Jenis-Jenis Pertumbuhan Tanaman
LAPORAN PRAKTIKUM
Oleh :
Kelompok /Golongan H Babul Zannah (141510601084)
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Agroekologi adalah pengelompokkan suatu wilayah berdasarkan keadaan fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat diharapkan akan berbeda tidak nyata. Komponen utama agroekologi adalah iklim, fisiografi atau bentuk wilayah dan tanah.
Iklim merupakan gabungan berbagai kondisi cuaca sehari – hari atau merupakan rerata cuaca. Meskipun perilaku iklim di bumi cukup rumit tetapi ada kecenderungan karakteristik dan pola tertentu dari unsur iklim di berbagai daerah yang letaknya saling berjauhan bila faktor utamanya sama.
Bentuk wilayah atau fisiografi (terrain) yang merupakan faktor utama penentuan sistem produksi, di samping sifat – sifat tanah. Lereng lahan banyak dipakai sebagai bahan pertimbangan mengingat bahaya erosi dan penurunan mutu lahan merupakan ancaman nyata pada pertanian berlereng curam di daerah tropika basah.
Pertanian di lereng yang curam juga membatasi penggunaan tenaga mesin dan ternak dalam pengolahan tanah, sehingga untuk daerah seperti ini lebih banyak dianjurkan tanaman tahunan yang lebih sedikit memerlukan tenaga kerja.
dengan tepat, sehingga mengurangi efektifitas lahan dan benih (tanaman). Selain itu, kaitanya juga dengan pemasaran produk yang tepat, secara ekonomis, penghasilan produk akan lebih baik jika tepat sasaran baik wilayah maupun konsumennya. Sehingga dibutuhkan informasi yang cukup untuk itu dan akan dipelajari dalam kegiatan praktikum ini.
1.2. Tujuan
Secara umum tujuan karakterisasi, delineasi dan analisis zona agroekologi adalah:
1. Menyusun data dan informasi tentang keadaan biofisik dan sosial ekonomi di suatu wiayah ke dalam suatu sistem pangkalan data dan berbagai jenis peta sehingga tersedia informasi yang terpadu dan memadai mengenai keadaan di suatu wilayah.
2. Melakukan analisis tentang kesesuaian beberapa jenis tanaman / komoditas pertanian penting serta kesesuaian teknologi di suatu wilayah. 3. Mengidentifikasi berbagai komoditas pertanian unggulan spesifik lokasi,
serta mengidentifikasi kebutuhan teknologinya.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Agroecology emerged as an approach to better understand the ecology of traditional farming systems and respond to the mounting problems resulting from an increasingly globalized and industrialized agro-food system (Altieri,1987). In its early stages, agroecology mainly focused on applying ecological concepts and principles to the design of sustainable agricultural systems (Altieri,1987; Gliessman,1990). Agroecology is providing the scientific, methodological, and technological basis for a new “Agrarian Revolution” wordwide.
Evaluasi kemampuan lahan pada dasarnya merupakan evaluasi potensi lahan bagi penggunaan berbagai sistem pertanian secara luas dan tidak membicarakan peruntukan jenis tanaman tertentu ataupun tindakan – tindakan pengelolaannya. Oleh karena itu sifatnya merupakan evaluasi yang lebih umum dibandingkan dengan evaluasi kesesuaian lahan yang lebih khusus.
Sistem klasifikasi kemampuan lahan pertama kali dikembangkan di Amerika sekitar 50 tahun yang lalu, dengan diterbitkannya tulisan dari Hockensmith dan Steele (1943). Sistem ini sementara orang menyebutkan sebagai sistem kategori (McRae dan Burnham, 1981) karena sistem tersebut mengelompokkan lahan ke dalam sejumlah kecil kategori yang diurut menurut faktor penghambat permanen serta sejumlah ciri – ciri tanah dan lingkungan lainnya melalui proses peyaringan. Seperti telah dikemukakan, sistem klasifikasi kemampuan lahan ini membagi lahan ke dalam sejumlah kategori – kategori menurut faktor penghambat terhadap pertumbuhan tanaman.
