TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN INPRES NOMOR 5 TAHUN 2015
TENTANG KEBIJAKAN PENGADAAN GABAH TERHADAP
PENETAPAN HARGA OLEH TENGKULAK
(Studi kasus di Desa Lebak Adi Kecamatan Sugio Kabupaten Lamongan)
SKRIPSI Oleh:
Muh. Imam Bukhori NIM. C02213045
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Syariah Dan Hukum Jurusan Hukum Perdata Islam Prodi Hukum Ekonomi Syariah (Muamalah)
ABSTRAK
Skripsi ini adalah hasil penelitian lapangan yang berjudul ‚Tinjauan
Hukum Islam dan INPRES Nomor 5 Tahun 2015 tentang Kebijakan Pengadaan Gabah terhadap Penetapan Harga oleh Tengkulak (Studi kasus di Desa Lebak
Adi Kecamatan Sugio Kabupaten Lamongan)‛ skripsi ini ditulis untuk menjawab
pertanyaan: ‚Bagaimana penetapan harga gabah oleh tengkulak di Desa Lebak
Adi Kecamatan Sugio Kabupaten Lamongan dan bagaimana tinjauan hukum Islam dan INPRES Nomor 5 Tahun 2015 tentang kebijakan pengadaan gabah terhadap penetapan harga oleh tengkulak di Desa Lebak Adi Kecamatan Sugio
Kabupaten Lamongan‛
Data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan teknik wawancara dan studi pustaka yang kemudian dianalisis dengan teknik deskriptif dalam menjabarkan data tentang implementasi penetapan harga gabah oleh tengkulak di Desa Lebak Adi Kecamatan Sugio Kabupaten Lamongan. Selanjutnya data yang berhasil dihimpun dianalisis dari tinjauan hukum Islam dan INPRES Nomor 5 Tahun 2015 dengan teknik kualitatif dalam pola pikir deduktif.
Hasil penelitian ini menghasilkan bahwa penetapan harga yang dilakukan oleh tengkulak dilatarbelakangi oleh tiga faktor yakni, curah hujan, harga buatan mitra kerja (pemasok) dan harga beras di pasar. Namun, yang paling dominan adalah harga buatan dari pemasok yang rentan di bawah Harga Pembelian Pemerintah (HPP).
Dari penelitian tersebut dapat di simpulkan, bahwa menurut hukum Islam, penetapan harga oleh tengkulak di Desa Lebak Adi, dibolehkan jika tengkulak dalam menetapkan harga gabah melihat kondisi permintaan dan penawaran beras di pasar, kualitas gabah berdasarkan curah hujan dan kebijakan regulasi harga pemerintah, sehingga akan menciptakan keseimbangan harga. Namun, penetapan harga menjadi tidak dibolehkan Islam apabila melakukan permainan harga dengan mitra kerjanya dan menetapkan harga di bawah (HPP), sehingga akan merugikan petani dan tidak sesuai dengan konsep harga yang adil dalam Islam. Sedangkan tinjauan penetapan harga gabah oleh tengkulak menurut INPRES Nomor 5 Tahun 2015, yaitu penetapan harga yang di lakukan oleh tengkulak tidak menyalahi isi dalam INPRES karena dalam pelaksana HPP di jelaskan bahwa dilakukan oleh pihak Perum BULOG. Meskipun demikian, seharusnya penetapan harga yang dilakukan oleh tengkulak sesuai dengan isi INPRES karena tujuan dari kebijakan tersebut untuk melindungi pendapat petani dan membuat harga gabah menjadi stabil.
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN ... iv
MOTTO ... v
ABSTRAK ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR TRANSLITERASI ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi dan batasan Masalah ... 10
C. Rumusan Masalah ... 11
D. Kajian Pustaka ... 11
E. Tujuan Penelitian ... 14
F. Kegunaan Hasil Penelitian ... 15
G. Definisi Operasional ... 15
H. Metode Penelitian ... 16
I. Sistematika Pembahasan ... 21
BAB II PENETAPAN HARGA DALAM ISLAM ... 23
A. Pengertian Harga ... 23
B. Dasar Hukum ... 24
C. Konsep Penetapan Harga dalam Islam ... 26
1. Penetapan Harga Ibnu Khaldun ... 26
2. Penetapan Harga Abu Yusuf ... 26
3. Penetapan Harga Al-Ghazali ... 28
D. Faktor-faktor yang mempengaruhi Harga ... 30
1. Kenaikan Harga Sebenarnya ... 30
2. Kenaikan Harga Buatan ... 30
3. Kenaikan Harga Kebutuhan Pokok ... 31
4. Harga Monopoli ... 31
E. Penyebab Rusaknya Harga ... 34
F. Peran Pemerintah dalam Penetapan Harga ... 35
1. Regulasi Harga ... 35
2. Intervensi Harga dalam Islam ... 37
G. Instruksi Presiden tentang Kebijakan Pengadaan Gabah di Indonesia ... 39
BAB III APLIKASI PENETAPAN HARGA GABAH ... 44
A. Keadaan Umum Desa Lebak Adi ... 44
1. Letak Geografis ... 44
2. Keadaan Penduduk dan Sosial Ekonomi ... 45
3. Potensi Pertanian ... 47
B. Penetapan Harga Gabah oleh Tengkulak di Desa Lebak Adi Kecamatan Sugio ... 48
1. Faktor yang melatar belakangi Penetapan Harga Gabah oleh Tengkulak ... 49
2. Praktek Penetapan Harga Gabah oleh Tengkulak ... 52
3. Alasan Petani menjual Gabah ke Tengkulak... 56
BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN INPRES
NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG
KEBIJAKAN PENGADAAN GABAH
TERHADAP PENETAPAN HARGA OLEH
TENGKULAK ... 61
A. Tinjauan Penetapan Harga Gabah oleh Tengkulak ... 61
B. Tinjauan Hukum Islam dan INPRES Nomor 5 Tahun 2015 tentang Kebijakan Pengadaan Gabah terhadap Penetapan Harga oleh Tengkulak ... 64
1. Tinjauan Hukum Islam terhadap Penetapan Harga Gabah oleh Tengkulak ... 64
2. Tinjauan INPRES Nomor 5 Tahun 2015 tentang Kebijakan Pengadaan Gabah terhadap Penetapan Harga oleh Tengkulak ... 70
3. Tinjauan Persamaan dan Perbedaan ... 75
BAB V PENUTUP ... 77
A. Kesimpulan ... 77
B. Saran ... 78
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai sistem kehidupan, Islam memberikan warna dalam setiap
dimensi kehidupan manusia, tak terkecuali dunia ekonomi. Sistem Islam ini
berusaha mendialektikan nilai-nilai ekonomi dengan nilai akidah maupun
etika. Artinya, kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh manusia dibangun
dengan materialisme dan spiritualisme.
Kegiatan ekonomi yang dilakukan tidak hanya berbasis nilai materil,
akan tetapi terdapat sandaran transedental di dalamnya, sehingga akan
bernilai ibadah. Selain itu, konsep dasar Islam dalam hal kegiatan mu‘amalah
(ekonomi) juga sangat konsen dengan nilai-nilai humanisme.1 Sehingga,
prinsip dari persoalan mu
‘
|amalah tersebut yaitu untuk mewujudkankemaslahatan bagi umat manusia dalam arti khusus kepuasan terhadap para
pihak yang bertransaksi, bila dikaitkan dengan jual beli.
Sebagai sarana untuk memenuhi hajat kebutuhannya, Allah
memerintahkan manusia untuk melakukan jual beli. Jual beli dalam istilah
Fiqh disebut dengan al-bay>‘u yang berarti menjual dan menukar sesuatu
dengan yang lain.2
Kegiatan ekonomi pun merupakan bagian penting dari sebuah negara,
salah satunya untuk melihat seberapa besar tingkat kemajuan dan
1 Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqh Muamalah, Cet. Ke-1 (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2008), xviii.
2
kesejahteraan dari suatu negara tersebut dan tidak bisa dipisahkan lagi.
Namun, dalam menjalankan roda perekonomian suatu negara tidak semudah
membalikan tangan, tentu ada beberapa hal yang menjadi suatu kendala
dalam menjaga kestabilan kegiatan ekonomi, terutama dalam kebebasan
pasar.
Dengan hal demikian, tidak dimungkinkan tejadinya suatu persaingan
yang tidak sehat diantara pelaku ekonomi sehingga akan berakibat di
rugikannya salah satu pihak termasuk berdampak ke perekonomian negara.
Karena, jika diantara pelaku ekonomi saling bersekutu, maka akan hilang
yang namanya keseimbangan harga. Oleh karena itu persaingan sempurna
sangat diperlukan dalam kegiatan ekonomi.
Konsep persaingan sempurna didasarkan atas persaingan murni
dengan tambahan dua syarat lagi, yaitu pertama, bahwa pengetahuan
pembeli dan penjual tentang keadaan pasar harus cukup sempurna; kedua,
mobilitas sumber-sumber ekonomi harus cukup sempurna pula. 3
Selain itu, peran daripada pemerintah sangat signifikan dan
diperlukan dalam menjaga kestabilan harga diantara para pelaku ekonomi,
harus ada kebijakan yang mengaturnya sehingga nantinya tidak ada lagi yang
namanya permainan maupun penetapan harga sepihak yang dilakukan oleh
pelaku ekonomi.
