• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. LANDASAN TEORI. 2.1 International Financial Reporting Standards di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "2. LANDASAN TEORI. 2.1 International Financial Reporting Standards di Indonesia"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

6

Universitas Kristen Petra

2. LANDASAN TEORI

2.1 International Financial Reporting Standards di Indonesia

Perkembangan standar akuntansi Indonesia dimulai sejak tahun 1973 menjelang diaktifkannya pasar modal di Indonesia. Pada tahun 1984 dilakukan revisi Standar Akuntansi Keuangan (SAK) secara mendasar yang bertujuan untuk menyesuaikan ketentuan akuntansi dengan perkembangan dunia usaha yang terjadi. Tahun 1994 kembali dilakukan perubahan dengan menerbitkan buku “Standar Akuntansi Keuangan per 1 Oktober 1994” (Dewan Standar Akuntansi Keuangan, 2012). Standar akuntansi yang berlaku di Indonesia sebelum IFRS diadopsi pada tahun 2008 yaitu United States Generally Accepted Accounting

Principles (US GAAP) (Krismiaji et al. 2016).

Pada tahun 2008, Indonesia mengikuti forum G20 yang menyepakati program konvergensi IFRS ke dalam standar akuntansi lokal setiap negara anggota forum (Murtini & Lusiana, 2016; Yurisandi & Puspitasari, 2015). Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) melihat IFRS sebagai standar akuntansi global yang memungkinkan perbandingan dan pertukaran informasi secara universal. Manfaat konvergensi IFRS diharapkan akan meningkatkan daya banding informasi laporan keuangan perusahaan yang ada di Indonesia, mengurangi hambatan-hambatan investasi, meningkatkan transparansi perusahaan, mengurangi biaya penyusunan laporan keuangan, dan mengurangi biaya modal (DSAK, 2012).

Setelah implementasi dari US GAAP menjadi IFRS, terdapat perbedaan prinsip akuntansi yang harus disesuaikan oleh negara pengadopsi seperti

rule-based US GAAP menjadi principle-rule-based IFRS. Rule-rule-based memiliki standar

yang detail tetapi mengijinkan penggunaan kebijakan perusahaan hanya jika praktek akuntansi yang dilakukan tidak terdapat didalam aturan yang sudah ditetapkan. Sedangkan principle-based IFRS tidak membuat aturan secara detail seperti US GAAP namun menyerahkan kebijakan kepada perusahaan yang

(2)

7

Universitas Kristen Petra melakukan praktek, IFRS hanya mengatur prinsip secara umum (Beuren, Hein & Klann, 2008).

Perubahan lain yang terjadi yaitu historical-cost-based US GAAP menjadi

fair-value-based. Fair-value-based IFRS menggunakan harga historis namun

mengijinkan revaluasi harga perolehan menjadi nilai wajar sehingga informasi yang disajikan lebih mencerminkan nilai perusahaan. Sedangkan historical cost yang menyajikan informasi berdasarkan nilai perolehan dimasa lalu, tidak mengijinkan penilaian ulang kecuali pada instrumen keuangan yang harus dievaluasi pada nilai wajar (Krismiaji et al. 2016, Beuren et al. 2008). Dalam prakteknya US GAAP lebih memiliki value reliability karena dapat diandalkan untuk menggambarkan kondisi aktual (Kam, 1990) sedangkan IFRS menggambarkan nilai perusahaan terkini di pasar (Yurisandi & Puspitasari, 2015). IAI sebagai standard setter di Indonesia, melalui Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) telah berkomitmen membantu proses penerapan IFRS dan menjaga gap antara IFRS dan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) (IAI, n.d.). Untuk itu IAI merencanakan program konvergensi SAK ke IFRS secara bertahap. Dimulai dari tahap awal adopsi tahun 2008 hingga 2011, DSAK dan IAI dalam proses menyamakan perbedaan antara SAK dengan IFRS. Kemudian pada tahun 2012 yaitu tahap implementasi IFRS, DSAK meminimalkan kesenjangan antara SAK dan IFRS. Proses adopsi terus berlangsung hingga pada Mei 2016, IFRS Foundation, IAI, dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membuat Joint Statement untuk bekerja sama dalam merencanakan konvergensi IFRS. Namun hingga Maret 2017, adopsi IFRS yang dilakukan Indonesia masih tergolong adopsi parsial. Keputusan untuk memilih pendekatan konvergensi dari pada adopsi penuh dikarenakan pertimbangan potensi interpretasi dan masalah implementasi (IFRS Foundation, n.d.).

