• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Hilangnya Suplai Satu Phasa Terhadap Temperatur Dan Kinerja Motor Induksi Tiga Phasa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pengaruh Hilangnya Suplai Satu Phasa Terhadap Temperatur Dan Kinerja Motor Induksi Tiga Phasa"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Motor Induksi

Motor induksi merupakan motor arus bolak-balik (AC) yang paling luas

digunakan dan dapat dijumpai dalam setiap aplikasi industri maupun rumah

tangga. Penamaannya berasal dari kenyataan bahwa arus rotor motor ini bukan

diperoleh dari sumber tertentu, tetapi merupakan arus yang terinduksi sebagai

akibat adanya perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating

magnetic field) yang dihasilkan arus stator [1].

Motor induksi sangat banyak digunakan di dalam kehidupan sehari-hari

baik di industri maupun di rumah tangga. Motor induksi yang umum dipakai

adalah motor induksi 3-fase dan motor induksi 1-fase. Motor induksi 3-fase

dioperasikan pada sistem tenaga 3-fase dan banyak digunakan di dalam berbagai

bidang industri dengan kapasitas yang besar. Motor induksi 1-fase dioperasikan

pada sistem tenaga 1-fase dan banyak digunakan terutama untuk peralatan rumah

tangga seperti kipas angin, lemari es, pompa air, mesin cuci dan sebagainya

karena motor induksi 1-fase mempunyai daya keluaran yang rendah. Bentuk

gambaran motor induksi 3-fasa diperlihatkan padagambar 3.1.

a) Bentuk fisik b) Motor induksi dilihat ke dalam

(2)

2.2. Konstruksi Motor Induksi

Motor induksi pada dasarnya mempunyai 3 bagian penting seperti yang di

perlihatkan pada gambar 3.3 sebagai berikut.

1. Stator: Merupakan bagian yang diam dan mempunyai kumparan yang

dapatmenginduksikan medan elektromagnetik kepada kumparan rotornya.

2. Celah: Merupakan celah udara: Tempat berpindahnya energi dari startor

ke rotor.

3. Rotor: Merupakan bagian yang bergerak akibat adanya induksi magnet

dari kumparan stator yang diinduksikan kepada kumparan rotor.

a) Stator dan rotor sangkar b) Rotor belitan

Gambar 2.2 Bentuk konstruksi dari motor induksi

Diantara stator dan rotor terdapat celah udara yang merupakan ruangan

antara stator dan rotor. Pada celah udara ini lewat fluks induksi stator yang

memotong kumparan rotor sehingga meyebabkan rotor berputar. Celah udara

yang terdapat antara stator dan rotor diatur sedemikian rupa sehingga didapatkan

hasil kerja motor yang optimum. Bila celah udara antara stator dan rotor terlalu

(3)

antara celah terlalu kecil/sempit akan menimbulkan kesukaran mekanis pada

mesin. Bentuk gambaran sederhana bentuk alur / slot pada motor induksi

diperlihatkan pada gambar 2.3 dan gambaran sederhana penempatan stator dan

rotor pada motor induksi diperlihatkan pada gambar 2.4.

Gambar 2.3Gambaran sederhana bentuk alur / slot pada motor induksi

(4)

2.3. Medan Putar

Perputaran motor pada arus bolak-balik ditimbulkan oleh adanya medan

putar (fluks yang berputar) yang dihasilkan dalam kumparan statornya. Medan

putar ini terjadi apabila kumparan stator dihubungkan dalam fasa banyak,

umumnya phasa tiga [1].

Misalkan kumparan a – a; b – b; c – c dihubungkan 3 fasa, dengan beda

fasa masing-masing 1200 (Gambar 2.5a) dan dialiri arus bolak-balik. Distribusi

arus ia, ib, ic sebagai fungsi waktu adalah seperti gambar 2.5b. Pada keadaan t1, t2,

t3, dan t4 fluks resultan yang ditimbulkan oleh kumparan tersebut masing-masing

adalah seperti Gambar 2.5.

