• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kebijakan Mobil Murah Dalam Eko

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisis Kebijakan Mobil Murah Dalam Eko"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang

Mobil bagi sebagian masyarakat merupakan suatu kebutuhan pokok, karena mobil dianggap dapat memenuhi kebutuhan mobilitas bagi kalangan menengah keatas. Selain itu, kepemilikan mobil bagi kalangan tertentu merupakan suatu pemenuhan kepuasan syahwat yang tidak didasari atas suatu kebutuhan.

Terkait dengan itu semua pemerintah Indonesia telah mengeluarkan suatu program atas pemenuhan kebutuhan salah satu kebutuhan tersebut, yaitu program mobil murah (Low Cost Green Car/LCGC). Seperti yang kita ketahui bahwa mobil bagi kalangan menengah kebawah merupakan suatu kebutuhan tersier. Pemerintah dalam hal ini bertujuan “untuk mendukung terciptanya pencapaian skala ekonomis dalam kegiatan produksi kendaraan bermotor roda empat pemerintah perlu mengembangkan kemandirian industri kendaraan bermotor roda empat dalam pembuatan motor penggerak, transmisi/ transax/e (transmisi dan axle) yang berdaya saing” (PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 33/M- IND/PER/7/2013). Terlebih lagi presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatkan bahwa mobil murah diperuntukan untuk masyarakat pedesaan. Adapun alasan lain menurut Menteri Perindustrian, bahwa mobil murah diperuntukan untuk meningkatkan ekspor negara kita. Dengan target produksi produksi 30-40 ribu unit untuk tahun 2013 dan 100 unit untuk tahun 2014 serta target ekspor 15 ribu unit untuk ekspor (GAKINDO). Alasan tersebutlah, maka pemerintah mengeluarkan PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 33/M- IND/PER/7/2013.

(2)

1. Spesifikasi jenis mobil yang berbeda dengan yang ada di pasar saat ini. Masuk celah pasar dengan spesifikasi berbeda. Jenis mobil berbeda dengan struktur biaya dan segmen harga berbeda juga.

2. Penggunaan off shelf parts yang tersedia di pasar, sekiranya masih lebih murah dari pada bila harus mengembangkan komponen baru sendiri. Pemilihan part yang sudah ada belum tentu ideal, karena belum tentu sesuai dengan kriteria design secara teknis yang ditetapkan pada rencana awalnya. Umumnya pemakaian replacement part lebih mahal, karena strategi harga spare part dari pemegang merk. Penggunaan part secara common use tidak semudah yang dibayangkan. karena banyak aspek teknis dan komersial harus dipertimbangkan. Pemilik property design akan memanfaatkan peluang ini untuk cari untung. Pemerintah bisa berperan dengan mengambil porsi pengembangan. Design dan development komponen utama dibiayai dan dikoordinasikan oleh pemerintah. Termasuk distribusi siapa yang berhak menggunakan komponen utama tersebut bagi aplikasi sesuai design mobil masing masing.

3. Kecerdasan designer total kendaraan dan designer masing masing komponen dalam pemilihan bahan, proses dan penyiapan alat bantu produksinya tanpa mengorbankan kualitas, unjuk kerja fungsi, kenyamanan, kehandalan dan kekuatan. Kompromi antara investasi dan biaya produksi per piece. Pemilihan material menjadi penentu keuntungan karena harga jual sudah ditentukan pasar.

4. Pembebasan bea masuk. Keringan pajak bagi industri yang melakukan R & D. Menyediakan pembebasan pajak bagi pengembangan komponen strategis. Menyediakan bantuan finansial untuk penyediaan raw material strategis secara murah. Mengkonsolidasikan pembelian agar mencapai kuantitas yang ekonomis, menanggung beban inventory dan sebagainya.

(3)

Ironis memang dengan dikeluarkannya peraturan tersebut. Di satu sisi pemerintah sedang gencar-gencarnya agar masyarakat menghemat dalam penggunaan BBM, namun di sisi lain pemerintah mengeluarkan peraturan mobil murah. Banyak pihak yang menentang kebijakan tersebut, mulai dari pejabat daerah hingga ahli ekonomi. Pemerintah daerah menentang kebijakan tersebut, karena dengan dikeluarkannya peraturan tersebut, maka akan memperburuk kemacetan dan lebih khusus lagi di DKI Jakarta, kota Bandung dan di beberapa kota besar. Sementara menurut ahli ekonomi, kebijakan tersebut akan mengurangi pendapatan pajak atas barang mewah bagi negara. Selain itu juga kebijakan tersebut dianggap akan mematikan transportasi umum.

