GAYA HIDUP KONSUMTIF MAHASISWA UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu
Sosial (S. Sos) dalam Bidang Sosiologi
Oleh:
ZAINUL UMAM
NIM. B35213031
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
JURUSAN ILMU SOSIAL
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
ABSTRAK
Zainul Umam, 2017. Gaya Hidup Konsumtif Mahasiswa Universitas Islam
Negeri Sunan Ampel Surabaya. Skripsi Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Kata Kunci: Gaya Hidup Konsumtif, Mahasiswa
Permasalahan yang dikaji dalam penelitian kali ini dua yakni bagaimana gaya hidup konsumtif mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya. Dan faktor-faktor penyebab gaya hidup konsumtif mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya. Namun dari dua rumusan masalah tersebut terdapat sebuah pembahasan didalamnya, antara lain, (a) dalam berpakaian, golongan mahasiswa yang lebih mampu selalu menonjolkan merek-merek yang sedang nge-tren atau lagi buming pada saat ini, (b) faktor ekonomi dan keluarga juga memegang peranan terbesar dan terlama dalam pembentukan sikap dan perilaku individu. Hal ini karena pola asuh orang tua akan membentuk kebiasaan anak yang secara tidak langsung mempengaruhi pola hidupnya.
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teori yang digunakan dalam melihat gaya hidup konsumtif mahasiswa di UIN Sunan Ampel Surabaya ini adalah teori Jean Baudrillard yaitu Masyarakat Konsumen.
PERNYATAAN PERTANGGUNG JAWABAN PENULISAN SKRIPSI ... vi
BAB III : METODE PENELITIAN ... 50
A. Jenis Penelitian ... 50
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 52
C. Pemilihan Subyek Penelitian ... 52
D. Tahap-Tahap Penelitian ... 54
E. Teknik Pengumpulan Data ... 56
F. Teknik Analisis Data ... 59
G. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 60
BAB IV : PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA ... 63
A. Deskripsi Umum Lokasi dan Objek Penelitian ... 63
1. Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya………..63
2. Sejarah Berdirinya UIN Sunan Ampel Suarabaya..………63
3. Visi dan Misi UIN Sunan Ampel Surabaya………67
4. Mahasiswa Beserta Kehidupan Kampus...………...70
B. Gaya Konsumtif Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya...73
C. Faktor-faktor Yang Menyebabkan Gaya Hidup Konsumtif UIN Sunan Ampel Surabaya………...83
BAB V : PENUTUP ... 92
A. Kesimpulan ... 92
B. Saran ... 93
DAFTAR PUSTAKA ... 94
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Pedoman Wawancara 2. Jadwal Penelitian 3. Dokumentasi
4. Berita Acara Sidang Skripsi
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB II
GAYA HIDUP KONSUMTIF MAHASISWA UIN SUNAN AMPEL SURABAYA MENURUT KONSEP PEMIKIRAN JEAN BAUDRILLARD
A. Penelitian Terdahulu
Dari beberapa judul penelitian yang pernah di lakukan terdapat
keterkaitan dengan judul penelitian Gaya Hidup Konsumtif Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya adalah sebagai berikut:
Penelitian terdahulu yang relevan dengan judul yang diambil peneliti
adalah skripsi yang berjudul “Globalisasi dan Budaya Populer (Studi fenomena food, fun dan fashion di kalangan mahasiswa Universitas Islam
Negeri Sunan Ampel Surabaya)”1 yang ditulis oleh Muhammad Andi F, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Program studi Sosiologi, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya tahun 2016, hasil dari penelitian
tersebut bahwa: (1) Fenomena budaya Food, fun dan fashion yang terjadi dikalangan mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya mahasiswa yang
mencicipi budaya Food, fun,dan fashion tersebut lebih mementingkan simbol-simbol akan prestise, ingin mengikuti mode dan berbagai alasan lainnya yang sifatnya performance agar dirinya dimaknai orang lain yang
memaknai simbol-simbol tersebut merupakan budaya yang popular yang kekinian dan terlihat mengikuti mode masa kini. (2) Banyak di temukan
mahasiswa yang mengikuti budaya popular yakni budaya food, fun dan
1 Muhammad Andi F, Globalisasi dan Budaya Populer (Studi fenomena food, fun dan fashion di
18
fashion. Dari fenomena food,fun dan fashion yang menggambarkan seputar
menikmati aneka jenis makanan dimaksud, jenis kesenangannya dan gaya fashionnya, tampak terlihat ke dalam tiga kelas yakni mahasiswa kelas atas
(upper class), mahasiswa kelas menengah (middle class) dan mahasiswa kelas bawah (low class). (3) UIN Sunan Ampel yang terletak di Kota Surabaya, Ibu kota provinsi Jawa Timur. Surabaya merupakan kota terbesar
kedua setelah Jakarta, kota Metropolis dengan beberapa keanekaragamannya dan saat ini juga telah menjadi pusat bisnis, perdagangan, industri, dan
pendidikan di Indonesia. Apalagi di era globalisasi saat ini tentunya juga membuat mahasiswa UIN Sunan Ampel mengikuti model kekinian atau budaya yang lagi populer di perkotaan. Ada beberapa faktor penyebab dan
yang mempengaruhi mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya mengikuti budaya food,fun dan fashion antara lain: Faktor Lingkungan, Faktor pengaruh
dari media sosial, Faktor Hobbi serta Faktor keluarga dan ekonomi.
