• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Yuridis terhadap Penggunaan Tenaga Kerja Asing di Bidang Jasa Pariwisata di Indonesia dalam Perspektif Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Yuridis terhadap Penggunaan Tenaga Kerja Asing di Bidang Jasa Pariwisata di Indonesia dalam Perspektif Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tiap-tiap individu yang dilahirkan di dunia ini pasti sangat mengharapkan memiliki ekonomi yang cukup dan mampu menjalani hidup tanpa harus menghiraukan besok makan apa karena telah memiliki penghasilan yang tetap dari pekerjaan yang dimilikinya. Dengan kata lain, setiap orang berharap memperolah pendapatan yang layak untuk dapat hidup dengan keluarganya secara layak. Soal keuangan dalam ekonomi pembangunan merupakan soal yang pelik sekali.1 Dengan keadaan yang sangat pelik ini tiap tiap orang berusaha untuk memperoleh pekerjaan dan dapat menuntaskan puzzle ekonomi hidupnya. Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Maksud penghasilan yang layak adalah penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak, dimana jumlah penerimaan atau pendapatan pekerja/buruh dari hasil pekerjaannya sehingga mampu memenuhi kebutuhan hidup pekerja/ buruh dan keluarganya secara wajar yang meliputi makanan dan minuman, sandang, perumahan, pendidikan, kesehatan, rekreasi dan jaminan hari tua.2

Masalah pekerjaan, kesempatan kerja serta perekonomian sebenarnya merupakan hal yang sangat mendasar. Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 (“UUD 1945”) menyatakan bahwa “Setiap warga negara berhak

1

Rochmat Soemitro, Pengantar ekonomi dan ekonomi Pancasila (Bandung: Eresco,1991) hlm. 180

2

(2)

mendapatkan kehidupan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.3Kalimat tersebut apabila dikaitkan dengan tugas pemerintah di bidang ketenagakerjaan mempunyai makna bahwa kesempatan kerja yang tersedia dalam negeri adalah untuk tenaga kerja Indonesia.Oleh karenanya, kesempatan kerja yang ada dalam negeri wajib diprioritaskan bagi tenaga kerja Indonesia, sedangkan keberadaan tenaga kerja asing adalah sebagai komplementer untuk melaksanakan kegiatan yang tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya oleh tenaga kerja Indonesia.4Negara mempunyai kewajiban agara ketentuan Pasal 27 ayat (2) dilaksanakan.Pasal ini menekankan hak tiap warga negara dan sekaligus menekan tugas pemerintah untuk melaksanakan kewajibannya itu.5

Sejalan dengan Pasal 27 ayat (2) diatas, pada Pasal 28D ayat (2) UUD 1945 berbunyi “Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja”.6

3

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia pasal 27 ayat (2) 4

C. Sumarprihatiningrum, Penggunaan Tanaga Keja Asing di Indonesia (Jakarta Himpunan Pembina Sumber daya Manusia Indonesia, 2006) hlm. 4

5

H.S. Syarif,Pedoman Penggunaan Tenaga Kerja Asing di Indonesia dan peraturan-peraturannya (Jakarta, Sinar Grafika,1996) hlm.1

6

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Pasal 28D ayat (2)

(3)

diperlukan buruh, sedangkan buruh sebaliknya berjuang terus menerus untuk menaikkan tingkat kehidupan.7

Pada awal pembentukannya pada 8 Agustus 1967,

Tenaga kerja asing pada dewasa ini adalah ibarat salah suatu komoditi unggul bagi suatu negara meningkatkan pendapatan negara serta salah satu cara untuk mengurangi kepadatan penduduk dari suatu negara. Berbicara tentang perekonomian yang kebanyakan negara mengalami semakin hari semakin sulit maka banyak negara yang melakukan diskusi ataupun melakukan suatu perjanjian antar negara untuk sama sama mendukung dalam menghadapi era globalisasi. Ada beberapa negara yang mengadakan perjanjian bilateral, regional maupun multilareal seperti Masyarakat Ekonomi Eropa (“MEE”), serta perjanjian lain. Dan untuk yang regional sendiri negara negara di Asia Tenggara tidak ketinggalan juga untuk membuat suatu kesepakatan maupun perjanjian sesama wilaya regional Asia Tenggara yang diberi nama ASEAN dan yang nantinya akan membentuk Masyarakat Ekonomi ASEAN (“MEA”).

