• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEK MODEL PEMBELAJARAN SCIENTIFC INQUIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "EFEK MODEL PEMBELAJARAN SCIENTIFC INQUIR"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

EFEK MODEL PEMBELAJARAN SCIENTIFC INQUIRY DAN MOTIVASI TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA

Kasden Silalahi1, Nurdin Bukit2 dan Karya Sinulingga2 1Mahasiswa Pascasarjana Fisika Universitas Negeri Medan

Abstrak

Penelitian ini bertujuan: Untuk mengetahui hasil belajar siswa yang diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran Scientific inquiry lebih baik dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional, hasil belajar siswa yang memiliki motivasi di atas rata-rata lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memilik motivasi siswa di bawah rata-rata, dan intraksi antara model pembelajaran Scientific inquiry dan motivasi terhadap hasil belaja siswa. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Sientific Inquiry lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional, hasil belajar pada kelompok siswa yang memiliki motivasi di atas rata-rata lebih baik dibandingkan dengan kelompok siswa yang memiliki motivasi dibawah rata-rata, dan terdapat interaksi antara model pembelajaran Scientific Inquiry dengan motivasi dalam meningkatkan hasil belajar siswa, motivasi meningkatkan hasil belajar siswa pada model pembelajaran Scientific Inquiry sedangkan model konvensional tidak berpengaruh.

Kata Kunci : Motivasi, Scientific Inquiry, Hasil Belajar

Abstrack

This study aims: to determine the learning outcomes of students who are given treatment by using Scientific inquiry models is better than using conventional learning models, learning outcomes of students who are motivated above average better than students who pick the motivation of students below average -rata, and intraksi between learning model Scientific inquiry and motivation towards results students learning outcomes. From the results of this study concluded that the learning outcomes of students who are taught by Sientific Inquiry learning model better than students taught by conventional teaching, learning outcomes in a group of students who are motivated above average better than the group of students who have the motivation below on average, and there is interaction between the learning model Scientific Inquiry with motivation in improving student learning, motivation to improve student learning outcomes in Scientific Inquiry learning model while conventional models no effect.

(2)

A. Pendahuluan

Kecenderungan pendidikan pembelajaran di Indonesia secara umum dalam kurikulum dan model pembelajaran adalah masih dominan pembelajaran konvensional dan kurang variasinya model pembelajaran yang diterapkan oleh guru sehingga hanya terjadi komunikasi satu arah dan ilmu di transfer secara cepat dari guru kepada siswa secara rill. Hal inilah yang membuat daya serap siswa lemah karena hanya mendengarkan dari guru, Sehingga diperlukan perubahan paradigma pembelajaran dari yang berpusat pada guru ke yang berpusat pada siswa. Hal ini dapat membuat siswa lebih proaktif untuk membangun pengetahuannya sendiri melalui pengalaman belajar dan interaksi dengan lingkungan. Dalam kegiatan belajar mengajar terdapat suatu proses yang menjadi inti kegiatan belajar disebut dengan pembelajaran yang menitik beratkan pada keterlibatan siswa dalam mempelajari sesuatu, tak terkecuali dalam mata pelajaran fisika. Belajar fisika adalah suatu proses psikologis berupa tindakan/upaya seseorang untuk merekonstruksi memahami suatu gejala alam. Tindakan/upaya yang dimaksudkan adalah pengalaman belajar fisika berupa reaksi orang yang belajar terhadap materi fisika sebagai bahan ajar.

Belajar fisika pada dasarnya, suatu proses yang diarahkan pada suatu gejala alam yang terjadi. Mata pelajaran fisika pada sekolah diajarkan untuk membekali peserta didik pengetahuan, pemahaman, konsep dan sejumlah kemampuan untuk

memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu dan teknologi. Bagi siswa pembelajaran fisika sering membosankan sehingga pelajaran cenderung diabaikan oleh siswa dalam proses belajarnya karena pelajaran yang berlangsung di sekolah ternyata masih sangat teoritis dan kurang menerapkan model pembelajaran yang sudah banyak dikembangkan oleh para ahli sampai saat ini dan proses belajar cenderung sepihak. Seringnya sikap guru yang memberikan pembelajaran fisika dengan konvensional seperti ekspositori, mengajak siswa untuk membaca bahan ajar, menghafal mengakibatkan siswa cenderung merasa bosan, jengkel, dan tidak adanya kemauan dalam benak siswa untuk mendalaminya. Dalam suatu proses belajar mengajar guru berperan sebagai motivator dan fasilitator. Guru harus dapat merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk mendinamiskan potensi siswa, aktivitas, kreativitas sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar mengajar dan memberikan fasilitas atau memudahkan dalam proses belajar mengajar.