Perbedaan dari penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah budaya food, fun and fashion yang melanda kalangan mahasiswa UIN Sunan Ampel
Surabaya pada saat itu, sehingga mengakibatkan pada berkembang pada budaya populer yang di sajikan oleh kalangan orang barat khususnya. Dan
untuk penelitian kali ini peneliti lebih memfokuskan lagi yaitu pada gaya hidup konsumtif mahasiswa di liat dari fashionnya. Sedangkan untuk hal yang menarik pada penelitian kali ini dengan penelitian terdahulu adalah
19
Untuk penelitian terdahulu yang juga relevan dengan judul yang
diambil oleh peneliti saat ini adalah skripsi yang berjudul “ Perilaku Konsumtif Melalui Online Shop Fashion Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Surakarta”2 yang ditulis oleh Anisa Qodaril Thohiroh, Fakultas Psikologi, Program studi Psikologi, Universitas Muhammadiyah Surakarta pada tahun 2015. Isi dalam pembahasan tersebut
adalah pembelian melalui online shop yang dilakukan oleh informan sebagian besar untuk membeli fashion yang sedang marak dikalangan mahasiswa dan
dari beraneka ragam produk fashion tersebut sebagian besar informan dari 55 informan sekitar 39 informan menyatakan bahwa baju merupakan barang yang sering dibeli oleh informan melalui online.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah menggunakan pendekatan fenomenologi untuk penelitian terdahulunya
karena sangat kompleks sekali pembahasan yang ada dalam penelitian terdahu maka dari pendekatan fenomenologi sangat cocok. Dan untuk penelitian kali ini peneliti menggunakan pendekatan Life style. Sedangakan
hal yang menarik pada penelitian kali dengan penelitian terdahulu adalah intensitas belanja mahasiswa yang terhitung tidak wajar yaitu rata-rata dalam
satu bulan sekali dan menghabiskan dana mulai dari 45.000,-350.000 yang dihabiskan. Dan untuk penelitian kali ini peneliti memfokuskan penelitiannya pada gaya hidup konsumtif mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya.
2 Anisa Qodaril Thohiroh, Perilaku Konsumtif Melalui Gaya Hiduping Fashion Pada Mahasiswi
20
Penelitian terdahulu yang juga relevan dengan judul yang diambil
peneliti saat ini adalah skripsi yang berjudul “Perilaku Konsumtif Dan Gaya HidupMahasiswa (Studi Pada Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi Pengguna
Online Shop di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya).”3 yang ditulis oleh M. Sofian Arianto, Fakultas Ilmu Dakwah dan Komonikasi, Program studi Ilmu Komonikasi, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Surabaya pada tahun 2016. Isi dari pembahasan tersebut adalah (1) Motif meliputi ikut-ikutan teman, ingin selalu update barang terbaru, penampilan
gambar lebih bagus, lebih murah, cari untung, menghemat waktu. (2) Sedangkan gaya hidup mahasiswa hedonis di tunjukkan dari gaya berpakaian yang mengkontruksikan citra diri yang gaul di lingkungan kampus. Bertitik
tolak dari penelitian ini, beberapa saran yang dapat diusulkan adalah. (a) Supaya tidak melakukan segala hal itu dengan cara yang berlebihan, dan agar
memperhatikan juga kebutuhan lain yang lebih penting, (b) Ada baiknya bagi para mahasiswa untuk memahami lebih dalam lagi fungsi dan kegunaan online shop. Sehingga dapat mengunakan online shop dengan lebih baik dan
bijak.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah kebiasaan
mahasiswa yang hanya ikut-ikutan temennya dalam berpenampilan, dan juga gaya hidup mahasiswa yang cendrung hedonis sekali juga termasuk dalam mengkontruksi citra diri sendiri agar tampil gaul di kampus. Dan untuk
penelitian kali ini peneliti hanya memfokuskan pada gaya hidup konsumtif
3 M. Sofian Arianto, Perilaku Konsumtif Dan Gaya Hidup Mahasiswa (Studi Pada Mahasiswa
21
mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya dari fashion yang di tampilkan pada
saat pergi ke kampusnya agar mereka di maknai oleh teman-temannya juga mahasiswa yang lain dengan tampilan dia yang baru. Sedangakan hal yang
menarik dari penelitian kali ini dengan penelitian terdahulu adalah mahasiswa yang sudah hilangnya rasa malu dalam berbusana ketat atau ektrim ketika pergi ke kampus karena dia sudah lebih percaya diri, terlihat lebih cantik, dan
menjaga kualitas penampilan pada saat ke kampus. Dan yang menjadi hal menarik dalam penelitian kali adalah memiliki tujuan untuk mengetahui
seberapa jauh gaya hidup konsumtif mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya yang sudah tidak kalah saing dengan artis Indonesia.