Terdapat empat jenis SAK yang berlaku di Indonesia saat ini yaitu SAK Umum, SAK Syariah, SAK ETAP, dan SAK EMKM. SAK Umum adalah PSAK dan Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) yang diterbitkan oleh DSAK IAI dan Dewan Standar Syariah Ikatan Akuntan Indonesia (DSAS IAI)

(3)

8

Universitas Kristen Petra serta peraturan regulator pasar modal yang diperuntukkan bagi entitas yang berada di bawah pengawasannya. SAK Syariah adalah PSAK Syariah yang digunakan oleh entitas yang melakukan transaksi syariah baik entitas lembaga syariah maupun non syariah. SAK Syariah tetap mengikuti model SAK umum namun berbasis syariah yang mengacu kepada fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI). SAK ETAP digunakan oleh Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP), yaitu entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan dan menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum bagi pengguna eksternal saja (kreditur dan lembaga pemeringkat kredit). SAK EMKM disusun untuk memenuhi kebutuhan pelaporan keuangan entitas mikro, kecil, dan menengah, SAK EMKM dikhususkan untuk entitas yang tidak atau belum mampu memenuhi persyaratan akuntansi yang diatur dalam SAK ETAP (IAI, n.d.).

2.2 Value Relevance

Suatu informasi akuntansi dikatakan memiliki karakteristik relevansi jika informasi yang diberikan mampu membuat perbedaan dalam pengambilan keputusan dengan membantu user memprediksi hasil dari masa lalu, masa sekarang, dan masa depan (Wild, Shaw, Chiappetta & Kwok, 2013; Kam, 1986; Hendriksen & Breda, 2000). IFRS menawarkan standar akuntansi yang berkualitas tinggi dan diakui secara internasional serta membawa nilai

transparency, accountability, dan efficiency (IFRS Foundation, 2017). Dengan

ketiga nilai yang dibawa IFRS dalam standarnya, laporan keuangan yang disajikan perusahaan pengadopsi diharapkan meningkatkan value relevance informasi akuntansi.

Francis dan Schipper (1999) mendefinisikan value relevance sebagai kemampuan angka-angka akuntansi untuk merangkum informasi yang mendasari terbentuknya stock price. Value Relevance adalah asosiasi atau hubungan antara

stock price dan/atau stock return dengan informasi keuangan yang disajikan

dengan earning per share (EPS) dan book value of equity per share (BVPS) (Chamisa et al. 2012; Chebaane & Othman, 2014; Okafor & Warsame, 2016).

(4)

9

Universitas Kristen Petra Beaver (1968) mendefinisikan value relevance sebagai kemampuan informasi akuntansi untuk menjelaskan nilai perusahaan yang memiliki kekuatan untuk mengubah keputusan investor. Value relevance mengindikasikan hubungan statistikal antara informasi keuangan dengan stock price. Semakin tinggi value

relevance, maka kualitas informasi juga semakin baik sehingga mengurangi

ketergantungan investor terhadap informasi lain selain laporan keuangan (Ohlson, 1995).