Dalam perekonomian di indonesia, terdapat beberapa sektor-sektor
yang menjadi andalan penduduknya untuk memenuhi kebutuhan, salah
3
satunya yaitu sektor pertanian. Meskipun tidak dapat dikatakan sepenuhnya
bahwa sektor pertanian mampu menjadi andalan masa depan pembangunan,
karena pada dasarnya masih memiliki kelemahan-kelemahan.
Kondisi sosial budaya petani merupakan masalah utama dalam fungsi
sektor pertanian di dalam pembangunan nasional dan kemampuan sektor
tersebut untuk bersaing pada abad yang akan datang. Terutama masyarakat
pedesaan yang cuma menggantungkan hidup pada sektor pertanian, maka
petani harus berusaha memaksimalkan produktivitas dari pertanian tersebut,
namun semua itu tidak bisa dilepaskan dari berbagai faktor, antara lain luas
lahan yang dimiliki, kebijakan pemerintah dalam hal pemberian intensif
kepada tani dan sebagainya.4 Terutama pada produksi gabah karena selama
ini yang menjadi kebutuhan pokok dari masyarakat Indonesia.
Terlepas dari faktor tersebut, adanya faktor lain, seperti maraknya
orang-orang yang berusaha mencari keuntungan atau biasa disebut tengkulak
di kalangan petani juga menjadi masalah yang serius bagi usaha pemerintah
untuk menjaga kestabilan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) terhadap
gabah. Meskipun dalam usaha pengendalian tersebut pemerintah sudah
membentuk suatu badan yang berfungsi menjaga kestabilan harga di
kalangan petani yaitu Badan Urusan Logistik (BULOG) di tingkat pusat,
sedangkan di tingkat provinsi ada Depot Logistik (DOLOG) serta terdapat
sub Depot Logistik (DOLOG) di tingkat kabupaten/kota.
4
Sebagaimana badan ini berfungsi menampung gabah dan beras di
kalangan petani dengan bekerja sama dengan KUD di daerah masing-masing.
Dengan demikian, para petani tidak akan kesulitan dalam menjual hasil
panen mereka dan dengan harga yang tidak berubah-ubah sesuai dengan
kebijakan pemerintah. Selain itu akan meminimalisir kerugian petani
terhadap perhitungan penjualan dengan biaya produksi gabah tersebut.
Sebagai komoditi penting, usaha pemerintah dalam menjaga
kestabilan harga di setiap daerah yang terkena dampak dari kenaikan harga
terhadap gabah, maka pemerintah biasanya mengadakan pasar rumah dengan
menggunakan cadangan beras pemerintah secara berkala. Hal itu sebagai
wujud dari operasi pasar yang dilakukan pemerintah. Selain itu sebagai
komoditi yang fluktuatif maka perubahan harga dari gabah ini sangat
berpengaruh terhadap keseimbangan sistem perekonomian. Terutama apabila
bahan pokok naik, maka semua akan mempengaruhi harga dari kebutuhan
lainnya. Sebagai penentu kebijakan, maka dalam hal ini pemerintah biasanya
menggunakan intervensinya untuk menanggulangi permasalah tersebut.
Terkait dengan hal tersebut, Islam memandang bahwa tanggung
jawab pemerintah bukan terbatas pada keamanan dalam negeri dan sistem
keamanan yang mempunyai kekuatan antisiatif serangan dari luar saja.
Tetapi pertanggung jawaban pemerintah ini harus merupakan bagian dari
program pencapaian masyarakat ideal yaitu adil dan makmur. Keadilan
5
dalam membela yang lemah dan memberikan pertolongan kepada mereka,
juga dalam menyangkut masalah ekonomi. 5
Sedangkan upaya-upaya pemerintah tersebut masih belum bisa
menjaga kemaslahatan bagi para petani, karena dalam kondisi pada saat ini
para tengkulak cenderung menetapkan suatu harga yang sebelumnya telah
mereka perhitungkan dengan sebaik mungkin untuk mendapat keuntungan
dari para petani. Hal tersebut tentu sangat mengganggu dari kesejahteraan
masyarakat khususnya dari perekonomian petani. Himpitan ekonomi serta
biaya hidup yang semakin mahal dengan berujungnya beban yang diterima
oleh kalangan petani. Mau tidak mau petani akan tetap mengikuti dan
menjual kepada para tengkulak tersebut, dikarenakan kurangnya
pengetahuan dan informasi mengenai harga pasar gabah saat ini.
Daerah perdesaan yang jauh dari kota serta kurang meleknya para
petani terhadap teknologi menjadi poin penting bagi para tengkulak untuk
menjalankan mekanisme penetapan harga mereka dengan leluasa. Para petani
menyakini jikalau harga yang diberikan oleh tengkulak tersebut merupakan
harga pasar yang ada, tanpa mempetimbangkan terlebih dahulu untuk
menjualnya karena mereka lebih memilih mendapatkan uang secepatnya.
Begitupun yang terjadi di Desa Lebak Adi Kecamatan Sugio
Kabupaten Lamongan. Para tengkulak dalam memberikan suatu harga
terhadap hasil pertaniannya tidak sama, jadi diantara para tengkulak
mempunyai penetapan harga tersediri. Di Desa tersebut, rata-rata
6
penduduknya bekerja sebagai petani, baik itu menggarap sawahnya sendiri
maupun menggarap sawah orang lain. Tentunya mereka tergolong dari
kalangan menengah ke bawah yang dimana untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya hanya menggantungkan dari sektor pertanian.
Mendesaknya kebutuhan lain yang harus segera dipenuhi, menjadi
faktor lain yang mendukung para petani memilih menjual dengan harga yang
ditetapkan oleh para tengkulak dengan tujuan akan segera menutupi
kebutuhan lain tersebut, antara perasaan terpaksa dan rela menjadi satu
kesatuan yang dirasakan para petani selama ini.
Penetapan harga yang dilakukan oleh tengkulak, menjadi harga yang
berlaku di desa, sehingga tinggi rendahnya suatu harga gabah tidak
sepenuhnya berdasarkan dari harga di pasar. Hal tersebut mengakibatkan
tidak stabilnya harga gabah, padahal untuk menjaga stabilitas harga gabah
pemerintah sudah mengeluarkan suatu kebijakan yang tercantum dalam
INPRES Nomor 5 Tahun 2015 tentang kebijakan pengadaan gabah/beras dan
penyaluran beras oleh pemerintah.
Harga buatan yang dibuat oleh tengkulak tidak terlepas dari harga
mitra kerjanya, itulah yang menyebabkan masing-masing tengkulak
mempunyai penetapan harga. Dalam prakteknya, harga buatan tengkulak
sering kali jauh di bawah HPP yang berlaku. Tengkulak mengesampingkan
harga minimum yang sesuai dalam HPP dan lebih mengutamakan ketetapan
7
dilakukan oleh tengkulak, mendorong para petani untuk menerima harga
secara khusus yaitu harga buatannya.
Maka, jika penetapan harga itu mengandung unsur-unsur kedzaliman
dan pemaksaan yang tidak benar, yaitu dengan menetapkan suatu harga yang
tidak dapat diterima atau melarang sesuatu yang oleh Allah benarkan, maka
jelas penetapan harga semacam itu hukumnya haram. 6
Islam memberikan kebebasan dalam penentuan harga, yaitu apa yang
disepakati dalam mekanisme pasar. Pasar adalah penentuan harga, artinya
pihak manapun tidak boleh mengintervensi harga di pasar. Semua ini
tergantung pada kekuatan pemerintah dan kekuatan pasar. 7 selain itu,
kerelaan diantara kedua belah pihak sangat ditekankan dalam jual beli
menurut Islam, sebagaimana firman Allah dalam surat an-Nisa>‘ ayat 29:
ٓ ي
ا ُي
أ
ٓٱ
ٓ يِ
َ
ذ
ٓ
ْٓا ُ ا ء
ٓ
ٓ
ل
ٓ
ٓ
أ ت
ٓٓ ُ ُك
ْٓآ
ٓ
أ
ٓ و
ُك ل
ٓ
ٓ ي ب
ُك
ِٓٓبٱ
ٓ ل
ٓ ب
ِٓلِط
ٓ
ٓٓ
ذ
لِإ
ٓ
ن
أ
ٓ
ٓ ن ُك ت
ٓ
ٓ جِت
ٓ ة ر
ٓ
ع
ٓ
ٓ لضا ر ت
ٓ
ٓ ُك ِّ
ٓ
ٓ
ل و
ٓ
ٓ ق ت
ٓٓ ُ ُت
ْٓآ
ُٓف
أ
ٓ ُك س
ٓ
ٓذنِإ
ٓٱ
ٓ ذّ
ٓ
ٓ ن َ
ٓ
ٓ ُكِب
ٓ
ٓم يِح ر
آ
٩
ٓ
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar. Kecuali dengan jalan perdagangan yang berlaku atas suka sama suka diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu.8
Dari ayat tersebut, diterangkan bahwasanya dalam Islam, jual beli
harus ada prinsip suka sama suka pihak yang berakad, yang tentunya
kemaslahatan diantara kedua belah pihak sangat ditekankan, begitupula
6
Yusuf Qaradhawi, Halal dan Haram, Tim Kuadran,(Bandung: Penerbit Jabal, 2007), 261.