8

7

Rochmat Soemitro, op.cit. hlm 165. 8

Luhulima,dkk , Masyarakat Asia Tenggara Menuju Komunitas ASEAN 2015 (Jakarta, Pustaka Pelajar,2008), hlm. 1

(4)

sosial di kawasan Asia Tenggara9. Kerja sama ASEAN pun telah mengalami perluasan (broadening) dan pendalaman (deepening), bukan lagi soal kerja smaa ekonomi, teknologi dan sosial budaya, melainkan merambah ke soal-soal politik hukum dan keamanan yang diharapkan dapat menjadi menjadi landasan untuk mencapainya masyarakat yang sejahtera dan damai.10

Perjalanan panjang dan kerjasama regional ASEAN menemukan bentuk yang lebih nyata dengan ditandatanganinya Piagam ASEAN dan Cetak biru ASEAN menuju MEA 2015 pada Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN ke-13 di Singapura (November, 2007) bertepatan dengan ulang tahunnya yang ke-empat dasawarsa.Dengan MEA sebagai tujuan akhir, berbagai inisiatif kerjasama ekonomi yang dilakukan selama ini dipetakan dengan lebih sistematis dan secara strategis dijadualkan pencapaiannya, termasuk pemantauan dan penyesuaian yang diperlukan.Penandatangan Piagam ASEAN ini menandakan babak baru ASEAN menuju sebuah organisasi dengan komitmen bersama yang mengikat secara hukum, dengan cetak biru MEA yang memberikan arah bagi perwujudannya.11Adapun di Indonesia sendiri telah meratifikasi cetak biru ASEAN Economy Community diundangkan di dalam undang-undang 38 tahun 200812

9

Sjamsul Arifin, Rizal A. Djaafara, Aida S. Budiman, Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015, (Jakarta:kelompok kompas Gramedia,2008), hlm. 1.

10

luhulima op.cit, hlm.v 11

Ibid hlm. vii 12

Undang-Undang Nomor 38 tahun 2008 tentang Pengesahan Charter of Association of Southest Asian Nation( Piagam Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara), Lembaran Negara Republik Indonesia, Nomor 165 Tahun 2008.

(5)

ASEAN itu. Tentu hal ini akan berpengaruh terhadap pemberlakuan hukum di Indonesia setelah diratifikasinya hal ini.

MEA diharapkan akan membawa ASEAN menuju pasar tunggal dan kesatuan basis produksi, kawasan ekonomi yang berdaya saing, pertumbuhan ekonomi yang lebih merata dan meningkatkan kemampuan untuk berintegrasi dengan perekonomian global. Salah satu alasan pembentukan pasar tunggal tersebut adalah menjawab tantangan sehubungan dengan meningkatnya persaingan terutama di kawasan regional akibat bangkitnya Cina dan India. Pencapaian MEA menjadi pasar tunggal dan kesatuan basis produksi dilakukan melalui lima pilar, yaitu: aliran bebas dari barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil, dan aliran modal yang lebih bebas. Selain itu juga dikembangkan 12 sektor prioritas yang menjadi “Lead Sektor”proses liberisasi dan integrasi kawasan. Kerjasama ekonoomi regional secara teoritis dan empiris menawarkan berbagai peluang bagi ASEAN. Tetapi hal yang tidak dapat dipungkiri adalah manfaat tersebut baru dapat dinikmati secara optimal bila persyaratan dasar terpenuhi, termasuk kemampuan individual negara dalam mempersiapkan diri menuju proses integrasi tersebut.13

