• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Bahan Organik Dasar Perairan Rawa Kongsi Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Bahan Organik Dasar Perairan Rawa Kongsi Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Ekosistem Rawa

Rawa merupakan sebutan untuk semua daerah yang tergenang air yang penggenangannya dapat bersifat musiman atau pun permanen dan ditumbuhi oleh tumbuhan (vegetasi). Genangan air dapat berasal dari hujan atau luapan air sungai pada saat pasang. Pada musim hujan lahan tergenang sampai satu meter, tetapi pada musim kemarau menjadi kering, bahkan sebagian muka air tanah turun mencapai kedalaman > 50 cm dari permukaan tanah (Noor, 2004).

Luas lahan rawa di Indonesia meliputi areal 33,40−39,40 juta ha, yang tersebar di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Irian Jaya. Lahan tersebut terdiri atas lahan rawa pasang surut 23,10 juta ha dan lahan rawa lebak (nonpasang surut) 13,30 juta. Diperkirakan lahan pasang surut tersebar di Sumatera 6,60 juta ha, Kalimantan 8,11 juta ha, Sulawesi 1,18 juta ha, dan Irian Jaya 4,22 juta ha. Lahan pasang surut terutama terdapat di pantai timur dan barat Sumatera, pantai selatan Kalimantan, pantai Barat Sulawesi, serta pantai Utara dan Selatan Irian Jaya. Lahan rawa pasang surut tersebut terdiri atas 2,07 juta ha lahan potensial, 6,70 juta ha lahan sulfat masam, 10,89 juta ha lahan gambut, dan 0,44 juta ha lahan salin (Subagjo dan Widjaja-Adhi, 1998).

Ekosistem rawa dibagi menjadi tiga yaitu tawar, asin, dan payau. Rawa air tawar merupakan ekosistem dengan habitatnya yang sering digenangi air tawar yang kaya mineral dengan pH sekitar 6. Kondisi air tidak selalu tetap, adakalanya

(2)

Perairan rawa merupakan perairan dangkal dan penuh tumbuhan air, memiliki fluktuasi tahunan (musim hujan - musim kemarau) dan umumnya tawar, serta

memiliki manfaat dari berbagai sudut pandang ilmu pengetahuan (Syahputra, dkk., 2014).

Umumnya lahan rawa tersebar di dataran rendah, dataran berketinggian sedang, dan dataran tinggi. Lahan rawa yang tersebar di dataran berketinggian sedang dan dataran tinggi, umumnya sempit atau tidak luas, dan terdapat setempat-setempat. Lahan rawa yang terdapat di dataran rendah, baik yang menempati dataran banjir sungai maupun yang menempati wilayah dataran pantai, khususnya di sekitar muara sungai-sungai besar dan pulau-pulau deltanya adalah yang dominan. (Sudana, 2007).

Bahan Organik

Bahan Organik Total (BOT) menggambarkan kandungan bahan organik total suatu perairan yang terdiri dari bahan organik terlarut, tersuspensi (particulate) dan koloid. Bahan organik ditemukan dalam semua jenis perairan, baik dalam bentuk terlarut, tersuspensi maupun sebagai koloid, sehingga kesuburan suatu perairan bergantung pada kandungan Bahan Organik Total (BOT) dalam perairan itu (Mardi, 2014).

(3)

Sedimentasi di suatu lingkungan perairan terjadi karena terdapat suplai muatan sedimen yang tinggi di lingkungan tersebut. Suplai muatan sedimen salah satunya berasal dari daratan yang dibawa ke laut melalui aliran sungai. Menurut Killops (1993) pengendapan bahan-bahan organik dalam sedimen di perairan banyak dipengaruhi oleh kondisi pada saat proses sedimentasi terjadi. Kondisi oksik dengan keberadaan oksigen akan mengurangi jumlah senyawa organik yang mengendap. Hal ini dikarenakan pada saat proses sedimentasi, akan terjadi oksidasi di dalam kolom air yang menyebabkan terjadinya degradasi lebih lanjut dari bahan organik.

