• Tidak ada hasil yang ditemukan

Per Pen Sejarah dan Aliran Perencanaan P

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Per Pen Sejarah dan Aliran Perencanaan P"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PERKEMBANGAN DAN ALIRAN-ALIRAN PERENCANAAN PENDIDIKAN

Makalah

Diajukan Guna Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Perencanaan Pendidikan

Dosen Pengampu:

Dr. WAWAN AHMAD RIDWAN, M.Ag Dr. MASDUKI DURYAT, M.Pd.I

Disusun oleh :

LUKMANUL HAKIM (17086010010)

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI CIREBON

(2)

BAB I PENDAHULUAN

Perencanaan pendidikan merupakan kegiatan awal dalam rangka penyusunan kebijakan-kebijakan yang akan diterapkan di masa yang akan datang terkait dengan bidang pendidikan. Dalam bidang pendidikan perencanaan merupakan salah satu yang menjadi faktor kunci kesuksesan dan keberlangsungan pelaksanaan kegiatan-kegiatan pendidikan yang diselenggarakan oleh sebuah lembaga pendidikan guna mencapai tujuan yang diharapkan.

Tahapan-tahapan dalam merencakan suatu kebijakan dalam bidang pendidikan tentunya dipengaruhi atau dilatarbelakangi oleh sejarah perencanaan pendidikan dan aliran-aliran perencanaan pendidikan itu sendiri. Munculnya kesadaran akan pentingnya perencanaan pendidikan dipelopori oleh bangsa Rusia yang kemudian diikuti oleh bangsa-bangsa lainnya. Pentingnya perencanaan pendidikan juga di sadari oleh dunia sehingga UNESCO menciptakan peraturan tentang perencanaan pendidikan. Di Indonesia sendiri perencanaan pendidikan dirintis awal sekitar tahun 1969 dengan dilaksanakannya suatu proyek penilaian nasional pendidikan.

(3)

BAB II PEMBAHASAN

A. Sejarah Perkembangan Perencanaan Pendidikan

Perenacaan merupakan hal yang paling mendasar yang harus dilakukan terlebih dahulu sebelum memutuskan sebuah kebijakan dalam bertindak, terlebih lagi perencanaan memegang peranan penting dalam berbagai bidang dan ruang lingkup. Perencanaan terletak sebagai pondasi penentu dan sekaligus pemberi arah terhadap tujuan yang akan dicapai.

Awal dari penciptaan manusia sebagai titik awal sejarah perkembangan perencanaan, kita tentu mengingat tatkala diskusi antara Allah dan para malaikat tentang penciptaan manusia dapat dikatakan sebuah perencanaan. Jadi bisa dikatakan secara teoritis, perencaan dimulai sejak jaman azali.

Afifuddin1 menerangkan bahwa pemikiran tentang perencanaan pendidikan

sebenarnya sudah lama dimulai, seperti yang telah dikatakan oleh Xenopon dalam “Lacedaemonian Conclusion”. Sejak 2500 tahun yang lalu, yang menceritakan bahwa negara Sparta telah membuat perencanaan pendidikan bagi warganya untuk memenuhi keperluan kepemimpinan dalam maksud politik bagi Athena. Sejalan dengan Afifuddin, sejarah perkembangan perencanaan Sparta juga dikemukakan oleh Udin Syaefudin Saud2 bahwa sejak zaman kuno para ahli filsafat dan

pendidikan sudah memiliki gagasan perencanaan pendidikan yang bersifat murni spekulatif. Xenephon pernah mengemukakan dalam konstitusi Lacerdaemonian-nya yang menunjukkan kepada orang-orang Athena, bagaimana orang-orang Sparta pada 2500 tahun yang lalu merencanakan pendidikannya yang disesuaikan dengan tujuan militer, sosial, dan ekonomi mereka. Plato dalam bukunya, Republik, membuat suatu rencana pendidikan yang dapat memenuhi kebutuhan pemimpin dan kebutuhan politik athena. Tujuan pendidikan menurut Plato adalah untuk kebahagiaan individu dan kesejateraan negara.

