• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Implementasi Supervisi Akademik di Gugus Dwijawiyata Kecamatan Magelang Tengah Kota Magelang T2 942013801 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Implementasi Supervisi Akademik di Gugus Dwijawiyata Kecamatan Magelang Tengah Kota Magelang T2 942013801 BAB II"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BAB BAB BAB BAB IIIIIIII LANDASAN LANDASAN LANDASAN

LANDASAN TEORITEORITEORITEORI

2.1.

2.1.2.1.2.1. PengertianPengertianPengertianPengertian PPPPenelitianenelitianenelitianenelitian EvaluasiEvaluasiEvaluasiEvaluasi ProgramProgramProgramProgram 2.1.1. Pengertian Penelitian Evaluasi

Evaluasi adalah suatu upaya untuk mengukur hasil atau dampak suatu aktivitas, program, atau proyek dengan cara pencapaiannya (Mulyono,2009). Sedangkan menurut Rika Dwi (2009) Evaluasi adalah sebuah proses dimana keberhasilan yang dicapai dibandingkan dengan seperangkat keberhasilan yang diharapkan. Perbandingan ini kemudian dilanjutkan dengan pengidentifikasian factor-faktor yang berpengaruh pada kegagalan dan keberhasilan. Menurut Ralph Tyler evaluasi ialah proses yang menentukan sampai sejauh mana tujuan pendidikan dapat dicapai (Tyler,1950:69). Sedang Malcolm Provus pencetus Descrepancy Evaluation (1971) mendefi-nisikan evaluasi sebagai perbedaan apa yang ada dengan suatu standar untuk mengetahui apakah ada selisih.

(2)

menilai komponen-komponen yang dinilai, apakah sesuai dengan ketentuan atau tidak (Edison, 2009). Menurut Suharsimi Arikunto (2007:222) penelitian evaluasi dapat diartikan suatu proses yang dilakukan dalam rangka menentukan kebijakan dengan terlebih dahulu mempertimbangkan nilai-nilai positif dan keuntungan suatu program serta mempertimbangkan proses serta teknik yang telah digunakan untuk melakukan suatu penelitian.

Dengan meperhatikan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian evaluasi program adalah suatu prosedur ilimiah yang sistematis yang dilakukan untuk mengukur hasil program sesuai atau tidak dengan tujuan yang telah direncanakan, dengan cara mengumpulkan, menganalisis dan mengkaji pelaksanaan program yang dilakukan secara efektif, merumuskan dan menetapkan kebjakan dengan mmpertimbangkan kelebihan dan kekurangan suatu program.

2.1. 2. Fungsi dan Tujuan Penelitian Evaluasi

(3)

dana yang telah diberikan dan (6) memperbaiki materi atau program pendidikan (Farida,2008:3). Sedangkan Scriven (1967) membedakan evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi Formatif dilaksanakan selama program berjalan untuk memberikan informasi yang berguna kepada pemimpin program untuk perbaikan program. Sedang evaluasi sumatif dilakukan pada akhir program untuk memberi informasi kepada konsumen yang potensial tentang manfaat atau kegunaan program (Farida,2008:36-37). Pada prin-sipnya tujuan evaluasi program harus dirumuskan dengan titik tolak tujuan program yang akan dievaluasi (Dwiyoga, 2006:50). Sedangkan Suharsimi Arkunto (2008:18) menyatakan bahwa tujuan evaluasi program adalah untuk mengetahui pencapaian program dengan langkah mengetahui keterlasanaan kegiatan program , karena evaluator program ingin mengetahui bagian mana dari komponen dan subkomponen yang belum terlaksana dan apa sebabnya.

(4)

program. Penelitian evaluasi juga bertujuan untuk mengevaluasi komponen dan subkomponen program secara keseluruhan.

