• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan hukum Islam dan Inpres nomor 5 tahun 2015 tentang kebijakan pengadaan gabah terhadap penetapan harga oleh tengkulak: studi kasus di Desa Lebak Adi Kecamatan Sugio Kabupaten Lamongan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan hukum Islam dan Inpres nomor 5 tahun 2015 tentang kebijakan pengadaan gabah terhadap penetapan harga oleh tengkulak: studi kasus di Desa Lebak Adi Kecamatan Sugio Kabupaten Lamongan."

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN INPRES NOMOR 5 TAHUN 2015

TENTANG KEBIJAKAN PENGADAAN GABAH TERHADAP

PENETAPAN HARGA OLEH TENGKULAK

(Studi kasus di Desa Lebak Adi Kecamatan Sugio Kabupaten Lamongan)

SKRIPSI Oleh:

Muh. Imam Bukhori NIM. C02213045

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Syariah Dan Hukum Jurusan Hukum Perdata Islam Prodi Hukum Ekonomi Syariah (Muamalah)

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Skripsi ini adalah hasil penelitian lapangan yang berjudul ‚Tinjauan

Hukum Islam dan INPRES Nomor 5 Tahun 2015 tentang Kebijakan Pengadaan Gabah terhadap Penetapan Harga oleh Tengkulak (Studi kasus di Desa Lebak

Adi Kecamatan Sugio Kabupaten Lamongan)‛ skripsi ini ditulis untuk menjawab

pertanyaan: ‚Bagaimana penetapan harga gabah oleh tengkulak di Desa Lebak

Adi Kecamatan Sugio Kabupaten Lamongan dan bagaimana tinjauan hukum Islam dan INPRES Nomor 5 Tahun 2015 tentang kebijakan pengadaan gabah terhadap penetapan harga oleh tengkulak di Desa Lebak Adi Kecamatan Sugio

Kabupaten Lamongan‛

Data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan teknik wawancara dan studi pustaka yang kemudian dianalisis dengan teknik deskriptif dalam menjabarkan data tentang implementasi penetapan harga gabah oleh tengkulak di Desa Lebak Adi Kecamatan Sugio Kabupaten Lamongan. Selanjutnya data yang berhasil dihimpun dianalisis dari tinjauan hukum Islam dan INPRES Nomor 5 Tahun 2015 dengan teknik kualitatif dalam pola pikir deduktif.

Hasil penelitian ini menghasilkan bahwa penetapan harga yang dilakukan oleh tengkulak dilatarbelakangi oleh tiga faktor yakni, curah hujan, harga buatan mitra kerja (pemasok) dan harga beras di pasar. Namun, yang paling dominan adalah harga buatan dari pemasok yang rentan di bawah Harga Pembelian Pemerintah (HPP).

Dari penelitian tersebut dapat di simpulkan, bahwa menurut hukum Islam, penetapan harga oleh tengkulak di Desa Lebak Adi, dibolehkan jika tengkulak dalam menetapkan harga gabah melihat kondisi permintaan dan penawaran beras di pasar, kualitas gabah berdasarkan curah hujan dan kebijakan regulasi harga pemerintah, sehingga akan menciptakan keseimbangan harga. Namun, penetapan harga menjadi tidak dibolehkan Islam apabila melakukan permainan harga dengan mitra kerjanya dan menetapkan harga di bawah (HPP), sehingga akan merugikan petani dan tidak sesuai dengan konsep harga yang adil dalam Islam. Sedangkan tinjauan penetapan harga gabah oleh tengkulak menurut INPRES Nomor 5 Tahun 2015, yaitu penetapan harga yang di lakukan oleh tengkulak tidak menyalahi isi dalam INPRES karena dalam pelaksana HPP di jelaskan bahwa dilakukan oleh pihak Perum BULOG. Meskipun demikian, seharusnya penetapan harga yang dilakukan oleh tengkulak sesuai dengan isi INPRES karena tujuan dari kebijakan tersebut untuk melindungi pendapat petani dan membuat harga gabah menjadi stabil.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR TRANSLITERASI ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan batasan Masalah ... 10

C. Rumusan Masalah ... 11

D. Kajian Pustaka ... 11

E. Tujuan Penelitian ... 14

F. Kegunaan Hasil Penelitian ... 15

G. Definisi Operasional ... 15

H. Metode Penelitian ... 16

I. Sistematika Pembahasan ... 21

BAB II PENETAPAN HARGA DALAM ISLAM ... 23

A. Pengertian Harga ... 23

B. Dasar Hukum ... 24

C. Konsep Penetapan Harga dalam Islam ... 26

1. Penetapan Harga Ibnu Khaldun ... 26

2. Penetapan Harga Abu Yusuf ... 26

3. Penetapan Harga Al-Ghazali ... 28

(8)

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi Harga ... 30

1. Kenaikan Harga Sebenarnya ... 30

2. Kenaikan Harga Buatan ... 30

3. Kenaikan Harga Kebutuhan Pokok ... 31

4. Harga Monopoli ... 31

E. Penyebab Rusaknya Harga ... 34

F. Peran Pemerintah dalam Penetapan Harga ... 35

1. Regulasi Harga ... 35

2. Intervensi Harga dalam Islam ... 37

G. Instruksi Presiden tentang Kebijakan Pengadaan Gabah di Indonesia ... 39

BAB III APLIKASI PENETAPAN HARGA GABAH ... 44

A. Keadaan Umum Desa Lebak Adi ... 44

1. Letak Geografis ... 44

2. Keadaan Penduduk dan Sosial Ekonomi ... 45

3. Potensi Pertanian ... 47

B. Penetapan Harga Gabah oleh Tengkulak di Desa Lebak Adi Kecamatan Sugio ... 48

1. Faktor yang melatar belakangi Penetapan Harga Gabah oleh Tengkulak ... 49

2. Praktek Penetapan Harga Gabah oleh Tengkulak ... 52

3. Alasan Petani menjual Gabah ke Tengkulak... 56

(9)

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN INPRES

NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG

KEBIJAKAN PENGADAAN GABAH

TERHADAP PENETAPAN HARGA OLEH

TENGKULAK ... 61

A. Tinjauan Penetapan Harga Gabah oleh Tengkulak ... 61

B. Tinjauan Hukum Islam dan INPRES Nomor 5 Tahun 2015 tentang Kebijakan Pengadaan Gabah terhadap Penetapan Harga oleh Tengkulak ... 64

1. Tinjauan Hukum Islam terhadap Penetapan Harga Gabah oleh Tengkulak ... 64

2. Tinjauan INPRES Nomor 5 Tahun 2015 tentang Kebijakan Pengadaan Gabah terhadap Penetapan Harga oleh Tengkulak ... 70

3. Tinjauan Persamaan dan Perbedaan ... 75

BAB V PENUTUP ... 77

A. Kesimpulan ... 77

B. Saran ... 78

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai sistem kehidupan, Islam memberikan warna dalam setiap

dimensi kehidupan manusia, tak terkecuali dunia ekonomi. Sistem Islam ini

berusaha mendialektikan nilai-nilai ekonomi dengan nilai akidah maupun

etika. Artinya, kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh manusia dibangun

dengan materialisme dan spiritualisme.

Kegiatan ekonomi yang dilakukan tidak hanya berbasis nilai materil,

akan tetapi terdapat sandaran transedental di dalamnya, sehingga akan

bernilai ibadah. Selain itu, konsep dasar Islam dalam hal kegiatan mu‘amalah

(ekonomi) juga sangat konsen dengan nilai-nilai humanisme.1 Sehingga,

prinsip dari persoalan mu

|amalah tersebut yaitu untuk mewujudkan

kemaslahatan bagi umat manusia dalam arti khusus kepuasan terhadap para

pihak yang bertransaksi, bila dikaitkan dengan jual beli.

Sebagai sarana untuk memenuhi hajat kebutuhannya, Allah

memerintahkan manusia untuk melakukan jual beli. Jual beli dalam istilah

Fiqh disebut dengan al-bay>‘u yang berarti menjual dan menukar sesuatu

dengan yang lain.2

Kegiatan ekonomi pun merupakan bagian penting dari sebuah negara,

salah satunya untuk melihat seberapa besar tingkat kemajuan dan

1 Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqh Muamalah, Cet. Ke-1 (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2008), xviii.

(11)

2

kesejahteraan dari suatu negara tersebut dan tidak bisa dipisahkan lagi.

Namun, dalam menjalankan roda perekonomian suatu negara tidak semudah

membalikan tangan, tentu ada beberapa hal yang menjadi suatu kendala

dalam menjaga kestabilan kegiatan ekonomi, terutama dalam kebebasan

pasar.

Dengan hal demikian, tidak dimungkinkan tejadinya suatu persaingan

yang tidak sehat diantara pelaku ekonomi sehingga akan berakibat di

rugikannya salah satu pihak termasuk berdampak ke perekonomian negara.

Karena, jika diantara pelaku ekonomi saling bersekutu, maka akan hilang

yang namanya keseimbangan harga. Oleh karena itu persaingan sempurna

sangat diperlukan dalam kegiatan ekonomi.