1 Afifuddin, Perencanaan dan Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar

(Bandung: Insan Mandiri, 2005). Hal. 6.

(4)

Pada masa dinasti Han di daratan Cina dan pada masa peradaban Inca di Peru telah dilakukan penyusunan suatu rencana pendidikan, perencanaannya disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat pada masa itu. Pada zaman ini terbukti bahwa betapa pentingnya fungsi perencanaan pendidikan dalam kaitannya dengan sistem pendidikan dan tujuan masyarakat, sehingga dapat dilihat bahwa pendidikan adalah suatu alat untuk mencapai perubahan dan untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik.3

Pada zaman Renaissance, John Knot menyusun suatu sistem pendidikan nasional yang dapat dijadikan pedoman orang Scots untuk dapat menikmati kehidupan material dan spiritual. Ketika itu Comenius telah menyusun suatu kerangka dasar organisasi sekolah yang bersifat terpusat.4 Apa yang dilakukan

Knot terjadi pada abad ke-16. Knot mengusulkan rencana untuk sistem persekolahan dan kursus-kursus nasional, sehingga rencana khusus bangsa Scott (Scotlandia) memiliki suatu bentuk untuk perpaduan antara kepuasan spiritual dan kesejahteraan material.5

Pada abad ke-18 ditemukan tulisan yang berkenaan dengan perencanaan pendidikan yang berjudul Perencanaan Universitas di Rusia karya Diderot.6

Tulisan pada abad ke-18 ini merupakan salah satu rencana pendidikan yang dikenal dalam era kebangkitan Eropa yaitu “Plan D’une L’niversite Pour Le Government de Russie” yang disiapkan oleh Diderot atas pesanan Tsar Katherina II dari Rusia. Perealisasinya untuk membentuk masyarakat baru adalah rencana lima tahun pertama negara Uni Soviet muda pada tahun 1923.7

Pada permulaan abad ke-19 di Eropa telah banyak diciptakan sistem dan slogan pendidikan seperti: “An Education Plan” dan “The Reform Teaching” yang dimaksudkan untuk pembaharuan dan peningkatan sosial.8

3 Ibid. Hal. 30

4 Kahar Utsman dan Nadhirin, Perencanaan Pendidikan (Kudus: STAIN Kudus, 2008). Hal. 1.

5 Saud dan Syamsudin, Perencanaan Pendidikan Suatu Pendekatan Komprehensif. Hal. 30.

6 Husaini Usman, Manajemen : Teori, Praktek, dan Riset Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2011). Hal. 66.

(5)

Selanjutnya Setelah Perang Dunia I, pada tahun 1923, Rusia dalam Rencana Pembangunan Lima Tahun I merupakan negara pertama yang menerapkan konsep perencanaan pendidikan, kemudian diikuti Prancis pada tahun 1929, Amerika Serikat pada tahun 1933, Swiss pada tahun 1941, dan Puerto Rico pada tahun 1942. Setelah Perang Dunia II, muncul pergolakan sosial dan ledakan penduduk. Sementara itu sumber daya semakin mahal dan langka. Akibatnya, beberapa negara di Eropa memandang bahwa perencanaan pendidikan itu penting mengingat keterbatasan sumber daya tadi. Sejak itu Inggris pada tahun 1944 melakukan wajib belajar di 146 daerah dan para pejabat daerahnya diminta untuk menyiapkan perencanaan pendidikan.9

Tujuh tahun kemudian yaitu pada tahun 1951 Prancis membentuk komisi perencanaan untuk pembangunan sekolah, universitas, ilmu pengetahuan dan seni (A Commision du Plan d’equipement Scolaire, Universtaire, Scientifique et Artistique). Selanjutnya pada tahun 1953 pendidikan merupakan bagian integral dari rencana pembangunan nasional.10