2.1.3

2.1.32.1.32.1.3 ProsedurProsedurProsedurProsedur PenelitianPenelitianPenelitianPenelitian EvaluasiEvaluasiEvaluasiEvaluasi programprogramprogramprogram

Penelitian evaluasi memiliki prosedur sebagai layaknya penelitian-penelitian yang lain. Menurut Suharsimi Arikunto (2007:298) ciri khusus penelitian evaluasi ialah untuk mengambil keputusan maka pengambilan kesimpulan penelitian didasarkan pada tolok ukur dan kriteria tertentu. Biasanya yang dijadikan tolok ukur adalah sasaran yang akan dicapai oleh program yang akan dilaksanakan. Prosedur penelitian evaluasi akan sangat bergantung kepada model atau Model yang akan digunakan.

2.1.4

2.1.42.1.42.1.4 ModelModelModelModel EvaluasiEvaluasiEvaluasiEvaluasi ProgramProgramProgramProgram

(5)

Dalam penelitian ini digunakan Discrepancy Evaluation Model (DEM) yang dikembangkan oleh Malcolm Provus .

2.1.5

2.1.52.1.52.1.5 PengertianPengertianPengertianPengertian DiscrepancyDiscrepancyDiscrepancyDiscrepancy EvaluationEvaluationEvaluationEvaluation ModelModelModelModel

Discrepancy Model atau Model Kesenjangan adalah model yang dikembangkan oleh Malcolm Provus yang menekankan pada pandangan adanya kesenjangan di dalam pelaksanaan program. Evaluasi program yang dilakukan evaluator mengukur besarnya kesenjangan yang ada di setiap komponennya. Sedangkan Suharsimi Arikunto menjelaskan bahwa Discrepancy Evaluation Model memiliki karakteristik khusus dibandingkan dengan model-model evaluasi yang lain. Model kesenjangan merupakan model yang ”luwes” karena dapat, dan bahkan harus digunakan pada semua jenis program ( Suharsimi Arikunto, 2009:58).

2.1.6. 2.1.6. 2.1.6.

2.1.6. Langkah-langkahLangkah-langkahLangkah-langkahLangkah-langkah EvaluasiEvaluasiEvaluasiEvaluasi KesenjanganKesenjanganKesenjanganKesenjangan

Ada 5 (lima) langkah atau tahapan evaluasi program yaitu :

(6)

b) Tahap Pemasangan Instalasi (Installation) yang meliputi kegiatan : (1) menilai kembali penetapan kriteria (standart) yang telah ditetapkan pada tahap penyusunan disain, (2) meninjau/memonitor program yang sedang dilaksanakan, (3) meneliti kesenjangan antara apa yang telah direncanakan dengan apa yang telah dicapai,

c) Tahap Proses (Pengumpulan data), kegiatan yang dilakukan antara lain :mengadakan evaluasi terha-dap tujuan-tujuan manakah yang telah dan akan dicapai.

d) Tahap pengukuran tujuan (Product), yaitu menga-dakan analisis data dan menetapkan tingkat output yang diperoleh.

e) Tahap Perbandingan (program comparison), yaitu membandingan hasil yang telah dicapai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya (Tatangmanguny,2013).

2.2.

2.2.2.2.2.2. PengertianPengertianPengertianPengertian SupervisiSupervisiSupervisiSupervisi AkademikAkademikAkademikAkademik

(7)

“ Supervisi merupakan suatu proses yang dirancang untuk membantu para guru dalam mempelajari tugas sehari-hari di sekolah, agar dapat menggunakan pengetahuan dan kemam-puannya untuk memberikan layanan yang lebih baik pada peserta didik dan sekolah, serta berupaya menjadikan sekolah sebagai masyarakat belajar yang lebih efektif”.

Dalam buku Metode dan Teknik Supervisi Para ahli dalam bidang administrasi pendidikan seperti Gregorio (1966), Glickman Carl D (1990), Sergiovanni (1993) dan Gregg Miller (2003), memberikan kesepakatan bahwa supervisi pendidikan merupakan disiplin ilmu yang memfokuskan diri pada pengkajian peningkatan situasi belajar-mengajar.

(8)

perilaku supervisi akademik yang baik dan cocok bagi semua guru (Depdiknas, 2007:10).