7 Heri Sudarso, Konsep Ekonomi Islam;suatu pengantar, Ed. 1, Cet. Ke-3,(Yogyakarta: Ekonosia, 2004), 152.
8
dengan keseimbangan suatu harga dalam jual beli. Tentunya, harus ada
permintaan dan penawaran dalam suatu akad, sehingga bisa menciptakan
suatu keseimbangan harga dan tidak akan menimbulkan unsur paksaan
maupun hal-hal yang merugikan dintara para pihak. Sebagaimana juga
dengan sabda Rasulullah SAW, berikut:
َ عَ ن
ََ أَ ن
َ س
ى
ََ ب
َ نَ
َ مَ ل
َ ك
ََ ق
َ لا
َ قَ:
َ لا
َ
َ لا
َ سا
َ يَ:
َ رَا
َ س
َ لو
َ
َ ل
ََ غ
َ لا
َ
َ سلا
َ عَ رَ
َ فَ س
َ عَ رَ
َ لَ
َ فَ.ا
َ ق
َ لا
ََ ر
َ س
َ لو
َ
َ ل
َ
َ صَ ل
َى
َ ل
ََ عَ ل
َ يَ َ
َ وَ س
َ لَ م
َ إَ:
َ نَ
َ ل
ََ
َ وَا
َ لَ م
َ سَ ع
َ رََ
لاَ ق
َ با
َ ض
ََ لا
َ ب
َ سا
َ ط
َ
َ رلا
َ زا
َ قَ
َ وَ إ
َ ن
َ نََ أ
َ رَ ج
َ أَو
َ نَ
َ أَ لَ ق
َ لَى
ََ وَ ل
َ ي
َ س
ََ أ
َ ح
َ دَ
َ مَ
َ ك
َ مََ
يَ ط
َ لَا
َ بَ ن
ََ ب
َ ظَ ل
َ مَ ة
َ
َ ف
ََ َ
َ مَ
َ وَ ل
ََ م
َ لا
َ ر(َ.
َ وَ ا
ََ اَ ب
َ ََو
َ وا
)َ
9َ
Artinya: Dari Anas, ia berkata: Orang-orang berkata, ‚Wahai Rosulullah, harga telah naik, maka tetapkanlah harga untuk kami.‛ Lalu Rosulullah SAW bersabda, ‚ sesungguhnya Allah yang
menetapkan harga, yang mempersempit, dan yang memperluas, dan aku berharap bertemu dengan Allah sedangkan salah seorang dari
kalian tidak menuntutku karena kezhaliman dalam darah atau harta‛.
(HR. Abu Dawud).10
Dalam hadits tersebut dijelaskan bahwasanya, menetapkan suatu
harga itu dilarang. Islam memandang harga terjadi dari proses permintaan
dan penawaran dari pihak yang bertransaksi. Walaupun terdapat barang
komoditas (barang dan jasa) yang sedang naik-turun harganya, maka tetap
menjadi hak daripada pihak yang bertransaksi dengan tetap melihat keadaan
harga pasar saat itu.
Dari hadits tersebut juga bisa disimpulkan, pada saat itu terjadi
kenaikan harga, Rosulullah SAW meyakini adanya penyebab tertentu yang
sifatnya darurat. Oleh sebab itu, sesuatu yang bersifat darurat akan hilang
9Ima>m Hafi>dz Abu> Dau>d Sulai>man,
Suna>n Abu> Dau>d, Jilid 3, (Beirut-Lebanon: Dar al-KOTOB al-ILMIYAH, 2009), 479.
10Muhammad Yu>su>f Qardhawi>,
Halam & Haram dalam Islam, Mu’ammal Hamidy (Surabaya:
9
seiring dengan penyebab darurat itu. Rosulullah SAW juga meyakini harga
akan kembali normal dalam waktu yang tidak terlalu lama (sifat darurat).11
Akan tetapi, jika keadaan pasar itu tidak normal misalnya, ada
penimbunan oleh seoarang pedagang, dan adanya permainan harga oleh para
pedagang, maka waktu itu kepentingan umum harus didahulukan daripada
kepentingan perorangan. Dalam situasi demikian, kita boleh menetapkan
harga demi memenuhi kepentingan masyarakat dan demi menjaga dari
perbuatan kewenangan-kewenangan dan demi mengurangi keserakahan
mereka itu. Begitulah menurut ketetapan prinsip hukum.12 Oleh karena itu,
peran daripada kebijakan pemerintah disini sangat diperlukan guna menjaga
stabilitas harga dalam suatu perekonomian negara.
Dengan demikian, dalam ekonomi Islam, undang-undang mempunyai
peranan sebagai pemelihara dan penjamin pelaksana hak-hak masyarakat
yang dapat meningkatkan kesejahteraan hidup mereka secara keseluruhan,
bukan sebagai alat kekuasaan untuk memperoleh kekayaan secara
semena-mena.13 Seperti halnya, dalam kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah
Indonesia melalui Instruksi Presiden (INPRES) Nomor 5 Tahun 2015
tentang kebijakan pengadaan gabah, yang mana menjelaskan kebijakan
pengadaan gabah dalam negeri dengan Harga Pembelian Pemerintah (HPP).
Tujuan dari kebijakan tersebut yakni, ingin melindungi pendapatan
petani dan menstabilkan harga gabah di pasar, dalam hal ini untuk menjaga
11 Mustafa Edwin Nasution, dkk, Pengenalan Esklusif Ekonomi Islam, Cet. Ke-1 (Jakarta: Kencana, 2006),161.
10
harga gabah dengan suatu ketetapan harga minimum. Namun, selama ini
kebijakan tersebut sering di salah gunakan dan tidak diterapkan oleh para
tengkulak padi yang ingin mencari keuntungan di tengah masyarakat,
khususnya para petani.
Berangkat dari uraian diatas, maka dari penetapan harga yang
dilakukan oleh para tengkulak apakah sudah sesuai dengan prinsip harga
dalam Islam dan kebijakan dari pemerintah khususnya Harga Pembelian
Pemerintah pada saat ini. Oleh karena itu, penulis terpanggil untuk
melakukan penelitian yang berjudul ‚Tinjauan Hukum Islam dan INPRES
Nomor 5 Tahun 2015 tentang Kebijakan Pengadaan Gabah terhadap
Penetapan Harga oleh Tengkulak (Studi Kasus di Desa Lebak Adi
Kecamatan Sugio Kabupaten Lamongan)‛.
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Dari permasalahan yang telah dijelaskan diatas, maka disini penulis akan
mengidentifikasi masalah dengan sebagai berikut:
1. Latar belakang terjadinya penetapan harga gabah oleh tengkulak
2. Penetapan harga gabah oleh tengkulak
3. Dampak penetapan harga oleh tengkulak terhadap harga gabah di pasaran,
petani dan Perum BULOG Lamongan.
4. Tinjauan Hukum Islam dan INPRES Nomor 5 Tahun 2015 tentang
Kebijakan Pengadaan Gabah terhadap penetapan harga oleh tengkulak.
11
Dari identifikasi masalah tersebut, maka penulis mengambil batasan
dan ruang lingkup dari penelitian ini yang akan di kaji, supaya lebih terfokus
dan terarah. Adapun pembahasan dalam skripsi ini diantaranya:
1. Penetapan harga gabah oleh tengkulak
2. Tinjauan Hukum Islam dan INPRES Nomor 5 Tahun 2015 tentang
Kebijakan Pengadaan Gabah terhadap penetapan harga oleh tengkulak
C. Rumusan Masalah
Sejalan dengan batasan masalah diatas, maka dapat diambil beberapa
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penetapan harga gabah oleh tengkulak di Desa Lebak Adi
Kecamatan Sugio Kabupaten Lamongan?
2. Bagaimana Tinjauan Hukum Islam dan INPRES Nomor 5 Tahun 2015
tentang Kebijakan Pengadaan Gabah terhadap penetapan harga oleh
tengkulak di Desa Lebak Adi Kecamatan Sugio Kabupaten Lamongan?
