• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengorganisasian ibu - ibu jamaah Aisyiyah dalam pengentasan masyarakat dari belenggu rentenir di Kelurahan Kalijudan Surabaya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengorganisasian ibu - ibu jamaah Aisyiyah dalam pengentasan masyarakat dari belenggu rentenir di Kelurahan Kalijudan Surabaya."

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kalijudan sebagai salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Mulyorejo Kota Surabaya mempunyai 6 RW yang mayotitas penduduknya beragama islam. Kelurahan kalijudan berada di pinggiran kota Surabaya bersebelahan dengan kelurahan Ploso dan kelurahan Mulyorejo. Tiga kelurahan tersebut menjadi basis kegiatan agama dari dua organisasi islam besar yang berada di Indonesia yaitu Muhammadiyah dan Nahdhatul Ulama. Pengajian pengajian agama sangat rutin terlakana di masjid masjid yang berada di Kalijudan. Hampir setiap minggu sekali kelompok pengajian dari dua ormas tersebut aktif melaksanakan pengajian agama. Muhammadiyah sebagai organiasi islam terbesar di Kelurahan kalijudan khususnya yang sangat aktif melaksanakan kegiatan soial, agama dan pengajian agama secara rutin.

(2)

Aisyiyah untuk kemajuan kaum perempuan berada dalam agenda pembaharuan Muhammadiyah.1 Dalam AD/ART Muhammadiyah organisasi otonom ialah satuan organisasi di bawah Muhammadiyah yang memiliki wewenang mengatur rumah tangganya sendiri, dengan bimbingan dan pembinaan oleh Pimpinan Muhammadiyah.2 Aisyiyah sebagai organisasi islam yang bergerak di kalangan komunitas perempuan pun juga sangat aktif melaksanakan kegiatan keagamaan terkhusus pengajian rutin.

Aisyiyah didirikan berdasarkan cita cita K.H Ahmad Dahlan menggerakan perempuan islam untuk bermanfaat di kalangan kaum perempuan di Indonesia, seperti yang dikutip dari buku Gerakan Muhammadiyah Memurnikan Ajaran Islam di Indonesia. Semua kebutuhan keagamaan dari wanita dapat dipenuhi dan diusahakan oleh para wanita sendiri. Seperti mengajar agama kepada wanita lain, mendidik anak anak menulis karangan karangan yang berguna bagi wanita, memandikan mayat wanita dan segala sesuatu yang dapat memperbaiki keadaan manusia dan dapat dilaksanakan oleh wanita.3

Di Kalijudan sendiri Aisyiyah telah berdiri sejak tahun 1980 dengan kegiatan awalnya adalah pengajian pengajian agama di masjid masjid yang ada di kelurahan Kalijudan. Semakin berjalannya waktu

1Amelia Fauzia dkk,Tentang Perempuan Islam : Wacana dan Gerakan,(Jakarta : Gramedia Pustaka Utama), 2004, hal. 6.

2Pimpinan Pusat Muhammadiyah,Anggaran Dasar dan Rumah Tangga Muhammadiyah, (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah), 2010, hal. 16.

(3)

Aisyiyah di Kalijudan semakin berkembang sampai sekarang mempunyai amal usaha yaitu Taman Kanak Kanak Asiyiyah Bustanul Athfal 47 Surabaya. Namun untuk pemberdayaan ekonomi Aiyiyah Kalijudan sangatlah kurang. Di dalam Aisyiyah bagian ekonomi harusnya mempunyai amal usaha yang biasa diberi naman Badan Usaha Ekonomi Keluarga Aisyiyah (BUEKA) yang bagian bagiannya meliputi :4

1. Pendidikan ketrampilan melalui pengajian. 2. Pengkoordinasian hasil usaha/produksi anggota. 3. Penjualan produksi (pemasaran).

4. Sewa menyewa dan simpan pinjam. 5. Pelatihan manajemen usaha.

Adapun di dalam Aisyiyah yang dimaksud dengan Jamaah Aisyiyah bukan pengurus Aisyiyah namun adalah jamaah atau partisipan dari Aisyiyah yaitu orang yang mengikuti kegiatan dan program Aisyiyah sekaligus shalat berjamaah di Masjid Muhammadiyah. Program Aisyiyah dalam hal ekonomi bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan keluarga. Maka harusnya kelompok pengajian ibu ibu jamaah aisyiyah tidak hanya menjadi organisasi formal saja namun juga menjadi komunitas tersendiri di dalam masyarakat kelurahan Kalijudan. Pengajian pengajian yang dilaksanakan oleh aisyiyah seharusnya menjadikan para jamaahnya melakukan yang diperintahkan oleh Allah dan menjauhi sesuatu yang dilarang oleh Allah. Namun para anggota pengajian

(4)

aisyiyah masih banyak yang menggunakan jasa rentenir yang ada di kelurahan Kalijudan dalam meminjam uang. Hal ini sangat bertolak belakang dari tujuan pengajian aisyiyah tersebut.

Rentenir menurut KBBI mempunyai arti orang yang mencari nafkah dengan membungakan uang; tukang riba; pelepas uang; lintah darat. Rentenir dalam prakteknya sangatlah merugikan dan membelenggu para korban Karena hutang yang harus dibayar bernilai lebih dibanding dengan hutang awal. Di Kalijudan model pinjaman uangnya adalah adanya tambahan bunga setiap hari. Mayoritas ibu ibu jamaah Aisyiyah meminjam uang di rentenir disebabkan untuk modal usaha. Ibu ibu jamaah Aisyiyah banyak yang memiliki usaha kecil atau berdagang seoerti berjualan lontong kupang, kerupuk, sayur, dll. Hal tersebut yang mendorong ibu ibu jamaah Aisyiyah untuk meminjam uang di rentenir meskipun bunga dari pinjaman tersebut hitungannya setiap hari.

Sebagai salah satu contoh kasus yang paling parah yaitu keluarga Lusiana. Lusiana wanita yang berumur 34 tahun mempunyai suami bernama budiman berumur 40 tahun tinggal di rumah sekitar 4x10m. Rumah mereka yang hanya berdinding triplek dan beratap asbes namun di dalamnya hidup pasangan suami istri dengan tiga anak laki lakinya. Anak pertama yang masih duduk di bangku SMP, anak kedua duduk di bangku SD, dan anak

(5)

terakhir yang masih balita atau berumur 3,5 tahun mempunyai kebutuhan sekolah dan kebutuhan lainnya yang sangat banyak. Contohnya seperti kebutuhan SPP sebesar Rp100.000 ditambah uang jajan sekolah Rp35.000 seharinya membuat Lusiana bekerja keras dalam mencari nafkah. Suaminya yang bekerja sebagai montir di salah satu bengkel di Kalijudan hanya mamou menghasilkan gaji sebesar Rp3.000.000 perbulannya. Lusiana yang baru saja membuka warung makan kecil pemberian dari walikota di daerah wisata mangrove sangat membutuhkan modal besar di setiap bulannya karena kebutuhan keluarga mereka yang cukup besar.

(6)

sejumlah Rp5.000.000 dengan bunga Rp1.000.000 perbulannya. Lusiana tidak mampu membayarnya hingga 5 bulan sehingga bunga yang harus dibayar Lusiana sekeluarga berjumlah Rp5.000.000 atau 100% persen dari uang yang Lusiana pinjam. Lusiana sangat menyesal dengan pilihannya tersebut, namun bagaimanapun juga Lusiana tidak memiliki pilihan lain selain meminjam uang di rentenir untuk kebutuhan sehari hari dan modal berjualannya.

(7)

Dalam agama sangat jelas bahwa riba dalam proses hutang piutangnya berhukum haram. Seharusnya ibu ibu jamaah Aisyiyah yang rutin melaksanakan pengajian agama faham bahwa berhutang di rentenir sangatlah merugikan dan dilarang oleh agama. Maka harus ada perubahan social pada ibu ibu jamaah Aisyiyah yaitu terbebas dari belenggu rentenir atau bertaubat dalam bahasa agama islam.

Orang orang sangat membutuhkan peringatan yang direiakkan kepada mereka, agar mereka tersadar dari keadaan mabuk, bangun dari tidur mereka, kembali pada petunjuk Allah dan bertobat kepada-Nya. Sebelum dating suatu hari ketika tidak bermanfaat harta ataupun anak anak pada hari tersebut. Hanya ada satu orang yang akan disambut oleh Allah, yaitu orang yang dating dengan membawa hati yang bersih.5Karena meminjam uang dengan bunga/riba selain merugikan diri sendiri termasuk perbuatan dosa juga maka harus ada perubahan agar terbebas dari belenggu rentenir.

Hal tersebut yang menjadikan peneliti tertarik untuk meneliti serta mendampingi ibu ibu jamaah Aisyiyah dalam mengurai keterbelengguan dan membebaskan mereka dari rentenir.

B. Rumusan Masalah

(8)

Surabaya, yang memiliki potensi dan asset yang dapat diberdayaan untuk mengatasi masalah yang ada. Dengan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apa faktor dan latar belakang problem keterbelengguan ibu ibu jamaah Aisyiyah Kelurahan Kalijudan terhadap rentenir?

2. Bagaimana strategi pengorganisasian Ibu ibu jamaah Aisyiyah Kelurahan Kalijudan dalam mengentaskan belenggu rentenir?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui faktor dan latar belakang problem keterbelengguan ibu ibu jamaah Aisyiyah Kelurahan Kalijudan terhadap rentenir.

2. Menemukan strategi pengorganisasian Ibu ibu jamaah Aisyiyah Kelurahan Kalijudan dalam mengentaskan belenggu rentenir?

D. Sistematika Pembahasan

Laporan penelitian ini penulis sajikan dalam beberapa bab dengan sitematika sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

(9)

BAB II : KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN TERKAIT

Bab ini berisi penjelasan tentang pembahasan dalam prespektif teoritis, penulis menyajikan hal hal kajian kepustakaan konseptual yang menyangkut tentang pembahasan dalam penelitian. Penulis memaparkan teori yang berkaitan dengan tema masalah yang sedang diteliti, yakni konsep masyarakat atau komunitas. Selain itu juga berisi konsep tentang konsep pemberdayaan masyarakat. BAB ini juga memaparkan penelitian terkait yang sebelumnya guna sebagai bahan pembelajaran dan bahan acuan untuk penulisan ini. Serta juga kaitannya dengan riba dalam islam. BAB III : METODE PENELITIAN

Pada bab ini disajikan untuk mengurai paradigma penelitian sosial yang bukan hanya membahas masalah sosial secara kritis dan mendalam, akan tetapi melakukan aksi berdasarkan masalah yang terjadi di lapangan secara partisipasi. BAB ini juga berisi tentang metode apa yang akan digunakan untuk melakukan pendampingan. Membahas tentang pendekatan yang digunakan, prosedur penelitian pendampingan, wilayah dan subyek pendampingan, teknik pengumpulan data, teknik validasi data, dan teknik analisa data.