Di muka bumi terdapat demikian banyak tanaman yang bermanfaat bagi kehidupan manusia dan ternak, akan tetapi dari sekian banyak itu ternyata hanya akan dapat tumbuh dengan baik atau sama sekali tidak tumbuh dikarenakan perbedaan iklim, sehingga ada yang dapat tumbuh didaerah yang beriklim tropis. Iklim yang panas dan lembab sangat mendorong timbulnya infeksi serta kerusakan-kerusakan yang hebat, yang dapat memerosotkan nilai produk atau samasekali rusak sehingga tak berharga (Klimatologi, 2000).
Tanah merupakan modal utama bagi para petani untuk dapat memproduksi pangan, uang bukan hanya untuk menjamin keberlangsungan hidupnya sendiri melainkan juga untuk menjamin orang-orang lainnya yang berada diluar lingkungannya. Secara terpadu produksi para petani akan dapat menjamin kehidupan suatu bangsa dan bahkan pula bangsa lainnya.
Tujuan yang hendak dicapai pada penetapan zona agroekologi (ZAE) adalah untuk menetapkan komoditas potensial berskala ekonomi agar sistem usaha tani dapat berkelanjutan. Oleh karena itu diperlukan karakterisasi potensi sumber daya lahan zona agroekologi (ZAE) tingkat semi detail di tingkat kabupaten, kecamatan, dan desa.
Peta ZAE merupakan peta tata ruang pembangunan pertanian untuk perencanaan secara makro termasuk perencanaan pembangunan perkebunan. Dalam pemetaan ini faktor kelerengan, tanah iklim, dan penggunaan lahan sekarang (present land use) dijadikan sebagai dasar pembagian wilayah.
Dalam jurnal lain yang berjudul Penggunaan Metode Fuzzy dalam Penentuan Lahan Kritis dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografis di Daerah Subdas Cipeles dinyatakan bahwa SIG adalah sistem yang dapat digunakan untuk memasukkan, menyimpan, memeriksa, mengintegrasikan, memanipulasi, menganalisis,dan menampilkan data yang berhubungan dengan posisi-posisi permukaan bumi.
BAB 3. METODE PRAKTIKUM
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum Agroekologi mengenai Analisis Peta Zona Agroekologi dilaksanakan di ruang 8, Universitas Jember pada tanggal 20 September 2014 pada pukul 14.00 – 15.30.
3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat
1. Spidol tiga warna
2. Kertas folio bergaris 3 lembar 3. Bulpoin
4. Penggaris
3.2.2 Bahan 1. Peta jenis tanah 2. Peta iklim 3. Peta topografi
3.3 Cara Kerja
1. Memperoleh peta jenis tanah, peta iklim dan peta topografi dengan skala 1 : 180.000 beserta data dasarnya pada Laboratorium Agroklimat sebagai rujukan.
2. Memilah – milah dan mendeliniasi wilayah pada peta – peta tersebut berdasarkan :
b. Iklim mewakili kebasahan yang terbagi atas Perudic (Iklim tipe A dan B1 menurut klasifikasi Oldeman), Udic (iklim tipe B2, C2, dan D2), serta Ustic (tipe iklim C3, D3 dan E).
c. Jenis tanah yang dapat diklasifikasikan berdasarkan klasifikasi FAO, misalnya jenis tanah andisol, alfisol, entisol da oxisol.