Pada t1 fluks resultan mempunyai arah sama dengan arah fluks

yangdihasilkan oleh kumparan a – a; sedangkan pada t2, fluks resultannya

mempunyai arah sama dengan arah fluks yang dihasilakan oleh kumparan c – c;

dan untuk t3 fluks resultan mempunyai arah sama dengan fluks yang dihasilkan

oleh kumparan b – b. Untuk t4, fluks resultannya berlawanan arah dengan fluks

resultan yang dihasilkan pada saat t1 keterangan ini akan lebih jelas pada analisa

(5)

Gambar 2.5(a) Kumparan a-a; b-b; c-c dihubungkan 3 fasa

(b) Arus tiga phasa setimbang

(c) Medan putar pada motor induksi tiga phasa

Dari gambar diatas terlihat fluks resultan ini akan berputar satu kali. Oleh

karena itu untuk mesin dengan jumlah kutub lebih dari dua, kecepatan sinkron

dapat diturunkan sebagai berikut:

= 120 (2.1)

Dimana:

ns = Kecepatan sinkron (Rpm)

f = frekuensi ( Hz )

p = jumlah kutub

2.4. Slip

Motor induksi tidak dapat berputar pada kecepatan sinkron. Seandainya

hal ini terjadi, maka rotor akan tetap diam relatif terhadap fluksi yang berputar.

Maka tidak akan ada ggl yang diinduksikan dalam rotor, tidak ada arus yang

mengalir pada rotor, dan karenanya tidak akan menghasilkan kopel. Kecepatan

(6)

adanya tegangan induksi pada rotor, dan akan menghasilkan arus di rotor, arus

induksi ini akan berinteraksi dengan fluks listrik sehingga menghasilkan kopel.

Selisih antara kecepatan rotor dengan kecepatan sinkron disebut slip (s). Slip

dapat dinyatakan dalam putaran setiap menit, tetapi lebih umum dinyatakan

sebagai persen dari kecepatan sinkron.

Slip s = − × 100% (2.2)

Dimana: n r = n kecepatan rotor (RPM)

Persamaan (2.2) di atas memberikan imformasi yaitu:

1. Saat s = 1 dimana nr = 0, ini berati rotor masih dalam keadaan diam atau

akanberputar.

2. s = 0 menyatakan bahwa ns = nr, ini berarti rotor berputar sampai kecepatan

sinkron. Hal ini dapat terjadi jika ada arus dc yang diinjeksikan ke belitan

rotor, atau rotor digerakkan secara mekanik.

3. 0 < s < 1, ini berarti kecepatan rotor diantara keadaan diam dengan

kecepatan sinkron. Kecepatan rotor dalam keadaan inilah dikatakan

kecepatan tidak sinkron.

2.5. Prinsip Kerja Motor Induksi Tiga Phasa

Ketika medan magnetik memotong konduktor rotor, di dalam konduktor

tersebut akan diinduksikan ggl yang sama seperti ggl yang diinduksikan dalam

lilitan sekunder transformator oleh fluksi primer. Rangkaian rotor merupakan

rangkaian tertutup, baik melalui cincin ujung maupun tahanan luar. Ggl induksi

(7)

aliran arus pada konduktor rotor di dalam medan magnet yang dihasilkan stator,

maka akan dibangkitkan gaya (F) yang bekerja pada motor.

Untuk memperjelas prinsip kerja motor induksi tiga phasa, maka dapat

dijabarkan dalam beberapa langkah berikut:

1. Pada keadaan beban nol ketiga phasa stator yang terhubung dengansumber

tegangan tiga phasa yang setimbang akan menghasilkan arus pada

tiapbelitanphasa arus pada tiap phasa menghasilkan fluksi bolak – balik

yang berubah -ubah.

2. amplitudo fluksi yang dihasilkan berubah secara sinusoidal dan

arahnyategak lurus terhadap belitanphasa

3. akibat fluksi yang berputar timbul ggl pada stator motor yang besarnya :

�1 =− � (2.3)

�1 = 4.44 1� (2.4)

4. Resultan dari ketiga fluksi bolak – balik tersebut menghasilkan medanputar

yang bergerak dengan kecepatan sinkron ns yang besarnya ditentukanoleh

jumlah kutub p dan frekuensi stator f yang dirumuskan:

=120 (2.5)

5. Fluksi yang berputar tersebut akan memotong batang konduktor padarotor.

Akibatnya pada kumparan rotor timbul tegangan induksi sebesar

E2yangbesarnya

�2 = 4.44 2� (2.6)

Dimana:

(8)

N2 = jumlahlilitanrotor

Φm = fluksi maksimum(Wb)

6. karena kumparan rotor merupakan rangkaian tertutup, maka ggl

tersebutakan menghasilkan arusI2

7. adanya arus I2 di dalam medan magnet akan menimbulkan gaya F

padarotor

8. Bila kopel mula yang dihasilkan oleh gaya F cukup besar untukmemikul

kopel beban, rotor akan berputar searah dengan medan putarstator.

