• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGANGGARAN, PENATAUSAHAAN, KUALITAS PELAPORAN TERHADAP KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN TEKNOLOGI INFORMASI SEBAGAI PEMODERASI (Studi pada Satuan Kerja Perangkat Kota Pemerintah Kota Sabang) | Syukriy Abdullah | Jurnal Administrasi Ak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENGANGGARAN, PENATAUSAHAAN, KUALITAS PELAPORAN TERHADAP KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN TEKNOLOGI INFORMASI SEBAGAI PEMODERASI (Studi pada Satuan Kerja Perangkat Kota Pemerintah Kota Sabang) | Syukriy Abdullah | Jurnal Administrasi Ak"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGANGGARAN, PENATAUSAHAAN, KUALITAS PELAPORAN

TERHADAP KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN

TEKNOLOGI INFORMASI SEBAGAI PEMODERASI

(Studi pada Satuan Kerja Perangkat Kota Pemerintah Kota Sabang)

Diana Fitri1, Hasan Basri2, Syukriy Abdullah3

1)

Magister Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 2.3)

Staf Pengajar Magister Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh Diterima : 10/03/2016 Reviewer : 15/06/2016 Dipublish : 10/05/2017

Abstract: Aim of this study is to examine the effect of budgeting, administration, quality of reporting, and information technology on the performance of financial management at regional level. Furthermore, this study also examines the role of information technology in enhancing the relationship between budgeting, administration, and quality of reporting with the performance of regional financial management. This research was carried out on all working unit in the city or Satuan Kerja Perangkat Kota (abbreviated as SKPK in bahasa) local government of Sabang. In total, there were 34 SKPK consisted of 102 respondents. The data obtained through questionnaires were analyzed using Moderate Regression Analysis (MRA). Results indicate that the budgeting, administration, reporting quality, and information technology simultaneously affected the performance of local financial management. Then, budgeting, administration, and information technology partially had negative effects on the performance of financial management. Meanwhile, the reporting quality had a positive effect on the performance. Moreover, information technology was able to strengthen the link between budgeting and administration with the performance of local financial management. However, it was not able to strengthen the relationship between the quality of reporting with the performance of local financial management.

Keywords: Budgeting, administration, reporting, technology, financial management performance.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh penganggaran, penatausahaan, kualitas pelaporan, dan teknologi informasi terhadap kinerja pengelolaan keuangan pada tingkat daerah. Selain itu, studi ini juga menjelaskan peranan teknologi informasi dalam memperkuat hubungan antara penganggaran, penatausahaan, dan kualitas pelaporan dengan kinerja pengelolaan keuangan daerah. Penelitian ini dilakukan pada seluruh Satuan Kerja Perangkat Kota (disingkat sebagai SKPK) pemerintah kota Sabang. Total, ada 34 SKPK yang terdiri dari 102 responden. Sumber data yang diperoleh dengan penyebaran kuesioner dianalisis menggunakan Moderate Analysis Regression (MRA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penganggaran, penatausahaan, kualitas pelaporan, dan teknologi informasi secara simultan berpengaruh terhadap kinerja pengelolaan keuangan daerah. Kemudian, penganggaran, penatausahaan, dan teknologi informasi berpengaruh negatif terhadap kinerja pengelolaan keuangan daerah. Sementara itu, kualitas pelaporan memiliki efek postif terhadap kinerja pengelolaan keuangan daerah. Selain daripada itu, teknologi informasi mampu memperkuat hubungan antara penganggaran dan penatausahaan dengan kinerja pengelolaan keuangan daerah. Namun, teknologi informasi belum mampu memperkuat hubungan antara kualitas pelaporan dengan kinerja pengelolaan keuangan daerah.

Kata kunci: Penganggaran, penatausahaan, pelaporan, teknologi, dan kinerja pengelolaan keuangan daerah.

PENDAHULUAN

Salah satu aspek penting dalam sistem

pemerintahan daerah yang harus diatur secara

hati-hati adalah masalah pengelolaan keuangan

daerah. Oleh karenanya, pemerintah daerah

diharapkan memiliki kemampuan manajemen

dalam mengelola keuangan daerahnya untuk

(2)

keuangan daerah yang optimal dalam upaya

meningkatkan kinerja pengelolaan keuangan

daerah. Kinerja pengelolaan keuangan daerah

dalam hal ini terkait dengan seberapa besar

kemampuan SKPK dalam mengelola keuangan

daerahnya. Apabila pengelolaan keuangan

daerah tidak dilakukan secara tertib, taat pada

peraturan perundang-undangan yang berlaku,

efisien, efektif, transparan dan bertanggung

jawab dengan memperhatikan asas keadilan dan

kepatuhan maka akan berdampak positif pada

kinerja pengelolaan keuangan daerah tersebut.

