• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian terhadap Remaja Hamil di Luar Nikah di Gereja Protestan Maluku Jemaat Latea dari Perspektif Pastoral

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kajian terhadap Remaja Hamil di Luar Nikah di Gereja Protestan Maluku Jemaat Latea dari Perspektif Pastoral"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

“Kajian terhadap Remaja Hamil di Luar Nikah

di Gereja Protestan Maluku Jemaat Latea dari Perspektif Pastoral”

TUGAS AKHIR

Diajukan kepada Program Studi Teologi, Fakultas Teologi

guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains dalam bidang Teologi (S.Si. Teol)

Oleh

Widya Rosenda Makatita 712015100

FAKULTAS TEOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat yang oleh karena kasih anugerah-Nya, maka penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “Kajian terhadap Remaja Hamil di Luar Nikah di Gereja Protestan Maluku dari Perspektif Pastoral” dengan tepat pada waktunya. Tugas akhir ini menjadi salah satu persyaratan kelulusan Fakultas Teologi di Universitas Kristen Satya Wacana. Penyelesaian tugas akhir ini diharapkan mampu membantu remaja, orang tua, GPM Jemaat Latea dan masyarakat dalam menyikapi permasalahan hamil di luar nikah sehingga mampu melahirkan generasi kristen yang yang memiliki pribadi semangat dalam berjuang masa depan, menghargai orang tua dan sesama, menjadi pribadi yang setia, taat dan takut akan Tuhan.

Dalam proses penyusunan tugas akhir ini, penulis banyak mendapatkan cinta kasih, motivasi, saran dan bimbingan dari berbagai pihak karena tanpa mereka penulis tidak mampu menyelesaikan tugas akhir ini. Oleh karena itu dengan hati yang tulus penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan fasilitas, waktu, membina dan membimbing dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Pdt. Dr. Jacob Daan Engel sebagai pembimbing 1 yang tetap setia membimbing dan selalu meluangkan waktu dan tenaga serta tidak bosan bertemu dengan penulis untuk menyelesaikan tugas akhir. 2. Pdt. Dr. Ebenhaizer Nuban Timo sebagai pembimbing 2 yang selalu

tersenyum dengan kasih dalam membimbing penulis dalam penulisan ini.

3. Seluruh dosen dan pegawai tata usaha Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana; Opa Jhon, Pak Izak, Pa Rama Pa Tony, Pa Gunawan, Pa David, Pa Yusak, Pa Agus, Pa Handry, Pa Hanif, Pa Nelman, Pa Simon, Pa Prasetyawan, Pa Fidel, Ka Astrid, Bu Sindy, Bu Merry, Bu Elisabeth, Bu Fery, Bu Budi, Bu Ningsih, Mas Eko, Mas Adi, yang telah membantu penulis dari awal perkulihan hingga sampai pada penulisan tugas akhir yang menjadi syarat mendapakan gelar sarjana Teologi.

(7)

vii

4. Papa Yan, Mama Beby, Papa Pede, Mama Min, Eron, Onaros, Nyong serta semua adik kakak, bapak/mama tenga yang selalu memberi cinta dan kasih, selalu mendukung dan memberi semangat dan selalu berjuang bersama penulis dalam penulisan tugas akhir dan tetap menjadi orang-orang terhebat dalam hidup penulis.

5. Keluarga Besar Makatita, Iwane, Lumamuly, Sorie yang selalu memberi semangat dan dukungan dan doa kepada penulis.

6. Seluruh Pelayan Gereja Protestan Maluku Jemaat Latea yang telah membantu dalam penyelesain tugas akhir sebagai narasumber.

7. Keluarga Besar angkatan 2015 dan Keluarga Besar Mangkera yang selalu memberi warna baru dalam kehidupan penulis.

8. Sahabat terdekat penulis; Angel, Shintya, Merry, Sance, Esty, Sri Ateta, Erik, teman-teman Teologi Sinode GPM, kakak-kakak angkatan 2012 terkhusus Kakak An sebagai orang tua dan pembimbing ketiga yang setia dan pemberi motivasi bagi penulis dan 2013, 2014, adik-adik angkatan 2017 terkhusus adik-adik tersayang Ita, Ayah Rama sekaligus teman-teman Perwalian Study Ayah Rama yang selalu memberi perhatian dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir.

9. Supervisor PPL 1-8, Pdt. Wiji Astuti dan seluruh GKJ Jemaat Salatiga yang telah memberi ruang kepada penulis untuk belajar menjadi seorang pelayan yang setia dan taat selama PPL.

10. Keluarga besar PPA IO-805 Buk Suling Salatiga untuk waktu dan semangat kepada penulis selama PLL IX.

11. Supervisor PPL X, Pdt. A Sakalessy dan Para Majelis Jemaat serta seluruh Anggota Jemaat Aketernate yang telah membuka ruang dan waktu serta dengan sukacita yang tulus dalam membimbing penulis selama PPL.

12. Terkhusus Fidelis Lelangleudawan tercinta yang telah memberi cinta yang tulus, pemberi semangat dan motivasi kepada penulis dan menjadikan penulis sabar dan kuat untuk menerima tantangan hidup serta tetap setia sebagai pelayan bagi orang banyak.

(8)

viii

Penulis pun menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan ini karena adanya keterbatasan pengetahuan dan wawasan penulis. Akhir kata semoga tugas akhir ini mampu bermanfaat bagi penulis, Keluarga, Gereja dan masyarakat yang terlibat dalam penulisan tugas akhir ini.

Salatiga, 5 September 2019

(9)

ix

DAFTAR ISI

COVER

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ... iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES ... iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... v

KATA PENGANTAR ... vi DAFTAR ISI ... ix MOTTO ... x ABSTRAK ... xi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 5 1.3 Tujuan Penelitian ... 5 1.4 Manfaat Penelitian ... 5 1.5 Metode Penelitian ... 5 1.6 Sistematika Penulisan ... 7

II. LANDASAN TEORI 1. Remaja 1.1 Remaja dan Perilaku Seks ... 7

1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perilaku Seks Remaja ... 8

1.3 Dampak dari Perilaku Seks ... 10

2. Pastoral ... 11

III. HASIL PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian ... 13

3.2 Kasus Remaja Hamil di Luar Nikah ... 15

IV. PEMBAHASAN DAN ANALISA ... 19

V. PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 25

5.2 Saran ... 27

(10)

x

MOTTO

“Bersukacitalah dalam pengharapan,

sabarlah dalam kesesakan, dan bertekulah dalam doa!”

Roma 12:12

“Hendaklah kasih itu jangan pura-pura! Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik.”

Roma 12:9

“Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan yang biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia

akan memberikan kepadamu Jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.”

1 Kor 10:13

...

Ingatang orang tatua pung pasang, hidup ade kaka deng hidop orang basudara musti baku sayang, baku bantu, baku kasi inga, baku

lia bae-bae. Hidop di tana rantau tu jaga diri bae-bae, bakuat deng sombayang minta Tete Manis tuntun dan berkati deng sombayang

par mama deng papa tetap sehat deng umur panjang supaya bisa hidop sama-sama denga bae-bae. (WRM) 

(11)

xi

ABSTRAK

Widya Rosenda Makatita, 2018/2019. Kajian terhadap Remaja Hamil di Luar Nikah di GPM Jemaat Latea dari Perspektif Pastoral.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis remaja hamil di luar nikah dari perspektif pastoral. Penelitian ini didasari oleh fakta masalah remaja yang telah banyak hamil di luar nikah. Teori yang digunakan berdasarkan teori pendampingan dan konseling pastoral dengan menggunakan metode deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatif yaitu dengan teknik pengumpulan data dan observasi. Manfaat penelitian ini dengan menganalisis, mendeskripsikan, memahami dan melengkapi penelitian yang terkait dengan remaja hamil di luar nikah dari perspektif pastoral. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam upaya memahami dan menyikapi remaja hamil di luar nikah yang terjadi dalam lingkup Gereja dan masyarakat dalam pendampingan dan bimbingan bagi generasi muda Gereja dan masyarakat. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa adanya faktor penyebab remaja hamil di luar nikah adalah kurangnya perhatian orang tua, pengaruh teman atau rekan sebaya, dipaksa oleh pacar, masalah ekonomi dan media sosial serta dampaknya adalah putus sekolah, depresi atau stress, merasa bersalah dan dieliminasi oleh masyarakat. Untuk itulah perlu adanya pendampingan pastoral bagi remaja. Pendampingan dilakukan oleh orang tua sebagai tanggungjawab utama dalam keluarga, Gereja sebagai tanggungjawab dalam peningkatan mutu iman kristen dan masyarakat atau jemaat sebagai tanggungjawab bersama dalam pastoral untuk mendampingi, membimbing, menopang, menyembuhkan, memulihkan dan memelihara. Penelitian ini merupakan tugas akhir pada Fakultas Teologi UKSW dan bagi pelayanan pastoral di GPM Latea terhadap remaja hamil di luar nikah.

(12)

1

I.

PENDAHULUAN

a.