9. Perputaran rotor akan semakin meningkat hingga mendekatikecepatan

sinkron. Perbedaan kecepatan medan putar stator (ns) dengan

kecepatanrotor (nr) disebut slip (s) dan dinyatakan dengan:

= − � 100% (2.7)

10.Pada saat rotor dalam keadaan berputar, besarnya tegangan yang terinduksi

pada kumparan rotor akan bervariasi tergantung besarnya slip.Tegangan

induksi ini dinyatakan dengan E2s yang besarnya:

�2 = 4.44 2� (2.8)

Dimana:

E2s = tegangan induksi rotor dalam keadaan berputar (volt)

f2 = sf = frekuensi rotor (frekuensi tegangan induksi pada rotor dalam

keadaan berputar)

11.Bila ns = nr, tegangan tidak akan terinduksi dan arus tidak akan

(9)

akandihasilkan jika nr<ns.

2.6. Rangkaian Ekivalen Motor Induksi

Untuk mempermudah analisis motor induksi, digunakan metoda rangkaian

ekivalen per-fasa. Motor induksi dapat dianggap sebagai transformator dengan

rangkaian sekunder berputar. Rangkaian ekivalen statornya dapat digambarkan

sebagai berikut:

Gambar 2.6 Rangkaian ekivalen stator motor induksi

Dimana:

I0= arus eksitasi (Amper)

V1 = tegangan terminal stator (Volt)

E1= ggl lawan yang dihasilkan oleh fluks celah udara resultan (Volt)

I1 = arus stator (Ampere)

R1= tahanan efektif stator (Ohm)

X1= reaktansi bocor stator (Ohm)

Arus stator terbagi atas 2 komponen, yaitu komponen arus beban dan

(10)

tambahan yang diperlukan untuk menghasilkan fluksi celah udara resultan, dan

merupakan fungsi ggm E1.

Komponen arus penguat I0 terbagi atas komponen rugi – rugi inti IC yang

sefasa dengan E1 dan komponen magnetisasi IM yang tertinggal 900 dari E1.

Hubungan antara tegangan yang diinduksikan pada rotor sebenarnya

(Erotor) dan tegangan yang diinduksikan pada rotor ekivalen (E2S) adalah:

�2

Dimana a adalah jumlah lilitan efektif tiap fasa pada lilitan stator yang banyaknya

a kali jumlah lilitan rotor.

Bila rotor – rotor diganti secara magnetik, lilitan – ampere masing – masing harus

sama, dan hubungan antara arus rotor sebenarnya Irotor dan arus I2S pada rotor

ekivalen adalah:

�2 = � (2.11)

Sehingga hubungan antara impedansi bocor frekuensi slip Z2S dari rotor ekivalen

dan impedansi bocor frekuensi slip Zrotor dari rotor sebenarnya adalah:

2 = �2

2 = 2

� = 2 (2.12)

Nilai tegangan, arus dan impedansi tersebut diatas didefinisikan sebagai nilai yang

(11)

Z2s=impedansi bocor rotor frekuensi slip tiap fasa dengan referensi ke stator

(Ohm).

R2 = tahanan efektif referensi (Ohm)

sX2 = reaktansi bocor referensi pada frekuensi slip X2 didefinisikan

sebagai harga reaktansi bocor rotor dengan referensi frekuensi stator (Ohm).

Reaktansi yang didapat pada Persamaan (2.9) dinyatakan dalam cara yang

demikian karena sebanding dengan frekuensi rotor dan slip. X2 Jadi didefinisikan

sebagai harga yang akan dimiliki oleh reaktansi bocor pada rotor dengan patokan

pada frekuensi stator.

Pada stator ada gelombang fluks yang berputar pada kecepatan sinkron.