BAB IV : MENEROPONG KELURAHAN KALIJUDAN DAN AISYIYAH KALIJUDAN.

(10)

serta pola agama dan kebudayaan di Kelurahan Kalijudan. Sekaligus profil Jamaah Aisyiyah sebagai kelompok agama di kelurahan Kalijudan. Hal ini berfungsi untuk mendukung tema yang diangkat serta melihat gambaran umum realitas yang terjadi di dalam obyek penelitian.

BAB V : MENGGURAI BENANG KUSUT KETERBELENGGUAN IBU IBU JAMAAH AISYIYAH TERHADAP RENTENIR.

Peneliti menyajikan tentang realita dan fakta yang lebih mendalam, sebagai lanjutan dari latar belakang yang disajikan dalam BAB I. BAB ini terdapat uraian tentang kehidupan ibu ibu jamaah Aisyiyah, serta relasi kuasa antara ibu ibu jamaah Aisyiyah dengan rentenir. Hal ini sebagai analisis problem yang berpengaruh pada aksi yang akan dilakukan.

BAB VI : MENYATUKAN KEKUATAN UNTUK TERBEBAS DARI KETERBELENGGUAN.

Di dalam BAB ini menjelaskan tentang proses-proses pengorganisasian masyarakat yang telah dilakukan, mulai dari proses inkulturasi hingga refleksi kemudian juga menjelaskan proses diskusi bersama masyarakat untuk menganalisis dari temuan masalah yang ada di lapangan.

BAB VII : MEMBEBASKAN BELENGGU MENATA

KEBERLANJUTAN.

(11)

BAB VIII : MEMBANGUN KOMUNITAS PEREMPUAN YANG BERDAYA DENGAN SPIRIT AGAMA.

Peneliti membuat catatan refleksi atas penelitian dan pendampingan dari awal hingga akhir. Berisi tentang perubahan yang muncul setelah proses pendampingan sang sudah dilakukan. Selain itu juga menceritakan catatan peneliti pada saat penelitian mendampingi Kelompok ibu ibu jamaah Aisyiyah sebagai bagian dari aksi nyata melalui metode penelitian partisipatif.

BAB IX : PENUTUP

(12)

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial

(S.Sos)

Oleh

Syahrul Ramadhan B72213063

Dosen Pembimbing

Dr. H. Thayib, S.Ag., M.Si

197011161999031001

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

(13)

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial

(S.Sos)

Oleh

Syahrul Ramadhan B72213063

Dosen Pembimbing

Dr. H. Thayib, S.Ag., M.Si

197011161999031001

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

(14)
(15)
(16)
(17)
(18)

JAMAAH AISYIYAH DALAM PENGENTASAN MASYARAKAT DARI BELENGGU RENTENIR DI KELURAHAN KALIJUDAN SURABAYA.

Skripsi ini membahas tentang pengorganisasian ibu ibu jamaah Aisyiyah. Adapun fokus untuk riset dalam pemberdayaan ini adalah Ibu ibu jamaah Aisyiyah Kelurahan Kalijudan, Kecamatan Mulyorejo, Kota Surabaya, yang memiliki potensi dan asset yang dapat diberdayaan untuk mengatasi masalah yang ada. Dengan rumusan masalah yang pertama, apa faktor dan latar belakang problem keterbelengguan ibu ibu jamaah Aisyiyah Kelurahan Kalijudan terhadap rentenir?. Kedua, bagaimana strategi pengorganisasian Ibu ibu jamaah Aisyiyah Kelurahan Kalijudan dalam mengentaskan belenggu rentenir?. Tujuan dari pengorganisasian ini untuk memembebaskan ibu ibu jamaah Aisyiyah terhadap belenggu rentenir.

Penelitian untuk pemberdayaan ini, metode yang digunakan adalah metode Participatory Action Research(PAR). Pada dasarnya, PAR merupakan penelitian yang melibatkan secara aktif semua pihak-pihak yang relevan (stakeholders) dalam mengkaji tindakan yang sedang berlangsung (dimana pengamalan mereka sendiri sebagai persoalan) dalam rangka melakukan perubahan dan perbaikan ke arah yang lebih baik. Hal yang mendasari dilakukannya PAR adalah kebutuhan kita untuk mendapatkan perubahan yang diinginkan. Peneliti ingin membangun kesadaran bersama ibu ibu jamaah Aisyiyah agar bergerak bersama untuk terbebas dari belenggu rentenir.

Faktor penyebab keterbelengguan ibu ibu jamaah Aisyiyah adalah pertama, tidak adanya lembaga yang bekerja sama untuk meminjami pinjaman modal usaha tanpa bunga, sehingga ibu ibu jamaah Aisyiyah tidak mempunyai pilihan lain selain meminjam ke rentenir dengan bunga 20%/bulan. Kedua, tidak adanya kelompok usaha kecil menengah dan simpan pinjam di Aisyiyah untuk wadah pengembangan usaha ibu ibu jamaah Aisyiyah. Dalam prosesnya fasilitator dan ibu ibu jamaah Aisyiyah membentuk kelompok usaha kecil menengah Pena Surya untuk membangun kesadaran bersama dan melaksanakan program. Kelompok Pena Surya menjalin kerja sama dengan Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah dalam hal pinjaman modal usaha tanpa bunga ibu ibu jamaah Aisyiyah. Hasil dari program kerja sama dengan Lazismu Kota Surabaya dan pembentukan kelompok Pena Surya ditandai dengan ibu ibu jamah Aisyiyah tidak lagi meminjam uang ke rentenir.

(19)

COVER DALAM ...i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN PENGUJI .iii PERSYARATAN KEASLIAN ... iv

MOTTO v PERSEMBAHAN ...vi

ABSTRAK . ...viii

KATA PENGANTAR ...ix

DAFTAR ISI ..xi

DAFTAR TABEL .. ...xiv

DAFTAR BAGAN .. ..xv

DAFTAR DIAGRAM ..xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Sistematika Pembahasan ... 8

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN TERKAIT ... 12

A. Konsep Masyarakat atau Komunitas... 12

B. Konsep Pengorganisasian Masyarakat ... 13

(20)

E. Penelitian Terkait ... 17

BAB III METODE PENELITIAN... 22

A. Pendekatan Penelitian untuk Pemberdayaan... 22

B. Prosedur Penelitian Pendampingan... 23

C. Wilayah dan Subyek Pendampingan... 27

D. Teknik Pengumpulan Data... 28

BAB IV MENEROPONG KELURAHAN KALIJUDAN DAN AISYIYAH KALIJUDAN ... 34

A. Letak Geografis ... 34

B. Kependudukan... 35

C. Kondisi Ekonomi, Pendidikan, Kesehatan dan Agama ... 36

D. Sejarah dan Peran Aisyiyah di Kalijudan ... 40

BAB V MENGGURAI BENANG KUSUT KETERBELENGGUAN IBU IBU JAMAAH AISYIYAH TERHADAP RENTENIR... 42

A. Potret Keluarga Miskin Ibu Ibu Jamaah Aisyiyah yang Terbelenggu oleh Rentenir di Kalijudan ... 42

B. Jerat Rentenir Terhadap Ibu ibu jamaah Aisyiyah Kalijudan ... 52

C. Kondisi Kerentanan Ibu ibu Jamaah Aisyiyah... 55

BAB VI MENYATUKAN KEKUATAN UNTUK TERBEBAS DARI KETERBELENGGUAN... 62

A. Proses Awal Pengorganisasian... 62

B. Membangun Kesadaran Bersama Tentang Keterbelengguan ... 64

C. Merencanakan Aksi Bersama Masyarakat ... 70

(21)

B. Membentuk Kelompok Berkelanjutan ... 82

BAB VIII MEMBANGUN KOMUNITAS PEREMPUAN YANG BERDAYA (Sebuah Catatan Refleksi)... 85

BAB IX PENUTUP ... 91

A. Kesimpulan ... 91

B. Rekomendasi ... 92

(22)
(23)

DAFTAR BAGAN

(24)
(25)
(26)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kalijudan sebagai salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Mulyorejo Kota Surabaya mempunyai 6 RW yang mayotitas penduduknya beragama islam. Kelurahan kalijudan berada di pinggiran kota Surabaya bersebelahan dengan kelurahan Ploso dan kelurahan Mulyorejo. Tiga kelurahan tersebut menjadi basis kegiatan agama dari dua organisasi islam besar yang berada di Indonesia yaitu Muhammadiyah dan Nahdhatul Ulama. Pengajian pengajian agama sangat rutin terlakana di masjid masjid yang berada di Kalijudan. Hampir setiap minggu sekali kelompok pengajian dari dua ormas tersebut aktif melaksanakan pengajian agama. Muhammadiyah sebagai organiasi islam terbesar di Kelurahan kalijudan khususnya yang sangat aktif melaksanakan kegiatan soial, agama dan pengajian agama secara rutin.

(27)

Aisyiyah untuk kemajuan kaum perempuan berada dalam agenda pembaharuan Muhammadiyah.1 Dalam AD/ART Muhammadiyah organisasi otonom ialah satuan organisasi di bawah Muhammadiyah yang memiliki wewenang mengatur rumah tangganya sendiri, dengan bimbingan dan pembinaan oleh Pimpinan Muhammadiyah.2 Aisyiyah sebagai organisasi islam yang bergerak di kalangan komunitas perempuan pun juga sangat aktif melaksanakan kegiatan keagamaan terkhusus pengajian rutin.

Aisyiyah didirikan berdasarkan cita cita K.H Ahmad Dahlan menggerakan perempuan islam untuk bermanfaat di kalangan kaum perempuan di Indonesia, seperti yang dikutip dari buku Gerakan Muhammadiyah Memurnikan Ajaran Islam di Indonesia. Semua kebutuhan keagamaan dari wanita dapat dipenuhi dan diusahakan oleh para wanita sendiri. Seperti mengajar agama kepada wanita lain, mendidik anak anak menulis karangan karangan yang berguna bagi wanita, memandikan mayat wanita dan segala sesuatu yang dapat memperbaiki keadaan manusia dan dapat dilaksanakan oleh wanita.3

Di Kalijudan sendiri Aisyiyah telah berdiri sejak tahun 1980 dengan kegiatan awalnya adalah pengajian pengajian agama di masjid masjid yang ada di kelurahan Kalijudan. Semakin berjalannya waktu

1Amelia Fauzia dkk,Tentang Perempuan Islam : Wacana dan Gerakan,(Jakarta : Gramedia Pustaka Utama), 2004, hal. 6.

2Pimpinan Pusat Muhammadiyah,Anggaran Dasar dan Rumah Tangga Muhammadiyah, (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah), 2010, hal. 16.