1.2 Latar Belakang Masalah

Berdasarkan hal diatas, maka ada beberapa hal yang perlu dijelaskan, diantaranya:

1. Bagaimana pandangan Ekonomi Islam terhadap kebijakan PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 33/M- IND/PER/7/2013?

1.3 Tujuan dan Manfaat

(4)

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Penentuan Harga Menurut Islam

Harga memainkan peranan penting dalam menentukan keuntungan kepada penjual. Semakin tinggi harga barang, maka semakin tinggi keuntungan yang diraih oleh entitas yang mengeluarkan, menjual dan memasarkan barangan tersebut. Namun, ramai yang tidak memahami bahawa setiap kali mereka menaikkan harga barang, maka semakin meningkat bebanan yang terpaksa ditanggung oleh pengguna. Mereka hanya mementingkan diri sendiri untuk meraih keuntungan berlipat-kali ganda tanpa memikirkan kesusahan yang akan dialami oleh orang lain.

Islam amat menitikberatkan keadilan dan kesaksamaan kepada manusia. Ia selaras dengan salah satu sifat Allah, yaitu Maha Adil. Sekiranya diperhatikan dan diselidiki secara mendalam terhadap hukum-hakam Allah, kita akan mendapati bahawa di sana terdapat banyak nilai-nilai Islam yang dipaparkan secara tersurat dan tersirat. Allah SWT berfirman:

"Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang-orang yang benar-benar menegakkan keadilan, menjadi saksi kerana Allah, biarpun terhadap dirimu sendiri ataupun ibu bapamu dan kaum keluargamu. Jika ia kaya ataupun miskin, Allah lebih mengetahui keadaan keduanya, maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, sehingga kamu tidak berlaku adil. Jika kamu memutar belitkan, atau enggan menjadi saksi, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan."

(5)

zalim walaupun ia dilakukan oleh orang lain. Firman Allah SWT:

“Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka, dan sekali-kali kamu tiada mempunyai seorang penolong pun selain daripada Allah, kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan.”

Dalam membicarakan kaedah penentuan harga, sebenarnya tiada dalil dari nas Al-Quran dan Hadis secara jelas yang khusus menyentuh tentangnya. Namun, kita boleh menggunakan garis panduan umum berdasarkan prinsip menegakkan keadilan dan menolak kezaliman sebagaimana yang telah dijelaskan dalam ayat-ayat sebelum ini.

Justru, dalam proses menetapkan harga, maka kaidah yang paling tepat untuk mengukurnya adalah jangan sampai menyebabkan ada pihak yang dizalimi. Harga yang diletakkan kepada sesuatu barang atau produk yang ingin dikeluarkan jangan sampai menindas para pengguna dan jangan mengabaikan hak penjual untuk mendapatkan keuntungan. Dengan kata yang lain, harga yang diletakkan tidak boleh terlalu tinggi sehingga menganiayai para pembeli. Pada waktu yang sama, harga juga tidak boleh terlalu rendah sehingga menzalimi diri sendiri. Sebaliknya, ia mestilah berada di pertengahan dan sedang-sedang. Ini sejajar dengan sifat ‘ibadurrahman (hamba Allah) yang bersifat pertengahan dalam melakukan perbelanjaan sebagaimana yang dicatatkan dalam al-Quran;

“Dan (hamba-hamba itu) apabila berbelanja tidak boros dan tidak kedekut, dan adalah perbelanjaan itu di tengah-tengah antara yang demikian ”

(6)

sebenar kerana luarannya termasuklah jenama, saiz dan harga adalah sama. Namun, di luar pengetahuan para pengguna, sebenarnya kualitas produk tersebut adalah tidak sama dengan produk asal. Apabila pengguna membelinya, dan digunakan beberapa hari, sudah kelihatan kelemahan dan keburukan pada produk tersebut. Maka berlakulah suasana yang tidak harmoni di antara pihak penjual dan pembeli. Justeru, letakkanlah harga berdasarkan kualiti sebenar barangan tersebut. Janganlah disebabkan kegairahan meraih keuntungan yang berlipat ganda, kita sanggup menipu para pengguna.

