• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potensi Sistem Ekonomi Islam Terhadap M

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Potensi Sistem Ekonomi Islam Terhadap M"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

“Potensi Sistem Ekonomi Islam Terhadap Mata Uang Tunggal Dunia Guna

Menuju Kestabilan Ekonomi Global”

Diajukan sebagai salah satu tugas pertemuan ke 14 mata kuliah Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu:

Zein Muttaqin, S.E.I., M.A.

Disusun Oleh :

Mohammad Ibnu Aziz

14423191

Daruquthnie Roudhotul Ulum

14423163

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM

FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

(2)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT. Atas segala rahmat dan karuniaNya yang diberikan kepada kita semua, dan kepada kami penyusun makalah sehinga berhasil menyelesaikan makalah dengan judul “Potensi Sistem Ekonomi Islam Terhadap Mata Uang Tunggal Dunia Menuju Kestabilan Ekonomi Global” dengan tepat waktu. Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan kita semua,tentang mengetahui potensi ekonomi Islam terhadap mata uang tunggal guna menuju kestabilan ekonomi global.

Segala usaha telah kami lakukan untuk menyelesaikan makalah ini. Namun, dalam usaha yang maksimal itu, kami menyadari tentu masih banyak terdapat kekurangan.untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi menyempurnakan makalah ini.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Minggu, 18 Desember 2016

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

I.I. Latar Belakang ... 1

I.II. Rumusan Masalah ... 2

I.III Tujuan Penulisan ... 3

BAB II ... 4

PEMBAHASAN ... 4

II.I. Kontekstualisasi Ekonomi Islam ... 4

II.II. Strategi Pengembangan & Peningkatan Stabilitas Keuangan Melalui Sistem Ekonomi Islam ... 5

II.III.Urgensi Mata Uang Tunggal dan Proses Menuju Mata Uang Tunggal Sehingga dapat Mencapai Kestabilan Moneter. ... 6

BAB III ... 10

PENUTUP ... 10

III.I Kesimpulan ... 10

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang

Stabilitas keuangan menjadi perbincangan hangat oleh para pakar akademisi dan praktisi ekonomi di Indonesia pasca terjadinya krisis global tahun 2008 yang menyebabkan runtuhnya pondasi pasar keuangan (Wafa Muhammad Agus Khoirul, 2010). Krisis yang terjadi merupakan akibat dari masalah macetnya kredit perumahan di Amerika Serikat, yang pada dasarnya kredit perumahan inia dalah usaha pemerinah AS untuk mengatasi masalah tuna wisma di negaranya. Subprime mortgage loan yang dimana semua itu mengakibatkan runtuhnya perekonomian dunia dengan menganalisis kelayakan kredit yang terjadi di Negara tersebut (AS). Pada perjalanannya, kredit jangka pepanjang ini tidak berjalan lancar, sehingga banyaknya nasabah kredit yang macet dan lambat laun masalah ini makin merembet menjadi masalah likuiditas.

Anwar (2002) mengungkapkan bahwasannya saat ini sektor keuangan diberbagai negara mengalami keterpurukan. Berbagai kebijakan diambil oleh setiap negara untuk menyelamatkan perekonomiannya. Kini, sistem kapitalisme yang diterapkan sebagian besar negara di dunia tidak lagi tangguh, bahkan semakin disadari semakin dalam begitu banyaknya celah didalamnya, terutama dalam hal kestabilan nilai moneter. Problem keuangan dalam bentuk ketergantungan finansial, inflasi, dan spekulasi menjadi contributor utama dalam dalam kemunduran ekonomi negara-negara di dunia (Anika, 2008, p.76).

Nafik (2009) menuturkan adanya perbedaan nilai pada penggunaan mata uang antar negara menjadikan besaran nilai mata uang sangat spekulatif. Terlebih diterapkannya mata uang dolar sebagai mata uang utama perdagangan sanat memberatkan negara yang memiliki nilai tukar terhadap dolar lebih kecil. Besarnya fluktuasi nilai tukar semakin memperburuk stabilitas keuangan di berbagai negara (Anika, 2008, p.77).

(5)

Bisa kita ketahui dari sekian permasalahan global yang terjadi saat ini seperti sistem dunia yang terkontrol oleh sistem kapitalis AS sampai mata uang menjadi permasalahan dikarenakan adanya fluktuasi kurs atau nilai tukar yang berbeda di setiap negara. Sehingga harus adanya perbaikan sistem, baik itu dari segi fiskal yaitu kebijakan pemerintah maupun dunia untuk mengendalikan keterpurukan ekonomi dunia dan dari segi moneter, yaitu kebijakan untuk mengendalikan mata uang yang beredar di masyarakat maupun di dunia yang telah di atur oleh Bank Indonesia (BI) yang ada di Indonesia dan Bank Dunia.