Nitrogen Total dan Fosfor Total

Nutrien adalah unsur atau senyawa kimia yang digunakan untuk metabolisme atau proses fisiologi organisme. Nutrien di suatu perairan merupakan salah satu faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kelimpahan fitoplankton. Nutrien dapat menyediakan energi dan digunakan sebagai komponen untuk struktur sel (Richtel, 2007).

(4)

sehingga dianggap bahwa nitrogen dan fosfor yang paling dipertimbangkan (Risamasu dan Prayitno, 2011).

Nitrogen merupakan nutrisi esensial dalam kehidupan sebagai komponen pembangun utama protein tumbuhan dan hewan. Senyawa nitrogen

pada lingkungan air biasanya ditemukan dalam bentuk ion amonium (NH 4

+ ). Meskipun amonium merupakan nutrisi penting untuk ganggang, namun kelebihan jumlah amonium dalam lingkungan perairan dapat menyebabkan eutrofikasi sungai, danau dan pesisir pantai. Eutrofikasi tersebut terjadi karena kelebihan amonium, sehingga amonium akan teroksidasi secara mikrobiologi menghasilkan nitrat. Adanya nitrat dapat merangsang pertumbuhan ganggang menjadi tidak terbatas, sehingga kandungan oksigen dalam perairan menjadi berkurang.

Kelebihan kadar nitrogen pada lingkungan juga dapat bersifat toksik (Rozic, 2000).

Nitrogen perairan merupakan penyebab utama pertumbuhan yang sangat cepat dari ganggang yang menyebabkan eutrofikasi. Beberapa yang dapat dimanfaatkan dari nitrogen adalah nitrit dan nitrat, sementara untuk fosfor berupa senyawa ortofosfat (Jones dan Lee, 2005).

(5)

Kenaikan konsentrasi fosfat merupakan adanya zat pencemar dalam perairan. Senyawa-senyawa fosfat tersebut dalam bentuk organofosfat atau polifosfat. Mardiana (2007) mengemukakan bahwa sejumlah industri dapat rnembuang polifosfat berupa bahan pencuci yang mengapung di atas permukaan air. Senyawa fosfor organik terdapat antara lain dalam bentuk asam-asam nukleat, fosfolipid, gulafosfat. Senyawa ini masuk ke dalam perairan bersama-sama dengan limbah industri dan rumah tangga.

Tekstur Tanah dan pH Tanah

Bahan organik merupakan sumber makanan bagi mikro organisme di dalam tanah. Melalui reaksi-reaksi kimia yang terjadi seperti reaksi pertukaran kation akan dapat menentukan sifat kimia tanah. Klasifikasi senyawa dalam tanah disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Klasifikasi senyawa-senyawa dalam tanah

Tipe Senyawa Komposisi Pengaruh/ Kegunaan Humus Sisa degradasi dari

penguraian tanaman, beberapa % dari bahan organik tanah yang dapat mempengaruhi sifat-sifat fisik tanah.

Sakarida Sellulosa, jerami dan hemiselluosa

Senyawa-senyawa fosfor Ester, ester fosfat, fosfolipid

Sumber dari fosfat tanaman.

(6)

Secara biologis komponen-komponen aktif dari bahan organik tanah adalah polisakarida, gula-gula amino, nukliosida, belerang organik amino, nukleosida dan belerang organik serta senyawa-senyawa fosfat. Sebagian besar dari bahan organik di dalam tanah terdiri atas bahan-bahan yang tidak larut dalam air dan relatif tahan terhadap penguraian. Bahan ini disebut humus. Humus disusun oleh fraksi dasar yang disebut asam-asam humat dan fulvat dan sebuah fraksi tidak larut disebut humin (Ahmad, 2004).

Menurut Madjid (2007) tanah tersusun dari bahan padatan, air, dan udara. Bahan padatan tersebut dapat berupa bahan mineral dan bahan organik. Bahan mineral terdiri dari partikel pasir, debu dan liat. Ketiga partikel ini menyusun tekstur tanah. Bahan organik dari tanah mineral berkisar 5% dari bobot total tanah. Meskipun kandungan bahan organik tanah mineral sedikit (5%) tetapi memegang peranan penting dalam menentukan kesuburan tanah. Tanah dengan kandungan bahan organik rata-rata 80% digolongkan tanah organik yang sangat baik. Tanah organik dibentuk dari bahan organik yaitu endapan organik, rumput, lumut dan kekayuan.

