• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Curah Hujan dan Hari Hujan Terhadap Produksi Kelapa Sawit Berumur 7, 10, dan 13 Tahun di PTPN III Kebun Huta Padang Kabupaten Asahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Curah Hujan dan Hari Hujan Terhadap Produksi Kelapa Sawit Berumur 7, 10, dan 13 Tahun di PTPN III Kebun Huta Padang Kabupaten Asahan"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Distribusi akar kelapa sawit tergantung pada kondisi tanah, oleh karena itu

akan terjadi perbedaan sistem perakaran kelapa sawit. Pada umumnya akar

tumbuh kebawah menuju air tanahnya tinggi (stabil) dengan tanah dengan

permukaan air tanah dalam (rendah). Tekstur tanah dan aerasi ternyata

mempengaruhi formasi akar. Pertumbuhan akar akan lebih baik pada tekstur dan

aerasi tanah yang baik. Kultur teknis juga berpengaruh pada distribusi akar,

terutama pada akar absorbs yaitu akar tersier dan kuartier. Akar tersier dan kuarter

akan tumbuh menuju sumber nutrisi dan air, seperti tempat dekomposisi dari daun

ataupun pelepah yang diletakkan antar barisan tanaman setelah pemanenan.

Pertumbuhan akar dipengaruhi oleh perakaran yang berkompetisi antar

tanaman.Akar penyerap banyak ditemukan melingkar 3-4 meter dari tanaman,

dimana tipe penutup tanah ditanam tidak pada piringan tanaman. Metode piringan

akan menimbulkan efek distribusi akar (Turner and Gillbanks, 2003).

Kelapa sawit berkembang biak dengan cara generatif. Buah sawit matang

pada kondisi tertentu embrionya akan berkecambah menghasilkan tunas (plumula)

dan bakal akar (radikula). Kelapa sawit yang sudah dewasa memiliki akar serabut

yang membentuk anyaman rapat dan tebal.Sebagian akar serabut tumbuh lurus ke

bawah/vertikal dan sebagian lagi tumbuh menyebar ke arah samping/horizontal

(Sastrosayono, 2003).

Pada beberapa awal tahun pertumbuhan tanaman batang ditutup dengan

(2)

batang 45-60 cm, tapi pada dasar semakin melebar. Dasar pelepah akan rontok

setelah 11 tahun. Batang tunggal, dengan tajuk daun dan bunga tumbuh dari satu

meristem yang berlokasi di dasar dari ujung batang. Ujung batang jika rusak maka

kelapa sawit akan mati. Pertumbuhan meninggi dipengaruhi oleh faktor genetik

dan lingkungan tumbuh (Turner and Gillbanks, 2003).

Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil, dimana batangnya tidak

berkambium dan tidak bercabang.Batang berbentuk silinder dengan diameter 20–

75 cm. Tanaman yang masih muda batangnya tidak terlihat jelas karena tertutup

pelepah daun.Tinggi batang bertambah 25–45 cm per tahun hingga dapat

mencapai ketinggian 24 meter. Pertumbuhan batang tergantung jenis tanaman,

kesuburan lahan, dan iklim setempat (Fauzi dkk., 2002).

Daun dewasa terdiri dari pelepah, anak daun.Batang dan panjang daun

tergantung pada genetis dan menjadi dasar pelepah. Panjang batang daun sangat

tergantung tempat tumbuh, tapi bias mencapai 9 m. Daun Pinnae terdiri dari

250-400 yang terdiri dari dua deret di dua sisi rachis. Panjang daun 1,2 m. Daun muda

membuka saat tumbuh, tapi tertutup di tengah tajuk (daun tombak). Dalam

kondisi kering akan ada lebih dari satu daun tombak, tapi jika kondisi normal

kembali, daun akan segera membuka (Turner and Gillbanks, 2003).

