A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian survei (survey research design) yaitu prosedur dalam penelitian kuantitatif yang menyelidiki sampel atau populasi untuk mendeskripsikan sikap, pendapat, perilaku, atau karakteristik dari populasi. Dalam penelitian survei, peneliti mengumpulkan data berupa angka-angka menggunakan kuesioner atau wawancara, dan menganalisis data tersebut secara statistik untuk mendeskripsikan tanggapan partisipan serta menguji pertanyaan penelitian (Creswell, 2012).
Tujuan utama dari survei adalah mengetahui gambaran umum karakteristik dari populasi. Pada dasarnya yang ingin dicari peneliti adalah bagaimana anggota dari suatu populasi tersebar dalam satu atau lebih variabel (Hamdi & Bahruddin, 2014). Desain penelitian survei yang dipilih adalah survei jenis cross-sectional karena peneliti mengumpulkan pengukuran sikap pada satu
titik waktu yang dalam prosesnya tidak membutuhkan waktu lama serta memungkinkan peneliti untuk melakukan perbandingan.
Rancangan studi survei dalam penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kecenderungan burnout pada guru BK Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri di Kota Bandung dan penyebarannya pada 6 variabel demografi yaitu status kerja, usia, masa kerja, jenis kelamin, tingkat pendidikan serta latar belakang pendidikan guru BK.
B. Partisipan
1. Partisipan
Partisipan penelitian yang ikut serta dalam penelitian yaitu guru BK/ konselor SMK Negeri se-Kota Bandung.
2. Sampel
(Sugiyono, 2002). Adapun banyaknya populasi dalam penelitian ini berjumlah 60 orang yang terbagi dalam 15 sekolah, dengan rincian sebagai berikut:
Burnout merupakan kombinasi beberapa penyakit fisik dan emosional
menyenangkan diluar pekerjaan (Lee dkk., 2010; Gnilka, Karpinski & Smith, 2015).
Lee dkk. menggunakan konsep yang dikemukakan Maslach dimana burnout merupakan sindrom individual. Namun penelitian terbaru
mengarahkan burnout lebih kepada faktor domain lingkungan dan organisasi yang lebih spesifik. Maslach juga menyebutkan pengukuran burnout perlu mengukur faktor utama dan lingkungan/ organisasi. Untuk
mengatasi hal ini, Lee dkk. mendefinisikan burnout dengan faktor lingkungan/ organisasi di dalamnya (Gnilka, Karpinski, & Smith, 2015). 2. Jenis Instrumen
Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Counselor Burnout Inventory (CBI) yang dikembangkan oleh Lee dkk. pada tahun 2007 dan berisikan 5 subskala, yaitu perasaan kelelahan, lingkungan kerja yang negatif, inkompetensi, mendevaluasi konseli, dan penurunan pencapaian pribadi. CBI terdiri dari 20 item pengukuran dengan skala 1 untuk tidak pernah benar hingga 5 untuk selalu benar, semakin besar angka maka akan semakin merepresentasikan simptom burnout yang lebih tinggi (Lee dkk., 2007; Carrola dkk., 2012; Khalsa, 2012). Kisi-kisi instrumen berdasarkan aspek burnout konselor adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen
No. Dimensi yang Diukur No. Item
1. Perasaan kelelahan 1, 5, 10, 15
2. Inkompetensi 6, 11
3. Lingkungan kerja yang negatif 2, 7, 12, 16
4. Mendevaluasi konseli 3, 8, 13, 17
5. Penurunan pencapaian pribadi 4, 9, 14, 18
3. Uji Coba Instrumen Penelitian
a. Uji Kelayakan
Uji kelayakan dilakukan untuk mendapatkan instrumen yang layak digunakan dalam penelitian dengan cara meminta pendapat para ahli (expert judgment). Dalam hal ini, setelah instrumen CBI diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia,kemudian dikonsultasikan dengan ahli. Ahli yang diikusertakan dalam judgment adalah dosen Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan untuk melihat apakah pernyataan yang terdapat dalam angket dapat dipahami makna dan redaksinya. Dari pelaksanaan judgment, beberapa hal yang diperbaiki antara lain:
1) Mengubah kalimat pasif menjadi aktif 2) Perbaikan penulisan
3) Mengganti istilah dari luar negeri menjadi yang lebih familiar oleh konselor di lapangan, seperti supervisor menjadi pengawas BK dan klien menjadi konseli.
