BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Alat Pelindung Diri (APD)
2.1.1 Pengertian Alat Pelindung Diri (APD)
Perlindungan keselamatan pekerja melalui upaya teknis pengamanan tempat, mesin, peralatan dan lingkungan kerja wajib diutamakan. Namun, kadang-kadang risiko terjadinya kecelakaan masih belum sepenuhnya dapat dikendalikan, sehingga digunakan alat pelindung diri (personal protective equipment). Jadi penggunaan APD adalah alternatif terakhir yaitu kelengkapan dari segenap upaya teknis pencegahan kecelakaan.
Alat Pelindung Diri (APD) adalah peralatan keselamatan yang harus digunakan oleh personil apabila berada pada suatu tempat kerja yang berbahaya. Menurut Suma’mur (2009) alat pelindung diri adalah suatu alat yang dipakai
untuk melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja. Jadi alat pelindung diri adalah merupakan salah satu cara untuk mencegah kecelakaan dan secara teknis APD tidaklah sempurna dapat melindungi tubuh akan tetapi dapat mengurangi tingkat keparahan kecelakaan kerja yang terjadi.
2.1.2 Syarat-syarat Alat Pelindung Diri (APD)
Menurut Siswanto (1993), ketentuan yang harus dipenuhi dalam pemilihan APD adalah :
2. Berat alat hendaknya seringan mungkin dan alat tersebut tidak menyebabkan rasa ketidaknyamanan yang berlebihan.
3. Harus dapat dipakai secara fleksibel. 4. Bentuknya harus cukup menarik. 5. Tahan untuk pemakaian yang lama.
6.Tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagi pemakainya yang dikarenakan bentuk dan bahayanya yang tidak tepat atau karena salah dalam penggunaannya.
7. Alat pelindung diri harus memenuhi standard yang telah ada.
8. Alat tersebut tidak membatasi gerakan dan persepsi sensoris pemakainya. 9. Suku cadangnya harus mudah didapat guna mempermudah pemeliharaannya. Menurut Suma’mur (1996), alat pelindung diri harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut : 1. Enak dipakai
2. Tidak mengganggu kerja
3. Memberikan perlindungan efektif terhadap jenis bahaya. 2.1.3 Alat Pelindung Diri Pada Pengguna Pestisida
Alat pelindung diri yang tepat bagi penyemprot pestisida, yaitu :
a. Pakaian pelindung (protective clothing) yaitu celana panjang dan baju lengan panjang yang terbuat dari bahan yang cukup tebal dengan tenunan rapat. Pakaian sebaiknya tidak berkantung karena dengan adanya kantung cenderung digunakan untuk menyimpan benda-benda seperti rokok. Jas hujan (rain coat) dapat dijadikan sebagai alat pelindung karena terbuat dari plastik yang mudah untuk dibersihkan.
b. Semacam celemek (apron) yang dibuat dari plastik atau kulit. Apron terutama harus digunakan ketika menyemprot tanaman yang tinggi.
c. Penutup kepala, misalnya berupa topi lebar (wide brimmed) atau helm khusus menyemprot. Topi dengan pinggiran yang lebar (wide brimmed) digunakan untuk melindungi bagian-bagian kepala dan muka. Topi harus tebuat dari bahan yang kedap cairan (liquid proof) dan tidak terbuat dari kain atau kulit.Helm khusus untuk menyemprot tanaman tinggi terbuat dari bahan yang keras untuk melindungi kepala dari benda-benda yang jatuh seperti pelepah dan buah kelapa sawit.
d. Alat pelindung pernapasan (Respiration protective devices) seperti :
2. Chemical conister respirator, respirator jenis ini mempunyai kontak/romol (conister) dan saringan penyerap (filter) yang dapat bekerja lebih lama dari pada jenis catrdige respirator. Pada umumnya respirator ini dipergunakan bila bekerja dengan racun secara terus menerus dalam konsentrasi tetap dari pestisida kuat. 3. Supplied air respirator, jenis respirator ini dapat dipergunakan saat mencampur atau mempergunakan pestisida dalam keadaan konsentrasi oksigen dalam udara rendah dan bekerja di ruang tertutup, sedangkan dosis pestisida yang dipergunakan sangat tinggi.
4. Self-contained breaching apparartur, pemakaian respirator ini sama dengan supplied air respirator pada prinsip kerjanya. Perbedaannya adalah tabung oksigennya ditempatkan dipunggung sehingga memudahkan pekerja untuk bergerak ke segala arah dan praktis bila bekerja di areal yang luas.
e. Pelindung muka dan mata misalnya kaca mata, googles atau face shield yang terbuat dari bahan anti air (water proff) sehingga muka tidak terkena partikel-partikel pestisida.
f. Sarung tangan (gloves) yang terbuat dari bahan yang tidak tembus air, jika pestisida mempunyai konsentrasi tinggi maka diperlukan sarung tangan neoprene. Sarung tangan yang digunakan harus panjang sehingga menutupi bagian pergelangan tangan. Sarung tangan tidak boleh terbuat dari kulit atau katun karena pestisida yang melekat sukar dicuci.
2.2 Pestisida Nabati
Penggunaan pestisida kimia dilingkungan pertanian khususnya tanaman Hortikultura menjadi masalah yang dilematis. Rata-rata petani sayuran masih melakukan penyemprotan secara rutin 3- 7 hari sekali untuk mencegah serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dan kegagalan panen. Hampir semua petani melakukan pencampuran 2 – 6 macam pestisida dan melakukan penyemprotan 21 kali per musim tanam (Adiyoga,2001). Kebiasaan tersebut memacu timbulnya beberapa dampak negatif antara lain : polusi lingkungan, perkembangan serangga hama menjadi resisten, resurgen ataupun toleran terhadap pestisida (Moekasan dkk., 2000). Oleh sebab itu, perlu dicari pestisida alternatif untuk mensubtitusi pestisida kimia tersebut. Salah satunya adalah penggunaan senyawa kimia alami yang berasal dari tanaman yang dikenal dengan nama Pestisida Nabati (Sudarmo, 2005).