Firman Allah SWT:

“Dan janganlah kamu makan harta-harta sesama kamu dengan jalan yang batil dan janganlah kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim-hakim dengan tujuan supaya kamu dapat memakan sebahagian dari harta orang lain dengan cara yang berdosa, sedangkan kamu mengetahui.”

Namun begitu, kita perlu menyedari bahawa turun-naik harga berlaku akibat dari aktiviti permintaan dan penawaran (demand and supply) dalam pasaran. Salah seorang ulama’ tersohor dalam bidang fiqh dan siasah syar’iyyah iaitu Ibn Taimiah (1263– 1328) mempunyai gagasan yang jelas tentang persoalan menetapkan harga. Ibn Taimiah atau nama sebenarnya TaqT ad-DTn Abu 'l-Abbas Ahmad ibn Abd a -alTm ibn Abd as-Salam Ibn Taymiya al-arranT menekankan bahawa sesiapa sahaja termasuk kerajaan tidak boleh terlibat dalam mengaturkan harga. Ia perlu diserahkan kepada proses normal yang bersandarkan aktiviti pasaran semasa. Teori yang sama juga dikemukakan oleh Adam Smith (1723-1790) melalui karyanya “Wealth of Nation” iaitu menyerahkan penentuan harga kepada pasaran bebas. Beliau mengkritik pihak kerajaan yang cuba untuk masuk campur dalam proses penetapan harga.

(7)

siling sesuatu barangan keperluan harian untuk menyeimbangkan keperluan pengguna dan kehendak peniaga-peniaga. Tanpa kawalan ini, maka peniaga yang tamak pastinya akan menaikkan harga barang sewenang-wenangnya tanpa mempedulikan perasaan dan bebanan pengguna.

Namun begitu, penjual diharuskan untuk menaikkan sedikit harga melebihi harga pasaran sekiranya produk tersebut mempunyai nilai tambah (value added). Ini menyebabkan produk berkenaan mempunyai perbezaan dan keistimewaan berbanding dengan produk-produk yang sama di pasaran. Sebagai contoh, harga sebuah rumah di sebuah lokasi adalah RM150,000. Namun, oleh kerana pemilik rumah tersebut mahu menjualnya bersama dengan perabot beserta reka bentuk dan dekorasi yang sangat cantik, maka beliau diharuskan untuk menjualnya dengan harga RM200,000 atau lebih sebagai contohnya.

Islam tidak menghadkan nisbah untung yang boleh diambil oleh pihak penjual. Sebagai contoh, sekiranya rumah yang dibeli dengan harga RM50,000 pada 10 tahun dahulu, mungkin dapat dijual dengan harga RM1 juta pada masa sekarang. Banyak faktor yang boleh menyebabkan aplikasi tersebut diharuskan. Antaranya, pembangunan yang pesat di kawasan tersebut atau lokasi yang strategik seperti adanya pasaraya, pengangkutan awam, sekolah dan kemudahan hospital. Oleh itu, permintaan terhadap rumah di kawasan tersebut meningkat.

Rasulullah SAW pernah membenarkan peniaga meningkatkan keuntungan sehingga melebihi 100% dari harga asal. Ini dapat dilihat melalui Hadis Urwah Al-Bariqi;

(8)

Hadis ini jelas memaparkan bahawa Urwah al-Bariqi telah membeli dua ekor kambing tersebut dengan harga setengah dinar. Namun, beliau menjualnya pula dengan harga satu dinar iaitu 100% nilai untung yang diambil. Rasulullah SAW telah mengiktiraf perbuatan tersebut dan mendoakan Urwah al-Bariqi.

Kesimpulannya, penetapan harga banyak bergantung kepada kejujuran dan ketelusan penjual di samping melihat harga pasaran semasa. Maka janganlah kita terlalu tamak untuk mendapatkan keuntungan berlebihan sehingga sanggup untuk menaikkan harga barang secara melampau-lampau. Ingatlah, rezeki itu datang daripada Allah. Mustahil Allah SWT menyekat rezeki orang-orang yang jujur dan telus semata-mata kerana Allah SWT.