B. Kajian Pustaka
Berikut ini adalah kajian pustaka dalam penelitian gaya hidup konsumtif mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya:
1. Pengertian Gaya hidup
Gaya hidup merupakan ciri sebuah Negara modern, atau yang biasa disebut dengan modernitas. Maksudnya adalah siapapun yang siapapun yang
hidup dalam masyarakat modern akan menggunakan gagasan tentang gaya hidup untuk menggabarkan tindakan sendiri atau orang lain.
Maka dari itu gaya hidup merupakan pola-pola tindakan yang membedakan antara satu orang dengan orang yang lain. Dalam interaksi sehari hari kita bisa menerapkan suatu gagasan tentang gaya hidup
22
Oleh sebab itu gaya hidup merupakan bagian dari kehidupan sosial
sehari hari dunia modern dan gaya hidup berfungsi dalam interaksi dengan cara-cara yang mungkin tidak dapat dipahami oleh mereka yang
tidak hidup dalam masyarakat modern.
Gaya hidup kalau di definisikan lebih luas adalah sebagai cara hidup yang di identifikasi oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka
(aktifitas), apa yang mereka anggap pentig dalam lingkungannya (ketertarikan) dan apa yang mereka pikirkan tentang diri mereke sendiri
dan juga dunia disekitarnya (pendapat).4
Atau juga, gaya hidup adalah suatu seni yang dibudayakan oleh setiap orang. Gaya hidup juga sangat berkaitan erat dengan perkembangan zaman
dan teknologi.5 Semakin bertambahnya zaman dan semakin canggihnya teknologi, maka semakin berkembang luas pula penerapan gaya hidup oleh
manusia dalam kehidupan sehari-hari. Dalam arti lain, gaya hidup dapat memberikan pengaruh positif atau negatif bagi yang menjalankannya, tergantung pada bagaimana orang tersebut menjalaninya. Dewasa ini, gaya
hidup sering disalah gunakan oleh sebagian besar remaja. Apalagi para remaja yang berada dalam kota Metropolitan. Mereka cenderung bergaya
hidup dengan mengikuti mode masa kini. Tentu saja, mode yang mereka tiru adalah mode dari orang barat. Jika mereka dapat memfilter dengan baik dan tepat, maka pengaruhnya juga akan positif. Namun sebaliknya, jika tidak
4 Sutisna, Perilaku konsumen dan komunikasi pemasaran, (Bandung : remaja rosdakarya, 2002) Hal, 145.
23
pintar dalam memfilter mode dari orang barat tersebut, maka akan
berpengaruh negatif bagi mereka sendiri.
Gaya hidup individu, yang dicirikan dengan pola perilaku individu,
akan memberi dampak pada kesehatan individu dan selanjutnya pada kesehatan orang lain. Dalam kesehatan gaya hidup seseorang dapat diubah dengan cara memberdayakan individu agar merubah gaya hidupnya, tetapi
merubahnya bukan pada si individu saja, tetapi juga merubah lingkungan sosial dan kondisi kehidupan yang mempengaruhi pola perilakunya. Harus
disadari bahwa tidak ada aturan ketentuan baku tentang gaya hidup yang sama dan cocok yang berlaku untuk semua orang.
Gaya hidup sering di gambarkan dengan kegiatan, minat dan opini dari
seseorang (activities, interests, and opinions). Gaya hidup seseorang biasanya tidak permanen dan cepat berubah. Seseorang mungkin dengan cepat
mengganti model dan merek pakainnya karena menyesuaikan dengan perubahan hidupnya.6
Gaya hidup menunjukan bagaimana orang mengatur kehidupan
pribadinya, kehidupan masyarakat, perilaku di depan umum, dan upaya membedakan statusnya dari orang lain melalui lambing-lambang sosial.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa gaya hidup lebih
menggambarkan pada perilaku seseorang, yaitu bagaiana ia hidup, menggunakan uangnya dan memanfaatkan waktu yang dimilikinya namun
bukan atas dasar kebutuhan tetapi atas dasar keinginan untuk
24
mewahan atau berlebih-lebihan. Gaya hidup berbeda dengan kepribadian.
Kepribadian lebih menggabarkan karakteristik terdalam yang ada pada diri manusia. Walaupun kedua konsep itu berbeda , namun gaya hidup dan
kepribadian saling berhubungan. Kepribadian merefleksikan karakteristik internal dari konsumen, gaya hidup menggambarkan manifestasi eksternal dari karakteristik tersebut, yaitu prilaku seseorang.
a. Berikut ini adalah macam-macam gaya hidup:7 1) Gaya hidup mandiri
Kemandirian adalah mampu hidup tanpa bergantungan mutlak kepada sesuatu yang lain. Untuk itu diperlukan kemampuan untuk mengenali kelebihan dan kekurangan diri sendiri, serta bersetrategi
dengan kelebihan dan kekurangan tersebut untuk mencapai tujuan. Dengan gaya hidup mandiri, budaya konsumerisme tidak lagi memenjarakan manusia. ,manusia akan bebas dan merdeka untuk
menentukan pilihannya secara bertanggug jawab, serta menimbulkan inovasi-invasi yang kreatif menunjang kemandirian tersebut.
