• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SIS"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

PROCEEDING

SEMINAR NASIONAL

The 21

st

Century skills

Guru pada

Jenjang Pendidikan Dasar

Auditorium Utama UIN Jakarta, 27 Oktober 2016

Editor:

Asep Ediana Latip, Sita Ratnaningsih, Siti Masyitoh, Fidrayani, Fery M. Firdaus

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI) FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)

(2)

ii

PROCEEDING SEMINAR NASIONAL 2016

The 21

st

Century skills

Guru pada Jenjang Pendidikan Dasar

Cetakan Pertama : Oktober 2016

Editor :

Asep Ediana Latip, Sita Ratnaningsih, Siti Masyitoh, Fidrayani, Fery M. Firdaus

Desain dan Layout : Fatkhul Arifn

ISBN: 978-602-6804-09-9

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI) FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat, Tangerang Selatan Telepon/Faks. (021) 7443328

(3)

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, bersyukur kehadirat Allah SWT, karena atas perkenan-NYA Prosiding kegiatan seminar nasional Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah dengan tema The 21st Century skills Guru pada Jenjang Pendidikan Dasar

dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Raham dan salam semoga selamanya terlimpah curah kepada Rasulullah SAW. Sahabat, keluarga dan kita semua yang senantiasa istiqamah mengembangkan cakrawala keilmuan akademik sebagai pendidik.

Prosiding ini memuat konsep, karakteristik, strategi, model dan implementasi skills guru pada abad 21 pada jenjang pendidikan dasar yang diakui secara global. Semua muatan itu digagas oleh mahasiswa, guru, dosen dan lain-lain yang memiliki sense interest terhadap pengembangan skills guru.

Harapannya dengan publishnya gagasan tentang skills guru pada jenjang pendidikan dasar melalui terbitnya prosiding seminar nasional dapat menjadi sumber pengembangan wawasan bagi mahasiswa, guru, dosen dan siapapun sebagai pembaca dapat dijadikan resource dan referensi ilmiah bahkan landasan berpikir, dan bertindak dalam menjalankan tugas kependidikan di institusi pendidikan masing-masing.

Tak ada gading yang tak retak, kami menyadari bahwa desain penulisan prosiding ditemukan kekurangannya, karena itu saran konstruktif menjadi obat penawar untuk merealisasikan prosiding yang lebih excelence. Kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penulisan prosiding ini, diucapkan terimakasih, dan semoga Allah Swt memberikan balasan yang setimpal, Amien!

Jakarta, 18 Oktober 2016 Ketua Prodi PGMI FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(4)
(5)

v

PENDAHULUAN

PEMBELAJARAN BERORIENTASI PENGEMBANGAN SOFT SKILL

Dedi Dwitagama

Praktisi Pendidikan “Trainer Kita”

Pembangunan Nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan, meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negarauntuk mewujudkan tujuan nasional, melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Upaya mencerdaskan kehidupan bangsabisa dicapai lewat proses pendidikan nasional yang bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pendidikan di Indonesia terbagi ke dalam tiga jalur utama, yaitu formal, nonformal, dan informal. Pendidikan juga dibagi ke dalam empat jenjang, yaitu anak usia dini, dasar, menengah, dan tinggi.

Menurut Napitupulu (2013) bahwa pendidikan di sekolah sampai saat ini umumnya masih berfokus membekali peserta didik dengan kompetensi-kompetensi hardskills, seperti pengetahuan yang bersifat hafalan. Adapun pengetahuan tentang dunia kerja umumnya didapat saat terjun ke dunia kerja. Sementara itu, komptensi soft skills yang tak kalah pentingnya bagi peserta didik kurang diperhatikan. Untuk memperoleh sumber daya manusia yang berkualitas, seseorang tidak hanya dituntut memiliki kemampuan hard skills saja, tetapi juga kemampuan soft skillsnya. Berdasarkan hasil penelitian dalam dunia pendidikan, seperti penelitian di Harvard University, Amerika Serikat, diyakini bahwa kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skills) saja, tetapi juga kemampuan dalam mengelola diri dan orang lain (soft skills). Dari hasil penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20% oleh hard skill dan sisanya 80% oleh soft skills (Wati, 2010).

(6)

vi

untuk menjadi manusia unggul, yaitu proaktif, menentukan tujuan akhir, memulai dari yang utama, berpikir menang-menang, berusaha untuk memahami terlebih dahulu ketimbang minta dipahami, melakukan sinergis, dan mengasah diri secara terus menerus. Lebih lanjut Covey menyebut empat hal yang perlu diasah secara terus menerus, yaitu dimensi spiritual, mental, fisik, dan sosial/emosional. Dalam pandangan Goleman (1998) tentang kecerdasan emosional (emotional intelligence) dijelaskan bahwa untuk mempunyai kecerdasan emosioanl ada lima tahapan, yakni kesadaran diri (self-awareness), pengaturan diri (self-regulation), motivasi, empati, dan ketrampilan sosial (social skill).

Orang-orang abad 21 atau era digital ternyata menghadapi tantangan hidup dan pekerjaan yang jauh lebih sulit. World Economic Forum merilis sebuah laporan berjudulNew Vision for Education: Fostering Social and Emotional Learning Through Technologyyang berisi 16 skil yang harus kita miliki untuk menjadi orang sukses di abad 21.

Setidaknya ada tiga bagian kelompok utama yaitu Foundation Literacies (literasi dasar),Competencies (kompetensi) dan Character Qualities (kualitas karakter).

(7)

vii

 Competencies adalah kumpulan ilmu yang lebih kompleks, seperti pemikiran kritis dan penyelesaian masalah (critical thinking / problem solving), kreativitas (creativity), komunikasi (communication) dan kolaborasi (collaboration).

 Character Qualities adalah kumpulan ilmu yang berhubungan dengan kehidupan sosial dan lingkungan, seperti sifat keingin tahuan (curiosity), memiliki inisiatif (initiative), ketabahan dan ketekunan (persistence), beradaptasi (adaptability), kepemimpinan (leadership) dan keprihatinan dengan kehidupan sosial (social and cultural awareness).

Pada proses pelaksanaaan pembelajaran di sekolah, kemampuan soft skill peserta didik dapat ditumbuhkan dengan beberapa alternatif kegiatan di bawah ini.