Konsep persaingan sempurna didasarkan atas persaingan murni

dengan tambahan dua syarat lagi, yaitu pertama, bahwa pengetahuan

pembeli dan penjual tentang keadaan pasar harus cukup sempurna; kedua,

mobilitas sumber-sumber ekonomi harus cukup sempurna pula. 3

Selain itu, peran daripada pemerintah sangat signifikan dan

diperlukan dalam menjaga kestabilan harga diantara para pelaku ekonomi,

harus ada kebijakan yang mengaturnya sehingga nantinya tidak ada lagi yang

namanya permainan maupun penetapan harga sepihak yang dilakukan oleh

pelaku ekonomi.

Dalam perekonomian di indonesia, terdapat beberapa sektor-sektor

yang menjadi andalan penduduknya untuk memenuhi kebutuhan, salah

(12)

3

satunya yaitu sektor pertanian. Meskipun tidak dapat dikatakan sepenuhnya

bahwa sektor pertanian mampu menjadi andalan masa depan pembangunan,

karena pada dasarnya masih memiliki kelemahan-kelemahan.

Kondisi sosial budaya petani merupakan masalah utama dalam fungsi

sektor pertanian di dalam pembangunan nasional dan kemampuan sektor

tersebut untuk bersaing pada abad yang akan datang. Terutama masyarakat

pedesaan yang cuma menggantungkan hidup pada sektor pertanian, maka

petani harus berusaha memaksimalkan produktivitas dari pertanian tersebut,

namun semua itu tidak bisa dilepaskan dari berbagai faktor, antara lain luas

lahan yang dimiliki, kebijakan pemerintah dalam hal pemberian intensif

kepada tani dan sebagainya.4 Terutama pada produksi gabah karena selama

ini yang menjadi kebutuhan pokok dari masyarakat Indonesia.

Terlepas dari faktor tersebut, adanya faktor lain, seperti maraknya

orang-orang yang berusaha mencari keuntungan atau biasa disebut tengkulak

di kalangan petani juga menjadi masalah yang serius bagi usaha pemerintah

untuk menjaga kestabilan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) terhadap

gabah. Meskipun dalam usaha pengendalian tersebut pemerintah sudah

membentuk suatu badan yang berfungsi menjaga kestabilan harga di

kalangan petani yaitu Badan Urusan Logistik (BULOG) di tingkat pusat,

sedangkan di tingkat provinsi ada Depot Logistik (DOLOG) serta terdapat

sub Depot Logistik (DOLOG) di tingkat kabupaten/kota.

(13)

4

Sebagaimana badan ini berfungsi menampung gabah dan beras di

kalangan petani dengan bekerja sama dengan KUD di daerah masing-masing.

Dengan demikian, para petani tidak akan kesulitan dalam menjual hasil

panen mereka dan dengan harga yang tidak berubah-ubah sesuai dengan

kebijakan pemerintah. Selain itu akan meminimalisir kerugian petani

terhadap perhitungan penjualan dengan biaya produksi gabah tersebut.

Sebagai komoditi penting, usaha pemerintah dalam menjaga

kestabilan harga di setiap daerah yang terkena dampak dari kenaikan harga

terhadap gabah, maka pemerintah biasanya mengadakan pasar rumah dengan

menggunakan cadangan beras pemerintah secara berkala. Hal itu sebagai

wujud dari operasi pasar yang dilakukan pemerintah. Selain itu sebagai

komoditi yang fluktuatif maka perubahan harga dari gabah ini sangat

berpengaruh terhadap keseimbangan sistem perekonomian. Terutama apabila

bahan pokok naik, maka semua akan mempengaruhi harga dari kebutuhan

lainnya. Sebagai penentu kebijakan, maka dalam hal ini pemerintah biasanya

menggunakan intervensinya untuk menanggulangi permasalah tersebut.

Terkait dengan hal tersebut, Islam memandang bahwa tanggung

jawab pemerintah bukan terbatas pada keamanan dalam negeri dan sistem

keamanan yang mempunyai kekuatan antisiatif serangan dari luar saja.

Tetapi pertanggung jawaban pemerintah ini harus merupakan bagian dari

program pencapaian masyarakat ideal yaitu adil dan makmur. Keadilan

(14)

5

dalam membela yang lemah dan memberikan pertolongan kepada mereka,

juga dalam menyangkut masalah ekonomi. 5

Sedangkan upaya-upaya pemerintah tersebut masih belum bisa

menjaga kemaslahatan bagi para petani, karena dalam kondisi pada saat ini

para tengkulak cenderung menetapkan suatu harga yang sebelumnya telah

mereka perhitungkan dengan sebaik mungkin untuk mendapat keuntungan

dari para petani. Hal tersebut tentu sangat mengganggu dari kesejahteraan

masyarakat khususnya dari perekonomian petani. Himpitan ekonomi serta

biaya hidup yang semakin mahal dengan berujungnya beban yang diterima

oleh kalangan petani. Mau tidak mau petani akan tetap mengikuti dan

menjual kepada para tengkulak tersebut, dikarenakan kurangnya

pengetahuan dan informasi mengenai harga pasar gabah saat ini.

Daerah perdesaan yang jauh dari kota serta kurang meleknya para

petani terhadap teknologi menjadi poin penting bagi para tengkulak untuk

menjalankan mekanisme penetapan harga mereka dengan leluasa. Para petani

menyakini jikalau harga yang diberikan oleh tengkulak tersebut merupakan

harga pasar yang ada, tanpa mempetimbangkan terlebih dahulu untuk

menjualnya karena mereka lebih memilih mendapatkan uang secepatnya.

Begitupun yang terjadi di Desa Lebak Adi Kecamatan Sugio

Kabupaten Lamongan. Para tengkulak dalam memberikan suatu harga

terhadap hasil pertaniannya tidak sama, jadi diantara para tengkulak

mempunyai penetapan harga tersediri. Di Desa tersebut, rata-rata

(15)

6

penduduknya bekerja sebagai petani, baik itu menggarap sawahnya sendiri

maupun menggarap sawah orang lain. Tentunya mereka tergolong dari

kalangan menengah ke bawah yang dimana untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya hanya menggantungkan dari sektor pertanian.

Mendesaknya kebutuhan lain yang harus segera dipenuhi, menjadi

faktor lain yang mendukung para petani memilih menjual dengan harga yang

ditetapkan oleh para tengkulak dengan tujuan akan segera menutupi

kebutuhan lain tersebut, antara perasaan terpaksa dan rela menjadi satu

kesatuan yang dirasakan para petani selama ini.

Penetapan harga yang dilakukan oleh tengkulak, menjadi harga yang

berlaku di desa, sehingga tinggi rendahnya suatu harga gabah tidak

sepenuhnya berdasarkan dari harga di pasar. Hal tersebut mengakibatkan

tidak stabilnya harga gabah, padahal untuk menjaga stabilitas harga gabah

pemerintah sudah mengeluarkan suatu kebijakan yang tercantum dalam

INPRES Nomor 5 Tahun 2015 tentang kebijakan pengadaan gabah/beras dan

penyaluran beras oleh pemerintah.

Harga buatan yang dibuat oleh tengkulak tidak terlepas dari harga

mitra kerjanya, itulah yang menyebabkan masing-masing tengkulak

mempunyai penetapan harga. Dalam prakteknya, harga buatan tengkulak

sering kali jauh di bawah HPP yang berlaku. Tengkulak mengesampingkan

harga minimum yang sesuai dalam HPP dan lebih mengutamakan ketetapan

(16)

7

dilakukan oleh tengkulak, mendorong para petani untuk menerima harga

secara khusus yaitu harga buatannya.

Maka, jika penetapan harga itu mengandung unsur-unsur kedzaliman

dan pemaksaan yang tidak benar, yaitu dengan menetapkan suatu harga yang

tidak dapat diterima atau melarang sesuatu yang oleh Allah benarkan, maka

jelas penetapan harga semacam itu hukumnya haram. 6

Islam memberikan kebebasan dalam penentuan harga, yaitu apa yang

disepakati dalam mekanisme pasar. Pasar adalah penentuan harga, artinya

pihak manapun tidak boleh mengintervensi harga di pasar. Semua ini

tergantung pada kekuatan pemerintah dan kekuatan pasar. 7 selain itu,

kerelaan diantara kedua belah pihak sangat ditekankan dalam jual beli

menurut Islam, sebagaimana firman Allah dalam surat an-Nisa>‘ ayat 29:

ٓ ي

ا ُي

أ

ٓٱ

ٓ يِ

َ

ذ

ٓ

ْٓا ُ ا ء

ٓ

ٓ

ل

ٓ

ٓ

أ ت

ٓٓ ُ ُك

ْٓآ

ٓ

أ

ٓ و

ُك ل

ٓ

ٓ ي ب

ُك

ِٓٓبٱ

ٓ ل

ٓ ب

ِٓلِط

ٓ

ٓٓ

ذ

لِإ

ٓ

ن

أ

ٓ

ٓ ن ُك ت

ٓ

ٓ جِت

ٓ ة ر

ٓ

ع

ٓ

ٓ لضا ر ت

ٓ

ٓ ُك ِّ

ٓ

ٓ

ل و

ٓ

ٓ ق ت

ٓٓ ُ ُت

ْٓآ

ُٓف

أ

ٓ ُك س

ٓ

ٓذنِإ

ٓٱ

ٓ ذّ

ٓ

ٓ ن َ

ٓ

ٓ ُكِب

ٓ

ٓم يِح ر

آ

٩

ٓ

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar. Kecuali dengan jalan perdagangan yang berlaku atas suka sama suka diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu.8

Dari ayat tersebut, diterangkan bahwasanya dalam Islam, jual beli

harus ada prinsip suka sama suka pihak yang berakad, yang tentunya

kemaslahatan diantara kedua belah pihak sangat ditekankan, begitupula

6

Yusuf Qaradhawi, Halal dan Haram, Tim Kuadran,(Bandung: Penerbit Jabal, 2007), 261.

