BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kalijudan sebagai salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Mulyorejo Kota Surabaya mempunyai 6 RW yang mayotitas penduduknya beragama islam. Kelurahan kalijudan berada di pinggiran kota Surabaya bersebelahan dengan kelurahan Ploso dan kelurahan Mulyorejo. Tiga kelurahan tersebut menjadi basis kegiatan agama dari dua organisasi islam besar yang berada di Indonesia yaitu Muhammadiyah dan Nahdhatul Ulama. Pengajian pengajian agama sangat rutin terlakana di masjid masjid yang berada di Kalijudan. Hampir setiap minggu sekali kelompok pengajian dari dua ormas tersebut aktif melaksanakan pengajian agama. Muhammadiyah sebagai organiasi islam terbesar di Kelurahan kalijudan khususnya yang sangat aktif melaksanakan kegiatan soial, agama dan pengajian agama secara rutin.
Aisyiyah untuk kemajuan kaum perempuan berada dalam agenda pembaharuan Muhammadiyah.1 Dalam AD/ART Muhammadiyah organisasi otonom ialah satuan organisasi di bawah Muhammadiyah yang memiliki wewenang mengatur rumah tangganya sendiri, dengan bimbingan dan pembinaan oleh Pimpinan Muhammadiyah.2 Aisyiyah sebagai organisasi islam yang bergerak di kalangan komunitas perempuan pun juga sangat aktif melaksanakan kegiatan keagamaan terkhusus pengajian rutin.
Aisyiyah didirikan berdasarkan cita cita K.H Ahmad Dahlan menggerakan perempuan islam untuk bermanfaat di kalangan kaum perempuan di Indonesia, seperti yang dikutip dari buku Gerakan Muhammadiyah Memurnikan Ajaran Islam di Indonesia. Semua kebutuhan keagamaan dari wanita dapat dipenuhi dan diusahakan oleh para wanita sendiri. Seperti mengajar agama kepada wanita lain, mendidik anak anak menulis karangan karangan yang berguna bagi wanita, memandikan mayat wanita dan segala sesuatu yang dapat memperbaiki keadaan manusia dan dapat dilaksanakan oleh wanita.3
Di Kalijudan sendiri Aisyiyah telah berdiri sejak tahun 1980 dengan kegiatan awalnya adalah pengajian pengajian agama di masjid masjid yang ada di kelurahan Kalijudan. Semakin berjalannya waktu
1Amelia Fauzia dkk,Tentang Perempuan Islam : Wacana dan Gerakan,(Jakarta : Gramedia Pustaka Utama), 2004, hal. 6.
2Pimpinan Pusat Muhammadiyah,Anggaran Dasar dan Rumah Tangga Muhammadiyah, (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah), 2010, hal. 16.
Aisyiyah di Kalijudan semakin berkembang sampai sekarang mempunyai amal usaha yaitu Taman Kanak Kanak Asiyiyah Bustanul Athfal 47 Surabaya. Namun untuk pemberdayaan ekonomi Aiyiyah Kalijudan sangatlah kurang. Di dalam Aisyiyah bagian ekonomi harusnya mempunyai amal usaha yang biasa diberi naman Badan Usaha Ekonomi Keluarga Aisyiyah (BUEKA) yang bagian bagiannya meliputi :4
1. Pendidikan ketrampilan melalui pengajian. 2. Pengkoordinasian hasil usaha/produksi anggota. 3. Penjualan produksi (pemasaran).
4. Sewa menyewa dan simpan pinjam. 5. Pelatihan manajemen usaha.
Adapun di dalam Aisyiyah yang dimaksud dengan Jamaah Aisyiyah bukan pengurus Aisyiyah namun adalah jamaah atau partisipan dari Aisyiyah yaitu orang yang mengikuti kegiatan dan program Aisyiyah sekaligus shalat berjamaah di Masjid Muhammadiyah. Program Aisyiyah dalam hal ekonomi bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan keluarga. Maka harusnya kelompok pengajian ibu ibu jamaah aisyiyah tidak hanya menjadi organisasi formal saja namun juga menjadi komunitas tersendiri di dalam masyarakat kelurahan Kalijudan. Pengajian pengajian yang dilaksanakan oleh aisyiyah seharusnya menjadikan para jamaahnya melakukan yang diperintahkan oleh Allah dan menjauhi sesuatu yang dilarang oleh Allah. Namun para anggota pengajian
aisyiyah masih banyak yang menggunakan jasa rentenir yang ada di kelurahan Kalijudan dalam meminjam uang. Hal ini sangat bertolak belakang dari tujuan pengajian aisyiyah tersebut.
Rentenir menurut KBBI mempunyai arti orang yang mencari nafkah dengan membungakan uang; tukang riba; pelepas uang; lintah darat. Rentenir dalam prakteknya sangatlah merugikan dan membelenggu para korban Karena hutang yang harus dibayar bernilai lebih dibanding dengan hutang awal. Di Kalijudan model pinjaman uangnya adalah adanya tambahan bunga setiap hari. Mayoritas ibu ibu jamaah Aisyiyah meminjam uang di rentenir disebabkan untuk modal usaha. Ibu ibu jamaah Aisyiyah banyak yang memiliki usaha kecil atau berdagang seoerti berjualan lontong kupang, kerupuk, sayur, dll. Hal tersebut yang mendorong ibu ibu jamaah Aisyiyah untuk meminjam uang di rentenir meskipun bunga dari pinjaman tersebut hitungannya setiap hari.
Sebagai salah satu contoh kasus yang paling parah yaitu keluarga Lusiana. Lusiana wanita yang berumur 34 tahun mempunyai suami bernama budiman berumur 40 tahun tinggal di rumah sekitar 4x10m. Rumah mereka yang hanya berdinding triplek dan beratap asbes namun di dalamnya hidup pasangan suami istri dengan tiga anak laki lakinya. Anak pertama yang masih duduk di bangku SMP, anak kedua duduk di bangku SD, dan anak
terakhir yang masih balita atau berumur 3,5 tahun mempunyai kebutuhan sekolah dan kebutuhan lainnya yang sangat banyak. Contohnya seperti kebutuhan SPP sebesar Rp100.000 ditambah uang jajan sekolah Rp35.000 seharinya membuat Lusiana bekerja keras dalam mencari nafkah. Suaminya yang bekerja sebagai montir di salah satu bengkel di Kalijudan hanya mamou menghasilkan gaji sebesar Rp3.000.000 perbulannya. Lusiana yang baru saja membuka warung makan kecil pemberian dari walikota di daerah wisata mangrove sangat membutuhkan modal besar di setiap bulannya karena kebutuhan keluarga mereka yang cukup besar.
sejumlah Rp5.000.000 dengan bunga Rp1.000.000 perbulannya. Lusiana tidak mampu membayarnya hingga 5 bulan sehingga bunga yang harus dibayar Lusiana sekeluarga berjumlah Rp5.000.000 atau 100% persen dari uang yang Lusiana pinjam. Lusiana sangat menyesal dengan pilihannya tersebut, namun bagaimanapun juga Lusiana tidak memiliki pilihan lain selain meminjam uang di rentenir untuk kebutuhan sehari hari dan modal berjualannya.
Dalam agama sangat jelas bahwa riba dalam proses hutang piutangnya berhukum haram. Seharusnya ibu ibu jamaah Aisyiyah yang rutin melaksanakan pengajian agama faham bahwa berhutang di rentenir sangatlah merugikan dan dilarang oleh agama. Maka harus ada perubahan social pada ibu ibu jamaah Aisyiyah yaitu terbebas dari belenggu rentenir atau bertaubat dalam bahasa agama islam.
Orang orang sangat membutuhkan peringatan yang direiakkan kepada mereka, agar mereka tersadar dari keadaan mabuk, bangun dari tidur mereka, kembali pada petunjuk Allah dan bertobat kepada-Nya. Sebelum dating suatu hari ketika tidak bermanfaat harta ataupun anak anak pada hari tersebut. Hanya ada satu orang yang akan disambut oleh Allah, yaitu orang yang dating dengan membawa hati yang bersih.5Karena meminjam uang dengan bunga/riba selain merugikan diri sendiri termasuk perbuatan dosa juga maka harus ada perubahan agar terbebas dari belenggu rentenir.
Hal tersebut yang menjadikan peneliti tertarik untuk meneliti serta mendampingi ibu ibu jamaah Aisyiyah dalam mengurai keterbelengguan dan membebaskan mereka dari rentenir.
B. Rumusan Masalah
Surabaya, yang memiliki potensi dan asset yang dapat diberdayaan untuk mengatasi masalah yang ada. Dengan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apa faktor dan latar belakang problem keterbelengguan ibu ibu jamaah Aisyiyah Kelurahan Kalijudan terhadap rentenir?
2. Bagaimana strategi pengorganisasian Ibu ibu jamaah Aisyiyah Kelurahan Kalijudan dalam mengentaskan belenggu rentenir?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui faktor dan latar belakang problem keterbelengguan ibu ibu jamaah Aisyiyah Kelurahan Kalijudan terhadap rentenir.
2. Menemukan strategi pengorganisasian Ibu ibu jamaah Aisyiyah Kelurahan Kalijudan dalam mengentaskan belenggu rentenir?
D. Sistematika Pembahasan
Laporan penelitian ini penulis sajikan dalam beberapa bab dengan sitematika sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN TERKAIT
Bab ini berisi penjelasan tentang pembahasan dalam prespektif teoritis, penulis menyajikan hal hal kajian kepustakaan konseptual yang menyangkut tentang pembahasan dalam penelitian. Penulis memaparkan teori yang berkaitan dengan tema masalah yang sedang diteliti, yakni konsep masyarakat atau komunitas. Selain itu juga berisi konsep tentang konsep pemberdayaan masyarakat. BAB ini juga memaparkan penelitian terkait yang sebelumnya guna sebagai bahan pembelajaran dan bahan acuan untuk penulisan ini. Serta juga kaitannya dengan riba dalam islam. BAB III : METODE PENELITIAN
Pada bab ini disajikan untuk mengurai paradigma penelitian sosial yang bukan hanya membahas masalah sosial secara kritis dan mendalam, akan tetapi melakukan aksi berdasarkan masalah yang terjadi di lapangan secara partisipasi. BAB ini juga berisi tentang metode apa yang akan digunakan untuk melakukan pendampingan. Membahas tentang pendekatan yang digunakan, prosedur penelitian pendampingan, wilayah dan subyek pendampingan, teknik pengumpulan data, teknik validasi data, dan teknik analisa data.