1. Kemampuan berfikir kritis. 2. Kreatifitas.

3. Kemampuan berkomunikasi.

4. Kemampuan bekerja sama dengan team 5. Keingin tahuan

6. Memiliki inisiatif 7. Ketabahan dan ketekunan 8. Kemampuan beradaptasi 9. Kepemimpinan

10. Kepepedulian sosial

Berbagai soft skill di atas dapat ditumbuh kembangkan dengan berbagai kegiatan intra dan ekstra kurikuler, seperti Pramuka, Pencinta Alam, Marching Band, berbagai cabang Bela diri, Kesenian, dsb, dengan catatan bahwa pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut tak hanya seremonial, keseragaman atau sekedarnya, tetapi menerapkan filosofi, konsep dasar, nilai-nilai yang terkandung dalam setiap kegiatannya.

Peserta didik diberikan tugas, mengkaji masalah-masalah yang terjadi di lingkungan sekitar yang dihubungkan dengan mata pelajaran, menguraikan penyebab terjadinya masalah tersebut dan mengajukan berbagai alternatif penyelesaian.

Berpikir kreatif adalah berpikir secara konsisten dan terus menerus menghasilkan sesuatu yang kreatif/orisinil sesuai dengan keperluan. Penelitian Brookfield (1987) menunjukkan bahwa orang yang kreatif biasanya (1) sering menolak teknik yang standar dalam menyelesaikan masalah, (2) mempunyai ketertarikan yang luas dalam masalah yang berkaitan maupun tidak berkaitan dengan dirinya, (3) mampu memandang suatu masalah dari berbagai perspektif, (4) cenderung menatap dunia secara relatif dan kontekstual, bukannya secara universal atau absolut, (5) biasanya melakukan pendekatan trial and error dalam menyelesaikan permasalahan yang memberikan alternatif, berorientasi ke depan dan bersikap optimis dalam menghadapi perubahan demi suatu kemajuan.

Komunikasi secara umum didefinisikan sebagai “menanamkan atau pertukaran

(8)

viii

lebih baik sebagai proses dua arah yang di dalamnya ada pertukaran dan perkembangan pikiran.

Komunikasi adalah dasar yang paling kuat dalam interaksi di setiap lingkungan seperti sekolah, kampus dan masyarakat. Melalui kegiatan intra dan ekstra kurikuler peserta didik bisa menaikkan kemampuan berkomunikasi yang sangat bermanfaat saat hidup di masyarakat.

Kemampuan bekerja sama dengan team, kemampuan ini sangat besar andilnya dalam lingkungan kerja. Banyak diantara pelajar yang cenderung berpikir bisa bekerja sendiri tanpa melibatkan oranglain padahal pemahaman ini sangat salah. Di lingkungan sekolah kemampuan ini diasah melalui kerja kelompok.

Peserta didik dibiasakan diberi tugas atau kegiatan-kegiatan yang menuntut kreatifitas mereka untuk menghasilkan produk atau target yang diberikan oleh guru atau sekolah.

Gerakan Pramuka, seharusnya tak hanya diaktualisasikan dalam hal penggunaan seragam saja, tetapi menerapkan nilai-nilai dasa darma dalam berbagai aspek kegiatan di sekolah dan di masyarakat, saat memakai pakaian seragam maupun tak memakai seragam pramuka.

Ekstra kurikuler olahraga apapun, memiliki konsep dasar, nilai-nilai yang terkandung dan terbentuk sejak olahraga itu ditemukan, harus menjadi panduan pelaksanaan berbagai kegiatan dalam kehidupan di sekolah dan di masyarakat sehingga terbentuk generasi muda yang tekun, biasa bekerja keras, mampu bekerja sama, berorientasi pada prestasi, punya insiatif, patuh pada aturan dan berbagai nilai yang terkandung dalam masing-masing cabang olahraga tersebut.

(9)

ix

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

i

PENDAHULUAN

iv

SOFT SKILL

GURU PENDIDIKAN DASAR PADA ABAD 21

Karakteristik The 21st Century skills Guru pada Jenjang Pendidikan Dasar 1

Asep Ediana Latip

Implementasi Pendidikan Berbasis Soft Skills 14

Lulu’il Maknun

Pembelajaran Berorientasi Soft Skills untuk Menyiapkan Sumber Daya

Manusia Indonesia pada Era MEA 26

Zaenul Slam

Dampak Sertifikati Guru pada Peningkatan Profesionalisme Soft Skill dan Hard Skill Guru Madrasah Ibtidaiyah 41

Sita Ratnaningsih

Pengembangan Keterampilan Sosial Siswa Sekolah Dasar 53 Siti Masyithoh

Urgensi Melatih Kemandirian Anak 63

Rika Sa’diyah

Pengembangan Soft Skill dalam Pembelajaran IPS di MI Melalui Model

Pembelajaran Kooperatif TAI (Team Assisted Individualization) 74 Barsihanor

Pengembangan Soft Skills Mahasiswa melalui Kuliah Kerja Nyata (KKN)

Berbasis SevenVectors of Development (SvoD)dan Sociopreuner 83 Irfan Supriatna

Mengembangkan Soft Skill Dan Hard Skill Matematis Siswa Sekolah Dasar

Melalui Model Multiple Intelligences 90

Fery Muhamad Firdaus

(10)

x

Kurikulum Berbasis Soft Skill dan Hard Skill untuk Life Skills yang

Bermartabat 113

H. Abdul Hafiz

SKILL GURU PADA ABAD 21 BERORIENTASI

CHARACTER

BUILDING

Menangkis Perilaku Tawuran Pelajar Melalui Sekolah 122 Ahmad Lahmi

Simpul Nilai Pancasila dan Pendidikan Karakter Bangsa 134 Anis Fuadah Z.

Pengembangan Karakter Peserta Didik melalui Contextual Teaching

And Learning (CTL) pada Pembelajaran IPS 145 Fitriani

Strategi dan Media Pendidikan Karakter 152

Hamdan Husein Batubara, Hasni Noor

PengarusUtamaan Pendidikan Karakter di Sekolah 163

Mu’arif SAM

Mencetak Guru Bermutu di Masa Depan 173

Tri Hardjawati

Internalisasi Karakter Positif dalam Kurikulum 2013 Melalui

Pembelajaran Tematik-Integratif pada Jenjang Pendidikan Dasar 185 Atikah Syamsi

RAGAM MODEL SKILL GURU DALAM PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN DASAR

Metacognition Strategies in Primary School 195

Fidrayani

Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik SD/MI

Menggunakan Model Guided Inquiry 204

Mufida Awalia P

(11)

xi

Desain Managemen Berbasis Scientific Learning Programs Sebagai

Pembaharuan Pengembangan Keterampilan Siswa Pendidikan Dasar 233 Acep Saepul Rahmat

Efektivitas Metode Problem Based Learning dibandingkan Metode Drill 247 Nunuk Suryanti