Keberhasilan kinerja pengelolaan keuang

an daerah pada Pemerintah Kota Sabang yang

ditandai dengan perolehan opini Wajar Tanpa

Pengecualian atas Laporan Keuangan

Pemerintah Daerah (LKPD) sejak tahun

2011-2015. Hal tersebut tidak menjadi salah satu

tolok ukur atas keberhasilan kinerja pengelolaan

keuangan daerah, karena dalam Laporan Hasil

Pemeriksaan (LHP) pada tahun-tahun tersebut

masih terdapat temuan dan rekomendasi dari tim

audit BPK RI terutama dalam hal pengelolaan

keuangan daerah, dimana pengelolaan keuangan

daerah belum diselenggarakan secara optimal.

Hal ini disebabkan oleh beberapa permasalahan

yang menjadi fenomena terkait dengan kinerja

pengelolaan keuangan daerah pada SKPK

Pemerintah Kota Sabang.Pertama, proses

penganggaran yang masih dipengaruhi oleh

kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan

partisipasi.Kedua, kurangnya pemahaman SDM

terhadap pemahaman Standar Akuntansi

Pemerintahan (SAP).Ketiga, rendahnya kualitas

laporan keuangan karena belum memenuhi

kriteria karakteristik kualitatif laporan keuangan

daerah.Keempat, sarana dan prasarana

insfrastruktur jaringan teknologi informasi yang

belum memadai.

Kondisi tersebut dapat mengakibatkan

kurangnya efisiensi dan efektivitas pengelolaan

keuangan daerah yang akan berdampak pada

kinerja pengelolaan keuangan daerah. Untuk

mengatasi permasalahan tersebut maka menjadi

tugas SKPK dalam melaksanakan pengelolaan

keuangan daerah secara tertib, taat pada

peraturan perundang-undangan yang berlaku,

efisien, efektif, transparan dan bertanggung

jawab dengan memperhatikan asas keadilan dan

kepatuhan. Dengan demikian, tujuan dari

artikel ini adalah membahas faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja pengelolaan keuangan

daerah.Artikel ini diawali dengan mereviu

beberapa \literatur sebelumnya. Kemudian

dilanjutkan dengan menjelaskan metode

penelitian yang digunakan.Setelah itu,

mendiskusikan hasil penelitian dan terakhir

menarik beberapa kesimpulan serta memberikan

saran.

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58

Tahun 2005 tentang Pengelolaan keuangan daerah

dalam Pasal 4 ayat (2) pengelolaan keuangan

daerah dilaksanakan dalam suatu sistem yang

terintegrasi yang diwujudkan dalam APBD yang

(3)

Pengelolaan keuangan daerah menurut Devas, et

al. (1989:279) berarti mengurus dan mengatur

keuangan daerah itu sendiri dengan

prinsip-prinsip pengelolaan keuangan daerah, yaitu 1)

tanggung jawab (accountability), 2) mampu

memenuhi kewajiban keuangan, 3) kejujuran

(honesty), 4) berhasil guna (efectivity) dan

berdaya guna (efficiency), dan 5) pengendalian.

Dalam penelitiannya Sari, et al. (2013)

berpendapat keberhasilan dalam pengelolaan

keuangan daerah sangat ditentukan oleh

kompetensi SDM dan pemahaman terhadap

pengelolaan keuangan sehingga pengelolaan

keuangan daerah dapat terlaksana dengan

baik.Dengan demikian, kompetensi SDM dan

pemahaman terhadap pengelolaan keuangan

daerah merupakan faktor penting yang harus

diperhatikan, agar kinerja pengelolaan keuangan

daerah tersebut dapat ditingkatkan.

Berdasarkan penelitian sebelumnya, faktor

pertama yang mempengaruhi kinerja pengelolaan

keuangan daerah adalah penganggaran. Keberhasi

lan pengelolaan keuangan daerah sangat

ditentukan oleh proses awal perencanaan.