3. Menumpang tempatkan (overlay) peta wilayah berdasarkan jenis tanah dengan peta rejim suhu sehingga memperoleh peta agroekologi 1 : 180.000 dan memperoleh Peta Zona Agroekologi. Kemudian menentukan jenis tanaman pada peta (meliputi tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan kehutanan serta peternakan) yang paling cocok tumbuh atau hidup di zona tersebut.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Tabel 1. Peta Potensi Tanaman Berdasarkan Jenis Tanah
No. Jenis Tanah Tanaman Potensi
1. Andisol Tanaman Pangan : Padi, Umbi, Kentang Tanaman Sayur : Wortel
Tanaman Buah : Jeruk Tanaman Perkebunan : Kopi 2. Entisol
Tanaman Pangan : Kentang, Gandum, Jagung, Ubi, Singkong
Tanaman Sayur : Tomat, Kol, Cabai, Kubis, Kacang Panjang
Tanaman Buah : Alpukat, Melon, Belimbing, Anggur Tanaman Perkebunan : Tembakau, Kopi
Tabel 2. Peta Potensi Tanaman Berdasarkan Rezim Suhu No. Rezim Suhu Tanaman Potensi
1. Isothermic Tanaman Pangan : Padi, Jagung, Ubi Jalar, Kacang Tanah Tanaman Sayur : Buncis, Terong
Tanaman Buah : Srikaya, Pisang, Nangka, Pepaya Tanaman Perkebunan : Vanili, Lada, Kelapa
2. Isomesic Tanaman Pangan : Jagung Tanaman Sayur : Sawi Kecil
Tanaman Buah : Apel, Strawberry, Blueberry Tanaman Perkebunan : Teh
Tabel 3. Peta Potensi Tanaman Berdasarkn Rezim Kebasahan No. Rezim Kebasahan Tanaman Potensi
1. Udic
Tanaman Pangan : Padi, Jagung, Ubi Jalar, Kacang Tanah
Kacang Panjang
Tanaman Buah :
Strawberry, Salak, Rambutan, Bengkoang , Apel, Jeruk, Sawo.
Tanaman Perkebunan : Teh, Kopi, Coklat
Tabel 4. Peta Potensi Tanaman Berdasarkan Zona Agroekologi
No. Zona Tanaman Potensi
1. Wilayah 1 (And.3.2)
Tanaman Pangan : Padi, Jagung, Umbi, Kentang, Kacang Tanah
Tanaman Sayur : Wortel, Sawi Kecil, Bayam, Kangkung
Tanaman Buah : Jeruk, Apel, Strawberry, Blueberry, Bengkoang
Tanaman Perkebunan : Kopi, Teh, Coklat 2. Wilayah 2
(Ent.3.2) Tanaman Pangan : Kentang, Padi, Jagung, Ubi Jalar
Tanaman Sayur : Tomat, Kol, Buncis, Terong, Bayam
Tanaman Buah : Alpukat, Srikaya, Strawberry Tanaman Perkebunan :
Tanaman Pangan :
Kopi, Teh, Coklat
3. Wilayah 3A (And.3.2)
Padi, Umbi, kentang, Jagung, Ubi Jalar
Tanaman Sayur : Wortel, Sawi Kecil, Kangkung Tanaman Buah : Jeruk, Apel, Strawberry Tanaman Perkebunan : Kopi, Teh, Coklat 4. Wilayah 3B
(Ent.3.2) Tanaman Pangan : Kentang, Gandum, Jagung, Singkong
Tanaman Sayur : Tomat, Kol, Sawi Kecil, Bayam, Kangkung
Tanaman Buah : Strawberry, Apel, Blueberry, Melon
5. Wilayah 4
(And.3.2) Tanaman Pangan : Padi, Umbi, kentang, Jagung, Ubi Jalar
Tanaman Sayur : Wortel, Sawi Kecil, Kangkung Tanaman Buah : Jeruk, Apel, Strawberry Tanaman Perkebunan : Kopi, Teh, Coklat 6. Wilayah 5
(Ent.3.2)
Tanaman Pangan : Kentang, Gandum, Jagung, Singkong
Tanaman Sayur : Tomat, Kol, Sawi Kecil, Bayam, Kangkung
Tanaman Buah : Strawberry, Apel, Blueberry, Melon
Tanaman Perkebunan : Kopi, Teh, Cokelat, Tembakau 7. Wilayah 6
(And.3.2)
Tanaman Pangan : Padi, Umbi, kentang, Jagung, Ubi Jalar
Tanaman Sayur : Wortel, Sawi Kecil, Kangkung Tanaman Buah : Jeruk, Apel, Strawberry Tanaman Perkebunan : Kopi, Teh, Coklat 8. Wilayah 7 Tanaman Pangan : Padi, Jagung, Ubi Jalar
(And.2.2) Tanaman Sayur : Buncis, Terong, Tanaman Buah : Srikaya, Pisang
Tanaman Perkebunan : Vanila, Kopi, Kelapa, Teh 4.2 Pembahasan
Zona agroekologi adalah pengelompokan atau penyederhanaan agroekosistem yang beragam dalam bentuk klasifikasi yang lebih aplikatif. Zona agroekologi dapat dikatakan suatu wilayah yang memiliki kesamaan karakteristik tanah, bentuk lahan dan iklim. Fungsi zona agroekologi yaitu untuk mengelompokan suatu wilayah berdasarkan kemiripan jenis tanah, rezim suhu dan rezim kebasahan. Selain itu, zona agroekologi berfungsi untuk mengetahui dan menetapkan areal pertanian dan komoditas pertanian yang berskala ekonomi dan tertata baik agar diperoleh sistem usaha tani yang berkelanjutan.