Latar Belakang

Pada dasarnya orang tua memiliki peranan penting dalam pertumbuhan spiritual remaja. Oleh karena itu, sangat diharapkan adanya perhatian penuh dari orang tua terhadap remaja dalam masa pertumbuhan mereka. Pada kenyataannya, terkadang orang tua tidak memperhatikan dan bertanggungjawab terhadap pertumbuhan spritual remaja. Remaja yang tidak diperhatikan oleh orang tua dan keluarga lebih memilih untuk menghabiskan waktunya bersama dengan orang di luar lingkungan keluarga seperti teman/sahabat serta jemaat dan masyarakat secara umum. Kurangnya didikan, perhatian dan pendampingan dari orang tua membuat mereka tidak berhati-hati dalam bertindak, bahkan terlibat perilaku menyimpang yaitu seks bebas. Seks bebas yang mengakibatkan remaja khususnya remaja hamil di luar nikah, hal ini juga terjadi pada para remaja di Gereja Protestan Maluku (GPM), Jemaat Latea. Masalah remaja hamil di luar nikah semakin meningkat, khususnya pada remaja yang berumur 14-17 tahun. Berdasarkan data yang diperoleh, jumlah remaja yang hamil di luar nikah di GPM Jemaat Latea tahun 2016 berjumlah empat orang dan 2017 berjumlah lima orang.1 Dari hasil wawancara tersebut bahwa pertambahan remaja hamil di luar nikah meningkat per tahun karena kurangnya bimbingan dan arahan dari orang tua dan warga jemaat terhadap para remaja.

Masa yang sangat rentan bagi remaja perempuan yang hamil luar nikah terjadi ketika kelenjar-kelenjar hormonal mulai berproduksi dan libido pun mulai meningkat.2 Pada saat itulah keinginan mereka tentang segala sesuatu yang berbau seks dan seksualitas sangat besar dan jika mereka tidak dapat menemukan cara yang tepat untuk menyalurkan energi seks remaja yang meluap-luap, maka hal inilah yang dapat menjadi salah satu bahaya terbesar bagi remaja untuk melakukan tindakan penyimpangan seksual hingga hamil di luar nikah. Seksualitas inter-relasi antara pria dan wanita tidak boleh dikotori dengan hubungan intim badaniah, hubungan seksual yang dilakukan di luar nikah karena

1

Wawancara dengan Bapak Yan Makatita, Mei 2018.

2 Elisa B. Surbakti, Konseling Praktis: Mengatasi Berbagai Masalah (Bandung:Yayasan Kalam

(13)

2

dapat merusak kesehatan manusia secara fisiologis dan psikologis.3 Relasi yang baik antara pria dan wanita yaitu dengan saling memberi motivasi dan dorongan dengan tujuan untuk tidak mengganggu masa depan masing-masing dengan tidak melakukan hubungan seks di luar nikah.

Remaja pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang diakibatkan karena kurangnya pengawasan dari orang tua.4 Dalam lingkup keluarga, orang tua harus selalu membina dan mengarahkan semua remaja untuk hati-hati dalam membangun relasi diantara lawan jenis serta tidak mengakses situs-situs yang dapat mempengaruhi perkembangan mereka.5 Karena, keluarga adalah basis atau sentral pembinan bagi setiap warga Gereja, karena itu setiap bimbingan yang bermanfaat sangat dibutuhkan oleh setiap remaja yang tumbuh dan berkembang dari dalam keluarga yaitu orang tua atau yang dianggap lebih dewasa dalam keluarga baik dari sisi usia ataupun pengalaman hidup yang berguna demi remaja-remaja dalam keluarga.6 Tetapi, terkadang masalah ekonomi keluarga pun menjadi kendala bagi masa depan remaja.7 Maka yang harus dilakukan oleh orang tua adalah tetap berusaha untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan peran dan fungsi orang tua sangat diharapkan dalam proses pembentukan karakteristik setiap remaja dan orang tua yang peduli akan masa depan remaja adalah orang tua yang tidak lelah dan bosan untuk mendidik remaja.

Beberapa faktor lain juga yaitu dengan adanya pengaruh rekan sebaya atau teman-teman yang selalu bersama-sama dalam memenuhi kepentingan bersama, serta semakin canggihnya internet dengan situs-situs yang dapat diakses dengan bebas dan dapat mengakibatkan remaja sering terjerumus dalam pergaulan bebas hingga hamil diluar nikah.8 Remaja dalam masa hubungan pacaran pun akan dipaksa oleh pacar untuk melakukan hubungan seks dengan alasan bahwa hal itu menjadi bukti cinta.9 Untuk itulah kasus remaja hamil di luar nikah adalah peristiwa yang sangat memerlukan perhatian serius dari orang tua, gereja dan

3

Deputat Studi dan Pengembangan Sinode GKI Jawa Tengah, Hubungan Seksual di Luar

Pernikahan (Surakarta: Sinode GKI, 1986), 14.

4

Wawancara dengan Bapak Pede Makatita, Juni 2018.

5

Wawancara dengan Anita Makatita, Juni 2018.

6

Aart Martin Vaan Beek, Konseling Pastoral: Sebuah Buku Pegangan Bagi Penolong di Indonesia (Semarang: Satya Wacana, 1986) 14-16

7

Wawancara dengan Mama Beby Sorie, Juni 2018.

8

Wawancara dengan Indah Ngadiho, Juni 2018.

9

(14)

3

masyarakat dalam pencegahan dan penanganannya. Akhirnya remaja yang hamil di luar nikah ketika dalam masa-masa sekolah akan putus sekolah atau tidak dapat melanjutkan study, mengalami depresi/stress yang sangat lama, merasa bersalah atas perbuatannya dan tidak diperdulikan oleh masyarakat atau jemaat.

Salah satu tanggungjawab yang harus dilakukan sebagai orang percaya untuk mencegah masalah atau kasus hamil di luar nikah dengan melakukan pendampingan pastoral. Pendampingan pastoral dilakukan oleh Gereja terhadap orang tua, remaja dan masyarakat atau jemaat secara umum. Pastoral dibutuhkan untuk dapat mewujudkan cinta kasih dan perhatian bagi mereka serta menumbuhkan dan memperbaiki relasi mereka dengan Allah dan sesama.10 Artinya bahwa pastoral sangat penting dalam hubungan relasi. Orang tua, masyarakat atau jemaat adalah Orang-orang yang selalu dekat ketika masa-masa pertumbuhan biologis, psikologis, spiritual mereka.11

Proses pendampingan pastoral selalu didasari dengan cinta kasih dan perhatian penuh dari orang-orang yang dicintainya. Mereka didampingi dan diarahkan dari masa pertumbuhan mereka ketika anak-anak sampai dewasa. Dalam pertumbuhan inilah orang tua mempunyai peranan penting di dalamnya. Masalah remaja hamil di luar nikah tidak hanya menjadi tanggungjawab orang tua tetapi juga tanggungjawab Gereja. Pendampingan pastoral (pastoral care) dalam Alkitab dipakai untuk menjalankan tugas penggembalaan.12 Dalam hal ini Gereja menjalankan perannya dalam pendampingan pastoral atau tugas penggembalaan.

Pastoral dapat dipahami sebagai percakapan terapeutik antara konselor (atau pastor/pendeta) dengan konseli/penderita, di mana konselor mencoba membimbing konselinya ke dalam suatu suasana percakapan konseling yang ideal (conducive atmosphere) yang memungkinkan konseli tersebut dapat mengenal dan mengerti apa yang sedang terjadi dalam dirinya sendiri (self-awareness), persoalan yang ia sedang hadapi, kondisi hidupnya dan mengapa ia merespon semua itu dengan pola pikir, perasaan, dan sikap tertentu.13 Howard Clinebell menyebutkan bahwa fungsi dari pendampingan pastoral adalah untuk memelihara

10 Jacob Daan Engel, Pastoral dan Kebutuhan Dasar Konseling (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia,

2016), 4.

11

Engel, Pastoral dan Kebutuhan dasar Konseling…, 5.

12

Jacob Daan Engel, Konseling suatu Fungsi Pastoral (Salatiga: Tirasa Grafika, 2007), 5.

13 Yakub B. Susabda, Konseling Pastoral: Pendekatan Konseling Pastoral Berdasarkan Integrasi

(15)

4

atau mengasuh (nurturing), yakni memampukan orang untuk mengembangkan potensi-potensi yang diberikan Allah kepada mereka.14 Teori Clinebell mampu menjadikan fungsi pendampingan pastoral yang mampu memberikan semangat bagi seseorang untuk mengembangkan pontensi yang telah Allah berikan. Pendampingan pastoral itu suatu panggilan yang harus dilakukan oleh setiap orang yang telah merespon panggilan Allah.15 Pendampingan pastoral ini bukan saja menjadi tanggungjawab pendeta, pastor atau kaum rohaniawan, tetapi semua orang percaya terpanggil untuk melaksanakan tugas penggembalaan ini.16 Dengan demikian, setiap orang kristen mempunyai tanggungjawab untuk menolong dan memberdayakan sesama dalam setiap persoalan yang dialami.

Di kalangan GPM Jemaat Latea perkunjungan pastoral dipahami sebagai suatu kegiatan gerejawi yang berupa perkunjungan di rumah anggota jemaat dan di rumah sakit. Kunjungan ini dilakukan oleh pelayan gereja terhadap anggota jemaat yang sementara menghadapi persoalan-persoalan khusus seperti sakit, kedukaan, perselisihan keluarga dan mereka yang terkena musibah pribadi maupun keluarga. Maka, dengan demikian dapat dikatakan bahwa perkunjungan pastoral merupakan suatu yang dibutuhkan bagi jemaat GPM Latea. GPM Latea menyadari panggilannya untuk melaksanakan diakonia (pelayanan) sebagai salah satu dari tugas panggilan Gereja, ketika anggota jemaat mengalami masalah, pemecahannya tidak cukup hanya melalui khotbah-khobah dari mimbar saja tetapi perlu adanya pelayanan-pelayanan yang khusus yang bersikap pendekatan dalam artian tatap muka kepada setiap anggota jemaat. Bukan hanya menjadi tanggungjawab gereja, namun dalam keluarga tugas orang tua untuk melakukan pendampingan dan perhatian bagi remaja-remaja serta masyarakat atau jemaat secara umum dengan disediakan waktu yang khusus dan pertolongan yang serius baik pikiran dan tenaga dari Gereja.17 Maka untuk itulah remaja perlu diperhatikan dengan selalu dibimbing dan diarahkan demi masa depan Gereja yang lebih baik. Sehingga kasus remaja hamil luar nikah pun semakin berkurang. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka penulis hendak meneliti dan mengakajinya dalam sebuah penelitian ilmiah dengan judul:

14

Engel, Konseling Suatu Fungsi Pastoral..., 8.