(3)

kemampuan berpikir analitis induktif dan deduktif dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar, baik secara kualitatif maupun kuantitatif dengan menggunakan matematika, serta

dapat mengembangkan

pengetahuan, ketrampilan, dan sikap percaya diri. Namun fakta yang ditemukan dilapangan adalah pelajaran sains yang tidak disukai siswa adalah fisika.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilaksanakan pada salah satu guru fisika di SMP Negeri 6 Medan, menyatakan dalam proses pembelajaran sehari-harinya masih ada guru yang menggunakan metode ceramah, tannya jawab, penugasan, juga model pembelajaran ekspositori sehingga siswa cendrung hannya mengerjakan soal-soal dan menghapalan rumus dan kurang mampu menggunakan konsep yang dikandung dalam rumus, minimnya media pembelajaran dan jarang menggunakan Laboratorium karena alat dan bahan yang tidak lengkap. Hal ini senada dengan observasi awal terhadap fasilitas Laboratorium yang dilakukan peneliti dan untuk hasil belajar siswa kelas VIII di sekolah tersebut. Dapat dikategorikan rendah mayoritas siswa yang sulit melampaui nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), sehingga untuk menuntaskan nilai lulus minimal KKM ini, guru harus mengadakan remedial kepada siswa tersebut. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di SMP N 6 Medan berjumlah 32 siswa dengan penyebaran angket di dapatkan bahwa guru hannya melakukan

pembelajaran langsung dengan persentase nilai 95,48%), latihan soal (45,16%), praktikum (0%), Tanya jawab (kuis) (64,52%). Berdasarkan data yang dapat dilihat bawasannya siswa jarang melakukan praktikum dapat dikatakan tidak perna dilakukan oleh guru karena fasilitas laboratorium yang tidak lengkap.

Seharusnya pembelajaran fisika yang baik adalah pembelajaran pembelajaran yang dilandaskan pada prinsip ketrampilan proses sains, dimana siswa didik untuk menemukan dan mengembang sendiri fakta. Menurut Arends (2008)”it is strange we expect students to learn yet seldom teach then about learning, expect students seldom teach abaut problem solving”, Yang berarti dalam mengajar guru selalu menuntut siswa untuk menyelesaikan masalah, tetapi jarang mengarahkan bagaimana siswa seharusnya menyelasaikan masalah.Salah satu strategi untuk mendeskripsikan praktik pengelolaan belajar yang menggantikan pola konvensional dikembangkan pengelolaan pembelajaran inquiry Scientific.

(4)

fisika. Guru hendaknya kreatif memulai pembelajaran, dan untuk melakukan kreatifitas tersebut guru tidak Harus mengubah segala cara yang telah dilakukan selama ini dan memulai cara yang baru dari nol. Dan pada proses , pembelajaran konvensional yang diprakarsai guru, melibatkan semua siswa agak sulit, maka untuk memperbaiki kondisis tersebut, perlu adannya dialog dan kolaborasi. Guru dapat memulai kreativitas pembelajaran dengan menerapkan 3 (tiga) kegiatan yang kurang mendapatkan perhatian selama ini dalam kegiatan pembelajaran, untuk menyelesaikan masalah yaitu : 1)Menerapkan kegiatan berpikir untuk menyelasaikan masalah dengan menggunakan media bahan atau benda, 2) Menerapkan kegiatan kolaborasi dengan pihak lain (secara berpasangan atau kelompok kecil, 3) Menerapkan kegiatan ungkapan dan berbagi (expression and sharing), dimana setiap pendapat yang disampaikan oleh siswa harus dihargai semua warga di ruang kelas tersebut.

