• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Tingkat Learned Helplessness Siswa yang Memiliki Prestasi Akademik Terendah di Kelas Regular dan Kelas Unggulan T1 802007075 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Tingkat Learned Helplessness Siswa yang Memiliki Prestasi Akademik Terendah di Kelas Regular dan Kelas Unggulan T1 802007075 BAB IV"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

56 A. Persiapan Penelitian

1. Orientasi Kancah Penelitian

Penelitian ini melakukan kajian tentang perbedaan tingkat learned helplessness siswa yang memiliki prestasi akademik terendah di kelas regular dan kelas unggulan. Subyek yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah siswa yang memiliki prestasi akademik terendah di kelas reguler dan kelas unggulan. Sementara itu, sebagai lokasi penelitiannya adalah di SMA Negeri 1 Cawas.

Penentuan kancah penelitian ini berdasarkan beberapa pertimbangan antara lain:

a. Penelitian mengenai “perbedaan tingkat learned helplessness siswa yang memiliki prestasi akademik terendah di kelas regular dan kelas unggulan” belum pernah dilakukan sebelumnya.

b. Peneliti beranggapan bahwa learned helplessnes

(2)

2. Penyusunan Alat Ukur

Persiapan awal yang dilakukan oleh peneliti adalah membuat alat ukur berupa skala yang bertujuan untuk mengukur learned helplessnes siswa SMA yang memiliki prestasi akademik terendah di kelas regular dan kelas unggulan. Skala learned helplessnes yang disusun oleh peneliti merupakan hasil modifikasi oleh penulis dari

helpless attribution style menurut Seligman (Nolen-Hoeksema et al, 1986) yang terdiri dari tiga komponen yaitu: locus of control, globalitas dan stabilitas.

Jumlah item yang diujicobakan sebanyak 24 item dimana penyusunan item-item dari alat ukur yang akan diuji coba tersebut dilakukan berdasarkan pada bentuk

favorable dan unfavorable. Skala yang digunakan adalah skala Likert dengan alternatif jawaban Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Pemberian skor pada item favorabel adalah skor 4 untuk jawaban Sangat Sesuai, skor 3 untuk jawaban Sesuai, skor 2 untuk jawaban Tidak Sesuai dan skor 1 untuk jawaban Sangat Tidak Sesuai. Sedangkan bagi item

(3)

3. Permohonan Ijin Penelitian

Perijinan penelitian merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam melakukan penelitian. Berkaitan dengan hal tersebut, peneliti mengajukan permohonan ijin untuk melakukan penelitian dan penyebaran skala di SMA Negeri 1 Cawas.

Peneliti mendapatkan surat pengantar dari Dekan Fakultas Psikologi UKSW pada tanggal 11 Juli 2013 Nomor 52/PU-F.Psi/VII/2013, (lihat pada Lampiran tentang Surat Ijin Penelitian) yang digunakan peneliti sebagai surat pengantar penelitian atau pengambilan data.

4. Uji Coba Alat Ukur

(4)

sekaligus digunakan untuk data penelitian, guna lebih menghemat waktu, tenaga, dan biaya.

B. Pelaksanaan Penelitian

1. Penentuan Subjek Penelitian

Penelitian dilakukan terhadap 40 orang siswa SMA Negeri 1 Cawas yang memiliki prestasi akademik terendah di kelas regular dan 40 orang siswa lainnya di kelas unggulan. Dengan demikian, total subjek penelitian ini adalah sebanyak 80 orang siswa.

Jumlah kelas regular SMA Negeri 1 Cawas ada empat kelas yaitu kelas XII IPA 1, kelas XII IPA 2, kelas XII IPA 3, dan kelas XII IPS 3. Setiap kelasnya diambil 10 orang siswa yang masuk pada peringkat 10 terbawah di kelasnya tersebut. Jumlah kelas unggulan juga ada empat kelas yaitu kelas XI Unggulan 1, kelas XI Unggulan 2, kelas XI Unggulan 3, dan kelas XII Unggulan 1. Setiap kelasnya juga diambil 10 orang siswa yang masuk pada peringkat 10 terbawah di kelasnya tersebut.