(28)

Aisyiyah di Kalijudan semakin berkembang sampai sekarang mempunyai amal usaha yaitu Taman Kanak Kanak Asiyiyah Bustanul Athfal 47 Surabaya. Namun untuk pemberdayaan ekonomi Aiyiyah Kalijudan sangatlah kurang. Di dalam Aisyiyah bagian ekonomi harusnya mempunyai amal usaha yang biasa diberi naman Badan Usaha Ekonomi Keluarga Aisyiyah (BUEKA) yang bagian bagiannya meliputi :4

1. Pendidikan ketrampilan melalui pengajian. 2. Pengkoordinasian hasil usaha/produksi anggota. 3. Penjualan produksi (pemasaran).

4. Sewa menyewa dan simpan pinjam. 5. Pelatihan manajemen usaha.

Adapun di dalam Aisyiyah yang dimaksud dengan Jamaah Aisyiyah bukan pengurus Aisyiyah namun adalah jamaah atau partisipan dari Aisyiyah yaitu orang yang mengikuti kegiatan dan program Aisyiyah sekaligus shalat berjamaah di Masjid Muhammadiyah. Program Aisyiyah dalam hal ekonomi bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan keluarga. Maka harusnya kelompok pengajian ibu ibu jamaah aisyiyah tidak hanya menjadi organisasi formal saja namun juga menjadi komunitas tersendiri di dalam masyarakat kelurahan Kalijudan. Pengajian pengajian yang dilaksanakan oleh aisyiyah seharusnya menjadikan para jamaahnya melakukan yang diperintahkan oleh Allah dan menjauhi sesuatu yang dilarang oleh Allah. Namun para anggota pengajian

(29)

aisyiyah masih banyak yang menggunakan jasa rentenir yang ada di kelurahan Kalijudan dalam meminjam uang. Hal ini sangat bertolak belakang dari tujuan pengajian aisyiyah tersebut.

Rentenir menurut KBBI mempunyai arti orang yang mencari nafkah dengan membungakan uang; tukang riba; pelepas uang; lintah darat. Rentenir dalam prakteknya sangatlah merugikan dan membelenggu para korban Karena hutang yang harus dibayar bernilai lebih dibanding dengan hutang awal. Di Kalijudan model pinjaman uangnya adalah adanya tambahan bunga setiap hari. Mayoritas ibu ibu jamaah Aisyiyah meminjam uang di rentenir disebabkan untuk modal usaha. Ibu ibu jamaah Aisyiyah banyak yang memiliki usaha kecil atau berdagang seoerti berjualan lontong kupang, kerupuk, sayur, dll. Hal tersebut yang mendorong ibu ibu jamaah Aisyiyah untuk meminjam uang di rentenir meskipun bunga dari pinjaman tersebut hitungannya setiap hari.

Sebagai salah satu contoh kasus yang paling parah yaitu keluarga Lusiana. Lusiana wanita yang berumur 34 tahun mempunyai suami bernama budiman berumur 40 tahun tinggal di rumah sekitar 4x10m. Rumah mereka yang hanya berdinding triplek dan beratap asbes namun di dalamnya hidup pasangan suami istri dengan tiga anak laki lakinya. Anak pertama yang masih duduk di bangku SMP, anak kedua duduk di bangku SD, dan anak

(30)

terakhir yang masih balita atau berumur 3,5 tahun mempunyai kebutuhan sekolah dan kebutuhan lainnya yang sangat banyak. Contohnya seperti kebutuhan SPP sebesar Rp100.000 ditambah uang jajan sekolah Rp35.000 seharinya membuat Lusiana bekerja keras dalam mencari nafkah. Suaminya yang bekerja sebagai montir di salah satu bengkel di Kalijudan hanya mamou menghasilkan gaji sebesar Rp3.000.000 perbulannya. Lusiana yang baru saja membuka warung makan kecil pemberian dari walikota di daerah wisata mangrove sangat membutuhkan modal besar di setiap bulannya karena kebutuhan keluarga mereka yang cukup besar.

(31)

sejumlah Rp5.000.000 dengan bunga Rp1.000.000 perbulannya. Lusiana tidak mampu membayarnya hingga 5 bulan sehingga bunga yang harus dibayar Lusiana sekeluarga berjumlah Rp5.000.000 atau 100% persen dari uang yang Lusiana pinjam. Lusiana sangat menyesal dengan pilihannya tersebut, namun bagaimanapun juga Lusiana tidak memiliki pilihan lain selain meminjam uang di rentenir untuk kebutuhan sehari hari dan modal berjualannya.

(32)

Dalam agama sangat jelas bahwa riba dalam proses hutang piutangnya berhukum haram. Seharusnya ibu ibu jamaah Aisyiyah yang rutin melaksanakan pengajian agama faham bahwa berhutang di rentenir sangatlah merugikan dan dilarang oleh agama. Maka harus ada perubahan social pada ibu ibu jamaah Aisyiyah yaitu terbebas dari belenggu rentenir atau bertaubat dalam bahasa agama islam.

Orang orang sangat membutuhkan peringatan yang direiakkan kepada mereka, agar mereka tersadar dari keadaan mabuk, bangun dari tidur mereka, kembali pada petunjuk Allah dan bertobat kepada-Nya. Sebelum dating suatu hari ketika tidak bermanfaat harta ataupun anak anak pada hari tersebut. Hanya ada satu orang yang akan disambut oleh Allah, yaitu orang yang dating dengan membawa hati yang bersih.5Karena meminjam uang dengan bunga/riba selain merugikan diri sendiri termasuk perbuatan dosa juga maka harus ada perubahan agar terbebas dari belenggu rentenir.

Hal tersebut yang menjadikan peneliti tertarik untuk meneliti serta mendampingi ibu ibu jamaah Aisyiyah dalam mengurai keterbelengguan dan membebaskan mereka dari rentenir.

B. Rumusan Masalah

Adapun fokus untuk riset dalam pemberdayaan ini adalah Ibu ibu jamaah Aisyiyah Kelurahan Kalijudan, Kecamatan Mulyorejo, Kota

(33)

Surabaya, yang memiliki potensi dan asset yang dapat diberdayaan untuk mengatasi masalah yang ada. Dengan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apa faktor dan latar belakang problem keterbelengguan ibu ibu jamaah Aisyiyah Kelurahan Kalijudan terhadap rentenir?

2. Bagaimana strategi pengorganisasian Ibu ibu jamaah Aisyiyah Kelurahan Kalijudan dalam mengentaskan belenggu rentenir?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui faktor dan latar belakang problem keterbelengguan ibu ibu jamaah Aisyiyah Kelurahan Kalijudan terhadap rentenir.

2. Menemukan strategi pengorganisasian Ibu ibu jamaah Aisyiyah Kelurahan Kalijudan dalam mengentaskan belenggu rentenir?

D. Sistematika Pembahasan

Laporan penelitian ini penulis sajikan dalam beberapa bab dengan sitematika sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

(34)

BAB II : KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN TERKAIT

Bab ini berisi penjelasan tentang pembahasan dalam prespektif teoritis, penulis menyajikan hal hal kajian kepustakaan konseptual yang menyangkut tentang pembahasan dalam penelitian. Penulis memaparkan teori yang berkaitan dengan tema masalah yang sedang diteliti, yakni konsep masyarakat atau komunitas. Selain itu juga berisi konsep tentang konsep pemberdayaan masyarakat. BAB ini juga memaparkan penelitian terkait yang sebelumnya guna sebagai bahan pembelajaran dan bahan acuan untuk penulisan ini. Serta juga kaitannya dengan riba dalam islam. BAB III : METODE PENELITIAN

Pada bab ini disajikan untuk mengurai paradigma penelitian sosial yang bukan hanya membahas masalah sosial secara kritis dan mendalam, akan tetapi melakukan aksi berdasarkan masalah yang terjadi di lapangan secara partisipasi. BAB ini juga berisi tentang metode apa yang akan digunakan untuk melakukan pendampingan. Membahas tentang pendekatan yang digunakan, prosedur penelitian pendampingan, wilayah dan subyek pendampingan, teknik pengumpulan data, teknik validasi data, dan teknik analisa data.

BAB IV : MENEROPONG KELURAHAN KALIJUDAN DAN AISYIYAH KALIJUDAN.

(35)

serta pola agama dan kebudayaan di Kelurahan Kalijudan. Sekaligus profil Jamaah Aisyiyah sebagai kelompok agama di kelurahan Kalijudan. Hal ini berfungsi untuk mendukung tema yang diangkat serta melihat gambaran umum realitas yang terjadi di dalam obyek penelitian.

BAB V : MENGGURAI BENANG KUSUT KETERBELENGGUAN IBU IBU JAMAAH AISYIYAH TERHADAP RENTENIR.

Peneliti menyajikan tentang realita dan fakta yang lebih mendalam, sebagai lanjutan dari latar belakang yang disajikan dalam BAB I. BAB ini terdapat uraian tentang kehidupan ibu ibu jamaah Aisyiyah, serta relasi kuasa antara ibu ibu jamaah Aisyiyah dengan rentenir. Hal ini sebagai analisis problem yang berpengaruh pada aksi yang akan dilakukan.

BAB VI : MENYATUKAN KEKUATAN UNTUK TERBEBAS DARI KETERBELENGGUAN.

Di dalam BAB ini menjelaskan tentang proses-proses pengorganisasian masyarakat yang telah dilakukan, mulai dari proses inkulturasi hingga refleksi kemudian juga menjelaskan proses diskusi bersama masyarakat untuk menganalisis dari temuan masalah yang ada di lapangan.

BAB VII : MEMBEBASKAN BELENGGU MENATA

KEBERLANJUTAN.

(36)

BAB VIII : MEMBANGUN KOMUNITAS PEREMPUAN YANG BERDAYA DENGAN SPIRIT AGAMA.

Peneliti membuat catatan refleksi atas penelitian dan pendampingan dari awal hingga akhir. Berisi tentang perubahan yang muncul setelah proses pendampingan sang sudah dilakukan. Selain itu juga menceritakan catatan peneliti pada saat penelitian mendampingi Kelompok ibu ibu jamaah Aisyiyah sebagai bagian dari aksi nyata melalui metode penelitian partisipatif.

BAB IX : PENUTUP

(37)

BAB ✂✂

KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN TERKAIT

A. Konsep Masyarakat atau Komunitas

Istilah masyarakat diterjemahkan dari kata atau konsep✄omm☎ ✆✝✞✟y

Oleh karena itu, agar istilah atau konsep masyarakat tersebut tidak rancu atau bermakna ganda, maka dalam materi ini istilah atau konsep

omm☎ ✆✝ ✞yditerjemahkan sebagai komunitas. 6

Komunitas ialah suatu unit atau kesatuan social yang terorganisasikan dalam kelompok kelompok dengan kepentingan bersama, baik yang bersifat fungsional dan territorial.7

Sementara itu, masyarakat dapat diartikan dalam dua konsep yaitu :8 1. Masyarakat sebagai sebuah tempat bersama , yakni sebuah

wilayah geografi yang sama. Sebagai contoh, sebuah rukun tetangga, perumahan di daerah perkotaan atau sebuah kampong di wilayah pedesaan

2. Masyarakat sebagai kepentingan bersama , yakni kesamaan kepentingan berdasarkan kebudayaan dan identitas. Sebagai contoh, kepentingan bersama pada masyarakat etnis minoritas atau kepentingan bersama berdasarkan identifikasi kebutuhan tertentu.