15

Engel, Pastoral dan Kebutuhan Dasar..., 83.

16 Engel, Pastoral dan kebutuhan Dasar..., 83. 17

(16)

5

Kajian terhadap Remaja Hamil di Luar Nikah di Gereja Protestan Maluku Jemaat Latea dari Perspektif Pastoral.

b. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yaitu: Bagaimana kajian pastoral terhadap remaja hamil di luar nikah di Gereja Protestan Maluku Jemaat Latea?

c. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yaitu: Mendeskripsikan kajian pastoral terhadap remaja hamil di luar nikah Gereja Prostestan Maluku Jemaat Latea.

d. Manfaat Penelitian

Secara Teoritis: Kajian ini dapat menambah bahan bacaan bagi

mahasiswa dan memberikan tambahan acuan bagi mahasiswa dalam melakukan penelitian yang sama dengan penelitian ini serta kajian ini mampu melengkapi penelitian-penelitian sebelumnya. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan atau pengetahuan dalam bidang pastoral, konseling.

Secara Praktis: Untuk menambah wawasan tentang kajian pastoral

terhadap remaja yang hamil di luar nikah, sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan metodologi penelitian berikutnya dan gambaran informasi bagi peneliti berikutnya. Bagi jemaat, dengan memberikan pandangan kepada mereka bahwa sangat dibutuhkan pendampingan dan bimbingan remaja agar tidak melakukan penyimpangan seksual sehingga mengurangi timbulnya kasus remaja hamil di luar nikah. Penelitian ini juga memberikan kontribusi bagi Gereja untuk menjadi patokan bagi pelayan-pelayan Gereja untuk melihat bagaimana pentingnya pastoral terhadap remaja yang hamil luar nikah.

e. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, metode yang akan digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan deskripsi, yang dideskripsikan dalam penelitian ini adalah kajian Pastoral Terhadap Remaja hamil di luar Nikah di GPM Jemaat Latea. Metode ini digunakan karena dapat memberikan hasil yang lebih mendetail dan mendalam. Selain itu, dengan metode kualitatif penulis dapat mengerti, mengetahui, dan memahami apa yang sedang terjadi di lapangan. Dalam

(17)

6

penelitian ini diperlukan informasi yang sangat mendalam dan mendetail mengenai pastoral, sehingga metode kualitatif sangat diperlukan. Metode kualitatif dibangun atas dasar pemahaman intelektual dan argumentasi yang didukung oleh data empirik. Objek penelitian adalah remaja yang hamil di luar nikah berkaitan dengan segala sesuatu yang dilakukannya. Metode penelitian yang akan digunakan dalam kajian ini yakni deskriptif atau biasa dikenal dengan penelitian yang menggambarkan. Jenis penelitian deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan objek penelitian pada saat sekarang.18 Penelitian dilakukan di rumah remaja yang hamil diluar nikah dan Gereja, khususnya GPM Jemaat Latea. Dalam pengambilan data, cara yang akan digunakan adalah wawancara yang mendalam (deep interview), karena dengan wawancara yang mendalam dapat diperoleh informasi yang detail mengenai segala hal yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Selain wawancara, penulis juga melakukan studi pustaka (studi dokumen) untuk memperoleh data tentang remaja yang hamil diluar nikah.

Responden dalam penelitian ini adalah Majelis Jemaat (Pendeta, Penatua dan Diaken) GPM, remaja hamil di luar nikah, orang tua dan warga jemaat. Dalam penelitian ini, lokasi yang dipilih ialah GPM Jemaat Latea. Penelitian ini akan dilakukan dengan cara wawancara yang mendalam dengan majelis jemaat Latea, keluarga remaja yang hamil dan remaja hamil luar nikah tersebut. Sumber data utama adalah informasi verbal yang diperoleh melalui wawancara mendalam dengan Majelis Jemaat (Pendeta, Penatua dan Diaken) GPM, remaja hamil di luar nikah, orang tua serta jemaat secara umum. Sumber ini dilengkapi dengan data fisik berupa data yang didokumentasikan. Data sekunder akan diperoleh melalui dokumen-dokumen adat negeri dan Gereja, observasi tempat penelitian dan kajian pustaka atau dokumentasi yang menunjang tentang topik yang diteliti.

18

Hadari Nanawi dan Mimi Martini, Penelitian Terapan (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1994), 73.

(18)

7

f. Sistematika Penulisan

Tulisan ini akan dibagi dalam lima bagian, yaitu: bagian pertama membahas tentang pendahuluan yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan;

bagian kedua membahas tentang teori remaja dan pendampingan pastoral; bagian ketiga membahas tentang hasil penelitian dan pembahasan tentang remaja

hamil di luar nikah serta pendampingan pastoral bagi remaja di GPM Latea;

bagian keempat berisi analisa hasil penelitian berdasarkan teori pendampingan

pastoral; bagian kelima berisi penutup, yang meliputi kesimpulan berupa temuan-temuan yang diperoleh dari hasil penelitian, pembahasan, analisis dan saran-saran yang berupa kontribusi serta rekomendasi untuk penelitian selanjutnya.

II. LANDASAN TEORI

1. Remaja

1.1 Remaja dan Perilaku Seks

Pada masa remaja, remaja mulai membenahi diri menjadi pribadi yang mandiri, ingin mengatur dirinya secara otonom, ingin menata masa depannya menurut rencana pribadinya, ingin merebut satu kedudukan sosial yang jelas, ingin memperluas lingkup pergaulannya sampai mencakup juga jenis kelamin lain. Remaja berada pada masa peralihan dan hal ini membuat mereka mulai bingung tentang sikap apa yang harus diambil dan bagaimana mereka menanggapi sesuatu. Hal ini membuat remaja rentan terhadap berbagai bentuk penyimpangan, misalnya penyimpangan seksual (perilaku seks yang menyimpang) yang dapat menyebabkan kehamilan. Menurut Sarwono, seks pranikah adalah hubungan seksual yang dilakukan remaja tanpa adanya ikatan pernikahan.19 Kehamilan luar nikah dalam kalangan remaja merujuk kepada remaja yang di bawah umur yang hamil tanpa ikatan yang sah (WHO, 2006). Kajian menunjukkan, remaja yang terlibat dengan aktifitas seksual semasa umur masih muda didapati mempunyai lebih banyak pasangan, lebih kerap melakukan seks20, melakukan seks tanpa

19

Elisabeth P, Fidelis E.W., “Efekstivitas Lvep (Living Values: An Cation Program) dalam Meningkatkan Harga Diri Remaja Akhir.” Jurnal Provitae, vol. 2, no 1 (Mei 2006): 6.

20

McBride, C. K., Paikoff, R. L. & Holmbeck, G. N., “Individual and family influences on the onset of sexual intercourse among urban African American adolescents.” Journal of Consulting and Clinical

(19)

8

perlindungan21 yang mana akhirnya ramai dalam kalangan mereka yang sangat berisiko kepada jangkitan seksual dan kehamilan.22 Dari beberapa pendapat tersebut terlihat bahwa remaja sangat rentan dengan hal yang berbau seks yang dapat merujuk pada kehamilan pada usia yang masih sangat muda.

1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perilaku Seks Remaja

Melakukan seks pada usia yang masih muda dikarenakan adanya pengaruh rekan sebaya. Pengaruh rekan sebaya merupakan salah satu faktor penting remaja terjerumus dalam hamil luar nikah, tekanan rekan sebaya turut mempunyai pengaruh yang besar dalam kumpulan sosial.23 Apabila ditekan oleh rekan atau pasangan untuk melakukan seks, remaja kurang kemahiran untuk menolak dan ada juga remaja yang ingin mencoba melakukan seks untuk diterima oleh kumpulan sosialnya. Remaja kurang berkemampuan untuk mengenali risiko seksual karena kurang perkembangan kognitif dan sosial; hasilnya mereka tidak menggunakan kaidah pencegahan kehamilan yang biasa dilakukan oleh orang dewasa.24 Karena dalam perkembangan psikis remaja, mereka mulai berkembang dalam perasaan, pemikiran, kehendak/aspirasi, idealisme/cita-cita.25 Pada usia awal remaja, mereka mudah dipengaruhi oleh rekan sebaya dalam pembinaan keperibadian diri dan pencarian identitas diri. Malangnya, pertemuan dengan rekan sebaya yang bermasalah dan suka melakukan aktifitas negatif mengajak remaja melakukan perkara di luar batasan keagamaan dan norma masyarakat.

Penelitian yang dilakukan oleh National Health and Social Live Survey pada tahun 1994 yang melibatkan 3.432 subyek, menyebutkan faktor yang paling utama mendorong remaja dalam hubungan seks pranikah adalah adanya dorongan biologis atau seksual (sexual drive) yang sudah tidak dapat mereka kendalikan dan dilakukan semata-mata untuk memperkokoh komitmen dalam berpacaran, untuk memenuhi keingintahuan dan sudah merasa siap untuk melakukannya,

21

Cavanaugh, S.E, “The sexual debut of girls in adolescent: The intersection of race, puberty timing, and friendship group characteristics.” Journal Of Research on Adolescent (2004): 14, 285-312.