Qowiy11 melanjutkan bahwa sejak tahun 1950 dan seterusnya beberapa

negara yang baru memperoleh kemerdekaan mulai menerapkan perencanaan pendidikan sebagai instrumen untuk meningkatkan pembangunan pendidikannya. Rencana pembangunan India (1951-1955) telah menempatkan pendidikan dalam kerangka pembangunan ekonomi dan sosial, kemudian Ghana melaksanakan pembangunan 8 tahun di mana pendidikan menempati salah satu prioritas yang cukup tinggi, dan pada tahun 1952 Birma mengesahkan rencana pembangunan pendidikan selama empat tahun.

Selain itu selama 25 tahun setelah Perang Dunia ke-2, yaitu antara tahun 1945-1970, sistem pendidikan dan lingkungan mengalami perkembangan yang dahsyat di seluruh dunia. Perkembangan ilmu dan teknologi, penduduk, dan politik, ekonomi, serta perubahan kebudayaan. Perkembangan tersebut berakibat

8 Saud dan Syamsudin, Perencanaan Pendidikan Suatu Pendekatan Komprehensif. Hal. 30.

9 Usman, Manajemen : Teori, Praktek, dan Riset Pendidikan. Hal. 66

10 Qowsiy, “Pengertian dan Sejarah Perkembangan Perencanaan Pendidikan,” diakses Maret 20, 2018, https://munafiahqowsiy.wordpress.com/author/qowsiy/.

(6)

terhadap pendidikan sehingga pada sektor pendidikan memiliki tugas-tugas baru, tekanan, dan masalah-masalah yang jauh lebih berat baik dari segi kualitas maupun kuantitas untuk menjawab tantangan perkembangan tersebut.12 Sehingga

cara-cara perencanaan yang sudah berkembang pada saat itu tidak dapat menyelesaikan atau tidak dapat sejalan dengan perkembangan jaman yang terjadi.

Muncullah gagasan yang dikemukakan oleh Dr. Phillip Combs yang berjudul “The World Educational Crisis a System Analysis” pada tahun 1968. Dalam buku tersebut, Combs dengan brilian mengemukakan bahwa dunia pendidikan tengah mengalami krisis besar karena kebutuhan dan perkembangan pendidikan tidak akan dapat dipenuhi dengan sumber-sumber yang tersedia. Oleh karena itu, Combs menghimbau agar pendidikan direncanakan dengan seksama dengan melihat keterbatasan-keterbatasan yang ada dan diarahkan pada penyelenggaraan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan ekonomi dan sosial masyarakat yang bersangkutan.13

Dikutip dari Husaini Usman14 pada tahun 1956-1965 telah dilaksanakan

berbagai seminar, lokakarya, dan konferensi pendidikan, baik di tingkat lokal, regional, nasional, maupun internasional. Salah satu kegiatannya adalah Konferensi Santiago di Chili (1962). Konferensi itu menghasilkan Deklarasi Santiago. Salah satu rekomendasi Santiago tersebut adalah anggaran untuk biaya pendidikan sebesar minimal 4 persen dari pendapatan nasional. Jika pada Konferensi Santiago lebih menitikberatkan pada pendekatan kuantitatif maka pada Konferensi Buenes Aires (1965) lebih menitikberatkan pada pendekatan kualitatif yang berkenaan dengan isi, metode, dan evaluasi pendidikan.

Lanjut Husaini Usman15 pada tahun 1960 dilaksanakan Konferensi Karachi

yang menghasilkan rencana kerja pembangunan pendidikan di wilayah Asia yang selanjutnya melahirkan Karachi Plan. Karachi Plan tersebut berisikan rekomendasi (1) perluasan kesempatan untuk memperoleh pendidikan bagi usia

12 Sarbini dan Lina, Perencanaan Pendidikan. Hal. 37.

13 Afifuddin, Perencanaan dan Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Hal. 7.

14 Usman, Manajemen : Teori, Praktek, dan Riset Pendidikan. Hal. 66-69.

(7)

sekolah dasar secara bebas melalui Kewajiban Belajar, dan (2) pembentukan unit pelayanan perencanaan pendidikan di tingkat nasional.

