanto dan Sri Mahmudji,Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, Hal. 7.

(20)

(problem), yang bagi pembaca menjadi bahan perbandingan, pegangan tertulis, yang

mungkin ia setuju ataupun tidak. Ini merupakan masukan eksternal bagi pembaca.”

Ilmu hukum dalam perkembangannya tidak terlepas dari ketergantungan pada

berbagai bidang ilmu termasuk ketergantungannya pada metodologi, karena aktivitas

penelitian hukum dan imajinasi sosial, juga sangat ditentukan oleh teori.23

Teori adalah serangkaian asumsi, defenisi dan proposisi untuk menerangkan

suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar

konsep.24Keberadaan Teori dalam dunia ilmu sangat penting karena teori merupakan

konsep yang akan menjawab suatu masalah, teori oleh kebanyakan ahli dianggap

sebagai sarana yang memberikan rangkuman bagaimana memahami suatu masalah

dalam setiap bidang ilmu pengetahuan.25

Adapun teori yang dikaitkan dengan permasalahan dalam penelitian ini adalah

teori kepastian hukum. Menurut Soerjono Soekanto bagi kepastian hukum yang

penting adalah peraturan dan dilaksanakan peraturan itu sebagaimana yang di

tentukan. Apakah peraturan itu harus adil dan mempunyai kegunaan bagi masyarakat

adalah diluar pengutamaan kepastian hukum. Dengan tersedianya perangkat hukum

yang tertulis, siapa pun yang berkepentingan akan mudah mengetahui kemungkinan

apa yang tersedia baginya untuk menguasai dan menggunakan tanah yang

(21)

diperlukannya, bagaimana cara memperolehnya, hak-hak. Kewajiban serta

larangan-larangan apa yang ada di dalam.26

Teori Kepastian Hukum mengandung pengertian yaitu adanya aturan yang

bersifat umum membuat individu mengetahui perbuatan apa yang boleh dan

perbuatan apa yang tidak boleh dilakukan, dan berupa keamanan hukum bagi

individu dari kesewenangan pemerintah karena adanya aturan hukum yang bersifat

umum sehingga individu dapat mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau

dilakukan oleh Negara terhadap individu.27

Menurut Utrecht, Kepastian Hukum mengandung dua pengertian, yaitu

“pertama, adanya aturan yang bersifat umum membuat individu mengetahui

perbuatan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan, dan kedua, berupa keamanan

hukum bagi individu dari kesewenangan pemerintah karena dengan adanya aturan

yang bersifat umum itu individu dapat mengetahui apa saja yang boleh dibebankan

atau dilakukan oleh Negara terhadap individu”.28

Kepastian hukum menjadi syarat mutlak supaya hukum dapat menjalankan

tugasnya dengan sebaik-baiknya, keadilan dijadikan pedoman bagi substansi isi

hukum.Kepastian hukum dan keadilan dibutuhkan, agar hukum dapat

menyelenggarakan tugasnya dengan baik. Tujuan hukum baru dapat tercapai, apabila

26Soerjono Soekanto, Suatu Tinjauan Sosiologi Hukum Terhadap Masalah-Masalah Sosial, Alumni, Bandung, 1982, Hal. 21.

27J.B Daiyo,Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta, Prennahlindo, 2001, Hal. 120.

(22)

didukung oleh tugas hukum, yakni keserasian kepastian hukum dengan

kesebandingan hukum, sehingga menghasilkan keadilan.29

Unsur kepastian dalam hukum berkaitan erat dengan keteraturan dalam

masyarakat, karena kepastian merupakan inti dari ketaatan itu sendiri.30 Oleh

karenanya kepastian di dalam hukum diperlukan pada saat sebelum, sedang,

dansetelah adanya sesuatu perbuatan yang menimbulkan sesuatu akibat, dan dengan

adanya hukum yang berlaku secara umum bagi seluruh manusia dalam suatu

komunitas masyarakat atau Negara maka kepastian hukum akan dapat terwujud.