Gelombang fluks ini akan mengimbaskan tegangan pada rotor dengan frekuensi

slip sebesar E2s dan ggl lawan stator E1. Bila bukan karena efek kecepatan,

tegangan rotor akan sama dengan tegangan stator, karena lilitan rotor identik

dengan lilitan stator. Karena kecepatan relatif gelombang fluks terhadap rotor

adalah s kali kecepatan terhadap stator, hubungan antara ggl efektif pada stator

dan rotor adalah:

�2 = �1 (2.14)

Gelombang fluks magnetik pada rotor dilawan oleh fluks magnetik yang

dihasilkan komponen beban I2dari arus stator, dan karenanya, untuk harga efektif

�2 = �2 (2.15)

Dengan membagi Persamaan (2.14) dengan Persamaan (2.15) didapatkan:

�2

�2 =

�1

�2 (2.16)

Didapat hubungan antara Persamaan (2.15) dengan Persamaan (2.16), yaitu

�2

�2 =

�1

�2 = 2+ �2

(12)

Dengan membagi Persamaan (2.17) dengan s, maka didapat

�1

�2 =

2+

2 (2.18)

Dari Persamaan (2.14) maka dapat digambarkan rangkaian ekivalen pada rotor

Gambar 2.7Rangkaian ekivalen pada rotor motor induksi.

2

= 2+ 2− 2

2

= 2 − 2 1

− 1 (2.19)

Dari penjelasan mengenai rangkaian ekivalen pada stator dan rotor di atas,

maka dapat dibuat rangkaian ekivalen motor induksi tiga fasa pada masing –

masing fasanya. Perhatikan Gambar 2.8 di bawah ini.

Gambar 2.8Rangkaian ekivalen motor induksi tiga fasa

Untuk mempermudah perhitungan maka rangkaian ekivalen pada Gambar 2.8

diatas dapat dilihat dari sisi stator, rangkaian ekivalen motor induksi tiga fasa akan

(13)

Gambar 2.9Rangkaian ekivalen dilihat dari sisi stator motor induksi Atau seperti Gambar 2.10 berikut:

Gambar 2.10 Rangkaian ekivalen dilihat dari sisi stator motor induksi Dimana:

�`2 = 2�2

`2 = 2 2

Dalam teori transformator-statika, analisis rangkaian ekivalen sering

disederhanakan dengan mengabaikan seluruh cabang penalaran atau melakukan

pendekatan dengan memindahkan langsung ke terminal primer. Pendekatan

demikian tidak dibenarkan dalam motor induksi yang bekerja dalam keadaan

normal, karena adanya celah udara yang menjadikan perlunya suatu arus

peneralan yang sangat besar (30% sampai 40% dari arus beban penuh) dan karena

reaktansi bocor juga perlu lebih tinggi. Untuk itu dalam rangkaian ekivalen Rc

(14)

Gambar 2.11Rangkaian ekivalen dari motor induksi

2.7. Aliran Daya Motor Induksi

Pada motor induksi, tidak ada sumber listrik yang langsung terhubung ke

rotor, sehingga daya yang melewati celah udara sama dengan daya yang

diinputkan ke rotor. Daya total yang dimasukkan pada kumparan stator (Pin)

dirumuskan dengan

= 3�1�1cos (Watt) (2.20)

Dimana:

V1 = tegangan sumber (Volt)

I1 = arus masukan(Ampere)

θ = perbedaan sudut fasa antara arus masukan dengan tegangan sumber

Daya listrik disuplai ke stator motor induksi diubah menjadi daya mekanik

pada poros motor. Berbagai rugi – rugi yang timbul selama proses konversi energi

listrik antara lain:

1. Rugi – rugi tetap (fixed losses), terdiri dari:

 rugi – rugi inti stator (Pi)

= 3.�12(Watt) (2.21)

(15)

2. Rugi – rugi variabel, terdiri dari:

rugi – rugi tembaga stator (Pts)

= 3 .�12 . 1(Watt) (2.22)

 rugi – rugi tembaga rotor (Ptr)

= 3 .�12 . 2 (Watt) (2.23)

Daya pada celah udara (Pcu) dapat dirumuskan dengan:

= + − (Watt) (2.24)

Gambar 2.15 menunjukkan aliran daya pada motor induksi tiga fasa:

Gambar 2.12Diagram aliran daya motor induksi

2.8. Effisiensi Motor Induksi Tiga Phasa

Effisiensi dari suatu motor induksi didefiniikan sebagai ukuran

keeffektifan motor induksi untuk mengubah energy listrik menjadi energy

mekanik yang dinyatakan sebagai perbandingan/rasio daya output (keluaran)

dengan daya input (masukan), atau dapat juga dirumuskan dengan:

ƞ= =

+ + × 100 % (2.25)

Dari persamaan di atas dapat dilihat bahwa effisiensi motor tergantung

(16)

menentukan effisiensi motor induksi bergantung pada dua hal apakah motor itu

dapat dibebani secara penuh atau pembebanan simulasi yang harus digunakan.