Daun kelapa sawit bersirip genap dan bertulang sejajar.Pada pangkal

pelepah daun terdapat duri–duri atau bulu–bulu halus sampai kasar.Panjang

pelepah daun dapat mencapai 9 m, tergantung pada umur tanaman. Helai anak

daun yang terletak di tengah pelepah daun adalah yang terpanjang dan panjangnya

dapat mencapai 1,20 m. Jumlah anak daun dalam satu pelepah berkisar antara

(3)

Tanaman kelapa sawit mulai berbunga pada umur 2,5 tahun, tetapi

umumnya bunga tersebut gugur pada fase awal pertumbuhan generatifnya.

Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman monoecious.Karena itu, bunga jantan

dan bunga betina terletak pada satu pohon.Bunga sawit muncul dari ketiak daun

yang disebut infloresen (bunga majemuk). Bakal bunga tersebut dapat

berkembang menjadi bunga jantan atau bunga betina tergantung pada kondisi

tanaman.Inflorescen awal terbentuk selama 2–3 bulan, lalu pertumbuhan salah

satu organ reproduktifnya terhenti dan hanya satu jenis bunga yang dihasilkan

dalam satu infloresen.Namun, tidak jarang juga organ betina (gynoecium) dapat

berkembang bersama–sama dengan organ jantan (androecium) dan menghasilkan

organ hermaprodit (Lubis dan Agus, 2011).

Buah matang setelah 5,5 bulan dari penyerbukan. Musim kering yang

panjang, bisa menjadikan proses kematangan lebih lama. Jumlah buah dalam

tandan berkisar 1600 buah.Ukuran buah bervariasi tergantung pada letak buah,

panjang buah berkisar 5 cm dengan berat 30 gram (Turner and Gillbanks, 2003).

Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah

tergantung bibit yang digunakan.Buah bergerombol dalam tandan yang muncul

dari tiap pelepah.Minyak dihasilkan oleh buah.Kandungan minyak bertambah

sesuai kematangan buah. Setelah melewati fase matang, kandungan asam lemak

bebas (FFA, free fatty acid) akan meningkat dan buah akan rontok dengan

sendirinya (Fauzi dkk., 2002).

Buah kelapa sawit secara umum terbagi dalam tiga bagian utama, yaitu

epikarp atau kulit buah, mesokarp atau daging buah, dan endokarp yang terdiri

(4)

kelapa sawit. Epikarp biasanya mempunyai warna tertentu sesuai varietas dan

umur buah. Dari warna epikarp inilah seseorang bisa menentukan tingkat

kemasakan buah. Mesokarp merupakan bagian utama buah kelapa sawit karena

dari bagian inilah minyak kelapa sawit mentah (CPO) akan diperoleh melalui

proses ekstraksi atau penggilingan. Tempurung merupakan bagian buah kelapa

sawit yang melindungi inti. Kernel merupakan bagian penting kedua setelah

mesokarp karena dari iti inilah akan dihasilkan KPO sebagai produk unggulan

kedua setelah CPO (Hadi, 2004).

Berdasarkan tebal dan tipisnya cangkang, buah kelapa sawit digolongkan

atas dura, psifera, dan tenera. Buah yang paling baik untuk dijadikan bibit kelapa

sawit adalah jenis tenera yang merupakan hasil persilangan antara dura dan

psifera. Tenera memiliki perbandingan sabut, tempurung, dan inti yang

proporsional. Dura memiliki tempurung yang tebal sehingga sabut dan inti sangat

kecil, sedangkan untuk psifera memiliki sabut yang besar sehingga inti amat kecil.

Padahal bagian buah kelapa sawit yang dimanfaatkan tidak hanya sabutnya untuk

menghasilkan crude palm oil (CPO), tetapi juga memanfaatkan bagian inti untuk

menghasilkan kernel palm oil (KPO) yang berwarna putih (Widyawati,2009)

Syarat Tumbuh

Iklim

Faktor iklim sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi

tandan kelapa sawit.Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika

basah di sekitar lintang utara–selatan 12 derajat pada ketinggian 0–500 m dpl.