Adapun Ekonomi Islam menanggapi hal ini sangatlah penting. Terlebih lagi konsep kapitalisme, fluktuasi kurs atau nilai tukar menjadikan ekonomi dunia semakin terpuruk, dikarenakan sistem yang dianut tidak dapat menyelesaikan masalah yang terjadi. Dalam hal ini sistem ekonomi Islam disinggung dapat memberikan solusi atapun alternatif untuk mengrecovery kondisi perekonomian dunia pasca krisis hebat yang terjadi pada tahun 2008.

Adapun mengenai penggunaan mata uang tunggal, sebelum terbentuknya mata uang kertas, Islam sendiri sebenarnya sudah menerapakannya pada masa Rasulullah SAW maupun masa Khulafaurrasyidin, yaitu penggunaan mata uang emas (Dinar). Misanam, (2002) Kestabilan emas dalam perdagangan dapat mengendalikan inflasi. Hal ini disebabkan karena harga emas yang relatif stabil terhadap barang-barang lain. Kenaikan harga barang secara umum akan diikuti dengan kenaikan harga emas. Sehingga harga barang tersebut diukur dalam harga emas tetap tidak berubah (Anika, 2008, p.80).

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan menjadi focus kajian dalam makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

I.II Rumusan Masalah

1. Bagaimana kontekstualisasi konsep ekonomi Islam pada masa modern ini? 2. Bagaimana memformulasikan potensi ekonomi Islam untuk kestabilan ekonomi

Indonesia maupun global ?

(6)

I.III Tujuan Penulisan

1. Mengetahui bagaimana memecahkan masalah dalam kontekstualisai konsep ekonomi Islam pada masa modern ini.

2. Mengetahui bagaimana memformulasikan potensi ekonomi Islam untuk kestabilan ekonomi Indonesia maupun global

(7)

BAB II

PEMBAHASAN

II..I

Kontekstualisasi Ekonomi Islam

Sistem ekonomi Islam merupakan perwujudan dari paradigma Islam. Pengembangan sistem ekonomi Islam bukan dimaksudkan untuk menyaingi sistem ekonomi kapitalis maupun sosialis, tetapi lebih ditujukan untuk mencari suatu sistem ekonomi yang mempunyai kelebihan-kelebihan untuk menutupi kekurangan-kekurangan dari sistem ekonomi yang telah ada. Islam diturunkan dibumi dimaksudkan untuk menagtur hidup manusia guna mewujudkan ketentraman hidup dan kebahagiaan umat di dunia dan di akhirat sebagai nilai ekonomi tertinggi.

Menurut Islam, kegiatan ekonomi harus sesuai dengan hukum syara’. Artinya ada yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan, dengan kata lain harus ada etika. Karena kagiatan ekonomi dan kegiatan-kegiatan yang lainnya merupakan sarana ibadah kepada Allah SWT. Dalam Islam tidak dibenarkan manusia bersifat sekuler, yaitu memisahkan kegiatan ibadah atau ukhrowi dan kegiatan duniawi.

Dalam Islam, harta pada hahikatnya adalah milik Allah, oleh karenanya harus dimanfaatkan sesuai dengan perintah Allah. Menurut Islam orientasi kehidupan menyangkut hakikat manusia, makna hidup, hak milik, tujuan penggunaan sumber daya, hubungan antara manusia dan lingkungan harus didasarkan pada Al-qur’an dan Hadist.

Dalam sistem ekonomi menurut Islam ada prinsip dasar, yaitu tauhid, khilafah, dan ‘adalah (Amri Amir 2008). Prinsip tauhid menjadi landasan utama bagi setiap umat Muslim dalam menjalankan aktivitasnya termasuk aktivitas ekonomi. Prinsip ini merefleksikan penguasa dan pemilik tunggal atas jagad raya ini adalah Allah SWT.

Prinsip ‘adalah (keadilan) menurut Chapra merupakan konsep yang tidak terpisahkan dengan tauhid, dan khilafah, karena prinsip ‘adalah merupakan bagian yang integral dengan tujuan syari’ah (maqasid al-syari’ah).