Effisiensi dari motor induksi dapat diperoleh dengan melakukan pengujian

beban nol dan pengujian hubung singkat. Dari pengujian beban nol akan diperoleh

rugi-rugi rotasi yang terdiri dari rugi-rugi mekanik dan rugi-rugi inti. Rugi-rugi

tembaga stator tidak dapat diabaikan sekalipun motor berbeban ringan ataupun

tanpa beban. Persamaan yang dapat digunakan untuk motor tiga phasa ini adalah:

= 3�1�1cos − 3�12 1 (2.26)

Dari kedua rumus diatas dapat dinyatakan bahwa rugi-rugi daya sama

dengan totaql daya input rugi tembaga stator. Situasi ini tepat karena rotor tidak

dibebani sewaktu sedang beroperasi sehingga slipnya sangat kecil oleh karena itu

harus, dan rugi-rugi tembaga rotor diabaikan.

Dari pengujian hubung singkat akan dihasilkan parameter rotor. Daya total

yang dialirkan ke motor sewaktu tegangan dikurangi selama pengujian ini,

didissipasikan dalam rugi-rugi tembaga stator dan rugi-rugi tembaga rotor.

2.9. Penentuan Parameter Motor Induksi

Data yang diperlukan untuk menghitung performansi dari suatu motor

induksi dapat diperoleh dari hasil pengujian tanpa beban, dan penentuan efisiensi

kerja motor tersebut.

2.9.1. Pengujian Tanpa Beban (No Load Test)

Pengujian tanpa beban pada motor induksi akan memberikan keterangan

berupa besarnya arus magnetisasi dan rugi – rugi tanpa beban. Biasanya pengujian

tersebut dilakukan pada frekuensi yang diizinkan dan dengan tegangan tiga phasa

(17)

diambil pada tegangan yang diizinkan setelah motor bekerja cukup lama, agar

bagian – bagian yang bergerak mengalami pelumasan sebagaimanamestinya. Rugi

– rugi rotasional keseluruhan pada frekuensi dan tegangan yang diizinkan pada

waktu dibebani biasanya dianggap konstan dan sama dengan rugi – rugi tanpa

beban.

Pada keadaan tanpa beban, besarnya arus rotor sangat kecil dan hanya

diperlukan untuk menghasilkan torsi yang cukup untuk mengatasi gesekan.

Karenanya rugi – rugi I2R tanpa beban cukup kecil dan dapat diabaikan.

Padatransformator rugi – rugi I2R primernya tanpa beban dapat diabaikan, akan

tetapi rugi – rugi stator tanpa beban motor induksi besarnya cukup berarti karena

arus magnetisasinya lebih besar. Besarnya rugi – rugi rotasional PR pada keadaan

kerja normal adalah:

R1 = tahanan stator tiap phasa (ohm)

Karena slip pada keadaaan tanpa beban sangat kecil, maka akan

mengakibatkan tahanan rotor R2/s sangat besar. Sehingga cabang paralel rotor dan

cabang magnetisasi menjadi jXM di shunt dengan suatu tahanan yang sangat

besar,dan besarnya reaktansi cabang paralel karenanya sangat mendekati XM.

Sehingga besar reaktansi yang tampak Xnl yang diukur pada terminal stator pada

keadaantanpa beban sangat mendekati X1 + XM, yang merupakan reaktansi sendiri

(18)

Xnl = X1+ XM (2.28)

Maka besarnya reaktansi diri stator, dapat ditentukan dari pambacaan alat

ukur pada keadaan tanpa beban. Untuk mesin tiga phasa yang terhubung Y

besarnya impedansi tanpa beban Znl/ phasa:

Znl = Vnl

3Inl

(2.29)

Di mana Vnl merupakan tegangan line, pada pengujian tanpa beban.