BAB IV : MENEROPONG KELURAHAN KALIJUDAN DAN AISYIYAH KALIJUDAN.
serta pola agama dan kebudayaan di Kelurahan Kalijudan. Sekaligus profil Jamaah Aisyiyah sebagai kelompok agama di kelurahan Kalijudan. Hal ini berfungsi untuk mendukung tema yang diangkat serta melihat gambaran umum realitas yang terjadi di dalam obyek penelitian.
BAB V : MENGGURAI BENANG KUSUT KETERBELENGGUAN IBU IBU JAMAAH AISYIYAH TERHADAP RENTENIR.
Peneliti menyajikan tentang realita dan fakta yang lebih mendalam, sebagai lanjutan dari latar belakang yang disajikan dalam BAB I. BAB ini terdapat uraian tentang kehidupan ibu ibu jamaah Aisyiyah, serta relasi kuasa antara ibu ibu jamaah Aisyiyah dengan rentenir. Hal ini sebagai analisis problem yang berpengaruh pada aksi yang akan dilakukan.
BAB VI : MENYATUKAN KEKUATAN UNTUK TERBEBAS DARI KETERBELENGGUAN.
Di dalam BAB ini menjelaskan tentang proses-proses pengorganisasian masyarakat yang telah dilakukan, mulai dari proses inkulturasi hingga refleksi kemudian juga menjelaskan proses diskusi bersama masyarakat untuk menganalisis dari temuan masalah yang ada di lapangan.
BAB VII : MEMBEBASKAN BELENGGU MENATA
KEBERLANJUTAN.
BAB VIII : MEMBANGUN KOMUNITAS PEREMPUAN YANG BERDAYA DENGAN SPIRIT AGAMA.
Peneliti membuat catatan refleksi atas penelitian dan pendampingan dari awal hingga akhir. Berisi tentang perubahan yang muncul setelah proses pendampingan sang sudah dilakukan. Selain itu juga menceritakan catatan peneliti pada saat penelitian mendampingi Kelompok ibu ibu jamaah Aisyiyah sebagai bagian dari aksi nyata melalui metode penelitian partisipatif.
BAB IX : PENUTUP
Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial
(S.Sos)
Oleh
Syahrul Ramadhan B72213063
Dosen Pembimbing
Dr. H. Thayib, S.Ag., M.Si
197011161999031001
PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial
(S.Sos)
Oleh
Syahrul Ramadhan B72213063
Dosen Pembimbing
Dr. H. Thayib, S.Ag., M.Si
197011161999031001
PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
JAMAAH AISYIYAH DALAM PENGENTASAN MASYARAKAT DARI BELENGGU RENTENIR DI KELURAHAN KALIJUDAN SURABAYA.
Skripsi ini membahas tentang pengorganisasian ibu ibu jamaah Aisyiyah. Adapun fokus untuk riset dalam pemberdayaan ini adalah Ibu ibu jamaah Aisyiyah Kelurahan Kalijudan, Kecamatan Mulyorejo, Kota Surabaya, yang memiliki potensi dan asset yang dapat diberdayaan untuk mengatasi masalah yang ada. Dengan rumusan masalah yang pertama, apa faktor dan latar belakang problem keterbelengguan ibu ibu jamaah Aisyiyah Kelurahan Kalijudan terhadap rentenir?. Kedua, bagaimana strategi pengorganisasian Ibu ibu jamaah Aisyiyah Kelurahan Kalijudan dalam mengentaskan belenggu rentenir?. Tujuan dari pengorganisasian ini untuk memembebaskan ibu ibu jamaah Aisyiyah terhadap belenggu rentenir.
Penelitian untuk pemberdayaan ini, metode yang digunakan adalah metode Participatory Action Research(PAR). Pada dasarnya, PAR merupakan penelitian yang melibatkan secara aktif semua pihak-pihak yang relevan (stakeholders) dalam mengkaji tindakan yang sedang berlangsung (dimana pengamalan mereka sendiri sebagai persoalan) dalam rangka melakukan perubahan dan perbaikan ke arah yang lebih baik. Hal yang mendasari dilakukannya PAR adalah kebutuhan kita untuk mendapatkan perubahan yang diinginkan. Peneliti ingin membangun kesadaran bersama ibu ibu jamaah Aisyiyah agar bergerak bersama untuk terbebas dari belenggu rentenir.
Faktor penyebab keterbelengguan ibu ibu jamaah Aisyiyah adalah pertama, tidak adanya lembaga yang bekerja sama untuk meminjami pinjaman modal usaha tanpa bunga, sehingga ibu ibu jamaah Aisyiyah tidak mempunyai pilihan lain selain meminjam ke rentenir dengan bunga 20%/bulan. Kedua, tidak adanya kelompok usaha kecil menengah dan simpan pinjam di Aisyiyah untuk wadah pengembangan usaha ibu ibu jamaah Aisyiyah. Dalam prosesnya fasilitator dan ibu ibu jamaah Aisyiyah membentuk kelompok usaha kecil menengah Pena Surya untuk membangun kesadaran bersama dan melaksanakan program. Kelompok Pena Surya menjalin kerja sama dengan Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah dalam hal pinjaman modal usaha tanpa bunga ibu ibu jamaah Aisyiyah. Hasil dari program kerja sama dengan Lazismu Kota Surabaya dan pembentukan kelompok Pena Surya ditandai dengan ibu ibu jamah Aisyiyah tidak lagi meminjam uang ke rentenir.
COVER DALAM ...i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN PENGUJI .iii PERSYARATAN KEASLIAN ... iv
MOTTO v PERSEMBAHAN ...vi
ABSTRAK . ...viii
KATA PENGANTAR ...ix
DAFTAR ISI ..xi
DAFTAR TABEL .. ...xiv
DAFTAR BAGAN .. ..xv
DAFTAR DIAGRAM ..xvi
DAFTAR GAMBAR ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Sistematika Pembahasan ... 8
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN TERKAIT ... 12
A. Konsep Masyarakat atau Komunitas... 12
B. Konsep Pengorganisasian Masyarakat ... 13
E. Penelitian Terkait ... 17
BAB III METODE PENELITIAN... 22
A. Pendekatan Penelitian untuk Pemberdayaan... 22
B. Prosedur Penelitian Pendampingan... 23
C. Wilayah dan Subyek Pendampingan... 27
D. Teknik Pengumpulan Data... 28
BAB IV MENEROPONG KELURAHAN KALIJUDAN DAN AISYIYAH KALIJUDAN ... 34
A. Letak Geografis ... 34
B. Kependudukan... 35
C. Kondisi Ekonomi, Pendidikan, Kesehatan dan Agama ... 36
D. Sejarah dan Peran Aisyiyah di Kalijudan ... 40
BAB V MENGGURAI BENANG KUSUT KETERBELENGGUAN IBU IBU JAMAAH AISYIYAH TERHADAP RENTENIR... 42
A. Potret Keluarga Miskin Ibu Ibu Jamaah Aisyiyah yang Terbelenggu oleh Rentenir di Kalijudan ... 42
B. Jerat Rentenir Terhadap Ibu ibu jamaah Aisyiyah Kalijudan ... 52
C. Kondisi Kerentanan Ibu ibu Jamaah Aisyiyah... 55
BAB VI MENYATUKAN KEKUATAN UNTUK TERBEBAS DARI KETERBELENGGUAN... 62
A. Proses Awal Pengorganisasian... 62
B. Membangun Kesadaran Bersama Tentang Keterbelengguan ... 64
C. Merencanakan Aksi Bersama Masyarakat ... 70
B. Membentuk Kelompok Berkelanjutan ... 82
BAB VIII MEMBANGUN KOMUNITAS PEREMPUAN YANG BERDAYA (Sebuah Catatan Refleksi)... 85
BAB IX PENUTUP ... 91
A. Kesimpulan ... 91
B. Rekomendasi ... 92
DAFTAR BAGAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kalijudan sebagai salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Mulyorejo Kota Surabaya mempunyai 6 RW yang mayotitas penduduknya beragama islam. Kelurahan kalijudan berada di pinggiran kota Surabaya bersebelahan dengan kelurahan Ploso dan kelurahan Mulyorejo. Tiga kelurahan tersebut menjadi basis kegiatan agama dari dua organisasi islam besar yang berada di Indonesia yaitu Muhammadiyah dan Nahdhatul Ulama. Pengajian pengajian agama sangat rutin terlakana di masjid masjid yang berada di Kalijudan. Hampir setiap minggu sekali kelompok pengajian dari dua ormas tersebut aktif melaksanakan pengajian agama. Muhammadiyah sebagai organiasi islam terbesar di Kelurahan kalijudan khususnya yang sangat aktif melaksanakan kegiatan soial, agama dan pengajian agama secara rutin.
Aisyiyah untuk kemajuan kaum perempuan berada dalam agenda pembaharuan Muhammadiyah.1 Dalam AD/ART Muhammadiyah organisasi otonom ialah satuan organisasi di bawah Muhammadiyah yang memiliki wewenang mengatur rumah tangganya sendiri, dengan bimbingan dan pembinaan oleh Pimpinan Muhammadiyah.2 Aisyiyah sebagai organisasi islam yang bergerak di kalangan komunitas perempuan pun juga sangat aktif melaksanakan kegiatan keagamaan terkhusus pengajian rutin.
Aisyiyah didirikan berdasarkan cita cita K.H Ahmad Dahlan menggerakan perempuan islam untuk bermanfaat di kalangan kaum perempuan di Indonesia, seperti yang dikutip dari buku Gerakan Muhammadiyah Memurnikan Ajaran Islam di Indonesia. Semua kebutuhan keagamaan dari wanita dapat dipenuhi dan diusahakan oleh para wanita sendiri. Seperti mengajar agama kepada wanita lain, mendidik anak anak menulis karangan karangan yang berguna bagi wanita, memandikan mayat wanita dan segala sesuatu yang dapat memperbaiki keadaan manusia dan dapat dilaksanakan oleh wanita.3
Di Kalijudan sendiri Aisyiyah telah berdiri sejak tahun 1980 dengan kegiatan awalnya adalah pengajian pengajian agama di masjid masjid yang ada di kelurahan Kalijudan. Semakin berjalannya waktu
1Amelia Fauzia dkk,Tentang Perempuan Islam : Wacana dan Gerakan,(Jakarta : Gramedia Pustaka Utama), 2004, hal. 6.
2Pimpinan Pusat Muhammadiyah,Anggaran Dasar dan Rumah Tangga Muhammadiyah, (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah), 2010, hal. 16.