(8)

ditujukkan bagi Muslim yang belum berhasil sebagai implementasi dari rasa sosial yang tinggi.

II.II

Strategi Pengembangan dan Peningkatan Stabilitas Keuangan Melalui Sistem

Ekonomi Islam

Ada sedikitnya 3 sektor potensi penentu untuk menstabilkan suatu perekonomian melalui sistem ekonomi Islam dalam :

1. Sektor keuangna Islam, yang terdiri dari pasar uang dan perbankan. 2. Sektor riil, yang terdiri dari pasar barang dan jasa. dan;

3. Sektor filantropi Islam, yang terdiri dari zakat, infaq, dan wakaf.

Mampu mengembangkan dan meningkatkan stabilitas keuangan suatu negara yang dapat menjaga kestabilan, dinamis, untuk memenuhi kebutuhan perekonomian suatu negara.

Untuk meraih keseimbangan tersebut, ada beberapa langkah yang harus di lakukan oleh segala pihak, baik pemerintah maupun masyarakat umum, yaitu:

a) Restrukturisasi kebijakan moneter yang mengacu pada sektor riil.

b) Pengembangan sektor filantropi Islam untuk usaha yang produktif dengan kajian fikih yang sesuai dengan kebutuhan saat ini.

(9)

II.III Urgensi Mata Uang Tunggal dan

Proses Menuju Mata Uang Tunggal Sehingga dapat Mencapai Kestabilan Moneter.

Negara-negara di dunia memiliki mata uang yang berbeda-beda. Model ini menimbulkan konsekuensi potensi masalah yang dipicu oleh stabilitas nilain uang. Tigginya fluktuasi niali tukar dapat menjadi ancaman besar bagi satbilitas moneter seuatu Negara. Mata uang yang spekulatiof semakin memicu kemunduran perekonomian yang lebih parah. Dan seperti yang dipermukakan Anwar (2002), bebagai Negara menjadi korban dari inflasi akibat percetakan uang oleh para kreditor. (Anika, 2008, p.81).

Konsep mata uang tunggal yang dikemukkaan dalam G-20 menjadi pandangan yang sangat realistis mengingat Negara-negara berkembang memliki ketergantuingan (dependency) yang besar ada mata uang perdagangan dunia yang sedang pasang surut. Kelebihan dari penerapan mata uang tunggal sama seperti ketika barter dua barang yang sama. Dimana ketika barter, pada akhirnya akan ada kesepakatan kuantitas maupun kualitas barang yang sesuai, sehingga tidak ada lagi ketidak yakinan nilai atau harga. Begitu pula dalam penerapan mata uang tunggal, menurut (Anwar 2002) dalam mata uang tunggal tidak diperlukan lagi adanya perhitungan harga atau nilai tukar uang dari mata uang yang berbeda dan tidak diperlukan adanya hot cash balance dari mata uang yang berbeda (Anika, 2008, p.81).

Disamping itu, keunggulan lain dari mata uang tunggal berkenaan adanya efisiensi. Penerapan mata uang tunggal mengurangi biaya informasi karena dengan mata uang tunggal dangatlah mudah mengetahui harga-harga barang disebagai Negara lain, dan tidak perlu mencari informasi mengenai nnilai tukar sekarqang (present exchange rates), nilai tukar masa depan (future exchange rates), dan peraturan pasar uang . sedangkan menurut Muhammad Anwar (2002) mengatur mata uang yang berbeda antar Negara akan lebih memakan biaya sedangkan nilai tikar sangat spekulatif dan tidak dapat diprediksi (Anika, 2008, p.81).

Mata uang tunggal juga membawa asas keadilan dan keterbukaan bagi seluruh Negara. Muhammad Anwar (2002) dalam papernya menyebutkan bahwa fungsi system ekonomi dalam mata uang tunggal semakin transparan karena lebih mudah membandingkan harga saat semuan harga diterapkan pada mata uang yang sama. Tidak seperti mata uang antyar Negara seperti sekarang ini, dimana harga disatu Negara secara rill akan sangat jauh berbeda dengan harga di Negara lain secara rillnya.

(10)

spekulasi mata uang antar Negara dengan control dari negar-negara itu sendiri. (Anika, 2008, p.82).