7 Heri Sudarso, Konsep Ekonomi Islam;suatu pengantar, Ed. 1, Cet. Ke-3,(Yogyakarta: Ekonosia, 2004), 152.

(17)

8

dengan keseimbangan suatu harga dalam jual beli. Tentunya, harus ada

permintaan dan penawaran dalam suatu akad, sehingga bisa menciptakan

suatu keseimbangan harga dan tidak akan menimbulkan unsur paksaan

maupun hal-hal yang merugikan dintara para pihak. Sebagaimana juga

dengan sabda Rasulullah SAW, berikut:

َ عَ ن

ََ أَ ن

َ س

ى

ََ ب

َ نَ

َ مَ ل

َ ك

ََ ق

َ لا

َ قَ:

َ لا

َ

َ لا

َ سا

َ يَ:

َ رَا

َ س

َ لو

َ

َ ل

ََ غ

َ لا

َ

َ سلا

َ عَ رَ

َ فَ س

َ عَ رَ

َ لَ

َ فَ.ا

َ ق

َ لا

ََ ر

َ س

َ لو

َ

َ ل

َ

َ صَ ل

َى

َ ل

ََ عَ ل

َ يَ َ

َ وَ س

َ لَ م

َ إَ:

َ نَ

َ ل

ََ

َ وَا

َ لَ م

َ سَ ع

َ رََ

لاَ ق

َ با

َ ض

ََ لا

َ ب

َ سا

َ ط

َ

َ رلا

َ زا

َ قَ

َ وَ إ

َ ن

َ نََ أ

َ رَ ج

َ أَو

َ نَ

َ أَ لَ ق

َ لَى

ََ وَ ل

َ ي

َ س

ََ أ

َ ح

َ دَ

َ مَ

َ ك

َ مََ

يَ ط

َ لَا

َ بَ ن

ََ ب

َ ظَ ل

َ مَ ة

َ

َ ف

ََ َ

َ مَ

َ وَ ل

ََ م

َ لا

َ ر(َ.

َ وَ ا

ََ اَ ب

َ ََو

َ وا

9

َ

Artinya: Dari Anas, ia berkata: Orang-orang berkata, ‚Wahai Rosulullah, harga telah naik, maka tetapkanlah harga untuk kami.‛ Lalu Rosulullah SAW bersabda, ‚ sesungguhnya Allah yang

menetapkan harga, yang mempersempit, dan yang memperluas, dan aku berharap bertemu dengan Allah sedangkan salah seorang dari

kalian tidak menuntutku karena kezhaliman dalam darah atau harta‛.

(HR. Abu Dawud).10

Dalam hadits tersebut dijelaskan bahwasanya, menetapkan suatu

harga itu dilarang. Islam memandang harga terjadi dari proses permintaan

dan penawaran dari pihak yang bertransaksi. Walaupun terdapat barang

komoditas (barang dan jasa) yang sedang naik-turun harganya, maka tetap

menjadi hak daripada pihak yang bertransaksi dengan tetap melihat keadaan

harga pasar saat itu.

Dari hadits tersebut juga bisa disimpulkan, pada saat itu terjadi

kenaikan harga, Rosulullah SAW meyakini adanya penyebab tertentu yang

sifatnya darurat. Oleh sebab itu, sesuatu yang bersifat darurat akan hilang

9Ima>m Hafi>dz Abu> Dau>d Sulai>man,

Suna>n Abu> Dau>d, Jilid 3, (Beirut-Lebanon: Dar al-KOTOB al-ILMIYAH, 2009), 479.

10Muhammad Yu>su>f Qardhawi>,

Halam & Haram dalam Islam, Mu’ammal Hamidy (Surabaya:

(18)

9

seiring dengan penyebab darurat itu. Rosulullah SAW juga meyakini harga

akan kembali normal dalam waktu yang tidak terlalu lama (sifat darurat).11

Akan tetapi, jika keadaan pasar itu tidak normal misalnya, ada

penimbunan oleh seoarang pedagang, dan adanya permainan harga oleh para

pedagang, maka waktu itu kepentingan umum harus didahulukan daripada

kepentingan perorangan. Dalam situasi demikian, kita boleh menetapkan

harga demi memenuhi kepentingan masyarakat dan demi menjaga dari

perbuatan kewenangan-kewenangan dan demi mengurangi keserakahan

mereka itu. Begitulah menurut ketetapan prinsip hukum.12 Oleh karena itu,

peran daripada kebijakan pemerintah disini sangat diperlukan guna menjaga

stabilitas harga dalam suatu perekonomian negara.

Dengan demikian, dalam ekonomi Islam, undang-undang mempunyai

peranan sebagai pemelihara dan penjamin pelaksana hak-hak masyarakat

yang dapat meningkatkan kesejahteraan hidup mereka secara keseluruhan,

bukan sebagai alat kekuasaan untuk memperoleh kekayaan secara

semena-mena.13 Seperti halnya, dalam kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah

Indonesia melalui Instruksi Presiden (INPRES) Nomor 5 Tahun 2015

tentang kebijakan pengadaan gabah, yang mana menjelaskan kebijakan

pengadaan gabah dalam negeri dengan Harga Pembelian Pemerintah (HPP).

Tujuan dari kebijakan tersebut yakni, ingin melindungi pendapatan

petani dan menstabilkan harga gabah di pasar, dalam hal ini untuk menjaga

11 Mustafa Edwin Nasution, dkk, Pengenalan Esklusif Ekonomi Islam, Cet. Ke-1 (Jakarta: Kencana, 2006),161.

(19)

10

harga gabah dengan suatu ketetapan harga minimum. Namun, selama ini

kebijakan tersebut sering di salah gunakan dan tidak diterapkan oleh para

tengkulak padi yang ingin mencari keuntungan di tengah masyarakat,

khususnya para petani.

Berangkat dari uraian diatas, maka dari penetapan harga yang

dilakukan oleh para tengkulak apakah sudah sesuai dengan prinsip harga

dalam Islam dan kebijakan dari pemerintah khususnya Harga Pembelian

Pemerintah pada saat ini. Oleh karena itu, penulis terpanggil untuk

melakukan penelitian yang berjudul ‚Tinjauan Hukum Islam dan INPRES

Nomor 5 Tahun 2015 tentang Kebijakan Pengadaan Gabah terhadap

Penetapan Harga oleh Tengkulak (Studi Kasus di Desa Lebak Adi

Kecamatan Sugio Kabupaten Lamongan)‛.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

Dari permasalahan yang telah dijelaskan diatas, maka disini penulis akan

mengidentifikasi masalah dengan sebagai berikut:

1. Latar belakang terjadinya penetapan harga gabah oleh tengkulak

2. Penetapan harga gabah oleh tengkulak

3. Dampak penetapan harga oleh tengkulak terhadap harga gabah di pasaran,

petani dan Perum BULOG Lamongan.

4. Tinjauan Hukum Islam dan INPRES Nomor 5 Tahun 2015 tentang

Kebijakan Pengadaan Gabah terhadap penetapan harga oleh tengkulak.

(20)

11

Dari identifikasi masalah tersebut, maka penulis mengambil batasan

dan ruang lingkup dari penelitian ini yang akan di kaji, supaya lebih terfokus

dan terarah. Adapun pembahasan dalam skripsi ini diantaranya:

1. Penetapan harga gabah oleh tengkulak

2. Tinjauan Hukum Islam dan INPRES Nomor 5 Tahun 2015 tentang

Kebijakan Pengadaan Gabah terhadap penetapan harga oleh tengkulak

C. Rumusan Masalah

Sejalan dengan batasan masalah diatas, maka dapat diambil beberapa

rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penetapan harga gabah oleh tengkulak di Desa Lebak Adi

Kecamatan Sugio Kabupaten Lamongan?

2. Bagaimana Tinjauan Hukum Islam dan INPRES Nomor 5 Tahun 2015

tentang Kebijakan Pengadaan Gabah terhadap penetapan harga oleh

tengkulak di Desa Lebak Adi Kecamatan Sugio Kabupaten Lamongan?