Sabda Nabi SAW:

“Peniaga yang benar dan beramanah akan ditempatkan bersama-sama para Nabi, golongan orang-orang yang benar dan para Syuhada’”.

(Riwayat Tirmidzi)

2.2 Teori harga dan Hukum Supply and Demand menurut Ibnu Kholdun

Ibnu Khaldun ternyata telah merumuskan teori harga jauh sebelum ekonom Barat modern merumsukannya. Sebagaimana disebut di awal Ibnu Khaldun telah mendahului Adam Smith, Keyneys, Ricardo dan Malthus. Inilah fakta sejarah yang tak terbantahkan.Ibnu Khaldun, dalam bukunya Al-Muqaddimah menulis secara khusus satu bab bab yang berjudul “Harga-harga di Kota”. Menurutnya bila suatu kota berkembang dan populasinya bertambah banyak, rakyatnya semakin makmur, maka permintaan (supply) terhadap barang-barang semakin meningkat, akibatnya harga menjadi naik. Dalam hal ini Ibnu Khaldun menulis:

(9)

Artinya : Sesungguhnya apabila sebuah kota telah makmur dan berkembang serta penuh dengan kemewahan, maka di situ akan timbul permintaan (demand) yang besar terhadap barang-barang. Tiap orang membeli barang-barang mewah itu menurut kesanggupannya. Maka barang-barang menjadi kurang. Jumlah pembeli meningkat, sementara persediaan menjadi sedikit. Sedangkan orang kaya berani membayar dengan harga tinggi untuk barang itu, sebab kebutuhan mereka makin besar. Hal ini akan menyebabkan meningkatnya harga sebagaimana anda lihat.

Franz Rosenthal yang menerjemahkan buku Muqadddimah Ibnu Khaldun menjadi The Muqaddimah: An Introduction to History, menerjemahkan kalimat di atas sebagai berikut :

When a city has a highly developed, abundant civilization and is full of luxuries, there is a very large demand for those conviniences and for having as many of them as a person can expect in view of his situation . This results in a very great shortage of such things. Many will bit for them , but they will be in short supply. They will be needed for many purposes and prosperous people used to luxuries will pay exorbitant prices for them, because they needed them more than others. Thus, as one can see , prices some to be high.

Di sini Ibnu Khaldun telah menganalisa secara empiris tentang teori supply and demand dalam masyarakat. Dalam kalimat di atas Ibnu Khaldun secara ekspilisit memformulasikan tentang hukum supply dan kaitannya dengan harga. Menurutnya apabila sebuah kota berkembang pesat, mengalami kemajuan dan penduduknya padat, maka persediaan bahan makanan pokok melimpah. Hal ini dapat diartikan penawaran meningkat yang berakibat pada murahnya harga barang pokok tersebut. Inilah makna tulisan Ibnu Khaldun.

هنكاس رثكو رصملا رحبتسا اذاف يرورضلا راعسأ تصخر

توقلا نم

(10)

Analisa supply and demand Ibnu Khaldun tersebut dalam ilmu ekonomi modern, diteorikan sebagai terjadinya peningkatan disposable income dari penduduk kota. Naiknya disposible income (kelebihan pendapatan) dapat menaikkan marginal propersity to consume (kecendrungan marginal untuk mengkonsumsi) terhadap barang-barang mewah dari setiap penduduk kota tersebut. Hal ini menciptakan demand baru atau peningkatan permintaan terhadap barang-barang mewah. Akibatnya harga barang-barang mewah akan meningkat pula. Adanya kecendrungan tersebut karena terjadi disposable income penduduk seiring dengan berkembangnya kota.