Aisyiyah di Kalijudan semakin berkembang sampai sekarang mempunyai amal usaha yaitu Taman Kanak Kanak Asiyiyah Bustanul Athfal 47 Surabaya. Namun untuk pemberdayaan ekonomi Aiyiyah Kalijudan sangatlah kurang. Di dalam Aisyiyah bagian ekonomi harusnya mempunyai amal usaha yang biasa diberi naman Badan Usaha Ekonomi Keluarga Aisyiyah (BUEKA) yang bagian bagiannya meliputi :4
1. Pendidikan ketrampilan melalui pengajian. 2. Pengkoordinasian hasil usaha/produksi anggota. 3. Penjualan produksi (pemasaran).
4. Sewa menyewa dan simpan pinjam. 5. Pelatihan manajemen usaha.
Adapun di dalam Aisyiyah yang dimaksud dengan Jamaah Aisyiyah bukan pengurus Aisyiyah namun adalah jamaah atau partisipan dari Aisyiyah yaitu orang yang mengikuti kegiatan dan program Aisyiyah sekaligus shalat berjamaah di Masjid Muhammadiyah. Program Aisyiyah dalam hal ekonomi bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan keluarga. Maka harusnya kelompok pengajian ibu ibu jamaah aisyiyah tidak hanya menjadi organisasi formal saja namun juga menjadi komunitas tersendiri di dalam masyarakat kelurahan Kalijudan. Pengajian pengajian yang dilaksanakan oleh aisyiyah seharusnya menjadikan para jamaahnya melakukan yang diperintahkan oleh Allah dan menjauhi sesuatu yang dilarang oleh Allah. Namun para anggota pengajian
aisyiyah masih banyak yang menggunakan jasa rentenir yang ada di kelurahan Kalijudan dalam meminjam uang. Hal ini sangat bertolak belakang dari tujuan pengajian aisyiyah tersebut.
Rentenir menurut KBBI mempunyai arti orang yang mencari nafkah dengan membungakan uang; tukang riba; pelepas uang; lintah darat. Rentenir dalam prakteknya sangatlah merugikan dan membelenggu para korban Karena hutang yang harus dibayar bernilai lebih dibanding dengan hutang awal. Di Kalijudan model pinjaman uangnya adalah adanya tambahan bunga setiap hari. Mayoritas ibu ibu jamaah Aisyiyah meminjam uang di rentenir disebabkan untuk modal usaha. Ibu ibu jamaah Aisyiyah banyak yang memiliki usaha kecil atau berdagang seoerti berjualan lontong kupang, kerupuk, sayur, dll. Hal tersebut yang mendorong ibu ibu jamaah Aisyiyah untuk meminjam uang di rentenir meskipun bunga dari pinjaman tersebut hitungannya setiap hari.
Sebagai salah satu contoh kasus yang paling parah yaitu keluarga Lusiana. Lusiana wanita yang berumur 34 tahun mempunyai suami bernama budiman berumur 40 tahun tinggal di rumah sekitar 4x10m. Rumah mereka yang hanya berdinding triplek dan beratap asbes namun di dalamnya hidup pasangan suami istri dengan tiga anak laki lakinya. Anak pertama yang masih duduk di bangku SMP, anak kedua duduk di bangku SD, dan anak
terakhir yang masih balita atau berumur 3,5 tahun mempunyai kebutuhan sekolah dan kebutuhan lainnya yang sangat banyak. Contohnya seperti kebutuhan SPP sebesar Rp100.000 ditambah uang jajan sekolah Rp35.000 seharinya membuat Lusiana bekerja keras dalam mencari nafkah. Suaminya yang bekerja sebagai montir di salah satu bengkel di Kalijudan hanya mamou menghasilkan gaji sebesar Rp3.000.000 perbulannya. Lusiana yang baru saja membuka warung makan kecil pemberian dari walikota di daerah wisata mangrove sangat membutuhkan modal besar di setiap bulannya karena kebutuhan keluarga mereka yang cukup besar.
sejumlah Rp5.000.000 dengan bunga Rp1.000.000 perbulannya. Lusiana tidak mampu membayarnya hingga 5 bulan sehingga bunga yang harus dibayar Lusiana sekeluarga berjumlah Rp5.000.000 atau 100% persen dari uang yang Lusiana pinjam. Lusiana sangat menyesal dengan pilihannya tersebut, namun bagaimanapun juga Lusiana tidak memiliki pilihan lain selain meminjam uang di rentenir untuk kebutuhan sehari hari dan modal berjualannya.
Dalam agama sangat jelas bahwa riba dalam proses hutang piutangnya berhukum haram. Seharusnya ibu ibu jamaah Aisyiyah yang rutin melaksanakan pengajian agama faham bahwa berhutang di rentenir sangatlah merugikan dan dilarang oleh agama. Maka harus ada perubahan social pada ibu ibu jamaah Aisyiyah yaitu terbebas dari belenggu rentenir atau bertaubat dalam bahasa agama islam.
Orang orang sangat membutuhkan peringatan yang direiakkan kepada mereka, agar mereka tersadar dari keadaan mabuk, bangun dari tidur mereka, kembali pada petunjuk Allah dan bertobat kepada-Nya. Sebelum dating suatu hari ketika tidak bermanfaat harta ataupun anak anak pada hari tersebut. Hanya ada satu orang yang akan disambut oleh Allah, yaitu orang yang dating dengan membawa hati yang bersih.5Karena meminjam uang dengan bunga/riba selain merugikan diri sendiri termasuk perbuatan dosa juga maka harus ada perubahan agar terbebas dari belenggu rentenir.
Hal tersebut yang menjadikan peneliti tertarik untuk meneliti serta mendampingi ibu ibu jamaah Aisyiyah dalam mengurai keterbelengguan dan membebaskan mereka dari rentenir.
B. Rumusan Masalah
Adapun fokus untuk riset dalam pemberdayaan ini adalah Ibu ibu jamaah Aisyiyah Kelurahan Kalijudan, Kecamatan Mulyorejo, Kota
Surabaya, yang memiliki potensi dan asset yang dapat diberdayaan untuk mengatasi masalah yang ada. Dengan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apa faktor dan latar belakang problem keterbelengguan ibu ibu jamaah Aisyiyah Kelurahan Kalijudan terhadap rentenir?
2. Bagaimana strategi pengorganisasian Ibu ibu jamaah Aisyiyah Kelurahan Kalijudan dalam mengentaskan belenggu rentenir?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui faktor dan latar belakang problem keterbelengguan ibu ibu jamaah Aisyiyah Kelurahan Kalijudan terhadap rentenir.
2. Menemukan strategi pengorganisasian Ibu ibu jamaah Aisyiyah Kelurahan Kalijudan dalam mengentaskan belenggu rentenir?
D. Sistematika Pembahasan
Laporan penelitian ini penulis sajikan dalam beberapa bab dengan sitematika sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN TERKAIT
Bab ini berisi penjelasan tentang pembahasan dalam prespektif teoritis, penulis menyajikan hal hal kajian kepustakaan konseptual yang menyangkut tentang pembahasan dalam penelitian. Penulis memaparkan teori yang berkaitan dengan tema masalah yang sedang diteliti, yakni konsep masyarakat atau komunitas. Selain itu juga berisi konsep tentang konsep pemberdayaan masyarakat. BAB ini juga memaparkan penelitian terkait yang sebelumnya guna sebagai bahan pembelajaran dan bahan acuan untuk penulisan ini. Serta juga kaitannya dengan riba dalam islam. BAB III : METODE PENELITIAN
Pada bab ini disajikan untuk mengurai paradigma penelitian sosial yang bukan hanya membahas masalah sosial secara kritis dan mendalam, akan tetapi melakukan aksi berdasarkan masalah yang terjadi di lapangan secara partisipasi. BAB ini juga berisi tentang metode apa yang akan digunakan untuk melakukan pendampingan. Membahas tentang pendekatan yang digunakan, prosedur penelitian pendampingan, wilayah dan subyek pendampingan, teknik pengumpulan data, teknik validasi data, dan teknik analisa data.
BAB IV : MENEROPONG KELURAHAN KALIJUDAN DAN AISYIYAH KALIJUDAN.
serta pola agama dan kebudayaan di Kelurahan Kalijudan. Sekaligus profil Jamaah Aisyiyah sebagai kelompok agama di kelurahan Kalijudan. Hal ini berfungsi untuk mendukung tema yang diangkat serta melihat gambaran umum realitas yang terjadi di dalam obyek penelitian.
BAB V : MENGGURAI BENANG KUSUT KETERBELENGGUAN IBU IBU JAMAAH AISYIYAH TERHADAP RENTENIR.
Peneliti menyajikan tentang realita dan fakta yang lebih mendalam, sebagai lanjutan dari latar belakang yang disajikan dalam BAB I. BAB ini terdapat uraian tentang kehidupan ibu ibu jamaah Aisyiyah, serta relasi kuasa antara ibu ibu jamaah Aisyiyah dengan rentenir. Hal ini sebagai analisis problem yang berpengaruh pada aksi yang akan dilakukan.
BAB VI : MENYATUKAN KEKUATAN UNTUK TERBEBAS DARI KETERBELENGGUAN.
Di dalam BAB ini menjelaskan tentang proses-proses pengorganisasian masyarakat yang telah dilakukan, mulai dari proses inkulturasi hingga refleksi kemudian juga menjelaskan proses diskusi bersama masyarakat untuk menganalisis dari temuan masalah yang ada di lapangan.
BAB VII : MEMBEBASKAN BELENGGU MENATA
KEBERLANJUTAN.
BAB VIII : MEMBANGUN KOMUNITAS PEREMPUAN YANG BERDAYA DENGAN SPIRIT AGAMA.
Peneliti membuat catatan refleksi atas penelitian dan pendampingan dari awal hingga akhir. Berisi tentang perubahan yang muncul setelah proses pendampingan sang sudah dilakukan. Selain itu juga menceritakan catatan peneliti pada saat penelitian mendampingi Kelompok ibu ibu jamaah Aisyiyah sebagai bagian dari aksi nyata melalui metode penelitian partisipatif.