Tanaman atau tumbuhan yang berasal dari alam dan potensial sebagai pestisida nabati umumnya mempunyai karakteristik rasa pahit (mengandung alkaloid dan terpen), berbau busuk dan berasa agak pedas. Tanaman atau tumbuhan ini jarang diserang oleh hama sehingga banyak digunakan sebagai ekstrak pestisida nabati dalam pertanian organik (Hasyim, A. dkk , 2010). Di Indonesia, sejak tahun 2001 Pemerintah telah mencanangkan gerakan “Go Organik 2010” dengan harapan Indonesia sebagai salah satu produsen utama
menggunakan pestisida alami (termasuk pestisida nabati) dan pengendalian secara mekanis (Rizal, 2009).
2.2.1 Pengertian Pestisida Nabati
Pestisida nabati diartikan sebagai suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan. Pestisida nabati relatif mudah dibuat dengan kemampuan dan pengetahuan yang terbatas. Oleh karena terbuat dari bahan alami/nabati maka jenis pestisida ini bersifat mudah terurai (biodegradable) di alam sehingga tidak mencemari lingkungan dan relative aman bagi manusia dan ternak peliharaan karena residunya mudah hilang. Pestisida nabati bersifat “pukul dan lari” (hit and
run), yaitu apabila diaplikasian akan membunuh hama pada waktu itu dan setelah hamanya terbunuh maka residunya akan cepat menghulang di alam. Dengan demikian, tanaman akan terbebas dari residu pestisida dan aman untuk di konsumsi (Kardinan, 2004).
Sudarmo (2005) menyatakan bahwa pestisida nabati dapat membunuh atau menganggu serangga hama dan penyakit melalui cara kerja yang unik yaitu dapat melalui perpaduan berbagai cara atau secara tunggal. Cara kerja pestisida nabati sangat spesifik yaitu:
1. Merusak perkembangan telur, larva, dan pupa 2. Menghambat pergantian kulit
7. Memblokir kemampuan makan serangga 8. Mengusir serangga (Repellent)
9. Menghambat perkembangan patogen penyakit
Kardinan (2004) menyatakan bahwa penggunaan pestisida nabati dimaksudkan bukan untuk meninggalkan dan menganggap tabu penggunaan pestisida sintetis tetapi hanya merupakan suatu cara alternatif dengan tujuan agar pengguna tidak hanya tergantung kepada pestisida sintetis. Tujuan lainnya adalah agar penggunaan pestisida sintetis dapat diminimalkan sehingga kerusakan lingkungan yang diakibatkannya pun diharapkan dapat dikurangi pula.
Secara evolusi, tumbuhan telah mengembangkan bahan kimia sebagai alat pertahanan alami terhadap pengganggunya. Tumbuhan mengandung banyak bahan kimia yang merupakan produksi metabolit sekunder dan digunakan oleh tumbuhan sebagai alat pertahanan dari serangan organism pengganggu. Tumbuhan sebenarnya kaya akan bahan bioaktif. Walaupun hanya sekitar 10.000 jenis produksi metabolit sekunder yang telah teridentifikasi, tetapi sesungguhnya jumlah bahan kimia pada tumbuhan dapat melampaui 400.000. Lebih dari 2.400 jenis tumbuhan yang termasuk ke dalam 235 famili dilaporkan mengandung bahan pestisida (Kardinan,2004).
2. Relatif cepat terdegradasi sehingga tidak akan mencemai lingkungan 3. Tidak menyebab keracunan pada tanaman.
4. Sulit menimbulkan kekebalan terhadap hama.
5. Kompatibel digabung dengan cara pengendalian yang lain. 6. Mudah dibuat dan diaplikasikan.
7. Mampu menghasilkan produk pertanian yang sehat dan bebas residu.
8. Penggunaan ekstrak tanaman relatif aman terhadap musuh alami hama dan penyakit.
Menurut Kardinan (2004), pada tahun 1960 negara-negara industri bersepakat untuk membentuk Organization Economic Corporation Development (OECD). Akhir-akhir ini OECD melakukan evaluasi tentang perkembangan
organic farming (pertanian organik) yang pertama dikembangkan pada tahun 1993 di masing-masing negara anggota OECD. Di samping pertanian organik, dipakai istilah-istilah seperti law input agriculture, alternatife agriculture, dan
sustainable agriculture (LISA). Walaupun istilah yang digunakan bermacam-macam, tetapi pada prinsipnya system pertanian di atas adalah sama. Kesamaan tersebut dapat dilihat pada kriteria berikut.
a. Menghasilkan produk pertanian dengan kualitas dan kuantitas yang optimal. b. Bersahabat dengan alam.
c. Mengupayakan kesuburan tanah secara lestari.
2.2.2 Pembuatan Pestisida Nabati
Kardinan (2004) menyatakan bahwa cara pembuatan pestisida nabati dari berbagai jenis tumbuhan tidak dapat dijelaskan secara khusus atau distandarisasi karena memang sifatnya tidak berlaku umum. Suatu ramuan pestisida nabati yang berhasil baik atau bersifat efektif disuatu tempat belum tentu berhasil dengan baik pula di tempat lainnya karena ramuan pestisida nabati bersifat site specific (khusus lokasi). Salah satu penyebabnya adalah pada tumbuhan yang sama, tetapi jika tumbuh di lingkungan yang berbeda kandungan bahan aktifnya pun dapat berbeda pula.