2. Pelaksanaan Penelitian

(5)

dilaksanakan di SMA Negeri 1 Cawas pada tanggal 25 Juli 2013 s/d 31 Juli 2013.

Pengambilan data di SMA Negeri 1 Cawas peneliti terjun langsung untuk menemui responden karena pihak sekolah memberikan waktu satu jam pelajaran untuk peneliti agar peneliti bisa menjelaskan hal-hal yang tidak dimengerti oleh responden berkaitan dengan angket yang akan mereka isi.

3. Penskoringan data

Setelah data terkumpul maka langkah selanjutnya melakukan skoring untuk keperluan analisis data. Pemberian skor skala learned helplessnes didasarkan pada alternatif jawaban yang dipilih subjek dengan nilai 1 sampai 4 untuk masing-masing item.

C. Hasil Penelitian

1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas a. Hasil Uji Validitas

(6)

hitung > 0,30 maka item dikatakan valid (Azwar, 1999).

Skala learned helplessnes terdiri dari 24 item. Dari uji validitas menunjukkan bahwa pada pengujian tahap pertama diperoleh nilai corrected item-total correlation antara -0,006 s/d 0,627 dan ternyata terdapat empat item gugur karena nilai corrected item-total correlation-nya < 0,30. Karena ada item yang gugur maka pengujian validitas dilakukan kembali pada tahap kedua dengan tidak mengikutsertakan item yang gugur. Setelah diuji kembali, nilai corrected item-total correlation bergerak antara 0,328 s/d 0,648 dan semua item dinyatakan valid karena nilai corrected item-total correlation-nya > 0,30. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada bagian lampiran. Item yang valid dan yang gugur pada skala learned helplessnes

ditampilkan pada Tabel. 4.1.

Tabel. 4.1

Sebaran Item Valid Skala Learned Helplessnes Berdasarkan Hasil Uji Validitas

Komponen Item

Favorable

Item Unfavorable

Jumlah item valid

Locus of Control 1, 3, 12*, 14 2, 7, 5, 22* 5 Globalitas 4, 6, 11, 19 24, 9, 16, 23 6 Stabilitas 8, 18, 15*,21 10, 20*, 13, 17 6

Jumlah item valid 10 11 21

(7)

b. Hasil Uji Reliabilitas

Pengujian reliabilitas dilakukan dengan teknik

Cronbach's Alpha. Hasil uji reliabilitas ditunjukkan pada tabel .2. berikut ini

Tabel. 4.2

Hasil Uji Reliabilitas Skala Learned Helplessnes

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.881 20

Berdasarkan hasil analisis diperoleh koefisien alpha sebesar 0,881 yang > 0,60 sebagaimana dikemukakan oleh Ghozali (2005) sehingga skala

learned helplessnes tersebut dikatakan reliabel.

2. Hasil Uji Asumsi

a. Uji Asumsi Normalitas

Sebelum melakukan pengujian terhadap hipotesis penelitian dengan menggunakan uji beda rata-rata, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi normalitas. Pengujian terhadap normalitas menggunakan SPSS versi 16.00 Uji normalitas yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji One Sample-Kolmogorov-Smirnov Test.

(8)

Tabel. 4.3

Uji Normalitas Variabel Penelitian

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Learned Helplessness Kelas Regular

Learned Helplessness Kelas Unggulan

N 40 40

Normal Parametersa Mean 42.8250 37.6000 Std. Deviation 9.65265 4.97068 Most Extreme Differences Absolute .202 .077

Positive .202 .066

Negative -.106 -.077

Kolmogorov-Smirnov Z 1.275 .487

Asymp. Sig. (2-tailed) .078 .972

a. Test distribution is Normal.

Apabila angka signifikansi < 0,05 maka distribusi datanya adalah tidak normal, sebaliknya apabila angka signifikansi > 0,05 maka distribusi datanya adalah normal. Data variabel learned helplessnes kelas regular berdistribusi normal ditunjukkan dengan nilai Kolmogorov-Smirnov (KS Z) sebesar 1,275 dengan angka signifikansi 0,078 yang lebih besar dari 0,05. Demikian halnya data variabel

learned helplessnes kelas unggulan berdistribusi normal ditunjukkan dengan nilai Kolmogorov-Smirnov

(9)

b. Uji Asumsi Homogenitas

Selain melakukan uji asumsi normalitas, dilakukan juga uji asumsi homogenitas untuk mengetahui apakah varian dari kelompok sampel yang diujikan adalah identik atau tidak. Pengujian asumsi kesamaan varian atau uji homogenitas dalam penelitian

ini menggunakan uji Levene’s. Hasil pengujiannya

ditampilkan pada tabel 4.4. berikut ini.