BAB IX : PENUTUP
BAB ✂✂
KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN TERKAIT
A. Konsep Masyarakat atau Komunitas
Istilah masyarakat diterjemahkan dari kata atau konsep✄omm☎ ✆✝✞✟y
Oleh karena itu, agar istilah atau konsep masyarakat tersebut tidak rancu atau bermakna ganda, maka dalam materi ini istilah atau konsep
✄omm☎ ✆✝ ✞yditerjemahkan sebagai komunitas. 6
Komunitas ialah suatu unit atau kesatuan social yang terorganisasikan dalam kelompok kelompok dengan kepentingan bersama, baik yang bersifat fungsional dan territorial.7
Sementara itu, masyarakat dapat diartikan dalam dua konsep yaitu :8 1. Masyarakat sebagai sebuah tempat bersama , yakni sebuah
wilayah geografi yang sama. Sebagai contoh, sebuah rukun tetangga, perumahan di daerah perkotaan atau sebuah kampong di wilayah pedesaan
2. Masyarakat sebagai kepentingan bersama , yakni kesamaan kepentingan berdasarkan kebudayaan dan identitas. Sebagai contoh, kepentingan bersama pada masyarakat etnis minoritas atau kepentingan bersama berdasarkan identifikasi kebutuhan tertentu.
6Fredian Toni Nasdian, Pengembangan Masyarakat, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia),
2014, hal. 1.
7Ibid
Maka dalam hal ini masyarakat/komunitas ibu ibu jamaah Aisyiyah adalam masyarakat yang tergolong dalam masyarakat yang bersifat fungsional atau mempunyai kepentingan yang sama.
B. Konsep Pengorganisasian Masyarakat
Istilah pengorganisasian lebih dimaknai sebagai suatu kerangka menyeluruh dalam rangka memecahkan masalah ketidakadilan sekaligus pembangunan tatanan yang lebih adil.9 Mengorganisir masyarakat sebenarnya merupakan akibat logis dari analisis tentang apa yang terjadi, yakni ketidakadilan dan penindasan di sekitar kita. Untuk menjawabnya, tidak ada pilihan lain kecuali bahwa seoarang harus terlibat ke dalam kehidupan rakyat yang bersangkutan dengan keterlibatannya maka pengorganisasian mereka pun dapat dimulai.10
Menurut habermas, paradigma dalam ilmu sosial terbagi dalam tiga kelompok :11
1. Instrumental knowledge/positivisme ilmiah, objektif, dan rasional. Memiliki sifat yang bebas nilai dari kepentingan kepentingan subjektif sehingga antara objek dan subjek didekati secara terpisah (berjarak) yang berciri generalis, universal, dan kuantatif dengan mengabaikan pengalaman pengalaman unik yang bersifat lokalistik.
9Agus Afandi, dkk.,
☛o☞✌l ✍✎ ✏✑✒ ✓ip✎✑✔ ✏y ✕✓ ✑✒ ✔n ✖ ✗✘✗✎✏✓h (PAR), (Surabaya: LPPM UIN Sunan
Ampel Surabaya), 2016, hal. 197.
2. Paradigm intepretatif. Dasar dalam paradigm ini adalah fenomenologi dan hermeneutic yang lebih menekankan pada minat yang besar untuk memahami. Yang dicapai hanya memahami secara sungguh sungguh, tapi tidak sampai pada upaya untuk melakukan perubahan.
3. Paradigma kritik (emancipatory knowledge). Paradigma ini lebih dipahami sebagai proses katalisasi untuk membebaskan manusia dari segenap ketidakadilan. Prinsipnya sudah tidak lagi bebas nilai, dan melihat realitas sosial menulut prespektif kesejarahan (historitas). Paradigm ini menempatkan rakyat atau manusia sebagai subyek utama yang perlu dicermati dan diperjuangkan. Dengan demikian, paradigma kritis yang bersifat transformatif memungkinkan pengorganisir masyarakat untuk membongkar dan membebaskan masyarakat dari keterbelengguan dan ketertindasan. Karena itu, paradigm kritis menjadi landasan metodologis pemecahan masalah.
masyarakat yang lebih rasional melalui refleksi diri. Disini teori mendorong praxis hidup politis manusia.✢✣
C. Konsep Pemberdayaan
Pemberdayaan atau pemberkuasaan berasal dari kata berbahasa Inggris empowerment yang akar katanya yaitu power yang berarti kekusaan atau keberdayaan. Kekuasaan dapat membuat orang lain melakukan apa yang kita inginkan terlepas dari keinginan dan minat mereka. Kakuasaan selalu berkaitan dengan pengaruh dan kontrol.13
Proses pemberdayaan ditujukan untuk membantu klien memperoleh daya (kuasa) untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan ia lakukan yang terkait dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan.14
Pemberdayaan selalu merujuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam:
1. Memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka mimiliki kebebasan
2. Menjangkau sumber-sumber yang produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya
12 F Budi Hardiman,
✤ ✥i✦ ✧ ★✩✪ ✫ologi(Yogyakarta : Kanisius), 1990, hal. 31.
13Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung : PT Refika Aditama
), 2014, hal. 57.
14Fredian Toni Nasdian,
✬ ✫ng✫m✭ ✮ng✮n ✯ ✮✰y✮✥✮k✮✦ , (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia),
juga dapat memperoleh barang-barang dan jasa yang mereka butuhkan.
3. Berpartisipasi dalam proses pembangunan dan merumuskan keputusan-keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka.15 D. ✳iba dalam Islam
Terjemahan :
275. orang-orang yang Makan (mengambil) riba[174] tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila[175]. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu[176] (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (Al-Baqarah ayat 275)
Dalam ayat tersebut riba hukumnya haram. Haram/Muharram secara bahasa berarti m✴✵n✶✷ (yang dihalangi, dilarang). Secara istilah
berarti : Sesuatu yang dilarang oleh syari secara ilzam (wajib) untuk
ditinggalkan.16 Tafsir dari ayat ini, Allah menceritakan sifat orang yang menyalahgunakan kalimat menolong membantu, padahal mencari keuntungan bahkan mencekik, mwngisap darah, ialah mereka yang memakan riba . Allah menyatakan bahwa mereka yang memakan riba takkan dapat berdiri tegak dalam hidupnya di tengah masyarakat, melainkan bagaikan orang kesurupan setan, sebab takkan tenang sesudah ia mengisap darah dengan cara yang sekejam kejamnya karena selalu sasarannya orang orang yang berhajat hutang piutang.17
E. ✺✻✼✻✽i✾ia✼✿ ✻❀❁ai✾
Guna penelitian terkait sebagai bahan pembelajaran dalam pemberdayaan dan sebagai bahan acuan dalam penulisan penelitan tentang peternakan sapi perah, maka disajikan penelitian terkait yang relevan. Penelitian terkait tersebut yakni sebagai berikut :
1. Pendampingan Perempuan Dalam Melepaskan Keterbelengguan Pada
Rentenir. Upaya Pemberdayaan Perempuan Keputran Panjunan II Kelurahan Embong Kali Asin Kecamatan Genteng Surabaya .
Skripsi ini ditulis oleh Oleh Hidayatus Syibhani, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel. Fokus peneletian tersebut terdiri dari dua yaitu:
a. Bagaimana pola pendampingan perempuan Keputran Panjunan Gang II dalam menghadapi belenggu rentenir?
16Ahmad S Marzuki,Ushul Fiqih(Yogyakarta : Media Hidayah), 2008, hal. 19.
17Ibnu Katsir,Terjemahan Singkat Tafsir Ibnu Katsir Jilid I,(Surabaya : PT Bina Ilmu), 1987,
b. Bagaimana pola membangun partisipasi perempuan Keputran Panjunan Gang II dalam proses aksi bersama untuk perubahan sosial?
Penelitian tersebut menggunakan metode Participatory Action Research (PAR). Sedangkan tujuan dari penelitian tersebut adalah :
a. Untuk melepas keterbelengguan perempuan Kampung Keputran Panjunan Gang II dari rentenir.
b. Untuk mengetahui pemberdayaan perempuan Keputran Panjunan Gang II, dalam proses aksi bersama untuk perubahan sosial.
Hasil dari penelitian tersebut yaitu hasil pendampingan yang telah dilakukan selama beberapa waktu di Kampung Keputran Panjunan, dapat diketahui pola pendampingan perempuan dalam menghadapi rentenir adalah dengan pola pengorganisasian masyarakat. Dalam proses pengorganisasian ini dilakukan dengan cara melakukan diskusi secara intens bersama mereka, dari pembicaraan diskusi-diskusi tersebut maka, dengan sendirinya mereka akan menemukan solusi dan perencanaan aksi untuk menangani masalah mereka.
Skripsi ini ditulis oleh Oleh Yusrifal Ananta, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Fokus dari peneletian tersebut terdiri dari tiga yaitu :
a. Bagaimana praktik rentenir oleh nasabah rentenir di Desa Bandaran Kecamatan Bangkalan ?
b. Bagaimana persepsi nasabah rentenir tentang qard} pada praktik rentenir di Desa Bandaran Kecamatan Bangkalan?
c. Bagaimana analisis persepsi nasabah rentenir tentang qard} pada praktik rentenir di Desa Bandaran Kecamatan Bangkalan ?
Penelitian tersebut menggunakan metode Pendekatan kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara, kuisoner (angket), dan observasi lapangan. Sedangkan tujuan dari penelitian tersebut adalah :
a. Untuk mengetahui persepsi nasabah rentenir tentang qard}.
b. Untuk mengetahui praktik rentenir oleh nasabah rentenir di Desa Bandaran Kecamatan Bangkalan.
c. Untuk mengetahui analisis persepsi nasabah rentenir tentang qard} pada praktik rentenir di Desa Bandaran Kecamatan Bangkalan.
3. Implikasi Koperasi Simpan Pinjam Dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) Terhadap Sosial Ekonomi Pengusaha Mikro Di Kota Surabaya .
Fokus penelitian tersebut terdiri dari tiga yaitu :
a. Bagaimana keadaan sosial ekonomi nasabah KSPPS sebelum dan sesudah bergabung dengan KSPPS?
b. Bagaimana efektifitas KSPPS dalam pendanaan terhadap pengusaha mikro?
c. Bagaimana implikasi dari KSPPS terhadap sosial ekonomi pengusaha mikro di Surabaya?
Penelitian tersebut menggunakan metode Pendekatan kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara, kuisoner (angket), dan observasi lapangan. Sedangkan tujuan dari penelitian tersebut adalah :
a. Mengidentifikasi keadaan sosial ekonomi nasabah KSPPS di Surabaya.
b. Memahami dan menganalisis efektifitas KSPPS dalam pendanaan terhadap pengusaha mikro.
c. Memahami dan menganalisis implikasi dari Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah (KSPPS) terhadap sosial ekonomi pengusaha mikro di Surabaya.