Secara garis besar pembuatan pestisida nabati dibagi menjadi du cara, yaitu secara sederhana dan secara laboratorium. Cara sederhana (jangka pendek) dapat dilakukan oleh petani dan pengunaan ekstrak biasanya dilakukan sesegera mungkin setelah pembuatan ekstrak dilakukan. Cara laboratorium (jangka panjang) biasanya dilakukan oleh tenaga ahli yang sudah terlatih. Hasil kemasannya memungkinkan untuk disimpan relatif lama. Pembuatan pestisida cara sederhana berorientasi kepada penerapan usaha tani berinput rendah, sedangkan pembuatan cara laboratorium berorientasi pada industri.
karena itu, pembuatan dan penggunaan pestisda nabati lebih diarahkan dan dianjurkan kepada cara sederhana, untuk luasan terbatas dan dalam jangka waktu penyimpanan terbatas. Namun, lain halnya apabila penggunaannya diarahkan pada kegiatan organic farming (pertanian organik) yang menghindari pengunaan bahan-bahan kimia sintetis.
Untuk menghasilkan bahan pestisida nabati dapat dilakukan beberapa teknik berikut:
1. Pengegerusan, penumbukan, pembakaran, atau pengepresan untuk menghasilkan produk berupa tepung, abu, atau pasta.
2. Rendaman untuk produk ekstrak.
3. Ektraksi dengan menggunakan bahan kimia pelarut disertai perlakuan khusus oleh tenaga yang terampil dan dengan peralatan yang khusus.
Dengan dikembangkannya pemanfaatan pestisida nabati di harapkan petani atau pengguna dapat mempersiapkan sendiri cara pengendalian hama terpadu. 2.2.3 Jenis - Jenis Tumbuhan Pestisida Nabati
seperti halnya pestisida. Namun, berbeda dengan pestisida kimia, dosis pestisida nabati biasanya disampaikan dalam kisaran. Pasalnya, kandungan pestisida nabati tergantung pada lingkungan tumbuh.
Contoh tanaman yang dapat digunakan sebagai pestisida menurut Sudarmo dan Mulyaningsih (2014)
a. Insektisida (Mengatasi Serangga) 1. Ajeran
Nama asing : Black jack, Spanish needle Nama Ilmiah : Bidens pilosa L.
Famili : Asteraceae
Nama daerah : Ajeran, jaringan, ketut, hereuga Bagian tanaman yang digunakan : Seluruh bagian tanaman
Sifat : Insektisida
Tumbuhan ini termasuk tumbuhan liar dan banyak ditemui di pinggir jalan. Kadang-kadang ditanam di halaman rumah sebagai tanaman hias. Tumbuhan ini tergolong terna, tinggi dapat mencapai 150 cm. Daun berkumpul tiga-tiga, masing-masing berbentuk bulat telur dengan sisi daun bergerigi. Mahkota bunga berwarna putih dengan putik berwarna kuning. Ajeran mengandung alkaloid poliina, saponin, zat pahit, minyak atsiri, zat samak, flavonoid, teren, fenilpropanoid, lemak, dan benzenoid.
2. Baru Cina
Famili : Compositae
Nama daerah : Baru cina, suket gajahan, kolo, goro-goro Bagian tanaman yang digunakan : Daun dan tangkai
Sifat : Insektisida
Tanaman ini merupakan terna menahun dengan tinggi mencapai 1 meter. Dapat tumbuh subur tanah yang cukup lembab dan kaya humus seperti di hutan dan ladang. Tanaman yang berasal dari Cina ini dapat tumbuh di ketinggian hingga 3000 meter dpl. Tanaman ini merupakan herba setengah berkayu. Daun berwarna hijau, di bagian bawah warna lebih putih. Bunga berwarna kuning muda, serta tumbuh keluar dari ketiak daun dan ujung tangkai. Tanamn ini banyak mengandung minyak atsiri, artemisin, keubrakit, tauremisin, sitosterina, adenine, tetrakosanol, ferneol, stigmasterina, amirin, tanin, dan resin.
3. Brotowali
Nama asing : Tinospora, makabuhay, boraphet Nama Ilmiah : Tinospora rumpii Boerl
Famili : Menispermaceae
Nama daerah : Bratawali, butrawali, putrawali, andawali Bagian tanaman yang digunakan : Batang dan akar
Sifat : Insektisida
tanaman dapat dilakukan dengan melakukan setek batang. Brotowali banyak mengandung alkaloid, damar lunak, pati, glikosida, pikroretosid, pikroretin, harsa, barberin, palmatin, kolumbin, dan kokulkin.
4. Duku
Nama asing : Langsat
Nama Ilmiah : Lansium domesticum Corr.
Famili : Meliaceae
Nama daerah : Langsat, lase, langsek,lasa, lasate Bagian tanaman yang digunakan : Biji
Sifat : Insektisida
Tanaman ini dapat tumbuh hingga ketiggian 30 m dengan diameter batang hingga 75 cm. Daunnya majemuk bisa saling berhadapan, berseling, atau menyirip. Permukaannya halus sampai berambut kecil dan terlihat mengilap. Perbungaan ada yang bersifat majemuk dan soliter. Tandan sebanyak 2- 10 kelompok pada cabang atau batang. Bunga bersifat hemafrodit, tumbuh di batang, cabang, atau tangkai. Kelopak daun tebal berbentuk magkuk. Sementara itu, daun mahkota tebal, tegak, berwarna putih atau kuning pucat, dan berbentuk oval. Tangkai benang sari agak berambut. Kandung lembaga berbentuk bulat. Tangkai kepala putik pendek dan tebal dengan kepala putik lebar.