D. Kajian Pustaka

Kajian pustaka ini merupakan gambaran antara hubungan topik yang

akan diteliti dengan penelitian yang sejenis yang sudah pernah di kaji dan

dilakukan oleh peneliti sebelumnya, sehingga tidak terjadi pengulangan atau

duplikasi penelitian. Dari referensi yang penulis telusuri sebenarnya sudah

(21)

12

1. Analisis Hukum Islam terhadap implementasi INPRES Nomor 5 Tahun

2015 tentang Kebijakan Pengadaan Gabah/Beras (studi kasus di PERUM

BULOG Kabupaten Kendal). Skripsi yang ditulis oleh Bambang Nugroho

pada Tahun 2015, seorang mahasiswa Universitas Islam Negeri Wali

Songo Semarang, yang menjelaskan tentang penetapan harga gabah/beras

yang ditetapkan oleh pemerintah melalui Intruksi Presiden. Dimana dalam

penentuan harga gabah/beras yang dilakukan oleh pemerintah masih

terlalu rendah dari harga pasar atau harga yang diinginkan petani. Dan

skripsi ini sendiri memfokuskan pembahasan dengan menganalisis Hukum

Islam terhadap Implementasi INPRES Nomor 5 Tahun 2015 tentang

Kebijakan Pengadaan Gabah/Beras. 14

2. Tinjauan Hukum Islam terhadap Penetapan Harga pada Pasar Oligopoli.

Skripsi yang di tulis oleh Indah Ayu Rahmawati pada Tahun 2009,

seorang mahasiswi Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Menjelaskan tentang penetapan harga yang dilakukan oleh para produsen

di pasar Oligopoli, dimana dalam penentuan harga tersebut kurang adanya

keseimbangan dan dalam penentuan harga tersebut ditetapkan oleh

Leader Market sehingga menyebabkan keadaan pasar yang tidak

sempurna, dikarenakan persaingan yang tidak sehat. Skripsi sendiri

14 Bambang Nugroho, Analisis Hukum Islam terhadap Implementasi INPRES Nomor 5 Tahun

2015 tentang Kebijakan Pengadaan Gabah/Beras (studi kasus di PERUM BULOG Kabupaten

(22)

13

memfokuskan terhadap contoh kasus penetapan harga yang ditetapkan

oleh produsen dengan tinjauan hukum Islam.15

3. Penentuan Harga Gabah oleh Tengkulak Perspektif Inpres No.3 Tahun

2012 tentang Kebijakan Pengadaan Gabah dan Hukum Islam (studi kasus

di Desa Sumbersari Kecamatan Megaluh Kabupaten Jombang). Skripsi

yang di tulis oleh Estu Devi Wulansari pada tahun 2014, seorang

mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Menjelaskan tentang

penentuan harga yang rendah dan jauh dari target pemerintah saat panen

raya yang dilakukan oleh tengkulak sehingga menimbulkan kerugian

dikalangan petani. Skripsi ini memfokuskan keluhan petani terhadap

penentuan harga gabah yang rendah oleh tengkulak sehingga

menyebabkan ada indikasi tidak sahnya jual beli, karena ada salah satu

pihak yang dirugikan.16

Sedangkan dalam judul ‚Tinjauan Hukum Islam dan INPRES Nomor

5 Tahun 2015 tentang Kebijakan Pengadaan Gabah terhadap Penetapan

Harga oleh Tengkulak (Studi kasus di Desa Lebak Adi Kecamatan Sugio

Kabupaten Lamongan)‛, menjelaskan tentang praktek penetapan harga atau

permainan harga yang dilakukan oleh para tengkulak, sehingga dengan setiap

tengkulaknya mempunyai ketentuan harga tersendiri.

15 Indah Ayu Rahmawati, Tinjauan Hukum Islam terhadap Penetapa Harga pada Pasar Oligopoli, (Skripsi─IAIN Sunan Ampel, Surabaya, 2009).

16 Estu Devi Wulansari, Penentuan Harga Gabah oleh Tengkulak Perspektif Inpres No.3 Tahun

2012 tentang Kebijakan Pengadaan gabah dan Hukum Islam (studi kasus di Desa sumbersari

Kecamatan Megaluh Kabupaten Lamongan), (Skripsi – UIN Maulana Malik Ibrahim, Malang,

(23)

14

Penetapan harga gabah yang dilakukan oleh tengkulak di desa

tersebut mengesampingkan kualitas gabah dari setiap hasil panen para petani

dan mengutamakan harga yang ditetapkan oleh mitra kerjanya, padahal

sudah ada kebijakan dari pemerintah yang mengatur mengenai harga

gabah/beras melalui Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yang tertera dalam

Pasal 1 Intruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2015 .

Penetapan harga yang dilakukan para tengkulak tersebut

menyebabkan ketidakstabilan harga gabah/beras dan kerugian di kalangan

para petani di Desa Lebak Adi, terjadi persaingan yang tidak sehat diantara

para tengkulak serta dampak yang diperoleh BULOG Kabupaten Lamongan.

Sehingga penulis akan memfokuskan terhadap praktek penetapan harga yang

dilakukan oleh tengkulak tersebut dengan Tinjaun Hukum Islam dan

INPRES Nomor 5 Tahun 2015 tersebut.

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini

adalah:

1. Untuk mengetahui penetapan harga gabah oleh tengkulak di Desa Lebak

Adi Kecamatan Sugio Kabupaten Lamongan.

2. Untuk mengetahui tinjauan hukum Islam dan INPRES Nomor 5 Tahun

2015 tentang Kebijakan Pengadaan Gabah terhadap penetapan harga oleh

(24)

15

F. Kegunaan Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat bermanfaat untuk hal-hal

sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa menjadi penambah wawasan

bagi pembaca dalam bidang ilmu yang berkaitan dengan hukum Islam dan

INPRES Nomor 5 Tahun 2015 mengenai penetapan harga gabah.

2. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan pertimbangan bagi para

Tengkulak dalam menetapkan suatu harga sehingga bisa sesuai dengan

hukum Islam dan INPRES Nomor 5 Tahun 2015.

G. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam menguraikan dan

memahami istilah terhadap judul penelitian ini, maka perlu adanya

pendefinisian secara operasional sehingga pembahasan tidak akan

menimbulkan perbedaan persepsi, yang diantaranya:

Hukum Islam : yang di maksud disini yakni ketentuan-ketentuan hukum

Islam dalam menyikapi permasalahan harga, mengenai

konsep harga dalam Islam, peraturan dan ketentuan

hukum Islam yang bersumber dari al-qur’an, hadist, dan

pendapat ulama sebagai pedoman bagi kehidupan

(25)

16

INPRES Nomor 5 Tahun 2015 : Peraturan yang dibuat untuk melaksanakan

kebijakan pengadaan gabah/beras melalui pembelian

gabah dalam negeri dengan harga pembelian pemerintah

sesuai kualitas masing-masing gabah

Gabah : Butir-butir padi yang belum terkelupas kulitnya atau

tangkainya.

Penetapan Harga : Pembentukan suatu harga (price) umum untuk suatu

barang atau jasa oleh suatu kelompok pemasok yang

bertindak secara bersama-sama, sebagai kebalikan atas

pemasok yang menetapkan harganya sendiri-sendiri

secara bebas.

Tengkulak : Pedagang yang lazimnya melakukan pemborongan hasil

padi petani dan produsen kecil dengan harga murah di

Desa Lebak Adi Kecamatan Sugio Kabupaten

Lamongan dan menjualnya dengan mahal di tempat lain.

H. Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.17 Aspek-aspek yang

di gunakan dalam sub bab ‚Metode Penelitian‛ ini berkenaan dengan data

yang data yang dikumpulkan, sumber data, pengumpulan data, pengolahan

data dan analisis data sebagai berikut:.

(26)

17

1. Data yang dikumpulkan

Data adalah bahan keterangan tentang sesuatu objek penelitian.

Berdasarkan rumusan yang telah diuaraikan diatas, maka data yang bisa

dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas:

a. Data gambaran umum lokasi penelitian yang terletak di Desa Lebak

Adi Kecamatan Sugio Kabupaten Lamongan

b. Data mekanisme penetapan harga oleh tengkulak padi

c. Data penetapan harga pembelian pemerintah yang tercantum dalam

INPRES Nomor 5 Tahun 2015

d. Data akibat penetapan harga oleh tengkulak padi terhadap stabilitas

harga gabah di kalangan petani, tengkulak dan BULOG Lamongan

2. Sumber data penelitian

Sumber data adalah salah satu yang paling vital dalam penelitian.

Kesalahan dalam menggunakan atau memahami sumber data, maka data

yang diperoleh juga akan meleset dari yang diharapkan.18 Dan di dalam

sumber data penelitian ini dikelompokkan menjadi dua, sumber data

primer dan sumber data sekunder:

a. Sumber data primer adalah sumber pertama dimana sebuah data

dihasilkan, dengan begitu maka dalam penelitian ini yang menjadi

sumber data primer yaitu pihak yang bersangkutan dengan penetapan

harga gabah di Desa Lebak Adi Kecamatan Sugio Kabupaten

Lamongan, yaitu:

(27)

18

1) Tengkulak

2) Petani

b. Sumber data sekunder adalah sumber data pendukung yang diperoleh

dari bahan kepustakaan yang memiliki informasi atau data tersebut.19

Dalam penelitian ini yang menjadi data sekunder yaitu dokumen dan

data-data yang berkaitan dengan penelitian ini diantaranya:

1) Pegawai Perum BULOG Lamongan

2) Literatur atau buku yang relevan dengan penelitian yang dilakukan

sebagai bahan acuan penelitian:

a) Abu> Dau>d Sulai>man, Suna>n Abu> Dau>d

b) Dimyaudin Djuwaini, Pengantar Fiqh Mu’a>malah

c) Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram

d) Sudarsono, Pengantar Ekonomi Mikro

e) Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam

f) Setiawan Budi Utomo, Fiqh Aktual

g) Adiwarman Azwar Karim, Ekonomi Islam suatu Kajian Kontemporer h) INPRES Nomor 5 Tahun 2015