➘➴➷ ➬➮ ➱✃❐ ➷ ✃❒ ❮✃❰ ✃➘✃Ï ➮➱ Ð Ñ ❒ ➱❒➱➘ ✃❐ ❒➴ Ò ✃Ó ✃➱ ❒ ➬ÒÔ➴ ➘Õ ❒➴➮✃❐Ó ➘ ✃❐ Ð ➴ ❐➴ Ö➱Ï➱
×✃❐❮✃ ❒➴ Ò ✃Ó✃➱ Ð➴ ❐➮ ✃➷ Ð ➱❐Ó ➷ ✃❒ ❮✃❰✃➘✃Ï ❮✃❐Ó ✃➘✃❐ ➷➴ Ö✃➘ ➬➘ ✃❐ ❒➴ Ò ➬✃×
Ð ➴❰ ➬ Ò✃×✃❐Ø
B. PÙosÚÛur ÜÚnÚlitiÝÞÜÚnÛ Ýßpinà ÝÞ
á ✃➮ ✃ Ð ➴ ❐➴ Ö➱Ï➱✃❐ ➱❐➱, Ö✃ ❐➮✃❒✃❐ ➮ ✃Ö ✃➷ â✃❰✃ ➘➴❰ Ô ✃ áãä ➷ ➴❰ ➬Ð✃➘✃❐ Ó✃Ó ✃❒ ✃❐ ❮✃❐Ó ➮ ✃Ï✃❐Ó ➮✃❰ ➱ ➷ ✃❒ ❮✃❰✃➘✃Ï. åÖ➴×➘ ✃❰➴❐✃❐ ❮✃, Ð➴ ❐➮ ✃➷ Ð ➱❐Ó ✃❐ ➱❐➱ ➷ ➴➷Ð➬❐ ❮✃➱Ö✃❐Ó ➘ ✃×✃Ï✃➬Ð❰ Ñ ❒➴➮➬❰ ❒➴ Ò✃Ó ✃➱Ò➴❰➱➘ ➬Ïæ
çè
éØ á➴➷➴ Ï✃✃❐ ✃ê✃Ö (á❰➴ Ö➴➷ ➱❐✃❰❮ ë✃ÐÐ➱❐Ó), ❮✃ ➱Ï➬ Ð ➴➷ ➴ Ï✃✃❐ ✃ê✃Ö ❒➴ Ò✃Ó ✃➱ ✃Ö✃Ï ➬ ❐Ï➬ ➘ ➷➴ ❐Ó➴ Ï✃×➬ ➱ ➘➴×➱➮➬Ð✃❐ ➱Ò➬- ➱Ò➬ Ô ✃➷✃✃× ✃➱❒ ❮➱❮✃×Õ Ð❰ Ñ ÒÖ➴➷ ➘➴ Ï➴❰ Ò➴ Ö➴ ❐ÓÓ ➬ ✃❐ Ï➴❰×✃➮✃Ð ❰➴ ❐ Ï➴ ❐ ➱❰, ➮✃❐ ❒Ï❰✃Ï➴Ó ➱ Ð➴➷Ò➴❰➮✃❮✃ ✃❐ ❮✃❐Ó Ð➴❰❐✃× ➮➱Ö✃➘➬ ➘ ✃❐ Ñ Ö➴× Ð➱×✃➘ Ö✃➱❐ Ï➴❰×✃➮✃Ð Ð ❰ Ñ ÒÖ➴➷ ➘➴ Ï➴❰ Ò➴ Ö➴ ❐ÓÓ➬✃❐
Ï➴❰ ❒➴ Ò➬ Ï.
ìØ ë➴➷ Ò ✃❐Ó ➬❐ ×➬ Ò➬ ❐Ó✃❐ ➘➴➷ ✃❐ ➬❒ ➱✃✃❐Ø á➴ ❐➴ Ö➱Ï➱ ➷ ➴ Ö✃➘➬ ➘✃❐ ➱❐ ➘➬ ÖÏ➬❰✃❒➱
➮ ✃❐ ➷ ➴➷ Ò ✃❐Ó➬❐ ➘➴Ð➴❰â✃❮✃ ✃❐ (Ï❰ ➬❒ Ï Ò➬ ➱Ö➮ ➱❐Ó) ➮➴ ❐Ó ✃❐ ➷✃❒ ❮✃❰ ✃➘ ✃Ï, ❒➴×➱❐Ó Ó ✃ Ï➴❰Ô ✃Ö➱❐ ×➬Ò ➬❐Ó ✃❐ ❮✃❐Ó ❒➴ Ï✃❰ ✃ ➮ ✃❐ ❒ ✃Ö➱❐Ó ➷ ➴ ❐➮➬➘ ➬❐Ó. í➴❰✃ê✃Ö ➮ ✃❰➱ ➱❐➘ ➬ÖÏ➬❰ ✃❒ ➱ ➮➴ ❐Ó ✃❐ ➘➴Ð✃Ö✃ ➘➴ Ö➬❰ ✃×✃❐ Õ ✃Ð ✃❰ ✃Ï ➘➴ Ö➬❰ ✃×✃❐Õ
➮ ✃❐ ê✃❰Ó ✃ ➮➱ ❒➴ ➘ ➱Ï✃❰ Ï➴➷Ð✃Ï Ï➱❐Ó Ó ✃Ö. î➴➷ ➬➮ ➱✃❐ Õ Ð ➴ ❐➴ Ö➱Ï➱ ➷➴➷Ò✃❐Ó ➬ ❐ ➘➴Ð ➴❰ â✃ ❮✃✃❐➮➴ ❐Ó ✃❐➷ ➴ Ö✃➘➬ ➘✃❐➘➬ ❐Ô ➬ ❐Ó ✃❐➘➴î➴ ÖÑ➷ Ð Ñ ➘Ð ➴ ❐Ó✃Ô ➱✃❐➱Ò ➬
ï➱Ò ➬Ô ✃➷ ✃✃×✃➱❒ ❮➱❮✃×➮➱➘➴ Ö➬❰ ✃×✃❐î ✃Ö➱Ô ➬➮✃❐Ø
ðØ á➴ ❐➴ ❐ Ï➬✃❐ ✃Ó ➴ ❐➮✃ ❰ ➱❒➴ Ï ➬❐ Ï➬➘ Ð➴❰➬Ò ✃×✃❐ ❒ Ñ❒ ➱✃Ö. í➴❰❒✃➷✃ î➴ ÖÑ➷ÐÑ➘ Ð➴ ❐Ó ✃Ô ➱✃❐ ➱Ò ➬ ï ➱Ò ➬ Ô ✃➷✃✃× ✃➱❒ ❮➱ ❮✃× ➮ ➱ ➘➴ Ö➬❰ ✃×✃❐ î ✃Ö➱Ô ➬➮ ✃❐ Õ Ð➴ ❐➴ Ö➱Ï➱
➷➴ ❐Ó ✃Ó ➴ ❐➮✃➘✃❐ Ð ❰ ÑÓ❰ ✃➷ ❰➱❒➴ Ï ➷ ➴ Ö✃Ö➬➱ Ï➴ ➘ ❐➱➘ á ✃❰ Ï➱❒ ➱Ð✃ÏÑ❰ ❮ ä ➬❰ ✃Ö
ñò
✁✁ ✂✄☎✆ ✄✝ (✞✟ ) ✠✡ ☛✠☞ ✌✍ ✌✄ ✎✄ ✌☎ ✁✍ ✂✆ ✏✄✝✄✡ ☞✍ ☛✍✂✑ ✍✝✍✡ ✒ ✒✠✄✡ ☛✍✂ ✎✄✓✄✁✂✍✡☛✍✡☎✂.
✔✕ ✞✍ ✌✍ ☛✄✄✡ ✁✄ ✂ ☛☎✆ ☎✁✄ ☛☎ ✖ (✞✄✂ ☛☎ ✗☎✁ ✄ ☛✏✂ ✘ ✌✄✁✁ ☎✡✒). ✙✍✂✆ ✄ ✌✄ ✚✍✝✏ ✌✁✏☞ ✁✍✡✒✄✛☎✄✡ ☎✑✠ ✥ ☎✑✠ ✛✄ ✌✄✄ ✎ ✄☎✆ ✘☎ ✘✄ ✎ ✌✍✝ ✄ ☞✠ ☞✄✡ ✁✍ ✌✍ ☛✄✄✡ ✜☎✝✄✘✄✎✢
✌✄ ✠✁ ✠✡✁✍✂ ✆✏ ✄✝✄✡✘✄✡✒✓☎✄✝✄ ✌☎☞✍✝✏ ✌✁✏☞✕ ✞✍ ✌✍ ☛✄✄✡✁✄✂ ☎✆☎✁ ✄ ☛☎ ✖✑✍✝ ✠ ✌
✁✄✓✄ ✁✍✡ ✍✡ ☛✠✄✡ ☎✡☛☎ ✌✄✆ ✄✝✄ ✎ ✡ ✄ ✌✠✡ ✎✄✡ ✘✄ ✎✄✆☎✝ ☛✍ ✌ ✠✄✡-☛✍ ✌ ✠✄✡ ✁✍✂✌✄✆ ✄✝✄ ✎✄✡✘✄✡ ✒✄✓✄.
✣✕ ✤✍✂ ✠ ✌✠✆ ☞✄✡ ✌✄✆ ✄✝✄ ✎ ☞✍ ✌✄✡✠✆ ☎✄✄✡✕ ✚✍✝✏✌✁ ✏ ☞ ✌✍✂ ✠ ✌✠✆ ☞✄✡ ✌✄✆ ✄✝✄ ✎
✌✍✡✓✄✆ ✄✂ ✎✄✛✄ ☛ ✎☎✓✠✁ ☞✍ ✌✄✡ ✠✆☎✄✄✡ ✘✄✡✒ ✓☎✄✝✄ ✌☎✡ ✘✄. ✦✍✑ ✄ ✒✄☎ ✌✄✡✄ ✓✄✝✄ ✌ ✁ ✍✂✆ ✏✄✝✄✡ ✓☎ ✚✍✝ ✏ ✌✁ ✏ ☞ ✁ ✍✡ ✒✄✛☎✄✡ ☎✑ ✠ ✥ ☎✑ ✠ ✛✄ ✌✄✄ ✎ ✄☎✆ ✘☎✘✄ ✎
✓✄✝✄ ✌✎✄✝ ✁✍✡✒✏ ✂ ✒✄✡☎✆ ✄✆ ☎✄✡ ☎✑ ✠ ✥☎✑✠ ✛✄ ✌✄✄ ✎ ☎✆ ✘☎✘✄ ✎ ✠✡☛✠☞☛✍ ✂✑✍✑ ✄✆
✓✄✂ ☎✑✍✝✍✡✒✒ ✠✂ ✍✡ ☛✍✡ ☎✂.