Tabel. 4.4

Uji Homogenitas Variabel Penelitian Test of Homogeneity of Variances

Learned Helplessness

Levene Statistic df1 df2 Sig.

8.797 1 78 .004

Apabila angka signifikansi < 0,05 maka varian kedua kelompok sampel untuk variabel learned helplessnes adalah berbeda, sebaliknya apabila angka signifikansi > 0,05 maka varian kedua kelompok sampel untuk variabel learned helplessnes adalah identik (sama). Karena angka signifikansinya adalah sebesar 0,004 yang lebih kecil dari 0,05 maka varian kedua kelompok sampel untuk variabel learned helplessnes adalah berbeda. Dengan demikian variabel

(10)

3. Hasil Analisis Data

a. Analisis Pengukuran Variabel Penelitian

Pengukuran variabel learned helplessnes

menggunakan 4 kategori yaitu sangat tinggi, tinggi, rendah dan sangat rendah. Perhitungan dilakukan berdasarkan item yang valid yaitu sebanyak 20 item. Dengan demikian skor tertinggi adalah 4 X 20 = 80 dan skor terendah 1 X 20 = 20. Perhitungan lebar interval adalah sebagai berikut:

skor tertinggi – skor terendah i =

Banyaknya kategori

= 80 – 20 / 4 = 15

Dengan demikian, kategori variabel learned helplessnes untuk setiap jenis kelas adalah sebagai berikut:

Tabel. 4.5

Pengukuran Variabel Learned Helplessnes Siswa pada Kelas Regular

Interval Skor Kategori f % Mean Std.

Deviasi

66 - 80 Sangat Tinggi 2 5,0 51 - 65 Tinggi 4 10,0

(11)

Berdasarkan Tabel 4.5 di atas, dapat dilihat bahwa 65,0% responden pada kelas regular menilai

learned helplessness-nya berada pada kategori rendah. Sementara itu ada juga sebanyak 10% responden menilai learned helplessness-nya berada pada kategori tinggi bahkan 5% lainnya berada pada kategori sangat tinggi. Nilai rata-rata skor learned helplessnes sebesar 42,8 yang termasuk dalam kategori rendah. Nilai standar deviasi sebesar 9,6 yang menunjukkan bahwa terdapat kesenjangan yang kecil diantara nilai skor

learned helplessnes tertinggi dengan nilai skor learned helplessnes terendah pada siswa di kelas regular.

Untuk setiap item pernyataan learned helplessnes, nilai skor terendah adalah 1 dan nilai skor tertinggi adalah 4. Sehingga perhitungan lebar interval adalah sebagai berikut:

skor tertinggi – skor terendah I =

Banyaknya kategori = 4 – 1 / 4

= 0,75

Dengan demikian, kategori penilaian rata-rata skor untuk masing-masing item pernyataan variabel

(12)

Tabel. 4.6

Kategori Learned Helplessnes Siswa pada Kelas Regular per Item Pernyataan

Interval Skor Kategori

Favorable Unfavorable

3,25 <   4,00 Sangat Sesuai Sangat Tidak Sesuai

2,50 <  3,25 Sesuai Tidak Sesuai

1,75 <  2,50 Tidak Sesuai Sesuai

1,00 <  1,75 Sangat Tidak Sesuai Sangat Sesuai

Berikut adalah hasil penilaian learned helplessnes pada siswa di kelas regular untuk setiap item pernyataan.