Pada hakekatnya,

pembelajaran fisika lebih menekankan proses. Untuk itu, percobaan merupakan bagian terpenting dalam fisika. Dalam pembelajaran fisika, siswa berperan seolah-olah sebagai ilmuan. Siswa menggunakan metode Ilmiah untuk mencari jawaban terhadap sustu permasalahan yang sedang dipelajari. Model pembelajaran menurut Joyce (1980 : 1 ) adalah pola atau rencana yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan dihunakan untuk menyususn kurikulum, mengatur

materi pembelajaran dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelasnya. Penggunaan model pembelajaran yang inovatif adalah model pembelajaran scientific inquiry. Model pembelajaran ini dapat digunakan untuk mengembangkan sikap ilmiah dan meningkatkan hasil belajar siswa.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Negeri 6 Medan kelas VIII semester II (dua) pada bulan Maret Tahun Ajaran 2015 / 2016. Semua siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Medan pada Tahun Ajaran 2015/2016 yang terdiri dari 10 kelas. Sampel dalam penelitian ini diambil secara cluster random sampling yang mengambil dua kelas yang akan diajarkan dengan model Scientific Inquiry dan model pembelajaran langsung (direct instruction).

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan 3 variabel yakni variabel bebas, variabel moderator dan variabel terikat, yaitu : Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Scientific Inquiry dan model pembelajaran langsung (Direct Instruction). Variabel moderator dalam penelitian ini adalah motivasi belajar siswa. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Hasil belajar siswa pada pokok bahasan Getaran Dan Gelombang.

(5)

quasi eksperimen.Quasi eksperimen adalah penelitian yang mengelompokkan subjek secara acak tetapi peneliti menerima keadaan subjek seadanya yaitu tidak diperbolehkan mengelompokkan subjek secara acak untuk memperoleh kelompok baru.Pada kelas eksperimen diberi perlakuan yaitu model inkuiri training berbasikolaboratif. Adapun desain penelitian untuk ANAVA 2x2 ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Desain Penelitian ANAVA

Moti vasi

(B)

Hasil Belajar (B) Konvensional

(A1)

Scientific Inquiry(A2) Di

atas rata (B1)

A1B1 A2B1 µB1

Di bawah

rata (B2)

A1B2 A2B2 µB2

µA1 µA2

Sumber : Diadaptasi dari Rahman, 2014

Untuk menguji hipotesis penelitian digunakan teknik analisa data dengan analisis varian (ANAVA) dua jalur (desain faktorial 2 x 2) dengan taraf signifikan α = 0,05 atau 5 %.

C. Hasil dan Pembahasan 1. Hasil Penelitian

Deskripsi data yang disajikan dalam hasil penelitian ini terdiri dari hasil belajar dan motivasi belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Scientific Inquiry pada kelas eksperimen memperoleh nilai rata-rata sebesar 78,28 dan model pembelajaran Direct Instruction pada kelas kontrol memperoleh nilai

rata-rata sebesar 70,13 . Pengujian dilakukan dengan menggunakan SPSS 16.0 dengan uji ANAVA dua jalur. Maka kedua data tersebut diuji normalitas dan homogenitasnya terlebih dahulu. Uji normalitas belajar ditunjukkan pada Tabel 2

Tabel 2. Uji Normalitas Hasil Belajar Antar Kelompok

No Kelas Lh Lt Sig Ket.

1

Konvensiona l Motivasi

bawah .182 0.2 .08 Normal

2

Konvensiona l Motivasi

atas .169 .179 .20 Normal

3

Scientific Inquiry Motivasi

bawah .172 .201 .12 Normal

4

Scientific Inquiry Motivasi

bawah .201 .215 .10 Normal Sumber : output SPSS 16.0

Hasil pengujian yang terdapat pada Tabel 2. memperlihatkan hasil uji normalitas untuk hasil belajar dengan signifikansi lebih besar dibandingkan signifikan 0.05 sehingga dapat disimpulkan data postes hasil belajar antar kelompok memiliki varians yang sama. Uji homogenitas hasil belajar ditunjukkan pada Tabel 3

Tabel 3. Uji Homogenitas Hasil Belajar Antar Kelompok

F df1 df2 Sig.