✧✕ ✤✍✡ ✘ ✠✆ ✠✡ ✆ ☛✂✄ ☛✍ ✒☎ ✒✍✂✄☞✄✡✢ ✘✄☎ ☛✠ ✚✍✝✁✌✁✏☞ ✁ ✍✡✒✄✛☎✄✡ ☎✑ ✠ ✥ ☎✑ ✠
✛✄ ✌✄✄ ✎ ☎✆ ✘☎ ✘✄ ✎ ✑ ✍✂✆ ✄ ✌✄ ✁✍✡ ✍✝☎ ☛☎ ✌✍✡ ✘ ✠✆ ✠✡ ✆ ☛✂ ✄ ☛✍ ✒☎ ✒✍✂✄ ☞✄✡ ✠✡ ☛✠ ☞
✌✍ ✌✍ ✗✄ ✎☞✄✡ ✁ ✍✂ ✌✄✆✄✝✄✎✄✡ ☞✍ ✌✄✡✠✆ ☎✄✄✡ ✘✄✡✒ ☛✍✝✄ ✎ ✓☎✂ ✠✌ ✠✆ ☞✄✡
✑✍✂ ✆✄ ✌✄. ★✏ ☞ ✠✆ ✓✄✂☎ ✁ ✍✡✓✄ ✌✁☎✡ ✒✄✡ ☎✡ ☎ ✄✓✄✝✄ ✎ ☛✍✂✑ ✍✑✄✆ ✡ ✘✄ ☎✑✠ ✥ ☎✑ ✠ ✛✄ ✌✄✄ ✎ ☎✆ ✘☎✘✄✎☛✍✂✎✄✓✄✁✑✍✝✍✡✒✒ ✠✂ ✍✡ ☛✍✡ ☎✂✓☎ ☞✍✝ ✠✂ ✄ ✎✄✡✚✄✝☎✛✠✓✄✡✕
✩✕ ✞✍✡ ✒✏ ✂ ✒✄✡☎✆ ✄✆ ☎✄✡ ✌✄✆ ✘✄✂✄ ☞✄ ☛, ☞✍✝✏ ✌✁✏☞ ✓☎✓✄ ✌✁ ☎✡ ✒☎ ✏✝✍ ✎ ✁ ✍✡✍✝☎ ☛☎ ✌✍ ✌✑✄✡✒✠✡ ✁✂✄ ✡✄ ☛✄-✁✂ ✄✡✄ ☛✄ ✆✏ ✆ ☎✄✝. ✪✄✝✄ ✌ ✎✄✝ ☎✡☎ ✌✍ ✌✍✂✝ ✠☞✄✡ ✌✄ ☞✆☎ ✌✄✝ ☞☎✡ ✍✂✛✄ ✘✄ ✡ ✒ ✑ ☎✄✆ ✄ ✓☎✝✄ ☞ ✠☞✄✡ ✫-✬ ✑✠✝✄✡ ✆✍ ☞✄✝☎. ✞✍✡ ✒✏ ✂ ✒✄✡☎✆ ✄✆ ☎✄✡ ✘✄✡✒ ✓☎ ✌✄ ☞✆ ✠✓ ✄✓✄✝✄ ✎ ✌✍✝✄ ☞ ✠☞✄✡ ✁ ✍✡✓✄ ✌✁ ☎✡✒✄✡
✯✰ ✱✲✳✴✵ ✶✴ ✷✴✸✴✵ ✴✸ ✹ ✺ ✻✲✷ ✼ ✽✴✾✴✵ ✿ ❀✴✸ ✵ ✺ ✴✸ ✹ ✺ ❁ ✲✳✴✸✼ ✸✴✵ ✻ ✲✷✼✽✴✾ ✴✵
✽✲✷✹✴❁ ✴ ❂✴✳ ✴❁ ❁ ✲❁ ✶✴✾✸ ✴✵ ❁ ✴ ✹✴✳✴✾ ✸ ✲❃✲✷ ✽✲✳✲✵❄ ❄✼ ✴✵ ❃✲✷ ✾✴❂✴✻
✷✲✵❃✲✵✺✷. ❅✲✳✴ ✺✵ ✺❃✼ ✿ ❁ ✲✳✴✸✼ ✸✴✵ ✻ ✷ ❆ ✹✲ ✹ ✻✲❁✽✲✳ ✴❇✴✷ ✴✵ ❂✺ ❈✲✳ ❆❁ ✻ ❆✸ ✻✲✵❄✴❇ ✺✴✵ ✺✽✼ ❉ ✺✽✼ ❇✴❁✴✴✾ ❊✺✹ ❀✺❀✴✾ ❂✴✵ ✵✴✵❃✺✵❀✴ ✴✸✴✵ ❁✼ ✵ ✶✼ ✳
✻✲❁✺❁✻✺✵ ✳ ❆✸✴✳ ✼✵❃✼✸ ❁ ✲✳✴✸✼ ✸✴✵ ✻ ✲✷✼ ✽✴✾ ✴✵ ❂✺ ❁ ✴ ✹ ❀✴✷✴✸ ✴❃ ❃✲✷✼❃✴❁✴
❁✴ ✹ ❀✴✷ ✴✸✴❃❈✲✳✼✷✴✾ ✴✵❈✴✳ ✺❇✼❂✴✵✰
❋✰ ✱✲❁ ✽✴✵❄✼✵ ✻✼✹✴❃-✻✼✹✴❃ ✽✲✳✴❇✴✷ ❁ ✴ ✹ ❀✴✷✴✸ ✴❃, ●✼ ✹✴❃ ✽✲✳✴❇✴✷ ❁✲✷✼ ✻ ✴✸✴✵ ❁✲❂✺✴ ✸ ❆❁✼ ✵ ✺✸ ✴ ✹ ✺, ✷ ✺ ✹✲❃, ❂✺✹✸✼✹ ✺, ❂✴✵ ✹✲❄✴✳✴ ✴ ✹✻ ✲✸ ✼ ✵❃✼ ✸ ❁✲✷✲✵✶✴✵ ✴✸✴✵ ✿ ❁ ✲✵❄❆✷❄✴✵ ✺✹ ✺✷ ❂✴✵ ❁✲❁ ✲ ✶✴✾✸ ✴✵ ✻ ✷ ❆ ✽✳✲❁ ✹ ❆✹ ✺✴✳. ❍✴✳ ✺✵ ✺ ✸✴✷✲✵ ✴ ❃✲✷✽✴✵❄✼ ✵✵❀✴ ✻✼✹✴❃-✻ ✼ ✹✴❃ ✽✲✳✴❇✴✷ ❁ ✲✷✼ ✻✴✸ ✴✵ ✹✴✳✴✾ ✹✴❃✼ ✽✼ ✸❃✺ ❁ ✼✵✶✼✳✵❀✴ ✻✷ ✴✵✴❃✴ ✽✴✷✼ ✹✲ ✽✴❄✴ ✺ ✴ ■✴ ✳ ✻✲ ✷✼ ✽✴✾✴✵ ❂✴✳✴❁
✸ ❆❁✼ ✵ ✺❃✴ ✹ ❁ ✴ ✹ ❀✴✷✴✸ ✴❃. ❏✲✷ ✹✴❁✴ ❁ ✴ ✹ ❀✴✷ ✴✸✴❃ ✻ ✼ ✹✴❃ ❉✻✼✹✴❃ ✽✲✳✴❇✴✷ ❂✺■✼ ❇✼❂✸✴✵ ❂✴✳✴❁ ✸ ❆❁✼ ✵ ✺❃✴ ✹-✸ ❆❁✼✵✺❃✴ ✹ ✸✲✳ ❆❁✻❆✸ ✹✲ ✹✼✴ ✺ ❂✲✵❄✴✵ ✷✴❄✴❁ ✻❆❃✲✵✹ ✺ ❂✴✵ ✸✲ ✽✼❃✼ ✾✴✵ ❁ ✴ ✹ ❀✴✷✴✸ ✴❃. ❅✲✻✲✷❃✺ ✸ ✲✳ ❆❁ ✻ ❆✸ ✽✲✳✴❇✴✷ ✻✲✷ ✲❁ ✻✼ ✴✵ ✻✲❃✴✵ ✺, ✸✲✳ ❆❁✻❆✸ ✻ ✲✷✲❁ ✻✼ ✴✵ ✻ ✲✵❄✷✴❇ ✺✵ ✿ ✸✲✳ ❆❁✻❆✸ ❃✴✵✺, ✸✲✳ ❆❁✻❆✸✻ ✲❁✼❂✴, ❂✴✵ ✹✲ ✽✴❄✴ ✺✵❀✴. ❈✲✳ ❆❁ ✻ ❆✸❃✺❂✴✸✾✴✷ ✼ ✹❂✴✳✴❁✹✸✴✳✴ ✽✲ ✹✴✷, ❃✲❃✴✻ ✺ ❀✴✵❄✻ ✲✵❃✺✵❄✴❂✴✳✴✾✸ ✲✳ ❆❁ ✻ ❆✸❁ ✲❁ ✺✳✺✸✺✴✵❄❄❆❃✴❃✲❃✴✻❂✴✵ ✸✲❄✺✴❃✴✵ ✽✲✳✴❇✴✷ ✽✲✷❇✴✳✴✵ ❂✲✵❄✴✵ ✷✼❃✺✵ ❂✴✵ ❃✲✷✲ ✴✳ ✺✹✺✷ ❂✴✳✴❁ ✸ ✲❄✺✴❃✴✵
❀✴✵❄ ❃✲✷ ✻✷ ❆❄✴❁, ❃✲✷✲✵✶✴✵✴, ❂✴✵ ❃✲✷✲ ❑✴✳✼✴ ✹ ✺. ▲✲✵❄✴✵ ❂✲❁✺✸ ✺✴✵ ✸✲✳ ❆❁✻❆✸ ✽✲✳✴❇✴✷ ❁✲✷ ✼✻ ✴✸✴✵ ❁ ❆❃❆✷ ✻✲✵❄❄✲✷✴✸ ❁✴ ✹ ❀✴ ✷✴✸ ✴❃ ✼✵❃✼✸
❁✲✳✴✸ ✼✸ ✴✵✴✸✹ ✺✻✲ ✷✼ ✽✴✾✴ ✵✰
❚ ❯❚ ❱❲❳. ❨❩❬❭❲❚ ❲❬ ❪❲ ❫ ❲ ❴❲❚ ❵❲❚ ❱❳ ❬❱❚ ❩ ❴, ❛❬ ❯❚ ❩❚ ❛❩❜ ❝❩❳❲❞❲❬❲ ❫ ❜ ❲❚ ❡❲❬ ❲❪❲ ❴
kecamatan agar Kelurahan Kalijudan ini bisa menjadi Kelurahan
percontohan pemberdayaan perempuan untuk kelurahan lain.