Tabel. 4.7

Hasil Penilaian Learned Helplessnes Siswa pada Kelas Regular per Item Pernyataan

Pernyataan Rata-rata Kategori

1. Kegagalan saya mendapatkan nilai yang bagus karena kemampuan saya dalam memahami pelajaran tergolong rendah

2.65 Sesuai

2. Keberhasilan saya dalam

menyelesaikan seluruh soal tugas rumah dari guru bukan disebabkan karena soalnya yang terlalu mudah

2.45 Sesuai

3. Ketidakmampuan saya dalam

menyelesaikan seluruh soal tugas rumah dari guru terjadi karena saya lambat dalam memahami apa yang telah diajarkan oleh guru di sekolah

2.70 Sesuai

4. Jika saya mendapatkan nilai yang tidak memuaskan pada satu mata pelajaran, maka hal tersebut juga akan

(13)

Pernyataan Rata-rata Kategori 5. Kemampuan saya dalam menjawab

pertanyaan dari guru dengan benar, hal itu terjadi bukan karena pertanyaannya terlalu mudah, tapi karena saya memang mengetahui jawaban yang benar dari pertanyaan tersebut

2.05 Sesuai

6. Ketidakpahaman saya pada salah satu mata pelajaran disebabkan karena

secara umum saya memiliki

kecerdasan yang rendah

2.33 Tidak Sesuai

7. Keberhasilan saya dalam mengerjakan seluruh soal tes/ ulangan bukan karena saya hanya sedang beruntung bisa mengerjakannya melainkan karena kemampuan saya

2.10 Sesuai

8. Kesulitan dalam menyelesaikan tugas rumah sebelumnya, membuat saya kurang bersemangat saat mengerjakan tugas rumah berikutnya

2.63 Sesuai

9. Saya tetap merasa yakin mampu mengerjakan soal tes/ ulangan mata pelajaran lainnya jika saya gagal di salah satu mata pelajaran

1.98 Sesuai

10. Saya tetap berani menjawab

pertanyaan dari guru meskipun

sebelumnya pernah beberapa kali salah dalam menjawab pertanyaan yang diberikan guru

1.98 Sesuai

11. Jika saya tidak berhasil melakukan presentasi tugas di depan kelas, hal itu menunjukkan bahwa saya memang tidak mempunyai keberanian untuk tampil bicara di depan orang lain

2.45 Tidak Sesuai

12. Kurang baiknya presentasi tugas yang pernah dialami sebelumnya, memacu saya untuk tampil lebih baik jika suatu

ketika diminta untuk

mempersentasikan tugas di depan kelas

(14)

Pernyataan Rata-rata Kategori 13. Jika mendapatkan nilai yang bagus,

saya mempunyai keyakinan bahwa itu terjadi karena secara kebetulan jawaban-jawaban yang saya berikan adalah benar

2.08 Tidak Sesuai

14. Ketika pemikiran atau ide saya ditolak oleh anggota kelompok tugas lainnya saat mengerjakan tugas kelompok, saya tidak merasa sebagai siswa yang bodoh

1.75 Sangat Sesuai

15. Saya akan tetap tekun mengerjakan tugas rumah meskipun nilai kurang memuaskan yang saya peroleh pada tugas rumah sebelumnya

1.68 Sangat Sesuai

16. Jika saat ini saya mengalami kesulitan

dalam menjawab soal-soal tes/

ulangan dari guru maka kesulitan yang sama akan saya alami dalam tes/ ulangan selanjutnya

2.18 Tidak Sesuai

17. Jika saya salah dalam menjawab pertanyaan dari guru, maka saya merasa tidak ada yang bisa saya banggakan dari diri saya

2.05 Tidak Sesuai

18. Ketidakpahaman saya atas materi pelajaran yang diberikan guru hari ini, diyakini akan berulang kembali pada materi pelajaran berikutnya

2.25 Tidak Sesuai

19. Saya tidak akan menganggap sebagai siswa yang bodoh hanya karena kurang menguasai salah satu mata pelajaran

1.80 Sesuai

20. Jika kemampuan berhitung saya kurang baik bukan berarti kemampuan menghafal saya juga kurang baik

1.65 Sangat Sesuai

(15)

Tabel. 4.8

Pengukuran Variabel Learned Helplessnes Siswa pada Kelas Unggulan

Interval Skor Kategori f % Mean Std.