Beberapa unsur iklim yang penting dan saling mempengaruhi adalah curah hujan,

(5)

Dari hasil penelaahan faktor–faktor iklim di daerah–daerah yang dianggap

paling ideal untuk usaha tani kelapa sawit, yaitu daerah–daerah yang terbukti

mempunyai produktivitas tinggi, seperti daerah Deli di Sumatera dan di Malaysia,

Hartley (68) menyusun syarat–syarat iklim yang optimal sebagai berikut : (a)

Curah hujan sekitar 2000 mm/tahun yang terbagi merata sepanjang tahun. (b)

Rata–rata suhu maksimum antara 29–320C dan rata–rata suhu minimum antara

22–240C. (c) Penyinaran yang konstan dengan masa penyinaran (fotoperiodisitas)

sekurang–kurangnya 5 jam/hari untuk seluruh bulan dalam setahun, dan beberapa

bulan di antaranya dengan fotoperiodisitas sampai 7 jam/hari. (Mangoensoekarjo

dan Haryono, 2003).

Sebagai tanaman asli daerah tropis, kelapa sawit hanya dapat tumbuh dan

berproduksi dengan baik apabila dibudidayakan di daerah yang beriklim tropis

(kecuali jika sudah ditemukan varietas baru yang sesuai untuk iklim nontropis).

Oleh karena itu, perkebunan kelapa sawit berkembang pesat pada kawasan yang

terletak pada 100LU–100LS karena iklim pada kawasan tersebut tidak jauh

berbeda dengan iklim tropis. Curah hujan yang ideal bagi pertumbuhan kelapa

sawit adalah 2500–3000 mm per tahun dengan distribusi merata sepanjang tahun,

tidak terdapat bulan kering berkepanjangan dengan curah hujan di bawah 120 mm

dan tidak terdapat bulan basah dengan hujan lebih dari 20 hari. Kelapa sawit

membutuhkan minimal 1800 jam penyinaran per tahun atau rata–rata 4,5 jam per

hari. Lama penyinaran matahari yang optimal untuk kelapa sawit adalah sekitar

2200 jam per tahun atau 6–7 jam per hari. Suhu optimal rata–rata yang diperlukan

oleh kelapa sawit adalah 270–320 C. Kelapa sawit akan tumbuh optimal pada

(6)

Dalam praktek, minimal ada 3 unsur iklim yang penting diperhatikan,

yaitu : Curah hujan berhubungan dengan jaminan ketersediaan air dalam tanah

sepanjang pertumbuhan tanaman. Curah hujan yang ideal berkisar 2000–3500

mm/th yang merata sepanjang tahun dengan minimal 100 mm/bulan

(Paramananthan, 2003). Suhu rata–rata tahunan untuk petumbuhan dan produksi

sawit berkisar antara 24–290C, dengan produksi terbaik antara 25–270C. Kelapa

sawit memerlukan lama penyinaran antara 5 dan 12 jam/hari (Syakirdkk., 2010).

Tanah

Kelapa sawit dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, seperti tanah podsolik,

latosol, hidromorfik kelabu, regosol, andosol, dan aluvial. Tanah gambut dapat

juga ditanami kelapa sawit asalkan ketebalan gambutnya tidak lebih dari satu

meter dan sudah tua (saphrik). Sifat tanah yang perlu diperhatikan untuk budidaya

kelapa sawit sebagai berikut.Tanaman kelapa sawit bisa tumbuh dengan baik di

tanah yang bertekstur lempung berpasir, tanah liat berat, dan tanah

gambut;memiliki ketebalan tanah lebih dari 75 cm, dan berstruktur kuat. PH tanah

sebaiknya bereaksi asam dengan kisaran nilai 4,0–6,0 dan ber–pH optimum 5,0–

5,5 (Sunarko, 2007).