Pengaruh Penilaian Autentik dan Kreatifitas Siswa terhadap Hasil Belajar

Fiqih (Eksperimen pada SDI Tahta Syajar Bekasi) 259 Eva Dwi Kumala Sari

Penggunaan Metode Role Playing dan Pemahaman Siswa 273 Fauzan dan Sarah NurAtikah

Strategi Promosi Jasa Pendidikan dalam Upaya Meningkatkan Citra di SMP

Islam Al-Syukro Universal 285

Nurdelima Waruwu, Nurul Ro’fah

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Media Pembelajaran

Pohon Klasifikasi (Study Kasus Siswa Kelas XI SMA Negeri 58 Jakarta) 296 Imam Wahyudi, Zaharah , Moch. Noviadi Nugroho

Profil Minat Membaca Buku Siswa Kelas 5 MI Melalui Kegiatan Resensi Buku

pada Mata Pelajaran Tematik 307

Diah Mulhayatiah

Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Terhadap Anak Usia

SD/MI 316

Mulyadi

SKILL

GURU

ABAD

21

BERBASIS

PEMBELAJARAN

MATEMATIKA

Pengaruh Pendekatan Problem Posing terhadap Pemahaman

Konsep Matematika(Penelitian QuasiEksperimen Pada SiswaKelas IV SD Negeri Sukamukti II Kecamatan Cikijing Kabupaten Majalengka

Tahun Ajaran 2016/2017) 330

M.Gilar Jatisunda

Pengaruh Model SAVI terhadap Kemampuan Penalaran Matematis Siswa

Sekolah Dasar 340

(12)

xii

Penerapan Metode Permainan dalam Meningkatkan Hasil Belajar Berhitung

di Kelas 1 Madrasah Ibtidaiyah Tarbiyatul Islam 01 Kedungwaringin Bekasi 350 Nursida, Gelar Dwirahayu

Upaya Peningkatan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Pada Materi

Bilangan Bulat Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 362 Sumarman

Pembelajaran KPK dan FPB di Sekolah Dasar dengan menggunakan

Alat Peraga Dakota 373

Asep, Tita Khalis, Ferry Muhamad F

Penerapan Model Treffinger untuk Meningkatkan Kemampuan

Representasi Matematis Siswa 384

Nurhasanah, Tita Khalis, Ferry Muhamad F

Upaya Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Dalam Pembelajaran

Matematika Melalui Pendekatan PAIKEM di Sekolah Dasar 396 Fatkhul Arifin

SKILL GURU ABAD 21 BERBASIS PEMBELAJARAN IPA

Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa pada Materi Koloid Melalui

Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing 409

Nanda Saridewi, Aini Nadhokhotani Herpi

Pengembangan Media Komik IPA Berkarakter Model Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Analitis Siswa

Kelas VI SD 419

Devy Indah Lestari

Upaya Peningktan Hasil Belajar IPA Siswa pada Konsep Rangka Tubuh

Manusia Melaui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 430 Chandra Turinto

Analisis Ketersediaan Dan Pemanfaatan Media KIT IPA Sekolah Dasar

Di Kelurahan Sungai Ukoi, Sei Tebelian Kabupaten Sintang Tahun 2016 438 Nelly Widyawati, Istiqomah, Hendrikus Julung

SKILL GURU ABAD 21 BERBASIS KEARIFAN LOKAL

(13)

xiii

Penguatan Karakter Siswa Sekolah Melalui Pendidikan Lingkungan Berbasis

Kearifan Lokal 459

Sujiyo Miranto

SKILL GURU ABAD 21 BERBASIS MULTIKULTURAL

Peran dan Tantangan Pengembangan Pendidikan Islam Berwawasan

Multikultural Di Pesantren Sunan Pandanaran 473

Niswatin Faoziah

Pendidikan Multikultural di Sekolah Dasar Melalui Eksplorasi Batik Nusantara 495 Intan Kusmayanti

Etnomatematika (Budaya Matematika) Sekolah Dasar dalam Konteks

Kearifan Lokal 508

Erik Santoso

SKILL GURU ABAD 21 BERBASIS PEMBELAJARAN IPS

Penerapan Model Quantum Teaching untukMeningkatkan Verbal-Linguistik

Siswa pada Pembelajaran IPS 514

Roni Rodiyana

Pengaruh Pembelajaran Aktif Tipe Card Sort Terhadap Hasil Belajar IPS

Siswa (Kuasi Eksperiman di Kelas IV MI Jam’iyyatul Khair) 525 Irniyanti, Khalimi

SKILLS GURU DALAM PENDIDIKAN KONTEKSTUAL

Inovasi Kurikulum Anak Berkebutuhan Khusus di SD pada Setting

Pendidikan Inklusif 541

Suharsiwi

Pengembangan Pendekatan Kontekstual 555

Marzuki Mahmud

(14)

xiv

Pengembangan Soft Skill Guru di Era MEA 569

Anizar

Tantangan Pengembangan Pembelajaran Bahasa Arab Madrasah Masa Depan:

Adaptasi dalam Teknologi Pendidikan 576

(15)

Copyright © 2016 | Seminar Nasional PGMI

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA

DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI

PENDEKATAN PAIKEM DI SEKOLAH DASAR

Fatkhul Arifin

Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung Email: ikayiep@gmail.com

Abstract: The purpose of this study was to assess the activity of students in learning mathematics through PAIKEM approach. The instrument used is a non-test and test instruments. Non test instrument in the form of student observation sheet which is conducted every meeting for two cycles, this is done to determine the activity of students at each meeting. Test instrument in the form of tests conducted by researchers at the end of each cycle to measure student learning outcomes and completeness. The research method used was action research. Implementation of this study consisted of two cycles, each cycle includes four stages: (1). Planning, (2). Acting, (3). Observing, (4). Reflecting.

The results showed that activities of learning out come in mathematics has increase from cycle I to cycle II. The data student activity on the first cycle of 62.14%, on the second cycle increased to 76.62%. The data on students' mathematics learning outcomes in the first cycle, average value obtained at 68.41 with student learning completeness of 68.97%. In cycle II, the average value of students' mathematics learning outcomes increased to 76.03 with 79.31% achieving mastery learning. Conclusion of the study is that implementation PAIKEM approach in the learning process can enhance the students’ activity and mathematics learning outcomes on the subject of fractions.

Keywords: PAIKEM, learning mathematic outcomes, students activity

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam pembangunan, sehingga diperlukan perhatian khusus untuk pengembangannya. Peningkatan kualitas dan kuantitas pendidikan terus dilaksanakan, berbagai usaha diupayakan agar tercipta pendidikan yang benar-benar berkualitas tinggi dengan metode-metode tertentu sehingga memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan.