5. Mengkudu
Nama asing : Great morinda, cheese fruit Nama Ilmiah : Morinda citrifolia
Nama daerah : Mengkudu, pace, cangkuang, bengkudu Bagian tanaman yang digunakan : Buah, daun, dan akar
Sifat : Insektisida
Tanaman mengkudu merupakan tanaman tahunan berbentuk erdu dengan ketiggian 3-8 m. Batang tanaman keras (berkayu) tumbuh mengarah ke atas, dan memiliki banyak percabangan. Daunnya termasuk tunggal, yaitu satu helai daun pada setiap satu tangkai daun. Daun berbentuk lonjong dengan permukaan atas berwarna hijau agak pucat. Tangkai daun pendek dan melekat pada batang atau cabang secara berseling-seling atau berpasangan. Daun tampak rimbun, semakin subur pertumbuhan tanaman semakin besar ukuran daunnya.
Berbunga sempurna dan menghasilkan buah semu majemuk. Mempunyai bentuk buah yang bervariasi, dengan permukaan yang tidak rata. Buah muda berwarna kehijauan dan berubah menjadi hijau keputihan ketika matang. Bijinya keras, berbentuk segitiga, dan berwarna coklat kemerahan. Tanaman mengkudu berakar tunggang dan berwarna coklat muda. Kandungan bahan kimianya terdiri dari xeronin, proxeronin, scopoletin, dan antraquinan.
6. Cabai Merah
Nama asing : Chili, red peppers Nama Ilmiah : Capsicum annuum L.
Famili : Solanaceae
Nama daerah : Lombok, cabai, cabi, lado Bagian tanaman yang digunakan : Buah dan biji
Merupakan tumbuhan perdu tegak, tinggi 1-2,5 m, batang berkayu, dan berbentuk silindris. Percabangan berbrntuk simpodial. Batang muda berambut halus, berwarna hijau. Arah tumbuh batang tegak lurus, sedangkan arah tumbuh cabang condong ke atas. Daun tunggal, bertangkai silindris, dan letaknya tersebar. Helai daun berbentuk bulat telur dengan ujung meruncing, pangkal membulat, dan tepi rata. Pertulangan daun menyirip, berwarna hijau, dan daging daun seperti kertas. Cabai merah banyak mengandung kapsaisin, dihidrokapsaisin, damar, kapsantin, karoein, kapsarubin, zeasantin, dan kriptosantin.
7. Lidah Buaya
Nama asing : Aloe
Nama Ilmiah : Aloe barbadensis Milleer
Famili : Aloeaceae
Nama daerah : Lidah buaya, ilat boyo Bagian tanaman yang digunakan : Daun dan rimpang
Sifat : Insektisida, bakterisida, fungisida, perekat, dan antraktan
bulat telur, berwarna abu-abu atau hitam, bersalut biji. Kandungannya terdiri dari saponin, flavonoida, polifenol, dan tanin.
8. Sirsak
Nama asing : Soursop
Nama Ilmiah : Annona muricata Linn
Famili : Annonaceae
Nama daerah : Sirsak, nangka sebrang, nangka landa Bagian tanaman yang digunakan : Daun dan biji
Sifat : Insektisida, repellent, antifeedant
Tinggi pohon sirsak biasa mencapai 9 m. Daunnya berbentuk bulat telur dan agak tebal. Permukaan daun bagian atas halus dan berwarna hijau tua, sedangkan bagian bawahnya berwarna lebih muda. Memiliki akar tunggang. Mempunyai batang berkayu dan dapat hidup menahun. Daging buahnya putih dan bercita rasa manis. Berbiji banyak dan berduri pendek. Mengandung bahan kimia yang terdiri dari tannin, fitosterol, dan ca-oksalat alkaloid murisine
9. Mindi
Nama asing : Chinaberry, Persian lilac Nama Ilmiah : Melia azadirach
Famili : Meliaceae
Nama daerah : Mindi
Bagian tanaman yang digunakan : Daun dan biji
Termasuk pohon berumah dua yang tingginya mencapai 45 m. Semakin tua, kulit batang akan pecah atau bersisik. Daun majemuk dengan posisi saling berhadapan, memiliki lentisel, berbentuk bulat telur. Pangkal daun runcing, tepi daun bergerigi. Bunga berwarna keunguan. Kandungan bahan terdiri dari margosin, glikosida flavonoid, dan aglikon.
10. Mimba
Nama asing : Bird’s eye kalantas, nim, margosa Nama Ilmiah : Azadirachta indica A.Juss
Famili : Meliaceae
Nama daerah : Mimba, nimba, kayu bawang Bagian tanaman yang digunakan : Daun dan biji
Sifat :Insektisida,fungisida, repellent
Tinggi pohon mencapai 20 m dengan batang bengkok dan pendek. Daging batang berwarna kelabu inti kayu berwarna merah. Tajuk rapat berbentuk oval dan besar. Daunnya sangat pahit dan bijinya mengeluarkan bau sepeti bawang putih. Mengandug bahan kimia terdiri dari azadirachtin, meliantriol, salannin, dan nimbin.