Penelitian ini akan menggunakan model perhitungan value relevance dari Ohlson (1995) yang dimodifikasi dengan menambahkan Cash flow from

operating sebagai karakteristik perusahaan selain EPS dan BVPS yang

mempengaruhi harga saham. EPS dan BVPS dinilai saling melengkapi (Liu et al. 2014) dan mempengaruhi perubahan stock price yang merupakan bentuk respon investor atas informasi akuntansi yang disajikan sedangkan menurut Habib (2008) informasi positif dari CFO juga akan memberikan sinyal positif kepada investor bahwa perusahaan memiliki likuiditas yang baik. Price Model yang dirumuskan Ohlson (1995) :

𝑃𝑖,𝑡 = 𝛼0+ 𝛼1𝐸𝑃𝑆𝑖,𝑡−1+ 𝛼2𝐵𝑉𝑃𝑆𝑖,𝑡−1+ 𝛼3𝐶𝐹𝑂𝑖,𝑡−1+ 𝜀 (2.1)

Dimana :

Pi,t = Stock Price perusahaan i, mengambil rata-rata setelah 3

bulan tanggal publikasi laporan keuangan

α

0,

α

1,

α

2… = Koefisien

EPSi,t-1 = Earning per Share perusahaan i pada tahun t-1

BVPSi,t-1 = Book Value Equity per Share perusahaan i pada tahun t-1

CFOi,t-1 = Operating Cash Flow perusahaan i pada tahun t-1

ε = error

2.2.1 Informasi Akuntansi

Penelitian Barth et al. (2008) menyatakan bahwa penerapan IFRS di negara maju maupun berkembang dapat meningkatkan value relevance informasi akuntansi perusahaan pengadopsi. Pada umumnya analisis value relevance

(5)

10

Universitas Kristen Petra mengacu pada kekuatan penjelas (explanatory power) dari sebuah regresi antara

stock price atau return saham dengan laba bersih dan nilai buku ekuitas (Iatridis,

2010). Ohlson (1995) mengukur value relevance informasi akuntansi dengan melihat EPS yang mewakili income statement dan BVPS yang mewakili balance

sheet.

EPS adalah jumlah laba bersih yang diperoleh perusahaan atas setiap saham biasa yang beredar (Harrison et al., 2011). Analis, investor, dan kreditur menggunakan EPS sebagai alat pengukur yang cepat dan efisien untuk membandingkan kinerja perusahaan selama periode pelaporan (Schroeder, Clark, & Cathey, 2013). EPS yang meningkat menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik. Peningkatan EPS akan mendorong investor untuk menambah jumlah modal yang ditanamkan pada perusahaan, sehingga terjadi peningkatan jumlah permintaan terhadap saham yang kemudian menyebabkan kenaikan stock price (Libby, Libby & Hodge 2017). Dengan demikian jika EPS meningkat maka pasar akan merespon positif dengan diikuti kenaikan stock price. EPS dapat dihitung dengan rumus :

𝐸𝑃𝑆 = 𝐴𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝑁𝑢𝑚𝑏𝑒𝑟 𝑜𝑓 𝐶𝑜𝑚𝑚𝑜𝑛 𝑆𝑕𝑎𝑟𝑒𝑠 𝑂𝑢𝑡𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔𝑁𝑒𝑡 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒 −𝑃𝑟𝑒𝑓𝑒𝑟𝑟𝑒𝑑 𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛𝑑 (2.2)

BVPS adalah nilai buku ekuitas yang dimiliki setiap lembar saham yang beredar dalam modal perusahaan. BVPS merupakan nilai buku yang mengindikasikan jumlah yang tercatat atas setiap saham yang beredar (Harrison, Horngren, Thomas, & Suwardy, 2011). Yang dimaksud dengan nilai buku yaitu nilai total ekuitas yang disajikan di dalam neraca secara keseluruhan (Prihadi, 2012). Nilai buku juga merupakan titik awal dalam banyak model valuasi saham, negosiasi merger, penetapan harga, dan loan contract (Wild et al. 2013). Nilai

book value per saham yang tinggi akan direspon positif oleh investor karena nilai

modal dalam setiap lembar saham yang dipegang juga tinggi. Jika perusahaan dilikuidasi, BVPS menjadi acuan untuk mengetahui berapa nilai aset per saham yang dimiliki (Subiyantoro & Andreani, 2003). Menurut Gibson (2009) BVPS dapat dihitung dengan rumus :