Untuk meningkatkan kerja sama di bidang perdagangan jasa antar negara

anggota ASEAN dibentuklah ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS)

pada tanggal 15 Desember 1995 di Bangkok, Thailand oleh Menteri-menteri

Ekonomi ASEAN. Liberalisasi perdagangan jasa di bawah kerangka AFAS

dilaksanakan melalui putaran negosiasi setiap 2 tahun hingga 2015.Dari

13

(6)

putaran perundingan dalam kerangka AFAS, dihasilkan suatu jadwal komitmen

yang spesifik yang dilampirkan pada kerangka perjanjian.Jadwal ini sering disebut

sebagai paket komitmen jasa.14

Dalam kesepakatan mengenai bidang jasa tersebut maka arus keluar masuk tenaga kerja asing akan semakin mudah baik itu di Indonesia maupun di negara ASEAN lainnya. Integrasi sektor jasa harus memfasilitasi proses pembangunan landasan produksi tunggal ASEAN. Inisiatif-inisiatif regional harus pula ditujukan untuk mempromosikan industri jasa berbiaya rendah tetapi berkualitas tinggi yang memungkinkan ASEAN mengembangkan diri sebagai suatu poros alihdaya (outsourching hub) global.15

MRA merupakan instrumen kebijakan yang dibentuk untuk memajukan integrasi ekonomi dan meningkatkan perdagangan antar negara.Kondisi ini dicapai melalui pengurangan hambatan non tarif barang dan jasa. Melalui MRA, untuk produk barang dan jasa yang telah melalui tahapan pengujian/testing, dapat masuk ke negara importir secara langsung tanpa melalui prosedur pengujian

Pada ASEAN sendiri, salah satu upaya yang akan dilakukan untuk mendukung sektor jasa dan bidang terampil adalah pembentukan Mutual Recognition Arrangements atau dapat disebut dengan MRA. MRA ini

adalah kesepakatan yang diakui bersama oleh seluruh negara ASEAN untuk saling mengakui atau menerima beberapa atau semua aspek hasil penilaian seperti hasil tes atau berupa sertifikat.

14

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, Arus Bebas Perdagangan Jasa,

15

(7)

serupa, menurut Tullao dan Cortez, tujuan pembentukan MRA dimaksimalkan untuk menciptakan prosedur dan mekanisme akreditasi mencapai kesamaan / kesetaraan serta mengakui perbedaan antar negara dalam hal pendidikan dan pelatihan, pengalaman, serta persyaratan lisensi untuk praktik profesi.16

Dengan tercapainya kesepakatan MRA, negara-negara akan memperoleh beberapa manfaat berupa pengurangan biaya, kepastian akses pasar, peningkatan daya saing, serta aliran perdagangan yang lebih leluasa. Hingga 2007, terdapat empat MRA yang telah disepakati oleh negara-negara anggota yakni MRA untuk jasa engineering,nursing,architectural, dan surveying qualificatiom. Sementara itu MRA yang masih dalam proses negosiasi adalah MRA untuk sektor jasa-jasa akuntansi, tenaga medis (dokter umum dan dokter gigi), dan pariwisata. Penyusunan MRA untuk bidang professional utama lainnya seperti bidang pertambangan dan e-commerce, hingga 2007 belum dimulai.Dalam hal ini, perlu dikemukakan bahwa penyusunan MRA untuk berbagai bidang professional di negara-negara ASEAN pada prinsipnya bersifat terbuka, sepanjang MRA profesi tersebut dipandang perlu dan dapat dilakukan.17

Adapun untuk tenaga kerja asing bidang jasa pariwisata itu sendiri dibahas oleh Kementerian Pariwisata bersama Sekretariat ASEAN serta menyelenggarakan konferensi internasional “ASEAN Mutual Recognition Arrangement on Tourism Professional (MRA-TP)” pada 8-9 Agustus 2016 di

Hotel Grand Mercure, Kemayoran Jakarta. Dan untuk menyikapi hal ini telah

16

Sjamsul arifin,dkk,op. cit, hlm.251 17

(8)

dikeluarkan beberapa peraturan yang dapat mengakomodir terhadap penggunaan tenaga kerja asing jasa pariwisata terebut.18

B. Rumusan masalah

Adapun dengan berlakunya MRA di bidang jasa pariwisata ini akan membuat satu patokan baru terhadap sistem ketenagakerjaan bidang jasa pariwisata di ASEAN.