2) Gaya hidup modern
Di jaman sekarang ini yang serba modern dan praktis, menuntut masyarakat untuk tidak ketinggalan dalam segala hal termasuk dalam
bidang teknologi. Banyak orang yang berlomba-lomba ingin menjadi yang terbaik dalam hal pemahaman teknologi. Gaya hidup digital ( digital
7 Ibrahim, Idi Subandy, Life style Ecstasy: Kebudayaan Pop dalam Masyarakat Komoditas
25
life style) adalah istilah yang sering di gunakan untuk menggambarkan
gaya hidup modern yang serat dengan teknologi infromasi.8
3) Gaya hidup sehat
Gaya hidup sehat adalah pilihan sederhana yang sangat tepat untuk dijalankan. Hidup sehat dengan pola makan, pikiran, kebiasaan dan lingkungan yang sehat. Sehat dalam arti kata mendasar adalah segala hal
yang kita kerjakan memberikan hasil yang baik dan positif.
4) Gaya hidup Hedonis
Gaya hidup hedonis adalah sesuatu pola hidup yang aktivitasnya
untuk mencari kesenangan hidup, seperti lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah, lebih baik bermain, senang pada keramaian kota,
senang membeli barang mahal yang disenanginya, serta ingin selalu menjadi pusat perhatian.
5) Gaya hidup hemat
Hidup hemat bukan proses mengurangi konsumsi, namun hidup hemat adalah mengurangi konsumsi saat ini guna mengonsumsi lebih
banyak di masa depan. Dengan mengkonsumsi lebih banyak di masa depan maka kita tidak bias dikatakan berhemat. Hidup kemampuan lebih
tepat daripada hidup hemat. Hidup sesuai dengan kemampuan juga bukan hidup boros.
26
6) Gaya hidup bebas
Gaya hidup merupakan gambaran bagi setiap orang yang mengenakannya dan menggambarkannya seberapa besar nilai moral orang tersebut dalam masyarakat disekitarnya. Atau juga, gaya hidup
adalah suatu seni yang dibudayakan oleh setiap orang. Gaya hidup juga sangat berkaitan erat dengan perkembangan zaman dan teknologi. Dalam
arti lain, gaya hidup dapat membrikan pengaruh positif dan negatif bagi yang menjalankannya.9
2. Konsumtif
a. Pengertian Komsumtif
Secara konseptual, “konsumsi merupakan oposisi dari produksi,
jika produksi dipahami sebagai proses memberikan nilai bagi benda. Tetapi pada keadaan riil, konsumsi dan produksi, sebagai kegiatan yang
dilakukan oleh manusia, tidak jarang mencampurkan dirinya dalam satu perilaku manusia.”10 Proses produksi, di saat yang sama, atau didahului oleh proses konsumsi. Demikian halnya dengan proses konsumsi maka proses
produksi bisa dijalankan. Hal ini terjadi karena proses tersebut tidak bisa dilepaskan dari si pelaku, yakni manusia. Dalam diri manusia, selalu
berjalan proses konsumsi dan produksi. Bahkan satu kegiatan dapat dianggap produksi dan konsumsi.
9 Amalia Rizka, Pengaruh Gaya Hidup Hedonis Remaja terhadap Keputusan Pembelian Majalah
Putri (Studi Pada Majalah Go Girl di Jakarta Selatan), Skripsi, ( Depok: Fak Ilmu Sosial Pendidikan Sosiologi, 2014).
10 Bagong Suyatno, Sosiologi Ekonomi, Kapitalisme dan Konsumsi di era Masyarakat Post
27
Konsumsi adalah suatu kegiatan manusia yang secara langsung
menggunakan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhannya dengan tujuan untuk memperoleh kepuasan yang berakibat mengurangi ataupun
menghabiskan nilai guna suatu barang/jasa.11Dan memiliki jangkauan yang lebih luas dibandingkan dengan struktur sosial produksi. Untuk satu hal ini tentang konsumsi melibatkan mereka yang tidak bekerja, seperti para
pemuda, orang tua, anak-anak, pengangguran dan umumnya para perempuan yang tidak diharapkan menjadi produsen ekonomi.
Konsumsi adalah suatu proses perubahan yang secara historis di
kontruksi secara sosial. Konsumsi telah menjadi (atau sedang menjadi) fokus utama kehidupan sosial dan nilai-ilai kultural mendasari gagasan
lebih umum dari budaya konsumen.