Deviasi

66 - 80 Sangat Tinggi 0 0,0 51 - 65 Tinggi 0 0,0

36 - 50 Rendah 27 67,5 37,6 5,0 20 - 35 Sangat rendah 13 32,5

Berdasarkan Tabel 4.8 di atas, dapat dilihat bahwa 67,5% responden pada kelas unggulan menilai

learned helplessness-nya berada pada kategori rendah dan 32,5% lainnya berada pada kategori sangat rendah. Tidak ada satupun responden yang menilai learned helplessness-nya berada pada kategori tinggi atau bahkan sangat tinggi. Hal ini didukung dengan nilai rata-rata skor learned helplessness sebesar 37,6 yang termasuk dalam kategori rendah. Nilai standar deviasi sebesar 5,0 yang menunjukkan bahwa terdapat kesenjangan yang kecil diantara nilai skor learned helplessness tertinggi dengan nilai skor learned helplessness terendah pada siswa di kelas unggulan.

(16)

Tabel. 4.9

Hasil Penilaian Learned Helplessnes Siswa pada Kelas Unggulan per Item Pernyataan

Pernyataan Rata-rata Kategori

1. Kegagalan saya mendapatkan nilai yang bagus karena kemampuan saya

dalam memahami pelajaran

tergolong rendah

2.15 Tidak Sesuai

2. Keberhasilan saya dalam

menyelesaikan seluruh soal tugas rumah dari guru bukan disebabkan karena soalnya yang terlalu mudah

2.13 Sesuai

3. Ketidakmampuan saya dalam

menyelesaikan seluruh soal tugas rumah dari guru terjadi karena saya lambat dalam memahami apa yang telah diajarkan oleh guru di sekolah

2.20 Tidak Sesuai

4. Jika saya mendapatkan nilai yang tidak memuaskan pada satu mata pelajaran, maka hal tersebut juga akan terjadi pada mata pelajaran lainnya

1.70 Sangat Tidak

Sesuai

5. Kemampuan saya dalam menjawab pertanyaan dari guru dengan benar, hal itu terjadi bukan karena pertanyaannya terlalu mudah, tapi karena saya memang mengetahui jawaban yang benar dari pertanyaan tersebut

1.85 Sesuai

6. Ketidakpahaman saya pada salah satu mata pelajaran disebabkan karena secara umum saya memiliki kecerdasan yang rendah

1.95 Tidak Sesuai

7. Keberhasilan saya dalam

mengerjakan seluruh soal tes/ ulangan bukan karena saya hanya

sedang beruntung bisa

mengerjakannya melainkan karena kemampuan saya

(17)

Pernyataan Rata-rata Kategori 8. Kesulitan dalam menyelesaikan

tugas rumah sebelumnya, membuat

saya kurang bersemangat saat

mengerjakan tugas rumah berikutnya

2.20 Tidak Sesuai

9. Saya tetap merasa yakin mampu mengerjakan soal tes/ ulangan mata pelajaran lainnya jika saya gagal di salah satu mata pelajaran

1.65 Sangat Sesuai

10. Saya tetap berani menjawab

pertanyaan dari guru meskipun sebelumnya pernah beberapa kali salah dalam menjawab pertanyaan yang diberikan guru

1.93 Sesuai

11. Jika saya tidak berhasil melakukan presentasi tugas di depan kelas, hal

itu menunjukkan bahwa saya

memang tidak mempunyai

keberanian untuk tampil bicara di depan orang lain

1.95 Tidak Sesuai

12. Kurang baiknya presentasi tugas yang pernah dialami sebelumnya, memacu saya untuk tampil lebih baik jika suatu ketika diminta untuk mempersentasikan tugas di depan kelas

1.48 Sangat Sesuai

13. Jika mendapatkan nilai yang bagus, saya mempunyai keyakinan bahwa itu terjadi karena secara kebetulan jawaban-jawaban yang saya berikan adalah benar

2.08 Tidak Sesuai

14. Ketika pemikiran atau ide saya ditolak oleh anggota kelompok tugas lainnya saat mengerjakan tugas kelompok, saya tidak merasa sebagai siswa yang bodoh

1.85 Sesuai

15. Saya akan tetap tekun mengerjakan tugas rumah meskipun nilai kurang memuaskan yang saya peroleh pada tugas rumah sebelumnya

(18)

Pernyataan Rata-rata Kategori 16. Jika saat ini saya mengalami

kesulitan dalam menjawab soal-soal tes/ ulangan dari guru maka kesulitan yang sama akan saya alami dalam tes/ ulangan selanjutnya