Teori supply and demand Ibnu Khaldun. Menurutnya, supply bahan pokok di kota besar jauh lebih besar dari pada supply bahan pokok penduduk desa (kota kecil). Penduduk kota besar memiliki supply bahan pokok yang berlimpah yang melebihi kebutuhannya sehingga harga bahan pokok di kota besar relatif lebih murah. Sementara itu, supply bahan pokok di desa relatif sedikit, karena itu orang-orang khawatir kehabisan makanan, sehingga harganya relatif lebih mahal. Dalam hal ini Ibnu Khaldun menulis dalam Al-Muqaddimah :

(11)

pelengkap, Apabila penduduk suatu daerah sedikit (seperti desa) dan lemah peradabannya, maka terhadi sebaliknya.(terjadi harga mahal)

Analisa Ibnu Khaldun tentang harga dengan menggunakan hukum kekuatan supply and demand adalah suatu rumusan yang sangat luar biasa, karena jauh sebelum kelahiran ekonom modern, ia secara cerdas telah merumuskannya. Dari kalimat pertama Ibnu Khaldun di atas, jelas, bahwa pasar menurutnya merupakan tempat yang menyediakan kebutuhan manusia, baik kebutuhan primer maupun sekunder dan tertier. Pada kalimat selanjutnya ia mengkategorikan segala macam biji-bijian merupakan bagian dari bahan makanan pokok. Supply makanan pokok di kota besar berlebih dari kebutuhan penduduk kota, sehingga harganya menjadi murah.

(12)

karena kota itu kecil, di mana persediaan makanan pokok, kurang. Oleh karena itu mereka memadakan (makanan) apa adanya dan menyimpannya. Maka makanan menjadi berharga bagi mereka, sehingga harganya naik (mahal) bagi mereka yang ingin membelinya. Mereka juga tidak ada permintaan (demand) terhadap barang-barang hajiyat (sekunder), karena sedikitnya penduduk yang mampu dan lemahnya keadaan (ekonomi) mereka. Sedikit bisnis yang bisa mereka lakukan, sehingga konsekuensinya harga barang sekunder/tertier menjadi murah.

Foodstuffs in small cities that have few inhabitants are few, because they have a small (supply) of labour and because , in view of the small size of the city , the people fear food shortages. Therefore they hold on to (the food) that comes in to their hands and store it. It thus becomes something precious to them and those who want to buy it have to pay higher prices. They also have no demand for conveniences, because the inhabitants are few and their condition is weak. Little business is done by them , and the price there , consequently become particularly low.

Hukum supply and demand Ibnu Khaldun di atas dapat diillustrasikan sebagai berikut :

(13)

Sementara itu supply bahan pokok di kota kecil, realtif kecil, karena itu orang-orang khawatir kehabisan makanan sehingga harganya lebih mahal (P1)

Ibnu Khaldun juga menjelaskan pengaruh meningkatnya biaya produksi karena pajak dan pungutan-pungutan lain di kota tersebut pada sisi penawaran. Dalam konteks ini Ibnu Khaldun mengatakan bahwa bea cukai yang dipungut atas bahan-makanan di pintu-pintu kota dan pasar-pasar untuk raja juga para petugas pajak menarik keuntungan dari transaskis bisnis untuk kepentingan mereka sendiri. Oleh sebab itulah, maka harga di kota-kota lebih tinggi dari di desa. Di sini Ibnu Khaldun ingin menjelaskan bahwa pajak berpengaruh terhadap harga-harga.

Selanjutnya Ibnu Khaldun juga membahas masalah profit (ribh),. Menurutnya keuntungan yang wajar akan mendorong tumbuhnya perdagangan. Keuntungan yang rendah akan membuat lesu perdagangan karena para pedagang kehilangan motivasi. Sebaliknya, jika pedagang mengambil keuntungan yang sangat tinggi, juga akan menimbulkan kelesuan perdagangan karena permintaan konsumen melemah. Hal yang patut juga dicatat dari pemikiran Ibnu Khaldun ialah penjelasannya yang detail dan eksplisit tentang elemen-elemen persaingan. Selanjutnya Ibnu Khaldun mengamati fenomena tinggi rendahnya harga diberbagai negara, tanpa mengajukan konsep apapun tentang kebijakan kontrol harga. Inilah perbedaan Ibnu Khaldun dengan Ibnu Taymiyah. Ibnu Khaldun lebih fokus pada penjelasan fenomena aktual yang terjadi, sedangkan Ibnu Taymiyah lebih fokus pada solusi kebijakan untuk menyikapi fenomena yang terjadi.