b. Nematisida (Mengatasi Nematoda) 1. Bunga Piretrum(krisan)
Nama asing : Pyrethrum
Nama Ilmiah : Chysanthemum cierariafolium Trev
Famili : Compositae
Bagian tanaman yang digunakan : Bunga, tangkai, daun, dan akar Sifat : Nematisida, insektisida, fungisida,
Termasuk tanaman terna dengan tinggi 0,5-1 m. Batang tegak, membulat, sedikit bercabang. Daun tunggal dan berseling permukaannya kasar dan berwarna hijau. Bunga majemuk, putik halus dan benang sari berkumpul ditengah bunga, Buah lonjong, kecil ditutupi selaput buah. Akar tunggang dan berwarna putih. Kandungan bunga piretrum terdiri dari piretrin, cenilin, dan jasmolin
2. Jahe
Nama asing : Gingger
Nama Ilmiah : Ziniber officinale
Famili : Zingiberaceae
Nama daerah : Jahe, jahi Bagian tanaman yang digunakan : Rimpang
Sifat : Nematisida, fungisida, insektisida
Termasuk tanaman herba semusim, tumbuh tegak tinggi 40-50 cm. Batang semu, rimpang dan berwarna hijau. Daun tunggal berbentuk lanset. Mahkota bunga berbentuk corong. Jahe mengandung N-nonylaldehide, dicamphene, D-a-phellendrene, methyl heptenone, cineol, geraniol, linalool, acrates, dan citral c. Fungisida (Mengatasi Jamur)
1. Cengkih
Nama asing : Clove
Nama Ilmiah : Syzygium aromaticum
Nama daerah : Cengkih, bunga cengkeh, bunga lawang Bagian tanaman yang digunakan : Daun, bunga, dan tangkai bunga
Sifat : Fungisida
Merupakan tanman asli Maluku. Berbentuk pohon mencapai 20 m. Daun muda berwarna coklat muda. Ujung tunas kuncup. Cengkih banyak mengandung bahan kimia seperti eugenol, eugenol asetat, kariofilen, sesquiterpenol, dan naftalen.
2. Putri Malu
Nama asing : Sensitive plant spray Nama Ilmiah : Mimosa pudica
Famili : Mimosasaceae
Nama daerah : Putri malu, rebah bangun, si kejut kucing Bagian tanaman yang digunakan : Seluruh bagian tanaman
Sifat : Fungisida
Tanaman herba setengah perdu, batangnya bulat berambut dan berduri. Berbentuk lonjong dengan ujung lancip berwarna hijau. Bunga bulat seperti bola berwarna merah muda. Akar pena yang kuat. Mengandung mimosin, asam pipekolinat, tannin, alkaloid, saponin, sterol, polifenol dan flavonoid.
3. Kunyit
Nama asing : Round-rooted galanga
Nama Ilmiah : Curcuma domestica
Famili : Zingiberaceae
Bagian tanaman yang digunakan : Rimpang
Sifat : Fungisida, insektisida, dan reppelent
Tanaman ini tmbuh merumpun dengan batang semu yang tumbuh dari rimpangnya. Akarnya berdaging membentuk rimpang yang tidak terlalu besar, yaitu seukuran telur puyuh. Kandungannya terdiri dari kurkumin, demoteksikurkumin, dan volatin oil
4. Lengkuas
Nama asing : Greater galingale Nama Ilmiah : Alpinia galangal
Famili : Zingiberaceae
Nama daerah : Lengkuas, laos, laja Bagian tanaman yang digunakan : Rimpang
Sifat : Fungisida dan insektisida
Tanaman terna tegak tinggi 2m. Batang muda keluar sebagai tunas dari pangkal batang tua. Seluruh batangnya ditutupi pelepah daun. Batangnya bertipe semu. Daunnya tunggal dan bertangkai pendek. Bunga majemuk dalam tandan yang bertangkai panjang. Umbi berbau harum, ada yang putih ada yang merah. Banyak menganduk meil sinamat, sineol, eugenol, kamfer, seskuiterpen, dan flavonoid.
5. Pepaya
Nama asing : Papaya
Nama Ilmiah : Carica papaya
Nama daerah : Papaya, keela gantung, kates Bagian tanaman yang digunakan : Daun
Sifat :Fungisida, insektisida, repellent, rodentisida Tumbuhan berbatang tegak dan basah. Bunga putih buahnya masak berwarna kuning kemerahan, rasanya seperti melon. Tinngi mencapai 8-10 m dengan akar kuat. Bentuk daun menyerupai telapak tangan manusia. Pepaya mengandung papain, alkaloid karpaina, pseudokarpaina, glikosid, karposid, saponin, lipase, glutamin, karpain dan kemokapain.
6. Sirih
Nama asing : Pepe betel, betelvine Nama Ilmiah : Piper bettle Linn
Famili : Peperaceae
Nama daerah : Sirih, suruh, sedah Bagian tanaman yang digunakan : Daun
Sifat : Fungisida dan insektisida
warna coklat kekuningan. Mengandung eugenol, methyl eugenol, karkavon, kavikol, tiamin, riboflavin, dan tannin
d. Bakterisida (Mengatasi Bakteri) 1. Bawang Putih
Nama asing : Garlic
Nama Ilmiah : Allium sativum L
Famili : Lilliaceae
Nama daerah : Bawang putih, lasum Bagian tanaman yang digunakan : Umbi,daun dan bunga
Sifat : Bakterisida, insektisida, nematisida,
Bawang putih termasuk tanaman terna berumbi lapis dan suing bersusun, Bawang putih tumbuh secara berumpun dan berdiri tegak. Mempunyai batang semu yang berbentuk dari pelepah-pelepah daun. Daunnya mirip pita, berbentuk pipih dan memanjang. Akar bawang putih terdiri dari serabut kecil. Bawang putih mengandung minyak atsiri, tain, aliin, alisin, dan enzim eliinase
2. Serai Wangi
Nama asing : Java citronella, old citronella grass Nama Ilmiah : Cymbopogon nardus
Famili : Graminae
Nama daerah : Serai wangi,sere, sorani Bagian tanaman yang digunakan : Akar dan daun
Herba menahun dengan tinggi 50 – 100 cm. Panjang daunnya mencapai 1 meter dan lebar 1,5 cm. Tanaman ini tumbuh berumpun. Daun tunggal berjumbai, panjang sampai 1 meter, dan lebar 1,5 cm. Bagian bawah daun agak kasar dengan tulang daun sejajar. Batang tidak berkayu, berusuk pendek, dan berwarna putih. Akarnya serabut.Kandungan bahan kimianya terdiri dari sitral, sitronela (35%), geraniol (35-40%), mirsena, nerol, farnesol methyl heptanol, dan dipentena. e. Akarisida (Mengatasi Tungau)
1. Ketumbar
Nama asing : Coriander, Chinese parseley Nama Ilmiah : Coliandrum satiivum
Famili : Apiaceae
Nama daerah : Ketumbar,hatumbar Bagian tanaman yang digunakan : Daun dan biji
Sifat : Akarisida, fungisida, repellent
Ketumbar tumbuh subur dikebun-kebun dataran rendah dan pegunungan. Daunnya mirip seledri, tinggi 1m. Daunnya berwarna hijau degan gerigi. Bunganya majemuk berbentuk payung, bentuk buah bulat kuning bersusun. Ketumbar mengandung saponin, flavonoida, dan tanin
f. Repellent (Zat Pebolak) 1. Bawang Merah
Nama asing : Onion, shallot onion Nama Ilmiah : Allium cepa L
Nama daerah : Brambang abang, bawang abang mirah Bagian tanaman yang digunakan : Umbi lapis
Sifat :Repellent da insektisida
Merupakan tanaman herba semusim yang tidak berbatang. Daun tunggal umbi lapis berwarna merah keputihan. Bunga berbentuk bongkol, biji berbentuk segitiga berwarna hitam. Kandungan bahan kimia terdiri dari minyak atsisri, sikloaliin, metilaliin, saponin dan peptide.