(6)

11

Universitas Kristen Petra 𝐵𝑉𝑃𝑆 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑡𝑎𝑘𝑒 𝑕𝑜𝑙𝑑𝑒 𝑟𝑁𝑢𝑚𝑏𝑒𝑟 𝑜𝑓 𝐶𝑜𝑚𝑚𝑜𝑛 𝑆𝑕𝑎𝑟𝑒𝑠 𝑂𝑢𝑡𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔𝑠 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 −𝑃𝑟𝑒𝑓𝑒𝑟𝑟𝑒𝑑 𝑆𝑡𝑜𝑐𝑘 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 (2.3)

Cash flow from operating melaporkan seluruh aktivitas dari transaksi

yang terlibat dalam penentuan laba atau rugi suatu entitas. Aktivitas operasi merupakan aktivitas yang paling penting diantara arus kas aktivitas investasi dan pendanaan karena merefleksikan inti kegiatan dari organisasi (Harrison et al., 2011). PSAK No. 2 tentang laporan arus kas menyebutkan bahwa arus kas dari operasional merupakan indikator untuk menilai apakah operasi perusahaan dapat menghasilkan pendapatan operasional untuk melunasi pinjaman, menutupi operasional perusahaan dan membayar dividen serta melakukan investasi. Habib (2008) menemukan bahwa CFO memberikan pengaruh signifikan terhadap stock

return karena CFO yang positif meningkatkan kemampuan perusahaan membayar

dividen. Informasi positif dari CFO juga akan memberikan sinyal positif kepada investor bahwa perusahaan memiliki likuiditas yang baik sehingga memenuhi aspek going concern yang berasumsi bahwa perusahaan akan terus beroperasional dan tidak akan dilikuidasi dalam waktu dekat (Wild et al., 2013).

Angka CFO diperoleh dari beberapa komponen seperti penerimaan kas dari pelanggan, pembayaran kas untuk pemasok dan karyawan, dan penerimaan pendapatan lain yang telah dikurangkan dengan pajak. Rasio CFO per share mencerminkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan uang tunai, hal ini dianggap oleh beberapa analis sebagai ukuran situasi keuangan perusahaan yang lebih baik daripada rasio EPS. Karena nilai pendapatan lebih mudah dimanipulasi sedangkan arus kas per saham lebih sulit untuk diubah. Sehingga CFO per share menghasilkan nilai kekuatan dan keberlanjutan model bisnis yang lebih akurat. Dengan demikian CFO yang positif akan mencerminkan risiko perusahaan yang rendah sehingga investor akan merespon informasi CFO. CFO per share dapat dihitung dengan rumus :

𝐶𝐹𝑂 𝑠𝑕𝑎𝑟𝑒 =

𝑁𝑒𝑡 𝑖𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒 + 𝐷𝑒𝑝𝑟𝑒𝑐𝑖𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 +𝐴𝑚𝑜𝑟𝑡𝑖𝑧𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 +𝑂𝑡𝑕𝑒𝑟 𝑁𝑜𝑛𝑐𝑎𝑠 𝑕 𝐴𝑑𝑗𝑢𝑠𝑡𝑚𝑒𝑛𝑡 +𝐶𝑕𝑎𝑛𝑔𝑒𝑠 𝑖𝑛 𝑁𝑜𝑛𝑐𝑎𝑠 𝑕 𝑊𝑜𝑟𝑘𝑖𝑛𝑔 𝐶𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎𝑙

𝐴𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝐶𝑜𝑚𝑚 𝑜𝑛 𝑆𝑡𝑜𝑐𝑘 𝑂𝑢𝑡𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔 (2.4)

Jika angka EPS, BVPS dan CFO memiliki kekuatan dalam menjelaskan keadaan perusahaan dan hal ini lebih direspon investor setelah adopsi IFRS, berarti penerapan IFRS meningkatkan value relevance. Shamy dan Al-Qenae

(7)

12

Universitas Kristen Petra (2005) menemukan bahwa value relevance of earning dan book value membaik setelah adopsi penuh IFRS bila dibandingkan dengan periode sebelumnya adopsi. Chebaane & Othman (2014) menemukan korelasi antara EPS dan BVPS dengan

stock price yang meningkat secara positif pasca penerapan IFRS.

2.3 Respon Investor

Respon investor adalah perubahan keputusan investor yang diambil setelah laporan keuangan dan informasi akuntansi disajikan. Investor membutuhkan informasi yang berkualitas dan dapat dipercaya agar tidak salah dalam mengambil keputusan investasi (Outa et al. 2017). Informasi akuntansi yang relevan diperoleh dari laporan keuangan yang berkualitas dan kualitas laporan keuangan dipengaruhi oleh standar akuntansi yang menjadi pedoman dalam penyusunannya. Investor cenderung memperhatikan informasi yang relevan untuk menghindari risiko.

Penelitian Barth et al. (2008) menyatakan bahwa penerapan IFRS di negara maju maupun berkembang dapat meningkatkan value relevance informasi akuntansi. Hal ini karena IFRS menawarkan high quality information bagi perusahaan yang menerapkan standarnya (IFRS Foundation). Perusahaan yang mengadopsi IFRS akan menghasilkan laporan keuangan yang lebih relevan karena IFRS menerapkan prinsip fair value sehingga informasi yang dihasilkan akan mencerminkan nilai sekarang (IFRS 13). Dengan informasi yang lebih relevan, diharapkan investor akan memberikan respon. Penelitian ini secara khusus melihat perubahan respon investor yang tercermin dari perubahan stock price. Stock price merupakan harga yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar. Naik turunnya stock price terbentuk dari permintaan dan penawaran saham perusahaan yang bersangkutan dipasar modal (Jogiyanto, 2008). Dengan informasi yang memiliki value relevance setelah standar baru yang diadopsi, diharapkan para pelaku pasar merespon dengan permintaan terhadap saham sehingga terjadinya peningkatan stock price.

(8)

13

Universitas Kristen Petra

2.4 Kajian Penelitian Terdahulu

Telah banyak penelitian terdahulu di negara maju yang menghubungkan penerapan IFRS dengan value relevance sedangkan penelitian di negara berkembang masih sedikit (Kadri et al. 2009; Chamisa et al. 2012; Ismail, Kamarudin, Zijl & Dunstan 2013; Ames 2013; Chebaane & Othman, 2014; Liu et

al. 2014), bahkan di Indonesia belum ada yang melakukan penelitian. Kadri et al.

(2009) melakukan penelitian mengenai value relevance book value dan earning serta hubungan antara pendapatan dengan arus kas operasi dari dua standar akuntansi yang berbeda di Malaysia (IFRS dan Malaysia Accounting Standard

Board). Sampel penelitian ini adalah 59 perusahaan properti yang terdaftar di Thomson Data Stream for Property dari tahun 2002 hingga tahun 2007. Variabel

dari penelitian ini adalah market value of firm, book value of equity, financial

reporting regime, dan cash flow from operating. Hasil penelitian ini menunjukkan

dalam masa MASB, book value dan earning mengalami peningkatan dalam value

relevance namun dalam masa IFRS hanya book value yang mengalami

peningkatan relevansi.