Kelapa sawit dapat hidup di tanah mineral, gambut, dan pasang

surut.Potensi pengembangan kelapa sawit di lahan gambut (organik) relatif

baik.Pasalnya, luas lahan gambut sangat melimpah di Kalimantan dan Papua (17–

27 juta hektar).Selain tanah gambut, jenis tanah yang potensial untuk

pengembangan sawit adalah tanah sulfat asam (pasang surut) dengan luasan di

(7)

Pada prinsipnya kelapa sawit dapat tumbuh dan berproduksi di hampir

semua jenis tanah, mulai dari tanah andosol, latosol, podsolik, regosol (pasir),

hingga tanah organosol (gambut). Namun sebagai acuan, tanah perkebunan kelapa

sawit hendaknya memenuhi kriteria sebagai berikut: keasaman tanah (pH) 5,0–

6,5, kemiringan lahan 0–150, solum 80 cm, ketinggian lahan 0–400 m di atas

permukaan air laut, kedalaman air tanah 80–150 cm dari permukaan, drainase

baik, kesuburan kimiawi cukup (diketahui dari hasil analisa tanah) (Hadi, 2004).

Kebutuhan Air Tanaman Kelapa Sawit

Kebutuhan air pada tanaman kelapa sawit pada dasarnya berbeda dalam

setiap fase pertumbuhannya. Pada fase awal pembibitan (pre-nursery), rata-rata

jumlah air yang diperlukan untuk penyiraman rutin setiap hari sekitar 0,2-0,3 liter

per bibit, sedangkan untuk main nursery diperlukan sekitar 8 mm/hari atau sekitar

2-3 liter per bibit, namun untuk sistem irigasi yang biasanya dipergunakan pada

pembibitan pada umumnya tingkat penyiraman air dibuat rata-rata 10 mm/hari

(Turner and Gillbanks, 2003).

Suplai air untuk tanaman kelapa sawit dewasa di lapangan berasal dari

curah hujan yang diterima dan ketersediaan air di tanah. Menurut Corley (2003),

curah hujan merupakan salah satu dari beberapa syarat minimum iklim yang harus

dipenuhi agar tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik

yaitu curah hujan antara 2000-2500 mm yang terdistribusi secara merata.

Menurut Turner and Gillbanks (2003), curah hujan tahunan 2000 mm

yang terdistribusi merata sepanjang tahun tanpa adanya bulan kering

berkepanjangan merupakan kondisi yang dibutuhkan untuk mencapai hasil yang

(8)

tanah, dalam hal ini pada kapasitas tanah menahan air (water holding capacity).

Untuk jenis tanah berpasir dengan kapasitas penahanan air (WHC) yang

rendah,air yang terserap pada partikel-partikel tanah lebih sedikit dibanding tanah

dengan WHC yang lebih tinggi seperti liat.Selain itu ketersediaan bahan organik

juga berperan dalam kemampuan tanah menahan air.

Berdasarkan penelitian Harahap dan Darmosarkoro (1999), yang

melakukan pendugaan kebutuhan air untuk pertumbuhan kelapa sawit, diketahui

bahwa kebutuhan air untuk pertumbuhan kelapa sawit di lapang berkisar antara

4-4,65 mm/hari atau sekitar 120-140 mm/bulan dan mengemukakan bahwa kelapa

sawit memerlukan air berkisar 1.500-1.700 mm setara curah hujan per tahun untuk

mencukupi kebutuhan pertumbuhan dan produksinya, dibanding tanaman keras

atau perkebunan lainnya kelapa sawit memang termasuk tanaman yang

memerlukan ketersediaan air relatif banyak.

Curah Hujan dan Hari Hujan

Kelapa sawit memerlukan curah hujan yang sangat tinggi yaitu 1500–4000

mm pertahun, sehingga kelapa sawit akan berbuah lebih banyak di daerah dengan

curah hujan yang tinggi. Dari hasil beberapa penelitian hal ini terbukti dimana

jumlah pelepah yang dihasilkan tanaman kelapa sawit yang ditanam di Papua

lebih banyak dibandingkan dengan yang ditanam didaerah Sumatera.Di Papua

kelapa sawit dapat menghasilkan 28–30 pelepah pertahun sedangkan di Sumatera

hanya menghasilkan 26–28 pelepah setiap tahunnya.Dampak musim hujan

ekstrim terhadap kelapa sawit diantaranya terbentuk bunga betina lebih banyak

sehingga berakibat positif terhadap produksi tanaman kelapa sawit. Namun bila

(9)