3. Teknik pengumpulan data

Pada setiap pembicaraan mengenai metodologi penelitian persoalan

metode pengumpulan data menjadi amat penting. Metode pengumpulan

data adalah bagian instrumen pengumpulan data yang menentukan

berhasil atau tidak suatu penelitian. Kesalahan metode pengumpulan data

(28)

19

atau metode pengumpulan data tidak digunakan semestinya, berakibat

fatal terhadap hasil-hasil penelitian yang dilakukan. Oleh karena itu,

penelitian ini akan menggunakan teknik pengumpulan data:

a. Observasi

Metode observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan

untuk menghimpun data penelitian, data tersebut dapat diamati oleh

peneliti. Dalam penelitian ini, penulis melakukan observasi dengan

melakukan pengamatan langsung terhadap praktek penetapan harga

gabah oleh tengkulak di Desa Lebak Adi Kecamatan Sugio Kabupaten

Lamongan.

b. Wawancara

Metode wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk

tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara

pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancarai,

dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara. Dalam

hal ini, penulis mewawancarai tengkulak, petani, pedagang gabah/beras

di pasar sugio dan pegawai Perum BULOG Lamongan.

c. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah pengumpulan data dengan melihat atau

mencatat suatu laporan yang sudah tersedia. Yakni proses

penyampaian data yang dilakukan melalui data tertulis yang memuat

(29)

20

penelitian.20 Pada metode ini, penulis akan mengumpulkan data-data

yang didukung dari data sekunder yang berkaitan dengan penetapan

harga gabah di Desa Lebak Adi Kecamatan Sugio Kabupaten

Lamongan.

4. Teknik pengolahan data

a. Organizing, menyusun dan mensistematika data-data mengenai

penetapan harga gabah oleh tengkulak di Desa Lebak Adi Kecamatan

Sugio Kabupaten Lamongan.

b. Editing, memeriksa kembali data yang sudah dihimpun peneliti dari

lapangan. Meliputi, kelengkapan sumber informasi, kesesuaian dan

keselarasan antara data satu dengan yang lainnya, relevansi serta

keseragaman data mengenai penetapan harga gabah oleh tengkulak di

Desa Lebak Adi Kecamatan Sugio Kabupaten Lamongan.

c. Analizing, tahapan analisis terhadap data dari penetapan harga gabah

oleh tengkulak, sehingga mendapatkan suatu perumusan atau

kesimpulan tertentu.

5. Teknik analisis data

Dalam penelitian ini, data dianalisis dengan analisis deskriptif, yaitu

penelitian ini bertujuan untuk meneliti dan menemukan informasi

sebanyak-banyaknya dari suatu fenomena.21 Metode deskriptif yang

digunakan ialah dengan teknik induktif, yaitu dengan mengambil sumber

20 Ahmad Tanzeh, Metodologi Penelitian Praktis, (Yogyakarta: Terasa, 2011), 94.

(30)

21

data tentang penetapan harga gabah oleh tengkulak di Desa Lebak Adi

dan selanjutnya akan memaparkan mengenai tinjauan hukumnya, yang

dalam hal ini buku kepustakaan kaitannya dengan pembahasan agar bisa

diambil kesimpulannya.

I. Sistematika Pembahasan

Dalam penulisan skripsi ini ada sistematika pembahasan yang sesuai

dengan teknis penulisan skripsi, yang sistematikanya terbagi dalam lima bab

untuk memudahkan pembahasan dalam penelitian supaya menjadi sistematis

dan kronologis sesuai dengan alur berpikir ilmiah. Adapun sistematika dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bab pertama, berisi Pendahuluan. Dalam bab ini menguraikan

tentang latar belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan

masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi

operasional, metode penelitian, dan sistematika pembahasan .

Bab kedua, berisikan tentang landasan teoritik yang berkaitan dengan

konsep harga dalam Islam diantaranya, pengertian harga, dasar hukum,

konsep penetapan harga dalam Islam, faktor yang mempengaruhi harga,

penyebab rusaknya harga, peranan pemerintah dalam penetapan harga dan

peraturan pemerintah tentang kebijakan pengadaan gabah di indonesia sesuai

dengan INPRES Nomor 5 Tahun 2015.

Bab ketiga, penetapan harga gabah oleh tengkulak di Desa Lebak Adi

(31)

22

materi pokok yang menjadi sorotan dalam pembahasan skripsi ini, yaitu

keadaan umum Desa Lebak Adi Kecamatan Sugio Kabupaten Lamongan,

penetapan harga gabah yang dilakukan oleh para tengkulak, meliputi latar

belakang para tengkulak menetapkan harga dan petani menjual ke tengkulak

serta dampak dari penetapan harga oleh tengkulak dalam perekonomian para

petani dan terhadap BULOG Kabupaten Lamongan.

Bab keempat, berisikan tentang uraian penetapan harga gabah oleh

tengkulak, tinjauan hukum Islam dan INPRES Nomor 5 Tahun 2015 tentang

Kebijakan Pengadaan Gabah terhadap penetapan harga oleh tengkulak di

Desa Lebak Adi Kecamatan Sugio Kabupaten Lamongan serta tinjauan

Persamaan dan Perbedaan. Bab ini merupakan inti dari pembahasan skripsi

ini.

Bab kelima, memuat penutup yang berisikan kesimpulan penulisan

yang berfungsi sebagai penegasan jawaban terhadap pokok permasalahan

yang telah dikemukakan. Selain itu, berisi mengenai saran-saran, baik

(32)

23

BAB II

PENETAPAN HARGA DALAM ISLAM

A. Pengertian Harga

Harga menurut Ridwan Iskandar Sudayat adalah tingkat pertukaran

barang dengan barang lain. Harga menurut Murti dan John menyatakan

bahwa harga merupakan satu-satunya komponen yang menghasilkan

pendapatan, sedangkan unsur lainnya adalah marketing mix menunjukkan

biayanya. Harga adalah sejumlah uang yang harus dibayarkan untuk

mendapatkan produk tersebut.22

Agar dapat sukses dalam memasarkan suatu barang atau jasa, setiap

perusahaan harus menetapkan harganya secara tepat. Harga merupakan

satu-satunya unsur bauran pemasaran yang bersifat fleksibel, artinya dapat diubah

dengan cepat. Berbeda halnya dengan karakteristik produk atau komitmen

terhadap saluran distribusi. Kedua hal terakhir tidak dapat diubah

/disesuaikan dengan mudah dan cepat, karena biasanya menyangkut

keputusan jangka panjang.23

Harga dalam fiqh Islam dikenal dua istilah berbeda mengenai harga

suatu barang, yaitu as-saman dan as-si‘r. As-saman adalah patokan harga

suatu barang, sedangkan as-si‘r adalah harga yang berlaku secara aktual di

dalam pasar. Ulama fiqh membagi as-si‘r menjadi dua macam. Pertama,

22

Siti Nur Fatoni, Pengantar Ilmu Ekonomi (Dilengkapi dasar-dasar ekonomi Islam),Cet. Ke-1, (Bandung: Pustaka Setia, 2014), 62.

(33)

24

harga yang berlaku secara alami, tanpa campur tangan pemerintah. Dalam

hal ini, pedagang bebas menjual barang dengan harga yang wajar, dengan

mempertimbangkan keuntungannya.

Pemerintah, dalam harga yang berlaku secara alami, tidak boleh

campur tangan, karena campur tangan pemerintah dalam kasus ini dapat

membatasi kebebasan dan merugikan hak para pedagang ataupun produsen.

Kedua, harga suatu komoditas yang ditetapkan pemerintah setelah

mempertimbangkan modal dan keuntungan wajar bagi pedagang maupun

produsen serta melihat keadaan ekonomi yang riil dan daya beli masyarakat.

Penetapan harga pemerintah ini disebut dengan at-tas‘ir al-jabbari>.24

B. Dasar Hukum

Semua ibadah pada dasarnya akan menjadi haram jika tidak ada dalil

yang memerintahkannya, begitupun juga termasuk dalam bermuamalah atau

bertransaksi hukumnya halal kecuali ada dalil yang melarangnya, seperti

halnya dalil yang berkaitan dengan muamalah berikut sebagaimana firman

Allah swt dalam surat an-Nisa>‘ ayat 29:

ٓ ي

ا ُي

أ

ٓٱ

ٓ يِ

َ

ذ

ٓ

ْٓا ُ ا ء

ٓ

ٓ

ل

ٓ

ٓ

أ ت

ٓٓ ُ ُك

ْٓآ

ٓ

أ

ٓ و

ُك ل

ٓ

ٓ ي ب

ُك

ِٓٓبٱ

ٓ ل

ٓ ب

ِٓلِط

ٓ

ٓٓ

ذ

لِإ

ٓ

ن

أ

ٓ

ٓ ن ُك ت

ٓ

ٓ جِت

ٓ ة ر

ٓ

ع

ٓ

ٓ لضا ر ت

ٓ

ٓ ُك ِّ

ٓ

ٓ

ل و

ٓ

ٓ ق ت

ٓٓ ُ ُت

ْٓآ

ٓ ُك سُف

أ

ٓ

ٓذنِإ

ٓٱ

ٓ ذّ

ٓ

ٓ ن َ

ٓ

ٓ ُكِب

ٓ

ٓم يِح ر

آ

٩

ٓ

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar. Kecuali dengan jalan perdagangan yang berlaku atas suka sama suka

