i
Dalam masyarakat, tindakan penghibahan bukanlah sesuatu yang baru, melainkan seringkali dilakukan oleh seseorang sebagai wujud kebebasannya dalam mengatur harta peninggalannya. Namun, perlu diketahui bahwa tindakan penghibahan tersebut ada batasnya yang harus dipatuhi. Penghibahan yang melanggar bagian mutlak atau legitime portie ahli waris lain (legitimaris) dapat menimbulkan ancaman kebatalan. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu dikaji mengenai bagaimana pengaturan hibah dan hibah wasiat dalam KUHPerdata; apakah akibat hukum pelaksanaan penghibahan yang melanggar bagian mutlak atau legitime portie legitimaris oleh pewaris; serta bagaimana pertimbangan dan putusan hakim Nomor 188/Pdt.G/2013/PN.Smg terkait penghibahan seluruh harta warisan oleh pewaris yang melanggar bagian mutlak atau legitime portie legitimaris dan apakah sudah tepat.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif dengan metode deskriptif analitis yang didasarkan pada data sekunder (bahan kepustakaan) dan data primer (wawancara) guna mendukung isi dari tesis ini.
Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa KUHPerdata mengenal dua hibah yakni hibah biasa dalam KUHPerdata dapat dijumpai pada Bab X Buku Ketiga (Pasal 1666-1693) dan hibah wasiat Bab XIII Buku Kedua (Pasal 957-972). Akibat hukum yang dapat ditimbulkan terkait penghibahan yang melanggar bagian mutlak atau legitime portie ada 2 (dua) jenis tergantung pada tindakan legitimaris. Jika legitimaris tidak mengajukan keberatan, maka penghibahan yang melanggar bagian mutlak atau legitime portie dianggap tetap sah dan dijalankan. Jika legitimaris menuntut haknya, maka ketetapan dalam penghibahan yang melanggar bagian mutlak atau legitime portie tidak dapat dijalankan dan bagian yang diterima oleh penerima hibah dapat di-inkorting atau dikurangi untuk memenuhi bagian mutlak atau legitime portie legitimaris (Pasal 920 KUHPerdata). Terkait dengan putusan Nomor 188/Pdt.G/2013/PN.Smg yakni putusan hibah wasiat yang melanggar bagian mutlak atau legitime portie legitimaris, hakim memutuskan pembatalan akta hibah wasiat tersebut dan kemudian harta pewaris dibagi hanya kepada ahli waris ab-intestato. Putusan tersebut dianggap kurang tepat karena tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku dan tidak memenuhi rasa keadilan bagi pihak penerima hibah wasiat karena ia sama sekali tidak mendapat harta yang seharusnya dihibahwasiatkan untuknya. Kata Kunci : Hibah, Hibah Wasiat, Bagian Mutlak atau Legitime Portie