Komponen – komponen penyusun zona agroekologi yaitu jenis tanah, iklim dan rezim kebasahan. Beberapa jenis tanah, rezim suhu, dan rezim kebasahan.
ulivial yang menimbun lempeng silikat, dengan tanaman yang cocok tumbuh antara lain mulai dari tanaman pangan,sayuran, buah dan perkebunan : padi, jagung, kedeai, wortel, kentang, apel, teh, kopi, coklat.
Andisol adalah tanah ini disebut juga tubuh tanah pegunungan tinggi atau tropical brown forest yang mempunyai ketebalan solum tanah, yang akan tebal yaitu sampai 100 – 225 cm berwarna hitam kelabu sampai coklat tua, dengan horizon tanah jelas nampak. Dari warna ini teksturnya adalah debu. Lempung yang berdebu sampai lempung sedangkan strukturnya lemah dan lapisan bawah masih gumpal dan konsistensinya gembur.
Oxisol adalah terdapatnya horizon permukaan tanah oxic yang dalam, horizon yang umumnya tinggi. Kandungan butir – butir lempeng, dikuasai oleh hidrotoxida dari besi dan alumunium.
Beberapa macam - macam rezim suhu yaitu isohyperthermic, isothermic, dan isomesic. Isohypertermic adalah perataan suhu tahunan lebih dari 22 ° C pada ketinggian 0 – 600 m. Isothermic adalah perataan suhu tahunan 15 – 22 ° C pada ketinggian 600 – 1600 m. Isomesic adalah perataan suhu tahunan 8 – 10 ° C pada ketingian 1800 – 3000 m.
Beberapa macam rezim kebasahan adalah perudic, udic, dan ustic. Perudic adalah penampang acuan tanah yang basah selama setahun. Udic adalah penampang acuan atau penampang kontrol tanah yang kering selama tidak lebih dari 90 hari, komulatif dalam setahun. Ustic adalah penampang acuan tanahnya kering selama lebih dari jumlah 90 hari dalam setahun, tetapi kurang dari 90 hari, komulatif dalam setahun.
Pada peta Kecamatan Sempol terbagi menjadi 8 wilayah yaitu wilayah I, wilayah II, wilayah III A, wilayah III B, wilayah IV, wilayah V, wilayah VI, dan wilayah VII, berikut adalah kondisi masing masing zona agroekologi disetiap wilayah:
a. Wilayah I :
Wilayah ini memiliki tanah jenis andisol, dengan ketinggian dengan rezim isomesic ( ketinggian > 1.500m dpl) dan memiliki iklim dengan rezim udic. b. Wilayah II :
c. Wilayah III A :
Wilayah ini memiliki tanah jenis andisol, dengan ketinggian dengan rezim isomesic ( ketinggian > 1.500m dpl) dan memiliki iklim dengan rezim udic. d. Wilayah III B :
Wilayah ini memiliki tanah jenis entisol, dengan ketinggian dengan rezim isomesic ( ketinggian > 1.500m dpl) dan memiliki iklim dengan rezim udic. e. Wilayah IV :
Wilayah ini memiliki tanah jenis andisol, dengan ketinggian dengan rezim isomesic ( ketinggian > 1.500m dpl) dan memiliki iklim dengan rezim udic. f. Wilayah V :
Wilayah ini memiliki tanah jenis entisol, dengan ketinggian dengan rezim isomesic ( ketinggian > 1.500m dpl) dan memiliki iklim dengan rezim udic. g. Wilayah VI :
Wilayah ini memiliki tanah jenis andisol, dengan ketinggian dengan rezim isomesic ( ketinggian > 1.500m dpl) dan memiliki iklim dengan rezim udic. h. Wilayah VII :
Wilayah ini memiliki tanah jenis andisol, dengan ketinggian dengan rezim isothermic ( ketinggian 700-1500m dpl) dan memiliki iklim dengan rezim udic.