D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka ini merupakan gambaran antara hubungan topik yang
akan diteliti dengan penelitian yang sejenis yang sudah pernah di kaji dan
dilakukan oleh peneliti sebelumnya, sehingga tidak terjadi pengulangan atau
duplikasi penelitian. Dari referensi yang penulis telusuri sebenarnya sudah
12
1. Analisis Hukum Islam terhadap implementasi INPRES Nomor 5 Tahun
2015 tentang Kebijakan Pengadaan Gabah/Beras (studi kasus di PERUM
BULOG Kabupaten Kendal). Skripsi yang ditulis oleh Bambang Nugroho
pada Tahun 2015, seorang mahasiswa Universitas Islam Negeri Wali
Songo Semarang, yang menjelaskan tentang penetapan harga gabah/beras
yang ditetapkan oleh pemerintah melalui Intruksi Presiden. Dimana dalam
penentuan harga gabah/beras yang dilakukan oleh pemerintah masih
terlalu rendah dari harga pasar atau harga yang diinginkan petani. Dan
skripsi ini sendiri memfokuskan pembahasan dengan menganalisis Hukum
Islam terhadap Implementasi INPRES Nomor 5 Tahun 2015 tentang
Kebijakan Pengadaan Gabah/Beras. 14
2. Tinjauan Hukum Islam terhadap Penetapan Harga pada Pasar Oligopoli.
Skripsi yang di tulis oleh Indah Ayu Rahmawati pada Tahun 2009,
seorang mahasiswi Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Menjelaskan tentang penetapan harga yang dilakukan oleh para produsen
di pasar Oligopoli, dimana dalam penentuan harga tersebut kurang adanya
keseimbangan dan dalam penentuan harga tersebut ditetapkan oleh
Leader Market sehingga menyebabkan keadaan pasar yang tidak
sempurna, dikarenakan persaingan yang tidak sehat. Skripsi sendiri
14 Bambang Nugroho, Analisis Hukum Islam terhadap Implementasi INPRES Nomor 5 Tahun
2015 tentang Kebijakan Pengadaan Gabah/Beras (studi kasus di PERUM BULOG Kabupaten
13
memfokuskan terhadap contoh kasus penetapan harga yang ditetapkan
oleh produsen dengan tinjauan hukum Islam.15
3. Penentuan Harga Gabah oleh Tengkulak Perspektif Inpres No.3 Tahun
2012 tentang Kebijakan Pengadaan Gabah dan Hukum Islam (studi kasus
di Desa Sumbersari Kecamatan Megaluh Kabupaten Jombang). Skripsi
yang di tulis oleh Estu Devi Wulansari pada tahun 2014, seorang
mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Menjelaskan tentang
penentuan harga yang rendah dan jauh dari target pemerintah saat panen
raya yang dilakukan oleh tengkulak sehingga menimbulkan kerugian
dikalangan petani. Skripsi ini memfokuskan keluhan petani terhadap
penentuan harga gabah yang rendah oleh tengkulak sehingga
menyebabkan ada indikasi tidak sahnya jual beli, karena ada salah satu
pihak yang dirugikan.16
Sedangkan dalam judul ‚Tinjauan Hukum Islam dan INPRES Nomor
5 Tahun 2015 tentang Kebijakan Pengadaan Gabah terhadap Penetapan
Harga oleh Tengkulak (Studi kasus di Desa Lebak Adi Kecamatan Sugio
Kabupaten Lamongan)‛, menjelaskan tentang praktek penetapan harga atau
permainan harga yang dilakukan oleh para tengkulak, sehingga dengan setiap
tengkulaknya mempunyai ketentuan harga tersendiri.
15 Indah Ayu Rahmawati, Tinjauan Hukum Islam terhadap Penetapa Harga pada Pasar Oligopoli, (Skripsi─IAIN Sunan Ampel, Surabaya, 2009).
16 Estu Devi Wulansari, Penentuan Harga Gabah oleh Tengkulak Perspektif Inpres No.3 Tahun
2012 tentang Kebijakan Pengadaan gabah dan Hukum Islam (studi kasus di Desa sumbersari
Kecamatan Megaluh Kabupaten Lamongan), (Skripsi – UIN Maulana Malik Ibrahim, Malang,
14
Penetapan harga gabah yang dilakukan oleh tengkulak di desa
tersebut mengesampingkan kualitas gabah dari setiap hasil panen para petani
dan mengutamakan harga yang ditetapkan oleh mitra kerjanya, padahal
sudah ada kebijakan dari pemerintah yang mengatur mengenai harga
gabah/beras melalui Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yang tertera dalam
Pasal 1 Intruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2015 .
Penetapan harga yang dilakukan para tengkulak tersebut
menyebabkan ketidakstabilan harga gabah/beras dan kerugian di kalangan
para petani di Desa Lebak Adi, terjadi persaingan yang tidak sehat diantara
para tengkulak serta dampak yang diperoleh BULOG Kabupaten Lamongan.
Sehingga penulis akan memfokuskan terhadap praktek penetapan harga yang
dilakukan oleh tengkulak tersebut dengan Tinjaun Hukum Islam dan
INPRES Nomor 5 Tahun 2015 tersebut.
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui penetapan harga gabah oleh tengkulak di Desa Lebak
Adi Kecamatan Sugio Kabupaten Lamongan.
2. Untuk mengetahui tinjauan hukum Islam dan INPRES Nomor 5 Tahun
2015 tentang Kebijakan Pengadaan Gabah terhadap penetapan harga oleh
15
F. Kegunaan Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat bermanfaat untuk hal-hal
sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa menjadi penambah wawasan
bagi pembaca dalam bidang ilmu yang berkaitan dengan hukum Islam dan
INPRES Nomor 5 Tahun 2015 mengenai penetapan harga gabah.
2. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan pertimbangan bagi para
Tengkulak dalam menetapkan suatu harga sehingga bisa sesuai dengan
hukum Islam dan INPRES Nomor 5 Tahun 2015.
G. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam menguraikan dan
memahami istilah terhadap judul penelitian ini, maka perlu adanya
pendefinisian secara operasional sehingga pembahasan tidak akan
menimbulkan perbedaan persepsi, yang diantaranya:
Hukum Islam : yang di maksud disini yakni ketentuan-ketentuan hukum
Islam dalam menyikapi permasalahan harga, mengenai
konsep harga dalam Islam, peraturan dan ketentuan
hukum Islam yang bersumber dari al-qur’an, hadist, dan
pendapat ulama sebagai pedoman bagi kehidupan
16
INPRES Nomor 5 Tahun 2015 : Peraturan yang dibuat untuk melaksanakan
kebijakan pengadaan gabah/beras melalui pembelian
gabah dalam negeri dengan harga pembelian pemerintah
sesuai kualitas masing-masing gabah
Gabah : Butir-butir padi yang belum terkelupas kulitnya atau
tangkainya.
Penetapan Harga : Pembentukan suatu harga (price) umum untuk suatu
barang atau jasa oleh suatu kelompok pemasok yang
bertindak secara bersama-sama, sebagai kebalikan atas
pemasok yang menetapkan harganya sendiri-sendiri
secara bebas.
Tengkulak : Pedagang yang lazimnya melakukan pemborongan hasil
padi petani dan produsen kecil dengan harga murah di
Desa Lebak Adi Kecamatan Sugio Kabupaten
Lamongan dan menjualnya dengan mahal di tempat lain.
H. Metode Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.17 Aspek-aspek yang
di gunakan dalam sub bab ‚Metode Penelitian‛ ini berkenaan dengan data
yang data yang dikumpulkan, sumber data, pengumpulan data, pengolahan
data dan analisis data sebagai berikut:.
17
1. Data yang dikumpulkan
Data adalah bahan keterangan tentang sesuatu objek penelitian.
Berdasarkan rumusan yang telah diuaraikan diatas, maka data yang bisa
dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas:
a. Data gambaran umum lokasi penelitian yang terletak di Desa Lebak
Adi Kecamatan Sugio Kabupaten Lamongan
b. Data mekanisme penetapan harga oleh tengkulak padi
c. Data penetapan harga pembelian pemerintah yang tercantum dalam
INPRES Nomor 5 Tahun 2015
d. Data akibat penetapan harga oleh tengkulak padi terhadap stabilitas
harga gabah di kalangan petani, tengkulak dan BULOG Lamongan
2. Sumber data penelitian
Sumber data adalah salah satu yang paling vital dalam penelitian.