Sergiovanni (1987) dan Daresh (1989) dalam buku Metode dan Teknik Supervisi menegasan bahwa tingkat kemampuan, kebutuhan, minat, dan kematangan profesional serta karakteristik personal guru lainnya harus dijadikan dasar pertimbangan dalam mengembangkan dan mengimplementasikan program supervisi akademik (Depdiknas, 2007:10).

Perilaku supervisor dalam membantu guru mengembangkan kemampuannya harus didesain dengan baik, sehingga jelas waktu mulai dan berakhirnya program pengembangan tersebut. Desain tersebut terwujud dalam bentuk program supervisi akademik yang mengarah pada tujuan tertentu. Oleh karena supervisi akademik merupakan tanggung jawab bersama antara supervisor dan guru, maka alangkah baik jika programnya didesain bersama oleh supervisor dan guru.

(9)

Tujuan akhir supervisi akademik adalah agar guru semakin mampu memfasilitasi belajar bagi peserta didiknya. Secara rinci, tujuan supervisi akademik akan diuraikan lebih lanjut berikut ini.

2.1.1

2.1.12.1.12.1.1 TujuanTujuanTujuanTujuan supervisisupervisisupervisisupervisi akademikakademikakademikakademik

[image:9.516.64.455.87.720.2]

Tujuan supervisi akademik adalah membantu guru mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran yang dicanangkan bagi peserta didik-peserta didiknya (Glickman, 1981). Melalui supervisi akademik diharapkan kualitas akademik yang dilakukan oleh guru semakin meningkat (Neagley, 1980). Pengembangan kemampuan dalam konteks ini janganlah ditafsirkan secara sempit, semata-mata ditekankan pada peningkatan pengetahuan dan keterampilan mengajar guru, melainkan juga pada peningkatan komitmen (commitmen) atau kemauan (willingness) atau motivasi (motivation) guru, sebab dengan meningkatkan kemampuan dan motivasi kerja guru, kualitas pembelajaran akan meningkat. Sedangkang menurut Sergiovanni (1987) ada tiga tujuan supervisi akademik sebagaimana dapat dilihat pada gambar 1.1.

TIGA TUJUAN SUPERVISI

Pengem-bangan

(10)
[image:10.516.65.455.119.648.2]

Gambar 1.1. Tiga tujuan supervisi akademik a. Supervisi akademik diselenggarakan dengan

maksud membantu guru mengembangkan kemampuannya profesionalnya dalam memahami akademik, kehidupan kelas, mengembangkan keterampilan mengajarnya dan menggunakan kemampuannya melalui teknik-teknik tertentu. b. Supervisi akademik diselenggarakan dengan

maksud untuk memonitor kegiatan proses belajar mengajar di sekolah. Kegiatan memonitor ini bisa dilakukan melalui kunjungan kepala sekolah ke kelas-kelas di saat guru sedang mengajar, percakapan pribadi dengan guru, teman sejawatnya, maupun dengan sebagian peserta didik-peserta didiknya.

c. Supervisi akademik diselenggarakan untuk mendorong guru menerapkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas-tugas mengajarnya, mendorong guru mengembangkan kemampuannya sendiri, serta mendorong guru agar ia memiliki

Pengawas-an kualitas

(11)

perhatian yang sungguh-sungguh (commitment) terhadap tugas dan tanggung jawabnya.

d. Supervisi akademik merupakan salah satu fungsi mendasar (essential function) dalam keseluruhan program sekolah (Weingartner, 1973; Alfonso dkk., 1981; dan Glickman, et al; 2007). Hasil supervisi akademik berfungsi sebagai sumber informasi bagi pengembangan profesionalisme guru.

2.1.2 2.1.2

2.1.22.1.2 PelakuPelakuPelakuPelaku SupervisiSupervisiSupervisiSupervisi AkademikAkademikAkademikAkademik

Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomer 20 tahun 1990 Pelaku Supervisi Akademik adalah Pengawas Sekolah dan Kepala Sekolah.