Besarnya tahanan pada pengujian tanpa beban Rnl adalah:

Rnl =

Sewaktupengujian beban nol, maka rangkaian ekivalen motor induksi

seperti gambar 2.6.1 berikut:

Gambar 2.13 Rangkaian ekivalen motor induksi pada percobaan beban nol

2.9.2 Pengujian Rotor Tertahan ( Block Rotor Test)

Pengujian ini bertujuan untuk menentukan parameter – parameter motor

induksi, dan biasa juga disebut dengan locked rotor test. Pada pengujian ini rotor

dikunci/ditahan sehingga tidak berputar.

(19)

yang mengalir diatur mendekati beban penuh. Ketika arus telah menunjukkan nilai

beban penuhnya, maka tegangan, arus, dan daya yang mengalir ke motor diukur.

Rangkaian ekivalen untuk pengujian ini ada pada gambar 2.14

Gambar 2.14 Rangkaian ekivalen motor induksi pada percobaan block rotor test Saat pengujian ini berlangsung s = 1 dan tahanan rotor R2/s = R2. Karena

nilai R2 dan X2 begitu kecil, maka arus input akan seluruhnya mengalir melalui

tahanan dan reaktansi tersebut. Oleh karena itu, kondisi sirkit pada saat ini terlihat

seperti kombinasi seri X1, R1, X2, dan R2. Sesudah tegangan dan frekuensi diatur,

arus yang mengalir pada motor diatur dengan cepat, sehingga tidak timbul

kenaikan temperatur pada rotor dengan cepat. Daya input yang diberikan kepada

motor adalah:

= 3� � (2.32)

Dimana:

VT = tegangan line pada saat pengujian berlansung

IL= arus line pada saat pengujian berlangsung

= �

3� (2.33)

Dimana ZBR = impedansi hubung singkat

= + �

(20)

Tahanan block rotor:

= 1+ 2 (2.35)

Sedangkan reaktansi block rotor X’BR = X1’ + X2’

X1’ + X2’ adalah reaktansi stator dan rotor pada frekuensi pengujian

2 = − 1 (2.36)

Nilai dari R1 ditentukan dari test DC. Karena reaktansi berbanding

langsung dengan frekuensi, maka reaktansi ekivalen total (XBR) pada saat

frekuensi operasi normal

� = ��′ =�1+�2 (2.37)

Untuk memisahkan harga X1 dan X2, maka dapat digunakan tabel 2.1

Tabel 2.1 Distribusi reaktansi X1dan X2 pada berbagai desain motor induksi

Desain Kelas X1 X2

A 0.5 XBR 0.5 XBR

B 0.4 XBR 0.6 XBR

C 0.3 XBR 0.7 XBR

D 0.5 XBR 0.5 XBR

Rotor Belitan 0.5XBR 0.5XBR

2.10. Tegangan Tidak Seimbang

Dalam sistem tiga phasa yang seimbang,tegangan line to netral memiliki

magnitude yang sama dan tiap – tiap sudut phasanya berbeda 120 derajat satu

sama lain. Apabila terdapat tegangan tiga phasa yang magnitudnya tidak sama dan

sudut fasanya mengalami pergeseran sehingga tidak berbeda 120 derajat satu

(21)

Penyebab tegangan tidak seimbang termasuk impedansi saluran transmisi

dan saluran distribusi yang tidak sama, distribusi beban – beban satu phasa yang

tidak merata dalam jumlah besar, dan lain – lain. Ketika beban tiga phasa

seimbang dihubungkan dengan sistem suplai yang tidak seimbang, maka arus

yang dialirkan ke beban juga tidak seimbang. Oleh karena itu sangat sulit / tidak

mungkin untuk menyediakan suatu sistem suplai seimbang yang sempurna kepada

konsumen, sehingga perlu dilakukan berbagai upaya untuk meminimalisasi

ketidakseimbangan tegangan untuk mereduksi pengaruhnya pada beban – beban

konsumen.

i ii

Gambar 2.15 (i) diagram vector tegangan seimbang; (ii) diagram vector tegangan tidak seimbang

Metode yang biasa digunakan dalam menganalisa baik arus ataupun

tegangan dalam keadaaan tidak seimbang adalah dengan menggunakan

komponen-komponen simetris yaitu suatu metode yang secara matematis

memecahkan suatu sistem yang tidak seimbang menjadi tiga buah sistem yang

seimbang. Sistem tersebut adalah urutan positif, urutan negatif dan urutan nol.