maka akan mengurangi penyinaran efektif (effective sunshine), sehingga berakibat

negatif terhadap produksi karena fotosintesis terganggu. Curah hujan ekstrim

dengan intensitas yang terlalu tinggi juga diperkirakan mengakibatkan gangguan

dan cekaman terhadap perkembangan bunga–bunga kelapa sawit. Curah hujan

ekstrim yang terlalu tinggi (> 3000 mm/th, > 450 mm/bln, ataupun > 150 mm/10

hari) akan cukup memenuhi kebutuhan air tanaman kelapa sawit, bahkan berlebih

sehingga dapat berimplikasi positif bagi tanaman. Namun kelebihan air dapat

mengakibatkanpencucian hara, penggenangan, dan penggangguan kegiatan

pengelolaan kebun lainnya.Selain mengakibatkan pencucian hara yang ada, tidak

terdapat jadwal kegiatan pemupukan maka harus ditunda karena curah hujan

ekstrim yang terlalu tinggi. (Margono, 2010).

Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa

sawit adalah di atas 2000 mm dan merata sepanjang tahun. Hujan yang tidak turun

selama 3 bulan menyebabkan pertumbuhan kuncup daun terhambat sampai hujan

turun (anak daun atau janur tidak dapat memecah). Hujan yang lama tidak turun

juga banyak berpengaruh terhadap produksi buah, karena buah yang sudah cukup

umur tidak mau masak (brondol) sampai turun hujan. Hujan yang terlalu banyak

(lebih dari 5000 mm pertahun) tidak berpengaruh jelek terhadap produksi buah

kelapa sawit, asalkan drainase tanah dan penyinaran matahari cukup baik

(Sastrosayono, 2003).

Kelebihan air yang dikarenakan tingginya curah hujan dapat

meneyebabkan kegagalan matang tandan pada bunga yang telah mengalami

anthesis. Curah hujan yang tinggi biasanya diikuti dengan penambahan hari hujan.

(10)

sehingga laju fotosintesis turun dan dapat menyebabkan turunnya produktivitas.

Curah hujan yang tinggi mendorong peningkatan pembentukan bunga, tetapi di

lain pihak dapat menghambat penyerbukan karena sebagian serbuk hilang terbawa

aliran air hujan. Sedangkan curah hujan yang rendah akan menghambat

pembentukan daun, yang akan menghambat pembentukan bunga di ketiak daun

(Nugraheni, 2007).

Hasil penelitian Widodo (2011), menemukan bahwa perkembangan luas

areal perkebunan kelapa sawit berdampak nyata terhadap lingkungan, diantaranya

adalah semakin berkurangnya ketersediaan air, dimana tanaman kelapa sawit

secara ekologis merupakan tanaman yang paling banyak membutuhkan air dalam

proses pertumbuhannya, yaitu sekitar 4,10–4,65 mm per hari.

Umur Tanaman

Tinggi rendahnya produktivitas tandan buah segar (TBS) per hektar suatu

kebun tergantung dari komposisi umur tanaman yang ada dikebun tersebut

semakin luas dan komposisi tanaman remaja dan tua semakin rendah

produktivitas per hektarnya. Semakin banyak tanaman dewasa dan teruna semakin

tinggi pula produktivitas per hektarnya. Komposisi umur tanaman ini setiap tahun

berupa sehingga juga berpengaruh terhadap pencapaian produktivitas per

hektarnya per tahun. Kelapa sawit umur ekonominya 25 tahun, setelah umur 26

tahun sebaiknya diremajakan kembali karena pohon sudah tua dan terlalu tinggi

atau lebih dari 13 meter sehingga menyulitkan untuk dipanen (Manurung, 2009).

Tinggi rendahnya produktivitas tanaman kelapa sawit di suatu kebun

dipengaruhi oleh komposisi umur tanaman yang ada di kebun tersebut. Semakin

(11)

produktivitas per hektarnya. Komposisi umur tanaman berubah setiap tahunnya

sehingga juga berpengaruh terhadap pencapaian produksi per hektar per tahunnya

(Risza, 2009).