Semakin baik proses perencanaan maka akan

memberikan dampak semakin baik pula terhadap

implementasinya di lapangan. Oleh karena itu,

tahap penganggaran menjadi sangat penting

karena anggaran yang tidak efektif dan tidak

berorientasi pada kinerja akan dapat

menggagalkan perencanaan yang telah disusun

(Rahayu, et al., 2007). Untuk mendukung

kebijakan tersebut perlu partisipasi bawahan

dalam penganggaran yang akan menentukan

berhasil atau gagalnya proses kinerja anggaran

yang telah disusun (Rahayu, et al., 2014). Dalam

penelitian mereka, Yunita dan Sabaruddinsah

(2011), Rahayu, et al. (2014), dan Kimunguyi, et

al. (2015) membuktikan bahwa proses

penyusunan anggaran berpengaruh positif

terhadap kinerja. Sebaliknya Sudaryanti (2013)

menemukan bahwa penganggaran tidak

berpengaruh terhadap kinerja.

Kemudian factor kedua yang mempengaru

hi kinerja pengelolaan keuangan daerah adalah

penatausahaan.Menurut Kusmayadi (2009)

penatausahaan merupakan pencatatan atas

segenap tindakan pengurusan administrasi dan

pengurusan kebendaharawan yang mengakibatka

n bertambah dan berkurangnya kekayaan daerah

yang termasuk dalam kegiatan-kegiatan

pelaksanaan APBD untuk satu tahun anggaran.

Perubahan mendasar dalam penatausahaan

keuangan daerah adalah perubahan sistem

akuntansi dari basis kas menjadi basis

akrual.Berdasarkan hal tersebut, pemerintah

daerah perlu menerapkan standar akuntansi yang

telah ditetapkan.Hasil penelitian Sari, et al. (2013)

menunjukkan bahwa penatausahaan berpengaruh

positif terhadap kinerja pengelolaan keuangan

daerah. Sedangkan Ratih, (2012) dalam

penelitiannya membuktikan bahwa pentausahaan

tidak berpengaruh terhadap kinerja. Hal tersebut

mengindikasikan bahwa pemahaman

penatausahaan oleh aparatur pengelola keuangan

tidak berdampak pada kinerja mereka dalam

mengelola keuangan daerahnya.

(4)

mempengaruhi kinerja pengelolaan keuangan

daerah adalah kualitas pelaporan.Rendahnya

kualitas pelaporan dapat disebabkan oleh tingkat

pemahaman aparatur pengelola keuangan daerah

terhadap SAP (Yuliani, et al., 2010).Selain itu,

tidak maksimalnya fungsi akuntansi pada entitas

akuntasi juga menjadi penyebab terlambatnya

penyampaian laporan SPJ kepada entitas

pelaporan, sehingga pelaporan pada entitas

pelaporan menjadi tidak tepat waktu (Ugun,

2014).Sehingga laporan keuangan yang

seharusnya disajikan pada kurun waktu yang

teratur untuk memperlihatkan perubahan keadaan

entitas menjadi tidak tepat waktu (Trisaputra,

2013).Menurut hasil penelitian Hidayat (2015)

dan Ugun (2014) bahwa kualitas pelaporan

memiliki pengaruh positif terhadap kinerja.

Terakhir, factor keempat yang mempengaru

hi kinerja pengelolaan keuangan daerah adalah

teknologi informasi. Undang-Undang Nomor 33

Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

mengamanatkan adanya dukungan sistem informa

si keuangan daerah untuk menunjang perumusan

kebijakan dan pengendalian fiskal nasional serta

meningkatkan efisiensi, efektivitas, transparansi

dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan pengelo

laan keuangan daerah. Terbatasnya sarana dan

prasarana infrastruktur jaringan teknologi informa

si akan sangat berpengaruh terhadap proses

pengelolaan keuangan daerah. Oleh karena itu,

dibutuhkan teknologi informasi yang didukung

dengan sarana dan prasarana yang memadai.

Sehingga, penggunaan teknologi informasi akan

membantu mempercepat proses pengelolaan

keuangan daerah serta dapat menghindari

kesalahan dalam melakukan posting dan

penjurnalan hingga menjadi suatu laporan

keuangan, yang akan berdampak pada

peningkatan kinerja (Salehi dan Torabi, 2012).

Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan

Pirade, et al. (2013), Jumaili (2005), Sunarta

(2005) dan Dumitru, et al. (2010) yang membukti

kan bahwa implementasi sistem informasi

berpengaruh positif terhadap kinerja. Sebaliknya

Sahusilawane (2015) dalam penelitiannya

menemukan penggunaan teknik informasi

berpengaruh negatif terhadap kinerja.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan berdasarkan pende

katan kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui

factor- faktor yang mempengaruhi kinerja pengelo

laan keuangan daerah.Unit analisis penelitian ini

adalah SKPK pada Pemerintah Kota Sabang.

Dengan populasi seluruh SKPK yang berjumlah

34 SKPK dan responden sebanyak 102 orang

yang terdiri dari Kasubbag. Penyusunan Program

34 orang, PPK 34 orang, dan Bendahara

Pengeluaran 34 orang. Pengumpulan data

dilakukan dengan menyebar kuesioner secara

langsung kepada seluruh responden, yang

selanjutnya hasil pernyataan dari jawaban

responden tersebut diolah dengan menggunakan

program SPSS. Sumber data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah data primer dan data

(5)

regulasi pemerintah, artikel maupun jurnal.

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel

dependen adalah kinerja pengelolaan keuangan

daerah, sedangkan yang menjadi variabel

independen adalah penganggaran, penatausahaan,

kualitas pelaporan, dan teknologi informasi yang

juga diperlakukan sebagai variabel moderating

yaitu variabel yang akan memperkuat atau

memperlemah hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen.

Penelitian ini menggunakan model regresi

interaksi atau Moderate Regression Analysis

(MRA). Moderated Regression Analysis (MRA)

merupakan aplikasi khusus regresi berganda

linear dimana dalam persamaan regresinya

mengandung unsur interaksi yaitu perkalian dua

atau lebih variabel independen.Persamaan regresi

yang digunakan yaitu:

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X1X4 + β6X2X4 + β7X3X4 + ε

Dimana Y adalah kinerja pengelolaan keuangan daerah, α adalah konstanta, β1, β2, β3, β4, β5, β6, β7 adalah koefisien regresi untuk penganggaran (X1), penatausahaan (X2), kualitas

pelaporan (X3), teknologi informasi (X4),

variabel moderasi hubungan antara X1 terhadap Y

(X1X4), variabel moderasi hubungan antara X2

terhadap Y (X2X4), variabel moderasi hubungan antara X3 terhadap Y (X3X4), dan ε adalah kesalahan estimasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Teknik pengolahan data pada penelitian

ini menggunakan analisis regresi interaksi atau

moderate regression analysis (MRA). Uji

interaksi dilakukan untuk melihat pengaruh

moderasi terhadap hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen.Hasil

regresi uji interaksi dapat dilihat pada Tabel 1

Tabel 1 Hasil Pengujian Regresi

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

(Constant) 10.013 5.969 1.677 .105

Penganggaran -20.464 7.953 -14.278 -2.573 .016

Penatausahaan -.014 1.771 -.010 -.008 .994

Kualitas_Pelaporan 19.433 7.764 14.295 2.503 .019

Teknologi_Informasi -2.103 1.669 -1.349 -1.260 .219

Moderat_1 5.092 1.999 25.683 2.547 .017

Moderat_2 -.045 .472 -.186 -.096 .924

Moderat_3 -4.623 1.989 -24.171 -2.324 .028

a. Dependent Variable: Kinerja_PKD

Berdasarkan hasil pengujian interaksi

pada Tabel 1, diperoleh persamaan regresi

sebagai berikut:

Y = 10,013- 20,464X1- 0,014X2 + 19,433X3 - 2,103X4 +5,092X1X4 - 0,045X2X4 - 4,623X3X4

Dari persamaan di atas dapat dilihat

bahwa nilai konstanta adalah sebesar 10,013.

Nilai konstanta 10,013 menjelaskan bahwa jika

variabel penganggaran, penatausahaan, kualitas

(6)

penganggaran dengan teknologi informasi,

interaksi penatausahaan dengan teknologi

informasi, dan interaksi kualitas pelaporan

dengan teknologi informasi dianggap konstan,

maka besarnya nilai yang diperoleh dari

variabel kinerja pengelolaan keuangan daerah

adalah sebesar 10,013.

Pengaruh Penganggaran, Penatausahaan, Kualitas Pelaporan, dan Teknologi Informasi secara Simultan terhadap Kinerja Pengelola an Keuangan Daerah (Ha1).