Untuk sistem yang seimbang sempurna, maka sistem urutan negatife dan urutan

(22)

i ii iii

Gambar 2.16 Diagram vector urutan positif (i); diagram vector urutan negatif (ii);diagram vector urutan nol (iii)

Sistem urutan ini dapat dilukiskan secara fisika. Arah perputaran dari

motor induksi tiga phasa ketika diaplikasikan dengan tegangan urutan negatif

akan berlawanan arah dengan arah perputaran motor induksi sewaktu

diaplikasikan dengan tegangan urutan positif. Sementara itu sistem urutan nol

tidak akan menimbulkan perputaran pada motor induksi, karena tidak ada

pebedaan phasa pada ketiga tegangannnya, sehinggan tidak akan dibangkitkan

medan putar.

Oleh karena itu, ada dua defenisi ketidakseimbangan pada komponen –

komponen simetris, yaitu:Faktor ketidakseimbangan urutan negatif = �2 �1 dan

Faktor ketidakseimbangan urutan nol = �0

�1 dimana (V1, V2, V0 adalah sistem

urutan positif, urutan negative, dan urutan nol). Sistem arus urutan nol tidak dapat

mengalir pada sistem tiga phasa, misalnya motor induksi. Oleh karena itu factor

ketidakseimbangan urutan nol itu sering diabaikan. Adapun ketidakseimbangan

tegangan urutan negatif menunjuk pada besarnya tegangan yang mencoba untuk

memutar arah motor induksi tiga phasa pada arah yang berlawanan terhadap yang

(23)

Adapun faktor ketidakseimbangan urutan negatif menurut IEC 60034 – 26 [2]

VLL = tegangan line-line yang tertinggi

Vll = tegangan rata-rata dari tegangan line

Sesuai dengan rumusan yang telah diberikan, dapat dilihat bahwa definisi

tegangan tidak seimbang yang diberikan NEMA menghindari penakaian aljabar

kompleks, sehingga kedua rumusan tersebut akan memberikan hasil yang berbeda.

Contoh jika tegangan tidak seimbang

(24)

Maka menurut persamaan 2.42 dan 2.43, maka besarnya Vab1 dan Vab2

adalah:

� 1 = 404.625∠2.89 � 2 = 50.217∠−23.98 (2.43)

Maka besarnya ketidakseimbangan menurut IEC adalah

% = 50.217

404.625� 100 = 12.41 % (2.44)

Sedangkan menurut NEMA adalah:

% voltage unbalance = 43.8

406.2x 100 = 10.78 % (2.45)

Tegangan tidak setimbang dalam persentase yang kecil akan menghasilkan

arus tidak seimbang dalam jumlah besar, yang mana hal ini akan menimbulkan

kenaikan temperatur pada motor. Jika tegangan yang tidak setimbang menyuplai

motor induksi, maka daya kuda nominal dari motor harus dikalikan dengan suatu

faktor seperti yang ditunjukkan gambar 2.17

Gambar 2.17 Kurva penurunan rating motor induksi (NEMA)

(25)

mampu menangani ketidaksetimbangan tegangan 1%, dan selanjutnya akan

menurun terganntung pada tingkat ketidaksetimbangan. Operasi pada motor pada

harga ketidaksetimbangan tegangan di atas 5% tidak diizinkan.

2.11. Metode Pengukuran Temperatur Motor Induksi

National Electrical Manufacturing Association (NEMA) mendefinisikan

temperature rise adalah kenaikan temperatur diatas temperature ambient.

Temperature ambient yaitu temperatur udara disekeliling motor atau dapat

dikatakan sebagai suhu ruangan. Penjumlahan dari temperature rise dan

temperature ambient adalah panas keseluruhan panas pada motor. Kelas isolasi

temperature pada motor induksi dijelaskan oleh tabel berikut (temperature

ambient tidak lebih dari 400C):

Tabel 2.2 Temperature rise for large motors with 1.0 sevice factor

No Motor Rating

Faktor penyebab rusaknya isolasi winding adalah panas yang berlebih

pada motor, panas berlebih yang berlangsung lama pada lilitan akan menyebabkan

stress pada lilitan dan isolasi kawat menjadi rapuh. Jika dibiarkan terlalu lama

(26)

munculnya partial discharge maka proses penuaan isolasi akan semakin cepat.