Mata uang tunggal bukan sekedar wacana, karena telah diterapkan oleh negra-negara eropa dalam system moneter eropa (eroupean monetary system) dengan euro sebagai mata uang tunggal kawasan tersebut. Mata uang tunggal telah diterapkan di Eropa, dan bukan tidak mungkin diterapkan dunia. Analisis mengenai bagaimana mata uang tunggal memiliki efek terhadap kondisi penwaran terlihat pada sector bisnis ingggris yaitu (Rahutami, 2007) :

1. Efek langsung adalah hilangnya biaya konfersi mata uang, menurunya volatilitas mata uang dikawasan eropa, dan transparansi harga yang lebih tinggi.

2. Efek jangka pendek dan menengah adalah kenaikan perdagangan, investasi dan perubahan mekanisme penyesuaian ekonomi.

3. Efek jangka panjang adalah mendorong kompetisi dan mempengaruhi tren dalam konsentrasi dan spesialisasi (Anika, 2008, p.82).

Argumentasi teori menunjukkan bahwa nilai tukar yang fleksibel menyebabkan nilai tukar lebih mudah menyesuaikan perekonomian, sedangkan dari perspektif ekonomi mikro, volatilitas nilai tukar yang rendah berhunngan dengan biaya transaksi perdagangan internasional dan aliran modal yng rendah yng akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Adanya mat uang tunggal juga member manfaat semacam rejim nilai tukar tetap dan akan menghindarkan Negara dari fenomena depresiasi “beggar-thyneighbour” dalam

integrasi ekonomi (Rahutami, 2007).

Emas sebagai mata uang tunggal dunia

(Nafik 2009) menuturkan selain masalah uang fiat sebagai pemicu inflasi dan penyebab kerapuhan ekonomi akibat kerentanan kepercayaan, uang fiat juga membawa kemungkinann adanya spekulasi mata uang.dampaknya adalah pelaku ekonomi kurang tertarik pada ekonomi sector ril, uang lebih bnayak berputar disektor fianansial sehingga terjadi ketidak seimbangan antara kedua sector tersebut. Karena keuntungan disektor financial lebih tinggi walaupun resiko lebih tinggi pula. Dampak selanjutnya adalah krisis sosial ekonomi yang akan sulit dipecahkan (Anika, 2008, p.82).

(11)

Menurut (Umam, 2008) uang komoditas adalah full bodied money, yang artinya nilai tukar sesuai dengan harga jualnya sebagai komoditas, dalam sistem uang komoditas ini, supply uang tergantung dari jumlah konoditas yang digunakan sebagai uang

Emas meerupakan komoditas yang memenuhi persyaratan tersebut. Emas menjadi sangat tepat digunakan sebagai mata uang karena memiliki banyak keunggulan, baik dari segi fisik maupun dari sisi standar (Anonim, 2008). Emas tidak dapat beroksidasi dengan mudah sehingga anti karat. Emas yang telah diproduksi ratusan tahun silam nilai sama dengan emas yang baru saja diproduksi. Hal ini menunjukan emas sarana penyimpanan kekayaan yang paling baik (Anika, 2008, p.83).

Kedua, emas merupakan logam yang dapat dibagi-bagi (diversiblity) dalam ukuran kecil dan dapat dilebur seperti semula. Dengan sifat tersebut ia dapat menjadi alat tukar yang daoat diubah menjadi sesuatu yang berguna kapan saja dengan tetap menjaga nilainya (Anonim, 2008) ketiga, emas merupakan komoditas yang bernilai tinggi (Luxury Good). Komoditas tersebut memiliki nilai yang tinggi meski ukuranya kecil.oleh karena itu seseorang hanya membutuhkan sedikit emas untuk melakukan transkasi barang dan jasa ukuran besar. (Anonim, 2008) mengungkapkan bahwa emas juga berbeda denagn mata uang kertas dan nilainya ditentukan oleh kekuatan hukum suatu Negara dimana nilai intrinsiknya jauh dibawah nilai nominalnya (Anika, 2008, p.83).

Keempat, emas termasuk komoditas yang dapat diterima secara luas (universally) oleh masyarakat dunia sebagai benda bernilai sekaigus dapat dijadikan sebagai alat tukar. Dibandingkan mislanya dengan dolar AS, meski telah menjadi mata uang internasiaonal, namun tetap saja ia kalah pamor dengan emas. Tidak semua ormag di dunia ini mau menerima dolar ebagai alat transkasi apalagi ketika perekonomian AS mengalami ketidak stabilan (Anonim, 2008). Kelima, emas bersifat langka.ia tidk dapat diperoleh dengan mudah hal ini berbeda dengan uang kertas yang dengan mudah dpat diciptakan melalui mesin cetak (Anonim, 2008)