Berdasarkan hasil pengujian regresi secara

simultan, didapat nilai koefisien regresi dari

variable independen penganggaran, penatausahan,

kualitas pelaporan, dan teknologi informasi

masing-masing bernilai -20,464, -0,014, 19,433,

dan -2, 103. Hipotesis alternatif diterima jika

sekurang-kurangnya ada salah satu β1, β2,

β3, β4 ≠ 0. Nilai koefisien regresi menunjukka

n bahwa β1, β2, β3, β4 ≠ 0, hasil pengujian

ini membuktikan bahwa secara bersama-sama

penganggaran, penatausahaan, kualitas pelaporan,

dan teknologi informasi berpengaruh terhadap

kinerja pengelolaan keuangan daerah.

Pengaruh Positif Penganggaran terhadap Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah pada SKPK Pemerintah Kota Sabang (Ha2).

Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa koefisien

regresi untuk pengaruh penganggaran terhadap

kinerja pengelolaan keuangan daerah adalah

sebesar -20,464. Maka hasil penelitian ini

menerima H0 (hipotesis nol) dan menolak Ha

(hipotesis alternatif). Hasil penelitian menunjukka

n bahwa penganggaran berpengaruh negatif

terhadap kinerja pengelolaan keuangan daerah

pada SKPK Pemerintah Kota Sabang.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Sudaryanti (2013)

yang membuktikan bahwa penganggaran tidak

berpengaruh secara positif terhadap kinerja.

Beberapa factor yang menyebabkan penganggarn

berpengaruh negatif terhadap kinerja pengelolaan

keuangan daerah pada SKPK Pemerintah Kota

Sabang dalam penelitian ini adalah kurangnya

partisipasi bawahan yang terlibat dalam

penyusunan anggaran. Selain itu, usulan dan

rencana kerja anggaran dilakukan/diselesaikan

tidak tepat waktu serta pelaksanaan anggaran

yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan tidak

mencapai target. Hal ini akan berdampak

langsung terhadap kinerja pengelolaan keuangan

daerah.

Pengaruh Positif Penatausahaan terhadap Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah pada SKPK Pemerintah Kota Sabang (Ha3).

Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa koefisien

regresi untuk pengaruh penatusahaan terhadap

kinerja pengelolaan keuangan daerah adalah

sebesar 0,014. Maka hasil penelitian ini menerima

H0 (hipotesis nol) dan menolak Ha (hipotesis alter

natif). Hasil penelitian menunjukkan bahwa

penatausahaan berpengaruh negatif terhadap

kinerja pengelolaan keuangan daerah pada SKPK

Pemerintah Kota Sabang.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil

penelitian Ratih (2012) yang menemukan bahwa

(7)

pengelolaan keuangan daerah penatausahaan

keuangan menjadikan salah satu faktor lemahnya

penatausahaan keuangan daerah pada SKPK

Pemerintah Kota Sabang, sehingga masih terjadi

kesalahan-kesalahan dalam pencatatan dan

peng-input-an data dalam proses penatausahaan.

Pengaruh Positif Kualitas Pelaporan terhadap Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah pada SKPK Pemerintah Kota Sabang (Ha4).

Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa koefisien

regresi untuk pengaruh kualitas pelaporan

terhadap kinerja pengelolaan keuangan daerah

adalah sebesar 19,433.Maka hasil penelitian ini

menolak Ho (hipotesis nol) dan menerima Ha

(hipotesis alternatif). Hasil penelitian menunjuk

kan bahwa kualitas pelaporan berpengaruh positif

terhadap kinerja pengelolaan keuangan daerah

pada SKPK Pemerintah Kota Sabang.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil

penelitian Hidayat (2015) bahwa pengelolaan

keuangan daerah yang termasuk didalamnya

kualitas pelaporan memiliki pengaruh positif

terhadap kinerja. Hasil penelitian Ugun (2014)

juga membuktikan hal yang sama, bahwa kualitas

pelaporan berpengaruh terhadap kinerja. Hasil

penelitian ini membuktikan bahwa kualitas

pelaporan pada SKPK Pemerintah Kota Sabang

telah memenuhi kriteria karakteristik kualitatif

laporan keuangan daerah.Hal ini terlihat dari

informasi yang terdapat dalam laporan keuangan

dapat membantu dalam pengambilan keputusan

serta dapat memperkirakan aktivitas keuangan

pada periode berikutnya.