Mengingat begitu pentingnya pendidikan bagi manusia, maka pendidikan itu berkembang semakin maju hingga sekarang, yang kemudian pendidikan tersebut dibuat lembaga pendidikan secara formal sebagai sarana untuk belajar mengajar. Terdapat pengetahuan-pengetahuan dan keterampilan yang akan diajarkan, mata pelajaran adalah salah satu media dalam pencapaian pengetahuan kepada peserta didik. Diantaranya mata pelajaran yang diajarkan di sekolah adalah Bahasa Indonesia, Pendidikan Kewarganegaraan, Matematika, dan IPA.

(16)

Copyright © 2016 | Seminar Nasional PGMI

397

antaranya adalah: rendahnya aktivitas siwa terhadap pembelajaran matematika dan kurangnya inovasi pembelajaran di kelas oleh guru. Salah satu pemecahan masalah tersebut adalah pemanfaatan penelitian pendidikan. Penelitian pendidikan yang dimaksud adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas dilakukan dalam usaha memperbaiki proses pembelajaran.

Suatu proses belajar yang aktif ditandai dengan adanya keterlibatan siswa secara komprehensif baik fisik, mental, maupun emosional. Pembelajaran matematika memerlukan kemampuan guru dalam mengelola proses belajar mengajar sehingga keterlibatan siswa dapat optimal, yang akhirnya berdampak pada perolehan hasil belajar. Pengelolaan ini dapat dilakukan dengan melakukan variasi pendekatan dalam mengajar yang disesuaikan dengan sub pokok bahasan yang sedang diberikan.

Matematika merupakan ilmu universal yang mempunyai peranan penting dalam memajukan daya pikir manusia. Karena itulah matematika diajarkan pada setiap jenjang pendidikan di Indonesia mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah Atas (SMA), bahkan pada perguruan tinggi. Akan tetapi pada kenyataannya, khususnya di kalangan para pelajar sekolah dasar, matematika masih merupakan mata pelajaran yang kurang disenangi. Banyak siswa beranggapan matematika adalah pelajaran yang menakutkan dan sulit untuk dipahami secara baik, apalagi untuk memperoleh hasil yang maksimal. Salah satu sebab utama dari kesulitan memahami matematika, karena sifatnya yang abstrak. Hal ini sangat kontras dengan alam pikiran siswa sekolah dasar yang terbiasa berpikir tentang objek-objek yang konkrit. Bahasa matematika adalaha bahasa pelambang, karena sifatnya yang abstrak inilah sebagian besar siswa menganggap matematika tidak ada hubungannya dengan dunia nyata.

Pada umumnya siswa SD memiliki kemampuan berhitung yang masih tergolong rendah, termasuk kemampuan berhitung dalam pecahan. Hal tersebut disebabkan oleh proses belajar mengajar yang cenderung hanya mendengarkan informasi dari guru, bahkan banyak di antara siswa melakukan aktifitas di luar pelajaran matematika seperti mencoret-coret buku, mengganggu temannya dan sebagainya. Matematika seringkali dimulai dari hal-hal yang abstrak sehingga sulit diterima dan dipahami oleh siswa, termasuk di dalamnya pada sub pokok bahasan pengerjaan operasi hitung pecahan. Faktor lain, banyak guru yang enggan menggunakan alat peraga dalam menyampaikan materi pelajaran. Guru enggan menciptakan alat peraga sendiri sebagai penunjang keberhasilan di dalam menyampaikan materi pelajaran.

Menyikapi permasalahan-permasalahan yang timbul dalam pembelajaran matematika terutama yang berkaitan dengan peningkatan aktivitas belajar matematika siswa pada materi pecahan, maka upaya inovatif untuk menanggulanginya perlu segera dilakukan. Salah satu alternatif solusi yang mungkin dapat menyelesaikan permasalahan tersebut adalah dengan meningkatkan kualitas pembelajaran melalui pendekatan PAIKEM.

(17)

Copyright © 2016 | Seminar Nasional PGMI

398

harus selalu diperhatikan oleh guru, dan guru harus bersikap ramah sehingga siswa tidak merasa takut. Kegiatan pembelajaran dirancang sesuai dengan kemampuan siswa dan dalam setiap pembelajaran siswa diberi tugas serta hasilnya dipajang di papan informasi ataupun papan tulis sehingga dapat membangkitkan motivasi untuk berprestasi.

Pembelajaran Matematika

Matematika merupakan salah satu jenis dari enam materi ilmu yaitu matematika, fisika, biologi, psikologi, ilmu-ilmu soasial dan linguistik. Didasarkan pada pandangan konstruktivisme, hakikat matematika yakni anak yang belajar matematika dihadapkan pada masalah tententu berdasarkan konstruksi pengetahuan yang diperolehnya ketika belajar dan anak berusaha. Ciri utama matematika adalah penalaran deduktif yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan yang diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya. Namun demikian, dalam pembelajaran pemahaman konsep sering di awali secara induktif melalui pengalaman peristiwa nyata. Proses induktif-deduktif dapat digunakan untuk mempelajari konsep matematika. Selama mempelajari matematika di kelas, aplikasi hasil rumus atau sifat yang diperoleh dari penalaran deduktif maupun induktif sering ditemukan meskipun tidak secara formal hal ini disebut dengan belajar bernalar (Depdiknas, 2003:5-6). Pendapat lain dalam buku “konsep dan makna pembelajaran” dikemukakan bahwa pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan proses komunikasi utama keberhasilan pendidikan (Sagala, 2009:61). Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid.

Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah suatu proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa guna memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan matematika. Suatu proses pembelajaran yang dimaksud adalah suatu kegiatan yang dilakukan guru untuk menciptakan situasi agar siswa belajar dengan menggunakan model pembelajaran penemuan terbimbing.

Aktivitas Belajar Matematika

Aktivitas secara bahasa berarti kegiatan, kesibukan, keaktivan, kerja, atau salah satu kegiatan kerja yang dilaksanakan dalam tiap bagian dalam perusahaan (Tri Kurnia, 2003:2009). Artinya seluruh kegiatan yang dilaksanakan seseorang dengan maksud untuk mengerjakan sesuatu dapat berarti “aktifitas”.

Aktivitas merupakan tuntutan pendidikan dan kehidupan pada saat ini. Aktivitas akan menghasilkan berbagai inovasi dan perkembangan baru. Individu dan organisasi yang kreatif akan selalu dibutuhkan oleh lingkungannya, karena mereka mampu memenuhi kebutuhan lingkungannya yang terus berubah. Individu dan organisasi yang kreatif akan mampu bertahan dalam kompetisi global yang dinamis dan ketat.