Kemudain Husaini Usman16 memaparkan bahwa beberapa konferensi

tentang pembangunan pendidikan melalui instrumen perencanaan pendidikan juga diadakan di negara-negara Afrika. Pada tahun 1961 diadakan Konferensi Addis Ababa yang menghasilkan Garis-Garis Besar Rencana Pembangunan Pendidikan di Afrika. Selanjutnya, pada tahun 1962 dilakukan Konferensi Paris yang merekomendasikan agar di setiap negara Afrika dibentuk badan-badan atau unit-unit kerja perencanaan pendidikan.

Sejak tahun1960-an, mulailah dunia diramaikan oleh beberapa tanggapan, tulisan, seminar, dan sebagainya yang mengulas dan membicarakan masalah pentingnya perencaan pendidikan. Pada awal tahun 1960-an itulah UNESCO (United Nation for Education, Social and Cultural Organization) mengambil prakarsa untuk mengkoordinasikan segala usaha ke arah lahirnya perencanaan pendidikan sebagai suatu aplikasi dari analisis yang rasional dan sistematis terhadap proses perkembangan pendidikan. Tujuannya adalah agar pendidikan lebih efektif dan efisien dalam menanggapi kebutuhan anak didik dan masyarakat pada umumnya.17

Setelah melalui berbagai sidang yang intensif, akhirnya Sidang Umum UNESCO (1960) memutuskan untuk mendirikan empat pusat pendidikan dan pelatihan regional perencanaan pendidikan, yaitu The Regional Centre for Educational Planning and Administration untuk negara-negara Arab (Beirut,1961); The Asian Institute of Educational Planning and Administration (New Delhi,1962); The Regional Institute of Educational Planning and Administration for Latin America and Caribbean (Santiago,1968); The Regional Educational Planning and Administration Group for Africa.18

Pada Sidang Umum UNESCO tahun 1962 seperti yang kemukan oleh Afifudin19 diputuskan untuk mendirikan International Institute of Educational

16 Ibid.

17 Afifuddin, Perencanaan dan Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Hal. 8

18 Ibid.

(8)

Planning (IIEP) di Paris pada tahun 1963. Tujuan didirikannya IIEP adalah untuk memperluas pengetahuan dan memasok ahli-ahli yang kompeten di bidang perencanaan pendidikan untuk membantu bangsa-bangsa di dunia untuk meningkatkan pembangunan mereka. Tugas utama institusi ini adalah melaksanakan pendidikan dan pelatihan spesialisasi perencanaan pendidikan.

B. Sejarah Perencanaan Pendidikan di Indonesia

Gema isu perencanaan pendidikan sampai di Indonesia sekitar tahun 1968, yaitu dengan dilaksanakannya suatu Proyek Penilaian Nasional Pendidikan (PPNP). Proyek ini mendapatkan bantuan besar dari berbagai pihak, baik dari dalam maupun luar negeri. Kegiatan proyek ini lebih utamanya adalah mengadakan penelitian, seminar, simposium, dan diskusi yang kesemuanya diarahkan untuk menghasilkan diagnosis tentang keadaan pendidikan di Indonesia yang meliputi aspek-aspek kuantitas pendidikan dan kualitas untuk semua jenjang pendidikan dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi dan semua pendidikan, baik umum maupun kejuruan.20

Pengaruh isu perencanaan yang pendidikan masuk ke Indonesia pada tahun 1968, yaitu dengan dilaksanakannya Proyek Penilaian Nasional Pendidikan (PPNP). Hasil PPNP telah menarik perhatian UNESCO dan UNDP. Selanjutnya, mereka bersedia membantu Indonesia untuk mengembangkan perencanaan pendidikan.