Kesalahan dalam menggunakan atau memahami sumber data, maka data
yang diperoleh juga akan meleset dari yang diharapkan.18 Dan di dalam
sumber data penelitian ini dikelompokkan menjadi dua, sumber data
primer dan sumber data sekunder:
a. Sumber data primer adalah sumber pertama dimana sebuah data
dihasilkan, dengan begitu maka dalam penelitian ini yang menjadi
sumber data primer yaitu pihak yang bersangkutan dengan penetapan
harga gabah di Desa Lebak Adi Kecamatan Sugio Kabupaten
Lamongan, yaitu:
18
1) Tengkulak
2) Petani
b. Sumber data sekunder adalah sumber data pendukung yang diperoleh
dari bahan kepustakaan yang memiliki informasi atau data tersebut.19
Dalam penelitian ini yang menjadi data sekunder yaitu dokumen dan
data-data yang berkaitan dengan penelitian ini diantaranya:
1) Pegawai Perum BULOG Lamongan
2) Literatur atau buku yang relevan dengan penelitian yang dilakukan
sebagai bahan acuan penelitian:
a) Abu> Dau>d Sulai>man, Suna>n Abu> Dau>d
b) Dimyaudin Djuwaini, Pengantar Fiqh Mu’a>malah
c) Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram
d) Sudarsono, Pengantar Ekonomi Mikro
e) Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam
f) Setiawan Budi Utomo, Fiqh Aktual
g) Adiwarman Azwar Karim, Ekonomi Islam suatu Kajian Kontemporer h) INPRES Nomor 5 Tahun 2015
3. Teknik pengumpulan data
Pada setiap pembicaraan mengenai metodologi penelitian persoalan
metode pengumpulan data menjadi amat penting. Metode pengumpulan
data adalah bagian instrumen pengumpulan data yang menentukan
berhasil atau tidak suatu penelitian. Kesalahan metode pengumpulan data
19
atau metode pengumpulan data tidak digunakan semestinya, berakibat
fatal terhadap hasil-hasil penelitian yang dilakukan. Oleh karena itu,
penelitian ini akan menggunakan teknik pengumpulan data:
a. Observasi
Metode observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan
untuk menghimpun data penelitian, data tersebut dapat diamati oleh
peneliti. Dalam penelitian ini, penulis melakukan observasi dengan
melakukan pengamatan langsung terhadap praktek penetapan harga
gabah oleh tengkulak di Desa Lebak Adi Kecamatan Sugio Kabupaten
Lamongan.
b. Wawancara
Metode wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancarai,
dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara. Dalam
hal ini, penulis mewawancarai tengkulak, petani, pedagang gabah/beras
di pasar sugio dan pegawai Perum BULOG Lamongan.
c. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah pengumpulan data dengan melihat atau
mencatat suatu laporan yang sudah tersedia. Yakni proses
penyampaian data yang dilakukan melalui data tertulis yang memuat
20
penelitian.20 Pada metode ini, penulis akan mengumpulkan data-data
yang didukung dari data sekunder yang berkaitan dengan penetapan
harga gabah di Desa Lebak Adi Kecamatan Sugio Kabupaten
Lamongan.
4. Teknik pengolahan data
a. Organizing, menyusun dan mensistematika data-data mengenai
penetapan harga gabah oleh tengkulak di Desa Lebak Adi Kecamatan
Sugio Kabupaten Lamongan.
b. Editing, memeriksa kembali data yang sudah dihimpun peneliti dari
lapangan. Meliputi, kelengkapan sumber informasi, kesesuaian dan
keselarasan antara data satu dengan yang lainnya, relevansi serta
keseragaman data mengenai penetapan harga gabah oleh tengkulak di
Desa Lebak Adi Kecamatan Sugio Kabupaten Lamongan.
c. Analizing, tahapan analisis terhadap data dari penetapan harga gabah
oleh tengkulak, sehingga mendapatkan suatu perumusan atau
kesimpulan tertentu.
5. Teknik analisis data
Dalam penelitian ini, data dianalisis dengan analisis deskriptif, yaitu
penelitian ini bertujuan untuk meneliti dan menemukan informasi
sebanyak-banyaknya dari suatu fenomena.21 Metode deskriptif yang
digunakan ialah dengan teknik induktif, yaitu dengan mengambil sumber
20 Ahmad Tanzeh, Metodologi Penelitian Praktis, (Yogyakarta: Terasa, 2011), 94.
21
data tentang penetapan harga gabah oleh tengkulak di Desa Lebak Adi
dan selanjutnya akan memaparkan mengenai tinjauan hukumnya, yang
dalam hal ini buku kepustakaan kaitannya dengan pembahasan agar bisa
diambil kesimpulannya.
I. Sistematika Pembahasan
Dalam penulisan skripsi ini ada sistematika pembahasan yang sesuai
dengan teknis penulisan skripsi, yang sistematikanya terbagi dalam lima bab
untuk memudahkan pembahasan dalam penelitian supaya menjadi sistematis
dan kronologis sesuai dengan alur berpikir ilmiah. Adapun sistematika dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Bab pertama, berisi Pendahuluan. Dalam bab ini menguraikan
tentang latar belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan
masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi
operasional, metode penelitian, dan sistematika pembahasan .
Bab kedua, berisikan tentang landasan teoritik yang berkaitan dengan
konsep harga dalam Islam diantaranya, pengertian harga, dasar hukum,
konsep penetapan harga dalam Islam, faktor yang mempengaruhi harga,
penyebab rusaknya harga, peranan pemerintah dalam penetapan harga dan
peraturan pemerintah tentang kebijakan pengadaan gabah di indonesia sesuai
dengan INPRES Nomor 5 Tahun 2015.
Bab ketiga, penetapan harga gabah oleh tengkulak di Desa Lebak Adi
22
materi pokok yang menjadi sorotan dalam pembahasan skripsi ini, yaitu
keadaan umum Desa Lebak Adi Kecamatan Sugio Kabupaten Lamongan,
penetapan harga gabah yang dilakukan oleh para tengkulak, meliputi latar
belakang para tengkulak menetapkan harga dan petani menjual ke tengkulak
serta dampak dari penetapan harga oleh tengkulak dalam perekonomian para
petani dan terhadap BULOG Kabupaten Lamongan.
Bab keempat, berisikan tentang uraian penetapan harga gabah oleh
tengkulak, tinjauan hukum Islam dan INPRES Nomor 5 Tahun 2015 tentang
Kebijakan Pengadaan Gabah terhadap penetapan harga oleh tengkulak di
Desa Lebak Adi Kecamatan Sugio Kabupaten Lamongan serta tinjauan
Persamaan dan Perbedaan. Bab ini merupakan inti dari pembahasan skripsi
ini.
Bab kelima, memuat penutup yang berisikan kesimpulan penulisan
yang berfungsi sebagai penegasan jawaban terhadap pokok permasalahan
yang telah dikemukakan. Selain itu, berisi mengenai saran-saran, baik
23
BAB II
PENETAPAN HARGA DALAM ISLAM
A. Pengertian Harga
Harga menurut Ridwan Iskandar Sudayat adalah tingkat pertukaran
barang dengan barang lain. Harga menurut Murti dan John menyatakan
bahwa harga merupakan satu-satunya komponen yang menghasilkan
pendapatan, sedangkan unsur lainnya adalah marketing mix menunjukkan
biayanya. Harga adalah sejumlah uang yang harus dibayarkan untuk
mendapatkan produk tersebut.22
Agar dapat sukses dalam memasarkan suatu barang atau jasa, setiap
perusahaan harus menetapkan harganya secara tepat. Harga merupakan
satu-satunya unsur bauran pemasaran yang bersifat fleksibel, artinya dapat diubah
dengan cepat. Berbeda halnya dengan karakteristik produk atau komitmen
terhadap saluran distribusi. Kedua hal terakhir tidak dapat diubah
/disesuaikan dengan mudah dan cepat, karena biasanya menyangkut
keputusan jangka panjang.23
Harga dalam fiqh Islam dikenal dua istilah berbeda mengenai harga
suatu barang, yaitu as-saman dan as-si‘r. As-saman adalah patokan harga
suatu barang, sedangkan as-si‘r adalah harga yang berlaku secara aktual di
dalam pasar. Ulama fiqh membagi as-si‘r menjadi dua macam. Pertama,
22
Siti Nur Fatoni, Pengantar Ilmu Ekonomi (Dilengkapi dasar-dasar ekonomi Islam),Cet. Ke-1, (Bandung: Pustaka Setia, 2014), 62.
24
harga yang berlaku secara alami, tanpa campur tangan pemerintah. Dalam
hal ini, pedagang bebas menjual barang dengan harga yang wajar, dengan
mempertimbangkan keuntungannya.
Pemerintah, dalam harga yang berlaku secara alami, tidak boleh
campur tangan, karena campur tangan pemerintah dalam kasus ini dapat
membatasi kebebasan dan merugikan hak para pedagang ataupun produsen.
Kedua, harga suatu komoditas yang ditetapkan pemerintah setelah
mempertimbangkan modal dan keuntungan wajar bagi pedagang maupun
produsen serta melihat keadaan ekonomi yang riil dan daya beli masyarakat.