Dalam mengkaji masalah demand, Ibnu Khaldun membahas faktor-faktor penentu yang menaikkan dan menurunkan permintaan. Menurutnya, setidaknya ada lima faktor, 1. Harga, 2. Pendapatan, 3. Jumlah penduduk, 4. kebiasaan masyarakat dan 5. Pembangunan kesejahteraan umum.

(14)

Ibnu Khaldun merumuskan bahwa peningkatan supply akan menurunkan harga. Sebaliknya, jika terjadi penurunan penawaran akan menaikkan harga. Ibnu Khaldun sebagaimana dijelaskan Umer Chapra menyatakan bahwa harga-harga yang terlalu rendah akan merugikan pengrajin dan pedagang, sehingga akan mendorong mereka keluar dari pasar, sebaliknya, harga-harga yang tinggi akan merugikan konsumen. Oleh karena itu, harga-harga yang moderat antara kedua ekstrim tersebut merupakan titik harga keseimbangan yang diinginkan, karena hal itu tidak saja memberikan tingkat keuntungan yang secara sosial dapat diterima oleh pedagang, melainkan juga akan membersihkan pasar dengan mendorong penjualan dan pada gilirannya akan menimbulkan keuntungan dan kemakmuran besar.

Di sisi lain, harga-harga yang rendah jelas tetap diinginkan terhadap barang-barang kebutuhan pokok, karena hal ini akan meringankan beban orang miskin yang merupakan mayoritas penduduk. Dari pemikiran Ibnu Khaldun, terlihat bahwa ia sangat menginginkan terciptanya harga yang stabil dengan ongkos (biaya) hidup yang relatif rendah.

Meningkatnya permintaan sangat mempengaruhi penawaran. Kondisi ini akan menaikkan harga-harga barang. Realita ini secara panjang lebar telah dipaparkan Ibnu Khaldun sebagaimana telah dikemukakan di atas secara ringkas.

2.3 Subsidi dalam Islam

Islam berbeda dengan Kapitalisme. Jika Kapitalisme memandang subsidi dari perspekstif intervensi pemerintah atau mekanisme pasar, Islam memandang subsidi dari perspektif syariah, yaitu kapan subsidi boleh dan kapan subsidi wajib dilakukan oleh negara.

(15)

al-Khaththab pernah memberikan harta dari Baitul Mal (Kas Negara) kepada para petani di Irak agar mereka dapat mengolah lahan petanian mereka. (An-Nabhani, 2004: 119).

Atas dasar itu, boleh negara memberikan subsidi kepada individu rakyat yang bertindak sebagai produsen, seperti subsidi pupuk dan benih bagi petani, atau subsidi bahan baku kedelai bagi perajin tahu dan tempe, dan sebagainya. Boleh juga negara memberikan subsidi kepada individu rakyat yang bertindak sebagai konsumen, seperti subsidi pangan (sembako murah), atau subsidi minyak goreng, dan sebagainya.

Subsidi boleh juga diberikan negara untuk sektor pelayanan publik (al-marafiq al-’ammah) yang dilaksanakan oleh negara, misalnya: (1) jasa telekomunikasi (al-khidmat al-baridiyah) seperti telepon, pos, fax, internet; (2) jasa perbankan syariah (al-khidmat al-mashrifiyah) seperti transfer, simpanan, dan penukaran valuta asing; dan (3) jasa transportasi umum (al-muwashalat al-’ammah) seperti kereta api, kapal laut, dan pesawat terbang. (Zallum, 2004: 104)

Subsidi untuk sektor energi (seperti BBM dan listrik) dapat juga diberikan negara kepada rakyat. Namun perlu dicatat, bahwa BBM dan listrik dalam Islam termasuk barang milik umum (milkiyah ‘ammah). Dalam distribusinya kepada rakyat, Khalifah tidak terikat dengan satu cara tertentu. Khalifah dapat memberikannya secara gratis, atau menjual kepada rakyat dengan harga sesuai ongkos produksi, atau sesuai harga pasar, atau memberikan kepada rakyat dalam bentuk uang tunai sebagai keuntungan penjualannya, dan sebagainya. Di sinilah subsidi dapat juga diberikan agar BBM dan listrik yang didistribusikan itu harganya semakin murah dan bahkan gratis jika memungkinkan. (Zallum, 2004: 83).