Kemudian mengutip dari Endang Soenarya21 dengan berdirinya Badan

Penelitian Pendidikan (BPP) pada tahun 1969 yang kemudian berubah menjadi Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan, kegiatan perencanaan pendidikan mulai tampak perkembangannya. Melalui bantuan finansial dan bantuan teknik dari UNESCO, secara berangsur-angsur dikirim beberapa utusan tenaga perencana untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan perencanaan pendidikan yang diselenggarakan oleh Asian Institute of Educational

20 Afifuddin, Perencanaan dan Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Hal. 8.

(9)

Planning and Administration di New Delhi, INNOTECH di Manila dan untuk program Educational Planning Specialist, yaitu pendidikan dan pelatihan perencanaan pendidikan tingkat tinggi di International Institute for Educational Planning (IIEP) di Paris.

Sejak alumni pertama (1969) sampai dengan terakhir (1989) tenaga perencanaan pendidikan dari Indonesia yang telah mengikuti program pendidikan dan pelatihan di IIEP berjumlah sekitar 36 orang, mereka sekarang bekerja pada unit-unit perencanaan pendidikan di tingkat pusat dan Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Di samping mereka yang telah mengikuti pendidikan dan pelatihan perencanaan pada IIEP, telah pula dikirimkan sejumlah tenaga untuk mengikuti pelatihan jangka pendek, seminar, dan lokakarya yang diselenggarakan oleh UNESCO Regional Office for Asia and Pasific di Bangkok.

Selanjutnya Supardi22 memaparkan perencanaan pendidikan di Indonesia

mengikuti perencanaan pembangunan nasional atau yang lebih di kenal dengan REPELITA kurun waktu antara 1967-1998, dan program pembangunan Ekonomi Nasional 1999-2004, serta Program Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2004-2009, sebagai berikut:

REPELITA I tahun 1968-1975 perencanaan pendidikan nasional dibebankan kepada Badan Pengembangan Pendidikan (BPP) yang berada di bawah naungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dengan tugas utama membantu menteri dalam bidang penelitian dan perencanaan pendidikan serta mengadakan penyempurnaan dalam rangka penegmbangan pendidikan.

Pada tahun 1975 dibentuk Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan (BP3K) dan kemudian BP3K membentuk suatu “Proyek Perintis Perencanaan Integral Pendidikan Derah” atau PROPPIPDA di Sumatra Barat dan Jawa Timur.

Pada tahun 1980 di lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan telah dilaksanakan “Sistem Mekanisme perencanaan Tahunan Terpadu rutin dan

22 Supardi dan Darwyan Syah, Perencanaan Pendidikan Suatu Pendekatan Praktik

(10)

Pembangunan” sebagai upaya menyatukan pendapat dan pikiran serta gagasan dalam merencanakan pendidikan dan kebudayaan.

Selanjutnya pada Repelita II dan seterusnya perencanaa pendidikan di Indonesia di koordinasikan oleh Biro Perencanaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Departemen Pendidikan Nasional) sekarang.

Pada tahun 1983 muncul gagasan untuk melakukan perencanaan pada daerah tingkat II Kabupaten/Kota, dimana perencanaan pendidikan diarahkan pada perencanaan yang lebih rasional, lebih komfrehensif, lebih nyata dan tegas seta lebih di sesuaikan dengan kondisi sosiografis dan potensi dareah masing-masing.

Lanjut menurut Supardi23 seiring dengan tuntunan Reformasi pada tahun

1998,dan dikeluarkannya undang-undang mengenai otonomi daerah serta pada era program pembangunan Ekonomi Nasional 1999-2004 serta Rencana Pembangunan jangka menengah Nasional 2004-2009 perencanaan pendidikan diitik beratkan pada daerah tingkat satu dan lebih dititik beratkan lagi pada daerah tingkat satu dan lebih dititik beratkan lagi daerah tingkat dua dengan dibentuknya DinasPendidikan dan sub dinas / seksi dinas pada masing-masing Kabupaten / Kota.