0.718 3 68 0.545

Sumber : output SPSS 16.0

(6)

signifikansi 0,545. Berdasarkan hasil tersebut signifikan hitung lebih besar dibandingkan signifikan 0.05 sehingga dapat disimpulkan data pretes hasil belajar antar kelompok memiliki varians yang sama. Uji homogenitas hasil belajar ditunjukkan pada Tabel 3

Output ANAVA dari penelitian dapat dilihat pada table 4.

Tabel 4. Output perhitungan ANAVA Dua Jalur

Sumber

Jumlah kuadrat

tipe III df

Kuadrat rerata F Model 1317.7 1 1317.7 20.21 Motivasi 337.7 1 337.7 51.79

Model *

Motivasi 472.2 1 472.2 7.244 Sumber : output SPSS 16.0

Berdasarkan Tabel 4. perhitungan ANAVA pada signifikan model diperoleh hasil signifikan 0,001 dan signifikan ini lebih kecil dibandingkan signifikan α=0,05. Maka terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar siswa yang diajarkan melalui model Scientific Inquiry dan model Direct Instruction. Pada signifikan motivasi diperoleh hasil 0,026 dan signifikan ini lebih kecil dibandingkan signifikan α=0,05. Maka terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang memiliki motivasi diatas rata-rata dan motivasi dibawah rata-rata-rata-rata.

Pada signifikan model*motivasi yaitu 0.009 dan signifikan ini lebih kecil dibandingkan signifikan α=0,05. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan sikap

ilmiah siswa untuk meningkatkan hasil belajar fisika siswa. Hal ini dapat terlihat jelas pada Gambar 1.

Gambar 1. Interaksi Model Pembelajaran dan Motivasi

Sumber : output SPSS 16.0

Dari Gambar 1. terlihat grafik hubungan antara model pembelajaran dan hasil belajar pada motivasi diatas rata dan motivasi dibawah rata-rata. Terdapat interaksi yang signifikan antara model pembelajaran dan motivasi dalam mempengaruhi hasil belajar siswa.

2. Pembahasan

2.1. Hasil Belajar Fisika dapat menggunalan model Pembelajaran Scientificc Inquiry Dibandingkan Dengan Model Pembelajaran Konvensional

Joyce & Weil (1980: 138) menyatakan inti dari model pembelajaran scientific inquiry adalah melibatkan siswa dalam penyelidikan masalah sebenarnya dengan menghadapkan mereka dalam penyelidikan, membantu mereka dalam mengidentifikasi masalah. Metodologis atau konseptual dalam penyelidikan dan mengajak mereka untuk merancang cara dalam mengatasi tersebut. R

(7)

Dengan demikian, siswa dapat mengetahui bagaimana suatu pengetahuan dibangun dalam komunitas dalam ilmuwan. Pada waktu yang sama, siswa juga akan menghargai pengetahuan sebagai hasil dari proses penelitian yang melelahkan dan mungkin juga akan belajar keterbatasan dan keunggulan pengetahuan masa kini dibangun dalam komunitas para ilmuwan. Pada waktu yang sama,siswa juga akan menghargai pengetahuan sebagai hasil dari proses penelitian yang melelahkan dan mungkin juga akan belajar keterbatasan dan keunggulan pengetahuan masa kini.

National Research Council (NRC) dalam wenning (2011:2), menyatakan model pembelajaran scientific inquiry mengacu pada beragam cara dimana ilmuwan mempelajari alam dan memberikan penjelasan berdasarkan bukti penyelidikan. Model ini juga mengacu pada kegiatan siswa dimana mereka mengembangkan pengetahuan dan pemahaman ide-ide ilmiah, serta pemahaman tentang bagaimana ilmuwan mempelajari alam.