Bahan organik total sangat penting dalam menentukan derajat keasaman (pH) tanah sedimen, namun bukan merupakan satu-satunya faktor penentu pH tanah. Kandungan bahan organik sangat menentukan stabilitas tanah yang mengandung lempung, karena bahan organik beserta kondisi alami mikroba dapat menyatukan partikel-partikel tanah menjadi suatu agregat. Tekstur tanah sangat mempengaruhi keberhasilan hidup tumbuhan dan mikrobia di habitat (Rao, 1994).

(7)

bekerja pada energi yang sangat rendah dibandingkan organisme aerob sehingga assimilasi maupun dekomposisi tanah tergenang berlangsung lebih lambat. Hasil pengukuran pH tanah tergenang dan sedimen disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. pH Tanah Tergenang dan Sedimen

Keterangan pH

Tanah tergenang 6,7 – 7,2

Larutan dari tanah tergenang 6,5 – 7,0

Sedimen air tawar 6,0 – 7,0

Sedimen Laut 7,0 – 7,8

Air teresterial dari sedimen laut 6,2 – 7,7

Tanah rawa 5,0 – 7,0

Sumber : Mukhlis., dkk (2011)

Faktor Fisik-Kimia Perairan Suhu

Suhu merupakan parameter penting dalam lingkungan laut dan berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap kehidupan di laut. Suhu air mempengaruhi sifat fisik, kimia dan biologi perairan. Pengaruh suhu secara langsung menentukan kehadiran dari spesies akuatik, mempengaruhi pemijahan, penetasan, aktivitas dan pertumbuhan organisme. Secara tidak

langsung dapat menyebabkan perubahan kesetimbangan kimia (Asmara, 2005).

(8)

biasanya memiliki kisaran antara 26,40 – 31,800C, kisaran nilai tersebut berada sedikit di atas nilai yang optimum untuk pertumbuhan fitoplankton, Dimana kisaran suhu yang optimum untuk peertumbuhan fitoplankton di perairan adalah 20 – 300C. (Barus, 2004).

Kedalaman

Kedalaman merupakan salah satu parameter fisika. Semakin dalam perairan maka intensitas cahaya yang masuk semakin berkurang (Gonawi, 2009). Kedalaman merupakan wadah penyebaran atau faktor fisik yang berhubungan dengan banyak air yang masuk ke dalam suatu sistem perairan, karena semakin dalam suatu sungai akan semakin banyak pula jumlah ikan yang menempati (Kottelat, dkk., 1992).

Derajat Keasaman (pH)

Nilai pH menyatakan nilai konsentrasi ion hidrogen dalam suatu larutan, didefinisikan sebagai logaritma dari resiprokal aktivitas ion hidrogen dan secara matematis dinyatakan sebagai pH = log1/H+, yaitu banyaknya ion hidrogen dalam mol per liter larutan. Kemampuan air untuk mengikat atau melepaskan sejumlah ion hidrogen akan menunjukkan apakah larutan tersebut bersifat asam atau basa (Barus, 2004).

(9)

Nilai pH yang ideal bagi kehidupan organisma air pada umumnya terdapat antara 7 sampai 8,5. Kondisi perairan yang bersifat sangat asam maupun sangat basa akan membahayakan kelangsungan hidup organisme karena akan menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi. pH yang sangat rendah akan menyebabkan mobilitas berbagai senyawa logam berat (Barus, 2004).