Untuk menuju sistem mata uang tunggal emas yang sempurna juga sangat perlu dihlangkan berbagai sebab yang dapat mengesampingka peran emas, dan faktor-fkator yang dapat meruntuhkan peran emas. Menurut abdul Qodim Zalum (dalam jati, 2002) setidaknya ada lima hal yang harus ditempuh antar lain:

1. Menghentikan percetakan uang kertas.

(12)

4. Menghilangkan semua hambatan atau batasan dalam kepemilikan, perolehan, penjualan, dan pembelian emas.

5. Menghilangkan batasan atau hambatan dalam kepemilikkan terhadap berbagai mata uang utama dunia serta mengkondisikan agar persaingan diantara berbagai mata uang tersebut langsng bebas dan fair. Diharapkan berbagai mata uang itu akan menganmbil niali tukarr yang tetap terhadap emas, tanpa adnya intervensi Negara untuk menurunkan atau menaikkan nilai mata uangnya.

(13)

BAB III

PENUTUP

III.I

Kesimpulan

Dalam kontektuaslisasi Ekonomi Islam, sistem ekonomi Islam merupakan perwujudan dari paradigma Islam. Pengembangan sistem ekonomi Islam bukan dimaksudkan untuk menyaingi sistem ekonomi kapitalis maupun sosialis, tetapi lebih ditujukan untuk mencari suatu sistem ekonomi yang mempunyai kelebihan-kelebihan untuk menutupi kekurangan-kekurangan dari sistem ekonomi yang telah ada. Islam diturunkan dibumi dimaksudkan untuk menagtur hidup manusia guna mewujudkan ketentraman hidup dan kebahagiaan umat di dunia dan di akhirat sebagai nilai ekonomi tertinggi.

Dalam hal kepemilikan sumber daya atau faktor produksi, sistem ekonomi Islam memberikan kebebasan yang tinggi untuk berusaha dan memiliki sumber daya yang ada, yang berorientasi social dengan memberikan selft interest yang lebih panjang dan luas. Namun perlu diingat bahwa segala sesuatu yang diperoleh adalah pemberian dari Allah karenanya harus digunakan sesuai dengan petunjuk Allah dan dukeluarkan zakatnya dan shadaqah yang ditujukkan bagi Muslim yang belum berhasil sebagai implementasi dari rasa sosial yang tinggi.

Ada sedikitnya 3 sektor potensi penentu untuk menstabilkan suatu perekonomian melalui sistem ekonomi Islam dalam :

1. Sektor keuangna Islam, yang terdiri dari pasar uang dan perbankan. 2. Sektor riil, yang terdiri dari pasar barang dan jasa. dan;

3. Sektor filantropi Islam, yang terdiri dari zakat, infaq, dan wakaf.

Untuk meraih keseimbangan tersebut, ada beberapa langkah yang harus di lakukan oleh segala pihak, baik pemerintah maupun masyarakat umum, yaitu:

a) Restrukturisasi kebijakan moneter yang mengacu pada sektor riil.

b) Pengembangan sektor filantropi Islam untuk usaha yang produktif dengan kajian fikih yang sesuai dengan kebutuhan saat ini.

c) Penyadaran bersama akan penggunaan setiap instrument dalam ekonomi Islam oleh semua pihak, baik dalam pemberdayaan Lembaga Keuangan Syariah maupun Lembaga Sosial Atau filantropi Syariah.

(14)

uang tunggal kawasan tersebut. Mata uang tunggal telah diterapkan di Eropa, dan bukan tidak mungkin diterapkan dunia. Analisis mengenai bagaimana mata uang tunggal memiliki efek terhadap kondisi penwaran terlihat pada sector bisnis ingggris yaitu (Rahutami, 2007) :

1. Efek langsung adalah hilangnya biaya konfersi mata uang, menurunya volatilitas mata uang dikawasan eropa, dan transparansi harga yang lebih tinggi.

2. Efek jangka pendek dan menengah adalah kenaikan perdagangan, investasi dan perubahan mekanisme penyesuaian ekonomi.

3. Efek jangka panjang adalah mendorong kompetisi dan mempengaruhi tren dalam konsentrasi dan spesialisasi.

Untuk menuju sistem mata uang tunggal emas yang sempurna juga sangat perlu dihlangkan berbagai sebab yang dapat mengesampingka peran emas, dan faktor-fkator yang dapat meruntuhkan peran emas. Menurut abdul Qodim Zalum (dalam jati, 2002) setidaknya ada lima hal yang harus ditempuh antar lain:

1. Menghentikan percetakan uang kertas.

2. Memfungsikan kembali uang emas dalam beragai akad muamalah. 3. Menghpus semua hambatan yang menghalangi ekspor dan impor emas.