Saat ini kembanyakan seseorang sudah terjebak dengan kebutuhan konsumtif yang dengan rela menuruti segala keinginannya dan bukan
memenuhi kebutuhannya, misal saja makanan, pakaian, perangkat elektronik, hiburan dan lain sebagainya. Kebanyakan dari ini semua
dilakukan seseorang untuk memamerkan status mereka dan menurutu gengsi. Seseorang berperilaku konsumtif apabila seseorang disekelilingnya maupun lingkungannya juga berperilaku sama.12
b. Tipe-tipe Konsumtif
Menurut Moningka ada 3 tipe dalam konsumtif yaitu :
28
1) Konsumsi adiktif (addictif consumtion), yaitu
mengkonsumsi barang atau jasa karena ketagihan.
2) Konsumsi kompulsif (compulsive consumtion), yaotu
belanja secara terus menerus tanpa memperhatikan apa yang sebenarnya ingin dibeli.
3) Pembelian impulsif (impulse buying atau impulsive buying)
pada impulse buying, produk dan jasa memiliki daya guna bagi individu. Pembelian produk atau jasa tersebut
biasanya dilakukan tanpa perencanaan.
Menurut Sumartono “menyatakan bahwa konsep kosnsumtif amatlah variatif, tetapi pengertian perilaku konsumtif adalah membeli
barang atau jasa tanpa pertimbangan rasional atau bukan atas dasar kebutuhan. Secara operasional indikator perilaku konsumtif adalah.” 13
a) Membeli produk karena hadiahnya.
b) Membeli produk karena kemasannya menarik.
c) Membeli produk demi menjaga penampilan diri dan gengsi.
d) Membeli produk atas pertimbangan harga (bukan atas dasar manfaat dan kegunaannya).
e) Membeli produk hanya sekedar menjaga simbol status.
f) Memakai sebuah produk karena unsur konformitas terhadap modelyang mengiklankan produk.
g) Munculnya penilaian bahwa membeli produk dengan harga mahal
29
akan menimbulkan rasa percaya diri yang tinggi.
h) Mencoba lebih dari 2 produk sejenis (merek berbeda). c. Aspek Positif dan Negatif Gaya Hidup Konsumtif
Gaya hidup konsumtif jika dilihat dari sisi positifnya akan memberikan sebuah dampak :14
1) Membuka dan menambah lapangan pekerjaan, karena akan
membutuhkan tenaga kerja lebih banyak untuk memproduksi barang dalam jumlah besar.
2) Meningkatkan motivasi konsumen untuk menambah jumlah penghasilan, karena konsumen akan berusaha menambah penghasilan agar bisa membeli barang yang diinginkan dalam jumlah dan jenis
yang beraneka ragam.
3) Menciptakan pasar bagi produsen, karena bertambahnya jumlah barang
yang dikonsumsi masyarakat maka produsen akan membuka pasar-pasar baru guna mempermudah memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Bila kita lihat dari segi Negatifnya gaya konsumtif akan berdampak pada :
1) Pola hidup yang boros dan akan menimbulkan kecemburuan sosial, karena orang akan membeli semua barang yang diinginkan tanpa
memikirkan harga barang tersebut murah atau mahal, barang tersebut
30
diperlukan atau tidak, sehingga bagi orang yang tidak mampu mereka
tidak akan sanggup untuk mengikuti pola kehidupan yang seperti itu.15 2) Mengurangi kesempatan untuk menabung, karena orang akan lebih
banyak membelanjakan uangnya dibandingkan menyisihkan untuk ditabung.
3) Cenderung tidak memikirkan kebutuhan yang akan datang, orang akan
mengkonsumsi lebih banyak barang pada saat sekarang tanpa berpikir kebutuhannya di masa datang.
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Komsumtif
Menurut Bagong Suyatno yang mengutip pendapat Kotler dalam buku Menejeman Pemasaran, perilaku konsumtif dipengaruhi oleh empat
faktor, yaitu terdiri dari faktor-faktor budaya, sosial, pribadi, dan psikologi. Berikut adalah penjelasan dari keempat faktor utama yang
mempengaruhi prilaku komsumtif.16
1) Faktor Kebudayaan
a. Budaya merupakan faktor penentu keinginan dn prilaku komsumtif
seseorang yang paling mendasar. Anak-anak yang sedang bertumbuh mendapatkan seperangkat nilai, persepsi. Prefensi, dan perilaku dari keluarga dan lembaga-lembaga penting lainnya.
b. Subbudya masing-masing budaya terdiri dari sejumlah subbudaya yang lebih menampakkan identifkasi dan sosialisasi khusus bagi
15 Supartono widyosiswoyo, Ilmu budaya dasar (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009),34.
31
bara anggotanya. Subbudaya mencakup kebangsaan, agama,
kelompok, ras, dan wilayah geografis.