Pengaruh Positif Teknologi Informasi

terhadap Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah pada SKPK Pemerintah Kota Sabang (Ha5).

Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa koefisien

regresi untuk pengaruh teknologi informasi

terhadap kinerja pengelolaan keuangan daerah

adalah sebesar -2,103.Maka hasil penelitian ini

menerima Ho (hipotesis nol) dan menolak Ha

(hipotesis alternatif).Hasil penelitian membuktika

n bahwa teknologi informasi tidak berpengaruh

positif terhadap kinerja pengelolaan keuangan

daerah pada SKPK Pemerintah Kota Sabang.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan

hasil penelitian yang dilakukan Pirade, et al.

(2013), Jumaili (2005), Sunarta (2005) dan

Dumitru, et al. (2010) yang membuktikan bahwa

implementasi teknologi informasi berpengaruh

positif terhadap kinerja. Namun hasil penelitian

ini sejalan dengan penelitian Sahusilawane (2015)

yang menemukan penggunaan teknologi

informasi berpengaruh negative terhadap kinerja.

Hasil penelitian ini menunjukan, penggunaan

teknologi informasi pada SKPK Pemerintah Kota

Sabang masih terdapat beberapa kendala,

terutama terhadap sarana dan prasarana teknologi

informasi.Letak induk server database aplikasi

teknologi informasi dengan beberapa SKPK

cukup jauh serta perangkat jaringan teknologi

informasi pada beberapa SKPK juga belum

memadai yang menyebabkan penangkapan

jaringan server database induk menjadi tidak

terjangkau.Sehingga penggunaan teknologi

informasi tidak terintergrasi dengan baik dan

(8)

dilakukan secara online pada beberapa SKPK.

Pengaruh Teknologi Informasi terhadap Hubungan antara Penganggaran dengan Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah pada SKPK Pemerintah Kota Sabang (Ha6).

Nilai koefisien regresi interaksi untuk

pengaruh teknologi informasi terhadap hubungan

antara penganggaran dengan kinerja pengelolaan

keuangan daerah adalah sebesar 5,092.Koefisien

regresi ini menunjukkan arah positif, sedangkan

koefisien regresi penganggaran terhadap kinerja

pengelolaan keuangan daerah bernilai negatif

yaitu sebesar -20,464.Pada hasil pengujian hipotesis dapat dilihat bahwa β5 > β1 atau 5,092 > -20,464.Sehingga dapat disimpulkan bahwa

teknologi informasi memperkuat hubungan antara

penganggaran dengan kinerja pengelolaan

keuangan daerah.

Penelitian ini menemukan bahwa interaksi

antara penganggaran dan teknologi informasi

mampu meningkatkan kinerja pengelolaan

keuangan daerah. Hal ini berarti proses

pengangggaran yang didukung oleh teknologi

informasi mampu yang meningkatkan kinerja

pengelolaan keuangan daerah, dimana penggunan

teknologi informasi mempercepat proses

pengi-inputan dan pengolahan data usulan rencana

kegiatan anggaran.

Pengaruh Teknologi Informasi terhadap Hubungan antara Penatausahaan dengan Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah pada SKPK Pemerintah Kota Sabang (Ha7).

Nilai koefisien regresi interaksi untuk

pengaruh teknologi informasi terhadap hubungan

antara penatausahaan dengan kinerja pengelolaan

keuangan daerah adalah sebesar -0,045.Koefisien

regresi ini menunjukkan arah negatif, sedangkan

koefisien regresi penatausahaan terhadap kinerja

pengelolaan keuangan daerah juga bernilai negatif

yaitu sebesar -0,014.Pada hasil pengujian

hipotesis dapat dilihat bahwa β6 > β2 atau -0,045

> -0,014.Sehingga dapat disimpulkan bahwa

moderat memperkuat hubungan antara

penatausahaan dengan kinerja pengelolaan

keuangan daerah.

Penelitian ini menemukan bahwa interaksi

antara penatausahaan dan teknologi informasi

mampu meningkatkan kinerja pengelolaan

keuangan daerah. Hal ini berarti proses

penatausahaan keuangan daerah yang didukung

oleh teknologi informasi mampu meningkatkan

kinerja pengelolaan keuangan daerah, dimana

penggunaan teknologi informasi mempercepat

dan mampu mengatasi kesalahan-kesalahan

pencatatan/peng-input-an data dalam proses

penatausahaan.