Oleh karena latar belakang di atas, maka perlu dilakukan penulisan skripsi dengan judul “Kajian yuridis terhadap penggunaan tenaga kerja asing di bidang jasa pariwisata di Indonesia dalam perspektif Masyarakat Ekonomi

ASEAN (MEA)”

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis paparkan sebelumnya, penulis memilih beberapa hal yang menjadi permasalahan dalam penulisan skripsi ini. Adapun permasalahan yang akan dibahas, antara lain:

1. Apakah konsekuensi yuridis berlakunya kerangka Masyarakat Ekonomi ASEAN bagi Indonesia?

2. Bagaimana pengaturan atas penggunaan tenaga kerja asing bidang jasa pariwisata di Indonesia?

3. Apakah akibat hukum keberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN terhadap penerimaan tenaga kerja asing bagi jasa pariwisata di Indonesia.

18

(9)

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Adapun tujuan yang akan dicapai dari penulisan skripsi ini, adalah:

1. Mengetahui konsekuensi yuridis berlakunya kerangka Masyarakat Ekonomi ASEAN bagi Indonesia

2. Mengetahui pengaturan atas penggunaan tenaga kerja asing bidang jasa pariwisata di Indonesia?

3. Mengetahui akibat hukum keberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN terhadap penerimaan tenaga kerja asing bagi jasa pariwisata di Indonesia.

Adapun manfaat dari penulisan skripsi ini, adalah:

1. Manfaat Teoritis

(10)

2. Manfaat Praktis a. Bagi Akademisi

Diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam memperkaya refrensi kepustakaan bagi akedemisi dan diharapkan dapat menambah wawasan bagi para pembacanya.

b. Bagi Tenaga Kerja Asing

Diharapan dengan penulisan skripsi ini dapat memberikan informasi kepada tenaga kerja asing bagaimana ketentuan hukum dan ketentuan-ketentuan yang harus dipatuhi di Indonesia terkait dengan bekerjanya tenaga kerja asing tersebut di Indonesia dalam jasa pariwisata terkhususnya dengan berlakunya pasar bebas ASEAN.

c. Bagi Pengusaha/Pemberi Kerja Tenaga Kerja Asing

(11)

D. Keaslian Penulisan

Skripsi ini berjudul “Kajian yuridis terhadap penggunaan tenaga kerja asing di bidang jasa pariwisata di Indonesia dalam perspektif Masyarakat

Ekonomi ASEAN (MEA)” Penulis terlebih dahulu melakukan penelusuran terhadap berbagai judul skripsi yang tercatat di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Setelah dilakukan berbagai penelusuran mengenai judul skripsi, dari perpustakaan ataupun media elektonik, maka penulis tertarik membahas tentang Tenaga Kerja Asing jasa pariwisata dan kaitannya dengan berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN yang dilampirkan pada tanggal 26 Mei 2017 membuktikan bahwa judul ini belum ada atau belum terdapat di perpustakaan Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini dilakukan dengan menelusuri karya ilmiah melalui media internet dan sepanjang penelusuran yang dilakukan, belum ada penelitian yang pernah mengangkat topik tersebut.Sekalipun ada tentu saja subtansinya berbeda dengan substansi skripsi ini.

(12)

E. Tinjauan Kepustakaan

Dalam tinjauan kepustakaan dicoba untuk mengemukakan beberapa ketentuan dan batasan yang menjadi sorotan dalam mengadakan studi kepustakaan.Hal ini berguna bagi penulis untuk membantu melihat ruang lingkup skripsi agar berada dalam topik yang diangkat dari permasalahan yang telah disebutkan di atas.

Terkait dengan topik yang diangkat dalam skripsi ini perlu dilakukan pemabtasan terhadap beberapa hal sebagai berikut:

1. Tenaga Kerja Asing

Tenaga Kerja Asing adalah orang asing yang bukan warga negara Indonesia, karena kemampuan dan kualifikasi yang dimilikinya sangat dibutuhkan untuk melakukan kegiatan dana tau pekerjaan di dalam negeri guna memenuhi kebutuhan masyarakat. Terkait dengan kebutuhan masyarakat disini dapat diartikan bahwa tenaga kerja asing terpaksa dipekerjakan oleh pengguna jasa tenaga kerja, Karena pasar kerja yang ada di dalam negeri tidak terdapat tenaga kerja yang memenuhi kualifikasi untuk melaksanakan kegiatan atau pekerjaan yang ada di dalam negeri atau apabila ada jumlahnya sangat terbatas dalam arti volume kerja yang ada dengan jumlah tenaga kerja yang tersedia tidak sebanding.19