Adapun jadwal pendampingan dapat dijelaskan dalam tabel berikut :
(Participatory
Wilayah pendampingan yang menjadi tempat pendampingan
Alasan memilih wilayah tersebut karena kelurahan Kalijudan merupakan
letak Kelompok ibu ibu jamaah Aisyiyah yang terbelenggu oleh rentenir.
Subyek pendampingan dalam penelitian ini adalah peneliti dan juga ibu
ibu jamaah Aisyiyah Kelurahan Kalijudan. Jumlah anggota dari Kelompok
yang menjadi subyek penelitian pendampingan ada 30 orang.
D. ❸e❹❺i❹ Pe❺gu❻pul❼❺ D❼❽ ❼
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah
mengguanakan metode PRA (Participatory Rural Apraisal). Secara umum
PRA adalah sebuah metode pemahaman lokasi dengan cara belajar dari,
untuk, dan bersama masyarakat. Hal ini untuk mengetahui, menganalisa,
dan mengevaluasi hambatan dan kesempatan melalui multi-disiplin dan
keahlian untuk menyusun informasi dan pengambilan keputusan sesuai
dengan kebutuhan masyarakat.
Pendekatan PRA merupakan teknik untuk merangsang partisipasi
masyarakat peserta program dalam berbagai kegiatan, mulai dari tahap
analisa sosial, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, hingga perluasan
program. RPA sangat membantu dalam memahami dan menghargai
keadaan dan kehidupan di lokasi atau wilayah secara lebih mendalam.21
Guna memperoleh data yang sesuai dengan lapangan maka
pendamping dengan masyarakat akan melakukan sebuah analisis bersama.
1. Wawancara semi terstruktur
Wawancara semi terstruktur adalah penggalian informasi berupa
tanya jawab yang sistematis tentang pokok-pokok tertentu. Pelaksanaan
tanya-jawab mengalir seperti dalam percakapan sehari-hari. Wawancara
biasanya berjalan lama dan seringkali dilanjutkan pada kesempatan
berikutnya.22Wawancara semi terstruktur sejatinya ialah wawancara yang
bersifat informal, diskusi yang santai mengenai topik yang telah
ditentukan sebelumnya.
2. Mapping (pemetaan)
Mapping atau pemetaan wilayah untuk menggali informasi yang
meliputi sarana fisik dan kondisi sosial dengan menggambarkan kondisi
daerah sekitar kelurahan secara umum dan menyeluruh. Meliputi data
geografis, luas wilayah kelurahan, luas wilayah pemukiman, dan luas
wilayah pekarangan bersama-sama dengan masyarakat.
3. Focus Group Discussion (FGD)
Melakukan analisa data melalui beberapa teknik yang ada di atas
maka pendamping bersama dengan masyarakat melakukan sebuah diskusi
bersama untuk memperoleh data yang valid, sekaligus sebagai proses
inkulturasi dan pengorganisiran. FGD yang akan dilaukan, partisipan atau
informan tidak sebatas berdiskusi dalam posisi duduk, melainkan bisa
berdiskusi dalam dinamika tertentu dengan menggunakan alat kerja
tertentu.
22Lexy J Moleong,
➄ ➅➆➇ ➈➇ ➉➇ ➊ ➋➌ ➅➍ ➅➉ ➋➆ ➋➎ ➍➏➐➎➉ ➋➆➎➆➋ ➑➒(Bandung: Remaja Rosdakarya), 1989 hal.
4. Survey belanja rumah tangga
Survey belanja rumah tangga atau SRT yakni meneliti anggaran
belanja rumah para keluarga. Berapa penghasilannya dan berapa
pengeluarannya serta berapa perbandingannya antara biaya yang keluar
untuk konsumsi dengan biaya kebutuhan sehari-hari lainnya.
5. Teknik Validasi Data
Menurut H.B Sutopo menyatakan validitas merupakan data yang
telah berhasil digali, dikumpulkan dan dicatat dalam kegiatan penelitian,
harus diusahakan kemantapan dan kebenarannya.23 Prinsip metodologi
PRA untuk mengcross check data yang diperoleh dapat melalui
triangulasi. Triangulasi adalah suatu sistem crosscheck dalam pelaksanaan
teknik PRA agar memperoleh informasi yang akurat. Hal yang perlu
diketahui mengenai triangulasi, yaitu:24
a. Triangulasi komposisi TIM
Tim dalam PRA terdiri dari berbagai multidisiplin.
Pengertian dari multidisiplin adalah mencakup berbagai orang yang
berbeda-beda serta melibatkan masyarakat tanpa memandang kelas
atau gender sehingga semua ikut terlibat.
b. Triangulasi alat dan teknik
Pelaksanaan di lapangan selain dilakukan observasi
langsung terhadap lokasi atau wilayah, juga perlu melakukan
interview dan diskusi dengan masyarakat setempat dalam
memperoleh informasi. Bentuk dari hasil tersebut dapat berupa
tulisan maupun diagram.
c. Triangulasi keragaman sumber informasi
Informasi yang dicari termasuk kejadian-kejadian penting
serta mengetahui proses keberlangsungannya sedangkan informasi
dapat pula diperoleh dari masyarakat atau dengan melihat kejadian
langsung ke tempat atau lokasi.
6. Teknik Analisa Data
Memperoleh data yang sesuai dengan dilapangan, maka Peneliti
melakukan analisis masalah bersama dengan subyek pendampingan yakni
anggota dari Kelompok jamaah Aisyiyah. Hal tersebut digunakan untuk
mengetahui permasalahan yang dihadapi oleh kelompok. Adapun teknik
analisis data yang dilakukan yakni:
a. Trend and Change (Bagan Perubahan dan Kecenderungan)
Besarnya perubahan hal-hal yang diamati, dapat diperoleh
gambaran adanya kecenderungan umum perubahan yang akan
berlanjut di masa depan. Misalnya, kepemilikan usaha, hutang, dan
kebutuhan mendesak, dan jumlah pendapatan tiap bulan dari hasil
kerja dan usaha.
b. Kalender Musim
Kalender harian digunakan untuk mengetahui kegiatan
utama, masalah, dan kesempatan dalam siklus tahunan yang
menunjukkan kebutuhan mendesak maupun terencana di tiap
tahun, musim pendidikan pada tiap tahun, penghasilan dan
pemasukan tiap musiam.
c. Kalender Harian
Kalender harian akan melihat pola pembagian watu atau
kegiatan sebuah keluarga dalam waktu sehari-hari. Kalender harian
ini dapat melihat pola kehidupan masyarakat seperti waktu bekerja,
waktu melakukan pekerjaan rumah tangga, waktu istir jahat, dan
lainnya.
d. Penelusuran Sejarah
Penelusuran sejarah atau timeline adalah teknik
penelusuran alur sejarah suatu masyarakat dengan menggali
kejadian penting yang pernah dialami pada alur waktu tertentu. Hal
ini dapat menelusuri sejarah keberadaan rentenir dan kebiasaan
berhutang ke rentenir sehingga dapat diketahui perkembangannya
dari masa ke masa.
e. Diagram Venn
Diagram venn ini akan dapat melihat keterkaitan antara satu
lembaga dengan lembaga lainnya, semisal antara jamaah Aisyiyah
dengan aparat kelurahan, dengan Pengurus Ranting Aisyiyah dan
dengan dinas tertentu yang masih berkaitan agar masyarakat paham
f. Diagram Alur
Diagram alur akan menggambarkan arus dan hubungan
antara semua pihak yang terlibat sehingga membentuk sistem. Hal
ini akan melihat alur dalam peminjaman uang ke rentenir sehinga
mengetahui alur keterbelengguan ibu ibu jamaah Aisyiyah oleh
rentenir.
g. Analisis Pohon Masalah dan Pohon Harapan
Teknik untuk menganalisis dari akar permasalahan yang
akan dipecahkan bersama masyarakat dan sekaligus program apa
yang akan dilalui, pohon harapan adalah impian ke depan dari hasil
BAB IV
MENEROPONG KELURAHAN KALIJUDAN DAN AISYIYAH
KALIJUDAN
A. Letak Geografis
Kelurahan Kalijudan merupakan salah satu Kelurahan yang terletak
dalam wilayah Kecamatan Mulyorejo Kota Surabaya. Dengan latar
belakang sejarah, penamaan kalijudan berasal dari dua suku kata yaitu kali
yang berarti sungai atau lebih tepatnya got berukuran besar dan pandan
yaitu salah satu dari tumbuhan yang berwarna hujau dan beraroma harum
biasanya untuk campuran santan. Kalijudan yang dari depan sampai
belakang kelurahan diikuti oleh kali dan banyak tumbuhan pandannya
sehingga disebut dengan Kalijudan.25 Dari pusat kota dibutuhkan sekitar 20
menit dengan jarak 6 km saja untuk bias sampai ke Kelurahan Kalijudan.
Kelurahan Kalijudan mempunyai luas 131,354 Hektare dan mempunyai
batas daerah sebagai berikut :
Sebelah Utara :Kelurahan Gading, Kecamatan Tambaksari
Sebelah Timur :Kelurahan Dukuh Sutorejo, Kecamatan
Mulyorejo
Sebelah Selatan :Kelurahan Mulyorejo, Kecamatan Mulyorejo
Sedangakan RW yang ada di Kelurahan Kalijudan ada 8 RW dan
36 RT dengan pembagian sebagai berikut:
RW 1: 4 RT
RW 2: 64 RT
RW 3: 8 RT
RW 4: 3 RT
RW 5 : 4 RT
RW 6 : 5 RT
RW 7 : 5 RT
RW 8 : 3 RT
Dari data diatas menunjukkan bahwa Kelurahan Kalijudan adalah
Kelurahan yang besar luas wilayahnya. Tidak hanya besar wilayahnya
namun juga pembagian wilayah yang banyak terlihat dari jumlah RW dan
RT yang ada di Kelurahan Kalijudan
B. Kependudukan
Kelurahan Kalijudan dengan luas wilayahnya yang besar
mempunyai jumlah penduduk yang tidak sedikit yaitu 13.918 orang dengan
rincian laki laki berjumlah 7006 orang dan perempuan berjumlah 6912
orang dengan 3.689 KK yang ada di Kalijudan. Jika jumlah penduduk kita
bagi dengan luas wilayah Kelurahan Kalijudan maka hasilnya
Kelurahan Kalijudan maka hasilnya 35,61 /KK. Dari data tersebut terlihat
sekali bahwa Kelurahan Kalijudan tergolong Kelurahan yang padat.