22

McBride, Paikoff and Holmbeck, “Individual and family influences..., 71, 159–167.

23 Barbara,W, “Teen dating: A mom's guide. Good housekeeping.” 243 (1), 2006: 108-111. 24

Norulhuda Binti Sarnon, “Hamil Luar Nikah: Memahami Remaja sebagai Asa Intervensi Keluarga”. Unwed Pregnancies: Understanding Adolescent as a Basic of Family Intervention, vol. 7, no. 1 (2012): 121-130.

25 J. Riberu, Kemelut remaja, Remaja dan Problema Kekeluargaannya (Bandung: Mega Media,

(20)

9

merasakan afeksi dari pasangan atau partner seksnya.26 Maka ketika pacaran hubungan seks akan menjadi bukti dalam memperkokoh hubungan, namun hal itu adalah sebuah dorongan biologis yang tidak dapat dikendalikan. Menurut You antara pendidikan seks dan kontrol diri memiliki hubungan implikatif, dimana kontrol diri terbentuk melalui pendidikan seksual sebagai hasil proses kognitif dan afektif, kontrol diri akan mencegah remaja untuk memunculkan perilaku yang impulsif yang mungkin berbahaya bagi remaja dan mengandung konsekuensi negatif, You juga menyarankan agar program pendidikan seks disusun secara komprehensif dan sesuai dengan kaidah masyarakat dan norma-norma agama.27 Untuk itulah You menyarankan untuk program pendidikan seksual mampu menjadi jalan untuk mencegah remaja melakukan seks pra nikah.

Hubungan seks dalam berpacaran akan mengakibatkan remaja menjadi hamil di luar nikah. Hal ini akan menjadi salah satu faktor penyebab yang membuat masalah besar dalam keluarga dan masyarakat. Selain itu adanya faktor ekonomi, ketika ekonomi rendah akan membuat masyarakat yang miskin cenderung untuk mengawinkan remaja gadisnya dengan harapan dapat membantu orang tua mengurangi beban keluarga.28 Cara inilah kebanyakan orang tua ingin cepat mengawinkan remaja agar tanggungjawab remaja menjadi tanggungjawab calon suami serta keluarganya.

Media masa juga boleh mempengaruhi remaja dalam melakukan aktifitas salah laku seksual. Pengaruh media massa yang tiada sepadan misalnya internet membantu remaja memudahkan mereka mencari sumber yang tidak sepatutnya. Perasaan ingin tahu dalam golongan remaja menyebabkan mereka mudah terlibat dalam aktifitas hamil luar nikah karena tidak tahu masalah yang perlu dihadapi di masa depan. Mereka seronok melayani cinta sehingga terlanjur melakukan seks.29 Peran pemberian informasi seksualitas harus terkait dengan perasaan ingin tahu remaja melalui pemberian informasi yang benar kepada remaja berkaitan dengan

26

Ahmad Taufik, “Persepsi Remaja Terhadap Perilaku Seks Pranikah.” vol. 1, no. 1 (2013): 31-44.

27 You Y, “Efektivitas Pendidikan Seksualitas untuk Meningkatkan Kontrol Diri Terhadap Perilaku

Seks Remaja Seminari.” (Tesis, Universitas Gadjah Mada, 2010).

28

H. Marjan, Pengaruh Kecemasan pada Kehamilan Primi Para Remaja (Pontiremaja: Abrori Institute, 2016), 33.

29 Rafidah Kastaw, Hubungan antara Sokongan Sosial dengan Kemurungan yang dialami oleh

(21)

10

seksualitas.30 Segala informasi seksualitas yang diterima harus dengan bijak untuk diketahui dan disampaikan agar remaja tidak salah dalam mempraktekan informasi seksualitas tersebut.

2. Dampak dari Perilaku Seks Remaja

Hamil di luar akan membuat mereka harus berjuang dalam proses kehamilan hingga melahirkan. Namun, pada dasarnya ketika remaja perempuan pasca melahirkan akan mengalami gangguan depresi.31 Depresi pasca melahirkan adalah gangguan alam perasaan yang dialami ibu yang sifatnya menetap beberapa waktu lamanya setelah melahirkan yang ditandai dengan adanya perubahan emosi negatif yang mudah sekali dibangkitkan menyalahkan diri dan mencela diri, keinginan-keinginan regresif dan menghukum diri sendiri, keinginan untuk menghindar, bersembunyi atau keinginan untuk mati, seperti susah tidur, kurang bergairah dan kehilangan nafsu makan. Hal-hal seperti ini telah banyak dialami oleh para perempuan khusunya terjadi pada para remaja yang hamil di luar nikah, begitu pula perempuan khususnya para remaja akan merasa bersalah. Rasa bersalah adalah pelanggaran terhadap standar internal yang menghasilkan penurunan harga diri.32 Jadi ketika seseorang mengalami rasa bersalah, individu akan merasakan penurunan harga diri atau kepercayaan dirinya. Takut dapat menjadi penurunan harga diri seseorang. Berkaitan dengan kemampuan kendali individu, rasa bersalah terjadi pada situasi ketika individu memiliki kendali yang tinggi terhadap kejadian yang di harapkan.

Remaja yang hamil di luar nikah akan menghadapi berbagai masalah psikologis, yaitu rasa takut, kecewa, menyesal dan rendah diri, begitu pula harus ditambah dengan masalah sosial dan ekonomi keluarga yang menimbulkan remaja putus sekolah sehingga pendidikan terlantar.33 Perasaan ini akan timbul secara alamiah jika kebutuhan remaja tidak terpenuhi dengan baik. Kebutuhan remaja akan kasih sayang dari orang-orang yang dikasihinya, namun hal itu tidak

30

Leafio Rinta, “Pendidikan Seksual Dalam Membentuk Perilaku Seksual Positif Pada Remaja Dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Psikologi Remaja.” Jurnal Ketahanan Nasional, vol. 21, no. 3 (2015): 163-174.

31 Haerani Nur Haeba dan Moordiningaih, “Terapi Kognitif Perilaku dan Depresi Pasca Melahirka.”

Jurnal Intervensi Psikologi, vol 1, no. 1 (2009): 1-124.

32

Jurnal Naskah Publikasi, “Rasa Bersalah (Guilty Feeling) Pada Remaja Yang Melakukan Hubungan Seksual Pranikah.” (Skripsi S.Psi , Surakarta, Universitas Muhamadiyah Surakarta, 2014).

33 Ida Bagus Gde Manuaba, "Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk

(22)

11

dirasakan atau dialami oleh remaja. Keadaan akan semakin rumit ketika pemuda atau laki-laki yang menghamili tidak bertanggungjawab sehingga derita hanya ditanggung sendiri dan keluarga.34 Masalah yang tertumpuk dalam pikiran remaja dan juga keluarga untuk berjuang melewatinya. Namun, masalah tidak terselesaikan tetapi menambah.

Terjadi perubahan dalam kehidupan seks yang akan membawa dampak negatif bagi remaja hamil di luar nikah yang pada umumnya cendrung dipojokan oleh masyarakat di lingkungannya atau remaja akan cendrung menarik diri dari lingkungannya.35 Remaja akan merasa bahwa mereka tidak dipedulikan oleh orang lain serta masyarakat dan lingkungannya tidak menerima keadaan dan kondisi remaja. Maka remaja memilih untuk sendiri menanggung resiko yang telah terjadi.

3. Pastoral

Pastoral merupakan suatu upaya untuk memanusiakan sesama manusia dalam upaya memanusiakan itulah terkandung makna pemberdayaan yang menjadi tujuan utama suatu proses pendampingan dan konseling dilakukan. Pendampingan menurut Mesach Krisetya, Pastoral yang dibagirasakan (a shared-compassion)36. Bela rasa ini dipahami sebagai suatu hal yang dilakukan untuk ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain atau kesulitan apa yang dirasakan dan memahaminya dan kemudian diikuti dengan tindakan menolong. Pelayanan Pastoral mencakup secara keseluruhan layanan pertolongan dan kesembuhan, asuhan atau penyembuhan, baik secara individu maupun kelompok. Sedangkan konseling pastoral merupakan suatu kegiatan spesialisasi atau metode di dalam pelayanan pastoral, yaitu suatu layanan pertolongan atau kesembuhan dan asuhan melalui perhatian yang intensif kepada individu maupun kelompok dalam permasalahan kehidupan mereka.37 Pelayanan pastoral dilakukan dengan metode yang mampu memberikan pertolongan bagi individu atau kelompok.

Pelayanan pastoral memiliki sifat dan fungsi dari seorang gembala yang selalu bersedia membimbing, merawat, memelihara, menolong dan memperbaiki

34

Manuaba, Ilmu kebidanan, Penyakit..., 26-27.

35

Singgih D. Gunarsah, Bunga rampai psikologi perkembangan: Dari Remaja Sampai Usia Lanjut (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), 265.