Kemudian mengenai arah pembanguan bidang pendidikan nasional pada program pembangunan Ekonomi Nasional (PROPENAS) 1999-2004 menurut Supardi24 secara garis besar adalah mengupayakan perluasan dan pemerataan

kesempatan pendidikan, meningkatkan mutu kesejahteraan tenaga pendidik, memberdayakan lembaga pendidikan sebagai pusat kebudayaan, nilai, sikap dan kemampuan, melakukan pembaruan dan pemantapan sistem pendidikan termasuk pembaruan dan kurikulum dan pelaksanan desentralisasi pendidikan, meningkatkan kulitas lembaga pendidikan dalam menghadapi perekembangan ilmi pengetahuan, teknologi dan seni serta mengembangkan sumber daya manusia sedini mungkin.

23 Supardi dan Syah, Perencanaan Pendidikan Suatu Pendekatan Praktik. 44-47

(11)

Sedangkan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 20004-2009 masih mengutip Supardi25 diarahkan pada peningkatan akses masyarakat

terhadap pendidikan yang berkualitas dengan sasaran : meningkatkan presentase siswa yang menamatkan program wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun; meningkatkan kualitas pendidikan, meningkatkan relevansi pendidikan dengan kebutuhan pembangunan, meningkatkan efektivitas dan efisiensi manajemen pelayanan pendidikan.

C. Aliran-Aliran Perencanaan

Berikut dijelaskan aliran-aliran perencanaan menurut Sarbini dan Neneng Lina26 :

1. Aliran Perencanaan Komprehensif

Aliran ini memiliki arti menyeluruh, analisis dalam perencanaan komprehensif dilakukan dari semua aspek kehidupan perkotaan (kependudukan, perekonomian, sosial, fisik, dan sebagainya). Proses perencanaan komprehensif dilakukan secara sekuensial (urut). Adapun langkahnya meliputi (1) pengumpulan dan pengolahan data, (2) analisis, (3) perumusan tujuan dan sasaran perencanaan, (4) pengembangan alternatif rencana, (5) evaluasi dan seleksi alternatif rencana, dan (6) penyusunan dokumen rencana. Hasil perencanaan bersifat terperinci, jelas dan berupa rancangan pengembangan fisik atau tata ruang.

2. Aliran Perencanaan Induk

Perencanaan induk (master planning), biasanya diterapkan pada perencanaan kompleks bangunan atau kota baru secara fisik. Proses perencanaan induk mengacu kepada perencanaan dan perancangan arsitektur, yaitu dengan langkah-langkah sekuensial (urut) : (1) problem seeking, (2) programming, (3) designing. Hasil perencanaan atau perancangan dilakukan kegiatan konstruksi atau pelaksanaan aksi atau tindakan.

25 Ibid. Hal. 47.

(12)

3. Aliran Perencanaan Strategis

Pendekatan perencanaan strategis memfokuskan secara efisien pada tujuan yang spesifik, dengan meniru cara perusahaan swasta yang diterapkan pada gaya perencanaan publik, tanpa menswastakan kepemilikan publik. Perencanaan strategis tidak mengenal standar baku, dan prosesnya mempunyai variasi yang tidak terbatas. Setiap penerapan perlu merancang variasinya sesuai dengan kebutuhan, situasi, dan kondisi setempat. Meskipun demikian, secara umum, proses perencanaan strategis memuat unsur-unsur :

1) Perumusan visi dan misi

2) Pengkajian lingkungan eksternal 3) Pengkajian lingkungan internal 4) Perumusan isu-isu strategis

5) Penyusunan strategi pengembangan.

Proses perencanaan strategis tidak bersifat sekuensial penuh, tetapi dapat dimulai dari salah satu dari langkah ke-1, 2 dan 3. Ketiga langkah tersebut saling mengisi. Setelah ketiga langkah pertama ini selesai, barulah dilakukan langkah ke-4 dan ke ke-5. Setelah rencana strategis (renstra) selesai disusun, diimplementasikan terlebih dahulu menyusun rencana-rencana kerja (aksi atau tindakan).