Sehingga sangat kecil kemungkinan akan terjadinya penindasan dari yang kuat

kepada yang lemah, kesewenang-wenangan penguasa terhadap rakyatnya, khususnya

dalam menghadapi konflik yang terjadi dalam pertanahan guna terwujudnya

perlindungan hukum bagi para pemegang hak atas tanah. Sebab kesemuanya itu

terdapat kepastian hukum yang harus dipedomani oleh pihak-pihak yang

berkompeten.31

Teori kepastian hukum ini digunakan untuk menjawab rumusan masalah

tentang proses peralihan hak atas tanah dan bangunan melalui perjanjian sewa beli.

Dikarenakan dalam perjanjian sewa beli tersebut hak atas tanah dan bangunan baru

beralih kepada pembeli pada saat pembayaran terakhir dilakukan. Perjanjian sewa

29Soerjono Sukanto,Op.cit,Hal. 86.

30Ida Nurlinda, Prinsip-Prinsip Pembaruan Agraria, Perspektif Agraria, RajawaliPers,

Jakarta, 2009, Hal. 31.

(23)

beli tersebut dibuat dengan perjanjian baku, dan kepastian hukum tersebut untuk

melindungi hak-hak para pembeli yang posisinya lemah.

2. Konsepsi

Konsepsi adalah salah satu bagian terpenting dari teori.Peranan

konsepsidalam penelitian ini untuk menghubungkan teori dan observasi, antara

abstrak dan kenyataan. Pemaknaan konsep terhadap istilah yang digunakan, terutama

dalam judul penelitian, bukanlah untuk keperluan mengkominikasikannya

semata-mata kepada pihak lain, sehingga tidak menimbulkan salah tafsir, tetapi juga demi

menuntun peneliti sendiri di dalam menangani proses penelitian bersangkutan.32

Kerangka konsepsional merupakan kerangka yang menggambarkan hubungan

antara konsep-konsep khusus yang akan diteliti. Konsep bukan merupakan gejala

yang akan diteliti, akan tetapi merupakan abstraksi dari gejala tersebut. Gejala itu

sendiri dinamakan fakta, sedangkan konsep merupakan suatu uraian mengenai

hubungan-hubungan dalam fakta tersebut.33

Kerangka konsepsional dalam merumuskan atau membentuk pengertian

pengertian hukum, kegunaannya tidak hanya terbatas pada penyusunan kerangka

konsepsional saja, akan tetapi bahkan pada usaha merumuskan definisi-definisi

operasional di luar peraturan perundang-undangan. Dengan demikian, konsep

merupakan unsur pokok dari suatu penelitian.34 Pentingnya defenisi operasional

adalah untuk menghindarkan perbedaan pengertian atau penafsiran mendua (dubius)

32 Sanapiah Faisal, Format-Format penelitian Sosial, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1999, Hal. 107-108.

(24)

dari suatu istilah yang dipakai. Oleh karena itu untuk menjawab permasalahan dalam

penelitian ini harus dibuat beberapa defenisi konsep dasar sebagai acuan agar

penelitian ini sesuai dengan yang diharapkan, yaitu :

a. Sewa Beli Sewa beli adalah jual beli dimana penjual menyerahkan barang

yang dijual secara nyata feitelijk kepada pembeli. Tetapi penyerahan nyata

tidak diikuti penyerahan hak milik. Hak milik baru diserahkan pada saat

pembayaran termin terakhir yang dilakukan oleh pembeli.35

b. Peralihan Hak atas tanah adalah berpindahnya hak atas tanah dari pemegang

hak yang lama kepada pemegang hak yang baru. Ada 2 (dua) cara peralihan

hak atas tanah, yaitu beralih dan dialihkan. Beralih menunjukkan

berpindahnya hak atas tanah tanpa ada perbuatan hukum yang dilakukan oleh

pemiliknya, misalnya melalui pewarisan. Sedangkan dialihkan menunjuk pada

berpindahnya hak atas tanah melalui perbuatan hukum yang dilakukan

pemiliknya, misalnya melalui jual beli.