36 Mesach Krisetya, Bela Rasa yang Dibagirasakan (Jakarta: Duta Ministri, 2015), 21. 37

(23)

12

relasi yang terputus dengan diri sendiri, orang lain dan terkhusus dengan Allah. Tugas pergembalaan adalah tugas gembala bagi domba-domba. Namun, siapakah gembala itu? Kata Gembala dalam bahasa Latin ialah “Pastor” dan dalam bahasa Yunani “Poimen”, oleh sebab itu penggembalaan dapat juga disebut “Poimenika” atau “Pastoralia” maka pelayanan pastoral adalah sebutan untuk penggembalaan.38 Gembala sebenarnya adalah Yesus Kristus sebagai gembala yang baik, tiap anggota jemaat sebagai gembala bagi teman-temannya, Majelis Jemaat sebagai gembala-gembala khusus dan Pendeta sebagai Gembala Khusus penuh waktu atau full-time. 39 Maka sebagai seorang gembala telah memiliki tugas-tugas khusus dengan penuh kesungguhan untuk menggembalakan domba-dombanya.

Fungsi pendampingan dan konseling pastoral menurut Jacob Daan Engel:40

1. Fungsi bimbingan (Guilding), membantu konseli ketika harus mengambil keputusan diantara pilihan-pilihan yang ada karena pilihan-pilihan tersebut timbul dari relasi pastoral yang mempengaruhi keadaannya di masa sekarang dan akan datang.

2. Fungsi penopangan (sustaining), menolong konseli mengalami luka atau sakit untuk bertahan menghadapi dan melewati masa-masa sulit yang dialami, fungsi ini menopang membantu konseli untuk menerima kenyataan sebagaiman adanya mandiri dalam keadaan yang baru serta bertumbuh secara penuh dan utuh.

3. Fungsi penyembuhan (healing), fungsi ini menuntun konseli mengungkapkan perasaan hatinya yang mendalam, sebab tidak mungkin secara fisik yang merupakan akibat dari sebuah tekanan namum psikis emosional.

4. Fungsi memulihkan/memperbaiki hubungan (reconciling), fungsi ini menolong konseli memaafkan kesalahan yang telah dilakukan orang dan memberi mereka pengampunan.

5. Fungsi memelihara atau mengasuh (nurturing), potensi yang dapat dilihat dalam proses tersebut adalah apa yang dapat ditumbuhkembangkan sebagai

38

M. Bons-Storm, Apakah penggembalaan itu? Petunjuk praktis pelayanan pastoral (Jakarta: BPK Gunung Mulia), 45-52.

39 Bons-Storm, Apakah penggembalaan itu..., 24-26 . 40

(24)

13

kekuatan dalam melanjutkan kehidupannya, sehingga mereka didorong ke arah pertumbuhan dan perkembangan secara holistik.

Jika fungsi pendampingan dan konseling pastoral dilakukan untuk menolong orang lain dalam memahami dan mengerti arti dari hidupnya. Pelayanan pastoral perlu untuk selalu dilakukan bagi semua orang khususnya bagi para remaja yang menjadi masa depan gereja. Mereka perlu dibimbing dan diarahkan, namun ketika mereka telah melakukan kesalahan dalam masa pertumbuhan dan perkembangan spiritual maka kebanyakan para remaja perempuan akan hamil di luar nikah.

Pendampingan pastoral sangat dibutuhkan bagi remaja dalam relasi bersama dengan orang lain. Remaja dengan sikap dan perilaku sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Ketika remaja bersama dengan teman, sahabat akan mudah untuk dipengaruhi, remaja dipengaruhi juga oleh media sosial, ketika dalam hubungan pacaran pun mereka juga dapat melakukan penyimpangan yang dapat merujuk dalam seks bebas. Begitu pula jika remaja tidak dibina dan didampingi oleh orang tua serta jemaat, maka mereka dapat melakukan seks bebas dan remaja perempuan akan hamil di luar nikah. Ketika remaja telah hamil di luar nikah, maka akan menimbulkan dampak bagi remaja. Dampaknya berupa gangguang depresi, merasa bersalah, putus sekolah dan akan dieliminasi oleh masyarakat. Hal inilah yang menjadi tanggungjawab bersama dalam membimbing, menopang menyembuhkan, memulihkan dan memelihara para remaja di dalam kehidupan mereka. Tanggungjawab bagi Gereja serta orang tua untuk selalu mendampingi remaja dari masa-masa pertumbuhan hingga mereka dewasa dan mampu menentukan pilihan mereka masing-masing.

III. HASIL PENELITIAN

a. Gambaran Umum Tempat Penelitian

Negeri Latea terdiri dari empat (4) marga besar yakni: Marga Latea, Marga Loune, Marga Leisiela, Marga Marehunu. Seperti dengan Negeri-negeri lainnya di kawasan Seram Utara, bahwa awalnya negeri-negeri ini tinggal di gunung atau negeri lama mereka masing-masing dan atas penegasan penjajahan Belanda, mereka harus meninggalkan negeri lama mereka untuk turun ke pesisir pantai. Sejak itulah marga-marga ini dipersatukan dalam satu wilayah pemukiman

(25)

14

yaitu di Latea dan untuk memimpin mereka atas perundingan dan kesepakatan bersama ditunjuklah “Makatita” dari Marga “Loune” sebagai Pemimpin/Raja.41 Di Latea, marga-marga ini mulai membangun hidup mereka dengan bercocok tanam dan berburu hewan rusa untuk keberlangsungan hidup mereka, dan itulah pekerjaan pokok masyarakat negeri Latea sampai sekarang. Setelah keempat marga yakni: Latea, Loune, Leisiela dan Marehunu dipersatukan dan membangun hidup bersama di Latea maka lewat Penginjil Belanda sejak awal abad 19, penduduk Latea telah menerima Injil dan membentuk sebuah persekutuan oleh F.R Kuhuwael seorang pemnginjil Belanda yang kemudian diteruskan oleh para penginjil yang lain yang walaupun pada saat itu tidak tinggal menetap di Latea.42 Pelayanan bagi Jemaat Latea dilaksremajaan oleh Penatua dan Syamas yang diangkat untuk tugas dalam jemaat dibantu dengan para penginjil yang selalu datang melayani dan memberitakan Firman Tuhan.

Gereja terus berkembang dalam peningkatan pelayanan sejak berdirinya Gereja Protestan Maluku pada tahun 1935, di Latea terus berjalan walaupun masih diperhadapkan dengan berbagai kesulitan baik sarana transportasi maupun media pendukung lainnya. Sejak tahun 1969, walaupun Pdt. Musa Harun Sabono ditugaskan untuk menjadi Pelayan/Pemimpin Jemaat Karlutu Warasiwa, tetapi beliau juga mempunyai panggilan pelayanan sampai ke Jemaat Latea. Karena diperhadapkan dengan berbagai kendala dan rentang kendali pelayanan yang jauh, atas usul dan permohonan beliau kepada Pemimpin GPM, maka datanglah Pdt. Masela sebagai Pelayan/Pemimpin Jemaat Latea membantu Pnt. Yusuf Wollu dan Dkn. Piter Iwane dan bertugas tetap di Latea. Sejak itulah maka kegiatan pelayanan di Jemaat GPM Latea mulai diatur dan tertata walau masih jauh dari yang diharapkan. Untuk peningkatan pelayanan di jemaat, maka oleh pimpinan Gereja Protestan Maluku sesuai periodesasi Pimpinan Jemaat ditugaskan para Penginjil/Pendeta untuk pengembangan pelayanan dan sampai saat ini untuk bertugas dan membangun Jemaat GPM Latea.43

41

Panitia Renstra. Renstra GPM Jemaat Latea Tahun 2016-2020, (Latea, 2016).

42 Panitia Renstra. Renstra GPM Jemaat..., 43

(26)

15

b. Kasus remaja hamil di GPM Jemaat Latea

MF44 adalah korban hamil di luar nikah diakibatkan karena dipaksa oleh pacarnya melakukan seks hingga berulang-ulang kali di beberapa tempat yang berbeda. Pacarnya menekannya untuk harus melakukan seks sebagai bukti cintanya. Mereka melakukan seks kadang harus pergi keluar rumah malam-malam tanpa sepengetahuan orang tua mereka. Ketika sering melakukan seks berualang kali dengan pacarannya, maka MF menjadi hamil ketika ia masih di bangku sekolah. Namun ketika MF hamil, MF bingung harus berbuat seperti apa terhadap dirinya karena MF masih sekolah dan berfikir bahwa orang tuanya hanya sebagai pekerja di perusahaan dan MF hamil akan membuat orang tuanya marah dan benci kepada MF. Dengan adanya perusahan ini juga MF sering bergonta-ganti pacar dengan para karyawan perusahan.

MF pun mulai menceritakan keadaanya yang sedang hamil terhadap pacaranya. Namun pacarnya tidak mempercayainya kalau tidak mungkin MF telah hamil. Maka Pacarnya memutuskan hubungan dengan MF. MF tidak mampu mempercayai apa yang sedang terjadi pada dirinya. MF tidak mampu berbuat apa-apa lagi ketika pacarnya telah berkata hal seperti itu. MF pun berusaha sendiri untuk mencoba menggugurkan kandungannya hingga berulang-ulang kali, namun tidak pernah berhasil. Apa yang telah MF lakukan itu menurutnya karena MF tidak ingin orang tuanya mengetahui apa yang terjadi serta tidak ingin sekolahnya terputus. Namun usaha yang dilakukannya tidak berhasil. MF sangat kecewa dan putus asa. Kecewa ketika putus dari pacaranya yang meninggalkannya serta tidak ingin bertanggungjawab atas kehamilan yang terjadi pada MF. MF menjadi stres hingga tak mampu menerima kenyataan yang terjadi.