(16)

tidak kepada yang lain; boleh pula Khalifah mengkhususkan pemberian untuk satu sektor (misal pertanian), dan tidak untuk sektor lainnya. Semua ini adalah hak Khalifah berdasarkan pertimbangan syariah sesuai dengan pendapat dan ijtihadnya demi kemaslahatan rakyat. (An-Nabhani, 2004: 224).

Namun, dalam kondisi terjadinya ketimpangan ekonomi, pemberian subsidi yang asalnya boleh ini menjadi wajib hukumnya, karena mengikuti kewajiban syariah untuk mewujudkan keseimbangan ekonomi (at-tawazun al-iqtishadi) (Thabib, 2004:318; Syauman, t.t.: 73). Hal ini karena Islam telah mewajibkan beredarnya harta di antara seluruh individu dan mencegah beredarnya harta hanya pada golongan tertentu:

ممككنممم ءمايينمغمليام نييمبي ةةليودك نيوككيي لي يمكي Supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kalian. (QS al-Hasyr [59] : 7).

Nabi saw. telah membagikan fai‘ Bani Nadhir (harta milik negara) hanya kepada kaum Muhajirin, tidak kepada kaum Anshar, karena Nabi saw. melihat ketimpangan ekonomi antara Muhajirin dan Anshar. (An-Nabhani, 2004: 249). Karenanya, di tengah naiknya harga minyak mentah dunia sekarang, subsidi BBM tidak sekadar boleh, tetapi sudah wajib hukumnya, agar ketimpangan di masyarakat antara kaya dan miskin tidak semakin lebar.

(17)

BAB III KESIMPULAN

(18)

berikut: :

Dimana gambar 1 menjelaskan apabila barang mewah (termasuk mobil) mendapatkan subsidi, maka subsidi yang didapatkan oleh konsumen lebih kecil dari pada subsidi yang diterima oleh produsen. Berbeda dengan gambar 2 yang menjelaskan apabila barang kebutuhan pokok mendapatkan subsidi, subsidi yang diterima oleh konsumen lebih besar dari pada yang diterima produsen. Hal ini pula menjelaskan apabila pemerintah memberikan subsidi kepada produsen mobil melalui kebijakan LCGC, maka sebenarnya yang paling banyak menerima subsidi tersebut adalah produsen mobil, bukan konsumen.

(19)

DAFTAR PUSTAKA 279_Permenperind_No.33_2013

Academia.edu

http://bkm-pii.blogspot.com/2013/03/analisis-kebijakan-mobil-murah-lcgc-di.html

http://shariaeconomics.wordpress.com/2011/02/26/pemikiran-ekonomi-ibnu-khaldun/

(20)

Kompas.com

Tempo.com

Referensi

Dokumen terkait

Dari deskripsi di atas, subjek perempuan berkemampuan tahfidz tinggi (SPTT) pada aspek generalisasi memenuhi kriteria sesuai dengan indikator pada rubrik observasi

Dari ketiga perkara tersebut, Mahkamah Konstitusi mempunyai pertimbangan yang sama untuk memberikan pendapat tentang kedudukan hukum atau Legal Standing partai politik yaitu

4.12.2 Menyusun teks khusus dan bentuk pesan singkat, dan pengumuman/ pemberitahuan (notice), sangat pendek dan sederhana, terkait kegiatan sekolah, dengan memperhatikan fungsi

Kemudian diikuti dengan membaca M buah bilangan bulat berbeda terpisah baris baru pada sebuah baris, yang masing-masing berupa salah satu bilangan antara 1 hingga 100 yang

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijabarkan, dapat disimpulkan bahwa (1) pembelajaran IPA Terpadu melalui LKS berorientasi guided discovery untuk melatih keterampilan

'Belanja perjalan dinas luar daerah dalam propinsi biaya umum DAK Penugasan 26.980.000 47 Rehabilitasi / Pemeliharaan Jaringan Irigasi 23353236 Belanja perjalan dinas luar daerah

Untuk mewujudkan penyusunan anggaran dengan pendekatan kinerja tersebut maka perlu dilakukan analisa standar belanja sebagai pedoman dalam penilaian kewajaran beban

Apabila dalam perjanjian kerja antara perusahaan penerima pemborongan pekerjaan atau perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh dengan pekerja/buruhnya tidak memuat adanya pengalihan