c. Hak Atas Tanah adalah hak yang memberi wewenang kepada yang

mempunyai hak untuk menggunakan atau mengambil manfaat dari tanah yang

dihakinya.36

d. PT PLN (PERSERO) adalah PT PLN (Persero) merupakan perusahaan

penyedia jasa kelistrikan terbesar di Indonesia. Dengan visi untuk “Diakui

35M. Yahya Harahap,Segi-Segi Hukum Perjanjian,Alumni, Bandung, 1986, Hal. 210. 36

(25)

sebagai Perusahaan Kelas Dunia yang Bertumbuh kembang, Unggul dan

Terpercaya dengan bertumpu pada Potensi Insani.37

e. Karyawan adalah setiap orang yang memberikan jasa kepada perusahaan

ataupun organisasi yang membutuhkan jasa tenaga kerja, yang mana dari jasa

tersebut, karyawan akan mendapatkan balas jasa berupa gaji dan

kompensasi-kompensasi lainnya.38

G. Metode Penelitian

Suatu metode penelitian diharapkan mampu untuk menemukan, merumuskan,

menganalisis, mampu memecahkan masalah-masalah dalam suatu penelitian dan agar

data-data diperoleh lengkap, relevan, akurat, dan reliabel, diperlukan metode yang

tepat yang dapat diandalkan (dependable). Metode merupakan penyelidikan yang

berlangsung menurut suatu rencana tertentu. Menempuh suatu jalan tertentu untuk

mencapai tujuan, artinya peneliti tidak bekerja secara acak-acakan.39

Suatu penelitian merupakan upaya pencarian dan bukan sekedar mengamati

dengan teliti terhadap suatu objek yang mudah terpegang tangan.40 Penelitian

merupakan usaha pencaharian pengetahuan atau lebih tepatnya pengetahuan yang

benar, dimana pengetahuan yang benar ini nantinya dapat dipakai untuk menjawab

pertanyaan atau ketidaktahuan tertentu. Penelitian merupakan salah satu cara yang

37http://www.pln.co.id/2011/04/careers-2/, diakses tanggal 18 oktober 2016, jam 15.00. 38http://pengertiandefinisi.com/pengertiankaryawandanjenis-jeniskaryawandi perusahaan/, diakses tanggal 18 oktober 2016, jam 16.00.

39 Johnny Ibrahim, Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif, Bayumedia Publishing, Malang, 2005, Hal. 239-240.

(26)

tepat untuk memecahkan masalah, selain itu penelitian juga dapat digunakan untuk

menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran.

Suatu penelitian ilmiah, harus melalui rangkaian kegiatan penelitian yang

dimulai dari pengumpulan data sampai pada analisis data dilakukan dengan

memperhatikan kaidah-kaidah ilmiah sebagai berikut :

1. Sifat dan Jenis Penelitian

Rancangan penelitian tesis ini merupakan penelitian yang menggunakan

penelitiandeskriptif analitisyang menguraikan/ memaparkan sekaligus menganalisis

tentang perjanjian sewa beli dalam peralihan hak atas tanah. Penelitian ini merupakan

suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran

tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu

dengan jalan menganalisanya. Sedangkan Metode yang digunakan dalam penelitian

ini adalah yuridis normatif yang disebut juga sebagai penelitian doktrinal (doctrinal

research)yaitu suatu penelitian yang menganalisis hukum baik yang tertulis di dalam

buku (law as it is written in thebook), maupun hukum yang diputuskan oleh hakim

melalui proses pengadilan(law it isdecided by the judge through judicial process).41

2. Sumber Data

Sumber data berasal dari penelitian kepustakaan (library research) yang

diperoleh dari :

a. Bahan hukum primer, yang terdiri dari :

(27)

1) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945

2) Kitab Undang-undang Hukum Perdata

3) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan

Pemukiman.

4) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar

Pokok-Pokok Agraria.

5) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah

6) Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1994 Tentang Rumah Negara

7) Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2005 Tentang Perubahan Atas

Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1994 Tentang Rumah Negara.