Menurut Undang-Undang Nomor 13 tahun 2013 tentang Ketenagakerjaan pada Pasal 1 ayat (18) yang dimaksud dengan Tenaga kerja asing adalah warga warga negara asing pemegang visa dengan maksud bekerja di wilayah

19

(13)

Indonesia.20

2. Tenaga kerja warga negara asing yang mempunyai izin tinggal tetap. Adapun pengertian mengenai tenaga kerja asing juga ditemukan di dalam ketentuan Pasal 1 angka (1) Keputusan Presiden Nomor 75 tahun 1995 tentang Penggunaan Tenaga Kerja Warga Negara Asing Pendatang, yang menyebutkan bahwa Tenaga Kerja Warga Negara Asing Pendatang selanjutnya disingkat TKWNAP adalah Warga Negara Asing yang memiliki Visa Tinggal Terbatas atau izin Tinggal Terbatas atau izin Tinggal Tetap untuk maksud bekerja di dalam wilayah Republik Indonesia. Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa TKA/TKWNAP menurut ketentuan Pasal 1 angka (1) Keppres di atas terdiri dari:

1.Tenaga Kerja warga negara asing yang mempunyai visa tinggal terbatas atau izin terbatas

21

-Pemberi tenaga kerja asing yang selanjutnya disebut pemberi tenaga kerja TKA adalah perusahaan, badan hukum, atau badan-badan lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja asing dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain;

Adapun pengertian lain yang terkait dengan tenaga kerja asing sesuai dengan ketentuan yang ada berlaku di Indonesia adalah

-Tenaga kerja Indonesia pendamping yang selanjutnya disebut sebagai TKI pendamping adalah tenaga kerja warga negara Indonesia yang di tunjuk dan dipersiapkan sebagai pendamping dana tau calon pengganti tenaga kerja asing tersebut;

20

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2013 tentang Ketenagakerjaan 21

(14)

-Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing yang selanjutnya disebut RPTKA adalah rencana penggunaan tenaga kerja asing atau tenaga kerja Indonesia pendamping yang pada jabatan tertentu yang dibuat oleh pemberi kerja Tenaga Kerja Asing untuk jangka waktu tertentu yang disahkan oleh menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi atau pejabat yang ditunjuk;

-Ijin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing yang selanjutnya dibut (IMTA) adalah ijin tertulis yang diberikan oleh menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi atau pejabat yang ditunjuk kepada pemberi kerja Tenaga Kerja Asing;

-Instansi Teknis adalah instansi yang memberikan ijinusaha atau yang bertanggung jawab dalam pembinaan kegiatan usaha pemberi kerja tenaga kerja asing atau yang bertanggung jawab dalam pembinaan profesi.22

2. Pariwisata

Menurut undang-undang kepariwisataan23

Wis(man) - rumah, properti, kampong, komunitas

, pada pasal 1 angka 4 “Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha.”

Istilah pariwisat terlahir dari Bahasa sansekerta yang komponen-komponen terdiri dari:

Pari - penuh, terlengkap, berkeliling

22

C. Sumarprihatiningrum, op.cit. hlm 4 23

(15)

Ata - pergi, terus-menerus, mengembara (roaming about)

Yang bila dirangkai menjadi satu kata melahirkan istilah pariwisata, berarti: pergi secara lengkap meninggalkan rumah (kampong) berkeliling terus menerus. Dalam operasionalnya istilah pariwisata sebagai pengganti istilah asing “tourism” atau “travel” diberi makna oleh Pemerintah Indonesia: “Mereka yang meninggalkan rumah untuk mengadakan perjalanan tanpa mencari nafkah di tempat-tempat yang dikunjungi sambal menikmati kunjungan mereka”.24

3. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

Masyarakat Ekonomi ASEAN “MEA” 2015 “ASEAN Economic Community (AEC)” Merupakan sebuah intergrasi ekonomi ASEAN dalam menghadapi perdagangan bebas antar sesama negara-negara ASEAN. Dalam hal ini berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa MEA ialah sebuah sistem pasar bebas antara sesama negara anggota ASEAN yang menghilangkan pajak atau bea cukai serta kebebasan sebuah negara untuk memasukkan barangnya ke negara lainnya.25

MEA atau ASEAN Economy Community (AEC) merupakan konsep yang mulai digunakan dalam Declaration of ASEAN Concord II (Bali, Oktober 2003.Masyarakat Ekonomi ASEAN adalah salah satu pilar perwujudan ASEAN Vision, bersama-sama dengan ASEAN Security Community (ASC) dan ASEAN

24

Nyoman Pendit, Ilmu Pariwisata (Jakarta: Pradnya Paramita, 2002) hlm. 1 25

(16)

Socio-Cultural Community (ASCC).MEA adalah tujuan akhir dari intergrasi

ekonomi seperti yang dicanangkan dalam ASEAN Vision 2020.26Keputusan penting pada KTT ASEAN ke-12 di Cebu Januari 2007 adalah mempercepat pembentukan Komunitas ASEAN dari target semula tahun 2020 menjadi 2015. Percepatan jadwal ini semula diusulkan dalam KTT ASEAN ke-11 di Kuala Lumpur tahun 2005 dan diperkuat dengan rekomendasi dari ASEAN Economic Ministerial Meeting ke-38 pada Agustus 2006.27Adapun negara negara yang tergabung dalam MEA itu sendiri adalah Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, Singapura, Brunei Darussalam, Vietnam, Laos, Myammar, dan Kamboja.28

Soerjono Soekanto menyatakan bahwa, penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan anlisa konstruksi yang dilaksanakan secara metodologis dan konsisten.

F. Metode Penelitian

29

Metodologis berarti sesuai dengan metode atau cara tertentu. 30Sistematis berarti berdasarkan suatu sistem yang konsisten yang berarti tidak adanya hal-hal yang bertentangan dengan suatu keterangan tertentu.31

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Dalam skripsi ini, metode yang dipakai adalah sebagai berikut:

26

Sjamsul Arifin, Rizal A. Djaafara, op.cit. hlm. 9. 27

Luhulima, Dewi Fortuna Anwar, dkk. Op.cit. hlm. 110 28

KOMINFO, Komunitas ASEAN 2015

29

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta.UI Press, 1986), hlm.46.

30 Ibid. 31

(17)

Jenis Penelitian ini adalah penelitian yuridis normatif, yaitu penelitian yang dilakukan berdasarkan perundang-undangan (law in books) atau hukum dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan berprilaku manusia yang dianggap pantas.32Penelitian yuridis mengandung arti bahwa dalam meninjau dan menganalisa masalah dipergunakan data sekunder dibidang hukum, yaitu meliputi berbagai macam peraturan perundang-undangan, hasil karya ilmiah, hasil-hasil penelitian dan literatur-literatur ilmu hukum.33Sedangkan normatif mengandung arti dalam meninjau dan menganalisa masalahnya dipergunakan pendekatan dengan menganalisa undang-undang.34 Penelitian hukum normatif atau penelitian hukum kepustakaan yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau hanya menggunakan data sekunder.35

2. Data Penelitian

Penelitian yuridis normatif menggunakan data sekunder sebagai data utama. Data sekunder yang digunakan dalam skripsi ini adalah data yang diperoleh dari bahan-bahan hukum yang sudah tersedia, antar lain :36

a. Bahan Hukum Primer

Adapun bahan hukum primer yang digunakan antara lain :

32

Amiruddin dan Zainal Askin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2003), hlm.118.

Tampil Anshari Siregar, Metode Penelitian Hukum Penulisan Skripsi, (Jakarta :PT. Pustaka Bangsa Pres, 2005), hlm. 23.