24 Setiawan Budi Utomo, Fiqh Aktual (Jawaban Tuntas Masalah Kontemporer), (Jakarta: Gema

(34)

25

diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu.25

Ulama fiqh sepakat menyatakan bahwa ketentuan penetapan harga

ini tidak dijumpai di dalam al-Qur‘a>n. Adapun dalam hadits Rasulullah saw,

dijumpai beberapa riwayat yang menurut logikanya dapat diinduksikan

bahwa penetapan harga itu dibolehkan dalam kondisi tertentu. Faktor

dominan yang menjadi landasan hukum at-tas‘ir al-jabbari, menurut

kesepakatan para ulama fiqh adalah al-maslahah al-mursalah

(kemaslahatan).26

َ عَ ن

ََ أَ ن

َ س

ى

ََ ب

َ نَ

َ مَ ل

َ ك

ََ ق

َ لا

َ قَ:

َ لا

َ

َ لا

َ سا

َ يَ:

َ رَا

َ س

َ لو

َ

َ ل

ََ غ

َ لا

َ

َ سلا

َ عَ رَ

َ فَ س

َ عَ رَ

َ لَ

َ فَ.ا

َ ق

َ لا

ََ ر

َ س

َ لو

َ

َ ل

َ

َ صَ ل

َى

َ ل

ََ عَ ل

َ يَ َ

َ وَ س

َ لَ م

َ إَ:

َ نَ

َ ل

ََ

َ وَ

َ لاَ م

َ سَ ع

َ رََ

لاَ ق

َ با

َ ض

ََ لا

َ ب

َ سا

َ ط

َ

َ رلا

َ زا

َ قَ

َ وَ إ

َ ن

َ نََ أ

َ رَ ج

َ أَو

َ نَ

َ أَ لَ ق

َ لَى

ََ وَ ل

َ ي

َ س

ََ أ

َ ح

َ دَ

َ مَ

َ ك

َ مََ

يَ ط

َ لَا

َ بَ ن

ََ ب

َ ظَ ل

َ مَ ة

َ

َ ف

َ ََ

َ مَ

َ وَ ل

ََ م

َ لا

َ ر(َ.

َ وَ ا

ََ اَ ب

َ ََو

َ وا

27

Artinya: Dari Anas bin Malik, ia berkata: Orang-orang berkata, ‚Wahai Rosulullah, harga telah naik, maka tetapkanlah harga untuk kami.‛ Lalu Rosulullah SAW bersabda, ‚ sesungguhnya Allah yang menetapkan harga, yang mempersempit, dan yang memperluas, dan aku berharap bertemu dengan Allah sedangkan salah seorang dari kalian tidak menuntutku karena kezhaliman dalam darah atau harta‛. (HR. Abu Dawud).28

Ulama fiqih menyatakan bahwa kenaikan harga yang terjadi di zaman

Rasulullah saw tersebut bukanlah karena tindakan sewenang-wenang dari

para pedagang, tetapi karena memang komoditas yang ada terbatas. Sesuai

dengan hukum ekonomi apabila stok terbatas, maka wajar barang tersebut

25 Departemen Agama RI, AL-Hikmah; Alqur’an dan Terjemahnya..., 83.

26 Setiawan Budi Utomo, Fiqh Aktual (Jawaban Tuntas Masalah Kontemporer)..., 91. 27 Imam Hafidz Abu Daud Sulaiman, Sunan Abu Daud..., 479.

(35)

26

naik. Oleh sebab itu, dalam keadaan demikian Rasulullah saw tidak mau

campur tangan membatasi harga komoditas tersebut.29

C. Konsep Penetapan Harga dalam Islam

1. Penetapan Harga Ibnu Khaldun

Ibnu Khaldun membagi jenis barang menjadi dua jenis, yaitu barang

kebutuhan pokok dan barang pelengkap. Menurutnya, bila suatu kota

berkembang dan selanjutnya populasinya bertambah banyak (kota besar),

maka pengadaan barang-barang kebutuhan pokok akan mendapat

prioritas pengadaan. Akibatnya, penawaran meningkat dan ini berarti

turunnya harga. Ibnu Khaldun juga menjelaskan tentang mekanisme

penawaran dan permintaan dalam menentukan harga keseimbangan.

Secara lebih rinci, ia menjabarkan pengaruh persaingan diantara

konsumen untuk mendapatkan barang pada sisi permintaan.30

Bagi Ibnu Khaldun, harga adalah hasil dari hukum permintaan dan

penawaran. Pengecualian satu-satunya dari hukum ini adalah harga emas

dan perak, yang merupakan standar moneter. Semua barang-barang lain

terkena fluktuasi harga yang tergantung pada pasar. Bila suatu barang

langka dan banyak diminta, maka harganya tinggi. Jika suatu barang

berlimpah maka harganya akan rendah.31

29

Setiawan Budi Utomo, Fiqh Aktual (Jawaban Tuntas Masalah Kontemporer)..., 92.

30 Eka Yunia Fauzia dan Abdul Kadir Riyadi, Prinsip Dasar Ekonomi Islam, Ed. 1, Cet. Ke-1,

(Jakarta: Kencana, 2014), 223.

31 Muhammad, Ekonomi Mikro dalam perspektif Islam, Cet. Ke-1, (Yogyakarta: BPFE, 2004),

(36)

27

2. Penetapan Harga Abu Yusuf

Pembentukan harga menurut menurut Abu Yusuf. Abu Yusuf adalah

seorang mufti pada kekhalifahan Harun al-Rasyid. Dalam kitabnya

Al-Kharaj, buku pertama tentang sistem perpajakan dalam Islam. Dan Abu

Yusuf tercatat sebagai sebagai ulama terawal yang mulai menyinggung

mekanisme pasar. 32

Abu Yusuf menyatakan, ‚tidak ada batasan tertentu tentang murah

dan mahal yang dapat dipastikan. Hal tersebut ada batasan yang

mengaturnya. Prinsipnya tidak bisa diketahui. Murah bukan karena

melimpahnya makanan, demikian juga mahal tidak disebabkan

kelangkaan makanan.

Abu Yusuf berpendapat harga tidak bergantung pada penawaran saja,

tetapi juga bergantung pada kekuatan permintaan. Karena itu,

peningkatan atau penurunan harga tidak selalu berhubungan dengan

penurunan atau peningkatan produksi. Abu yusuf menegaskan bahwa ada

beberapa variable lain yang mempengaruhi, tetapi dia tidak menjelaskan

lebih rinci. Bisa jadi, variable itu adalah pergeseran dalam permintaan

atau jumlah uang yang beredar di suatu negara, atau penimbunan dan

penahanan barang atau semua hal tersebut.33

32 Nurul Huda, Ekonomi Makro Islam;pendekatan teoritis, Cet-1, (Jakarta: Kencana Prenamedia

Grup, 2008), 231.

33 Adiwarman Azwar Karim, Ekonomi Islam suatu Kajian Kontemporer, Cet. Ke-1, (Jakarta:

(37)

28

3. Penetapan Harga Al-Ghazali

Al-Ghazali pernah berbicara mengenai ‚harga yang berlaku‛, seperti

yang ditentukan oleh praktik-praktik pasar, sebuah konsep yang

kemudian hari dikenal sebagai at-tsaman al ‘adil (harga yang adil)

dikalangan ilmuwan muslim atau equilibrium price (harga keseimbangan)

di kalangan ilmuwan kontemporer.34Al Ghazali juga memperkenalkan

teori permintaan dan penawaran; jika petani tidak mendapatkan pembeli,

ia akan menjualnya pada harga yang lebih murah, dan harga dapat

diturunkan dengan menambah jumlah barang di pasar.

Ghazali juga memperkenalkan elastisitas permintaan, ia

mengidentifikasi permintaan produk makanan adalah inelastic, karena

makanan adalah kebutuhan pokok. 35 berkaitan dengan ini, ia

menyatakan bahwa laba seharusnya berkisar antara 5 sampai 10 persen

dari harga barang.36

4. Penetapan Harga Ibnu Taimiyah

Ibnu Taimiyah mengatakan, ‚Kompensasi yang setara akan diukur

dan ditaksir oleh hhal yang setara, dan itulah esensi keadilan (nafs

al-adl). Dimanapun ia membedakan antara dua jenis harga yang adil dan

disukai. Dia mempertimbangkan harga yang setara sebagai harga yang

adil. Dalam Majwu fatawa-nya Ibnu Taimiyah mendefinisikan equivalen

34 Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Ed. 3, Cet. Ke-2, (Jakarta: PT

Raja Gravindo Persada, 2004), 290.

35 Nur Chamid, Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Cet. Ke-1, (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2010), 228.

(38)

29

price sebagai harga baku dimana penduduk menjual barang-barang

mereka dan secara umum diterima sebagai sesuatu yang setara dengan itu

dan untuk barang yang sama pada waktu dan tempat yang khusus.