2. Tembakau
Nama asing : Tobacco
Nama Ilmiah : Nicotiana tabacum
Famili : Solanaceae
Nama daerah : Tembakau, bako, tembaku Bagian tanaman yang digunakan : Daun
Sifat : Repellent, insektisida, antifeedant
Tanaman terna semusim yang bias tumbuh 2 m. Batang berkayu, bulat, berbulu dan berwarna hijau. Tekstur tepi daun rata, ujung runcing tangkai daun keputihan. Bunga bersifat majemuk, tumbuh ujung batang dan putik berwarna putih. Mengandung nikotin, saponin, flavonoida dan politenol.
3. Jengkol
Nama asing : Jengkol
Nama Ilmiah : Pithecolobium lobatum
Famili : Leguminosae
Bagian tanaman yang digunakan : Buah
Sifat : Repellent, dan antifeedant
Buah jengol atau ekstrak air buah jengkol dapat mengendalikan tikus dengan ditebarkan disekitar tanaman atau didepan lobang sarang tikus, juga dapat menekan serangan walang sangit. Mengandung saponin, flavonoida, tanin, asam jengkolat, ureum, dan belerang.
g. Antifeedant (Zat Penolak Makan) 1. Bengkuang
Nama asing : Chop-suey,
Nama Ilmiah : Pachyrhyzus erosus
Famili : Fabaceae
Nama daerah : Bengkuang, singkuang Bagian tanaman yang digunakan : Biji, daun dan batang
Sifat :Antifeedant, insektisida
Tanaman buah berbentuk herba dan tumbuh melilit, memanjat. Tinggi 5-6 m batang berbulu. Berakar tunggang, akanya menghasilkan umbi. Kulit umbi berwarna coklat muda, sedangkan dagingnya berwarna putih. Kandungan bahan kimianya terdiri dari retenon dan pachyrizid.
2. Mahoni
Nama asing : Mahagony
Nama Ilmiah : Switenia mahagoni
Famili : Meliaceae
Bagian tanaman yang digunakan : Biji
Sifat : Antifeedant, repeelent
Tanaman tahunan dengan tinggi 30 m. Berakar tunggang dengan batang bulat, percabangan banyak, dan berkayu getah. Daunnya berupa daun majemuk, menyirip genap, dan tepi daun rata. Di dalam buah terdapat biji berbentuk pipih dengan ujung agak tebal dan warna coklat kehitaman. Banyak mengandung saponin dan flavonoida.
2.2.4 Ramuan Pestisida Nabati dan Aplikasinya
Beberapa contoh ramuan pestisida nabati dan sararan OPT pada tanaman hortikultura menurut Kardiman (2004) dan Sudarmo (2005), dan Lestari ( 2008) 2.2.4.1Ramuan Untuk Mengendalikan Serangan Hama
1. Ramuan untuk mengendalikan serangga hama secara umum Bahan :
Daun nimba 8 kg, lengkuas 6 kg, serai 6 kg, detergent/sabun colek 20 gr, dan air 20 lt
Cara membuat :
Daun nimba, lengkuas, dan serai ditumbuk atau dihaluskan. Seluruh bahan diaduk dalam 20 lt airlalu direndam 24 jam. Setelah itu larutan disaring, larutan hasil penyaringan diencerkan kembali 1 lt dilarutkan dengan 30 lt air, larutan ini dapat digunakan untuk 1 ha.
2. Ramuan untuk hama Thrips sp pada tanaman cabai, kentang, bawang Bahan :
Cara membuat :
Daun sirsak ditumbuk halus direndam dengan 5lt air + 15 gr detergent dandiamkan semalam. Kemudian larutan disaring, setiap 1 lt hasil saringan diencerkan dengan 10 – 15 lt air.
3. Ramuan untuk hama penghisap (kutu putih), belalang dan ulat Bahan :
Daun pepaya segar 1 kg, detergent 50 gr dan air 10 lt Cara membuat :
Daun pepaya diiris direndam dalam 10 lt air + detergent 50 gr biarkan semalam. Kemudian larutan disaring dan siap digunakan.