Hasil pengukuran aktivitas ion hidrogen dalam perairan dan menunjukkan keseimbangan antara asam dan basa air. Karbonat, hidroksida dan bikarbonat akan meningkatkan kebasaan air, sementara adanya asam-asam mineral bebas dan asam bikarbonat meningkatkan keasaman (Saeni, 1989). Nilai pH ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain aktivitas biologis misalnya fotosintesis dan respirasi organisme, suhu dan keberadaan ion-ion dalam perairan tersebut (Pescod, 1973).

pH tanah dapat diukur sebagai tolak ukur aktivitas ion hidrogen dalam larutan air tanah dan dipakai sebagai ukuran bagi keasaman tanah. Nilai harga pH tanah dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Harga pH Tanah sekitar 4,0 – 10,0

pH Reaksi

< 4,5 sangat masam sekali 4,6 - 5,0 masam sekali 5,1 - 5,5 agak masam 5,6 - 6,0 sedikit masam 6,1 - 6,5 kurang masam 6,6 - 7,5 Netral

7,6 - 8,0 sedikit alkalis/basa 8,1 - 9,0 agak alkalis/basa

> 9,0 sangat alkalis Sumber : Kartasapoetra., dkk (1987)

(10)

pH di dalam air. Barus (1996) menyatakan bahwa nilai pH di suatu perairan sangat dipengaruhi oleh kemampuan air untuk melepas atau mengikat sejumlah ion hidrogen yang menunjukkan kondisi asam atau basa.

DO

Oksigen terlarut merupakan suatu faktor yang sangat penting di dalam ekosistem air, terutama dibutuhkan untuk proses respirasi bagi sebagian besar organisme air. Oksigen yang terlarut dalam air berasal dari udara dan hasil fotosintesis tumbuh - tumbuhan yang ada dalam air. Banyaknya oksigen terlarut melalui udara ke air tergantung pada luas permukaan air, suhu, dan salinitas air. (Hutabarat dan Evans, 2008). Status kualitas air berdasarkan kadar oksigen terlarut dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Status Kualitas Air Berdasarkan Kadar Oksigen Terlarut No. Kadar Oksigen Terlarut

(ppm)

Status Kualitas Air

1. > 6,5 Tidak Tercemar – Tercemar Sangat Ringan

2. 4,5 – 6,4 Tercemar Ringan

3. 2,0 – 4,4 Tercemar Sedang

4. < 2,0 Tercemar Berat

Sumber : Jeffries dan Mills (1996)

(11)

Tabel 5. Klasifikasi Tingkat Kecocokan Kadar Oksigen yang Terlarut untuk Kehidupan Ikan

No. Kadar Oksigen Terlarut (ppm)

Status untuk Kehidupan Ikan

1. < 3 Tidak Cocok

2. 3 – 6 Tidak Cocok

3. > 6 Cukup Cocok

Sumber : Nugroho (2006) BOD

Biologycal Oxygen Demand (BOD) adalah suatu analisa empiris yang

mencoba mendekati secara global proses mikrobiologis yang benar-benar terjadi

dalam air. BOD merupakan parameter yang umum dipakai untuk menentukan

tingkat pencemaran bahan organik pada air limbah. Pemeriksaan BOD diperlukan

untuk menentukan beban pencemaran akibat air buangan dan untuk mendesain

sistem pengolahan secara biologis (Alerts dan Santika, 1987). Status kualitas air

berdasarkan nilai BOD5 dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Status Kualitas Air Berdasarkan Nilai BOD5

No. Nilai BOD5 (ppm) Status Kualitas Air

1. ≤ 2,9 Tidak Tercemar

2. 3,0 – 5,0 Tercemar Ringan

3. 5,1 – 14,9 Tercemar Sedang

4. ≤ 15 Tercemar Berat

Sumber : Lee, dkk (1978)

(12)

Nitrit (NO2)

Nitrit (NO2) merupakan bentuk peralihan antara ammonia dan nitrat

(nitrifikasi) dan antara nitrat dengan gas nitrogen (denitrifikasi). Oleh karena itu,

nitrit bersifat tidak stabil dengan keberadaan oksigen. Kandungan nitrit pada

perairan alami mengandung nitrit sekitar 0.001 mg/L. Kadar nitrit yang lebih dari

0.06 mg/L adalah bersifat toksik bagi organisme perairan. Keberadaan nitrit

menggambarkan berlangsungnya proses biologis perombakan bahan organik yang

memiliki kadar oksigen terlarut yang rendah.