c. Kelas sosial pada dasarnya, semua masyarakat memiliki stratifikasi
sosial. Staratifikasi lebih sering ditemukan dalam bentuk kelas sosial. Kelas sosial adalah pembagian masyarakat yang relatif homogen dan permanen, yang tersusun secara hierarkis dan para
anggotanya menganut sistem nilai, minat, dan perilku yang serupa. 2) Faktor Sosial
a. Kelompok acuan ( Reference Group) seorang terdiri dari semua kelompok yang memiliki pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap dan perilaku anggota kelompok tersebut. Kelompok
yang memiliki pengaruh langsung terhadap seseorang dinamakan kelompok keanggotaan. Beberapa kelompok keanggotaan
merupakan kelompok primer, seperti keluarga, teman-teman, tetangga, dan rekan kerja maupun kelompok sekunder seperti keagamaan, kelompok profesi, serikat kerja.17
b. Keluarga merupakan organisasi pembelian konsumen yang paling penting di dalam masyarakat dan para anggota keluarga menjadi
kelompok acuan primer yang paling berpengaruh. Orientasi keluarga dalam kehidupan pembeli dapat dibedakan menjadi dua, yang terdiri dari orangtua dan saudara kansung seseorang.
32
c. Peran dan status sosial kedudukan seseorang di dalam kelompok
dapat di tentukan berdasarkan peran dan statusnya. Peran meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang. Peran
meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang. Dari masing-masing peran tersebut akan menghasilkan status. 3) Faktor Pribadi
a. Usia dan tahap siklus hidup setiap orang membeli barang dan jasa yang berbeda-beda sepanjang hidupnya. Selera seseorang terhadap
barang maupun jasa berhubungan dengan usia. Pola konsumsi konsumen juga dibentuk oleh siklus hidup keluarga, usia, serta gender orang dalam rumah tangga pada satu saat nanti.
b. Pekerjaan dan lingkungan ekonomi pekerjaan seseorang juga memengaruhi pola konsumsinya. Pilihan akan produk sangat
dipengaruhi oleh keadaan ekonomi seseorang, baik dari penghasilan yang dapat dibelanjakan, tabungan dan aktiva, utang dan kemampuan untuk meminjam, maupun sikap terhadap kegiatan
berbelanja atau menabung.
c. Kepribadian dan konsep diri masing-masing orang memiliki
karakteristik kepribadian yang berbeda yang memengaruhi perilaku pembeliannya. Kepribadian adalah ciri bawaan psikologis manusia yang khas dan menghasilkan tanggapan yang relatif konsisten serta
33
d. Nilai dan gaya hidup gaya hidup adalah pola hidup seseorang yang
di dunia yang terungkap pada aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang yang
berinteraksi dengan lingkungannya. Keputusan konsumen juga dipengaruhi oleh nilai inti, yaitu sistem kepercayaan yang melandasi sikap dan perilaku konsumen. Nilai inti jauh lebih dalam
daripada perilaku atau sikap, dan pada dasarnya menentukan pilihan dan keinginan seseorang dalam jangka panjang.18
4) Faktor Psikologi
a. Motivasi seseorang memiliki banyak kebutuhan pada waktu tertentu. Beberapa kebutuhan bersifat biogenis, seperti lapar, haus,
dan rasa tidak nyaman. Kebutuhan lainnya bersifat psikogenis, seperti kebutuhan akan pengakuan, penghargaan, atau rasa
keanggotaan kelompok. Kebutuhan akan menjadi motif jika didorong hingga mencapai level intensitas yang memadai sehingga cukup mampu mendorong seseorang untuk bertindak.
b. Persepsi seseorang yang termotivasi akan siap untuk bertindak. Tindakan seseorang yang termotivasi akan dipengaruhi oleh
persepsinya terhadap situasi tertentu. Persepsi adalah proses yang digunakan oleh individu untuk memilih, mengorganisasi, dan menginterpretasi masukan informasi untuk menciptakan gambaran
dunia yang memiliki arti.
34
c. Pembelajaran ketika seseorang bertindak, maka pengetahuannya
akan bertambah. Pembelajaran meliputi perubahan perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman. Pembelajaran dihasilkan
melalui perpaduan kerja antara pendorong, rangsangan, isyarat bertindak, tanggapan, dan penguatan.