Chamisa et al. (2012) melakukan penelitian mengenai value relevance dari pengukuran akuntansi berdasarkan Chinese Accounting Standards (CAS) dan IFRS dengan menggunakan sampel 86 perusahaan yang terdaftar di Shanghai Stock Exchange (SHSE) dan Shenzhen Stock Exchange (SZSE) mulai tahun 1994 hingga tahun 2004. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah earning

per share, book value per share, dan share price. Penelitian ini menemukan hasil

bahwa kedua standar CAS dan IFRS meningkatkan value relevance, namun IFRS lebih relevan dari pada CAS.

Ismail et al. (2013) meneliti perbedaan earning quality dengan melihat

earning management dan value relevance pada perusahaan di Malaysia setelah

adopsi IFRS. Penelitian ini menggunakan sampel 2.663 perusahaan yang terdaftar di Thompson One Banker pada tahun 2002 hingga 2009. Variabel kontrol yang digunakan adalah firm size, profitability, leverage, dan growth. Hasil penelitian ini adalah adopsi IFRS menurunkan manajemen laba dan meningkatkan value

(9)

14

Universitas Kristen Petra terhadap accounting quality yang diukur sebagai earning quality dan value

relevance. Ames meneliti 3.950 sampel perusahaan dari tahun 2000 hingga 2011

yang termasuk dalam COMPUSTAT Global Firms di Afrika Selatan. Variabel dalam penelitian ini yaitu size, growth, CFO, leverage, dan beberapa variabel lain. Hasil penelitian ini menemukan earning quality tidak berubah secara signifikan setelah adopsi IFRS.

Chebaane & Othman (2014) meneliti dampak perintah penerapan IFRS terhadap value relevance dan nilai buku ekuitas pada pasar berkembang di Asia dan Afrika. Peneliti menggunakan 10.838 sampel perusahaan dari tahun 1998 hingga 2012 yang tersebar di tujuh negara yaitu Bahrain, Yordania, Kuwait, Qatar, Turki, Afrika Selatan, dan UAE. Data perusahaan bersumber dari Deloitte,

Reports on the Observance of Standards and Codes (ROSC), P.W.C., dan

sumber-sumber lain. Variabel kontrol dalam penelitian ini yaitu leverage, firm

size, dan growth. Hasil penelitian Chebaane & Othman menunjukkan value relevance mengalami peningkatan setelah adopsi IFRS. Juga ditemukan korelasi

antara EPS, BVPS, dan stock price yang meningkat secara positif pasca penerapan IFRS.

Liu et al (2014) melakukan penelitian pada value relevance informasi akuntansi dalam pasar modal China dengan membandingkan IAS dengan Chinese Accounting Standards (CAS). Sampel dalam penelitian ini yaitu 76 perusahaan tipe A (investor domestik) dan tipe B (investor asing) yang terdaftar dalam SSE dan SZE pada tahun 1999 hingga tahun 2005. Variabel dalam penelitian ini adalah EPS dan BVPS. Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa kedua standar akuntansi yaitu CAS dan IAS memberikan informasi yang relevan kepada investor di pasar modal China. Namun IAS mampu memberikan informasi yang lebih bermanfaat.

2.5 Hipotesis Penelitian

(10)

15

Universitas Kristen Petra

Value Relevance adalah asosiasi atau hubungan antara informasi akuntansi

dengan stock price dan/atau stock return yang disajikan dengan book value of

equity per share (BVPS) dan earning per share (EPS) (Chamisa et al. 2012;

Chebaane & Othman, 2014; Okafor et al. 2016). Francis dan Schipper (1999) menguji value relevance dengan melihat total pengembalian yang diperoleh perusahaan pada saat laporan keuangan dikeluarkan, hal ini untuk mengukur kekuatan penjelasan informasi akuntansi yang disajikan. Semakin tinggi value

relevance, maka kualitas informasi juga semakin baik sehingga mengurangi

ketergantungan investor terhadap informasi lain selain laporan keuangan dalam mengambil keputusan (Ohlson, 1995).