Berdasarkan penelitian NEMA usia dari isolasi winding akan berkurang

setengahnya setiap kenaikan 100C dari kondisi normal kerja motor. Akan tetapi

jika motor harus beroperasi 400C di atas temperature normal maka umur

isolasinya menjadi 1/16 dari umur normal yang diperkirakan. Oleh sebab itu

motor- motor listrik yang digunakan pada dunia industri menggunakan alat

proteksi untuk mengatasi panas lebih pada motor seperti thermal overload relay.

Sehingga apabila terjadi overheating pada motor relai akan segera bekerja

sehinngga dapat meminimalkan kerusakan pada isolasi motor.

Berikut ini adalah metode dalam menentukan temperatur motor induksi [4] yaitu:

a. Menggunakan thermometer infrared

Metode ini adalah penentuan suhu dengan sensor suhu, atau dengan

thermometer infrared, dengan metode ini instrumen diterapkan pada bagian

terpanas dari mesin yang dapat diakses.

b. Mengunakan Embedded Detector

Motor yang menggunakan embedded detector pada lilitannya dapat

dimonitor langsung output yang dideteksi pada peralatan,output temperature yang

ditunjukkan adalah temperature terpanas dimana lokasi sensor diletakkan.

Perbedaan antara embedded detector dengan thermometer infrared yaitu

embedded detector tertanam di lilitan stator motor sedangkan thermometer

infrared dapat diletakkan dimana saja bagian motor yang paling panas yang

mudah diakses.

(27)

Metode digunakan untuk motor yang tidak memiliki embedded detector

seperti thermocouple atau resistance temperature detectors (RTDs). Kelebihan

metode ini yaitu dapat dilakukan tanpa harus membongkar kerangka motor

Penentuan temperature dengan metode ini yaitu dengan membandingkan

tahanan lilitan motor pada temperature yang ingin ditentukan (pada saat motor

panas) dengan tahanan yang sudah diketahui temperaturnya (temperature

ambient). Temperature tahanan yang ingin ditentukan dapat dihitung dengan

persamaaan:

= + − + (2.46)

Dimana: Tt : Temperatur total lilitan (oC)

Tb : Temperatur pada saat motor dingin (oC)

Rt : Tahanan pada saat motor panas (ohm)

Rb : Tahanan pada saat motor dingin (ohm)

K : 234.5 (konstanta untuk bahan tembaga) (oC)

Gambar

Gambar 2.2 Bentuk konstruksi dari motor induksi
Gambar 2.3Gambaran sederhana bentuk alur / slot pada motor induksi
Gambar 2.5(a) Kumparan a-a; b-b; c-c dihubungkan 3 fasa
Gambar 2.6 Rangkaian ekivalen stator motor induksi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Muhammad Zein Painan akan melaksanakan Pelelangan Umum dengan Pascakualifikasi untuk paket pekerjaan pengadaan barang sebagai berikut :..

Setelah di adakan kroscek nilai (validasi) oleh Wakil Dekan Bidang Akademik dan Ketua Jurusan mahasiswa secepatnya mengajukan pendadaran, dan Setelah di nyatakan

Form diisi oleh mahasiswa dengan lengkap dan benar dilampiri slip/bukti pembayaran SPP. terakhir kemudian diserahkan ke Bapendik untuk dibuatkan Surat Keterangan

Berdasarkan Berita Acara Hasil Pelelangan (BAHP) tanggal empat bulan Juli tahun dua ribu dua belas (04-07-2012) Nomor : 050/pwk/L/20/2012, dengan ini kami tetapkan

[r]

** Biaya penyalinan (fotokopi atau disket) dan/atau biaya pengiriman (khusus kurir dan pos) sesuai dengan standar biaya yang telah ditetapkan. *** Jika ada penghitaman

Desain dasar dari penelitian ini adalah untuk memantau penggunaan tabung BBG pada kendaraan yakni dari data umur tabung dan tanggal pengujian terakhir yang pernah

yang didapatkan dari responden petugas bahwa ada. juga sebagian pengunjung -dengan inisiatif