BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Penelitian
Keputusan investasi merupakan bentuk alokasi modal yang realisasinya
harus menghasilkan manfaat atau keuntungan di masa yang akan datang
(Harmono, 2009:9). Baik perusahaan maupun pihak diluar perusahaan berusaha
menciptakan atmosfer investasi yang kondusif guna meningkatkan ketertarikan
dan permintaan investor dalam berinvestasi.
World Economic Forum (WEF) menyatakan bahwa, pada tahun 2011,
posisi daya saing Indonesia dalam hal investasi asing menurun dari peringkat
ke-44 (tahun 2010) menjadi ke-46 (tahun 2011). Demikian pula dalam laporan Doing
Business (2012), peringkat Indonesia merosot dari 121 (tahun 2010) ke-129
(tahun 2011) (www.okezone.com diakses 08:23 24/01/2012).
Dalam laporan Doing Business tahun 2012 menyatakan bahwa, ada
beberapa aspek yang sangat mengganggu daya saing dan iklim investasi di
Indonesia, diantaranya adalah praktek korupsi (www.okezone.com diakses 08:23
24/01/2012). Hal ini didukung oleh hasil survei yang dilakukan oleh
Transparency Internasional (TI) yang menyatakan bahwa, berdasarkan Indeks
Persepsi Korupsi (Corruption Perception Index – CPI) tahun 2011, posisi
Indonesia berada di peringkat ke 100. Meski mengalami kenaikan skor CPI
sebesar 0,2 dari tahun sebelumnya, sejumlah pengamat dan pakar menilai
kenaikan ini tidak memiliki banyak arti dalam pemberantasan korupsi. Dengan
Diantara banyak sektor perekonomian di Indonesia, salah satu
penyumbang terbesar dalam hal korupsi adalah sektor konstruksi (Ahmad
Nurullah dan Ririn Handayani, 2011:10). Sudah menjadi rahasia umum bahwa
sektor konstruksi sangat rawan korupsi. Berdasarkan survei indeks persepsi
korupsi yang dilakukan World Bank tahun 2005 di 15 negara, termasuk Indonesia,
sektor konstruksi berada pada urutan terakhir atau terkorup di antara 17 sektor
perekonomian lainnya. Sektor konstruksi dianggap rawan penyimpangan, suap
dan korupsi sebab bidang pekerjaan konstruksi yang melibatkan banyak pihak
dipandang dapat membuka peluang terjadinya suap dan korupsi (Ahmad Nurullah
dan Ririn Handayani, 2011:10).
Dilihat dari pertumbuhan Produk Domestik Bruto, sektor konstruksi secara
konsisten mengalami penurunan Laju Pertumbuhan PDB atas Harga Konstan
(2000) pada tahun 2007 - 2011. Berikut data Laju Pertumbuhan PDB atas Harga
Konstan (2000) pada sektor konstruksi tahun 2004-2011 (Gambar 1.1)
GAMBAR 1.1
LAJU PERTUMBUHAN PDB ATAS HARGA KONSTAN (2000) PADA
SEKTOR KONSTRUKSI TAHUN 2004 – 2011
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
LAJU PERTUMBUHAN PDB 7,49 7,54 8,34 8,53 7,55 7,07 6,98 6,7 0
2 4 6 8 10
Laju Pertumbuhan Atas Harga Konstan pada Sektor Konstruksi
mengalami penurunan sebesar 4,44 persen di tahun 2011 dibandingkan tahun
2010. Sektor Konstruksi (Bangunan) berada pada peringkat keempat dalam Laju
Pertumbuhan tahun 2011 yaitu sebesar 6,7 persen, setara dengan Laju
Pertumbuhan pada Sektor Jasa. Penurunan persentase Laju Pertumbuhan ini
konsisten terjadi dari tahun 2007 sampai 2011 rata-rata sebesar 5,9 persen. Tahun
2004 sampai 2006, Laju Pertumbuhan Sektor Konstruksi relatif tumbuh dengan
persentase Laju Pertumbuhan masing-masing adalah 7,49, 7,54, dan 8,34.
Pertumbuhan ekonomi yang bergerak negatif pada Sektor Konstruksi
tahun 2007 sampai 2011 menggambarkan kinerja perusahaan didalamnya.