2.1.3

2.1.32.1.32.1.3 Prinsip-PrinsipPrinsip-PrinsipPrinsip-PrinsipPrinsip-Prinsip SupervisiSupervisiSupervisiSupervisi AkademikAkademikAkademikAkademik

(12)

Di dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah ditegaskan bahwa salah satu kompetensi yang harus dimiliki seorang kepala sekolah adalah kompetensi supervisi. Dengan Permendiknas tersebut berarti seorang kepala sekolah harus kompeten dalam melakukan supervisi akademik terhadap guru-guru yang dipimpinnya. Dalam rangka itu seorang guru yang berkeinginan menjadi kepala sekolah perlu mengikuti program pendidikan dan pelatihan supervisi akademik dalam peningkatan profesionalisme guru.

(13)

Semua ini merupakan prinsip-prinsip supervisi akademik modern yang harus direalisasikan pada setiap proses supervisi akademik di sekolah-sekolah. Selain tersebut di atas, berikut ini ada beberapa prinsip lain yang harus diperhatikan dan direalisasikan oleh supervisor dalam melaksanakan supervisi akademik, yaitu sebagai berikut.

1. Supervisi akademik harus mampu menciptakan hubungan kemanusiaan yang harmonis. Hubungan kemanusiaan yang harus diciptakan harus bersifat terbuka, kesetiakawanan, dan informal. Hubungan demikian ini bukan saja antara supervisor dengan guru, melainkan juga antara supervisor dengan pihak lain yang terkait dengan program supervisi akademik. Oleh sebab itu, dalam pelaksanaannya supervisor harus memiliki sifat-sifat, seperti sikap membantu, memahami, terbuka, jujur, ajeg, sabar, antusias, dan penuh humor (Dodd, 1972).

(14)

melainkan harus tetap dibina secara berkesinambungan. Hal ini logis, mengingat problema proses pembelajaran selalu muncul dan berkembang.

3. Supervisi akademik harus demokratis. Supervisor tidak boleh mendominasi pelaksanaan supervisi akademiknya. Titik tekan supervisi akademik yang demokratis adalah aktif dan kooperatif. Supervisor harus melibatkan secara aktif guru yang dibinanya. Tanggung jawab perbaikan program akademik bukan hanya pada supervisor melainkan juga pada guru. Oleh sebab itu, program supervisi akademik sebaiknya direncanakan, dikembangkan dan dilaksanakan bersama secara kooperatif dengan guru, kepala sekolah, dan pihak lain yang terkait di bawah koordinasi supervisor.

(15)

demikian, maka program supervisi akademik integral dengan program pendidikan secara keseluruhan. Dalam upaya perwujudan prinsip ini diperlukan hubungan yang baik dan harmonis antara supervisor dengan semua pihak pelaksana program pendidikan (Dodd, 1972).

5. Supervisi akademik harus komprehensif. Program supervisi akademik harus mencakup keseluruhan aspek pengembangan akademik, walaupun mungkin saja ada penekanan pada aspek-aspek tertentu berdasarkan hasil analisis kebutuhan pengembangan akademik sebelumnya. Prinsip ini tiada lain hanyalah untuk memenuhi tuntutan multi tujuan supervisi akademik, berupa pengawasan kualitas, pengembangan profesional, dan memotivasi guru, sebagaimana telah dijelaskan di muka.

(16)

7. Dalam menyusun, melaksanakan, dan mengevaluasi, keberhasilan program supervisi akademik harus obyektif. Objektivitas dalam penyusunan program berarti bahwa program supervisi akademik itu harus disusun berdasarkan kebutuhan nyata pengembangan profesional guru. Begitu pula dalam mengevaluasi keberhasilan program supervisi akademik. Di sinilah letak pentingnya instrumen pengukuran yang memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi untuk mengukur seberapa kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran.

2.1.4. 2.1.4. 2.1.4.

2.1.4. MetodeMetodeMetodeMetode dandandandan TeknikTeknikTeknikTeknik SupervisiSupervisiSupervisiSupervisi AkademikAkademikAkademikAkademik Terdapat beberapa metode dan teknik supervisi yang dapat dilakukan pengawas. Metode-metode tersebut dibedakan antara yang bersifat individual dan kelompok. Pada setiap metode supervisi tentunya terdapat kekuatan dan kelamahan.