Menurut Schwab (dalam Joyce & Weil, 2003: 182), model pembelajaran scientific inquiry menggunakan beberapa teknik untuk mengajarkan ilmu pengetahuan sebagai penyelidikan.pertama, menggunakan banyak pertanyaan yang mengekspresikan sifat tentatif ilmu pengetahuan, seperti “kami tidak tahu, kami telah mampu menemukan bagaimana ini terjadi, dan bukti tentang hal ini bertentangan”. Kedua, pengambilan kesimpulan retorika, model pembelajaran scientific inquiry

menggunakan penyelidikan narasi, dimana sejarah ide-ide utama dalam biologi dijelaskan dan melaksanakan penelitian di daerah itu diikuti. Ketiga, kegiatan laboratorium dirancang untuk mendorong siswa dalam menyelidiki masalah, bukan dari sekedar untuk menjelaskan teori. Keempa, kegiatan laboratorium dirancang untuk melibatkan siswa dalam penyelidikan masalah biologi yang nyata.

Pembelajaran Scientific inquiry dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Model ini menekankan pada proses berpikir formal dan analisis untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari suatu masalah yang dipertanyakkan. Seluruh aktivitas siswa yang diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dapat menimbulkan sikap percaya diri siswa dan sikap ilmiah siswa. Dalam pembelajaran ini, guru bukan berperan sebagai sumber belajar tetapi sebagai fasilitator dan motivator bagi siswa. Siswa mengembangkan dan menemukan pengetahuan itu sendiri. Untuk itu, dalam model ini siswa akan mengamati, menyusun hipotesis, membuktikan hipotesis melalui percobaan, berkomunikasi dan menarik kesimpulan.

(8)

konvensionalnya yaitu 70,13. Siswa yang dibelajarkan dengan model Scientific Inquiry aktif melakukan setiap percobaan dan siswa aktif bertanya. Proses-proses ilmiah seperti mengamati gelombang, menganalisa bentuk gelombang dan menyimpulkan hasil percobaan dengan baik. Dengan aktivitas belajar yang baik, proses-proses sains dilakukan oleh siswa sendiri, sehingga struktur kognitif terbangun dengan sendirinya yang ditunjukan dengan hasil belajar yang baik. Dibanding dengan kelas konvensionalnya, Pembelajaran inkuiri jauh lebih aktif. Hasil belajar fisika siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Scientific Inquiry lebih baik dari siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Konvensional. Hasil pretes dan postes kelas terlihat pada gambar 1.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

R

a

ta

-r

a

ta

Gambar 1. Hubungan antara Model Pembelajaran dengan Hasil Belajar

Sumber : Olahan data MS. Excel 2010

Hasil temuan penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sarwi (2010) dalam

penelitiannya dihasilkan bahwa skor semua indikator Scientific Inquiry kedua rombongan belajar pada mata kuliah gelombang telah mencapai tingkat efektif dengan skor 78 dan skor 77. Scientific Inquiry menuntut lebih banyak berpikir, mengukur dan mengamati sendiri, menganalisis dan menyimpulkan hasil analisis data.

Hal ini juga diperkuat oleh Husain (2011) yang menemukan bahwa ada perbedaan antara metode pembelajaran Scientific Inquiry dan pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar siswa yang diajarkan dengan pembelajaran Scientific Inquiry leebih baik dibandingkan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Hal ini menyimpulkan bahwa model Scientific Inquiry lebih efektif dalam meningkatkan prestasi akademik siswa dibandingkan metode konvensional.

Njoroge (2014) dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa terdadapat perbedaan asignifikan antar pembelajaran inkuiri dan pembelajaran konvensional, dimana siswa yang dibelajarkan dengan model inkuiri memperoleh hasil belajar sebesar 83,21 yang lebih baik dari perolehan kelas konvensionalnya yaitu 76,23. Pada kelas inkuiri siswa lebih aktif dalam melakukan proses pembelajaran. Siswa antusias melakukan percobaan yang dilakukan pada pembelajaran.

(9)

Kelompok Siswa yang mempunyai Motivasi Dibawah Rata-rata

Menurut beberapa penelitian, proses pembelajaran sains memerlukan tingkat kemampuan penalaran dan motivasi tinggi, terutama adanya kemauan belajar pada diri siswa karena termotivasi untuk ingin tahu materi pelajaran yang akan diterimanya, Misalnya pada proses sains seperti kemampuan untuk mengidentifikasi dan variable kontrol dan kemampuan untuk membangun hipotesis.