Untuk wilayah dengan jenis tanah entisol dapat dilakukan pemupukan dengan pupuk kompos dengan cara aerob maupun anaerob, karena tanah jenis entisol kurang akan unsur N, selain itu untuk tanah jenis andisol dapat menambahkan pupuk organik dan melakukan pengolahan tanah secara minimum (minimum tillage). Sistem pengairan atau irigasi dikarenakan kabupaten Bondowoso memiliki rezim udic dengan tipe B2, C2, dan D2 menurut oldeman dimana dalam setahun rata-rata menanam dua kali padi varietas umur pendek dan dua kali palawija yang sangat bergantung pada sistem irigasi.
Selama ini pemanfaatan lahan miring dalam bentuk kebun dan sawah berundak diketahui memiliki resiko erosi dan tanah longsor yang tinggi. Sehingga banyak petani enggan memanfaatkan lahan miring untuk tanaman pangan, mereka hanya memanfaatkannya untuk tanaman keras. Beberapa cara untuk pengelolaan lahan diantaranya terasering yaitu menanam tanaman dengan sistem berteras-teras untuk mencegah erosi tanah. Contour Farming, yaitu menanami lahan menurut garis kontur, sehingga perakaran dapat menahan tanah. Pembuatan tanggul pasangan(guludan) untuk menahan hasil erosi. Contour Plowing, yaitu membajak searah garis contur sehingga terjadi alur-alur horizontal. Contour Strip Cropping, yaitu bercocok tanam dengan cara membagi bidang tanah itu dengan bentuk sempit dan memanjang dengan mengikuti garis kontur sehingga bentuknya berbelok-belok. Masing–masing ditanami tanaman yang berbeda-beda jenisnya secara berselang- seling (tumpang sari).
Hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan lahan di wilayah Kecamatan Sempol tersebut seperti iklim,bentuk wilayah dan jenis tanah. Iklim dikelompokkan berdasarkan faktor-faktor iklim utama yang berhubungan erat dengan keragaman tanaman yaitu suhu dan kelengasan. Iklim dikelompokkan berdasarkan faktor-faktor iklim utama yang berhubungan erat dengan keragaman tanaman yaitu suhu dan kelengasan.
Usaha pertanian juga sangat ditentukan oleh bentuk wilayah dan jenis tanah. Bentuk wilayah lebih mudah dinyatakan dengan besarnya lereng, dimana wilayah dapat dikelompokkan menjadi wilayah datar, berombak, bergelombang, berbukit atau bergunungdengan lereng yang semakin meningkat. Sifat-sifat tanah yang sangat menentukan dalam usaha pertanian adalah selang kemasaman, selang tekstur dan drainase.
BAB 5. PENUTUP 5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan pada tujuan, hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat disimpulkan:
a. Unsur – unsur iklim, jenis tanah, dan rezim kebasahan faktor zona agroekologi sangat penting dan berpengaruh dalam penentuan kualitas dan kuantitas pada pertumbuhan dan perkembangan.
b. Kecamatan Sempol ini dekat dengan gunung – gunung berapi sehingga memiliki tanah andisol dan entisol. Selain itu memiliki topografi berdasarkan peta adalah isothermic dengan tipe iklim udic.
c. Jenis komoditas tanaman yang direkomendasikan untuk Kecamatan Sempol sesuai dengan jenis tanah, iklim dan topografi adalah tanaman pangan seperti padi, tanaman sayuran yaitu kacang panjang, tanaman buah – buahan seperti strawberry dan tanaman perkebunan seperti kopi.
5.2 SARAN
1. Petani daerah Kecamatan Sempol dapat menerapkan informasi mengenai tanaman yang tepat untuk ditanam diwilayah tersebut agar mendapatkan pendapatan yang maksimal.