4. Ramuan untuk hama penghisap Bahan :
Biji Srikaya 15 – 25 gr, detergent 1 gr dan air 1 lt Cara membuat :
Tumbuk halus biji srikaya dicampurkan dengan air dan detergent biarkan semalam, kemudian di saring dan siap digunakan
5. Ramuan untuk beberapa jenis serangga Bahan :
Bawang putih 100 gr, air 0.5 lt, detergent 10 gr, minyak goreng 2 sendok makan
Gerus atau parut bawang putih campur dengan air dan minyak diamkan selama 24 jam, larutan di saring dan hasil penyaringan diencerkan hingga 20 kali volumenya dan siap digunakan
6. Ramuan untuk hama belalang Bahan :
Daun sirsak 50 lembar, daun tembakau satu genggam, detergent 20 gr dan air 20 lt
Cara membuat :
Daun sirsak dan daun tembakau ditumbuk halus dimasukan kedalam air dan ditambah detergent diamkan semalam, tiap 1liter larutan hasil penyaringan diencerkan dengan 50 – 60 lt air dan siap digunakan
7. Ramuan untuk hama-hama pada tanaman bawang merah Bahan :
Daun nimba 1 kg, umbi gadung racun 2 buah, detergent sedikit dan air 20 lt
Cara membuat :
Daun nimba dan umbi gadung ditumbuk halus lalu dicampur dengan air diamkan semalam, hasil penyaringan larutan siap digunakan.
8. Ramuan untuk hama ulat pada tanaman kubis Bahan :
Bunga piretrum dihaluskan menjadi serbuk lalu dicampur detergent dan air, diamkan semalam saring larutan dan siap digunakan
2.2.4.2Ramuan Untuk Mengendalikan Hama Gudang Bahan :
Bunga piretrum dan daun nimba Cara membuat :
Tumbuk halus bunga piretrum dan daun nimba dalam keadaan terpisah, rendam 2 – 5 gr serbuk bunga piretrum + 5 – 10 gr serbuk daun nimba dalam 1 lt air + 1 lt detergent. Diamkan semalam saring larutan dan siap digunakan pada kemasan atau karung penyimpan benih. Aplikasi lainnya adalah tepung bunga piretrum, daun nimba, abu serai wangi atau abu sekam sebanyak 1 gr dicampurkan merata dengan 1 kg benih tujuan nya melindungi benih dari serangan hama gudang selama sekitar 6 bulan.
2.2.4.3Ramuan Untuk Mengendalikan Hama Rodentia (Tikus) Bahan :
Umbi gadung racun atau gadung KB 1 kg, Dedak (padi atau jagung) 10 kg, Tepung ikan 1 ons, Kemiri 1 ons dan air
Cara membuat :
2.2.4.4Ramuan untuk hama Molusca ( keong) Bahan :
Akar tuba 5 - 10 gr, atau daun sembung 10 - 20 gr, air 1 lt, detergent 1 gr Cara membuat :
Akar tuba atau daun sembung dihaluskan dan diaduk merata dalam 1 lt air dicampur detergen diendapkan semalam lalu disaring, semprotkan pada lahan yang ada keongnya.
2.3 Keracunan Pestisida 2.3.1 Jalur Masuk Pestisida
Racun pestisida masuk kedalam tubuh melalui pernafasan, tertelan melalui mulut maupun diserap oleh tubuh. Gejala keracunan akan berkembang selama pemaparan atau 12 jam kontak. Pestisida yang masuk ke dalam tubuh akan mengalami perubahan secara hidrolisa di dalam hati dan jaringan-jaringan lain. Hasil dari perubahan/pembentukan ini mempunyai toksisitas rendah dan akan keluar melalui urine (Prijanto, 2009).
Melalui kulit hal ini dapat terjadi apabila pestisida terkena pada pakaian atau langsung pada kulit. Ketika petani memegang tanaman yang baru saja
disemprot, ketika pestisida terkena pada kulit atau pakaian, ketika petani
mencampur pestisida tanpa sarung tangan, atau ketika anggota keluarga mencuci
pakaian yang telah terkena pestisida. Untuk petani atau pekerja lapangan, cara
Melalui pernapasan Hal ini paling sering terjadi pada petani yang
menyemprot pestisida atau pada orang-orang yang ada di dekat tempat
penyemprotan. Perlu diingat bahwa beberapa pestisida yang beracun tidak berbau.
Melalui mulut hal ini terjadi bila seseorang meminum pestisida secara
sengaja ataupun tidak, ketika seseorang makan atau minum air yang telah
tercemar, atau ketika makan dengan tangan tanpa mencuci tangan terlebih dahulu
setelah berurusan dengan pestisida.
2.3.2 Tipe Keracunan Pestisida
Semua pestisida mempunyai bahaya potensial bagi kesehatan. Ada dua
tipe keracunan, yaitu :
1. Keracunan Akut
Terjadi bila efek-efek keracunan pestisida dirasakan langsung pada saat itu.
Efek akut lokal terjadi bila efeknya hanya mempengaruhi bagian tubuh yang
terkena kontak langsung dengan pestisida. Efek akut lokal biasanya berupa iritasi,
seperti rasa kering, kemerahan dan gatal-gatal di mata, hidung, tenggorokan dan
kulit; mata berair dan batuk.Atau berupa masalah-masalah kulit, seperti
kemerahan, gatal-gatal, kudis, melepuh dan kulit kehilangan warna.Gejala yang
umum dari keracunan pestisida adalah bila kuku-kuku jari berubah warna menjadi
hitam atau biru. Pada kasus- kasusyang lebih serius kuku-kuku jari akan lepas.
Efek sistemik muncul bila pestisida masuk kedalam tubuh manusia dan
mempengaruhi seluruh sistem tubuh. Darah akan membawa pestisida ke seluruh
bagian dari tubuh dan mempengaruhi mata, jantung, paru-paru, perut, hati,
bekerjanya tergantung pada jenis bahan kimia, waktu dan kadar racun dalam
pestisida tersebut.