Menurut Moeljono (2006) mengatakan bahwa, kompetisi global itu bukan
merupakan kompetisi antarnegara, melainkan kompetisi antar korporat di
negara-negara tersebut. Hal ini menunjukan bahwa, menang atau kalah, menang atau
terpuruk, pulih atau tetap terpuruknya perekonomian satu negara bergantung pada
korporat masing-masing.
Di pasar modal, kinerja perusahaan konstruksi yang bisa terlihat dari
fluktuasi harga saham, relatif mengalami penurunan di tahun 2008 dan 2011.
Berikut fluktuasi harga saham 4 perusahaan konstruksi yang tergolong memiliki
aset terbesar versi ICMD (Indoesian Capital Market Directory) tahun 2007 –
TABEL 1.1
HARGA SAHAM 4 PERUSAHAAN KONSTRUKSI YANG TERGOLONG
MEMILIKI ASET TERBESAR VERSI ICMD (INDOESIAN CAPITAL
MARKET DIRECTORY) TAHUN 2007 – 2011
Berdasarkan Tabel 1.1 dapat diketahui bahwa, keempat perusahaan
konstruksi tersebut relatif mengalami penurunan harga saham di tahun 2008 dan
2011. Tahun 2008, keempat perusahaan seluruhnya mengalami penurunan. Hal ini
seiring dengan terjadinya krisis ekonomi global yang sedikit banyak
mempengaruhi kinerja pasar modal. Sedangkan di tahun 2011, satu perusahaan
yaitu Darma Henwa Tbk, mengalami kenaikan harga saham sedangkan tiga
perusahaan lainnya mengalami penurunan. Penurunan terbesar terjadi pada PT
Adhi Karya (Persero) Tbk dengan persentase perubahan harga saham sebesar
39,56 persen.
Penurunan harga saham pada PT Adhi Karya bukan hanya terjadi di tahun
2011, tetapi sebelumnya, di tahun 2008, harga saham PT Adhi Karya (Persero)
peningkatan harga saham PT Adhi Karya (Persero) Tbk tahun 2007 - 2011
dijelaskan dalam Tabel 1.2 sebagai berikut.
TABEL 1.2
HARGA SAHAM PT ADHI KARYA (PERSERO) TBK TAHUN 2007-2011
TAHUN HARGA SAHAM TREN
Sumber: yahoofinance.com dan Laporan Tahunan PT Adhi Karya (Persero) Tbk
Harga saham PT Adhi Karya (Persero) Tbk mengalami peningkatan di
tahun 2009 dan 2010. Harga saham PT Adhi Karya meningkat masing-masing
sebesar 51,85 persen dan 121,95 persen. Sedangkan harga saham pada tahun 2008
dan 2011 mengalami penurunan masing-masing sebesar 80,14 persen dan 39,56
persen.
Menurut Rusell Olukayode Christopher et al (2009:178), perubahan harga
saham pada dasarnya terjadi karena adanya perubahan permintaan dan penawaran
ekonomi. Perubahan permintaan dan penawaran ini terjadi karena adanya berbagai
informasi yang masuk di pasar modal. Informasi positif cenderung meningkatkan
permintaan saham, sedangkan informasi negatif cenderung menurunkan
permintaan saham. Permintaan dan penawaran itulah yang kemudian tergambar
dari harga sahamnya. Menurut Evi Gantyowati dan Yayuk Sulistiyani (2008:162)
menyatakan bahwa:
Menurut Evi Gantyowati dan Yayuk Sulistiyani (2008:162), ada beberapa
informasi yang terdapat di pasar modal yang dianggap informatif atau mampu
mengubah kepercayaan para pengambil keputusan. Informasi tersebut meliputi
penggabungan usaha (merger), pengambilalihan (acquisition), peleburan usaha
(consolidation), pemecahan saham (stock split), pembagian dividen saham (stock
dividen), laporan keuangan, dan corporate governance perception index (CGPI).
Corporate Governance Perception Index (CGPI) merupakan indeks yang
diperoleh dari hasil riset yang dilakukan oleh The Indonesian Institute for
Corporate Governance (IICG) bekerja sama dengan majalah SWA berkaitan
dengan penerapan good corporate governance di berbagai perusahaan. Skor CGPI
ini menjadi alat ukur sejauh mana good corporate governance diterapkan pada
perusahaan.