Model pembelajaran yang diterapkan pada kedua kelompok sampel memberikan pengaruh yang sama terhadap tingkat motivasi siswa. Namun dalam pelaksanaanya terdapat perbedaan tingkat motivasi siswa dari tiap individu dalam belajar, baik dari data observasi yang dilakukan selama pembelajaran berlangsung. Tingkat motivasi dibedakan dalam kategori motivasi di atas rata dan di bawah rata-rata. Hal ini dikarenakan model Sientific Inquiry melibatkan siswa secara aktif dan mandiri untuk membangun pengetahuannya sendiri berdasarkan pengalaman belajar mereka lakukan. Model ini juga menuntut ketekunan dan kegigihan dari siswa dalam menyelesaikan permasalahan yang sulit mereka pecahkan. Sehingga, siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi merasa tertantang disaat mereka sulit untuk memecahkan suatu permasalahan dan terus mengembangkan pengetahuannya untuk dapat segera memecahkan permasalahan tersebut. Jika siswa dengan motivasi belajar tinggi menggunakan pembelajaran konvensional untuk belajar, siswa

cepat merasa bosan karena mereka tidak memiliki tantangan dalam belajar yang membuat mereka berperan aktif dan mandiri dalam belajar, melainkan hannya mendengarkan guru menyampaikan materi pelajaran.

Hasil perhitungan yang telah peneliti lakukan , begitu besar pengaruh motivasi belajar dalam meningkatkan presta si belajar siswa. Karena pentingnya pengaruh motivasi terhadap prestasi disini siswa harus dapatmenumbuhkan dan mengembangkan motivasi belajar yang ada di dalam dirinya. Prestasi belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk meperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri sebagai hasil intraksi dengan lingkungannya, pada penelitian ini prestasi belajar siswa adalah ketrampilan sains siswa.

Sejalan dengan penelitian Rizal (2014) mengemukakan bahwa hasil yang ditunjukkan dari kedua penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa kedua penelitian tersebut sama-sama menunjukkan besarnya motivasi belajar terhadap prestasi belajar yang ditunjukkan dari hasil perhitungan yang dilakukan oleh kedua peneliti, dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi sangat berperan penting dalam meningkatkan Prestasi Belajar. Motivasi sendiri merupakan faktor intrinsik yaitu dorongan dalam diri sendiri.

(10)

setiap kategori motivasi siswa mana yang lebih baik digunakan. Model pembelajaran Scientific Inquiry memberikan efek perbedaan yang lebih baik pada motivasi siswa di bawah rata-rata dengan motivasi siswa di atas rata-rata.

Saat dibelajarkan dengan model pembelajaran Scientific Inquiry siswa diajak untuk mengkritis mulai dari permasalahan, jawaban sementara (hipotesis), mengumpulkan dan menganalisis data serta menyimpulkan jawaban dari permasalahan. Dengan struktur pembelajaran yang baik dalam model pembelajaran ini membuat siswa yang memiliki motivasi diatas rata-rata mendapat sarana proses pembelajaran ytang tepat untuk mengembangkan pengetahuannya. Disisi lain siswa yang memiliki motivasi dibawah rata-rata juga ikut terlibat dalam proses ketrampilan sains yang dilakukan. Namun temuan penelitian hasil belajar yang diperoleh siswa yang di ajarkan dengan model Scientific Inquiry berbeda pada motivasi siswa di atas rata-rata dan dibawah rata-rata, dimana pada model ini hasil belajar siswa yang motivasi di atas rata-rata lebih baik dari pada di bawah rata-rata.

2.3. Intraksi antara Model Pembelajaran dan Motivasi Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa.

Analisa yang berbeda diperoleh pada siswa yang di ajarkan dengan pembelajaran konvensional. Pada model ini siswa yang memiliki motivasi di atas rata-rata tidak mendapat ruang yang cukup untuk mengkritis proses pembelajaran. Proses yang telah dirancang berpusat

pada guru ini membatasi siswa melakukan kreasi-kreasi yang dapat mengembangkan kognitif siswa sehingga hasil belajar siswa pun tidak optimal. Pada siswa dengan motivasi di bawah rata-rata, siswa yang umunya hanya menerima saja pengetahuan yang diberikan oleh guru akan menyukai proses pembelajaran pada model ini. Siswa hanya menerima dan menghafal pengetahuan yang diberikan tanpa perlu mengkritis lebih lanjut. Hasil belajar siswa ini juga menunjukka rerata yang cendrung tidak meningkat.