Tingkat produktivitas tanaman kelapa sawit akan meningkat secara tajam

dari umur 3–7 tahun (periode tanaman muda, young), mencapai tingkat produksi

maksimal pada umur sekitar 15 tahun (periode tanaman remaja, prime) dan mulai

menurun secara gradual pada periode tanaman tua sampai saat menjelang

peremajaan (replanting) (Pahan, 2008).

Dalam penelitiannya mengatakan bahwa umur tanaman mempengaruhi

kualitas rendemen TBS, yang pada akhirnya sangat berpengaruh terhadap harga

TBS. Kualitas rendemen TBS dikatakan tinggi ketika tanaman berumur pada

selang waktu 7 hingga 22 tahun, sehingga perkiraan harga TBS lebih tinggi.

Tetapi kualitas rendemen TBS masih rendah pada selang umur tanaman 3 sampai

6 tahun dan 23 sampai 25 tahun, sehingga perkiraan harga TBS lebih rendah.(

Drajat 2004)

Hubungan Curah Hujan, Hari Hujan dan Umur Tanaman Terhadap Produksi Tanaman Kelapa Sawit

Berdasarkan informasi dari pihak manajemen kebun, tanaman kelapa sawit

menghendaki curah hujan di atas 2000 mm per tahun. Tetapi curah hujan yang

optimal berada pada kisaran 2000–4000 mm per tahun dengan jumlah hujan tidak

lebih dari 180 hari per tahun (Setyamidjaja, 2006). Pembagian curah hujan yang

tidak merata dalam satu tahunnya memiliki pengaruh yang kurang baik, karena

pertumbuhan vegetatif lebih dominan daripada pertumbuhan generatif.

(12)

penyerbukan pada bunga yang merupakan cikal bakal buah yang akan terbentuk

relatif lebih sedikit. Di sisi lain bila curah hujan yang terlalu tinggi (lebih dari

5000 mm) akan menjadi kondisi yang kurang menguntungkan bagi penyelenggara

kebun karena mengganggu kegiatan di kebun seperti pemeliharaan tanaman dan

yang terutama kelancaran transportasi. Sedangkan keadaan curah hujan yang

kurang dari 2000 mm per tahun tidak berarti kurang baik bagi pertumbuhan

kelapa sawit. Hal yang terpenting adalah tidak terjadi defisit air

Berdasarkan penelitian Pasaribu dkk. (2012) di perkebunan kelapa sawit di

PPKS Sub Unit Kalianta Kabun Riau, besar kecilnya curah hujan sangat

mempengaruhi nilai lolosan tajuk dan aliran batang serta intersepsi yang terjadi

setiap bulannya. Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa lolosan tajuk pada

tegakan kelapa sawit cukup tinggi di wilayah ini. Pada bulan Desember 2009 nilai

lolosan tajuk mencapai 353.9 mm. Tingginya nilai lolosan tajuk pada bulan ini

dikarenakan oleh tingginya curah hujan pada bulan tersebut. Sebaliknya pada

bulan Juni 2011 memiliki curah hujan yang rendah sehingga perolehan nilai

lolosan tajuk pada bulan ini hanya sebesar 2.2 mm. Curah hujan yang baik untuk

pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit adalah di atas 2000 mm dan

merata sepanjang tahun. Hujan yang tidak turun selama 3 bulan menyebabkan

pertumbuhan kuncup daun terhambat sampai hujan turun (anak daun atau janur

tidak dapat memecah).Hujan yang lama tidak turun juga banyak berpengaruh

terhadap produksi buah, karena buah yang sudah cukup umur tidak mau masak

(brondol) sampai hujan turun.

(13)

mengakibatkan pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit terganggu yang

berlangsung sampai 2–3 tahun ke depan. Sebagai contoh, produksi tandan buah

segar di Kebun Bekri (Lampung) menurun akibat kekeringan pada musim

kemarau panjang yang terjadi pada tahun 1982. Penurunan tersebut 5–11 % pada

tahun berjalan, 14–55 % pada tahun 1983, dan 4–30 % pada tahun 1984.(Lubis,

1992).