Pestisida adalah bahan beracun yang dapat diserap oleh tubuh melalui kulit.
Kemudian kulit akan dirusak oleh bahan-bahan kimia yang beracun ini dari
dalam. Kadang-kadang kulit bereaksi berupa alergi terhadap pestisida atau
komponen lain dalam formula racun tersebut. Kulit dapat bereaksi dengan kuat
walaupun hanya terkena dalam jumlah sedikit. Sinar matahari dapat memperburuk
beberapa penyakit kulit yang diakibatkan oleh pestisida.
2. Keracunan Kronis
Terjadi bila efek-efek keracunan pada kesehatan membutuhkan waktu untuk
muncul atau berkembang. Efek-efek jangka panjang ini dapat muncul setelah
berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun setelah terkena pestisida.
Banyak pestisida yang digunakan di bidang pertanian sangat berbahaya bagi
otak dan syaraf. Bahan-bahan kimia yang berbahaya bagi sistem syaraf disebut
neurotoksin. Beberapa gejala dari penyakit pada otak yang disebabkan oleh
pestisida adalah masalah ingatan yang gawat, sulit berkonsentrasi, perubahan
kepribadian, kelumpuhan, kehilangan kesadaran dan koma.
Hati adalah organ tubuh yang berfungsi menetralkan bahan-bahan kimia
beracun, maka hati itu sendiri sering kali di rusak oleh pestisida. Hal ini dapat
menyebabkan hepatitis.
Muntah-muntah, sakit perut dan diare adalah gejala umum dari keracunan
pestisida. Banyak orang yang bekerja dengan pestisida selama bertahun-tahun,
sengaja atau tidak) efeknya sangat buruk pada perut dan tubuh secara umum.
Pestisida merusak langsung melalui dinding-dinding perut.
Reaksi alergi adalah gangguan sistem kekebalan tubuh manusia. Hal ini adalah
reaksi yang diberikan tubuh kita terhadap bahan-bahan asing. Pestisida bervariasi
dalam mengakibatkan reaksi alergi, setiap orang memberi reaksi berbeda untuk
derajat penggunaan pestisida yang berbeda pula. Beberapa jenis pestisida telah
diketahui dapat mengganggu sistem kekebalan tubuh manusia dengan cara yang
lebih berbahaya. Beberapa jenis pestisida dapat melemahkan kemampuan tubuh
untuk menahan dan melawan infeksi. Ini berarti tubuh kita menjadi lebih mudah
terkena infeksi. Atau, jika telah terjadi infeksi penyakit ini menjadi lebih serius
dan makin sulit untuk disembuhkan.
Penelitian terhadap hewan menunjukan bahwa pestisida mempengaruhi
produksi hormon dalam tubuh. Hormon adalah bahan kimia yang diproduksi oleh
organ-organ seperti otak, tiroit, paratiroit, ginjal, adrenalin, testis dan ovarium
untuk mengontrol fungsi-fungsi tubuh yang penting.Beberapa pestisida
mempengaruhi hormon reproduksi yang dapat menyebabkan penurunan produksi
sperma pada pria atau pertumbuhan telur yang tidak normal pada wanita.
Beberapa pestisida dapat menyebabkan pelebaran tiroid yang akhirnya kanker
tiroid.(Romeo Quijano dan Sarojeni VR, 1999). 2.3.3 Gejala Keracunan Pestisida
Menurut Romeo Quijano dan Sarojeni VR (1999) menyatakan bahwa gejala keracunan pestisida :
Seseorang yang keracunan dapat menunjukan beberapa atau seluruh gejala
berikut ini, tergantung kepada jenis pestisida dan jangka waktunya. Sangatlah
tidak biasa untuk hanya muncul satu gejala. Seseorang mungkin keracunan ringan
dan tidak mengenali gejala-gejala ini, terutama jika munculnya secara bertahap.
Gejala tersebut seperti pusing, mata kabur, diare, sakit perut, sakit dada, mual dan muntah-muntah, keringat berlebihan, sakit kepala, sakit otot dan keluar air
berlebihan dari mata, hidung dan mulut kram.
2. Gejala Keracunan Sedang
Gejala-gejala untuk keracunan tingkat sedang sama dengan gejala untuk
keracunan ringan ditambah beberapa gejala lain, seperti : sempoyongan, bingung,
badan lemah, susah konsentrasi, kejang otot pupil mata mengecil(miosis).
Jika keracunan ini terjadi selama beberapa hari atau lebih, gejala lainnya
adalah: Gelisah terus menerus, susah tidur, mimpi buruk. Bila hal ini terus
berlanjut maka keracunan berat dapat terjadi. Seorang pekerja yang keracunan
sedang dapat mengalami beberapa atau seluruh gejala tadi, tergantung pada jenis
pestisida dan jangka waktunya.
3. Gejala Keracunan Berat
Gejala-gejala keracunan berat karena pestisida gas syaraf sama seperti
yang telah disebutkan di atas ditambah kehilangan kesadaran, pengeluaran air seni
dan defekasi tanpa sadar, koma, pupil mata menjadi sangat kecil (marked miosis),
bibir dan kuku membiru (cyanosis), sesak nafas, sawan, kematian. Jika keracunan
berat tidak dikenali dan dirawat dengan baik dan benar, korban dapat mengalami
2.4 Kerangka Konsep
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian Petani Pengguna Pestisida Nabati
Alat Pelindung Diri a. Topi
b. Baju Lengan Panjang c. Celana Panjang d. Sarung Tangan e. Masker
f. Sepatu Boot
Gangguan Kesehatan Keracunan