Penelitian ini untuk kelompok siswa yang diajar dengan model pembelajaran Scientific Inquiry yang memiliki kemampuan motivasi di atas rata-rata dengan model pembelajaran Scientific Inquiry di bawah rata-rata menghasilkan nilai signifikan 0,009 dengan taraf 0,05, sehingga disimpulkan ada perbedaan model pembelajaran Scientific Inquiry yang memiliki motivasi di atas rata-rata dan model Scientific Inquiry dengan motivasi di bawah rata-rata. Hal ini membuktikan motivasi belajar sangat mempengaruhi hasil belajar siswa meskipun dengan model pembelajaran yang sama. Untuk mencapai prestasi belajar yang lebih baik, maka setiap siswa harus mempunyai motivasi diatas rata-rata sehingga menjadi siswa yang tekun belajar, tanggap dalam menghadapi kesulitan, perhatian lebih fokus pada materi yang diajarkan.

DAFTAR PUSTAKA

(11)

Untuk Pembelajaran,

Pengajaran, dan

asesmen.Terjemahan oleh Agung Prihanto. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Arends, Richard I. 2013. Belajar untuk mengajar, Jakarta : Salemba Humanika

Bruce Joyce, Marsha.Weil, Emily Calhonn. 2009. Models of Teaching. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Hussain, A., Azeem, M & Shakoor. 2011. Physics Teaching Methids: ScientificInquiry Vs Traditional Lecture. Int.Journal of Humanities and Social Science, 1(19):269-276

Jumanta Hamdayama. 2014.

Model dan Metode

Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter. Bogor : Ghalia Indonesia

Muhammad Surya. 2015.Strategi Kognitif dalam Pembelajaran. Bandung : Alfabeta

Njoroge, Noman G. 2014. Nature of Science and scientific Inquiry as Contexts for the Learning of Science and Achivement of Scientific Literacy. Int. Journal of Edd in Math, Science and Technology. Vol. 1. (3). p.138-147

Nur Qomariah, Madewi Muliyan Ratna, dan Beni Setiawan, 2014. Penerapan Model

Pembelajaran Gnided

Discovery untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa SMP Kelas VII. Jurnal

Pendidikan Sains. Vol.02 No.01 Hal.78-88.

Rahman, R. & Maarif, S. 2014. Pengaruh Penggunaan Metode

Discovery Tehadap

Kemampuan Analogi

Matematis Siswa SMK AL-Ikhsan Pamarican Kabupaten Ciamis Jawa Barat. Infinity jurnal ilmiah program studi matematika STKIP siliwangi bandung.vol 3. No 1.(Hal.37-38)

(e_journal.stkipsiliwangi.ac.id/ index.php/infinity/article/view/ 38/37. Diakses 17 Mei 2014).

Rizal, M., 2014.Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Multi Representasi Terhadap Keterampilan Proses Sains dan Penguasaan Konsep IPA Siswa SMP. Jurnal Pendidikan Sains 2 (2) : 159 – 165.

Gambar

Tabel 2. Uji Normalitas HasilBelajar Antar Kelompok
Gambar 1. Interaksi Model

Referensi

Dokumen terkait

Dalam menganalisa data, teknik LFS digunakan agar dapat mcmperoleh temuan temuan tipe penggunaan bahasa yang dominan, penggunaan bahasa yang direalisasikan dalam Modus

[r]

[r]

“Rumah Susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam

Apabila salah satu Pihak berkeinginan untuk menyampaikan data dan/atau informasi yang dihasilkan dari kegiatan kerja sama berdasarkan MSP ini kepada Pihak ketiga, Pihak

Setiap Pihak, sesuai dengan hukum dan peraturan yang berlaku di masing-masing negaranya, harus melakukan semua langkah yang wajar dan menggunakan usaha terbaik,

[r]

IPO merupakan penjualan saham yang dilakukan perusahaan untuk pertama kalinya, saham-saham pada saat penawaran perdana ditawarkan pada harga di bawah harga pasar saham