4. Menghilangkan semua hambatan atau batasan dalam kepemilikan, perolehan, penjualan, dan pembelian emas.

5. Menghilanhkan batasan atau hambatan dalam kepemilikkan terhadap berbagai mata uang utama dunia serta mengkondisikan agar persaingan diantara berbagai mata uang tersebut langsng bebas dan fair. Diharapkan berbagai mata uang itu akan menganmbil niali tukarr yang tetap terhadap emas, tanpa adnya intervensi Negara untuk menurunkan atau menaikkan nilai mata uangnya.

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Muhammad. 2002. “Euro and Gold Dinar: A Comparative Study and Currency Unions”. Prosseding of the International Conference on Stable and Just Global Monetary System. International Islamic University Malaysia.

Anonim. 2008. “Dinar dan Dirham VS Mata Uang Kertas (II), Emas dan Perak, Mata Uang Hakiki”. http://hafidz341.net76.net/Ekonomi /Dinar-dan-Dirham-VS-Mata-Uang-Hakiki.html. Pada 24 april 2009.

Http://amriamir.files.wordpress.com/2008/09/sistem-ekonomi-syariah.pdf.

Jati, Sigit Purnamah. 2002. Dinar dan Dirham sebagai Mata Uang Islami: Sebut Studi Pendahuluan. Simposium Nasional I Sistem Ekonomi Islam. 2002. Yogyakarta. P3EI FE UII-BI.

Misanam, Munrokhim. 2002. “Pilihan Mata Uang, Stabilitas Perekonomian dan Kebijakan Moneter dalam Perekonomian Islam”. Makalah dalam Symposium Nasional I Sistem Ekonomi Islam. Universitas Islam Indonesia. 14-14 Maret 2002. “Nafik, Muhammad H.R. 2009. “Memimpikan Mata Uang Tunggal Global”, dikutip dari www.kabarbisnis.com/291918/Memimpikan_Mata_Uang_Tunggal_Global. html >opini>artikel pada 24 April 2009.

Rahutami, Ika. 2007. “Blok Perdagangan Tidak Lagi Cukup: Perlunya Mata Uang Tunggal” dikutip dari http:ikas-journey.blogspot/2007/08/blok-perdagangan-tidak-lagi-cukup.html pada 24 april 2009.

Umam, Khoirul. 2008. “Flat and Commodity Money: A Debate Among Scholars”. Proceeding International Workshop: Eksploring Islamic Economic Theory, Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.

Wafa, Mohammad Agus Khoirul. 2010. “Analisa Potensi Sistem Ekonomi Islam dalam Dinamisasi Sistem Keuangan Negara” dikutip dari KHAZANAH, Jurnal Mahasiswa Universitas Islam Indonesia Volume II nomor 2 januari 2010.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang sejalan pula dengan hasil penelitian yang menggunakan sampel rambut juga pada penelitiannya yang menunjukkan bahwa konsumsi ikan bermakna

Beberapa faktor yang menjadi tolak ukur keberhasilan dalam mengimplementasikan sikap keberagamaan inklusif di SMK Yos Sudarso Kawunganten adalah keprofesionalan

Pada penelitian tahun 2014 menunjukkan bahwa rumah sakit di Indonesia memproduksi limbah padat sebesar 376.089 ton/hari dan produksi limbah cair 48.985,70

Penataan vegetasi dengan karakteristik tinggi 10m - 15m dan kerapatan tajuk sedang berpola pada salah satu sisi jalan dengan jarak penanaman yang saling bersinggungan

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah lama waktu ketahanan hidup lampu neon.. JURNAL GAUSSIAN Vol. Membuat rancangan penelitian yang meliputi pencarian

Dalam pra rancangan pabrik diperlukan analisa ekonomi untuk mendapatkan perkiraan ( estimation ) tentang kelayakan investasi modal dalam suatu kegiatan produksi suatu

Masyarakat Desa Mergosari Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Wonosobo yang mengangkat anak disebabkan dalam pernikahannya tidak dikaruniai anak. Kondisi tersebut

 Jaringan drainase sisi Utara rencana Bandara, yaitu saluran drainase yang menyusur dari Sidourip - Durian - Pantai Labu;.  Jaringan drainase sisi Selatan dan jaringan