Sementara dalam al-Hisbah, ia menjelaskan bahwa equivalen price ini

sesuai dengan keinginan atau persisnya harga yang ditetapkan oleh

kekuatan pasar yang berjalan secara bebas-kompetitif dan tidak

terdistorsi antara penawaran dan permintaan.37 Jika permintaan terhadap

barang meningkat sementara penawaran menurut harga akan naik. Begitu

sebaliknya, kelangkaan dan melimpahnya barang mungkin disebabkan

oleh tindakan yang adil, atau mungkin tindakan yang tidak adil.38

Ia mengatakan, ‚jika penduduk menjual barangnya dengan cara yang

normal (al-wajh al-ma‘ruf) tanpa menggunakan cara-cara yang tidak adil,

kemudian harga itu meningkat karena pengaruh kekurangan persediaan

barang itu atau meningkatnya jumlah penduduk (meningkatnya

permintaan). Dalam kasus seperti itu, memaksa penjual untuk menjual

barangnya pada harga khusus merupakan paksaan yang salah (ikrah bi

ghai>ri haq), karena bisa merugikan salah satu pihak.

Secara umum, harga yang adil ini adalah harga yang tidak

menimbulkan eksploitasi atau penindasan (kezaliman) sehingga

merugikan salah satu pihak dan menguntungkan pihak yang lain. Harga

harus mencerminkan manfaat bagi pembeli dan penjualnya secara adil,

37 Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam, Ekonomi Islam, Cet. Ke-6, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), 332.

38 A. A. Islahi, Konsep Ekonomi Ibnu Taimiyah, Anshari Thayib, (jakarta: PT Bina Ilmu Offset,

(39)

30

yaitu penjual memperoleh keuntungan yang normal dan pembeli

memperoleh manfaat yang setara dengan harga yang dibayarkannya.39

Ada dua terma yang seringkali ditemukan dalam pembahasan Ibnu

Taimiyah tentang masalah harga, yakni kompensasi yang setara/adil

(‘Iwad al-Mitsl) dan harga yang setara/adil (Tsaman al-Mitsl). Dia

berkata: ‚Kompensasi yang setara akan diukur dan ditaksir oleh hal-hal

yang setara, dan itulah esensi dari keadilan (Nafs al-‘Adl)‛.40

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi Harga

Ketentuan harga dalam negara Islam di antaranya:

1. Kenaikan Harga Sebenarnya

Kenaikan harga yang sebenarnya ini bisa terjadinya karena

bertambahnya persediaan uang, berkurangnya produktivitas,

bertambahnya kemajuan aktivitas, dan berbagai pertimbangan kebijakan

fiskal dan moneter.

2. Kenaikan Harga Buatan

Kenaikan harga buatan ini bisa terjadi karena para pengusaha

serakah, ada para pengusaha atau pedagang yang sengaja menimbun.41

Rosulullah melarang menimbun barang:

َ ك

َ نا

َ

َ سَ ع

َ يَ د

ََ ب

َ نََ

اَ لَ س

َ ي

َ ب

َ

َ يَ د

َ

َ ث

َ أَ.

َ ن

ََ مَ ع

َ مَ ر

َ قَا

َ لا

َ قَ:

َ لا

ََ ر

َ س

َ لو

َ

َ ل

َ

َ مَ.ملسوَ يلعَلَىلص

َ نَ

َ خا

َ تَ ك

َ رََ ف

َ هَ و

َ

َ خ

َ طا

َ ئ.

42

39 Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam, Ekonomi Islam..., 332.

40

Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam..., 210

41 M. Abdul Manan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Dana Bakti Prima Yasa,

(40)

31

Artinya: Sa’id Ibnul Musayyib telah menceritakan, sesungguhnya ma’mar berkata, Rosulullah bersabda: ‚Barang siapa yang menimbun

maka dia telah berbuat dosa‛. (HR. Muslim, no. 1605)43

Contoh kenaikan harga buatan:

a. Najsy, sebuah praktek dagang dimana seorang pura-pura menawar

barang yang didagangkan dengan maksud hanya untuk menaikkan

harga.44

b. Bay‘ Ba‘dh ‘Ala Ba’dh, gambaran praktek bisnis ini adalah dengan

melakukan lompatan atau penurunan harga oleh seorang dimana kedua

belah pihak yang terlibat tawar-menawar masih melakukan dealing,

atau baru akan menyelesaikan penetapan harga.45

c. Talaqqi al-Rukban\, praktek ini adalah sebuah perbuatan seseorang

dimana dia mencegat orang-orang yang membawa barang dari desa dan

membeli barang itu sebelum tiba di pasar.46

3. Kenaikan Harga Kebutuhan Pokok

Suatu agama yang mengatur dan mengawasi makanan kita dengan

maksud menjadikan manusia murni, tidak akan mengabaikan kenaikan

harga bahan pangan, karena ini merupakan kebutuhan pokok orang bisa,

sebab itu hasil dari bumi harus dijual di pasar sedemikian rupa, sehingga

ia dapat dibeli dengan harga murah.

42

Ima>m Abu> Hu>sai>n Musli>m Ibnu> Hajjaj, Shahi>h Musli>m, Juz-3, (Beirut-Lebanon: Dar al-KOTOB al-ILMIYAH, 1992), 1227.

43 Syai>kh Muhammad Nashi>ruddi>n, Shahi>h At-Tagrhi>b Wa At-Tarhi>b (Hadits-Hadits Shahih Tentang Anjuran dan Janji Pahala, Ancaman dan Dosa), tim Pustaka Sahifa, Cet.Ke-2, (Jakarta: Pustaka Sahifa, 2008), 63.

44

Mustaq Ahmad, Etika Bisnis dalam Islam, Cet-1(Jakarta: Pustakan Al-Kautsar, 2001), 148. 45

Ibid., 149

(41)

32

4. Harga monopoli

Monopolisasi adalah upaya perusahaan atau kelompok perusahaan

yang relative besar dan memiliki posisi dominan untuk mengatur atau

meningkatkan kontrol terhadap pasar dengan cara berbagai praktek anti

kompetitif seperti penetapan harga yang mematikan dan persaingan yang

tertutup. Dengan demikian, jenis pasar yang bersifat monopoli ini hanya

terdapat satu penjual.

Sehingga harga pada pasar monopoli ini lebih tinggi. Sementara itu

praktek monopoli adalah pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu atau

lebih pelaku usaha yang mengakibatkan dikuasainya produksi dan

pemasaran atas barang dan jasa tertentu sehingga menimbulkan

persaingan usaha yang tidak sehat dan dapat merugikan kepentingan

umum.47

Harga monopoli yang dilakukan oleh pelaku usaha dilarang oleh

pemerintah, Pasal 17 UU No. 5 Tahun 1999 yang berbunyi ayat 1:

Pelaku usaha dilarang melakukan penguasaan atau produksi dan atau jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan jasa persaingan usaha tidak sehat.48

Dan Allah SWT berfirman dalam QS. Asy Syuara>’a ayat 183 yang

berbunyi:

ٓ

ل و

ٓ

ٓ ب ت

ْٓا ُس

ٓٱ

ٓ ساذن

ٓ

ٓ ش

أ

ٓٓا ي

ٓ ُه ء

ٓ

ٓ

ل و

ٓ

ٓ ع ت

ٓ ث

ْٓآ

ِٓف

ٓٱ

ٓ

ل

ۡ

ٓ ِض

ٓ

ٓ فُ

ٓ يِ ِس

ٓ

٣

ٓ

47 Mustafa Kamal Rokan, Hukum Persaingan Usaha: Teori dan Praktiknya di Indonesia, Ed.1,

Cet.ke-2, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), 149

48 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan

(42)

33

Artinya: ‚Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya

dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan‛. 49

Dalam kitab Fatawa Ibnu Taimiyah juga memberikan penjelasan

yang lebih terperinci tentang beberapa faktor yang mempengaruhi

permintaan dan kemudian tingkat harga. Antara lain:

a. Keinginan penduduk (al-raghbah) atas jenis yang berbeda-beda dan

sesekali berubah-ubah. Perubahan itu sesuai dengan kelimpahruahan

atau kelangkaan barang yang diminta (al-matlub). Sebuah barang

sangat diinginkan jika persediaannya sangat sedikit ketimbang jika

ketersediannya berlimpah.50

b. Jumlah orang yang meminta (demander atau thullab) juga

mempengaruhi harga. Jika jumlah orang yang meminta suatu barang

akan besar maka harga akan relative lebih tinggi dibandingkan dengan

yang meminta jumlahnya sedikit.51

c. Itu juga akan berpengaruh atas menguat atau melemahnya tingkat

kebutuhan atas barang karena meluasnya jumlah dan ukuran dari

kebutuhan, bagaimanapun besar atau kecilnya. Jika kebutuhan tinggi

dan kuat, harga akan naik lebih tinggi ketimbang jika peningkatan

kebutuhan itu kecil atau lemah.52

49

Departemen Agama RI, AL-Hikmah; Alqur’an dan Terjemahnya..., 374. 50

A. A. Islahi, Konsep Ekonomi Ibnu Taimiyah..., 107.

51

M. Nur Rianto Al-Arif dkk, Dasar-dasar Ekonomi Islam, Cet.Ke-1, (Solo: Era Adicitra Intermedia, 2010), 183.

52

(43)

34

d. Harga juga akan bervariasi menurut kualitas pembeli barang tersebut

(al-mu’awid). Jika pembeli ini merupakan orang kaya atau terpercaya

(kredibel) dalam membayar kewajibannya maka kemungkinan ia akan

memperoleh tingkat harga yang lebih rendah dibandingkan dengan

orang yang tidak kredibel (suka menunda kewajiban dan

mengingkarinya).53

e. Tingkat harga juga dipengaruhi oleh jenis (uang) pembayaran yang

digunakan dalam transaksi. Jika yang digunakan adalah uang yang

diterima luas maka kemungkinan harga akan lebih rendah jika

dibandingkan dengan menggunakan uang yang kurang diterima luas.54

E. Penyebab Rusaknya Harga

Dalam ekonomi Islam siapapun boleh berbisnis. Namun demikian, dia

tidak boleh melakukan distorsi yang bisa merusak harga ataupun mendistorsi

pesaing yang lain. Oleh sebab itu Islam melarang praktek-praktek jual beli

yang bisa merusak harga antara lain seperti halnya:

1. Penipuan misalnya kolusi produsen dan distributor dalam menetapkan

harga (Conpiratorial price fixing), ketidaktahuan konsumen, penyalah

gunaan kuasa dan manipulasi emosi atau menggunakan kondisi psikologi

orang yang sedang berkabung.