(17)

lokakarya, kunjunganantarkelas, bacaan profesional, dan survei masyarakat-sekolah. Sedangkan menurut Gwyn, teknik-teknik supervisi itu bisa dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu. teknik supervisi individual, danteknik supervisi kelompok.

2.1.4.1 Teknik Supervisi Individual

Teknik supervisi individual adalah pelaksanaan supervisi yang diberikan kepada guru tertentu yang mempunyai masalah khusus dan bersifat perorangan. Supervisor hanya berhadapan dengan seorang guru yang dipandang memiliki persoalan tertentu. Teknik-teknik supervisi yang dikelompokkan sebagai Teknik-teknik individual meliputi: kunjungan kelas, observasi kelas, pertemuan individual, kunjungan antarkelas, dan menilai diri sendiri.

2.1.4.2 Teknik Supervisi Kelompok

(18)

(b) Kerja kelompok, (c)Laboratorium kurikulum, (d)Baca terpimpin, (e)Demonstrasi pembelajaran, (f)Darmawisata, (g)Kuliah/studi, (h)Diskusi panel, (i)Perpustakaan jabatan, (j)Organisasi professional, (k)Buletin supervisi, (l)Pertemuan guru, (n)Lokakarya atau konferensi kelompok.

2.1.5

2.1.52.1.52.1.5 FungsiFungsiFungsiFungsi SupervisiSupervisiSupervisiSupervisi AkademikAkademikAkademikAkademik

Supervisi akademik memiliki peran yang amat penting karena pelaksanaan supervisi akademik untuk meningkatkan kemampuan profesional guru dan meningkatkan kualitas pembelajaran melalui proses pembelajaran yang baik serta membantu guru dan kepala sekolah menciptakan lulusan yang baik dari segi kualitas maupun kuantitas (Made Pidarta, 2009:3). Oleh karena itu, kegiatan supervisi ini hendaknya rutin dilaksanakan di sekolah sebagai salah satu kegiatan yang dipandang positif dalam meningkatkan proses pembelajaran. Apabila konsep-konsep ideal tersebut dilaksanakan, maka dapat diharapkan kualitas pendidikan akan meningkat secara signifikan.

(19)

pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan profesional guru dan meningkatkan kualitas pembelajaran secara efektif.

Menurut Alfonso, Firth, dan Neville (1981) supervisi akademik yang baik adalah supervisi akademik yang mampu berfungsi mencapai multi tujuan tersebut di atas. Tidak ada keberhasilan bagi supervisi akademik jika hanya memperhatikan salah satu tujuan tertentu dengan mengesampingkan tujuan lainnya. Hanya dengan merefleksi ketiga tujuan inilah supervisi akademik akan berfungsi mengubah perilaku mengajar guru. Pada gilirannya nanti perubahan perilaku guru ke arah yang lebih berkualitas akan menimbulkan perilaku belajar peserta didik yang lebih baik. Alfonso, Firth, dan Neville (1981) menggambarkan sistem pengaruh perilaku supervisi akademik sebagaimana gambar 1.2

[image:19.516.61.456.136.587.2]

.

Gambar 1.2 Sistem Fungsi Supervisi Akademik

Perilaku Supervisi Akademik

Perilaku Akademik

Perilaku Belajar

(20)
[image:20.516.62.457.147.579.2]

Sumber: Alfonso, RJ., Firth, G.R., dan Neville, R.F. (1981). Instructional Supervision, A Behavior System, Boston, Allyn and Bacon, Inc., halaman 45.

Gambar 1.2 tersebut di atas memperjelas dalam memahami sistem pengaruh perilaku supervisi akademik. Perilaku supervisi akademik secara langsung berhubungan dan berpengaruh terhadap perilaku guru. Ini berarti, melalui supervisi akademik, supervisor mempengaruhi perilaku mengajar guru sehingga perilakunya semakin baik dalam mengelola proses belajar mengajar. Selanjutnya perilaku mengajar guru yang baik itu akan mempengaruhi perilaku belajar peserta didik. Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa tujuan akhir supervisi akademik adalah terbinanya perilaku belajar peserta didik yang lebih baik.