(18)

Copyright © 2016 | Seminar Nasional PGMI

399

learning). Menurut Dede Rosyada dalam bukunya “Paradigma Pendidikan demokratis” berpendapat bahwa active learning (belajar aktif) adalah:

“Belajar aktif diartikan sebagai belajar yang memperbanyak aktivitas siswa dalam mengakses berbagai informasi dari berbagai sumber, buku teks, perpustakaan, internet atau sumber-sumber belajar lain, untuk mereka bahas dalam proses pembelajaran dalam kelas, sehingga memperoleh berbagai pengalaman yang tidak saja menambah kompetensi pengetahuan mereka, tapi juga kemampuan analitis, sintesis dan menilai informasi yang relevan untuk dijadikan nilai baru dalam hidupnya, sehingga mereka terima, diimitasi, dibiasakan sampai mereka adaptasikan dalam kehidupannya (Dede Rosyada, 2004:165-166).

Dengan demikian, aktivitas belajar adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis. Kegiatan fisik berupa ketrampilan-ketrampilan dasar sedangkan kegiatan psikis berupa ketrampilan terintegrasi. Keterampilan dasar yaitu mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan dan mengkomunikasikan. Sedangkan ketrampilan terintegrasi terdiri dari mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi data, menyajikan data dalam bentuk grafik, menggambarkan hubungan antar variabel, mengumpulkan dan mengolah data, menganalisis penelitian, menyusun hipotesis, mendefinisikan variabel secara operasional, merancang penelitian dan melaksanakan eksperimen.

Senada dengan hal di atas, dapat juga dikatakan bahwa, yang disebutkan kegiatan belajar atau aktivitas belajar sebagai proses yang terdiri atas enam unsur yaitu tujuan belajar yang hendak dicapai, peserta didik yang termotivasi, tingkat kesulitan belajar siswa, stimulus dari lingkungan dimana peserta didik berada, pesrta didik yang memahami situasi, dan pola respons peserta didik terhadap proses pembelajaran.

Jika dikaitkan dengan kegiatan matematika (doing math) atau aktivitas belajar matematika, aktifitas tersebut ditandai oleh kegiatan seperti:

“Mencari dan menemukan pola untuk memahami struktur dan hubungan matematik, menggunakan sumber tersedia secara efektif dalam merumuskan dan menyelesaikan masalah, memahami idea matematika, berfikir dan bernalar matematika melalui: generaisasi, menggunakan aturan inferensi, membuat konjektur, memberi alasan, mengkomunikasikan ide matematika, menetapkan apakah hasil atau jawaban yang diperoleh masuk akal, dimana kemampuan ini kelak sangat berguna bagi siswa dalam menghadapi persoalan dunia nyata yang serba cepat dan tidak menentu” (Kadir dalam jurbla Algoritma, Juni 2006: 13).

(19)

Copyright © 2016 | Seminar Nasional PGMI

400 Pengertian PAIKEM

Muhibbin Syah dan Rahayu Kariadinata menjelaskan PAIKEM merupakan singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Selanjutnya, PAIKEM dapat didefinisikan sebagai: pendekatan mengajar (approach to teaching) yang digunakan bersama metode tertentu dan berbagai media pengajaran yang disertai penataan lingkungan sedemikian rupa agar proses pembelajaran menjadi aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (Muhibbin, dkk, 2009:1). Dengan demikian, para siswa merasa tertarik dan mudah menyerap pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan. Selain itu, PAIKEM juga memungkinkan siswa melakukan kegiatan yang beragam untuk mengembangkan sikap, pemahaman, dan keterampilannya sendiri dalam arti tidak semata-mata “disuapi” guru. Di antara

metode-metode mengajar yang amat mungkin digunakan untuk

mengimplementasikan PAIKEM, ialah: 1) metode ceramah plus, 2) metode diskusi; 3) metode demonstrasi; 4) metode role play; dan 5) metode simulasi.

Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari pelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Sehingga, jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar. Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Inovasi dapat diartikan sebagai suatu yang baru dalam situasi sosial tertentu yang digunakan untuk menjawab atau memecahkan suatu masalah. Dilihat dari bentuk atau wujudnya “sesuatu yang baru” itu dapat berupa ide, gagasan, benda atau mungkin tindakan. Sedangkan dilihat dari maknanya, sesuatau yang baru itu bisa benar-benar baru yang belum tercipta sebelumnya yang kemudian disebut dengan

invention. Proses invention, misalkan penerapan metode atau pendekatan pembelajaran yang benar-benar baru dan belum dilaksanakan dimanapun untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi pembelajaran (Wina, 2009:317). Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya tinggi. Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah terbukti meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa. Secara garis besar, gambaran PAIKEM adalah sebagai berikut:

1) Dalam model pembelajaran ini siswa dituntut untuk terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui perbuatan.

(20)

Copyright © 2016 | Seminar Nasional PGMI

401

3) Guru menggunakan berbagai alat bantu tidak hanya dalam ruang lingkup kelas, tetapi juga bisa membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa. Karena siswa akan bisa menikmati belajar jika diterapkan hal-hal yang berbau alamiah.

4) Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan ‘pojok baca’. Anak kebanyakan jika tidak ada tuntutan tidak akan muncul keinginan untuk membaca, maka dengan cara ini siswa diharapkan bisa meluangkan waktu yang tersedia untuk sedikit membaca.

5) Guru dapat menerapkan berbagai cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, salah satunya dengan cara belajar kelompok.

6) Guru mendorong dan memotivasi siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.

Karakteristik PAIKEM

Ada beberapa ciri menonjol yang tampak secara kasat mata dalam proses pembelajaran dengan menggunakan PAIKEM (Daris, 2009:73), ciri-ciri tersebut adalah:

1) Adanya sumber belajar yang beraneka ragam, dan tidak lagi mengandalkan buku sebagai satu-satunya sumber belajar. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk lebih memperkaya pengalaman belajar peserta didik. Bukan semata-mata untuk menafikan sama sekali buku pelajaran sebagai salah satu sumber belajar peserta didik.

2) Sumber belajar yang beraneka ragam tersebut kemudian didesain skenario pembelajarannya dengan berbagai kegiatan.

3) Hasil kegiatan belajar mengajar kemudian dipajang di tembok kelas, papan tulis, dan bahkan ditambah dengan hiasan yang menarik.pajangan tersebut merupakan hasil diskusi atau hasil karya siswa. Pajangan hasil karya siswa menjadi salah satu ciri fisikal yang dapat kita amati dalam proses pembelajaran.