Nitrat (NO3-)

Nitrat digunakan oleh algae dan tumbuh-tumbuhan lain untuk membentuk

protein tanaman dan oleh hewan untuk membentuk protein hewan. Perusakan

protein tanaman dan hewan oleh bakteri menghasilkan ammonia. Nitrogen

sebagai bahan dasar pembuat protein diambil oleh tumbuhan air dalam bentuk

cammonia atau nitrat (Ginting, 2011) Klasifikasi kesuburan perairan berdasarkan

kandungan nitrat dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Klasifikasi Kesuburan Perairan Berdasarkan Kandungan Nitrat No. Nilai NO3- (mg/L) Status Kesuburan Perairan

1. ≤ 0,226 Kurang subur

2. 0,227 – 1,129 Kesuburan sedang

3. 1,130 – 11,290 Kesuburan tinggi

Sumber : Nugroho (2006)

Nitrat (NO3-) dan nitrit (NO2-) adalah ion-ion anorganik alami yang

merupakan bagian dari siklus nitrogen. Aktivitas mikroba di tanah atau air

menguraikan sampah yang mengandung nitrogen organik awalnya menjadi

(13)

dapat dengan mudah dioksidasikan menjadi nitrat, maka nitrat adalah senyawa

yang paling sering ditemukan di dalam air bawah tanah maupun air yang terdapat

di permukaan. Pencemaran oleh pupuk nitrogen, termasuk ammonia anhidrat

seperti sampah organik hewan maupun manusia dapat meningkatkan kadar nitrat

di dalam air.

Fosfat (PO4)

Pengukuran kandungan fosfat dalam perairan berfungsi untuk mencegah tingginya kadar fosfat sehingga tidak merangsang pertumbuhan tumbuhan dalam air. Sebab pertumbuhan subur akan menghalangi kelancaran arus air. Pada danau, suburnya tumbuh-tumbuhan air akan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut dan kesuburan tanaman lainnya (Ginting, 2011).

Fosfor dalam perairan tawar ataupun air limbah pada umumnya dalam bentuk fosfat, yaitu ortofosfat. Fosfat terkondensasi seperti pirofosfat, metafosfat dan polifosfat serta fosfat yang terikat secara organik (adenosin monofosfat). Senyawa ini berada sebagai larutan, patrikel atau detritus atau berada di dalam tubuh organisme akuatik (Fergusson, 1956). Kategori kesuburan perairan berdasarkan kandungan fosfat dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Kategori Kesuburan Perairan Berdasarkan Kandungan Fosfat

No. Kadar P (mg/L) Kesuburan Perairan

1. 0 – 0,020 Rendah

2. 0,021 – 0,050 Cukup

3. 0,051 – 0,100 Baik

4. 0,101 – 0,200 Baik sekali

5. > 0,201 Sangat baik sekali

Gambar

Tabel 1. Klasifikasi senyawa-senyawa dalam tanah
Tabel 2. pH Tanah Tergenang dan Sedimen
Tabel 3. Harga pH Tanah sekitar 4,0 – 10,0
Tabel 4. Status Kualitas Air Berdasarkan Kadar Oksigen Terlarut
+4

Referensi

Dokumen terkait

Dengan teknologi multimedia ini, informasi diharapkan dapat lebih mudah disampaikan dan lebih menarik apalagi dalam menyampaikannya secara interaktif. Program multimedia ini

Lampiran II-3 Diagram Batang Rekapitulasi Data Pada Hari Kerja Ruas Jalan. Lampiran II-4 Diagram Batang Rekapitulasi Data Pada Hari Libur

207 Parjilan Gayam RT 35 Argosari Sedayu Pembangunan MCK 900,000 Bagian

[r]

Jumlah angkatan pelatihan sesuai kualifikasi B.Jumlah Instruktur dari luar kota/kabupaten sesuai jenis pelatihan kualifikasi Aparatur Damkar.. Transport PP

Penyempitan badan saluran berisi tentang program simulasi aliran yang. mengalkami perubahan akibat dasar saluran

Kedua kondisi gasifier tersebut dialirkan dengan variasi laju alir yang memiliki rentang 36 – 108 kg/jam sehingga dapat dihasilkan karakteristik hilang tekan

Dibandinkan dengan tungku Ymg didisain pada penelitian yang dilakukan oleh Belonio, 2005, diperolh hasil ymg cukup mendekati terutarna untuk waktu operasi dan