Penurunan harga saham PT Adhi Karya (Persero) Tbk pada Desember
tahun 2011 terjadi seiring dengan adanya informasi penurunan skor Corporate
Governance Perception Index (CGPI) di tahun yang sama. Penurunan skor CGPI
ini menunjukkan kualitas penerapan good corporate governance pada PT Adhi
Karya (Persero) Tbk sedang mengalami kemunduran. Penurunan skor CGPI PT
Adhi Karya juga terjadi bersamaan dengan munculnya isu negatif berkaitan
dengan keterlibatan PT Adhi Karya (Persero) Tbk dalam beberapa kasus seperti
kasus korupsi proyek pembangunan kompleks olah raga Hambalang dan kasus
suap PON Riau. Kasus-kasus yang muncul tersebut sedikit banyak membuka
pandangan publik bahwa PT Adhi Karya (Persero) Tbk kurang menerapkan
fairness di tahun 2011. Berikut data Corporate Governance Perception Indeks
(CGPI) PT Adhi Karya (Persero) Tbk tahun 2007-2011. (Tabel 1.4)
TABEL 1.3
CORPORATE GOVERNANCE PERCEPTION INDEX (CGPI) PT ADHI KARYA (PERSERO) TBK
TAHUN 2007-2011 Desember 2011 77,28 Turun
Sumber: Majalah SWA dan The Indonesian Institute for Corporate Governance Tahun 2007-2011
Tahun 2007, skor CGPI PT Adhi Karya (Persero) Tbk mencapai 81,79
persen. Tahun 2008, skor CGPI PT Adhi Karya (Persero) Tbk mengalami
peningkatan sebesar 0,34 persen menjadi 82,07 persen. Berbeda dengan tahun
2008, tahun 2009 skor CGPI PT Adhi Karya (Persero) Tbk mengalami penurunan
menjadi 81,54. Peningkatan skor CGPI kembali terjadi pada PT Adhi Karya di
tahun 2010 menjadi 82,23. Penurunan paling tinggi skor CGPI PT Adhi Karya
(Persero) Tbk terjadi di tahun 2011 menjadi 77,28 persen.
Informasi Corporate Governance Perception Index (CGPI) dianggap
penting bagi investor sebagai bahan evaluasi sejauh mana kualitas good corporate
governance diterapkan di perusahaan. Berdasarkan pendapat dari Cahyani
Nuswandari (2009:71-72), hampir 75% investor di pasar menganggap
keterbukaan dan informasi mengenai penerapan good corporate governance sama
pentingnya dengan informasi keuangan yang dipublikasikan oleh suatu
corporate governance lebih penting dari pada informasi keuangan. Dalam
Cahyani Nuswandari (2009:72) juga disebutkan bahwa, pelaksanaan corporate
governance yang baik dan sesuai dengan peraturan yang berlaku akan membuat
investor merespon secara positif terhadap kinerja perusahaan dan meningkatkan
nilai pasar perusahaan. Pendapat ini juga didukung oleh majalah SWA dan IICG
dalam Evi Gantyowati dan Yayuk Sulistiyani (2008:162) yang menyatakan
berencana menjadikan skor CGPI ini sebagai indikator (benchmark) yang akan
selalu menjadi pegangan investor.
Oleh karena informasi corporate governance perception index (CGPI)
dianggap penting bagi investor, maka hal itu menandakan bahwa setiap
pergerakan skor CGPI akan menimbulkan reaksi pada pergerakan harga saham.
Seperti halnya yang terjadi pada skor CGPI PT Adhi Karya (Persero) Tbk di tahun
2011 yang mengalami penurunan bersamaan dengan penurunan harga sahamnya
di tahun yang sama.
Pengaruh positif antara informasi penerapan good corporate governance
(dengan alat ukur skor CGPI) dan harga saham didukung beberapa teori
diantaranya Luhukay (2002) dalam Cahaya Nuswandari (2009:71) menyatakan
bahwa, survei yang dilakukan oleh enam emerging market menunjukkan kaitan
yang erat antara penerapan corporate governance dengan harga saham
perusahaan-perusahaan publik. Suranta dan Midiastuti (2005) dalam Nur Sayidah
(2007:6) juga menguji pengaruh dari interaksi mekanisme corporate governance
dan earning (sebagai proksi kualitas laporan keuangan) terhadap return saham.
corporate governance dapat mempengaruhi kualitas laporan keuangan sehingga
berdampak pada peningkatan kepercayaan investor yang tercermin dalam harga
saham/return saham.