4) Kegiatan belajar mengajar bervariasi secara aktif, yang biasanya didominasi oleh kegiatan individual dalam beberapa menit, kegiatan berpasangan, dan kegiatan kelompok kecil antara empat sampai lima orang, untuk mengerjakan tugas-tugas yang telah disepakati bersama, dan salah seorang di antaranya menyampaikan (presentasi) hasil kegiatan mereka di depan kelas. Hasil kegiatan siswa itulah yang kemudian dipajang.

5) Dalam mengerjakan pelbagai tugas tersebut, para siswa, baik secara individual maupun secara kelompok, mencoba mengembangkan semaksimal mungkin kreatifitasnya.

6) Dalam melaksanakan kegiatannya yang beraneka ragam itu, tampaklah antusiasme dan rasa senang siswa.

(21)

Copyright © 2016 | Seminar Nasional PGMI

402 METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan bagian dari penelitian tindakan (action research) yang dilakukan oleh guru dan dosen di kelas (sekolah dan perguruan tinggi) tempat ia mengajar yang bertujuan memperbaiki dan meningkatkan kualitas dan kuantitas proses pembelajaran di kelas.

PEMBAHASAN Deskripsi Data

Berdasarkan hasil penelitian terhadap aktivitas siswa yang dilakukan selama dua siklus, diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 1. Persentase Rata-rata Keaktifan Siswa

No. Aspek Yang Diamati Siklus I Siklus II

1 Menanggapi jawaban guru 48,28% 48,77%

2 Memberikan contoh 36,21% 34,94%

3 Berani memberikan tanggapan dalam diskusi 40,52% 91,29%

4 Berani menyanggah pendapat teman lain saat diskusi 63,79% 80,85% 5 Mengajukan pertanyaan yang relevan kepada guru 56,03% 66,07% 6 Mengajukan pertanyaan yang relevan kepada teman 75,00% 84,33%

7 Menanggapi jawaban teman 51,72% 78,26%

8 Berani mempresentasikan hasil kerja dan diskusi di depan kelas 34,48% 61,88%

9 Mendengarkan/memperhatikan pendapat orang lain 69,83% 82,70%

10 Mengerjakan soal di papan tulis 47,41% 72,97%

11 Mengerjakan latihan soal 94,83% 100%

12 Membuat catatan/ringkasan materi 93,10% 96,55%

13 Melakukan kegiatan sesuai dengan lembar kegiatan siswa 96,55% 97,38%

Rata-rata Persentase 62,14% 76,62%

Berdasarkan hasil penelitian terhadap aktivitas siswa pada tabel di atas, dapat dilihat adanya peningkatan dari siklus I ke siklus II. Hal ini ditunjukkan dari hasil pengamatan pada siklus I bahwa rata-rata persentase aktivitas siswa pada siklus I sebesar 62,14%. Sedangkan pada siklus II rata-rata persentase aktivitas siswa yaitu 76,62%. Dengan demikian setelah pembelajaran siklus II, indikator keberhasilan sudah tercapai.

(22)

Copyright © 2016 | Seminar Nasional PGMI

403

Grafik 1. Rata-rata Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Matematika

Pada grafik di atas menunjukkan bahwa secara berurutan ada peningkatan rata-rata keaktifan siswa dari siklus I sampai siklus II, meskipun pada aspek kedua yaitu aktivitas memberikan contoh terjadi penurunan dari siklus I ke siklus II sebesar 1,27%. Dari pengamatan yang dilakukan diketahui rata-rata persentase aktivitas yang mengalami peningkatan cukup baik yaitu memberikan tanggapan dalam diskusi pada siklus pertama sebesar 40,52%, kemudian pada siklus kedua sebesar 91,29%. Rata-rata persentase aktivitas menanggapi jawaban teman pada siklus pertama sebesar 51,72%, kemudian pada siklus II meningkat menjadi 78,26%. Rata-rata persentase mempresentasikan hasil kerja dan diskusi di depan kelas pada pertemuan pertama sebesar 34,48% dan meningkat pada pertemuan kedua menjadi 61,88%. Sedangkan persentase rata-rata mengerjakan soal di papan tulis pada pertemuan pertama sebesar 47,41% kemudian meningkat pada pertemuan kedua menjadi 72,97%.

Aktivitas lain yang juga mengalami peningkatan adalah mengajukan pendapat. Hal ini ditandai dari meningkatnya aspek berani menyanggah pendapat teman lain saat diskusi. Aktivitas menyanggah pendapat teman lain saat diskusi mengalami peningkatan cukup baik, dimana pada siklus I rata-rata persentasenya adalah 63,79% mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 80,85%. Selain itu aktivitas menghargai pendapat orang lain juga mengalami peningkatan yang cukup baik, hal ini dapat dilihat dari perolehan rata-rata persentase aktivitas mendengarkan/memperhatikan pendapat orang lain pada siklus pertama sebesar 69,83% mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 82,70%.

Dari hasil pengamatan juga diketahui bahwa dalam penelitian ini aktivitas menanggapi jawaban guru dan aktivitas bertanya juga mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Persentase rata-rata menanggapi jawaban guru pada siklus I sebesar 48,28% menjadi 48,77% pada siklus II. Persentase rata-rata aktivitas mengajukan pertanyaan yang relevan kepada guru pada pertemuan pertama sebesar 56,03% meningkat pada siklus II menjadi 66,07%, sedangkan persentase rata-rata

R

at

a

-r

at

a

P

er

se

n

tas

e

Aspek Yang Diamati

Siklus

(23)

Copyright © 2016 | Seminar Nasional PGMI

404

aktivitas mengajukan pertanyaan yang relevan kepada teman pada siklus I sebesar 75% meningkat pada siklus II menjadi 84,33%.

Dalam penelitian ini aktivitas siswa dalam proses pembelajaran yang dapat dikategorikan sangat baik adalah aspek mengerjakan tugas yang terdiri atas aktivitas mengerjakan latihan soal, membuat catatan/ringkasan materi dan melakukan kegiatan sesuai dengan lembar kegiatan siswa. Pada siklus pertama rata-rata persentase mengerjakan latihan soal sebesar 94,83% dan meningkat pada siklus kedua menjadi 100%, aktivitas ini tidak hanya mengalami peningkatan tetapi juga sudah maksimal. Rata-rata persentase aktivitas membuat catatan/ringkasan materi pada siklus pertama sebesar 93,10% dan meningkat menjadi 96,55% pada siklus kedua. Sedangkan rata-rata persentase aktivitas melakukan kegiatan sesuai dengan lembar kegiatan siswa sebesar 96,55% pada siklus pertama dan meningkat menjadi 97,38% pada siklus kedua.