b. Uji Keterbacaan
Uji keterbacaan dilakukan dengan menyebarkan instrumen uji coba kepada 30 orang sampel yang dianggap setara dengan populasi penelitian, yakni guru BK tingkat SMP/ SMA/ SMK Swasta. Uji keterbacaan dilakukan untuk mengukur keterbacaan instrumen oleh partisipan. Berdasarkan hasil uji keterbacaan, seluruh pernyataan mampu dipahami oleh partisipan.
c. Uji Validitas
(Widoyoko, 2014). Oleh karenanya, peneliti bermaksud menguji validitas instrumen menggunakan validitas internal.
Dalam prosedur penyusunan tes, dilakukan terlebih dahulu prosedur analisis item, dengan cara menguji karakteristik masing-masing item yang akan menjadi bagian tes yang bersangkutan. Item-item yang tidak memenuhi persyaratan kualitas tidak boleh diikutkan sebagai bagian dari tes (Azwar, 2014). Data hasil uji coba instrumen diolah validitasnya menggunakan bantuan software SPSS versi 23.0. Validitas item dilakukan dengan menganalisis daya pembeda mengunakan prosedur pengujian Spearman's rho.
Sebagai kriteria pemilihan item berdasar korelasi item total, digunakan batasan koefisien >0,30. Semua item yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,3 daya pembedanya dinyatakan memenuhi syarat psikometrik sebagai bagian dari tes (Azwar, 2014). Artinya apabila rxy lebih besar atau sama dengan 0,3 (rxy > 0,3), nomor
butir tersebut dapat dikatakan valid. Sebaliknya, apabila rxy lebih kecil
dari 0,3 (rxy < 0,3), nomor butir tersebut dikatakan tidak valid
(Widoyoko, 2014). Melalui perhitungan dengan bantuan software SPSS versi 23.0, hasil memperlihatkan dari ke-20 butir item yang diujicobakan, diperoleh 18 item yang memiliki korelasi > 0,3 berdarkan skor total (lampiran 2).
d. Uji Reliabilitas
Reliabilitas sama dengan konsistensi atau keajegan. Suatu instrumen penelitian dikatakan mempunyai nilai reliabilitas yang tinggi, apabila tes yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur yang hendak diukur (Sukardi, 2011). Secara garis besar ada dua jenis reliabilitas yaitu eksternal (pararel dan tes berulang) serta internal (instrumen skor diskrit dan skor non diskrit). Untuk instrumen skor non diskrit ini, analisis reliabilitasnya menggunakan rumus Alpha (Widoyoko, 2014).
kritik untuk indeks reliabilitas instrumen menurut Kaplan adalah 0,7. Artinya, suatu instrumen dikatakan reliabel jika mempunyai nilai koefisien Alpha sekurang-kurangnya 0,7 (Widoyoko, 2014).
Berdasarkan perhitungan dengan bantuan software SPSS versi 23.0, hasil memperlihatkan indeks reliabilitas instrumen CBI adalah sebesar 0,927 (lampiran 2). Indeks tersebut menunjukkan instrumen tersebut reliabel (> 0,7) dan dapat digunakan dalam penelitian.