53

Ibid.,107.

(44)

35

2. Gharar, jual beli yang tidak memenuhi perjanjian dan tidak dapat

dipercaya, dalam keadaan bahaya, tidak diketahui harganya, barangnya,

keselamatannya-kondisi barang-waktu diperolehnya.

3. Ghaban fa>-hisy adalah menjual diatas harga pasar. Ghabn adalah selisih

antara harga yang disepakati penjual dan pembeli dengan harga yang

disepakati penjual dan pembeli dengan harga pasar akibat ketidaktahuan

pembeli akan harga. Sedangkan tadlis adalah penipuan pada pihak penjual

dan pembeli dengan menyembunyikan cacat saat bertransaksi.55

F. Peran Pemerintah dalam Penetapan harga

1. Regulasi Harga

Regulasi harga adalah pengaturan terhadap harga-harga barang yang

dilakukan oleh pemerintah. Regulasi ini bertujuan untuk memelihara

kejujuran dan kemungkinan penduduk bisa memenuhi kebutuhan

pokoknya.

Dalam sejarah Islam, kebebasan ekonomi sudah dijamin dengan

berbagai tradisi masyarakat dan dengan sisem hukumnya. Sebagian orang

yang berpendapat bahwa negara Islam tidak boleh mencampuri masalah

ekonomi dengan mengharuskan nilai-nilai dan moralitas atau

menjatuhkan sanksi kepada orang yang melanggarnya. Selain itu,

beberap ulama mengemukakan pendapatnya, antara lain Ibnu Qadamah

menyatakan bahwa penetapan harga dari pandangan ekonomis

55 Muhammad dan Alimin, Etika dan Perlindungan dalam Ekonomi Islam, (Yogyakarta: BPEF

(45)

36

mengindikasikan tidak menguntungkannya bentuk pengawasan atas

harga. Ia berkata:

‚Ini sangat nyata bahwa penetapan harga akan mendorongnya

menjadi lebih mahal. Sebab, jika para pedagang dari luar mendengar adanya kebijakan pengawasan harga, mereka tak akan mau barang dagangannya di luar harga yang dia inginkan, para pedagang lokal akan menyembunyikan barang dagangannya dan konsumen tidak merasa puas dengan menghilangnya barang komoditi kebutuhan mereka, atau tidak mampu membeli dikarenakan harganya yang tinggi‛.

Beberapa ulama yang memiliki pendapat serupa antara lain; Imam

Hambali dan Imam Syafi’i. Tetapi, sejumlah ahli fiqih Islam mendukung

kebijakan pengaturan harga, walaupun baru dilaksanakan dalam situasi

penting dan menekankan perlunya kebijakan harga yang adil.

Ibnu Taimiyah menafsirkan hadis tentang penolakan tentang regulasi

harga, harga kasus tersebut merupakan kasus khusus bukan merupakan

kasus umum. Menurutnya, harga naik karena kekuatan pasar bukan

karena ketidakasempurnaan pasar tersebut.56 Menurut Ibnu Taimiyah,

hadis tersebut mengungkapkan betapa Nabi saw tidak ingin ikut campur

tangan dalam masalah regulasi harga-harga barang. Akan tetapi, hal

tersebut disebabkan oleh kenaikan harga yang dipicu kondisi objektif

pasar Madinah, bukan karena kecurangan yang dilakukan oleh

sekelompok masyarakat untuk mengejar keuntungan belaka. Pada saat

itu, pasar Madinah kekurangan supply impor atau karena menurunnya

produksi, dan hal itu terjadi bukan karena ada pedagang yang sengaja

56 Adiwarman Karim, Ekonomi Islam Suatu Kajian Ekonomi Makro, (Jakarta: IIT Indonesia,

(46)

37

menimbun barang dipasaran. Dengan demikian Ibnu Taimiyah

berpendapat bahwa kenaikan harga barang-barang pada masa Nabi Saw

dikarenakan oleh bekerjanya mekanisme harga.

Pada kondisi terjadinya ketidaksempurnaan pasar, Ibnu Taimiyah

merekomendasikan penerapan harga oleh pemerintah. Misalnya dalam

kasus manipulasi, perubahan harga yang disebabkan oleh

dorongan-dorongan monopoli. Maka dalam keadaan seperti inilah, pemerintah

harus menetapkan harga yang adil bagi penjual dan pembeli.57

2. Intervensi Harga dalam Islam

Kebebasan ekonomi tersebut juga berarti bahwa harga, dalam

pandangan Imam Yahya bin Umar, ditentukan oleh kekuatan pasar, yakni

kekuatan penawaran (supply) dan permintaan (demand). Namun, ia

menambahkan bahwa mekanisme harga itu harus tunduk kepada

kaidah-kaidah. Diantara kaidah-kaidah tersebut adalah pemerintah berhak untuk

melakukan intervensi pasar ketika terjadi tindakan sewenang-wenang

dalam pasar yang dapat menimbulkan kemudaratan bagi masyarakat.

Dalam hal ini, pemerintah berhak mengeluarkan pelaku tindakan itu dari

pasar. Hukuman ini berarti melarang pelaku melakukan aktivitas

ekonominya di pasar, bukan merupakan hukuman maliyah.58

Menurut Dr. Rifa’at al-Audi, pernyataan Imam Yahya bin Umar yang

melarang praktek banting harga (dumping) bukan dimaksudkan untuk

57 Euis amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam..., 216

58 Rifa>>’at al-‘Audi, Min al-Tu>ra>ts: al-Iqtisha>d li> al-Musli>mi>n,Cet.ke-4,(Mekkah: Rabithah ‘Alam

(47)

38

mencegah harga-harga menjadi murah. Akan tetapi, pelarangan tersebut

dimaksudkan untuk mencegah dampak negatifnya terhadap mekanisme

pasar dan kehidupan masyarakat secara keseluruhan. Dengan demikian,

dalam ekonomi Islam, undang-undang mempunyai peranan sebagai

pemelihara dan penjamin pelaksanaan hak-hak masyarakat yang dapat

meningkatkan kesejahteraan hidup mereka secara keseluruhan, bukan

sebagai alat kekuasaan untuk memperoleh kekayaan secara semena-mena.

Intervensi harga ini bertujuan untuk mewujudkan kerelaan dan

mencegah kezaliman. Kewajiban intervensi harga dengan saddu al-dzara’i

(mencegah terjadinya kerusakan) yaitu negara mempunyai hak melakukan

intervensi harga apabila terdapat ekploitasi harga terhadap komoditas

yang ada atau kebutuhan pokok masyarakat, dengan menaikkan harga

tanpa adanya justifikasi yang dibenarkan oleh hukum. Dalam kondisi ini

pedagang tidak boleh menjual komoditas kecuali dengan harga yang

adil.59

Islam menghargai hak penjual dan pembeli untuk menentukan harga

sekaligus melindungi hak keduanya. Islam membolehkan, bahkan

me

Gambar

 Tabel 1.1
Tabel 1.2
  Tabel 2.1 Luas Lahan Sawah Desa Lebak Adi menurut Jenis Pengairan (Ha)
Tabel 2.2
+2

Referensi

Dokumen terkait

Secara keseluruhan proses pelaksanaan belajar mengajar pada aktivitas siswa, dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam membuat desain ragam

Akan tetapi yang paling mengesankan adalah ketika petugas menanyai keadaan pasien apakah baik baik saja setelah mendapatkan pelayanan kesehatan

Penelitian yang telah dilakukan ini didapatkan hasil bahwa pemberian daun katuk dosis 2 ml/100 gBB/hari, 2,5 ml/100 gBB/hari, dan 3 ml/100 gBB/hari setelah dianalisis dengan

Selanjutnya dapat dilihat bahwa pos yang memiliki kontribusi paling besar bagi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lamandau adalah lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah, dan

Observasi dilakukan pada saat mengumpulkan data pada tahap definedan uji coba pada tahap develop. Data-data yang dikumpulkan berupa karakteristik.. peserta didik,

Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul: Pengaruh Skema Kompensasi Denda terhadap Kinerja

Karena tidak adanya nomor urut pada kwitansi penagihan maka bagian piutang telah melakukan pendataan secara meyeluruh akan urutan nomor urut faktur penjualan kredit, hal

Namun sosialisasi yang diberikan oleh Pemerintah Kota Semarang tidak bersifat khusus membahas tentang Kebijakan Penertiban Pedagang Kaki Lima di Pasar Johar Kota