MF pun jarang pergi ke sekolah, jarang bertemu dengan teman-temannya dan tidak ingin keluar rumah karena takut masyarakat di luar sana akan mempojokannya karena telah membawa aib dalam jemaat atau masyarakat. Orang tuanya pun ketika melihatnya pun mencurigai apa yang telah terjadi pada remajanya. Mereka pun bertanya kepada MF, apakah memang itu terjadi seperti mereka curigakan dan MF berkata dengan sejujurnya bahwa MF hamil namun tidak ingin mengatakan siapa yang telah melakukannya. MF takut kalau nantinya

44

(27)

16

mantan pacarnya itu tidak marah dan tidak mengakuinya lagi. Orang tua pun marah dan memukuli MF, mereka kecewa kepada MF setelah semua perjuangan yang dilakukan tidak dihargai. MF mengakui semua yang terjadi dan meminta maaf dan ampun kepada orang tuanya. Orang tua memaafkan apa yang terjadi. MF dan orang tuanya bersama-sama akan bertanggungjawab terhadap remaja yang akan dilahirkan. MF harus putus sekolah dan harus memperhatikan kondisinya sampai ia melahirkan nantinya.

NP45 adalah korban hamil di luar nikah diakibatkan karena melakukan seks dengan pacarnya ketika NP sedang melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas. NP melakukan seks dengan pacarnya karena perasaan suka sama suka. Mereka melakukam seks ketika NP harus keluar rumah tanpa sepengetahuan oleh orang tua. Mereka sering bertemu di luar rumah dan sering melakukan hubungan seks, terkadang juga melakukan hubungan seks di rumah pacarnya. Semuanya dilakukan tanpa sepengetahuan oleh keluarganya, NP juga tidak berfikir bahwa ia masih ada dalam pengawasan orang tua karena ia masih masih sekolah dan masih remaja yang seharusnya harus dibimbing dan dibina oleh orang tua. NP dan pacarnya ketika sering melakukan seks dan akhirnya hamil. NP tidak menyadari bahwa ia hamil ketika masih muda dan merasa bahwa ia belum mampu menjadi seorang ibu dan membina keluarga kecilnya nantinya. Begitu pula, NP harus menerima malu terhadap apa yang telah terjadi dan ketika orang tuanya marah dan malu terhadap dirinya.

NP pun memberitahukan bahwa ia hamil kepada pacarnya, pacarnya dengan penuh rasa tanggungjawab ingin bertanggungjawab kepada NP. Ketika mereka sering bekomunikasi lewat chatting dengan membahas kehamilan NP, ketika itu juga kakak perempuannya pun mengetahui dan memberitahukan itu kepada orang tua mereka. Orang tua pun tidak mampu lagi berbuat apa-apa, ketika semua telah terjadi kepada remaja mereka, tanpa harus memperpanjang masalah maka orang tua NP berusaha untuk berkomunikasi baik dengan NP dengan menanyakan apa yang telah terjadi dan NP dengan jujur menceritakannya. Pacar NP pun akan berjanji untuk bertanggungjawab atas perbuatannya. Namun menjadi kendala ketika terjadi masalah ekonomi, ketika pacarnya belum mampu untuk

45

(28)

17

memenuhi kebutuhan keluarga maka kebutuhan NP dan pacaranya masih dibawah tanggungan keluarga dan belum diharuskan nikah. Begitu pula kondisi NP yang lemah dan takut untuk melahirkan karena nantinya akan mengganggu kondisi bayinya ketika lahir. Hingga sekarang NP dan pacarnya masih tinggal terpisah namun pacarnya sering datang untuk mengunjungi NP dan remajanya.

IN46 adalah seorang remaja yang hamil pada usia yang masih muda. IN pada waktu itu masih sekolah di bangku SMA. Ketika dalam masa sekolah, IN sering diajak teman-teman rekan sebaya bersenang-bersenang mengikuti pesta kampung di berbagai tempat. IN jarang pulang kos dan menghabiskan waktu bersama teman-temannya. IN hamil karena sering melakukan hubungan seks dengan pacarnya yang berstatus pamannya sendiri. Mereka melakukan seks karena suka sama suka tanpa memperdulikan status mereka yang masih berhubungan darah tersebut. Mereka berpacaran tanpa sepengetahuan orang tua. IN dan pacarnya yang masih berhubungan darah itu ternyata telah tinggal bersama-sama selama setahun di kota IN bersekolah dan pacarnya berkuliah. Selama bersekolah di kota, IN sering menggunakan media sosial yang dapat mempermudah komunikasi dengan pacara atau pun teman-temannya. IN juga sering mengakses dengan bebas situs-situs terlarang seperti pornografi karena IN merasa hal itu merupakan hasil kemajuan globalisasi dengan canggihnya sistem internet saat ini.

Karena IN dan pacarnya telah tinggal bersama-sama dan sering melakukan hubungan seks, maka IN pun hamil. Ketika diketahui bahwa telah hamil, IN pun berusaha untuk menggugurkan kandungannya karena merasa bahwa dirinya telah melakukan kesalahan dan takut orang tua IN marah. Namun, itu semua tidak berhasil dan IN dan pacarnya pun memutuskan untuk tetap mempertahankan bayinya hingga lahir dan IN rela untuk tidak melanjutkan sekolahnya. Ibu IN pun tidak dapat berkata banyak kepada IN lagi karena IN telah hamil. Ibu IN hanya ingin agar IN dan bayinya tetap sehat hingga IN melahirkan. Namun, keluarga besar IN tidak menyukai hal tersebut karena IN telah hamil dengan pamannya sendiri. Keluarga IN pun tidak mengizinkan untuk IN nikah dengan pacarnya karena masih ada hubungan darah dan itu dilarang dalam keturunan keluarga IN.

46

(29)

18

IN marah dan benci dengan keluarganya karena tidak sayang dan peduli dengannya. Walaupun keluarga IN tidak menyukai pacarnya, IN tetap selalu berhubungan diam-diam dengan pacarnya, mereka sering bertemu tanpa sepengetahuan keluarganya. Ketika IN melahirkan dan selama bertahun-tahun merawat remajanya, pacarnya telah memiliki pacar yang baru. Hal itu membuat IN stres dan kondisinya sering sakit sampai tubuhnya menjadi kurus karena IN tidak dapat menerima kenyataan yang terjadi. IN sering pergi ke kota untuk menenangkan pikirannya, hingga IN pun mendapat pacar baru lagi. Hingga sekarang IN sering bergonta-ganti pacar karena IN berfikir bahwa pacarnya yang dulu telah menghiatinya serta keluarga yang tidak memperdulikan dirinya.

Dari ketiga kasus diatas menceritakan tentang faktor penyebab dinamika kehidupan para remaja yang hamil di luar nikah di GPM Jemaat Latea, serta beberapa dampak dan akibat dari kasus hamil di luar nikah yang telah terjadi di GPM Jemaat Latea. Dari hasil penelitian yang pertama terhadap kasus MF ternyata penulis menemukan beberapa faktor penyebab hamil di luar nikah, menurut MF adalah: 1) MF sering melakukan seks karena dipaksa oleh pacarnya di beberapa tempat yang berbeda, 2) MF sering keluar rumah malam-malam tanpa sepengetahuan orang tua, 3) MF sering bergontai-ganti pacar dengan para karyawan perusahan. Serta dampaknya adalah: 1) MF berusaha untuk menggugurkan kandungannya, 2) Pendidikan MF terputus, 3) MF kecewa dan putus asa karena ditinggal oleh pacarnya, 4) MF stress karena harus menerima kenyataan bahwa MF telah hamil di luar nikah, 5) MF tidak ingin keluar rumah, 6) Orang tua MF marah, kecewa hingga memukuli MF.

Pada kasus yang kedua terhadap NP, penulis menemukan juga beberapa faktor penyebab hamil di luar nikah dan menurut NP adalah: 1) Masalah ekonomi serta dampaknya: 1) NP dan pacarnya belum mampu memenuhi kebutuhan keluarga, 2) NP takut melahirkan karena kondisinya yang lemah. Pada kasus yang

ketiga terhadap IN, penulis menemukan adanya beberapa faktor penyebab hamil

di luar nikah dan menurut IN adalah: 1) IN sering diajak oleh teman-teman untuk mengikuti pesta kampung, 2) Pacaran tanpa sepengetahuan orang tua, 3) IN pacaran dengan pacarnya yang masih berstatus keluarga, 4) Secara bebas mengakses situs-situs terlarang seperti Pornografi, 5) IN dikhianati oleh pacarnya,

(30)

19

serta dampaknya adalah: 1) IN dan pacaranya tidak direstui oleh orang tua karena masih berstatus keluarga, 2) IN menjadi sakit, 3) IN sering bergonta-ganti pacar.

Dari ketiga kasus yang terjadi di GPM Jemaat Latea, dapat disimpulkan bahwa adanya beberapa faktor penyebab hamil diluar nikah sebagai berikut: kurangnya perhatian orang tua, dipaksa oleh pacar, pengaruh teman sebaya, masalah ekonomi, pengaruh media sosial. Serta dampaknya adalah: putus sekolah, stress/depresi, rasa bersalah, dieliminasi oleh masyarakat.

IV. PEMBAHASAN DAN ANALISA

Penulis menemukan hasil penelitian di GPM Jemaat Latea pada remaja hamil di luar nikah karena beberapa faktor penyebabnya adalah:

1. Kurangnya perhatian orang tua

Remaja yang hamil di luar nikah disebabkan oleh karena kurangnya perhatian dari orang tua. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Linda Sumarni47 karena yang sangat dekat dengan remaja adalah orang tua. Seharusnya orang tua ketika bersama dengan remaja akan menjadi sangat mudah bagi orang tua untuk selalu memberi perhatian dan pengawasan remaja. Pada kenyataannya, remaja di GPM Jemaat Latea tidak merasakan hal tersebut. Orang tua hanya sibuk kerja untuk memenuhi kebutuhan material saja tanpa memberi perhatian dan kepedulian terhadap remaja dan pada akhirnya remaja mampu bertindak sesuai dengan kehendaknya tanpa ada yang peduli dengannya.