6Fredian Toni Nasdian, Pengembangan Masyarakat, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia),

2014, hal. 1.

7Ibid

(38)

Maka dalam hal ini masyarakat/komunitas ibu ibu jamaah Aisyiyah adalam masyarakat yang tergolong dalam masyarakat yang bersifat fungsional atau mempunyai kepentingan yang sama.

B. Konsep Pengorganisasian Masyarakat

Istilah pengorganisasian lebih dimaknai sebagai suatu kerangka menyeluruh dalam rangka memecahkan masalah ketidakadilan sekaligus pembangunan tatanan yang lebih adil.9 Mengorganisir masyarakat sebenarnya merupakan akibat logis dari analisis tentang apa yang terjadi, yakni ketidakadilan dan penindasan di sekitar kita. Untuk menjawabnya, tidak ada pilihan lain kecuali bahwa seoarang harus terlibat ke dalam kehidupan rakyat yang bersangkutan dengan keterlibatannya maka pengorganisasian mereka pun dapat dimulai.10

Menurut habermas, paradigma dalam ilmu sosial terbagi dalam tiga kelompok :11

1. Instrumental knowledge/positivisme ilmiah, objektif, dan rasional. Memiliki sifat yang bebas nilai dari kepentingan kepentingan subjektif sehingga antara objek dan subjek didekati secara terpisah (berjarak) yang berciri generalis, universal, dan kuantatif dengan mengabaikan pengalaman pengalaman unik yang bersifat lokalistik.

9Agus Afandi, dkk.,

o☞✌l ✍✎ ✏✑✒ ✓ip✎✑✔ ✏y ✕✓ ✑✒ ✔n ✖ ✗✘✗✎✏✓h (PAR), (Surabaya: LPPM UIN Sunan

Ampel Surabaya), 2016, hal. 197.

(39)

2. Paradigm intepretatif. Dasar dalam paradigm ini adalah fenomenologi dan hermeneutic yang lebih menekankan pada minat yang besar untuk memahami. Yang dicapai hanya memahami secara sungguh sungguh, tapi tidak sampai pada upaya untuk melakukan perubahan.

3. Paradigma kritik (emancipatory knowledge). Paradigma ini lebih dipahami sebagai proses katalisasi untuk membebaskan manusia dari segenap ketidakadilan. Prinsipnya sudah tidak lagi bebas nilai, dan melihat realitas sosial menulut prespektif kesejarahan (historitas). Paradigm ini menempatkan rakyat atau manusia sebagai subyek utama yang perlu dicermati dan diperjuangkan. Dengan demikian, paradigma kritis yang bersifat transformatif memungkinkan pengorganisir masyarakat untuk membongkar dan membebaskan masyarakat dari keterbelengguan dan ketertindasan. Karena itu, paradigm kritis menjadi landasan metodologis pemecahan masalah.

(40)

masyarakat yang lebih rasional melalui refleksi diri. Disini teori mendorong praxis hidup politis manusia.✢✣

C. Konsep Pemberdayaan

Pemberdayaan atau pemberkuasaan berasal dari kata berbahasa Inggris empowerment yang akar katanya yaitu power yang berarti kekusaan atau keberdayaan. Kekuasaan dapat membuat orang lain melakukan apa yang kita inginkan terlepas dari keinginan dan minat mereka. Kakuasaan selalu berkaitan dengan pengaruh dan kontrol.13

Proses pemberdayaan ditujukan untuk membantu klien memperoleh daya (kuasa) untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan ia lakukan yang terkait dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan.14

Pemberdayaan selalu merujuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam:

1. Memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka mimiliki kebebasan

2. Menjangkau sumber-sumber yang produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya

12 F Budi Hardiman,

✤ ✥i✦ ✧ ★✩✪ ✫ologi(Yogyakarta : Kanisius), 1990, hal. 31.

13Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung : PT Refika Aditama

), 2014, hal. 57.

14Fredian Toni Nasdian,

✬ ✫ngm✭ ✮ngn ✯ ✮✰y✮✥✮k✮✦ , (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia),

(41)

juga dapat memperoleh barang-barang dan jasa yang mereka butuhkan.

3. Berpartisipasi dalam proses pembangunan dan merumuskan keputusan-keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka.15 D.iba dalam Islam

Terjemahan :

275. orang-orang yang Makan (mengambil) riba[174] tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila[175]. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu[176] (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (Al-Baqarah ayat 275)

Dalam ayat tersebut riba hukumnya haram. Haram/Muharram secara bahasa berarti m✴✵n✶✷ (yang dihalangi, dilarang). Secara istilah

berarti : Sesuatu yang dilarang oleh syari secara ilzam (wajib) untuk

(42)

ditinggalkan.16 Tafsir dari ayat ini, Allah menceritakan sifat orang yang menyalahgunakan kalimat menolong membantu, padahal mencari keuntungan bahkan mencekik, mwngisap darah, ialah mereka yang memakan riba . Allah menyatakan bahwa mereka yang memakan riba takkan dapat berdiri tegak dalam hidupnya di tengah masyarakat, melainkan bagaikan orang kesurupan setan, sebab takkan tenang sesudah ia mengisap darah dengan cara yang sekejam kejamnya karena selalu sasarannya orang orang yang berhajat hutang piutang.17

E. ✺✻✼✻✽iia✼✿ ✻❀❁ai

Guna penelitian terkait sebagai bahan pembelajaran dalam pemberdayaan dan sebagai bahan acuan dalam penulisan penelitan tentang peternakan sapi perah, maka disajikan penelitian terkait yang relevan. Penelitian terkait tersebut yakni sebagai berikut :

1. Pendampingan Perempuan Dalam Melepaskan Keterbelengguan Pada

Rentenir. Upaya Pemberdayaan Perempuan Keputran Panjunan II Kelurahan Embong Kali Asin Kecamatan Genteng Surabaya .

Skripsi ini ditulis oleh Oleh Hidayatus Syibhani, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel. Fokus peneletian tersebut terdiri dari dua yaitu:

a. Bagaimana pola pendampingan perempuan Keputran Panjunan Gang II dalam menghadapi belenggu rentenir?

16Ahmad S Marzuki,Ushul Fiqih(Yogyakarta : Media Hidayah), 2008, hal. 19.

17Ibnu Katsir,Terjemahan Singkat Tafsir Ibnu Katsir Jilid I,(Surabaya : PT Bina Ilmu), 1987,

(43)

b. Bagaimana pola membangun partisipasi perempuan Keputran Panjunan Gang II dalam proses aksi bersama untuk perubahan sosial?

Penelitian tersebut menggunakan metode Participatory Action Research (PAR). Sedangkan tujuan dari penelitian tersebut adalah :

a. Untuk melepas keterbelengguan perempuan Kampung Keputran Panjunan Gang II dari rentenir.

b. Untuk mengetahui pemberdayaan perempuan Keputran Panjunan Gang II, dalam proses aksi bersama untuk perubahan sosial.

Hasil dari penelitian tersebut yaitu hasil pendampingan yang telah dilakukan selama beberapa waktu di Kampung Keputran Panjunan, dapat diketahui pola pendampingan perempuan dalam menghadapi rentenir adalah dengan pola pengorganisasian masyarakat. Dalam proses pengorganisasian ini dilakukan dengan cara melakukan diskusi secara intens bersama mereka, dari pembicaraan diskusi-diskusi tersebut maka, dengan sendirinya mereka akan menemukan solusi dan perencanaan aksi untuk menangani masalah mereka.

(44)

Skripsi ini ditulis oleh Oleh Yusrifal Ananta, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Fokus dari peneletian tersebut terdiri dari tiga yaitu :

a. Bagaimana praktik rentenir oleh nasabah rentenir di Desa Bandaran Kecamatan Bangkalan ?

b. Bagaimana persepsi nasabah rentenir tentang qard} pada praktik rentenir di Desa Bandaran Kecamatan Bangkalan?

c. Bagaimana analisis persepsi nasabah rentenir tentang qard} pada praktik rentenir di Desa Bandaran Kecamatan Bangkalan ?

Penelitian tersebut menggunakan metode Pendekatan kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara, kuisoner (angket), dan observasi lapangan. Sedangkan tujuan dari penelitian tersebut adalah :

a. Untuk mengetahui persepsi nasabah rentenir tentang qard}.

b. Untuk mengetahui praktik rentenir oleh nasabah rentenir di Desa Bandaran Kecamatan Bangkalan.

c. Untuk mengetahui analisis persepsi nasabah rentenir tentang qard} pada praktik rentenir di Desa Bandaran Kecamatan Bangkalan.

(45)

3. Implikasi Koperasi Simpan Pinjam Dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) Terhadap Sosial Ekonomi Pengusaha Mikro Di Kota Surabaya .

Fokus penelitian tersebut terdiri dari tiga yaitu :

a. Bagaimana keadaan sosial ekonomi nasabah KSPPS sebelum dan sesudah bergabung dengan KSPPS?

b. Bagaimana efektifitas KSPPS dalam pendanaan terhadap pengusaha mikro?

c. Bagaimana implikasi dari KSPPS terhadap sosial ekonomi pengusaha mikro di Surabaya?

Penelitian tersebut menggunakan metode Pendekatan kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara, kuisoner (angket), dan observasi lapangan. Sedangkan tujuan dari penelitian tersebut adalah :

a. Mengidentifikasi keadaan sosial ekonomi nasabah KSPPS di Surabaya.

b. Memahami dan menganalisis efektifitas KSPPS dalam pendanaan terhadap pengusaha mikro.

c. Memahami dan menganalisis implikasi dari Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah (KSPPS) terhadap sosial ekonomi pengusaha mikro di Surabaya.