2.1.6

2.1.62.1.62.1.6 ProgramProgramProgramProgram SupervisiSupervisiSupervisiSupervisi AkademikAkademikAkademikAkademik

Untuk melaksanakan Supervisi akademik maka Kepala Sekolah perlu menyusun program supervisi akademik yang terdiri rangkaian perencanaan supervisi akademik, pelaksanaan supervisi dan evaluasi tindak lanjut dengan memenuhi ketentuan sebagai berikut :

a. Perencanaan Supervisi Akademik.

(21)

akademik. Pada dokumen Perencanaan Supervisi akademik tercantum : prinsip-prinsip Supervisi Akademik, tujuan dan sasaran Supervisi akademik, Model dan tehnik supervisi akademik serta instrumen-instrumen yang dibutuhkan dalam pelaksanaan supervisi akademik.

b. Pelaksanaan supervisi akademik

[image:21.516.62.461.84.634.2]

Pada pelaksanaan program harus disiapkan instrumen dan pedoman penilaian , menggunakan langkah-langkah atau prosedur supervisi yang benar. Dalam Buku Metode dan Tehnik Supervisi (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan dinyatakan langkah-langkah supervisi akademik adalah dalam gambar 1.3. sebagai berikut :

(22)

Penjelasan langkah-langkah diatas adalah sebagai berikut:

Langkah 1: Pertemuan Pra-pengamatan.

Kepala Sekolah berusaha untuk menjelaskan pada guru kegiatan spesifik di kelas. Berunding dengan guru untuk membangun saling pengertian dan kemudahan komunikasi, sehinga kunjungannya dapat diterima dan tidak menakutkan. Ia dapat mendiskusikan dan memutuskan hal di bawah ini dengan guru, yaitu bagaimana butir-butir di bawah ini akan dilihat:

a. metode pembelajaran b. pengelolaan kelas

c. situasi belajar dan pembelajaran d. suasana kedisiplinan/disipliner kelas e. presentasi pelajaran

f. reaksi siswa

g. tugas menulis siswa

h. penggunaan alat bantu audio visual dan alat bantu pembelajaran lainnya

Disamping prosedur diatas Kepala Sekolah juga menetapkan teknik kepengawasannya seperti:

a. Duduk dibagian belakang dan memperhatikan. b. Berjalan mengelilingi kelas dan melihat apa yang

dikerjakan siswa?

(23)

d. Mengajukan sessi tanya jawab di dalam kelas. Langkah-2 Pengamatan.

Setelah melakukan pertemuan sebelumnya serta berdiskusi dengan guru, pengawas harus memutuskan hal-hal yang harus diamati dari kejadian-kejadian yang ada, misalnya:

a. apakah guru secara konsisten mendominasi kelas sepanjang waktu?

b. bpakah ia melibatkan kelas dalam proses? c. seberapa banyak ia menggunakan papan tulis? d. apakah metodenya efektif?

e. apakah tayangan dalam alat bantu audio visual dan alat bantu pembelajaran lainnya relevan dengan materi ajar?

f. seberapa banyak pembelajaran nyata terjadi di dalam kelas?

Selama pengamatan, pengawas mencatat butir petunjuk konstruktif dan positif, yang nantinya akan didiskusikan dengan guru.

Langkah-3 Analisis hasil pengamatan

(24)

yang menyeluruh. Jika demikian, apakah mereka memiliki pengaruh yang diinginkan terhadap bidang yang menjadi minatnya.

Berdasarkan analisisnya, maka Kepala Sekolah kemudian mengidentifikasi perilaku pembelajaran yang positif, yang harus dipelihara dan perilaku negatif yang harus dirubah, agar dapat menyelesaikan /menanggu-langi masalah.

Langkah-4 Pertemuan setelah pengamatan

Data yang telah dianalisis ditunjukkan pada guru. Umpan balik diberikan sedemikian sehingga guru dapat memahami temuan, mengubah perilaku yang teridentifikasi dan mempraktekkan panduan yang diberikan.