Penetapan harga pemerintah ini disebut dengan at-tas‘ir al-jabbari>.24
B. Dasar Hukum
Semua ibadah pada dasarnya akan menjadi haram jika tidak ada dalil
yang memerintahkannya, begitupun juga termasuk dalam bermuamalah atau
bertransaksi hukumnya halal kecuali ada dalil yang melarangnya, seperti
halnya dalil yang berkaitan dengan muamalah berikut sebagaimana firman
Allah swt dalam surat an-Nisa>‘ ayat 29:
ٓ ي
ا ُي
أ
ٓٱ
ٓ يِ
َ
ذ
ٓ
ْٓا ُ ا ء
ٓ
ٓ
ل
ٓ
ٓ
أ ت
ٓٓ ُ ُك
ْٓآ
ٓ
أ
ٓ و
ُك ل
ٓ
ٓ ي ب
ُك
ِٓٓبٱ
ٓ ل
ٓ ب
ِٓلِط
ٓ
ٓٓ
ذ
لِإ
ٓ
ن
أ
ٓ
ٓ ن ُك ت
ٓ
ٓ جِت
ٓ ة ر
ٓ
ع
ٓ
ٓ لضا ر ت
ٓ
ٓ ُك ِّ
ٓ
ٓ
ل و
ٓ
ٓ ق ت
ٓٓ ُ ُت
ْٓآ
ٓ ُك سُف
أ
ٓ
ٓذنِإ
ٓٱ
ٓ ذّ
ٓ
ٓ ن َ
ٓ
ٓ ُكِب
ٓ
ٓم يِح ر
آ
٩
ٓ
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar. Kecuali dengan jalan perdagangan yang berlaku atas suka sama suka
24 Setiawan Budi Utomo, Fiqh Aktual (Jawaban Tuntas Masalah Kontemporer), (Jakarta: Gema
25
diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu.25
Ulama fiqh sepakat menyatakan bahwa ketentuan penetapan harga
ini tidak dijumpai di dalam al-Qur‘a>n. Adapun dalam hadits Rasulullah saw,
dijumpai beberapa riwayat yang menurut logikanya dapat diinduksikan
bahwa penetapan harga itu dibolehkan dalam kondisi tertentu. Faktor
dominan yang menjadi landasan hukum at-tas‘ir al-jabbari, menurut
kesepakatan para ulama fiqh adalah al-maslahah al-mursalah
(kemaslahatan).26
َ عَ ن
ََ أَ ن
َ س
ى
ََ ب
َ نَ
َ مَ ل
َ ك
ََ ق
َ لا
َ قَ:
َ لا
َ
َ لا
َ سا
َ يَ:
َ رَا
َ س
َ لو
َ
َ ل
ََ غ
َ لا
َ
َ سلا
َ عَ رَ
َ فَ س
َ عَ رَ
َ لَ
َ فَ.ا
َ ق
َ لا
ََ ر
َ س
َ لو
َ
َ ل
َ
َ صَ ل
َى
َ ل
ََ عَ ل
َ يَ َ
َ وَ س
َ لَ م
َ إَ:
َ نَ
َ ل
ََ
َ وَ
َ لاَ م
َ سَ ع
َ رََ
لاَ ق
َ با
َ ض
ََ لا
َ ب
َ سا
َ ط
َ
َ رلا
َ زا
َ قَ
َ وَ إ
َ ن
َ نََ أ
َ رَ ج
َ أَو
َ نَ
َ أَ لَ ق
َ لَى
ََ وَ ل
َ ي
َ س
ََ أ
َ ح
َ دَ
َ مَ
َ ك
َ مََ
يَ ط
َ لَا
َ بَ ن
ََ ب
َ ظَ ل
َ مَ ة
َ
َ ف
َ ََ
َ مَ
َ وَ ل
ََ م
َ لا
َ ر(َ.
َ وَ ا
ََ اَ ب
َ ََو
َ وا
)َ
27
Artinya: Dari Anas bin Malik, ia berkata: Orang-orang berkata, ‚Wahai Rosulullah, harga telah naik, maka tetapkanlah harga untuk kami.‛ Lalu Rosulullah SAW bersabda, ‚ sesungguhnya Allah yang menetapkan harga, yang mempersempit, dan yang memperluas, dan aku berharap bertemu dengan Allah sedangkan salah seorang dari kalian tidak menuntutku karena kezhaliman dalam darah atau harta‛. (HR. Abu Dawud).28
Ulama fiqih menyatakan bahwa kenaikan harga yang terjadi di zaman
Rasulullah saw tersebut bukanlah karena tindakan sewenang-wenang dari
para pedagang, tetapi karena memang komoditas yang ada terbatas. Sesuai
dengan hukum ekonomi apabila stok terbatas, maka wajar barang tersebut
25 Departemen Agama RI, AL-Hikmah; Alqur’an dan Terjemahnya..., 83.
26 Setiawan Budi Utomo, Fiqh Aktual (Jawaban Tuntas Masalah Kontemporer)..., 91. 27 Imam Hafidz Abu Daud Sulaiman, Sunan Abu Daud..., 479.
26
naik. Oleh sebab itu, dalam keadaan demikian Rasulullah saw tidak mau
campur tangan membatasi harga komoditas tersebut.29
C. Konsep Penetapan Harga dalam Islam
1. Penetapan Harga Ibnu Khaldun
Ibnu Khaldun membagi jenis barang menjadi dua jenis, yaitu barang
kebutuhan pokok dan barang pelengkap. Menurutnya, bila suatu kota
berkembang dan selanjutnya populasinya bertambah banyak (kota besar),
maka pengadaan barang-barang kebutuhan pokok akan mendapat
prioritas pengadaan. Akibatnya, penawaran meningkat dan ini berarti
turunnya harga. Ibnu Khaldun juga menjelaskan tentang mekanisme
penawaran dan permintaan dalam menentukan harga keseimbangan.
Secara lebih rinci, ia menjabarkan pengaruh persaingan diantara
konsumen untuk mendapatkan barang pada sisi permintaan.30
Bagi Ibnu Khaldun, harga adalah hasil dari hukum permintaan dan
penawaran. Pengecualian satu-satunya dari hukum ini adalah harga emas
dan perak, yang merupakan standar moneter. Semua barang-barang lain
terkena fluktuasi harga yang tergantung pada pasar. Bila suatu barang
langka dan banyak diminta, maka harganya tinggi. Jika suatu barang
berlimpah maka harganya akan rendah.31
29
Setiawan Budi Utomo, Fiqh Aktual (Jawaban Tuntas Masalah Kontemporer)..., 92.
30 Eka Yunia Fauzia dan Abdul Kadir Riyadi, Prinsip Dasar Ekonomi Islam, Ed. 1, Cet. Ke-1,
(Jakarta: Kencana, 2014), 223.
31 Muhammad, Ekonomi Mikro dalam perspektif Islam, Cet. Ke-1, (Yogyakarta: BPFE, 2004),
27
2. Penetapan Harga Abu Yusuf
Pembentukan harga menurut menurut Abu Yusuf. Abu Yusuf adalah
seorang mufti pada kekhalifahan Harun al-Rasyid. Dalam kitabnya
Al-Kharaj, buku pertama tentang sistem perpajakan dalam Islam. Dan Abu
Yusuf tercatat sebagai sebagai ulama terawal yang mulai menyinggung
mekanisme pasar. 32
Abu Yusuf menyatakan, ‚tidak ada batasan tertentu tentang murah
dan mahal yang dapat dipastikan. Hal tersebut ada batasan yang
mengaturnya. Prinsipnya tidak bisa diketahui. Murah bukan karena
melimpahnya makanan, demikian juga mahal tidak disebabkan
kelangkaan makanan.
Abu Yusuf berpendapat harga tidak bergantung pada penawaran saja,
tetapi juga bergantung pada kekuatan permintaan. Karena itu,
peningkatan atau penurunan harga tidak selalu berhubungan dengan
penurunan atau peningkatan produksi. Abu yusuf menegaskan bahwa ada
beberapa variable lain yang mempengaruhi, tetapi dia tidak menjelaskan
lebih rinci. Bisa jadi, variable itu adalah pergeseran dalam permintaan
atau jumlah uang yang beredar di suatu negara, atau penimbunan dan
penahanan barang atau semua hal tersebut.33
32 Nurul Huda, Ekonomi Makro Islam;pendekatan teoritis, Cet-1, (Jakarta: Kencana Prenamedia
Grup, 2008), 231.
33 Adiwarman Azwar Karim, Ekonomi Islam suatu Kajian Kontemporer, Cet. Ke-1, (Jakarta:
28
3. Penetapan Harga Al-Ghazali
Al-Ghazali pernah berbicara mengenai ‚harga yang berlaku‛, seperti
yang ditentukan oleh praktik-praktik pasar, sebuah konsep yang
kemudian hari dikenal sebagai at-tsaman al ‘adil (harga yang adil)
dikalangan ilmuwan muslim atau equilibrium price (harga keseimbangan)
di kalangan ilmuwan kontemporer.34Al Ghazali juga memperkenalkan
teori permintaan dan penawaran; jika petani tidak mendapatkan pembeli,
ia akan menjualnya pada harga yang lebih murah, dan harga dapat
diturunkan dengan menambah jumlah barang di pasar.
Ghazali juga memperkenalkan elastisitas permintaan, ia
mengidentifikasi permintaan produk makanan adalah inelastic, karena
makanan adalah kebutuhan pokok. 35 berkaitan dengan ini, ia
menyatakan bahwa laba seharusnya berkisar antara 5 sampai 10 persen
dari harga barang.36
4. Penetapan Harga Ibnu Taimiyah
Ibnu Taimiyah mengatakan, ‚Kompensasi yang setara akan diukur
dan ditaksir oleh hhal yang setara, dan itulah esensi keadilan (nafs
al-adl). Dimanapun ia membedakan antara dua jenis harga yang adil dan
disukai. Dia mempertimbangkan harga yang setara sebagai harga yang
adil. Dalam Majwu fatawa-nya Ibnu Taimiyah mendefinisikan equivalen
34 Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Ed. 3, Cet. Ke-2, (Jakarta: PT
Raja Gravindo Persada, 2004), 290.