(46)
(47)
(48)

➘➴➷ ➬➮ ➱✃❐ ➷ ✃❒ ❮✃❰ ✃➘✃Ï ➮➱ Ð Ñ ❒ ➱❒➱➘ ✃❐ ❒➴ Ò ✃Ó ✃➱ ❒ ➬ÒÔ➴ ➘Õ ❒➴➮✃❐Ó ➘ ✃❐ Ð ➴ ❐➴ Ö➱Ï➱

×✃❐❮✃ ❒➴ Ò ✃Ó✃➱ Ð➴ ❐➮ ✃➷ Ð ➱❐Ó ➷ ✃❒ ❮✃❰✃➘✃Ï ❮✃❐Ó ✃➘✃❐ ➷➴ Ö✃➘ ➬➘ ✃❐ ❒➴ Ò ➬✃×

Ð ➴❰ ➬ Ò✃×✃❐Ø

B. PÙosÚÛur ÜÚnÚlitiÝÞÜÚnÛ Ýßpinà ÝÞ

á ✃➮ ✃ Ð ➴ ❐➴ Ö➱Ï➱✃❐ ➱❐➱, Ö✃ ❐➮✃❒✃❐ ➮ ✃Ö ✃➷ â✃❰✃ ➘➴❰ Ô ✃ áãä ➷ ➴❰ ➬Ð✃➘✃❐ Ó✃Ó ✃❒ ✃❐ ❮✃❐Ó ➮ ✃Ï✃❐Ó ➮✃❰ ➱ ➷ ✃❒ ❮✃❰✃➘✃Ï. åÖ➴×➘ ✃❰➴❐✃❐ ❮✃, Ð➴ ❐➮ ✃➷ Ð ➱❐Ó ✃❐ ➱❐➱ ➷ ➴➷Ð➬❐ ❮✃➱Ö✃❐Ó ➘ ✃×✃Ï✃➬Ð❰ Ñ ❒➴➮➬❰ ❒➴ Ò✃Ó ✃➱Ò➴❰➱➘ ➬Ïæ

çè

éØ á➴➷➴ Ï✃✃❐ ✃ê✃Ö (á❰➴ Ö➴➷ ➱❐✃❰❮ ë✃ÐÐ➱❐Ó), ❮✃ ➱Ï➬ Ð ➴➷ ➴ Ï✃✃❐ ✃ê✃Ö ❒➴ Ò✃Ó ✃➱ ✃Ö✃Ï ➬ ❐Ï➬ ➘ ➷➴ ❐Ó➴ Ï✃×➬ ➱ ➘➴×➱➮➬Ð✃❐ ➱Ò➬- ➱Ò➬ Ô ✃➷✃✃× ✃➱❒ ❮➱❮✃×Õ Ð❰ Ñ ÒÖ➴➷ ➘➴ Ï➴❰ Ò➴ Ö➴ ❐ÓÓ ➬ ✃❐ Ï➴❰×✃➮✃Ð ❰➴ ❐ Ï➴ ❐ ➱❰, ➮✃❐ ❒Ï❰✃Ï➴Ó ➱ Ð➴➷Ò➴❰➮✃❮✃ ✃❐ ❮✃❐Ó Ð➴❰❐✃× ➮➱Ö✃➘➬ ➘ ✃❐ Ñ Ö➴× Ð➱×✃➘ Ö✃➱❐ Ï➴❰×✃➮✃Ð Ð ❰ Ñ ÒÖ➴➷ ➘➴ Ï➴❰ Ò➴ Ö➴ ❐ÓÓ➬✃❐

Ï➴❰ ❒➴ Ò➬ Ï.

ìØ ë➴➷ Ò ✃❐Ó ➬❐ ×➬ Ò➬ ❐Ó✃❐ ➘➴➷ ✃❐ ➬❒ ➱✃✃❐Ø á➴ ❐➴ Ö➱Ï➱ ➷ ➴ Ö✃➘➬ ➘✃❐ ➱❐ ➘➬ ÖÏ➬❰✃❒➱

➮ ✃❐ ➷ ➴➷ Ò ✃❐Ó➬❐ ➘➴Ð➴❰â✃❮✃ ✃❐ (Ï❰ ➬❒ Ï Ò➬ ➱Ö➮ ➱❐Ó) ➮➴ ❐Ó ✃❐ ➷✃❒ ❮✃❰ ✃➘ ✃Ï, ❒➴×➱❐Ó Ó ✃ Ï➴❰Ô ✃Ö➱❐ ×➬Ò ➬❐Ó ✃❐ ❮✃❐Ó ❒➴ Ï✃❰ ✃ ➮ ✃❐ ❒ ✃Ö➱❐Ó ➷ ➴ ❐➮➬➘ ➬❐Ó. í➴❰✃ê✃Ö ➮ ✃❰➱ ➱❐➘ ➬ÖÏ➬❰ ✃❒ ➱ ➮➴ ❐Ó ✃❐ ➘➴Ð✃Ö✃ ➘➴ Ö➬❰ ✃×✃❐ Õ ✃Ð ✃❰ ✃Ï ➘➴ Ö➬❰ ✃×✃❐Õ

➮ ✃❐ ê✃❰Ó ✃ ➮➱ ❒➴ ➘ ➱Ï✃❰ Ï➴➷Ð✃Ï Ï➱❐Ó Ó ✃Ö. î➴➷ ➬➮ ➱✃❐ Õ Ð ➴ ❐➴ Ö➱Ï➱ ➷➴➷Ò✃❐Ó ➬ ❐ ➘➴Ð ➴❰ â✃ ❮✃✃❐➮➴ ❐Ó ✃❐➷ ➴ Ö✃➘➬ ➘✃❐➘➬ ❐Ô ➬ ❐Ó ✃❐➘➴î➴ ÖÑ➷ Ð Ñ ➘Ð ➴ ❐Ó✃Ô ➱✃❐➱Ò ➬

ï➱Ò ➬Ô ✃➷ ✃✃×✃➱❒ ❮➱❮✃×➮➱➘➴ Ö➬❰ ✃×✃❐î ✃Ö➱Ô ➬➮✃❐Ø

ðØ á➴ ❐➴ ❐ Ï➬✃❐ ✃Ó ➴ ❐➮✃ ❰ ➱❒➴ Ï ➬❐ Ï➬➘ Ð➴❰➬Ò ✃×✃❐ ❒ Ñ❒ ➱✃Ö. í➴❰❒✃➷✃ î➴ ÖÑ➷ÐÑ➘ Ð➴ ❐Ó ✃Ô ➱✃❐ ➱Ò ➬ ï ➱Ò ➬ Ô ✃➷✃✃× ✃➱❒ ❮➱ ❮✃× ➮ ➱ ➘➴ Ö➬❰ ✃×✃❐ î ✃Ö➱Ô ➬➮ ✃❐ Õ Ð➴ ❐➴ Ö➱Ï➱

➷➴ ❐Ó ✃Ó ➴ ❐➮✃➘✃❐ Ð ❰ ÑÓ❰ ✃➷ ❰➱❒➴ Ï ➷ ➴ Ö✃Ö➬➱ Ï➴ ➘ ❐➱➘ á ✃❰ Ï➱❒ ➱Ð✃ÏÑ❰ ❮ ä ➬❰ ✃Ö

ñò

(49)

✁✁ ✂✄☎✆ ✄✝ (✞✟ ) ✠✡ ☛✠☞ ✌✍ ✌✄ ✎✄ ✌☎ ✁✍ ✂✆ ✏✄✝✄✡ ☞✍ ☛✍✂✑ ✍✝✍✡ ✒ ✒✠✄✡ ☛✍✂ ✎✄✓✄✁✂✍✡☛✍✡☎✂.

✔✕ ✞✍ ✌✍ ☛✄✄✡ ✁✄ ✂ ☛☎✆ ☎✁✄ ☛☎ ✖ (✞✄✂ ☛☎ ✗☎✁ ✄ ☛✏✂ ✘ ✌✄✁✁ ☎✡✒). ✙✍✂✆ ✄ ✌✄ ✚✍✝✏ ✌✁✏☞ ✁✍✡✒✄✛☎✄✡ ☎✑✠ ✥ ☎✑✠ ✛✄ ✌✄✄ ✎ ✄☎✆ ✘☎ ✘✄ ✎ ✌✍✝ ✄ ☞✠ ☞✄✡ ✁✍ ✌✍ ☛✄✄✡ ✜☎✝✄✘✄✎✢

✌✄ ✠✁ ✠✡✁✍✂ ✆✏ ✄✝✄✡✘✄✡✒✓☎✄✝✄ ✌☎☞✍✝✏ ✌✁✏☞✕ ✞✍ ✌✍ ☛✄✄✡✁✄✂ ☎✆☎✁ ✄ ☛☎ ✖✑✍✝ ✠ ✌

✁✄✓✄ ✁✍✡ ✍✡ ☛✠✄✡ ☎✡☛☎ ✌✄✆ ✄✝✄ ✎ ✡ ✄ ✌✠✡ ✎✄✡ ✘✄ ✎✄✆☎✝ ☛✍ ✌ ✠✄✡-☛✍ ✌ ✠✄✡ ✁✍✂✌✄✆ ✄✝✄ ✎✄✡✘✄✡ ✒✄✓✄.

✣✕ ✤✍✂ ✠ ✌✠✆ ☞✄✡ ✌✄✆ ✄✝✄ ✎ ☞✍ ✌✄✡✠✆ ☎✄✄✡✕ ✚✍✝✏✌✁ ✏ ☞ ✌✍✂ ✠ ✌✠✆ ☞✄✡ ✌✄✆ ✄✝✄ ✎

✌✍✡✓✄✆ ✄✂ ✎✄✛✄ ☛ ✎☎✓✠✁ ☞✍ ✌✄✡ ✠✆☎✄✄✡ ✘✄✡✒ ✓☎✄✝✄ ✌☎✡ ✘✄. ✦✍✑ ✄ ✒✄☎ ✌✄✡✄ ✓✄✝✄ ✌ ✁ ✍✂✆ ✏✄✝✄✡ ✓☎ ✚✍✝ ✏ ✌✁ ✏ ☞ ✁ ✍✡ ✒✄✛☎✄✡ ☎✑ ✠ ✥ ☎✑ ✠ ✛✄ ✌✄✄ ✎ ✄☎✆ ✘☎✘✄ ✎

✓✄✝✄ ✌✎✄✝ ✁✍✡✒✏ ✂ ✒✄✡☎✆ ✄✆ ☎✄✡ ☎✑ ✠ ✥☎✑✠ ✛✄ ✌✄✄ ✎ ☎✆ ✘☎✘✄ ✎ ✠✡☛✠☞☛✍ ✂✑✍✑ ✄✆

✓✄✂ ☎✑✍✝✍✡✒✒ ✠✂ ✍✡ ☛✍✡ ☎✂.