Penerimaan dan internalisasi merupakan capaian terbaik. Hal ini terjadi apabila hubungan antara guru dengan Kepala Sekolah dapat digolongkan ke dalam sifat kooperatif dan kolegialitas yang tidak mengancam. Hubungan yang bersahabat merupakan hubungan yang banyak manfaatnya, karena keduanya akan banyak memperoleh manfaaat dengan bekerja bersama. Hubungan mereka harus menunjukkan : a. kepercayaan timbal balik terhadap kemampuannya

masing-masing

(25)

c. pendirian untuk saling bekerja sama menuju tujuan bersama

Dari umpan balik Kepala Sekolah dan dukungan pada guru, maka dapat ditentukan bersama:

a. perilaku positif pembelajaran yang harus dipelihara. b. strategi-strategi alternatif untuk mencapai

perubahan yang diinginkan.

c. kelayakan/kepantasan dari menggunakan kembali metode yang pernah dilakukan.

Asumsinya adalah apabila perilaku guru berubah, maka permasalahan spesifik dalam bidang yang menjadi perhatian akan dapat diselesaikan.

6. Dimensi Kompetensi Supervisi Akademik Kepala Sekolah

(26)

tidak memiliki motivasi kerja yang tinggi dalam mengerjakan tugas-tugasnya. Sebaliknya, betapa pun tingginya motivasi kerja seseorang, ia tidak akan bekerja secara profesional apabila ia tidak memiliki kemampuan yang tinggi dalam mengerjakan tugas-tugasnya. Selaras dengan penjelasan ini adalah satu teori yang dikemukakan oleh Glickman (1981). Menurutnya ada empat prototipe guru dalam mengelola proses pembelajaran. Proto tipe guru yang terbaik, menurut teori ini, adalah guru prototipe profesional. Seorang guru bisa diklasifikasikan ke dalam prototipe profesional apabila ia memiliki kemampuan tinggi (high level of abstract) dan motivasi kerja tinggi (high level of commitment).

(27)

dalam perencanaannya, pelaksana-annya, maupun penilaiannya.

1) Pertama, apa yang disebutkan dengan substantive aspects of professional development (yang selanjutnya akan disebut dengan aspek substantif). Aspek ini menunjuk pada kompetensi guru yang harus dikembangkan melalui supervisi akademik. Aspek ini menunjuk pada kompetensi yang harus dikuasai guru. Penguasaannya merupakan dukungan terhadap keberhasilannya mengelola proses pembelajaran.

(28)

keempat merepresentasikan seberapa luas penguasaan guru terhadap teknik akademik, manejemen, pengorganisasian kelas, dan keterampilan lainnya yang merupakan unsur akademik yang efektif.

(29)

harus mau mengembangkan (will grow) kemampuan dirinya sendiri.

Sedangkan bilamana merujuk kepada Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, ada empat kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru dan harus dijadikan perhatian utama kepala sekolah dalam melakukan supervisi akademik, yaitu kompetensi-kompetensi kepri-badian, pedagogik, professional, dan sosial. Supervisi akademik yang baik adalah supervisi yang mampu menghantarkan guru-guru menjadi semakin kompeten.

2.1.7

2.1.72.1.72.1.7 EvaluasiEvaluasiEvaluasiEvaluasi dalamdalamdalamdalam supervisisupervisisupervisisupervisi akademikakademikakademikakademik

Proses evaluasi merupakan proses yang amat penting. Dapat dikatakan bahwa tidak ada bimbingan efektif tanpa proses evaluasi. Evaluasi adalah suatu tindakan pengujian terhadap manfaat (worth), kualitas, kebermaknaan, jumlah, kadar atau tingkat, tekanan atau kondisi dari beberapa perbandingan situasi (dari hasil evaluasi dari beberapa situasi yang sama yang digunakan sebagai standar perbandingan), yang kualitasnya telah diketahui dengan baik. Berikut beberapa definisi tentang evaluasi.