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang berkaitan dengan bahan

hukum primer, misalnya buku-buku yang berkaitan dengan permasalahan,

tulisan para ahli, makalah, hasil-hasil seminar atau perjanjian sewa beli dan

surat edaran direksi PT PLN (Persero) lainnya yang relevan dengan peneltian

ini.

c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan-bahan yang bersifat menunjang bahan

hukum primer dan sekunder untuk memberikan informasi tentang bahan

hukum sekunder, misalnya majalah, surat kabar, kamus hukum, kamus bahasa

Indonesia.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data ini merupakan landasan utama penyusunan tesis,

(28)

literatur berupa buku-buku ilmiah, peraturan Perundang-undangan dan sumber lain

yang berhubungan dengan perjanjian sewa beli dalam peralihan hak atas tanah.

4. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data akan sangat menentukan hasil penelitian sehingga apa

yang menjadi tujuan penelitian ini dapat tercapai. Untuk mendapatkan hasil penelitian

yang objektif dan dapat dibuktikan kebenarannya serta dapat dipertanggung jawabkan

hasilnya, maka dalam penelitian akan dipergunakan alat pengumpulan data. Alat

pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah studi dokumen.

Studi dokumen yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menghimpun data dengan

melakukan penelaahan bahan-bahan kepustakaan yang meliputi bahan hukum primer,

bahan hukum sekunder dan bahan hukumtertier. “Langkah-langkah ditempuh untuk

melakukan studi dokumen di maksud di mulai dari studi dokumen terhadap bahan

hukum.”

5. Analisis Data

Didalam penelitian hukum normatif, maka analisis data pada hakekatnya

berarti kegiatan untuk mengadakan sistematisasi terhadap bahan-bahan hukum

tertulis. Sistematisasi berarti membuat klasifikasi terhadap bahan-bahan hukum

tertulis tersebut, untuk memudahkan pekerjaan analisis dan konstruksi.42 Sebelum

analisis dilakukan, terlebih dahulu diadakan pemeriksaan dan evaluasi terhadap

semua data yang dikumpulkan (primer, sekunder maupun tersier), untuk mengetahui

(29)

validitasnya. Setelah itu keseluruhan data tersebut akan di sistematisasikan sehingga

menghasilkan klasifikasi yang selaras dengan permasalahan yang dibahas dalam

penelitian ini dengan tujuan untuk memperoleh jawaban yang baik pula.43

Analisis data yang dipakai adalah analisis data kualitatif, yaitu data yang

diperoleh disajikan secara deskriptif dan dianalisis secara kualitatif yaitu dengan

langkah-langkah data diklasifikasikan sesuai dengan permasalahan penelitian,

hasilnya disistematisasikan kemudian ditarik kesimpulannya untuk dijadikan dasar

dalam melihat kebenaran dari masalah yang ditetapkan.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini mengatakan bahwa semakin tinggi presentase kepemilikan oleh dewan direksi, maka tingkat dividen tunai juga semakin tinggi Hal ini menunjukkan bahwa

Kecamatan Bondowoso dan Kecamatan Tlogosari merupakan kecamatan dengan nilai tertinggi dalam proses overlay penentuan kawasan agroindustri berbasis komoditas padi,

Dried seaweed powder was saved in the freezer before used for phytochemistry analysis, total phenolic content, radical scavenging activity (% RSA) and proximate

2 yang melebar pada gigi tengah (Gambar 4) menggambarkan jenis ini menyukai “hard substrat”, yakni batuan dan batang pohon yang terendam di sungai berarus deras..

Langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah menyelenggarakan kegiatan yang bersifat edukatif kepada para pemuda salah satunya dengan memberikan Memberikan Pelatihan “ Lompatan”

a) Firewall biasanya digunakan untuk mencegah atau mengendalikan aliran data tertentu. Artinya, setiap paket yang masuk atau keluarakan diperiksa, apakah cocok atau tidak

penulis berharap bahwa akan hubungan negatif antara rasio utang dari perusahaan dan likuiditas karena perusahaan dengan likuiditas yang tinggi dapat mengahsilkan pemasukan kas

Berdasarkan pemeriksaan histologi gonad terbukti bahwa ukuran rerata oosit pada perlakuan suntikan larutan 17β- estradiol (P3) lebih tinggi dibanding per- lakuan P1, P2