✧✕ ✤✍✡ ✘ ✠✆ ✠✡ ✆ ☛✂✄ ☛✍ ✒☎ ✒✍✂✄☞✄✡✢ ✘✄☎ ☛✠ ✚✍✝✁✌✁✏☞ ✁ ✍✡✒✄✛☎✄✡ ☎✑ ✠ ✥ ☎✑ ✠

✛✄ ✌✄✄ ✎ ☎✆ ✘☎ ✘✄ ✎ ✑ ✍✂✆ ✄ ✌✄ ✁✍✡ ✍✝☎ ☛☎ ✌✍✡ ✘ ✠✆ ✠✡ ✆ ☛✂ ✄ ☛✍ ✒☎ ✒✍✂✄ ☞✄✡ ✠✡ ☛✠ ☞

✌✍ ✌✍ ✗✄ ✎☞✄✡ ✁ ✍✂ ✌✄✆✄✝✄✎✄✡ ☞✍ ✌✄✡✠✆ ☎✄✄✡ ✘✄✡✒ ☛✍✝✄ ✎ ✓☎✂ ✠✌ ✠✆ ☞✄✡

✑✍✂ ✆✄ ✌✄. ★✏ ☞ ✠✆ ✓✄✂☎ ✁ ✍✡✓✄ ✌✁☎✡ ✒✄✡ ☎✡ ☎ ✄✓✄✝✄ ✎ ☛✍✂✑ ✍✑✄✆ ✡ ✘✄ ☎✑✠ ✥ ☎✑ ✠ ✛✄ ✌✄✄ ✎ ☎✆ ✘☎✘✄✎☛✍✂✎✄✓✄✁✑✍✝✍✡✒✒ ✠✂ ✍✡ ☛✍✡ ☎✂✓☎ ☞✍✝ ✠✂ ✄ ✎✄✡✚✄✝☎✛✠✓✄✡✕

✩✕ ✞✍✡ ✒✏ ✂ ✒✄✡☎✆ ✄✆ ☎✄✡ ✌✄✆ ✘✄✂✄ ☞✄ ☛, ☞✍✝✏ ✌✁✏☞ ✓☎✓✄ ✌✁ ☎✡ ✒☎ ✏✝✍ ✎ ✁ ✍✡✍✝☎ ☛☎ ✌✍ ✌✑✄✡✒✠✡ ✁✂✄ ✡✄ ☛✄-✁✂ ✄✡✄ ☛✄ ✆✏ ✆ ☎✄✝. ✪✄✝✄ ✌ ✎✄✝ ☎✡☎ ✌✍ ✌✍✂✝ ✠☞✄✡ ✌✄ ☞✆☎ ✌✄✝ ☞☎✡ ✍✂✛✄ ✘✄ ✡ ✒ ✑ ☎✄✆ ✄ ✓☎✝✄ ☞ ✠☞✄✡ ✫-✬ ✑✠✝✄✡ ✆✍ ☞✄✝☎. ✞✍✡ ✒✏ ✂ ✒✄✡☎✆ ✄✆ ☎✄✡ ✘✄✡✒ ✓☎ ✌✄ ☞✆ ✠✓ ✄✓✄✝✄ ✎ ✌✍✝✄ ☞ ✠☞✄✡ ✁ ✍✡✓✄ ✌✁ ☎✡✒✄✡

(50)

✯✰ ✱✲✳✴✵ ✶✴ ✷✴✸✴✵ ✴✸ ✹ ✺ ✻✲✷ ✼ ✽✴✾✴✵ ✿ ❀✴✸ ✵ ✺ ✴✸ ✹ ✺ ❁ ✲✳✴✸✼ ✸✴✵ ✻ ✲✷✼✽✴✾ ✴✵

✽✲✷✹✴❁ ✴ ❂✴✳ ✴❁ ❁ ✲❁ ✶✴✾✸ ✴✵ ❁ ✴ ✹✴✳✴✾ ✸ ✲❃✲✷ ✽✲✳✲✵❄ ❄✼ ✴✵ ❃✲✷ ✾✴❂✴✻

✷✲✵❃✲✵✺✷. ❅✲✳✴ ✺✵ ✺❃✼ ✿ ❁ ✲✳✴✸✼ ✸✴✵ ✻ ✷ ❆ ✹✲ ✹ ✻✲❁✽✲✳ ✴❇✴✷ ✴✵ ❂✺ ❈✲✳ ❆❁ ✻ ❆✸ ✻✲✵❄✴❇ ✺✴✵ ✺✽✼ ❉ ✺✽✼ ❇✴❁✴✴✾ ❊✺✹ ❀✺❀✴✾ ❂✴✵ ✵✴✵❃✺✵❀✴ ✴✸✴✵ ❁✼ ✵ ✶✼ ✳

✻✲❁✺❁✻✺✵ ✳ ❆✸✴✳ ✼✵❃✼✸ ❁ ✲✳✴✸✼ ✸✴✵ ✻ ✲✷✼ ✽✴✾ ✴✵ ❂✺ ❁ ✴ ✹ ❀✴✷✴✸ ✴❃ ❃✲✷✼❃✴❁✴

❁✴ ✹ ❀✴✷ ✴✸✴❃❈✲✳✼✷✴✾ ✴✵❈✴✳ ✺❇✼❂✴✵✰

❋✰ ✱✲❁ ✽✴✵❄✼✵ ✻✼✹✴❃-✻✼✹✴❃ ✽✲✳✴❇✴✷ ❁ ✴ ✹ ❀✴✷✴✸ ✴❃, ●✼ ✹✴❃ ✽✲✳✴❇✴✷ ❁✲✷✼ ✻ ✴✸✴✵ ❁✲❂✺✴ ✸ ❆❁✼ ✵ ✺✸ ✴ ✹ ✺, ✷ ✺ ✹✲❃, ❂✺✹✸✼✹ ✺, ❂✴✵ ✹✲❄✴✳✴ ✴ ✹✻ ✲✸ ✼ ✵❃✼ ✸ ❁✲✷✲✵✶✴✵ ✴✸✴✵ ✿ ❁ ✲✵❄❆✷❄✴✵ ✺✹ ✺✷ ❂✴✵ ❁✲❁ ✲ ✶✴✾✸ ✴✵ ✻ ✷ ❆ ✽✳✲❁ ✹ ❆✹ ✺✴✳. ❍✴✳ ✺✵ ✺ ✸✴✷✲✵ ✴ ❃✲✷✽✴✵❄✼ ✵✵❀✴ ✻✼✹✴❃-✻ ✼ ✹✴❃ ✽✲✳✴❇✴✷ ❁ ✲✷✼ ✻✴✸ ✴✵ ✹✴✳✴✾ ✹✴❃✼ ✽✼ ✸❃✺ ❁ ✼✵✶✼✳✵❀✴ ✻✷ ✴✵✴❃✴ ✽✴✷✼ ✹✲ ✽✴❄✴ ✺ ✴ ■✴ ✳ ✻✲ ✷✼ ✽✴✾✴✵ ❂✴✳✴❁

✸ ❆❁✼ ✵ ✺❃✴ ✹ ❁ ✴ ✹ ❀✴✷✴✸ ✴❃. ❏✲✷ ✹✴❁✴ ❁ ✴ ✹ ❀✴✷ ✴✸✴❃ ✻ ✼ ✹✴❃ ❉✻✼✹✴❃ ✽✲✳✴❇✴✷ ❂✺■✼ ❇✼❂✸✴✵ ❂✴✳✴❁ ✸ ❆❁✼ ✵ ✺❃✴ ✹-✸ ❆❁✼✵✺❃✴ ✹ ✸✲✳ ❆❁✻❆✸ ✹✲ ✹✼✴ ✺ ❂✲✵❄✴✵ ✷✴❄✴❁ ✻❆❃✲✵✹ ✺ ❂✴✵ ✸✲ ✽✼❃✼ ✾✴✵ ❁ ✴ ✹ ❀✴✷✴✸ ✴❃. ❅✲✻✲✷❃✺ ✸ ✲✳ ❆❁ ✻ ❆✸ ✽✲✳✴❇✴✷ ✻✲✷ ✲❁ ✻✼ ✴✵ ✻✲❃✴✵ ✺, ✸✲✳ ❆❁✻❆✸ ✻ ✲✷✲❁ ✻✼ ✴✵ ✻ ✲✵❄✷✴❇ ✺✵ ✿ ✸✲✳ ❆❁✻❆✸ ❃✴✵✺, ✸✲✳ ❆❁✻❆✸✻ ✲❁✼❂✴, ❂✴✵ ✹✲ ✽✴❄✴ ✺✵❀✴. ❈✲✳ ❆❁ ✻ ❆✸❃✺❂✴✸✾✴✷ ✼ ✹❂✴✳✴❁✹✸✴✳✴ ✽✲ ✹✴✷, ❃✲❃✴✻ ✺ ❀✴✵❄✻ ✲✵❃✺✵❄✴❂✴✳✴✾✸ ✲✳ ❆❁ ✻ ❆✸❁ ✲❁ ✺✳✺✸✺✴✵❄❄❆❃✴❃✲❃✴✻❂✴✵ ✸✲❄✺✴❃✴✵ ✽✲✳✴❇✴✷ ✽✲✷❇✴✳✴✵ ❂✲✵❄✴✵ ✷✼❃✺✵ ❂✴✵ ❃✲✷✲ ✴✳ ✺✹✺✷ ❂✴✳✴❁ ✸ ✲❄✺✴❃✴✵

❀✴✵❄ ❃✲✷ ✻✷ ❆❄✴❁, ❃✲✷✲✵✶✴✵✴, ❂✴✵ ❃✲✷✲ ❑✴✳✼✴ ✹ ✺. ▲✲✵❄✴✵ ❂✲❁✺✸ ✺✴✵ ✸✲✳ ❆❁✻❆✸ ✽✲✳✴❇✴✷ ❁✲✷ ✼✻ ✴✸✴✵ ❁ ❆❃❆✷ ✻✲✵❄❄✲✷✴✸ ❁✴ ✹ ❀✴ ✷✴✸ ✴❃ ✼✵❃✼✸

❁✲✳✴✸ ✼✸ ✴✵✴✸✹ ✺✻✲ ✷✼ ✽✴✾✴ ✵✰

(51)

❚ ❯❚ ❱❲❳. ❨❩❬❭❲❚ ❲❬ ❪❲ ❫ ❲ ❴❲❚ ❵❲❚ ❱❳ ❬❱❚ ❩ ❴, ❛❬ ❯❚ ❩❚ ❛❩❜ ❝❩❳❲❞❲❬❲ ❫ ❜ ❲❚ ❡❲❬ ❲❪❲ ❴

kecamatan agar Kelurahan Kalijudan ini bisa menjadi Kelurahan

percontohan pemberdayaan perempuan untuk kelurahan lain.

Adapun jadwal pendampingan dapat dijelaskan dalam tabel berikut :

(52)

(Participatory

Wilayah pendampingan yang menjadi tempat pendampingan

(53)

Alasan memilih wilayah tersebut karena kelurahan Kalijudan merupakan

letak Kelompok ibu ibu jamaah Aisyiyah yang terbelenggu oleh rentenir.

Subyek pendampingan dalam penelitian ini adalah peneliti dan juga ibu

ibu jamaah Aisyiyah Kelurahan Kalijudan. Jumlah anggota dari Kelompok

yang menjadi subyek penelitian pendampingan ada 30 orang.