D. Prosedur Penelitian
Pengumpulan data berupa angket dilakukan peneliti dengan mengunjungi seluruh SMK Negeri di Kota Bandung secara bergantian. Pada setiap sekolah dilakukan pengulangan langkah sebagai berikut:
1. Mempersiapkan kelengkapan dan petunjuk pengerjaan instrumen.
2. Mengecek kesiapan guru BK yang menjadi partisipan dalam penelitian. Apabila terdapat personel BK yang tidak berada ditempat, maka angket akan dititipkan pada personel BK yang ada untuk kemudian diambil jika telah diisi.
3. Menjelaskan petunjuk pengisian kepada para guru BK dan memberikan kesempatan guru BK untuk bertanya apabila ada petunjuk yang kurang dipahami.
4. Mempersilahkan guru BK untuk mengisi angket yang telah dipersiapkan sebelumnya selama 10 menit.
5. Mengumpulkan kembali angket yang telah selesai diisi serta mengecek kelengkapan identitas maupun jawaban para guru BK.
E. Teknik Analisis Data
1. Verifikasi Data
Verifikasi data bertujuan untuk menyeleksi data yang dianggap layak untuk diolah. Tahapan verifikasi dilakukan sebagai berikut:
a. Melakukan pengecekan jumlah instrumen yang terkumpul.
c. Melakukan rekapitulasi data, kemudian dilakukan perhitungan statistik sesuai dengan analisis yang dibutuhkan.
2. Pedoman Penyekoran (Scoring)
Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sheingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengkukuran akan menghasilkan data kuantitatif. Pengukuran menggunakan aturan tertentu yang dikenal dengan aturan skoring (Widoyoko, 2014). Dalam penelitian ini, seluruh pernyataan instrumen adalah pernyataan negatif. Pada alternatif jawaban digunakan skala interval 1-5. Skala interval mendeskripsikan perbedaan jarak antara titik-titik angka tertentu dengan nilai interval yang sama untuk setiap angka karena menggunakan unit pengukuran yang konsisten. Oleh karena itu, angka dalam data interval dapat dioperasikan dengan operasi hitungan (Djaali & Muljono, 2008, hlm. 27).
3. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan untuk menghitung tingkatan burnout berdasarkan karakteristik demografi (jenis kelamin, usia, masa kerja, tingkat dan latar belakang pendidikan). Pengolahan data dilakukan melalui tahapan awal sebagai berikut:
a. Melakukan input data partisipan untuk menghitung tingkatan burnout guru BK SMK Negeri se-Kota Bandung.
b. Menghitung skor total setiap partisipan.
Untuk menjawab pertanyaan penelitian ke-1, dilanjutkan dengan tahapan:
a. Menghitung rata-rata skor seluruh partisipan pada data secara menyeluruh. Rumus rata-rata adalah:
Keterangan:
x̄ = rata-rata data
b. Menghitung simpangan baku skor seluruh partisipan pada data secara menyeluruh. Rumus simpangan baku adalah:
Keterangan:
S = simpangan baku
xi = data ke-i
x̄ = rata-rata
n = banyaknya data
c. Mendapatkan hasil rata-rata keseluruhan burnout konselor, yang selanjutnya dikategorikan sesuai dengan kategori burnout yakni tinggi, sedang, dan rendah (Maslach, Jackson, & Leiter, 1996).
Tabel 3.3 Kategori Skor Burnout
Interval Mean Kategori
>68 Tinggi
43-67 Sedang
18-42 Rendah
Untuk menjawab pertanyaan penelitian ke-2 sampai dengan 6, tahapan awal dilanjutkan dengan tahapan:
a. Mengelompokkan data berdasarkan karakteristik demografi yang dibutuhkan dalam penelitian yaitu status kerja, jenis kelamin, usia, masa kerja, status kepegawaian, tingkat dan latar belakang pendidikan.
b. Menghitung rata-rata skor partisipan berdasarkan demografi.
c. Menghitung simpangan baku skor partisipan berdasarkan demografi. d. Melakukan perbandingan rata-rata dan simpangan baku partisipan