Berdasarkan hasil penelitian, data yang diperoleh menunjukkan bahwa rata-rata persentase aktivitas siswa pada siklus pertama sebesar 62,14%. Sedangkan rata-rata persentase aktvitas siswa pada siklus kedua sebesar 76,62%.

Adapun perolehan hasil belajar matematika siswa pada siklus I dan Siklus II adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I dan Siklus II

No. Hasil Tes Nilai

Siklus I Siklus II

1. Nilai terendah 18 20

2. Nilai tertinggi 100 100

3. Rata-rata nilai tes 68,41 76,03

4. Jumlah siswa yang tuntas 20 23

5. Persentase ketuntasan belajar klasikal 68.97% 79,31%

(24)

Copyright © 2016 | Seminar Nasional PGMI

405

Peningkatan keaktifan siswa dari siklus I sampai siklus II diiringi dengan meningkatnya hasil belajar matematika siswa. Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui adanya peningkatan terhadap hasil belajar siswa. Banyaknya siswa yang tuntas belajar pada siklus I sebanyak 20 siswa (68,97%) sedangkan siswa yang tuntas belajar pada siklus II sebanya 23 siswa (79,31%). Hal ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II serta tercapainya indikator keberhasilan yaitu nilai rata-rata kelas ≥ 65 dan siswa yang mencapai nilai ≥ 65 (mencapai ketuntasan) sebanyak 75% dari jumlah siswa dalam kelas.

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui nilai rata-rata matematika kelas meningkat setelah diterapkan pembelajaran dengan pendekatan PAIKEM. Rata-rata tes hasil belajar siklus I sebesar 68,41 dan meningkat pada siklus II menjadi 76,03, hal ini berarti rata-rata hasil belajar matematika mengalami peningkatan sebesar 7,62 poin.

Berdasarkan hasil analisis dan observasi, data yang diperoleh menunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika pada materi pecahan dengan penerapan pendekatan PAIKEM mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus II secara berurutan yaitu 62,14% dan 76,62%. Indikator keberhasilan aktivitas siswa pada penelitian tindakan kelas ini ditetapkan sebesar 75%. Berdasarkan indikator tersebut, maka aktivitas siswa tercapai pada siklus II. Aktivitas siswa pada siklus I belum optimal. Penerapan pendekatan paikem ini bagi siswa masih merupakan hal baru. Walaupun mereka sudah pernah melakukan pembelajaran kelompok dan pembelajaran yang berpusat pada aktivitas siswa. Pada saat diskusi masih banyak siswa yang tidak serius dalam melaksanakan kegiatan sesuai dengan lembar kegiatan siswa.

Pada pembelajaran siklus I diperoleh data bahwa masih banyak siswa yang proses belajarnya belum optimal, keaktifan siswa dalam siklus ini masih belum merata hanya siswa-siswa tertentu saja yang terlihat aktif dalam pembelajaran, pada saat diskusi kelompok pelaksanaannya belum berjalan dengan optimal, siswa masih tampak malu, enggan, dan takut salah dalam bertanya, menjawab pertanyaan, mengemukakan pendapat dan memberikan tanggapan. Hal tersebut diduga karena siswa belum terbiasa pada penerapan pendekatan PAIKEM. Pada siklus II keaktifan siswa hampir merata, hanya siswa-siswa tertentu saja yang kurang aktif dalam pembelajaran. Pada saat pembelajaran dan diskusi kelas pelaksanaannya sudah berjalan dengan baik, sehingga guru tidak lagi mendominasi pembelajaran. Sebagian besar siswa mulai berani bertanya, menjawab pertanyaan, mengemukakan pendapat dan memberi tanggapan.

Pada siklus II ini guru lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif dan berpartisipasi dalam pembelajaran, terutama siswa-siswa yang belum aktif dengan menunjuk dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, menjawab pertanyaan, mengemukakan pendapat dan memberikan tanggapan juga dengan memotivasi siswa untuk terlibat dalam pembelajaran, hal tersebut cukup efektif, karena aktivitas pembelajaran tidak didominasi oleh siswa yang pandai saja.

(25)

Copyright © 2016 | Seminar Nasional PGMI

406

masih terdapat beberapa siswa yang tidak mengerjakan latihan soal. Hal ini selain dikarenakan mereka tidak serius dalam belajar, juga mereka mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal yang diberikan. Pada siklus II ketiga aktivitas ini rata-rata persentasenya hampir mencapai maksimal, aktivitas mengerjakan latihan soal pada siklus kedua mencapai nilai maksimal yaitu 100%.

Keaktifan belajar siswa ternyata memberi pengaruh terhadap hasil belajarnya. Hasil belajar yang diperoleh dalam penelitian ini juga mengalami peningkatan yang cukup baik. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran menyebabkan interaksi yang baik antara guru dan siswa ataupun antara siswa dengan siswa yang lain, aktivitas merupakan hal yang sangat penting dalam peningkatan prestasi belajar.

Berdasarkan hasil wawancara guru terhadap pembelajaran matematika yang menerapkan pendekatan paikem, baik pada siklus I maupun siklus II, guru menyatakan setuju bahwa dengan penerapan pendekatan paikem pada materi pecahan dapat meningkatkan aktivitas siswa. Guru yang juga mengamati jalannya kegiatan belajar mengajar, melihat bahwa siswanya memang lebih aktif. Termasuk sikap saling menghargai pendapat orang lain semakin baik, sehingga baik siswa yang berkemampuan tinggi maupun rendah ikut memberikan andil dalam usaha memahami materi pelajaran secara bersama.

Dilihat dari hasil pengamatan, catatan lapangan, dokumentasi dan tes hasil belajar pada setiap akhir siklus, terlihat bahwa penerapan pendekatan PAIKEM dalam pembelajaran matematika pada materi pecahan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dan juga memberikan kontribusi terhadap hasil belajar matematika yang diperoleh siswa kelas V MI Al-Mursyidiah Pamulang.