Pengaruh Teknologi Informasi terhadap Hubungan antara Kualitas Pelaporan dengan Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah pada SKPK Pemerintah Kota Sabang (Ha8).

Nilai koefisien regresi interaksi untuk

pengaruh teknologi informasi terhadap hubungan

antara kualitas pelaporan dengan kinerja

pengelolaan keuangan daerah adalah sebesar

-4,623.Koefisien regresi ini menunjukkan arah

negatif, sedangkan koefisien regresi kualitas

pelaporan terhadap kinerja pengelolaan keuangan

daerah bernilai positif yaitu sebesar 19,433.Pada

(9)

hubungan antara kualitas pelaporan dengan

kinerja pengelolaan keuangan daerah.

Penelitian ini menemukan bahwa interaksi

antara kualitas pelaporan dan teknologi informasi

tidak mampu meningkatkan kinerja pengelolaan

keuangan daerah.Meskipun kualitas pelaporan

telah memenuhi kriteria karakteristik kualitatif,

namun karena penggunaan teknologi informasi

tidak dapat terintegrasi dengan baik pada seluruh

SKPK, mengakibat terlambatnya penyampaian

laporan entitas akuntansi kepada entitas

pelaporan.Hal ini berarti kualitas pelaporan

keuangan daerah yang didukung oleh teknologi

informasi tidak mampu meningkatkan kinerja

pengelolaan keuangan daerah.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis

dapat disimpulkan bahwa penganggaran,

penatausahaan, kualitas pelaporan, teknologi

informasi secara simultan berpengaruh terhadap

kinerja pengelolaan keuangan daerah pada

SKPK Pemerintah Kota Sabang.Hal ini berarti

penganggaran, penatausahaan, kualitas

pelaporan, dan teknologi informasi mempunyai

andil yang besar dalam mempengaruhi kinerja

pengelolaan keuangan daerah pada SKPK

Pemerintah Kota Sabang. Kemudian,

penganggaran, penatausahaan, dan teknologi

informasi secara parsial berpengaruh negatif

terhadap kinerja pengelolaan keuangan

daerah.Sedangkan kualitas pelaporan secara

parsial berpengaruh positif terhadap kinerja

pengelolaan keuangan daerahpada SKPK

Pemerintah Kota Sabang.Hasil uji interaksi

memperlihatkan bahwa teknologi informasi

mampu memperkuat hubungan antara

penganggaran dan penatausahaan dengan

kinerja pengelolaan keuangan daerah.

Sedangkan, hasil uji interaksi teknologi

informasi tidak mampu memperkuat hubungan

antara kualitas pelaporan dengan kinerja

pengelolaan keuangan daerah pada SKPK

Pemerintah Kota Sabang.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian pada SKPK

Pemerintah Kota Sabang, diharapkan para

kepala SKPK dapat melakukan pembenahan

terhadap kualitas SDM serta perbaikan terhadap

sarana dan prasarana teknologi informasi.

Sehingga dengan adanya ketersediaan SDM

yang berkualitas serta dukungan sarana dan

prasarana teknologi informasi yang memadai

akan meningkatkan kinerja pengelolaan

keuangan daerah.

DAFTAR PUSTAKA

Devas, N., B. A. Binder, Booth, K. Davey, & R. Kelley. (1989) Keuangan Pemerintah

Daerah di Indonesia. (Masri Maris,

Penerjemah). UI-Press, Jakarta.

(10)

department of the company.Annals

Economic Science Series.16(62):

381-388.

Hidayat, R. (2015). Pengaruh pengelolaan keuangan daerah dan sistem akuntansi keuangan daerah terhadap kinerja pemerintah daerah (studi empiris pada skpd di kabupaten padang pariaman). Artikel online melalui

ejournal.unp.ac.id/students/index.php/ak.

/1247.Diakses pada 27 Desember 2015.

Jumaili, S. (2005). Kepercayaan terhadap teknologi sistem informasi baru dalam evaluasi kinerja individual. Simposium

Nasional Akuntansi VIII Solo.

Kusmayadi, D. (2009). Pengaruh pengawasan intern dan penatausahaan keuangan daerah terhadap good government governance (Survei pada Pemerintahan Kota Tasikmalaya).Jurnal Ichsan

Gorontalo. 4(2): 2281-2289.

Pirade, D., A. K. Saleh dan M. Y. Amar. (2013). The influence of the use of regional financial management informati on system on officials performance in regional government of tana toraja regency. Artikel Online. Diakses pada pasca.unhas.ac.id tanggal 27 Desember 2015: 1-16.