Perusahaan yang mengadopsi IFRS akan mengasilkan informasi akuntansi yang lebih relevan karena IFRS menjamin nilai transparency, accountability, dan

efficiency serta menjamin high-quality information bagi perusahaan yang

mengadopsi (IFRS Foundation). Selain itu, dengan prinsip fair value yang dibawa IFRS, perusahaan akan menghasilkan informasi yang lebih relevan karena angka-angka dalam laporan keuangan diukur berdasarkan nilai sekarang sehingga informasi yang disajikan lebih mencerminkan kondisi perusahaan saat ini (IFRS 13). IFRS juga meningkatkan nilai comparability karena standar penyusunan laporan keuangan yang digunakan sama sehingga dapat menghasilkan informasi akuntansi yang dapat dibandingkan dengan perusahaan lain. Dengan laporan keuangan berbasis IFRS yang memiliki nilai lebih dan memiliki value relevance, informasi akuntansi dari laporan keuangan berbasis IFRS diharapkan direspon oleh investor (Kargin, 2013).

Model yang digunakan untuk mengeksplorasi hubungan antara market

value of equity dengan informasi akuntansi berupa EPS, BVPS dan CFO per share adalah model Modified Ohlson (1995). Informasi EPS dan BVPS yang

dapat mempengaruhi keputusan investor sehingga terjadi perubahan stock price menunjukkan bahwa informasi akuntansi yang disajikan memiliki nilai (Liu et al. 2014). CFO per share yang merupakan ukuran situasi keuangan perusahaan yang akurat mencerminkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kas operasional. Sehingga penelitian ini menguji ketiga informasi akuntansi yang

(11)

16

Universitas Kristen Petra berkaitan dengan stock price. Dengan demikian, informasi yang lebih relevan setelah adopsi IFRS diharapkan meningkatkan kepercayaan investor, kemudian investor akan merespon dengan mengubah keputusan yang tercermin dari perubahan stock price sehingga informasi akuntansi tersebut dapat dikatakan memiliki value relevance. Hipotesis dan model pengukuran ini didukung oleh Chebanne & Othman, 2014 ; Chamisa et al. 2012; Liu et al. 2014; Othman dan Kossentini, 2015; Outa et al., 2017; Kadri et al. 2009; Garanina & Kormiltseva, 2013; Ames et al. 2013, Ismail et al. 2013; Barth et al. 2008

Referensi

Dokumen terkait

Pada transformasi pergeseran (translasi), pencerminan (refleksi) dan perputaran (rotasi), tampak bahwa bentuk bayangan sama dan sebangun (kongruen) dengan bentuk aslinya..

Rosdakarya.. Sebaliknya, hasil belajar yang baik akan mendorong pula untuk meningkatkan, setidak-tidaknya mempertahankan, apa yang telah dicapainya. b) Menambahkan keyakinan

Based on definition above, it can be conclude that classroom management is all the process of activities in class that can make good atmosphere and students

Prinsip kerja rem tromol dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Pada rem tromol, kekuatan tenaga pengereman diperoleh dari sepatu rem yang diam menekan permukaan tromol

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kompensasi finansial pada PT. BTN Cabang Tasikmalaya, kinerja keuangan pada PT. BTN Tasikmalaya, dan pengaruh kompensasi

Bauder (1976) juga memberikan contoh Soil Conditioner yang cukup populer yaitu Leonardite, Sawdust, Planter II, dan Krilium. Beberapa Soil Conditioner dinyatakan dapat

Jika sampel random sebanyak 125 bola lampu diambil dari masing- masing merk diuji, berapa probabilitasnya bahwa merk A mempunyai umur rata-rata paling sedikit :.. 160 jam lebih

STARVVO® Rack Server Indirect FireTRAP® System mampu memadamkan api dengan efektif menggunakan media pemadam kebakaran yang sesuai dengan karakteristik kebakaran