1.65 Sangat Tidak

Sesuai

17. Jika saya salah dalam menjawab pertanyaan dari guru, maka saya merasa tidak ada yang bisa saya banggakan dari diri saya

1.95 Tidak Sesuai

18. Ketidakpahaman saya atas materi pelajaran yang diberikan guru hari ini, diyakini akan berulang kembali pada materi pelajaran berikutnya

2.05 Tidak Sesuai

19. Saya tidak akan menganggap sebagai siswa yang bodoh hanya karena kurang menguasai salah satu mata pelajaran

1.93 Sesuai

20. Jika kemampuan berhitung saya

kurang baik bukan berarti

kemampuan menghafal saya juga kurang baik

1.45 Sangat Sesuai

b. Hasil Uji Beda

Berdasarkan hasil pengujian normalitas pada tabel 4.3. tampak bahwa data variabel learned helplessnes baik pada kelas regular maupun kelas unggulan berdistribusi normal. Namun demikian, dari hasil pengujian homogenitas pada tabel 4.4 tampak bahwa variabel learned helplessnessmempunyai varian yang berbeda. Oleh karena datanya terdistribusi normal maka untuk pengujian perbedaan tingkat

(19)

menggunakan uji beda yang parametrik berupa

independent sample t test. Sementara itu karena asumsi homogenitas tidak terpenuhi maka untuk menentukan ada tidaknya perbedaan dari hasil

independent sample t test akan dilihat dari nilai t hitung dan nilai signifikansi pada baris Equal variances not assumed. Dari hasil independent sample t test yang dilakukan dengan bantuan program SPSS 16.0 didapat hasil yang tampak pada tabel 4.10 sebagai berikut :

Tabel 4.10

Hasil Uji Perbedaan Tingkat Learned Helplessness Siswa yang Memiliki Prestasi Akademik Terendah di Kelas Regular

dan Kelas Unggulan

Group Statistics

Jenis Kelas N Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

Learned Helplessness Kelas Reguler 40 42.8250 9.65265 1.52622

Kelas Unggulan 40 37.6000 4.97068 .78593

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality

of Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-tailed)

Learned Helplessness

Equal variances assumed 8.797 .004 3.044 78 .003

Equal variances not

(20)

Berdasarkan tabel 4.10. di atas menunjukkan nilai t hitung pada baris Equal variances not assumed sebesar 3,044 dengan tingkat signifikan 0,004 < 0,05 yang berarti ada perbedaan tingkat learned helplessness siswa yang memiliki prestasi akademik terendah di kelas reguler dan kelas unggulan.

D. Pembahasan

Hasil analisis independent sample t test sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 4.10. di atas membuktikan bahwa ada perbedaan tingkat learned helplessness siswa yang memiliki prestasi akademik terendah di kelas reguler dan kelas unggulan. Dengan demikian Ha diterima dan Ho ditolak.

Memperhatikan nilai mean learned helplessness

siswa dari masing-masing kelas pada Tabel 4.10 di atas, tampak bahwa mean skor learned helplessness siswa yang memiliki prestasi akademik terendah di kelas reguler adalah sebesar 42,8 sedangkan mean skor learned helplessness

siswa yang memiliki prestasi akademik terendah di kelas unggulan adalah sebesar 37,6. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa siswa yang memiliki prestasi akademik terendah di kelas reguler mempunyai learned helplessness

(21)

Lebih tingginya learned helplessness siswa yang memiliki prestasi akademik terendah di kelas reguler dapat disebabkan karena para siswa tersebut menilai kegagalan sebagai sesuatu yang menetap yang disebabkan karena ketidakmampuan mereka. Sebagai akibatnya, mereka merasa frustrasi ketika mengalami kegagalan dan hanya melihat sedikit alasan untuk mencoba memperbaikinya. Sebaliknya, mereka menilai keberhasilan mereka bukan sebagai hasil dari kerja keras melainkan keberuntungan, mereka tidak merasakan kebanggaan karena tidak mengenal kemampuan yang mereka miliki. Henry (2005) menyatakan bahwa anak yang merasa tidak berdaya (helpless) menggunakan strategi pemecahan masalah yang kurang efektif dan lebih terfokus pada hasil yang telah didapat sebelumnya. Pendapat yang tidak jauh berbeda juga diungkapkan Sunawan (2005) bahwa siswa yang tinggi learned helplessness, saat mengalami kegagalan maka ia akan merespon kegagalan tersebut dengan kurang atau tidak termotivasi untuk lebih giat dalam belajar. Dweck (2000) menjelaskan bahwa pada individu yang memiliki orientasi helpless saat dihadapkan pada kegagalan akan cenderung melakukan atribusi internal yang bersifat permanen yaitu memberikan atribusi bahwa kegagalannya disebabkan karena ketidakmampuan pribadinya.