(30)

Penentuan jenjang kualitas ini merupakan fungsi evaluatif dari pengawasan/supervisi akademik, baik dari kepala sekolah maupun dari pengawas.

“ Evaluasi adalah proses yang penting dalam bidang pengambilan keputusan, memilih informasi yang tepat, mengumpulkan dan menganalisis informasi tersebut agar diperoleh data yang tepat yang akan digunakan pengambil keputusan dalam memilih diantara beberapa alternative (Alkin)”

Dalam pendidikan, supervisi akademik didefinisikan sebagai:

“Proses peningkatan pembelajaran melalui kerjasama dengan orang lain untuk membantu siswa. Ini adalah sebuah proses yang dapat merangsang pertumbuhan dan cara membantu guru

untuk membantu mereka sendiri. Program

pengawasan adalah salah satu program peningkatan pembelajaran” (Spers)

2.7.1 Karakteristik Evaluasi

Karakteristik evaluasi adalah:

1. mengidentifikasi aspek-aspek yang akan dievaluasi. 2. memfasilitasi pertimbangan-pertimbangan.

3. menyediakan informasi yang berguna (ilmiah, reliabel, valid dan tepat waktu)

4. melaporkan penyimpangan/kelemahan untuk memperoleh remediasi dari yang dapat diukur saat itu juga.

(31)

ketercapainya dengan ketentuan standar pendidikan nasional dan kebijakan Pemerintah. Menguji /menentukan nilai guru pada akhir tahun, dan dapat pula digunakan untuk menentukan apakah seorang guru layak untuk mengajar atau tidak.

Peterson (2000) menyatakan 12(duabelas) hal dalam evaluasi guru yang dapat menjembatani jurang pemisah antara supervisi dan evaluasi:

1. tekankan bahwa fungsi evaluasi guru adalah untuk menemukan, mendokumentasikan, dan memberi pengakuan terhadap hasil pembelajaran yang baik

2. gunakan alasan yang baik untuk mengevaluasi 3. tempatkan guru sebagai pusat aktivitas evaluasi 4. gunakan lebih dari satu orang untuk

mempertimbangkan kualitas dan kinerja guru

5. batasi peran/pertimbangan kepala sekolah dalam mengevaluasi guru

6. gunakan sumber data majemuk untuk melaporkan tentang kualitas guru

7. apabila mungkin, termasuk data aktual hasil belajar siswa

8. gunakan variabel sumber data untuk melapor kan keputusan/pertimbangan tentang guru

(32)

10.gunakan hasil penelitian dalam mengevaluasi guru secara benar

11.perhatikan pengevaluasian guru secara sosilogis 12.gunakan hasil evaluasi guru untuk mendorong

catatan pengembangan professional pribadi, publikasikan kumpulan hasil evaluasi, yang mendukung sistem peningkatan guru.

(33)

Gambar

gambar 1.1.Pengem-
Gambar 1.1. Tiga tujuan supervisi akademik
Gambar 1.2 Sistem Fungsi Supervisi Akademik
Gambar 1.2 tersebut di atas memperjelas dalam
+2

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Kustodian Sentral Efek Indonesia announces ISIN codes for the following securities :..

Pencarian makna hidup meliputi kemauan responden untuk menemukan arti dalam hidup melalui aspek-aspek sumber menemukan makna hidup (Frankl, 2004). Responden dalam

Adanya pengaruh daya tarik iklan rasional secara signifikan terhadap keputusan pembelian dikarenakan pembuat iklan menekankan pada nilai inti yang dimiliki produk

Methods : The methanol plant extracts were screened over three bioassays viz., cytotoxicity on HepG2 human hepatocellular carcinoma cell line assessed by MTT method,

Proses Pencarian Makna Hidup Lansia Lajang yang Tinggal di Panti Werdha Karitas Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu..

"Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah." - Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik

Tabel 3.11 hubungan sikap ibu dengan pilihan pertolongan persalinan dapat dilihat bahwa dari 87 orang ibu dengan kategori sikap positif sejumlah 77.3a/o kelahirannya