Rencana strategis pada hakikatnya merupakan proses melahirkan tujuan ideal, tujuan yang dapat dilaksanakan, dan kebijakan. Perencanaan strategis bertugas mendefinisikan tujuan ideal dan tujuan yang bisa dilaksanakan. Selain itu perencanaan strategis juga diminta memberikan alasan atau rasional alasan pemilihan program guna menyongsong perubahan dan penyelesaian masalah atau alasan suatu misi harus dipikul.

4. Aliran Perencanaan Ekuiti

(13)

perkotaan perlu dibatasi, tetapi tidak sependapat bahwa perencanaan mempunyai tanggungjawab eksplisit untuk membantu pihak-pihak yang tidak beruntung. Hasil perencanaan ekuiti dapat saja menjadi satu dengan hasil perencanaan komprehensif atau perencanaan strategis apabila pastisipasi “kaum pinggiran” (kelompok minoritas) tidak terpenuhi dengan memuaskan.

5. Aliran Perenanaan Advokasi

Perencanaan advokasi meragukan adanya “kepentingan umum” bersama. Tokoh perencanaan advokasi Paul Davidoff mengkritik bahwa perencanaan yang mengakui mampu merumuskan satu versi kepentingan umum berarti memonopoli kekuatan (kewenangan) perencanaan dan tidak mendorong adanya partisipasi. Menurutnya apabila perencanaan bersifat inklusif, sebuah lembaga tidak akan dapat menampung kepentingan masyarakat yang beragam dan saling konflik. Sebaliknya, perencanaan harus dapat mendorong pluralisme yang berimbang dengan cara mengadvokasi (memberi hak suara) kepada pihak-pihak yang tidak mampu menyalurkan aspirasinya.

6. Aliran Perencanaan Inkrimental

Aliran perencaan inkrimental merupakan aliran yang menggunakan perbandingan terbatas dari hasil-hasil berurutan untuk mencapai tujuan jangka pendek yang realistis. Perencanaan yang menggunakan pendekatan ini memperkuat kondisi yang sudah ada dan mengingkari kekuatan perubahan sosial yang revolusioner (perubahan besar dan dalam waktu yang relatif singkat). Pendekatan ini berasumsi secara induktif bahwa stimulus dan respon jangka pendek menggantikan kebutuhan terhadap visi dan teori.

BAB III KESIMPULAN

(14)

permula dari bangsa Sparta. Kemudian Pada masa dinasti Han di daratan Cina dan pada masa peradaban Inca di Peru telah dilakukan penyusunan suatu rencana pendidikan.

Abad ke-16, John Knot mengusulkan rencana untuk sistem persekolahan dan kursus-kursus nasional bagi bangsa Scott (Scotlandia). Abad ke-18 ditemukan tulisan yang berkenaan dengan perencanaan pendidikan yang berjudul Perencanaan Universitas di Rusia karya Diderot. Pada permulaan abad ke-19 di Eropa telah banyak diciptakan sistem dan slogan pendidikan.

Setelah Perang Dunia I, pada tahun 1923, Rusia muncul sebagai negara pertama yang menerapkan konsep perencanaan pendidikan, kemudian diikuti Prancis (1929), Amerika Serikat (1933), Swiss (1941), dan Puerto Rico (1942). Setelah Perang Dunia II, Inggris pada tahun 1944 melakukan wajib belajar di 146 daerah dan para pejabat daerahnya diminta untuk menyiapkan perencanaan pendidikan. Tahun 1951 Prancis membentuk komisi perencanaan untuk pembangunan sekolah, universitas, ilmu pengetahuan dan seni.