(22)

di kelas regular tampak dalam beberapa pernyataan. Seperti misalnya pada aspek locus of control, rata-rata siswa menyatakan bahwa ketidakmampuannya dalam menyelesaikan seluruh soal tugas rumah dari guru terjadi karena ia lambat dalam memahami apa yang telah diajarkan oleh guru di sekolah. Pada aspek globalitas, rata-rata siswa menyatakan bahwa jika ia tidak berhasil melakukan presentasi tugas di depan kelas, hal itu menunjukkan bahwa dirinya memang tidak mempunyai keberanian untuk tampil bicara di depan orang lain. Sementara itu pada aspek stabilitas, rata-rata siswa menyatakan bahwa kesulitan dalam menyelesaikan tugas rumah sebelumnya, membuat dirinya kurang bersemangat saat mengerjakan tugas rumah berikutnya.

Kondisi berbeda diperlihatkan oleh siswa yang memiliki prestasi akademik terendah di kelas unggulan, dimana mereka mempunyai tingkat learned helplessness

(23)

sebagaimana dikemukakan oleh Dweck dan Repucci (1972) bahwa individu yang tidak mengalami helplessness

cenderung lebih melihat kegagalannya dari atribusi internal yang bersifat tidak permanen, yaitu menilai kegagalannya terjadi karena kurangnya usaha yang dilakukannya. Oleh karena itu maka siswa dengan tingkat learned helplessness

yang rendah akan lebih berfokus pada usaha menemukan solusi bagi problem yang tadinya gagal dipecahkan. Hal ini seperti

yang diungkapkan oleh Sumawan (2005) bahwa siswa yang rendah learned helplessness ketika mengalami sebuah kegagalan, ia akan merespon kegagalan tersebut sebagai motivasi untuk lebih giat dalam belajar, tetap berpikir positif dan menghadapi kegagalan sebagai sebuah tantangan dan sebagai kesempatan.

(24)

Gambar

Tabel.  4.1  Sebaran Item Valid Skala Learned Helplessnes
Tabel. 4.3 Uji Normalitas Variabel Penelitian
Tabel. 4.4 Uji Homogenitas Variabel Penelitian
Tabel. 4.5  Pengukuran Variabel Learned Helplessnes
+4

Referensi

Dokumen terkait

Sur at Kuasa bagi yang diw akilkan, yang namanya ter cantum dalam Akta Pendir ian/ Per ubahan – per usahaan dan ditandatangani oleh kedua bel ah pi hak yang

Mata bor helix kecil ( Low helix drills ) : mata bor dengan sudut helix lebih kecil dari ukuran normal berguna untuk mencegah pahat bor terangkat ke atas

2014 PADA SKPD KECAMATAN BOGOREJO. NO KODE DPA

Matakuliah ini memberikan pemahaman dan penguasaan mengenai teknik pemrograman visual, dasar-dasar desain program, pengenalan komponen, property dan event.. Materi mata kuliah

RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA TAHUN ANGGARAN 2014 PADA INSPEKTORAT KABUPATEN BLORA. PAGU

Dampak Perilaku Penggunaan Minuman Keras di Kalangan Remaja di Kota Surakarta (Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta,

If you're just starting your civil engineering career but need to shore up your resume's infrastructure, check out this resume sample for an entry-level civil engineer below..

Menerapkan konsep-konsep: sistem bilangan, bilangan kompleks, matriks, diferensial, dan integral (tak tentu dan tertentu) untuk fungsi dengan satu perubah bebas; dalam