Gambaran Umum Perusahaan

PT Perkebunan Nusantara III disingkat PTPN III (Persero), merupakan

salah satu dari 14 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Perkebunan yang bergerak

dalam bidang usaha perkebunan, pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan.

Kegiatan usaha Perseroan mencakup usaha budidaya dan pengolahan tanaman

kelapasawit dan karet. Produk utama Perseroan adalah Minyak Sawit (CPO) dan

Inti Sawit (Kernel) dan produkhilir karet.

Visi PT. Perkebunan Nusantara III “ menjadi perusahaan agribisnis kelas

dunia dengan kinerjaprimadanmelaksanakantatakelolabisnisterbaik.”

Posisi Lintang dan Bujur Kebun :

Secara Geografis Kebun Huta Padang berada pada 02º– 53"–5" LU dan

99º–25"–8" BT dengan tingkat ketinggian ± 123 meter dari permukaan laut,

Batas-Batas Administratif Kebun :

- Sebelah Utara dengan Kebun Sei Silau (PTPN-III)

- Sebelah Selatan dengan Kebun Ambalutu (PTPN-III)

(14)

Lokasi dan Letak Geografis :

Kebun Huta Padang terletak pada 2 (dua) Desa dan dua Kecamatan yaitu

Desa Karya Ambalutu Kecamatan Buntu Pane (Afdeling I dan III) serta Sei

Nadoras Kecamatan Bandar Pasir mandoge (Afdeling II,IV,V,VI dan VII) yang

keseluruhannya termasuk wilayah Kabupaten Asahan. Jarak Tempuh dari Pusat

Pemerintahan Buntu Pane ± 22 Km dan dari Pemerintahan Kecamatan Bandar

Pasir Mandoge ± 45 Km.

Luas areal kebun

Kebun Huta Padang terdiri dari 7 (tujuh) Afdeling dan dibagi menjadi 2

(dua) wilayah kerja yaitu Rayon A dan Rayon B, dengan pembagian Afdeling :

Rayon A terdiri dari Afdeling I,II,III dan V, Rayon B terdiri dari Afdeling IV, VI

dan VII. Luas Hak Guna Usaha (HGU) sebesar 4.790,22 Ha, dengan sertifikat

HGU SK No : 09/HGU/BPN/2005 tanggal berakhir 29-06-2040.

Tahun Tanam

Kebun Huta Padang memiliki 14 Tahun tanam. Yaitu pada tahun 1993,

1995, 1997, 2000, 2001, 2002, 2003, 2004, 2005, 2006, 2007, 2008, 2009, dan

Referensi

Dokumen terkait

Menunjuk Berita Acara Penjelasan ( Aanwijzing ) Nomor: BA-17/ULPD/WII.8/2017 tanggal 2 Mei 2017, dengan ini diumumkan bahwa telah diunggah Adendum Dokumen pekerjaan

Negara di kawasan Asia Tenggara yang dikenal sebagai lumbung padi adalah negara ….. Negara ini sering mengalami konflik menjadi salah satu negara termiskin di Asia,

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara: memeriksa data hasil observasi kemudian mengelompokan data berdasarkan kesesuaian masalah penelitian yaitu

Subjek penelitian pada tahap I (kuantitatif) adalah siswa kelas VII B SMP Negeri 10 Semarang sebagai kelas penelitian yang menggunakan pembelajaran Meaningful Instructional Design

Bila electron-elektron bebas bergerak dengan arah yang tetap, maka listrik dinamis ini disebut listrik arus searah.. Bila arah gerakan dan jumlah arus (besar arus)

 (typing, fonts, table, insert photo) 12 Pengenalan Microsoft Powerpoint  Membina powerpoint tentang

Those research questions arewhat kind of the functions of speech applied by the English teacher in classroom interaction at SMK Negeri 3 Banjarmasin, andwhat are

Untuk menghasilkan gambar tersebut diperlukan sebuah algoritma rekonstruksi, di dalam algoritma tersebut terdapat perhitungan matematika yaitu transformasi Fourier yang digunakan