Rahayu, N. L. S., N. L. G. E. Sulindawati dan N. K. Sinarwati. (2014). Pengaruh parsitsipasi penyusunan anggaran, kualitas sumber daya manusia (sdm), dan penerapan sistem informasi akuntansi terhadap kinerja pemerintah daerah.

e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan

Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1.

2(1): 1-10.

Rahayu, S., U. Ludigdo dan D. Affandy. (2007). Studi fenomenologis proses penyusunan anggaran daerah (bukti empiris dari satu satuan kerja perangkat daerah di provinsi Jambi). Simposium

Nasional Akuntansi X Makasar.Juli:

1-22.

Ratih, A. E. (2012). Pengaruh pemahaman sistem akuntansi keuangan daerah, penatausahaan keuangan daerah dan pengelolaan barang milik daerah terhadap kinerja SKPD pada pemerintahan provinsi Kepulauan Riau.

Tesis. Program Studi Magister Sains

Akuntansi Universitas Sumatera Utara, Medan.

Republik Indonesia. (2004). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

Sahusilawane, W. (2015). The impact of effectiveness to use and trust of local financial and information system (sikd) to individual performance in southeast moluccas. Procedia – Socialand

Behavioral Sciences.211(2015):

960-965.

Salehi, M. dan E. Torabi. (2012). The role of information technology in financial reporting quality Iranian scenario.

Scientific Journals of Croatia. 6(1):

115-127.

(11)

terhadap kinerja pengelolaan keuangan daerah.Jurnal Fairnes.s 3(3): 19-29.

Sudaryanti, D. (2013). Pengaruh penganggaran terhadap kinerja pemda melalui sistem informasi keuangan daerah (Studi Kasus: Pemda Kabupaten Kudus).Jurnal

Ekonomi dan Bisnis. 12(1): 11-24.

Sunarta, I N. (2005). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan teknologi informasi dan pengaruh pemanfaatan teknologi informasi terhadap kinerja individual.Tesis. Program Studi Magister Sains Akuntansi Universitas Diponegoro, Semarang.

Trisaputra, A. (2013). Pengaruh pemanfaatan teknologi informasi dan pengawasan keuangandaerah terhadap ketepatwaktuan pelaporan keuangan pemerintah daerah.Jurnal Akuntansi. 1(3): 1-20.

Ugun, A. (2014). Pengaruh sistem informasi keuangan daerah terhadap kualitas laporan keuangan terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Tesis. Bandung: Program Studi Magister Sains Akuntansi Universitas Komputer Indonesia.

Yuliani, S., Nadirsyah dan U. Bakar. (2010). Pengaruh pemahaman akuntansi, pemanfaatan sistem informasi akuntansi keuangan daerah dan peran internal audit terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah.Jurnal Telaah dan

Riset Akuntansi. 3(2): 206-220.

Yunita, E. N. dan Sabaruddinsah. (2011). Pengaruh partisipasi anggaran dan teknologi informasi terhadap kinerja manajerial (studi empiris pada perusahaan manufaktur di Bogor. Jurnal

Referensi

Dokumen terkait

After a while, if there are no anwers from students which will lead to the double number line model where fractions and the length of the running track located on the

The top black scatter represents editors with over 10000 edits, the next down orange scatter is editors with 5001-10000 edits, green scatter in the middle is editors with

Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam memecahkan masalah ini adalah analisa kondisi awal gudang bahan baku dan barang jadi dan menata letak ulang fasilitas pusat kegiatan yang ada

Dalam perancangan program aplikasi administrasi pembayaran kursus dengan menggunakan foxbase di mulai dengan langkah yaitu merencanakan dan mendefinisikan tujuan program,

Lima Puluh

2 (sikap sosial). Tema merupakan bingkai dari materi yang akan diberikan kepada anak. Pendidik harus memiliki kepekaan untuk memilih mana tema yang sesuai..

Visual FoxPro merupakan pemrograman yang berorientasi objek, yang memiliki kemampuan untuk membuat suatu aplikasi database dengan cepat, dengan menggunakan fasilitas tool yang

Banyak manfaat yang bisa didapatkan dengan pemanfaatan komputer untuk informasi, seperti yang penulis buat di dalam Penulisan Ilmiah ini, yaitu dengan dibuatnya Aplikasi