Pembahasan Hasil Temuan

Penerapan pendekatan PAIKEM dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan keaktifan siswa, karena siswa melakukan kegiatan yang beragam untuk mengembangkan sikap, pemahaman, dan keterampilannya sendiri dalam arti tidak semata-mata hanya menerima informasi atau pelajaran dari guru. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Muhibbin Syah dan Rahayu Kariadinata bahwa PAIKEM merupakan pendekatan mengajar (approach to teaching) yang digunakan bersama metode tertentu dan berbagai media pengajaran yang disertai penataan lingkungan sedemikian rupa agar proses pembelajaran menjadi aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (Muhibbin, 2009:1). Dengan demikian, para siswa merasa tertarik dan mudah menyerap pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan. Pada prosesnya, timbul rasa keingintahuan siswa sehingga timbul sebuha pertanyaan, ide serta cara pemecahan permasalahan yang berbeda-beda. Dengan demikian diperlukan keaktifan siswa pada proses pembelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan dan catatan lapangan, terlihat bahwa keaktifan siswa lebih baik dibandingkan sebelum dilakukan penelitian.

(26)

Copyright © 2016 | Seminar Nasional PGMI

407

untuk berpendapat sesuai dengan temuannya masing-masing dalam kegiatan pembelajaran untuk membangun pengetahuan siswa. Penerapan pendekatan paikem dalam pembelajaran matematika melibatkan siswa secara langsung dengan berbagai kegiatan, selain itu melatih kemandirian siswa dalam belajar termasuk keterampilan mencari dan memanfaatkan informasi. Dengan demikian selama proses pembelajaran akan mengajak siswa lebih aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan, sehingga dalam pelaksanaannya siswa dapat memecahkan permasalahan, dengan kata lain dapat membantu siswa untuk memahami konsep dari materi yang dipelajari. Dengan pemahaman konsep yang baik siswa menjadi lebih percaya diri untuk menyelesaikan latihan soal. Berdasarkan hasil tes akhir akhir siklus I dan siklus II, rata-rata hasil belajar matematika siswa mengalami peningkatan, begitupun dengan jumlah siswa yang tuntas belajar mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Penerapan pendekatan PAIKEM pada proses pembelajaran matematika materi pecahan dapat meningkatkan aktivitas siswa. Aktivitas siswa pada siklus I sebesar 62,14%. Sedangkan aktivitas siswa pada siklus II mencapai 76,62%. Dengan demikian aktivitas siswa tergolong baik. Aktivitas siswa yang berkembang dengan baik meliputi kemampuan siswa dalam memberikan tanggapan dalam diskusi, mempresentasikan hasil kerja dan diskusi di depan kelas, menanggapi jawaban teman, mengerjakan soal di papan tulis, menyanggah pendapat teman lain saat diskusi dan mendengarkan/memperhatikan pendapat teman lain saat diskusi.

Pembelajaran dengan pendekatan PAIKEM juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa . pada siklus I siswa yang memperoleh nilai 65 atau lebih sebanyak 20 siswa, atau dengan kata lain ketuntasan klasikalnya sebesar 68,97%. Sedangkan pada siklus II siswa yang memperoleh nilai 65 atau lebih sebanyak 23 siswa (79,31%). Nilai rata-rata siswa pada siklus I sebesar 68,4, sedangkan nilai rata-rata siswa pada siklus II sebesar 76,03.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono.2004. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Aktifitas Belajar Matematika. Dalam

http://matematikamobile.uni.cc/aktivitas-belajar-matematika. 28 Desember 2010. 10.50.

Aktivitas Belajar. Dari http://edukasi.kompasiana.com/2010/04/11/aktivitas-belajar/, 13 Desember , 08:58.

Aktivitas dan Prestasi Belajar. Dalam http://ipotes.wordpress.com. 13 Desember 2010. 08:49.

Amri, Sofan dan Iif Khoiru. 2010 Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam Kelas. Jakarta: Prestasi Pustaka.

(27)

Copyright © 2016 | Seminar Nasional PGMI

408

Balai Pustaka. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Bilangan Pecahan. Dari: http://amalia07.files.wordpress.com/2008/07/bilangan-1.pdf. 13 Desember 2010. 09:09.

Budimansyah, Daris dkk. 2009. PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan). Bandung: Genesindo.

Indrawati dan Wawan Setiawan. 2009. Pembelajaran Aktif, Kreatif, dan Menyenangkan untuk guru SD. Jakarta: PPPPTK IPA.

Iskandar. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Gaung Persada Press.

Kadir. 2006. “Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Soal-soal Terbuka”. Dalam Algoritma Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 1 No. 1. Jakarta: CeMED UIN Jakarta.

Nofijanti, Lilik dkk. 2008. Evaluasi Pembelajaran. Learning Assistance Program For Islamic Schools. Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.

Nurhayati, Tri Kurnia. 2003. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta: Eska Media.

Rosyada, Dede.2004. Paradigma Pendidikan Demokratis; Sebuah Model Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta: Prenada Media. Sagala, Syaiful. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung; Alfabeta.

Suherman, Erman. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer: Bandung: IMSTEP UPI.

Syah, Muhibbin & Rahayu Kariadinata. 2009. Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM. Bandung: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Sanjaya, Wina. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran (Teori dan Praktik Pengembangan KTSP). Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Tim LPP-SDM. 2010. Ensiklopedia Pendidikan Islam; Proses dan istilah Umum dalam Pendidkan Islam. Jakarta: Binamuda.

Gambar

Grafik 1.  Rata-rata Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Matematika
Gambar 2. Grafik Hasil Belajar Matematika Siswa

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pasien yang dijadikan peserta pada terapi aktivitas adalah pasien dengan masalah keperawatan harga diri rendah karena permainan ini dapat membantu pasien untuk

Menunjukan kekebalan dari daya tarik produk sejenis dari pesaing (Demonstrates an immunity to the full of the competition) Tinggi rendahnya kualitas pelayanan dan

Hasil penelitian pada tabel 5.2 menunjukkan hampir seluruhnya sejumlah 34 orang (100%) tidak melakukan aktivitas fisik.Menurut Peneliti berdasarkan fakta pada tabel 5.3

Pada sistem 3 fasa yang menggunakan saluran netral, dalam keadaan beban simetris maka arus yang lewat saluran nol adalah benar-benar nol (netral), tetapi bila

Kadar Glukosa Darah Sebelum dan Sesudah Pemberian Ekstrak Kulit Batang Saga Telik (Dosis 2,0g/KgBB) (Kelompok E3) ... Kadar Glukosa Darah Sebelum dan Sesudah Pemberian

Runtuhnya komunisme yang kadang juga dimaknai sebagai kekalahan sosialisme yang pada kurun modern berdiri sebagai pesaing politik utamanya di tingkat global maupun domestik

Sebelum ditemukannya lapisan tipis magnetik dengan sifat GMR, pengukuran medan magnet dilakukan dengan meggunakan batang semi konduktor kristal hall, dimana pada