2. Pengaruh teman atau rekan sebaya

Remaja ketika bersama teman atau rekan sebaya dari hasil penelitian, remaja sering diajak mengikuti pesta kampung di berbagai tempat serta sering tidak pulang rumah karena keasikan bermain bersama teman-teman atau rekan-rekannya. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian oleh Barbara48 bahwa rekan sebaya akan mempengaruhi seseorang rekannya karena sering bersama-sama dan telah merasa nyaman maka mereka mampu melakukan apa saja dalam hubungan pertemanan. Remaja juga sering tidak mendengarkan orang

47Linda Suwarni, “Monitoring Parental dan Perilaku Teman Sebaya Terhadap Perilaku Seksual

Remaja SMA Di Kota Pontiremaja.” Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 4. No. 2, Agustus 2009.

48

(31)

20

tua dan memilih pergi bersama rekan-rekannya untuk menghabiskan waktu bersama.

3. Dipaksa oleh pacar

Remaja melakukan hubungan seksual dengan pacarnya dikarenakan sebagai bukti cinta dan memperkokoh komitmen dalam berpacaran. Hal tersebut juga sejalan dengan penelitian Ahmad Taufik49 karena remaja diperdaya oleh pacarnya untuk memuaskan nafsunya saja dan remaja selalu dipaksa melakukan hubungan seks tanpa memikirkan apa yang terjadi kedepannya. Jika remaja tidak memenuhi keinginan pacar maka hubungan pacaran akan berakhir. Tetapi seharusnya pada masa remaja dalam hubungan pacaran tidak harus melakukan hubungan seks sebagai sebuah bukti cinta. Karena seks pada masa itu remaja belum mengerti arti serta tujuan seks dan kebanyakan akan merasa kecanduan berhubungan seks. Kecanduan seks karena rasa nikmat yang mucul dan membuat mereka ingin melakukannya lagi dan membuat remaja akan hamil.

4. Masalah ekonomi

Salah satu faktor pemicu remaja hamil di luar nikah adalah masalah ekonomi. Hal tersebut tidak sejalan dengan teori Marjan50 bahwa ketika ekonomi rendah dan membuat masyarakat miskin maka orang tua akan mengawinkan remaja gadisnya. Penulis tidak setuju dengan teori tersebut karena tidak sejalan dengan penemuan hasil penelitian. Dari hasil penelitian, remaja hamil di luar nikah tidak dapat melakukan pernikahan karena faktor ekonomi rendah. Akhirnya remaja dan keluarganya yang hanya bertanggungjawab atas kehamilannya.

5. Media sosial

Adanya perkembangan media sosial dan telekomunikasi akan menjadi media bagi remaja dalam berkomunikasi dengan lawan jenis dan menjalin hubungan pacaran serta remaja akan mampu mengakses situs-situs yang membuat remaja ketagihan tentang seks. Begitu pula faktor media sosial mampu menyebabkan semua hal dapat ditiru dan bebas diakses. Pendapat tersebut

49

Ahmad Taufik, “Persepsi Remaja Terhadap Perilaku Seks Pranikah.” vol. 1, no. 1 (2013): 31-44.

50

(32)

21

sejalan dengan penelitian oleh Leafio Rinta51 karena media sosial yang diakses para remaja mampu mengarahkan remaja dalam perilaku penyimpangan seksual dan membuat remaja hamil di luar nikah. Media sosial diakses tanpa mengetahui dampaknya serta sering mempraktekan hal-hal yang dilihat dalam media sosial. Begitu pula alat komunikasi mampu menjadi media bagi remaja dalam berkomunikasi dengan lawan jenis dan dapat melakukan hubungan seks hingga remaja hamil di luar nikah.

Penulis juga menemukan beberapa dampak dari remaja hamil di luar nikah di GPM Jemaat Latea, sebagai berikut:

1. Putus sekolah. Remaja yang hamil di luar nikah akan menghadapi berbagai masalah psikologi dan harus putus sekolah karena harus memperhatikan kondisi hingga melahirkan. Hal ini sejalan dengan Teori Manuaba52 karena ketika remaja telah hamil di luar nikah, remaja akan merasa malu dan menyesal untuk ke sekolah dengan kondisi sekolah yang tidak mampu menerima keberadaan remaja tersebut. Begitu pula masalah remaja hamil akan mengganggu teman-teman yang lain dan memperburuk nama sekolah.

2. Depresi. Remaja akan kecewa dan putus asa yang mengakibatkan remaja mengalami gangguan depresi atau stress. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian oleh Haerani Nur Haeba dan Moordiningsih53 karena ketika remaja dalam masa pertumbuhannya telah hamil di luar nikah serta pacarnya tidak bertanggungjawab maka remaja akan stress dan tidak peduli dengan dirinya. Emosinya tidak akan terkontrol dengan baik ketika harus menerima masalah yang tidak terselesaikan dan muncul dengan saling bergantian. Emosi ini membuat kondisi remaja akan mengalami penurunan.

3. Merasa bersalah. Begitu pula remaja akan merasa bersalah dan takut karena kondisi fisik yang melemah karena nantinya akan mengganggu kondisi bayi ketika lahir. Hal ini sejalan dengan teori Nur54 karena pada saat hamil, remaja akan takut dan tidak percaya terhadap dirinya karena merasa lemah dan tak berdaya untuk bisa melahirkan.

51

Rinta, Pendidikan Seksual Dalam Membentuk..., 163-174.

52

Manuaba, Ilmu kebidanan,... 26-27.

53

Haerani Nur Haeba dan Moordiningaih, Terapi Kognitif Perilaku..., 1-124.

54

(33)

22

4. Dieliminasi oleh masyarakat. Remaja hamil di luar nikah akan dipojokan oleh masyarakat karena telah membawa aib dalam jemaat atau masyarakat. Hal ini sejalan dengan teori Gunarsah55 karena remaja akan merasa dipojokan ketika masyarakat telah memiliki stigma bahwa remaja hamil di luar nikah telah membawa aib dalam keluarga karena remaja masih dalam dunia pendidikan.

Penulis juga menemukan dalam hasil penelitian peran dan fungsi pastoral yang dilakukan terhadap remaja hamil diluar nikah di GPM Jemaat Latea, sebagai berikut:

1. Kurangnya perhatian, pengawasan dan bimbingan dari orang tua, pemerintah dan Gereja. Hal ini tidak sejalan dengan Teori Engel dalam fungsi bimbingan (Guilding)56 bahwa masa-masa remaja adalah masa transisi, sehingga terkadang remaja salah arah. Oleh karena itu remaja membutuhkan perhatian khusus. Perhatian yang sangat menentukan masa depan mereka melalui Gereja dan didampingi oleh orang tua. Dalam hal ini pendampingan pastoral sangat dibutuhkan. Pendampingan Pastoral atau pergembalaan sangat penting dilakukan karena mampu membimbing remaja dalam menentukan hidup mereka ke depannya. Remaja didampingi dan diarahkan dengan benar dan baik sehingga mereka akan mengerti dan mampu diberdayakan ditengah-tengah jemaat atau masyarakat.

2. Remaja telah hamil di luar nikah, namun remaja dimarah dan dipukul, dieliminasi oleh keluarga dan masyarakat. Hal ini tidak sejalan dengan teori Engel dalam fungsi penopangan (sustaining)57 karena ketika remaja mulai melakukan kesalahan dan mengabaikan nasehat orang tua, orang tua tidak harus marah dan memukuli mereka, namun menolong mereka dengan selalu mengarahkan remaja untuk mampu menerima keadaan dan tubuh dengan hal-hal baru.

3. Remaja yang tidak mampu untuk menerima keadaan yang telah terjadi dan akan sulit mengontrol emosionalnya Hal ini sejalan dengan teori Engel dalam

55

Gunarsah, Bunga rampai psikologi perkembangan..., 265.

56

Engel, Pastoral dan kebutuhan dasar konseling..., 5-9.

57

(34)

23

fungsi penyembuhan (healing)58 namun terkadang sulit bagi remaja yang telah hamil di luar nikah mampu bercerita dengan bagi orang lain.

4. Gereja yang kurang peduli dengan keadaan remaja dalam masa pertumbuhan dan perkembangan remaja, ketika masalah terjadi barulah secara tiba-tiba gereja datang dan menasihati seperti sang penasihat ajaib tanpa mengetahui perasaan remaja, pada intinya gereja gereja hanya memberi nasehat saja. Hal ini tidak sejalan dengan teori Menurut Engel dalam fungsi memulihkan/memperbaiki hubungan (reconciling)59 karena gereja tidak melakukan hal tersebut. Gereja hanya membiarkan remaja dalam masa-masa pertumbuhan dan perkembangannya. Namun seharusnya dipelihara atau diasuh oleh Gereja dengan baik dalam menjalani kehidupan mereka. Remaja perlu diberi dorongan dan kekuatan dari Gereja bagi remaja untuk mampu memutuskan langkah dan jalan yang harus dilalui olehnya.

