• Tidak ada hasil yang ditemukan

S TS 1105668 Chapter1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S TS 1105668 Chapter1"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Rustam Widarto, 2016

KINERJA KRIB PERMEABLE PADA HILIR TIKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sungai dikatakan rusak apabila sebagian atau seluruh komponen perubahan dari aspek dinamik morfologi yang meliputi: geometri sungai (kemiringan dasar sungai, meandering, penciutan ruas sungai, sedimentasi dan adanya ambal atau pembendungan alami pada suatu ruas sungai), parameter aliran (debit, muka air, kecepatan, tekanan dan arah aliran) telah membahayakan lingkungan sungai, mengancam fungsi sungai dan bangunan-bangunan di sungai. Secara garis besar perubahan alur sungai dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu perubahan arah vertikal dan perubahan arah horizontal. Perubahan alur vertikal meliputi perubahan kemiringan dasar sungai berupa degradasi (penurunan dasar sungai) maupun agradasi (kenaikan dasar sungai/sedimentasi). Perubahan alur arah horizontal ini meliputi mundurnya tebing sungai akibat longsor/terkikis air maupun majunya tebing sungai akibat sedimentasi. (Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah, 2003)

Perubahan ini terjadi diantaranya pada hilir tikungan sungai terutama pada bagian dinding sungai. Dinding sungai yang rusak biasanya disebabkan oleh derasnya arus yang terarah dari tikungan menabrak dinding sungai. Maka karena adanya berbagai ragam manfaat dan potensi sungai yang mungkin dapat dikembangkan di dalam satu jaringan sungai, dengan maksud agar kelestarian fungsi sungai dan potensinya dapat dipertahankan, perlukan adanya kegiatan pengamanan dari hal-hal yang mengganggu/merusak kelestarian lingkungan sungai. Salah satu solusinya dengan pengamanan dinding sungai menggunakan krib permeable.

(2)

Rustam Widarto, 2016

KINERJA KRIB PERMEABLE PADA HILIR TIKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 1.1 Krib sebagai perbaikan alinyemen sungai (Sumber : Departemen Pekerjaan Umum, 1991, hlm.26)

1.2 Rumusan Masalah

Untuk memperoleh cara pencegahan dan pengendalian gerusan pada tebing sungai, hal yang terpenting yang terpenting yang perlu dilakukan adalah mengidentifikasi jenis permasalahan yang terjadi. Langkah identifikasi yang perlu diterapkan adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui karakteristik dan parameter sungai tempat masalah gerusan yang dihadapi. Berdasarkan data gradasi maerial dasar, kemiringan sungai dan bentuk palung/ alur sungai, klasifikasi ruas sungai tempat masalah berada.

2. Memahami atau memprediksi pengaruh keberadaan bangunan air terhadap sistem sungai

3. Peningkatan kecepatan dan turbulensi aliran arus eddy/vortex akibat kontraksi aliran sebagai dampak lebar bangunan atau bukaan jembatan yang lebih sempit daripada penampang sungai asli atau pengurangan kecepatan aliran akibat adanya bangunan yang melintang sungai.

(3)

Rustam Widarto, 2016

KINERJA KRIB PERMEABLE PADA HILIR TIKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5. Aliran yang terkonsentrasi di satu sisi bagian bangunan air akibat penempatan bangunan air yang kurang baik karena alur sungai berpindah Perumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini mengenai pencegahan dan pengendalian tebing sungai dengan menggunakan krib permeable yaitu mengenai pola dan dampak yang ditimbulkan dengan adanya konstruksi krib permeable di sungai.

1. Bagaimanakah cara melakukan penelitian Uji Model Hidrolik Fisik ? 2. Bagaimanakah gejala dan parameter aliran yang terjadi pada hilir tikungan

sebelum dan sesudah terpasang krib permeable ?

3. Bagaimanakah perubahan keadaan konfigurasi dasar saluran (degradasi dan agradasi) sebelum dan sesudah terpasang krib ?

4. Bagaimanakah konfigurasi posisi krib permeable yang optimal ?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pola dan dampak yang ditimbulkan oleh krib permeable kemudian melakukan upaya untuk mengurangi dampak negatif yang terjadi dengan kondisi sudut pemasangan beberapa krib yang berbeda-beda.

Penelitian ini bertujuan :

1. Mengetahui cara melakukan penelitian Uji Model Hidrolik Fisik.

2. Mengetahui gejala dan parameter aliran yang terjadi pada hilir tikungan sebelum dan sesudah terpasang krib permeable.

3. Mengetahui perubahan keadaan konfigurasi dasar saluran (degradasi dan agradasi) sebelum dan sesudah terpasang krib.

4. Mengetahui konfigurasi posisi krib permeable yang optimal.

1.4 Manfaat Penelitian

(4)

Rustam Widarto, 2016

KINERJA KRIB PERMEABLE PADA HILIR TIKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Karena perencaan krib ini masih empiris maka dengan adanya pemodelan ini bisa menguji kesempurnaan pra perencanan krib yang direncanakan secara teoritis.