Mulai tahun 1956-1965 telah dilakukan berbagai konferensi, seminar, dan lokakarya baik pada tingkat internasional, regional, maupun nasional. Sebagai tindak lanjut dari konferensi Santiago di Chili (1962) yang kemudian diikuti dengan seminar Washington, Konferensi Karachi, Konferensi Tokyo, Konferensi Bangkok, Konferensi Addis Ababa, Konferensi Paris. Setelah melalui berbagai sidang intensif, pada akhirnya Sidang Umum UNESCO memutuskan untuk mendirikan empat pusat pendidikan dan pelatihan regional perencanaan pendidikan.

(15)

bantuan finansial dan bantuan teknik dari UNESCO. Tenaga perencanaan pendidikan dari indonesia yang telah mengikuti program pendidikan dan pelatihan d IIEP berjumlah sekitar 36 orang, mereka sekarang bekerja pada unit-unit perencanaan pendidikan di tingkat pusat dan Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Selain itu perencanaan pendidikan di Indonesia mengikuti perencanaan pembangunan nasional atau yang lebih di kenal dengan REPELITA kurun waktu antara 1967-1998, dan program pembangunan Ekonomi Nasional 1999-2004, serta Program Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2004-2009

Adapun untuk aliran-aliran perencanaan itu sendiri terdiri dari 6 aliran, yaitu sebagai berikut :

1. Aliran Perencanaan Komprehensif 2. Aliran Perencanaan Induk

3. Aliran Perencanaan Strategis 4. Aliran Perencanaan Ekuiti 5. Aliran Perenanaan Advokasi 6. Aliran Perencanaan Inkrimental

.

DAFTAR PUSTAKA

Afifuddin. Perencanaan dan Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Insan Mandiri, 2005.

Qowsiy. “Pengertian dan Sejarah Perkembangan Perencanaan Pendidikan.”

(16)

https://munafiahqowsiy.wordpress.com/author/qowsiy/.

Sarbini, dan Neneng Lina. Perencanaan Pendidikan. Bandung: CV. Pustaka Setia, 2011.

Saud, Udin Syaefudin, dan Abin Syamsudin. Perencanaan Pendidikan Suatu Pendekatan Komprehensif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007.

Soenarya, Endang. Pengantar Teori Perencanaaan Pendidikan Berdasarkan Pendekatan Sistem. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa, 2000.

Supardi, dan Darwyan Syah. Perencanaan Pendidikan Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Diadit Media, 2010.

Usman, Husaini. Manajemen : Teori, Praktek, dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2011.

Referensi

Dokumen terkait

Triangulasi merupakan cara pengeksplorasi validitas data yang memanfaatkan sesuatu yang lain, sesuatu di luar itu digunakan untuk mengecek atau sebagai pembanding

Probability Neural Network (PNN) dapat diambil kesimpulan bahwa Implementasi penelitian dalam mengidentifikasi kain tapis dengan menggunakan ekstraksi fitur Gabor filter

Pada Tugas Akhir ini telah dibangun sebuah prototipe sistem pakar yang mampu membantu Service Advisor dalam mendiagnosa area kerusakan mobil berdasarkan keluhan

Berdasarkan prinsip ini, penulis merencanakan suatu tachometer untuk mengukur jumlah putaran (rpm) mesin yang berputar (motor atau generator) dari dinamo tape recorder yang

Acorde con el Reglamento de la Ley Federal de Radio y Televisión en materia de concesiones, permisos y contenido de las transmisiones de radio y televisión, así como con

dengan tepat.. Melakukan pencampuran gambar digital sesuai perintah kerja dengan tepat 2.2.5. Memberikan warna pada gambar sesuai perintah kerja dengan tepat 2.3. Mampu

Penyebutan nama iklan dalam judul acara radio (adlips max 15 kata) disiarkan pada opening, clossing acara dan call program.. Maksimal 15

Untuk sahabat-sahabat saya yaitu Elok, Ririn, Fina, Yolla, Nia, Betty, dan teman-teman yang lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang senantiasa