C. Kondisi Ekonomi, Pendidikan, Kesehatan dan Agama
Data Ekonomi dari profil kelurahan dijelaskan dengan diagram :
Diagram 4.1
Sumber : diolah dari data kelurahan Kalijudan
Dari data diagram diatas menunjukkan bahwa presentasi paling
banyak adalah belum bekerja. Rata rata belum bekerja karena masih
pelajar dan mahasiswa, namun ada juga yang pengangguran. Selain itu, dari
data tersebut dijelaskan bahwa pedagang atau wirausaha di Kalijudan
sangatlah banyak. Sekitar 6 persen atau 807 orang di Kalijudan bermata
pencaharian sebagai pedagang. Kelompok inilah yang sangat rawan
terbelenggu oleh rentenir karena membutuhkan modal untuk mengawali
Selanjutnya adalah data pendidikan terakhir masyarakat dan sarana
pendidikan yang ada di kalijudan dengan rincian :
Tabel 4.1
Sumber : diolah dari data kelurahan Kalijudan
Dari data diatas menunjukkan bahwa penduduk Kalijudan mayoritas
lulusan SMA, meskipun banyak juga yang hanya lulusan SD. Namun juga
sudah banyak yang menempuh pendidikan di perguruan tinggi dengan
jumlah 1.166 orang, tidak hanya S1 namun s2 juga sudah ada berjumlah 16
orang. Namun yang miris yaitu jumlah penduduk yang tidak sekolah yaitu
2.903 orang. Hal ini mempengaruhi pengetahuan dan kesadaran penduduk
Tabel 4.2
No Sarana Pendidikan Negeri Swasta
1 Kelompok Bermain 2 0
2 Taman Kanak kanak 5 2
3 Sekolad Dasar 2 0
4 SMP/SLTP 0 1
5 SMA/SLTA 0 2
6 Imstitut/ Perguruan Tinggi/
Universitas
0 1
Sumber : diolah dari data kelurahan Kalijudan
Dari data diatas menunjukkan bahwa sarana pendidikan di Kalijudan
sangatlah memadai dan lengkap mulai dari kelompok bermain sampai
perguruan tinggi. Meskipun sarana pendidikan tersebut tidak semua dibawah
oleh pemerintah namun juga ada yang dikelola oleh swasta. Akses menuju
sarana pendidikan tersebut juga mudah karena jalan raya dan jalan kampong
yang sudah beraspal.
Adapun sarana kesehatan yang ada di kalijudan yaitu :
Tabel 4.3
Sarana
Kesehatan
Apotik 1
Posyandu 13
Puskesmas 1
Dari data di atas menunjukkan bahwa sarana kesehatan di kalijudan
sangatlah memadai. Dengan adanya took obat/apotek memudahkan
masyarakat dalam membeli obat. Dan dengan adanya Posyandu berjumlah
13 unit dengan per RW memiliki satu posyandu bahkan lebih memudahkan
masyarakat dalam memeriksa kesehatan anak dan bayi. Puskesmas kalijudan
sangat memadai juga dalam fasilitas dan pelayanannya, hal ini memudahkan
masyarakat dalam mengakses fasilitas kesehatan di Kalijudan.
Selanjutnya adalah data pemeluk agama di Kalijudan dijelaskan
dengan diagram :
Diagram 4.2
Sumber : diolah dari data kelurahan Kalijudan
Dari data diatas jelas sekali bahwa mayoritas penduduk Kalijudan
beragama islam dengan presentase 79% dari jumlah penduduk, hal ini
menunjukkan bahwa islam menjadi agama mayoritas di Kalijudan. Tidak
hanya itu saja, banyaknya sarana ibadah agama islam dengan jumlah masjid
10721; 77% 1925; 14%
750; 5% 432; 3%
96; 1%
AGAMA
6 unit dan mushala berjumlah 10 unit. Sedangkan agama lain yang
mempunyai sarana ibadah yaitu agama Kristen dengan gereja berjumlah 6
unit. Sedangankan sarana ibadah bagi pemeluk agama katolik, hindu dan
budha tidak ada di Kalijudan. Ormas yang ada di Kalijudan pun hanya ada
dua dan keduanya adalah ormas islam yaitu Nahdhatul Ulama (NU) dan
Muhammadiyah. Hal ini menunjukkan bahwa agama islam besar dan
berkembang di Kalijudan.
D. Sejarah dan Peran Aisyiyah di Kalijudan
Jika melihat dari sejarah berdirinya, tepat pada tahun 1978
Muhammadiyah di Kalijudan berdiri begitu juga Aisyiyah mengikutinya.
Didirikan oleh Almarhum Pak Mansur dan Pak Muda. Ketua pertama dari
Aisyiyah adalah Ibu Nurhayati. Awal berdirinya Aisyiyah hanya
mengadakan pengajian pengajian ibu ibu di Kalijudan.
Latar belakang berdirinya Aisyiyah di Kalijudan bisa dibagi dalam
dua faktor, faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internalnya yaitu
pengembangan dakwah Muhammadiyah di Kalijudan karena belum adanya
basis dakwah Muhammadiyah di Kalijudan. Dan faktor eksternalnya yaitu
Karena kalijudan menjadi tempat molimo kemaksiatan, dan yang paling
parah adalah minum minuman keras dan berjudi. Kalijudan juga ketika itu
menjadi basis PKI, masyarakat abangan dan Kristenisasi. Adanya
kristenisasi terbukti dengan berdirinya sekolah Kristen dan widya mandala
Meskipun awal berdirinya Muhammadiyah dianggap sebagai agama
baru karena berbeda dengan ajaran lama, namun semakin lama
Muhammadiyah mampu diterima oleh Masyarakat dengan aktifnya
pengajian rutin di masjid masjid Kalijudan, berdirinya PAUD dan TK
Aisyiyah, dan santunan rutin kepada fakir, miskin, dan anak yatim melalui
wadah baitul maal. Terhitung hingga sampai saat ini asset baitul maal
berjumlah Rp 27.000.000.
Adapun peran Aisyiyah terhadap permasalahan keterbelengguan
terhadap rentenir pernah dilaksanakan Tahun 2000. Muhammadiyah dan
Aisyiyah memberikan pinjaman tanpa bunga untuk sekitar 10 masyarakat di
Kalijudan. Namun hanya bertahan tidak sampai 1 tahun karena banyak yang
tidak mengembalikan pinjaman tersebut. Penyebabnya ialah karena
kurangnya tenaga teknis yang mau turun lapangan. Sistem pinjaman
tersebut hanya membuka untuk siapa saja yang mau meminjam dan
menunggu untuk dikembalikan. Hal tersebut karena kurang tertatanya
manajemen pinjaman tanpa bunga tersebut.27
BAB ➵
Dari penjelasan yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa Kalijudan
berada di pinggir Kota Surabaya namun berdekatan dengan tempat wisata pantai
Kenjeran. Mayoritas ibu ibu jamaah Aisyiyah bekerja sebagai pedagang
makanan dan usaha kecil lainnya. Sumirah yang berumur 54 tahun, warga asli
kalijudan yang sudah tinggal di wilayah ini
sejak lahir sampai mempunyai anak dua
putra dan dua putri. Sumirah tinggal di
rumah berukuran 4X10m, rumah yang
lumayan besar namun sayangnya hanya
rumah pinjaman dari saudaranya yang
sedang tinggal di luar jawa, dia tinggal
bersama dengan suami dan anak-anaknya.
Sumirah bekerja sebagai penjual makanan
kerupuk kupang dan petis kupang.
Sedangkan suaminya Abdul Kahar bekerja sebagai pencari kupang di laut
Kenjeran. Anak yang pertama sampai ketiga sudah menikah dan mempunyai
keluarga sendiri sendiri sedangkan anak keempat sekaligus terakhir yang
berjenis kelamin laki laki menjadi seorang pengganguran. Anak yang terakhir
beban tanggung jawab orang tuanya, sumirah dan suaminya yang hanya lulusan
SD mau tidak mau harus bekerja keras untuk mencari nafkah dalam bertahan
hidup.
Dalam satu hari untuk konsumsi keluarga bisa menghabiskan uang
Rp30.000,00 karena dalam waktu sehari bisa menghabiskan 1 kg beras dengan
harga satu kilogramnya Rp10.000,00 sedangkan untuk lauk-pauk, sayur, bumbu,
dan keperluan masak lainnya menghabiskan Rp30.000,00. Sedangkan untuk jajan
anak sehari di rumah bisa mengeluarkan uang sebanyak Rp20.000,00. Sumirah
yang juga memiliki penyakit asma yang sering kambuh biasanya menghabiskan
biaya dalam berobat sekitar Rp250.000. Untuk biaya modal membuat lalu
berjualan kerupuk kupang dan petis kupang kira kira tiap bulannya
membutuhkan modal sekitar Rp3.000.000. Jika kerupuk kupang dan petis
Sumirah laris setiap bulannya bisa mendapatkan pemasukkan sekitar
Rp4.000.000, pemasukkan yang lumayan besar namun selalu kurang dikarenakan
keutnungan dari oenjualan tersebut digunakan untuk kebutuhan sehari hari dan
membayar bunga 20% dari pinjaman modal awal . Jika biasannya sumirah
meminjam Rp3.000.000 tiap bulannya maka harus mengembalikan pinjamannya
sebesar Rp3.600.00 dengan tambahan bunga sebesar Rp600.000. Jadi yang
harusnya Sumirah mendapatkan keuntungan dari penjualan barang dagangnya
namun hasil akhirnya menunjukkan ibu sumirahrugi karena keuntungan
digunakan untuk membayar bunga tamnbahan dari pinjaman modal awal.28
Selain keluarga Sumirah, ada pula warga asli Kalijudan yang hingga kini
masih tinggal di sana yaitu keluarga Lutiana (37 tahun) yang bekerja sebagai
penjual lontong kupang keliling. Lutiana memiliki dua orang putra, putra