d. Keyakinan dan sikap melalui bertindak dan belajar, seseorang
mendapatkan keyakinan dan sikap yang kemudian memengaruhi perilaku pembelian konsumen. Keyakinan adalah gambaran
pemikiran yang dianut seseorang tentang suatu hal. Sementara sikap adalah evaluasi, perasaan, emosional, dan kecenderungan tindakan yang menguntungkan atau tidak menguntungkan serta
bertahan lama dari seseorang terhadap suatu objek atau gagasan. 4. Perubahan Sosial
Berikut adalah beberapa pengaruh perubahan sosial sebagai berikut:
a. Pengertian dari Perubahan Sosial
Membahas tentang perubahan sosial tidak lepas dari konteks filsafat barat. Yaitu suatu pandangan terhadap kemajuan manusai dalam
masyarakat yang di timbulkan oleh kemajuan masyarakatnya. Perubahan sosial adalah proses di mana terjadi perubahan struktur masyarakat yang selalu berjalan sejajar dengan perubahan kebudayaan dan fungsi suatu
35
norma kebudayaan. Perubahan sosial, baik pada fungsi maupun struktur
sosial yang di dukung oleh nilai-nilai dan norma-norma kebudayaan adalah terjadi sebagai akibat dari kegiatan-kegiatan tersebut di atas. Nilai
dan norma-norma kebudayaan itu tidak mudah diubah begitu saja, karena diintroyeksikan dalam jiwa dan keyakinan para anggota masyarakat seperti halnya terjadi dalam proses sosialisasi.19
b. Konsep Perubahan Sosial
Berikut ini adalah konsep dari perubahan sosial antara lain adalah:
1. Terjadinya Perubahan Sosial
Dalam rangka menguraikan dan membahas suatu gejala kehidupan manusia yang disebut perubahan sosial, akan dapat bermanfaat bila
berasumsi bahwa perubahan adalah normal, wajar, pada dasarnya tidak mengandung trauma, terdapat pula perubahan yang beraneka ragam, dan
terbuka bagi setiap masyarakat, misalnya :20
19Ranjabar, Jacobus. Perubahan sosial dalam teori makro, pendekatan realitas
soial, (Bandung: Al fabeta 2010),81.
20Salim, Agus. Perubahan Sosial : Sketsa Teori dan Refleksi Metodologi Kasus Indonesia,
36
Tabel 2 : 1
Perubahan Sosial Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya
No Sebelum Berubah Sesudah Berubah
1 Kehidupan mahasiswa sederhana Hidupnya sudah tidak sederhana lagi karena mengikuti zaman
2 Tren gaya berpakaian masih biasa saja Gaya berpakaian semakin miris dan juga sangat ketat
3 Suka membaca buku di perpus UINSA Sering cari hiburan ke mall terdekat dari kampus
4 Sering ada kajian untuk mengasah intelektual mahasiswa
Tempat kajian di salah gunakan untuk berpacaran
Sumber : Hasil dari pengolahan diri sendiri 27 April 2017
2. Ciri-Ciri Perubahan Sosial21
a. Differential sosial organization
b. Kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong perubahan pemikiran ideologi, politik dan ekonomi
c. Mobilitas
d. Culture Conflict
e. Perubahan yang direncanakan dan perubahan yang tidak
direncanakan
f. Kontroversi (pertentangan).
c. Sebab-sebab terjadinya sebuah perubahan sosial
Sebab-sebab terjadinya perubahn sosial dapat di terangkan di bawah ini menurut pendapat para ahli:22
21 Ranjabar, Jacobus. Perubahan sosial dalam teori makro pendekatan realitas sosial, (Bandung: 2005), 35.
37
1) Robert Sutherland dkk, menyebutkan bahwa faktor yang menyebabkan
perubahn sesial adalah faktor adanya inovasi (penemuan baru/pembaharuan), invensi (penemuan baru), adaptasi (penyesuaian
secara sosial dan budaya) dan adopsi (penggunaan dari penemuan baru/teknologi).
2) Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, menyebutkan pada
umumnya dapat dikatakan bahwa sebab-sebab terjadinya perubahan sosial adalah faktor adanya pengaruh dari dalam dan luar masyarakat.
Sebab yang bersumber dari dalam masyarakat itu sendiri, misal, bertambah dan berkurangnya penduduk, penemuanpenemuan baru, pertentangan antar golongan dan pemberontakan atau revolusi yang
terjadi dalam masyarakat. Apabila sebab-sebab perubahn sosial itu bersumber dari dalam masyarakat, maka biasanya perubahan sosial
karena kebudayaan dari masyarakat lainyang melancarkan pengaruhnya pada kebudayaan yang sedang dipelajari. “Hubungan yantg dilakukan secara fisik antara kedua masyarakat, memiliki kecenderungan untuk
meninimbulkan pengaruh timbal balik, artinya masing masing masyarakat memengaruhi masyarakat yang lainnya dan menerima
pengaruh dari masyarakat yang lain.”23
Dengan gambaran atau diskripsi tentang sebab sebab perubahan sosial menurut para ahli diatas maka dapat di mengerti bahwa sebab-sebab terjadinya perubahan sosial dapat disebutkan karena adanya pengaruh dari
38
dalam dan dari luar masyarakat itu sendiri. Penyebab dari luar masyarakat
antara lain adalah sebab yang terjadi dari lingkungan alam fisik yang ada di lingkungan manusia dan pengaruh kebudayaan masyarakat yang lain.