5. Proses bimbingan menjadi tugas pelayan gereja dengan selalu kasi inga (istilah orang Maluku) diberbagai tempat ketika tidak sengaja bertemu dengan jemaat khususnya remaja. Pembinaan dan motivasi yang dilakukan oleh pelayan bersifat nasehat dan arahan yang sering disampaikan pada saat perkunjungan pastoral menjelang ibadah Perjamuan Kudus dan pertemuan tak terduga antara pelayan dan remaja. Hal ini tidak sejalan menurut teori Engel dalam fungsi memelihara atau mengasuh (nurturing)60 bahwa proses pastoral ini adalah tugas utama Gereja khususnya pelayan gereja dan Orang tua dalam proses pertumbuhan dan perkembangan masa remaja yang menjadi masa depan Gereja dan harapan orang tua. Tugas pelayan gereja dengan selalu mendampingi, membimbing mereka bukan hanya kasi tegur, kasi inga saja melalui hubungan secara langsung ketika bertemu di jalan namun Gereja harus secara intens melakukan konseling pastoral secara berkelanjutkan bukan hanya ketika perkunjungan menyongsong perjamuan kudus saja. Inilah yang belum disadari oleh pelayan GPM Latea karena belum menjalankan tugas dan tanggungjawab dalam Pastoral terhadap remaja.

58

Engel, Pastoral dan kebutuhan dasar konseling..., 5-9.

59

Engel, Pastoral dan kebutuhan dasar konseling..., 5-9.

60

(35)

24

6. Remaja hanya dalam tanggungjawab orang tua saja. Dari hasil penelitian yang penulis dapatkan berbeda dengan teori Mesach Krisetya61 karena ketika semua orang punya pengetahuan dan rasa yang sama dalam negeri dan jemaat, maka para remaja akan tetap mampu untuk didampingi dalam setiap hubungan relasi dengan orang lain.

Mengakhiri hasil dan pembahasan dari penelitian yang peneliti lakukan di GPM Jemaat Latea, peneliti ingin mengatakan bahwa remaja dalam permasalahan telah mengalami masa yang sulit diterima. Sulit ketika remaja telah hamil di luar nikah dan tidak menikah dengan pasangan mereka. Remaja sulit mengungkapkan perasaan itu terhadap orang lain ketika harus menerima kenyataan yang telah terjadi. Inilah yang menjadi peran pendampingan pastoral yang harus dilakukan oleh Gereja bagi remaja. Ketika Gereja hanya sibuk mengurus kebutuhan administrasi tanpa memperdulikan remaja yang menjadi masa depan Gereja, bagaimana mungkin remaja mampu mengungkapkan perasaan mereka kepada Gereja khususnya Pendeta dan Majelis Jemaat. Akan sulit juga remaja ungkapkan itu kepada orang tua, karena orang tua serta jemaat terkadang selalu mempojokan dan menghakimi mereka. Emosi remaja pun tidak dikontrol dengan baik karena kenyataan hidup yang dialami.

Ketika remaja telah hamil di luar nikah maka pastinya hubungan mereka dengan orang tua maupun jemaat tidak berjalan dengan baik, begitu pula dengan diri remaja itu sendiri. Remaja sulit untuk memaafkan diri mereka sendiri karena telah melakukan hal yang tidak diinginkan oleh orang tua dan jemaat. Untuk itulah remaja perlu untuk didampingi dengan mengarahkan mereka untuk mampu memaafkan kesalahan yang telah dilakukan dan remaja seharusnya diampui oleh orang tua atas kesalahan yang telah dilakukan. Selalu percaya bahwa remaja telah diampuni karena Tuhan telah mengampuni mereka.

Pastoral atau pergembalaan adalah tanggungjawab bersama karena orang tua akan bangga dengan remaja-remajanya, Gereja bangga dengan masa depan remaja, masyarakat bangga dengan kualitas dan masa dengan remaja-remaja

61

(36)

25

negeri. Tugas untuk menolong dan memberdayakan remaja dengan mampu menjadi alat Tuhan yang siap dipakai untuk menjadi terang dan berkat bagi banyak orang. Maka, dengan itulah iman mereka tetap teguh di dalam Tuhan dan selalu mengandalkan Tuhan dalam hidup mereka.

V. PENUTUP

a. Kesimpulan

Berdasarkan kajian hasil penelitian pada remaja hamil di luar nikah di GPM Jemaat Latea, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa remaja hamil di luar nikah dipengaruhi oleh beberapa faktor serta dampaknya dan bagaimana pendampingan pastoral dilakukan bagi remaja hamil di luar nikah. Maka, peneliti menemukan beberapa faktor, yaitu:

1. Kurangnya perhatian atau pendampingan orang tua. Para remaja GPM Jemaat Latea tidak di perhatikan dengan baik. Remaja dibiarkan berelasi dengan orang lain begitu saja tanpa ada pendampingan dari orang tua. Maka, mereka dengan bebas melakukan banyak hal sesuai kehendaknya.

2. Pengaruh teman atau rekan sebaya. Hubungan pertemanan sangat mempengaruhi karakter seseorang, sehingga remaja sering terpengaruhi ketika berteman dengan rekan sebayanya. Hubungan tersebut dapat bersifat positif atau pun negatif.

3. Dipaksa oleh pacar. Para remaja perempuan selalu dipaksa oleh pacarnya untuk melakukan hubungan seks sebagai bukti cinta. Jika keinginan pacar tidak dipenuhi maka hubungan pacaran tersebut akan berakhir. Maka ketika remaja sering melakukanya dapat mengakibatkan remaja akan hamil.

4. Masalah ekonomi. Masalah ekonomi menjadi masalah besar dalam keluarga. Karena ketika remaja telah hamil dan keluarga pacarnya memiliki masalah ekonomi maka mereka tidak melangsungkan pernikahan dan akhirnya remaja dan keluarganya yang harus bertanggungjawab penuh pada kehamilan remaja tersebut.

5. Media Sosial. Keempat faktor di atas ketika telah dialami oleh remaja, maka media sosial akan menjadi media yang sangat berbahaya bagi kaum remaja karena segala hal dapat diakses dengan mudah. Segala situs-situs dapat dilihat, diakses, dipraktekkan dengan mudah oleh kaum remaja. Media sosial pun

(37)

26

akan menjadi media dalam memperlancar komunikasi hubungan pacaran yang akan menjadi peluang bagi remaja untuk hamil di luar nikah.

Dari beberapa faktor penyebab diatas dapat menimbulkan beberapa dampak yaitu:

1. Putus Sekolah. Ketika seorang perempuan yang masih remaja pastinya masih ada dalam dunia pendidikan, namun ketika remaja tersebut hamil maka dari pihak sekolah harus memberhentikan pendidikannya. Karena, kasus ini akan mengganggu remaja lain serta akan memperburuk nama sekolah. Atau remaja akan memutuskan sekolahnya karena malu atau nantinya akan di bully oleh teman-teman sekolah.

2. Depresi atau Stress. Dari masalah diatas akan membuat remaja merasa kecewa dan menjadi depresi atau stress ketika harus mengalami masalah tersebut. Emosi remaja pun tidak terkontrol dengan baik dan kemungkinan menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan.

3. Rasa bersalah. Perasaan bersalah akan dialami oleh remaja hamil di luar nikah dan membuat remaja tidak percaya terhadap dirinya. Remaja merasa bahwa dirinya tidak mampu melakukan banyak hal sesuai harapannya.

4. Dielimansi oleh masyarakat. Ketiga dampak diatas akan dialami oleh remaja hamil di luar nikah dan pada akhirnya remaja akan dieliminasi atau akan diasingkan oleh masyarakat. Remaja akan mengalami keterasingan dalam lingkup keluarga begitu pula akan terjadi di tengah-tengah masyarakat karena dianggap membawa aib dalam keluarga dan masyarakat.

Beberapa temuan juga yang didapatkan dalam pendampingan pastoral bagi remaja hamil di luar nikah, yaitu: 1) Sikap perhatian dan pendampingan pastoral dari orang tua sangat dibutuhkan khususnya bagi remaja untuk selalu dibimbing dan dibina secara rutin. Bagi remaja hamil di luar nikah juga harus selalu didampingi secara rutin agar mereka mampu menyadari bahwa mereka sangat berharga bagi banyak orang; 2) Remaja hamil di luar nikah jangan terlalu larut dalam masalah, namun kembali bangkit dengan ditopang oleh orang tua, Gereja dan jemaat dengan diberikan fasilitas untuk mengembangkan potensi dalam diri remaja dan mampu berkarya bagi banyak orang.

Referensi

Dokumen terkait

”PengertianPendaftaran Tanah dalam Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 yaitu: “Pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah secara

Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan permasalahan penelitian, antara lain: (1) Bagaimanakah respon mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika Unismuh Makassar

Ditinjau dari perbaikan sifat fisika dan kimia tanah serta hasil biji kering kedelai, aplikasi formula pembenah tanah alternatif Biochar SP50 Submikron dan

Bila didapatkan korelasi yang kuat antara kadar NGAL urin yang merupakan petanda kerusakan tubulus ginjal dengan status hiperferitinemia, maka diharapkan pemeriksaan status

Adapun saran dalam dalam perencanaan fasilitas kargo pada Terminal 3 Bandar Udara Internasional Juanda ini adalah setelah tahun 2037, perlu adanya evaluasi ulang mengenai

bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan tingkat penguasaan konsep fisika pada siswa yang belajar menggunakan praktikum real dan praktikum virtual pada model inkuiri

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesim- pulan sebagai berikut: (1) Hasil pengukuran skor rata-rata literasi finansial maha- siswa program studi

 Adanya data konkrit dari kegiatan eksplorasi yang dilakukan oleh Pemerintah, dapat mengurangi risiko pengembangan geothermal secara signifikan. Hal ini menjadi salah satu