BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan yang ada di dalam Bab I, II, dan III, dapat disimpulkan bahwa makna yang diucapkan oleh Pdt. Izaak Samuel Kijne “Di atas batu ini saya meletakkan peradaban orang Papua, Sekalipun orang memiliki kepandaian tinggi, akal budi dan marifat tetapi tidak
dapat memimpin bangsa ini. Bangsa ini akan bangkit dan memimpin dirinya sendiri”, telah mengalami pergesaran makna.
Dikatakan mengalami pergeseran makna pada masa sekarang dikarenakan pemaknaan kalimat ini sudah tidak sesuai dengan situasi dan maksud yang sebenarnya dari Kijne. Orang Papua pada masa sekarang memaknai kalimat ini untuk bagaimana dapat memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia akibat marginalisasi yang terjadi. Kata-kata ini digunakan sebagai penyemangat dan juga sebagai jalan untuk bagaimana meluruskan keinginan tersebut. Kalimat yang dikeluarkan Kijne ini diyakini oleh orang Papua dikarenakan Kijne yang merupakan utusan zending tersebut telah dianggap sebagai nabi bagi orang Papua yang banyak membuat perubahan bagi peradaban di Papua.
zending yang merupakan orang asli Belanda juga menginginkan bahwa orang Papua akan memimpin dirinya sendiri dan terlepas dari Belanda yang pada saat itu berada bersama-sama dengan orang Papua.
Bila dilihat dari konteks orang Papua yang berada dalam marginalisasi pada masa sekarang, makna tersebut mulai mengalami pergeseran makna kearah politik. Tetapi yang dimaksudkan oleh Kijne sebenarnya adalah murni untuk membentuk sebuah peradaban baru melalui Pendidikan. Dalam hal ini ada tiga aspek yang paling mendasar yang perlu dicatat untuk membentuk perdaban baru di Papua saat itu, yaitu: Injil, Pendidikan dan Peradaban. Melalui ketiga hal ini, Kijne mencoba untuk membentuk peradaban orang Papua menuju ke arah yang lebih baik dan penuh keteraturan.
Cara sebenarnya bagi orang Papua untuk dapat menjadi pemimpin bagi dirinya dan bangsanya sendiri adalah dengan melihat kata-kata ini sebagai cambuk bagi dirinya. Bagi orang yang sedang dalam masa pendidikan, kata-kata berhikmat ini dipakai menjadi doa baginya untuk menjadi pemimpin. Bagi para pemimpin, kata-kata ini harus dilihat sebagai motivasi positif dan berkat bagi yang sedang memimpn seperti apa yang Kijne maksudkan.
B. Saran
Memimpin diri sendiri telah mengalami pergeseran makna dalam pandangan orang Papua. Dalam hal ini orang Papua perlu lebih memaknai lagi apa maksud sebenarnya dari makna kalimat ini. Kalimat ini pada dasarnya bersifat menyeluruh di dalam semua bidang. Bagaimana orang Papua nantinya dapat menjadi pemimpin. Karena hanya orang Papua yang mampu memimpin dirinya dan masyarakatnya. Ini adalah hal yang paling hakiki yang dimiliki oleh semua orang. Ketika orang Papua ingin menjadi Pemimpin, hal yang paling penting dari kepemimpinan yang harus diingat adalah takut akan Tuhan. Dengan Takut akan Tuhan dengan sendirinya akan membuat manusia mengenal kasih.
Ketika kasih dimiliki oleh orang Papua maka tidak akan ada marginalisasi yang terjadi seperti sekarang ini. Kasih juga menembus perbedaan dan akan menghilangkan pengelompakan berdasarkan suku yang diciptakan dan yang terjadi di Papua sekarang ini. Pengelompokan itulah yang akan membuat perpecahan bagi orang Papua. Hal ini perlu disikapi secara langsung dan menyeluruh oleh orang Papua, untuk menciptakan Papua yang hidup bersatu dalam kepemimpinan yang majemuk.