Selain itu, menurut Hussein A. Hasan Al- Tamimi (2012:16) menyatakan
bahwa, ada hubungan yang positif signifikan antara praktek Corporate
Governance dengan ketertarikan pemegang saham. Shil, N.C (2008:23) juga
menyatakan bahwa lebih dari 60% investor memperhatikan praktek corporate
governance di perusahaan sebagai kunci dalam pengambilan keputusan investasi.
Berdasarkan teori tersebut dapat diketahui bahwa, informasi penerapan good
corporate governance adalah penting sebagai bahan pertimbangan investor dalam
mengambil keputusan berinvestasi. Semakin baik penerapan good corporate
governance maka permintaan investasi saham akan semakin meningkat.
Peningkatan permintaan saham ini yang terlihat dari naiknya harga saham.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perlu bagi penulis untuk
melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Informasi Penerapan Good
Corporate Governance terhadap Kenaikan Harga Saham pada PT Adhi Karya
(Persero) Tbk Periode 2007-2011.”
1.2Identifikasi Masalah
Informasi, baik informasi keuangan maupun non keuangan merupakan
bahan pertimbangan bagi investor sebelum akhirnya melakukan keputusan
investasi. Pada saham, informasi keuangan dan non keuangan itu akan
sahamnya. Ketika permintaan tinggi maka harga saham akan cenderung
meningkat, sedangkan ketika permintaan turun maka harga saham akan cenderung
menurun. Informasi yang dianggap penting dan mampu mengubah kepercayaan
investor diantaranya adalah informasi yang berkaitan dengan penerapan good
corporate governance.
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka yang menjadi
tema sentral masalah dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut:
Kinerja PT Adhi Karya (Persero) Tbk di pasar modal tahun 2011 mengalami penurunan yang tercermin dari turunnya harga saham sebesar 36,56 persen. Penurunan ini terjadi bersamaan dengan adanya informasi penurunan skor Corporate Governance Perception Index (CGPI) di tahun yang sama. Penurunan harga saham dipengaruhi oleh berbagai informasi yang masuk pada investor baik informasi internal maupun eksternal perusahaan. Informasi penerapan good corporate governance yang terwakili oleh corporate governance perception index (CGPI) merupakan informasi internal perusahaan terkait penerapan transparansi, akuntabilitas, responcibility, independence dan fairness. Informasi CGPI merupakan informasi penting yang dapat mengubah kepercayaan yang kemudian akan mengubah permintaan dan penawaran investor yang terlihat dari pergerakan harga sahamnya.
1.3Rumusan Masalah
1. Bagaimana Informasi Penerapan Good Corporate Governance (GCG)
pada PT Adhi Karya (Persero) Tbk tahun 2007-2011
2. Bagaimana Harga Saham pada PT Adhi Karya (Persero) Tbk tahun
2007-2011
3. Bagaimana pengaruh Informasi Penerapan Good Corporate Governance
(GCG) terhadap Kenaikan Harga Saham pada PT Adhi Karya (Persero)
1.4Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini diantaranya adalah untuk mengetahui:
1. Gambaran Informasi Penerapan Good Corporate Governance (GCG) pada
PT Adhi Karya (Persero) Tbk tahun 2007-2011
2. Gambaran Harga Saham pada PT Adhi Karya (Persero) Tbk tahun
2007-2011
3. Gambaran pengaruh Informasi Penerapan Good Corporate Governance
(GCG) terhadap Kenaikan Harga Saham pada PT Adhi Karya (Persero)
Tbk tahun 2007-2011
1.5Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis
dan praktik sebagai berikut:
1. Kegunaan Teoritis:
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada penulis
sebagai sarana untuk melatih diri dalam ranah penelitian dan belajar
mengaplikasikan ilmu yang telah dicapai di bangku kuliah dan menambah
khasanah ilmu pengetahuan khususnya di bidang investasi pada saham dan
penerapan Good Corporate Governance, yang diharapkan bisa bermanfaat
2. Kegunaan Praktis:
Hasil penelitian ini diharapkan bisa dijadikan dasar pengambilan kebijakan
finansial guna meningkatkan nilai perusahaan dan juga sebagai acuan dalam