35 Nur Chamid, Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Cet. Ke-1, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2010), 228.
29
price sebagai harga baku dimana penduduk menjual barang-barang
mereka dan secara umum diterima sebagai sesuatu yang setara dengan itu
dan untuk barang yang sama pada waktu dan tempat yang khusus.
Sementara dalam al-Hisbah, ia menjelaskan bahwa equivalen price ini
sesuai dengan keinginan atau persisnya harga yang ditetapkan oleh
kekuatan pasar yang berjalan secara bebas-kompetitif dan tidak
terdistorsi antara penawaran dan permintaan.37 Jika permintaan terhadap
barang meningkat sementara penawaran menurut harga akan naik. Begitu
sebaliknya, kelangkaan dan melimpahnya barang mungkin disebabkan
oleh tindakan yang adil, atau mungkin tindakan yang tidak adil.38
Ia mengatakan, ‚jika penduduk menjual barangnya dengan cara yang
normal (al-wajh al-ma‘ruf) tanpa menggunakan cara-cara yang tidak adil,
kemudian harga itu meningkat karena pengaruh kekurangan persediaan
barang itu atau meningkatnya jumlah penduduk (meningkatnya
permintaan). Dalam kasus seperti itu, memaksa penjual untuk menjual
barangnya pada harga khusus merupakan paksaan yang salah (ikrah bi
ghai>ri haq), karena bisa merugikan salah satu pihak.
Secara umum, harga yang adil ini adalah harga yang tidak
menimbulkan eksploitasi atau penindasan (kezaliman) sehingga
merugikan salah satu pihak dan menguntungkan pihak yang lain. Harga
harus mencerminkan manfaat bagi pembeli dan penjualnya secara adil,
37 Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam, Ekonomi Islam, Cet. Ke-6, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), 332.
38 A. A. Islahi, Konsep Ekonomi Ibnu Taimiyah, Anshari Thayib, (jakarta: PT Bina Ilmu Offset,
30
yaitu penjual memperoleh keuntungan yang normal dan pembeli
memperoleh manfaat yang setara dengan harga yang dibayarkannya.39
Ada dua terma yang seringkali ditemukan dalam pembahasan Ibnu
Taimiyah tentang masalah harga, yakni kompensasi yang setara/adil
(‘Iwad al-Mitsl) dan harga yang setara/adil (Tsaman al-Mitsl). Dia
berkata: ‚Kompensasi yang setara akan diukur dan ditaksir oleh hal-hal
yang setara, dan itulah esensi dari keadilan (Nafs al-‘Adl)‛.40
D. Faktor-faktor yang mempengaruhi Harga
Ketentuan harga dalam negara Islam di antaranya:
1. Kenaikan Harga Sebenarnya
Kenaikan harga yang sebenarnya ini bisa terjadinya karena
bertambahnya persediaan uang, berkurangnya produktivitas,
bertambahnya kemajuan aktivitas, dan berbagai pertimbangan kebijakan
fiskal dan moneter.
2. Kenaikan Harga Buatan
Kenaikan harga buatan ini bisa terjadi karena para pengusaha
serakah, ada para pengusaha atau pedagang yang sengaja menimbun.41
Rosulullah melarang menimbun barang:
َ ك
َ نا
َ
َ سَ ع
َ يَ د
ََ ب
َ نََ
اَ لَ س
َ ي
َ ب
َ
َ يَ د
َ
َ ث
َ أَ.
َ ن
ََ مَ ع
َ مَ ر
َ قَا
َ لا
َ قَ:
َ لا
ََ ر
َ س
َ لو
َ
َ ل
َ
َ مَ.ملسوَ يلعَلَىلص
َ نَ
َ خا
َ تَ ك
َ رََ ف
َ هَ و
َ
َ خ
َ طا
َ ئ.
4239 Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam, Ekonomi Islam..., 332.
40
Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam..., 210
41 M. Abdul Manan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Dana Bakti Prima Yasa,
31
Artinya: Sa’id Ibnul Musayyib telah menceritakan, sesungguhnya ma’mar berkata, Rosulullah bersabda: ‚Barang siapa yang menimbun
maka dia telah berbuat dosa‛. (HR. Muslim, no. 1605)43
Contoh kenaikan harga buatan:
a. Najsy, sebuah praktek dagang dimana seorang pura-pura menawar
barang yang didagangkan dengan maksud hanya untuk menaikkan
harga.44
b. Bay‘ Ba‘dh ‘Ala Ba’dh, gambaran praktek bisnis ini adalah dengan
melakukan lompatan atau penurunan harga oleh seorang dimana kedua
belah pihak yang terlibat tawar-menawar masih melakukan dealing,
atau baru akan menyelesaikan penetapan harga.45
c. Talaqqi al-Rukban\, praktek ini adalah sebuah perbuatan seseorang
dimana dia mencegat orang-orang yang membawa barang dari desa dan
membeli barang itu sebelum tiba di pasar.46
3. Kenaikan Harga Kebutuhan Pokok
Suatu agama yang mengatur dan mengawasi makanan kita dengan
maksud menjadikan manusia murni, tidak akan mengabaikan kenaikan
harga bahan pangan, karena ini merupakan kebutuhan pokok orang bisa,
sebab itu hasil dari bumi harus dijual di pasar sedemikian rupa, sehingga
ia dapat dibeli dengan harga murah.
42
Ima>m Abu> Hu>sai>n Musli>m Ibnu> Hajjaj, Shahi>h Musli>m, Juz-3, (Beirut-Lebanon: Dar al-KOTOB al-ILMIYAH, 1992), 1227.
43 Syai>kh Muhammad Nashi>ruddi>n, Shahi>h At-Tagrhi>b Wa At-Tarhi>b (Hadits-Hadits Shahih Tentang Anjuran dan Janji Pahala, Ancaman dan Dosa), tim Pustaka Sahifa, Cet.Ke-2, (Jakarta: Pustaka Sahifa, 2008), 63.
44
Mustaq Ahmad, Etika Bisnis dalam Islam, Cet-1(Jakarta: Pustakan Al-Kautsar, 2001), 148. 45
Ibid., 149
32
4. Harga monopoli
Monopolisasi adalah upaya perusahaan atau kelompok perusahaan
yang relative besar dan memiliki posisi dominan untuk mengatur atau
meningkatkan kontrol terhadap pasar dengan cara berbagai praktek anti
kompetitif seperti penetapan harga yang mematikan dan persaingan yang
tertutup. Dengan demikian, jenis pasar yang bersifat monopoli ini hanya
terdapat satu penjual.
Sehingga harga pada pasar monopoli ini lebih tinggi. Sementara itu
praktek monopoli adalah pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu atau
lebih pelaku usaha yang mengakibatkan dikuasainya produksi dan
pemasaran atas barang dan jasa tertentu sehingga menimbulkan
persaingan usaha yang tidak sehat dan dapat merugikan kepentingan
umum.47
Harga monopoli yang dilakukan oleh pelaku usaha dilarang oleh
pemerintah, Pasal 17 UU No. 5 Tahun 1999 yang berbunyi ayat 1:
Pelaku usaha dilarang melakukan penguasaan atau produksi dan atau jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan jasa persaingan usaha tidak sehat.48
Dan Allah SWT berfirman dalam QS. Asy Syuara>’a ayat 183 yang
berbunyi:
ٓ
ل و
ٓ
ٓ ب ت
ْٓا ُس
ٓٱ
ٓ ساذن
ٓ
ٓ ش
أ
ٓٓا ي
ٓ ُه ء
ٓ
ٓ
ل و
ٓ
ٓ ع ت
ٓ ث
ْٓآ
ِٓف
ٓٱ
ٓ
ل
ۡ
ٓ ِض
ٓ
ٓ فُ
ٓ يِ ِس
ٓ
٣
ٓ
47 Mustafa Kamal Rokan, Hukum Persaingan Usaha: Teori dan Praktiknya di Indonesia, Ed.1,
Cet.ke-2, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), 149
48 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan
33
Artinya: ‚Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya
dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan‛. 49
Dalam kitab Fatawa Ibnu Taimiyah juga memberikan penjelasan
yang lebih terperinci tentang beberapa faktor yang mempengaruhi
permintaan dan kemudian tingkat harga. Antara lain:
a. Keinginan penduduk (al-raghbah) atas jenis yang berbeda-beda dan
sesekali berubah-ubah. Perubahan itu sesuai dengan kelimpahruahan
atau kelangkaan barang yang diminta (al-matlub). Sebuah barang
sangat diinginkan jika persediaannya sangat sedikit ketimbang jika
ketersediannya berlimpah.50
b. Jumlah orang yang meminta (demander atau thullab) juga
mempengaruhi harga. Jika jumlah orang yang meminta suatu barang
akan besar maka harga akan relative lebih tinggi dibandingkan dengan
yang meminta jumlahnya sedikit.51
c. Itu juga akan berpengaruh atas menguat atau melemahnya tingkat
kebutuhan atas barang karena meluasnya jumlah dan ukuran dari
kebutuhan, bagaimanapun besar atau kecilnya. Jika kebutuhan tinggi
dan kuat, harga akan naik lebih tinggi ketimbang jika peningkatan
kebutuhan itu kecil atau lemah.52
49
Departemen Agama RI, AL-Hikmah; Alqur’an dan Terjemahnya..., 374. 50
A. A. Islahi, Konsep Ekonomi Ibnu Taimiyah..., 107.
51
M. Nur Rianto Al-Arif dkk, Dasar-dasar Ekonomi Islam, Cet.Ke-1, (Solo: Era Adicitra Intermedia, 2010), 183.
52
34
d. Harga juga akan bervariasi menurut kualitas pembeli barang tersebut
(al-mu’awid). Jika pembeli ini merupakan orang kaya atau terpercaya
(kredibel) dalam membayar kewajibannya maka kemungkinan ia akan
memperoleh tingkat harga yang lebih rendah dibandingkan dengan
orang yang tidak kredibel (suka menunda kewajiban dan
mengingkarinya).53
e. Tingkat harga juga dipengaruhi oleh jenis (uang) pembayaran yang
digunakan dalam transaksi. Jika yang digunakan adalah uang yang
diterima luas maka kemungkinan harga akan lebih rendah jika
dibandingkan dengan menggunakan uang yang kurang diterima luas.54
E. Penyebab Rusaknya Harga
Dalam ekonomi Islam siapapun boleh berbisnis. Namun demikian, dia
tidak boleh melakukan distorsi yang bisa merusak harga ataupun mendistorsi
pesaing yang lain. Oleh sebab itu Islam melarang praktek-praktek jual beli
yang bisa merusak harga antara lain seperti halnya:
1. Penipuan misalnya kolusi produsen dan distributor dalam menetapkan
harga (Conpiratorial price fixing), ketidaktahuan konsumen, penyalah
gunaan kuasa dan manipulasi emosi atau menggunakan kondisi psikologi
orang yang sedang berkabung.
53
Ibid.,107.
35
2. Gharar, jual beli yang tidak memenuhi perjanjian dan tidak dapat
dipercaya, dalam keadaan bahaya, tidak diketahui harganya, barangnya,
keselamatannya-kondisi barang-waktu diperolehnya.
3. Ghaban fa>-hisy adalah menjual diatas harga pasar. Ghabn adalah selisih
antara harga yang disepakati penjual dan pembeli dengan harga yang
disepakati penjual dan pembeli dengan harga pasar akibat ketidaktahuan
pembeli akan harga. Sedangkan tadlis adalah penipuan pada pihak penjual
dan pembeli dengan menyembunyikan cacat saat bertransaksi.55
F. Peran Pemerintah dalam Penetapan harga
1. Regulasi Harga
Regulasi harga adalah pengaturan terhadap harga-harga barang yang
dilakukan oleh pemerintah. Regulasi ini bertujuan untuk memelihara
kejujuran dan kemungkinan penduduk bisa memenuhi kebutuhan
pokoknya.
Dalam sejarah Islam, kebebasan ekonomi sudah dijamin dengan
berbagai tradisi masyarakat dan dengan sisem hukumnya. Sebagian orang
yang berpendapat bahwa negara Islam tidak boleh mencampuri masalah
ekonomi dengan mengharuskan nilai-nilai dan moralitas atau
menjatuhkan sanksi kepada orang yang melanggarnya. Selain itu,
beberap ulama mengemukakan pendapatnya, antara lain Ibnu Qadamah
menyatakan bahwa penetapan harga dari pandangan ekonomis
55 Muhammad dan Alimin, Etika dan Perlindungan dalam Ekonomi Islam, (Yogyakarta: BPEF
36
mengindikasikan tidak menguntungkannya bentuk pengawasan atas
harga. Ia berkata:
‚Ini sangat nyata bahwa penetapan harga akan mendorongnya
menjadi lebih mahal. Sebab, jika para pedagang dari luar mendengar adanya kebijakan pengawasan harga, mereka tak akan mau barang dagangannya di luar harga yang dia inginkan, para pedagang lokal akan menyembunyikan barang dagangannya dan konsumen tidak merasa puas dengan menghilangnya barang komoditi kebutuhan mereka, atau tidak mampu membeli dikarenakan harganya yang tinggi‛.
Beberapa ulama yang memiliki pendapat serupa antara lain; Imam
Hambali dan Imam Syafi’i. Tetapi, sejumlah ahli fiqih Islam mendukung
kebijakan pengaturan harga, walaupun baru dilaksanakan dalam situasi
penting dan menekankan perlunya kebijakan harga yang adil.
Ibnu Taimiyah menafsirkan hadis tentang penolakan tentang regulasi
harga, harga kasus tersebut merupakan kasus khusus bukan merupakan
kasus umum. Menurutnya, harga naik karena kekuatan pasar bukan
karena ketidakasempurnaan pasar tersebut.56 Menurut Ibnu Taimiyah,
hadis tersebut mengungkapkan betapa Nabi saw tidak ingin ikut campur
tangan dalam masalah regulasi harga-harga barang. Akan tetapi, hal
tersebut disebabkan oleh kenaikan harga yang dipicu kondisi objektif
pasar Madinah, bukan karena kecurangan yang dilakukan oleh
sekelompok masyarakat untuk mengejar keuntungan belaka. Pada saat
itu, pasar Madinah kekurangan supply impor atau karena menurunnya
produksi, dan hal itu terjadi bukan karena ada pedagang yang sengaja
56 Adiwarman Karim, Ekonomi Islam Suatu Kajian Ekonomi Makro, (Jakarta: IIT Indonesia,
37
menimbun barang dipasaran. Dengan demikian Ibnu Taimiyah
berpendapat bahwa kenaikan harga barang-barang pada masa Nabi Saw
dikarenakan oleh bekerjanya mekanisme harga.
Pada kondisi terjadinya ketidaksempurnaan pasar, Ibnu Taimiyah
merekomendasikan penerapan harga oleh pemerintah. Misalnya dalam
kasus manipulasi, perubahan harga yang disebabkan oleh
dorongan-dorongan monopoli. Maka dalam keadaan seperti inilah, pemerintah
harus menetapkan harga yang adil bagi penjual dan pembeli.57
2. Intervensi Harga dalam Islam
Kebebasan ekonomi tersebut juga berarti bahwa harga, dalam
pandangan Imam Yahya bin Umar, ditentukan oleh kekuatan pasar, yakni
kekuatan penawaran (supply) dan permintaan (demand). Namun, ia
menambahkan bahwa mekanisme harga itu harus tunduk kepada
kaidah-kaidah. Diantara kaidah-kaidah tersebut adalah pemerintah berhak untuk
melakukan intervensi pasar ketika terjadi tindakan sewenang-wenang
dalam pasar yang dapat menimbulkan kemudaratan bagi masyarakat.
Dalam hal ini, pemerintah berhak mengeluarkan pelaku tindakan itu dari
pasar. Hukuman ini berarti melarang pelaku melakukan aktivitas
ekonominya di pasar, bukan merupakan hukuman maliyah.58
Menurut Dr. Rifa’at al-Audi, pernyataan Imam Yahya bin Umar yang
melarang praktek banting harga (dumping) bukan dimaksudkan untuk
57 Euis amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam..., 216
58 Rifa>>’at al-‘Audi, Min al-Tu>ra>ts: al-Iqtisha>d li> al-Musli>mi>n,Cet.ke-4,(Mekkah: Rabithah ‘Alam
38
mencegah harga-harga menjadi murah. Akan tetapi, pelarangan tersebut
dimaksudkan untuk mencegah dampak negatifnya terhadap mekanisme
pasar dan kehidupan masyarakat secara keseluruhan. Dengan demikian,
dalam ekonomi Islam, undang-undang mempunyai peranan sebagai
pemelihara dan penjamin pelaksanaan hak-hak masyarakat yang dapat
meningkatkan kesejahteraan hidup mereka secara keseluruhan, bukan
sebagai alat kekuasaan untuk memperoleh kekayaan secara semena-mena.
Intervensi harga ini bertujuan untuk mewujudkan kerelaan dan
mencegah kezaliman. Kewajiban intervensi harga dengan saddu al-dzara’i
(mencegah terjadinya kerusakan) yaitu negara mempunyai hak melakukan
intervensi harga apabila terdapat ekploitasi harga terhadap komoditas
yang ada atau kebutuhan pokok masyarakat, dengan menaikkan harga
tanpa adanya justifikasi yang dibenarkan oleh hukum. Dalam kondisi ini
pedagang tidak boleh menjual komoditas kecuali dengan harga yang
adil.59
Islam menghargai hak penjual dan pembeli untuk menentukan harga
sekaligus melindungi hak keduanya. Islam membolehkan, bahkan
me