2. Dari penelitian ini bisa didapatkan pengaruh krib terhadap perubahan karakteristik parameter aliran

3. Dari penelitian ini bisa didapatkan pengaruh krib terhadap degradasi, agradasi dan gejala angkutan muatan lain

4. Dari penelitian ini bisa didapatkan tipikal bangunan krib yang secara hidraulik lebih optimal di lapangan serta hubungan antara parameter aliran sedimen/ morfologi sungai, dan konfigurasi krib.

5. Sebagai masukan untuk pengembangan kajian ilmiah maupun studi lanjutan tentang krib atau bangunan pengaman sungai.

1.5 Sistematika Pembahasan

Pada pembahasan Tugas Akhir ini terbagi dalam beberapa bab, yaitu : Bab I Pendahuluan

Mencakup latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika pembahasan.

Bab II Kajian Pustaka

Mengenai acuan penulisan sebagai dasar teori yang digunakan pada penelitian dari berbagai tinjauan pustaka.

Bab III Metode Penelitian

Pemaparan mengenai metode serta mekanisme penelian dan kinerja penelitian untuk mendapatkan data primer yang dilakukan di laboraturium

Bab IV Temuan dan Pembahasan

Dilakukan pengolahan data primer yang telah diperoleh dari penelitian kemudian dianalisis dan dibahas untuk mendapatkan solusi terbaik dari permasalahan.

Bab V Simpulan, Implikasi dan Rekomendasi

(5)

Rustam Widarto, 2016

KINERJA KRIB PERMEABLE PADA HILIR TIKUNGAN

Gambar

Gambar 1.1 Krib sebagai perbaikan alinyemen sungai

Referensi

Dokumen terkait

Temuan dalam penelitian ini yaitu sebagian besar pada aspek pengetahuan meliputi pengerian area umum, jenis area umum, dan jenis objek pembersihan area umum berada pada

Berdasarkan tabel 4.6 tentang rekapitulasi perencanaan pembelajaran dapat digambarkan bahwa seluruh aspek yang diamati meliputi pra pembelajaran mencapai 50%, membuka

Buku Pedoman Praktikum Program Studi S-1 Biologi ini merupakan acuan bagi seluruh komponen yang terlibat dalam penyelenggaraan praktikum yang meliputi:

Menurut Wijana (2014: 57-58) semakin lama dominasi pemakaian bahasa asing di Indonesia semakin besar, dan meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat Indonesia, terutama yang

Menurut Istarani (2011: 1) model pembelajaran adalah seluruh rangkaian penyajian materi ajar yang meliputi segala aspek sebelum, sedang, dan sesudah pemelajaran yang dilakukan

Aspek-aspek yang dikaji dalam penelitian ini adalah: (1) kondisi DAS meliputi tata guna lahan, morfologi DAS, tanah, iklim, dan kependudukan, (2) kebutuhan air

Buku Pedoman Praktikum Program Studi S-1 Biologi ini merupakan acuan bagi seluruh komponen yang terlibat dalam penyelenggaraan praktikum yang meliputi:

Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan, dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang. Operasi tambang terbuka akan selalu merubah bentang alam dan aliran air permukaan, sebagai contohnya. Perlu sebuah perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pertambangan yang baik untuk menghindari/meminimalkan dampak lingkungan yang besar, seperti lansekap yang tidak beraturan, lubang tambang yang ditinggalkan, erosi dan sedimentasi yang tinggi, kesuburan tanah yang rendah yang tidak layak untuk pertumbuhan tanaman, produksi air asam tambang yang dapat berlangsung hingga ratusan tahun sehingga dapat mematikan biota di perairan umum, dan lain sebagainya. Secara umum terdapat 4 lingkup kegiatan penting dalam pengelolaan lingkungan pertambangan, yaitu: 1. pengelolaan dan pemantauan kualitas air, 2. pengelolaan dan pemantauan kualitas udara, 3. pengelolaan tanah, reklamasi, dan keanekaragaman hayati, 4. pengelolaan sampah, bahan berbahaya dan beracun (B3), dan limbah B3. Pelaksanaan kegiatan penting tersebut perlu diatur dalam sebuah sistem manajemen pengelolaan dan pemantauan, termasuk aspek kepatuhan terhadap izin/peraturan/ standar yang diperlukan untuk kegiatan