D.e❹❺i Pegupul❼❺ D❼❽ ❼

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah

mengguanakan metode PRA (Participatory Rural Apraisal). Secara umum

PRA adalah sebuah metode pemahaman lokasi dengan cara belajar dari,

untuk, dan bersama masyarakat. Hal ini untuk mengetahui, menganalisa,

dan mengevaluasi hambatan dan kesempatan melalui multi-disiplin dan

keahlian untuk menyusun informasi dan pengambilan keputusan sesuai

dengan kebutuhan masyarakat.

Pendekatan PRA merupakan teknik untuk merangsang partisipasi

masyarakat peserta program dalam berbagai kegiatan, mulai dari tahap

analisa sosial, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, hingga perluasan

program. RPA sangat membantu dalam memahami dan menghargai

keadaan dan kehidupan di lokasi atau wilayah secara lebih mendalam.21

Guna memperoleh data yang sesuai dengan lapangan maka

pendamping dengan masyarakat akan melakukan sebuah analisis bersama.

(54)

1. Wawancara semi terstruktur

Wawancara semi terstruktur adalah penggalian informasi berupa

tanya jawab yang sistematis tentang pokok-pokok tertentu. Pelaksanaan

tanya-jawab mengalir seperti dalam percakapan sehari-hari. Wawancara

biasanya berjalan lama dan seringkali dilanjutkan pada kesempatan

berikutnya.22Wawancara semi terstruktur sejatinya ialah wawancara yang

bersifat informal, diskusi yang santai mengenai topik yang telah

ditentukan sebelumnya.

2. Mapping (pemetaan)

Mapping atau pemetaan wilayah untuk menggali informasi yang

meliputi sarana fisik dan kondisi sosial dengan menggambarkan kondisi

daerah sekitar kelurahan secara umum dan menyeluruh. Meliputi data

geografis, luas wilayah kelurahan, luas wilayah pemukiman, dan luas

wilayah pekarangan bersama-sama dengan masyarakat.

3. Focus Group Discussion (FGD)

Melakukan analisa data melalui beberapa teknik yang ada di atas

maka pendamping bersama dengan masyarakat melakukan sebuah diskusi

bersama untuk memperoleh data yang valid, sekaligus sebagai proses

inkulturasi dan pengorganisiran. FGD yang akan dilaukan, partisipan atau

informan tidak sebatas berdiskusi dalam posisi duduk, melainkan bisa

berdiskusi dalam dinamika tertentu dengan menggunakan alat kerja

tertentu.

22Lexy J Moleong,

➄ ➅➆➇ ➈➇ ➉➇ ➊ ➋➌ ➅➍ ➅➉ ➋➆ ➋➎ ➍➏➐➎➉ ➋➆➎➆➋ ➑➒(Bandung: Remaja Rosdakarya), 1989 hal.

(55)

4. Survey belanja rumah tangga

Survey belanja rumah tangga atau SRT yakni meneliti anggaran

belanja rumah para keluarga. Berapa penghasilannya dan berapa

pengeluarannya serta berapa perbandingannya antara biaya yang keluar

untuk konsumsi dengan biaya kebutuhan sehari-hari lainnya.

5. Teknik Validasi Data

Menurut H.B Sutopo menyatakan validitas merupakan data yang

telah berhasil digali, dikumpulkan dan dicatat dalam kegiatan penelitian,

harus diusahakan kemantapan dan kebenarannya.23 Prinsip metodologi

PRA untuk mengcross check data yang diperoleh dapat melalui

triangulasi. Triangulasi adalah suatu sistem crosscheck dalam pelaksanaan

teknik PRA agar memperoleh informasi yang akurat. Hal yang perlu

diketahui mengenai triangulasi, yaitu:24

a. Triangulasi komposisi TIM

Tim dalam PRA terdiri dari berbagai multidisiplin.

Pengertian dari multidisiplin adalah mencakup berbagai orang yang

berbeda-beda serta melibatkan masyarakat tanpa memandang kelas

atau gender sehingga semua ikut terlibat.

b. Triangulasi alat dan teknik

Pelaksanaan di lapangan selain dilakukan observasi

langsung terhadap lokasi atau wilayah, juga perlu melakukan

interview dan diskusi dengan masyarakat setempat dalam

(56)

memperoleh informasi. Bentuk dari hasil tersebut dapat berupa

tulisan maupun diagram.

c. Triangulasi keragaman sumber informasi

Informasi yang dicari termasuk kejadian-kejadian penting

serta mengetahui proses keberlangsungannya sedangkan informasi

dapat pula diperoleh dari masyarakat atau dengan melihat kejadian

langsung ke tempat atau lokasi.

6. Teknik Analisa Data

Memperoleh data yang sesuai dengan dilapangan, maka Peneliti

melakukan analisis masalah bersama dengan subyek pendampingan yakni

anggota dari Kelompok jamaah Aisyiyah. Hal tersebut digunakan untuk

mengetahui permasalahan yang dihadapi oleh kelompok. Adapun teknik

analisis data yang dilakukan yakni:

a. Trend and Change (Bagan Perubahan dan Kecenderungan)

Besarnya perubahan hal-hal yang diamati, dapat diperoleh

gambaran adanya kecenderungan umum perubahan yang akan

berlanjut di masa depan. Misalnya, kepemilikan usaha, hutang, dan

kebutuhan mendesak, dan jumlah pendapatan tiap bulan dari hasil

kerja dan usaha.

b. Kalender Musim

Kalender harian digunakan untuk mengetahui kegiatan

utama, masalah, dan kesempatan dalam siklus tahunan yang

(57)

menunjukkan kebutuhan mendesak maupun terencana di tiap

tahun, musim pendidikan pada tiap tahun, penghasilan dan

pemasukan tiap musiam.

c. Kalender Harian

Kalender harian akan melihat pola pembagian watu atau

kegiatan sebuah keluarga dalam waktu sehari-hari. Kalender harian

ini dapat melihat pola kehidupan masyarakat seperti waktu bekerja,

waktu melakukan pekerjaan rumah tangga, waktu istir jahat, dan

lainnya.

d. Penelusuran Sejarah

Penelusuran sejarah atau timeline adalah teknik

penelusuran alur sejarah suatu masyarakat dengan menggali

kejadian penting yang pernah dialami pada alur waktu tertentu. Hal

ini dapat menelusuri sejarah keberadaan rentenir dan kebiasaan

berhutang ke rentenir sehingga dapat diketahui perkembangannya

dari masa ke masa.

e. Diagram Venn

Diagram venn ini akan dapat melihat keterkaitan antara satu

lembaga dengan lembaga lainnya, semisal antara jamaah Aisyiyah

dengan aparat kelurahan, dengan Pengurus Ranting Aisyiyah dan

dengan dinas tertentu yang masih berkaitan agar masyarakat paham

(58)

f. Diagram Alur

Diagram alur akan menggambarkan arus dan hubungan

antara semua pihak yang terlibat sehingga membentuk sistem. Hal

ini akan melihat alur dalam peminjaman uang ke rentenir sehinga

mengetahui alur keterbelengguan ibu ibu jamaah Aisyiyah oleh

rentenir.

g. Analisis Pohon Masalah dan Pohon Harapan

Teknik untuk menganalisis dari akar permasalahan yang

akan dipecahkan bersama masyarakat dan sekaligus program apa

yang akan dilalui, pohon harapan adalah impian ke depan dari hasil

(59)

BAB IV

MENEROPONG KELURAHAN KALIJUDAN DAN AISYIYAH

KALIJUDAN

A. Letak Geografis

Kelurahan Kalijudan merupakan salah satu Kelurahan yang terletak

dalam wilayah Kecamatan Mulyorejo Kota Surabaya. Dengan latar

belakang sejarah, penamaan kalijudan berasal dari dua suku kata yaitu kali

yang berarti sungai atau lebih tepatnya got berukuran besar dan pandan

yaitu salah satu dari tumbuhan yang berwarna hujau dan beraroma harum

biasanya untuk campuran santan. Kalijudan yang dari depan sampai

belakang kelurahan diikuti oleh kali dan banyak tumbuhan pandannya

sehingga disebut dengan Kalijudan.25 Dari pusat kota dibutuhkan sekitar 20

menit dengan jarak 6 km saja untuk bias sampai ke Kelurahan Kalijudan.

Kelurahan Kalijudan mempunyai luas 131,354 Hektare dan mempunyai

batas daerah sebagai berikut :

 Sebelah Utara :Kelurahan Gading, Kecamatan Tambaksari

 Sebelah Timur :Kelurahan Dukuh Sutorejo, Kecamatan

Mulyorejo

 Sebelah Selatan :Kelurahan Mulyorejo, Kecamatan Mulyorejo

(60)

Sedangakan RW yang ada di Kelurahan Kalijudan ada 8 RW dan

36 RT dengan pembagian sebagai berikut:

 RW 1: 4 RT

 RW 2: 64 RT

 RW 3: 8 RT

 RW 4: 3 RT

 RW 5 : 4 RT

 RW 6 : 5 RT

 RW 7 : 5 RT

 RW 8 : 3 RT

Dari data diatas menunjukkan bahwa Kelurahan Kalijudan adalah

Kelurahan yang besar luas wilayahnya. Tidak hanya besar wilayahnya

namun juga pembagian wilayah yang banyak terlihat dari jumlah RW dan

RT yang ada di Kelurahan Kalijudan

B. Kependudukan

Kelurahan Kalijudan dengan luas wilayahnya yang besar

mempunyai jumlah penduduk yang tidak sedikit yaitu 13.918 orang dengan

rincian laki laki berjumlah 7006 orang dan perempuan berjumlah 6912

orang dengan 3.689 KK yang ada di Kalijudan. Jika jumlah penduduk kita

bagi dengan luas wilayah Kelurahan Kalijudan maka hasilnya

(61)

Kelurahan Kalijudan maka hasilnya 35,61 /KK. Dari data tersebut terlihat

sekali bahwa Kelurahan Kalijudan tergolong Kelurahan yang padat.