36

(18)

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (“UUD 1945”);

2. Undang-Undang 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan; 3. Undang-Undang 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan;

4. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia nomor 16 tahun 2015 tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing

5. Peraturan Menteri Pariwisata Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Pemberlakuan Wajib Sertifikasi Kompetensi Di Bidang Pariwisata

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder berupa buku-buku yang terkait dengan judul skripsi, artikel-artikel, hasil-hasil penelitian dan beberapa jurnal yang akan saya jadikan sebagai rujukan untuk melihat penggunaan Tenaga Kerja Asing jasa pariwisata di Indonesia

b. Bahan Hukum Tersier

(19)

3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dari penulisan skripsi ini dilakukan dengan studi pustaka, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka yang diperoleh melalui peraturan perundang-undangan, buku-buku literatur, pendapat sarjana hukum, hasil seminar, artikel dari media elektronik, dan sumber-sumber lain yang berkaitan dengan penelitian ini.

4. Analisis Data

Penelitian ini adalah penelitian yuridis normatif yang bersifat kualitatif, yaitu penelitian yang mengacu pada norma hukum yang terdapat dalam perundang-undangan serta norma-norma yang hidup dan berkembang dalam masyarakat.37

37

Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Palu : Ghalia Indonesia, 2009), hlm.105. Data yang di analisis secara kulitatif akan dikemukakan dalam bentuk uaraian secara sistematis, semua data diseleksi diolah kemudian dinyatakan secara deskriptif sehingga diperoleh jawaban terhadap permasalahan yang diajukan.

5. Sistematika Penulisan

(20)

Bab I berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan dan sistematika penulisan, yang semuanya berkaitan dengan tinjauan yuridis terhadap penggunaan Tenaga Kerja Asing bidang Jasa Pariwisata dalam perspektif Masyarakat Ekonomi ASEAN.

BabII memuat tentang konsekuensi yuridis berlakunya kerrangka Masyarakat Ekonomi ASEAN terhadap Indonesia yang mana nantinya akan dimuat mengenai Sejarah terbentuknya dan tujuan didirikannya MEA, kedudukan MEA dari segi hukum, kesepakatan-kesepakatan dalam kerangka MEA dan konsekuensi hukum berlakunya MEA terhadap Indonesia

Bab III membahas mengenai pengaturan penggunaan tenaga kerja asing di bidang jasa pariwisata di Indonesia, yang mana pada bab ini akan dibahas mengenai pengertian pariwisata dan jasa pariwisata, penggunaan tenaga kerja asing berdasarkan perundang-undangan yang ada di Indonesia, penggunaan tenaga kerja asing di bidang jasa pariwisata di Indonesia serta aspek pengawasan terhadap tenaga kerja asing di bidang jasa pariwisata di Indonesia.

Bab IV membahas mengenai akibat hukum berlakunya MEA terhadap perekonomian tenaga kerja asing bidang jasa pariwisata yang mana akan lebih dibahas secara rinci dengan sub topik kerangka hukum perdagangan jasa dalam kerangka MEA, kebebasan aliran tenaga kerja dalam kerangka MEA, Mutual Recognition Arragement (MRA) dalam tenaga kerja terdidik bidang jasa

(21)

Referensi

Dokumen terkait

Jika Penawar yang Berjaya ingkar dalam mematuhi mana-mana syarat di atas atau membayar apa-apa wang yang harus dibayar, maka Pihak Pemegang Serahhak/Pemberi Pinjaman boleh

Untuk mengukur tingkat akurasi dan error dari pemetaan beban trafo distribusi dengan menggunakan Self Organizing Map dilakukan dengan cara membandingkan hasil clustering masing-

c) The product and services of the organization. Produk dan pelayanan dari organisasi. The organization shall apply all the requirements of this International Standard if they

Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan saksi – saksi dan keterangan pemohon sendiri dengan dikuatkan adanya bukti surat bertana P-3 dan P-4 berupa foto copy kutipan

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah tentang “Fase- Fase Perkembangan dan Faktor-Faktor

Persoalan Kalam Allah termasuk masalah terbesar. Polemik mengenainya berkepanjangan antara golongan Ahlus Sunnah wal Jama'ah di satu pihak dengan sejumlah golongan

[r]

Ja sitten oli siellä aikansa ja käytiin nostamassa, niin niitä niin hirmu paljon meiltä karkas, et siellä oli kyllä rapuja hyvin, mutta sillä menetelmällä me ei saatu