C. Kondisi Ekonomi, Pendidikan, Kesehatan dan Agama

Data Ekonomi dari profil kelurahan dijelaskan dengan diagram :

Diagram 4.1

Sumber : diolah dari data kelurahan Kalijudan

Dari data diagram diatas menunjukkan bahwa presentasi paling

banyak adalah belum bekerja. Rata rata belum bekerja karena masih

pelajar dan mahasiswa, namun ada juga yang pengangguran. Selain itu, dari

data tersebut dijelaskan bahwa pedagang atau wirausaha di Kalijudan

sangatlah banyak. Sekitar 6 persen atau 807 orang di Kalijudan bermata

pencaharian sebagai pedagang. Kelompok inilah yang sangat rawan

terbelenggu oleh rentenir karena membutuhkan modal untuk mengawali

(62)

Selanjutnya adalah data pendidikan terakhir masyarakat dan sarana

pendidikan yang ada di kalijudan dengan rincian :

Tabel 4.1

Sumber : diolah dari data kelurahan Kalijudan

Dari data diatas menunjukkan bahwa penduduk Kalijudan mayoritas

lulusan SMA, meskipun banyak juga yang hanya lulusan SD. Namun juga

sudah banyak yang menempuh pendidikan di perguruan tinggi dengan

jumlah 1.166 orang, tidak hanya S1 namun s2 juga sudah ada berjumlah 16

orang. Namun yang miris yaitu jumlah penduduk yang tidak sekolah yaitu

2.903 orang. Hal ini mempengaruhi pengetahuan dan kesadaran penduduk

(63)

Tabel 4.2

No Sarana Pendidikan Negeri Swasta

1 Kelompok Bermain 2 0

2 Taman Kanak kanak 5 2

3 Sekolad Dasar 2 0

4 SMP/SLTP 0 1

5 SMA/SLTA 0 2

6 Imstitut/ Perguruan Tinggi/

Universitas

0 1

Sumber : diolah dari data kelurahan Kalijudan

Dari data diatas menunjukkan bahwa sarana pendidikan di Kalijudan

sangatlah memadai dan lengkap mulai dari kelompok bermain sampai

perguruan tinggi. Meskipun sarana pendidikan tersebut tidak semua dibawah

oleh pemerintah namun juga ada yang dikelola oleh swasta. Akses menuju

sarana pendidikan tersebut juga mudah karena jalan raya dan jalan kampong

yang sudah beraspal.

Adapun sarana kesehatan yang ada di kalijudan yaitu :

Tabel 4.3

Sarana

Kesehatan

Apotik 1

Posyandu 13

Puskesmas 1

(64)

Dari data di atas menunjukkan bahwa sarana kesehatan di kalijudan

sangatlah memadai. Dengan adanya took obat/apotek memudahkan

masyarakat dalam membeli obat. Dan dengan adanya Posyandu berjumlah

13 unit dengan per RW memiliki satu posyandu bahkan lebih memudahkan

masyarakat dalam memeriksa kesehatan anak dan bayi. Puskesmas kalijudan

sangat memadai juga dalam fasilitas dan pelayanannya, hal ini memudahkan

masyarakat dalam mengakses fasilitas kesehatan di Kalijudan.

Selanjutnya adalah data pemeluk agama di Kalijudan dijelaskan

dengan diagram :

Diagram 4.2

Sumber : diolah dari data kelurahan Kalijudan

Dari data diatas jelas sekali bahwa mayoritas penduduk Kalijudan

beragama islam dengan presentase 79% dari jumlah penduduk, hal ini

menunjukkan bahwa islam menjadi agama mayoritas di Kalijudan. Tidak

hanya itu saja, banyaknya sarana ibadah agama islam dengan jumlah masjid

10721; 77% 1925; 14%

750; 5% 432; 3%

96; 1%

AGAMA

(65)

6 unit dan mushala berjumlah 10 unit. Sedangkan agama lain yang

mempunyai sarana ibadah yaitu agama Kristen dengan gereja berjumlah 6

unit. Sedangankan sarana ibadah bagi pemeluk agama katolik, hindu dan

budha tidak ada di Kalijudan. Ormas yang ada di Kalijudan pun hanya ada

dua dan keduanya adalah ormas islam yaitu Nahdhatul Ulama (NU) dan

Muhammadiyah. Hal ini menunjukkan bahwa agama islam besar dan

berkembang di Kalijudan.

D. Sejarah dan Peran Aisyiyah di Kalijudan

Jika melihat dari sejarah berdirinya, tepat pada tahun 1978

Muhammadiyah di Kalijudan berdiri begitu juga Aisyiyah mengikutinya.

Didirikan oleh Almarhum Pak Mansur dan Pak Muda. Ketua pertama dari

Aisyiyah adalah Ibu Nurhayati. Awal berdirinya Aisyiyah hanya

mengadakan pengajian pengajian ibu ibu di Kalijudan.

Latar belakang berdirinya Aisyiyah di Kalijudan bisa dibagi dalam

dua faktor, faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internalnya yaitu

pengembangan dakwah Muhammadiyah di Kalijudan karena belum adanya

basis dakwah Muhammadiyah di Kalijudan. Dan faktor eksternalnya yaitu

Karena kalijudan menjadi tempat molimo kemaksiatan, dan yang paling

parah adalah minum minuman keras dan berjudi. Kalijudan juga ketika itu

menjadi basis PKI, masyarakat abangan dan Kristenisasi. Adanya

kristenisasi terbukti dengan berdirinya sekolah Kristen dan widya mandala

(66)

Meskipun awal berdirinya Muhammadiyah dianggap sebagai agama

baru karena berbeda dengan ajaran lama, namun semakin lama

Muhammadiyah mampu diterima oleh Masyarakat dengan aktifnya

pengajian rutin di masjid masjid Kalijudan, berdirinya PAUD dan TK

Aisyiyah, dan santunan rutin kepada fakir, miskin, dan anak yatim melalui

wadah baitul maal. Terhitung hingga sampai saat ini asset baitul maal

berjumlah Rp 27.000.000.

Adapun peran Aisyiyah terhadap permasalahan keterbelengguan

terhadap rentenir pernah dilaksanakan Tahun 2000. Muhammadiyah dan

Aisyiyah memberikan pinjaman tanpa bunga untuk sekitar 10 masyarakat di

Kalijudan. Namun hanya bertahan tidak sampai 1 tahun karena banyak yang

tidak mengembalikan pinjaman tersebut. Penyebabnya ialah karena

kurangnya tenaga teknis yang mau turun lapangan. Sistem pinjaman

tersebut hanya membuka untuk siapa saja yang mau meminjam dan

menunggu untuk dikembalikan. Hal tersebut karena kurang tertatanya

manajemen pinjaman tanpa bunga tersebut.27

(67)

BAB

Dari penjelasan yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa Kalijudan

berada di pinggir Kota Surabaya namun berdekatan dengan tempat wisata pantai

Kenjeran. Mayoritas ibu ibu jamaah Aisyiyah bekerja sebagai pedagang

makanan dan usaha kecil lainnya. Sumirah yang berumur 54 tahun, warga asli

kalijudan yang sudah tinggal di wilayah ini

sejak lahir sampai mempunyai anak dua

putra dan dua putri. Sumirah tinggal di

rumah berukuran 4X10m, rumah yang

lumayan besar namun sayangnya hanya

rumah pinjaman dari saudaranya yang

sedang tinggal di luar jawa, dia tinggal

bersama dengan suami dan anak-anaknya.

Sumirah bekerja sebagai penjual makanan

kerupuk kupang dan petis kupang.

Sedangkan suaminya Abdul Kahar bekerja sebagai pencari kupang di laut

Kenjeran. Anak yang pertama sampai ketiga sudah menikah dan mempunyai

keluarga sendiri sendiri sedangkan anak keempat sekaligus terakhir yang

berjenis kelamin laki laki menjadi seorang pengganguran. Anak yang terakhir

(68)

beban tanggung jawab orang tuanya, sumirah dan suaminya yang hanya lulusan

SD mau tidak mau harus bekerja keras untuk mencari nafkah dalam bertahan

hidup.

Dalam satu hari untuk konsumsi keluarga bisa menghabiskan uang

Rp30.000,00 karena dalam waktu sehari bisa menghabiskan 1 kg beras dengan

harga satu kilogramnya Rp10.000,00 sedangkan untuk lauk-pauk, sayur, bumbu,

dan keperluan masak lainnya menghabiskan Rp30.000,00. Sedangkan untuk jajan

anak sehari di rumah bisa mengeluarkan uang sebanyak Rp20.000,00. Sumirah

yang juga memiliki penyakit asma yang sering kambuh biasanya menghabiskan

biaya dalam berobat sekitar Rp250.000. Untuk biaya modal membuat lalu

berjualan kerupuk kupang dan petis kupang kira kira tiap bulannya

membutuhkan modal sekitar Rp3.000.000. Jika kerupuk kupang dan petis

Sumirah laris setiap bulannya bisa mendapatkan pemasukkan sekitar

Rp4.000.000, pemasukkan yang lumayan besar namun selalu kurang dikarenakan

keutnungan dari oenjualan tersebut digunakan untuk kebutuhan sehari hari dan

membayar bunga 20% dari pinjaman modal awal . Jika biasannya sumirah

meminjam Rp3.000.000 tiap bulannya maka harus mengembalikan pinjamannya

sebesar Rp3.600.00 dengan tambahan bunga sebesar Rp600.000. Jadi yang

harusnya Sumirah mendapatkan keuntungan dari penjualan barang dagangnya

namun hasil akhirnya menunjukkan ibu sumirahrugi karena keuntungan

digunakan untuk membayar bunga tamnbahan dari pinjaman modal awal.28

Selain keluarga Sumirah, ada pula warga asli Kalijudan yang hingga kini

masih tinggal di sana yaitu keluarga Lutiana (37 tahun) yang bekerja sebagai

penjual lontong kupang keliling. Lutiana memiliki dua orang putra, putra

Gambar

Gambar 1.1bernama budiman berumur 40 tahun tinggal
Gambar 1.1bernama budiman berumur 40 tahun tinggal
NTabel 3.1NamaPelaksanaan (Mingguan)
  Tabel 4.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

belum memberikan perubahan yang signifikan dalam penanggulangan terorisme di Indonesia, maka program deradikalisasi perlu diperluas lagi, dari yang hanya menyentuh

Sejak dimulainya program bank sampah tahun 2011 hingga saat ini jumlah bank sampah yang berada di kota Surakarta kurang lebih 100 Bank Sampah namun yang terdata secara

Dari tabel 4.3, dapat disimpulkan bahwa ketuntasan belajar secara klasikal pada test awal (pre test) yaitu 23,33% digolongkan dalam kriteria masih rendah

Contoh konkret pelanggaran lalu lintas yang terjadi karena dipicu oleh emosi antara lain sering dijumpai saat antrean lampu lalu lintas yang panjang, pengendara di belakang

Pemilihan narasumber berpijak pada pengalaman, kemampuan, dan penguasaan materi. Adapun beberapa narasumber yang dipilih oleh peneliti adalah sebagai berikut. 1) Trustho,

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Widhayati (2009) yang menunjukkan bahwa sesudah pendidikan gizi ada pengaruh pada tingkat kecukupan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik repair mortar dengan berbahan tambah polimer untuk perbaikan beton khususnya ditinjau dari nilai

Hal ini tidak sejalan menurut teori Engel dalam fungsi memelihara atau mengasuh (nurturing) 60 bahwa proses pastoral ini adalah tugas utama Gereja khususnya pelayan