d. Faktor pendorong terjadinya perubahan gaya hidup pada mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya
Adapun beberapa faktor pendorong perubahan sosial dapat
disebutkan diantara lain : 1) Budaya Hiburan
Gaya hidup juga ada kaitan hiburan merupakan ciri yang utama dari budaya populer di mana segala sesuatu harus bersifat menghibur. Pendidikan harus menghibur supaya tidak membosankan dan tidak membuat
jenuh, maka muncul Edutainment. Olah raga harus menghibur, maka muncul Sportainment. Informasi dan berita juga harus menghibur, maka muncul
Infotainment.24
2) Budaya Konsumerisme
Gaya hidup juga berkaitan erat dengan budaya konsumerisme, yaitu sebuah masyarakat yang senantiasa merasa kurang dan tidak puas secara
terus menerus, sebuah masyarakat konsumtif dan konsumeris, yang membeli bukan berdasarkan kebutuhan, namun keinginan, bahkan gengsi. Semua yang kita miliki hanya membuat kita semakin banyak “membutuhkan,” dan
semakin banyak yang kita miliki semakin banyak kebutuhan kita untuk melindungi apa yang sudah kita miliki. Barang-barang tersebut memperbudak
39
manusia sepanjang hidupnya agar mampu mendapatkannya. Kemudian ada
saatnya seseorang mengeluh kalau dia tidak lagi dapat menikmati “miliknya” yang dirasakannya malah memilikinya dan tidak lagi terasa sebagai miliknya.
Industri budaya massa bersentuhan dengan kesalahan dan bukan dengan kebenaran, dengan kebutuhan-kebutuhan dan solusi-solusi palsu dan bukan dengan kebutuhan-kebutuhan dan solusi-solusi riil. Bahkan kedangkalan yang
disebabkan gaya hidup dan budaya massa membuat kita tidak dapat membedakan dengan jelas manakah kebutuhan semu dan kebutuhan asli.
3) Budaya Instan
Segala sesuatu yang bersifat instan bermunculan, misalnya: mie instan, kopi instan, makanan cepat saji, sampai pendeta instan dan gelar
sarjana teologis instan.25 Budaya ini juga dapat dilihat dari semakin banyak orang ingin menjadi kaya dan terkenal secara instan.
4) Budaya Gaya
Gaya hidup juga ada kaitan dengan budaya visual juga telah menghasilkan budaya gaya, di mana tampilan atau gaya lebih dipentingkan
daripada esensi, substansi, dan makna. Maka muncul istilah “Kamu bergaya maka kamu ada.” 26
Maka pada budaya ini, penampilan (packaging)
seseorang atau sebuah barang (branding) sangat dipentingkan.
25 Featherstone, Mike, Postmodernisme dan Budaya Konsumen. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008).
40
5) Budaya Massa
Karena pengaruh budaya populer, individu melebur ke dalam massa, rasionalitas melebur ke dalam kenikmatan. Hal ini disebabkan karena segala cara dipakai oleh para produsen untuk mencari pasar baru,
mengembangkan pasar yang ada atau paling tidak mempertahankan pasar yang sudah ada sejauh memberikan keuntungan dan memasarkan produk
mereka semaksimal mungkin. Sifat kapitalisme ini membawa masyarakat menjadi massa, artinya masyarakat dilebur dari batas-batas tradisionalnya menjadi satu massif konsumsi. Maka muncullah berbagai produk yang
diproduksi secara massa yang sering mengabaikan kualitas produknya.27
Budaya massa adalah budaya populer yang dihasilkan melalui
teknik-teknik industrial produksi massa dan dipasarkan untuk mendapatkan keuntungan dari khalayak konsumen massa. Budaya massa ini berkembang sebagai akibat dari kemudahan-kemudahan reproduksi yang diberikan oleh
teknologi seperti percetakan, fotografi, perekaman suara, dan sebagainya. Akibatnya musik dan seni tidak lagi menjadi objek pengalaman estetis,
melainkan menjadi barang dagangan yang wataknya ditentukan oleh kebutuhan pasar.
41
5. Kerangka Teori
Berikut ini adalah kerangka teori gaya hidup konsumtif antara lain sebagai berikut:
Jean Baudrillard dilahirkan di kota Riems, Prancis Barat, pada 5 Juli 1929 dan meninggal pada usia 77 tahun di Paris, Perancis, pada 6 Maret 2007. Kedua orangtuanya berasal dari keluarga petani yang kemudian
pindah ke kota Paris dan bekerja sebagai pegawai di Dinas Pelayanan Masyarakat. Baudrillard menjadi anak pertama dari keluarganya yang
mengenyam pendidikan tinggi di Universitas Sorbonne, Paris. Selama masa kuliahnya, ia mempelajari sastra dan bahasa Jerman.28 Universitasnya kemudian memberikan kesempatan mengajar subjek yang
sama di beberapa lycée dari 1960-1966. Selama mengajar dia menerbitkan reviewsastra dan menerjemahkan beberapa buku karangan Peter Weiss. Baudrillard kemudian tertarik dan memutuskan pindah pada bidang
sosiologi. Pada 1966 Baudrillard berhasil menyelesaikan tesis sosiologinya di Universitas Nanterre di bawah bimbingan Henry Levebvre, seorang
antistrukturalis Prancis kondang saat itu.
Penelitian ini menggunakan teori postmodern Jean Baudrillard Dalam
pandangan Baudrillard konsumsi kini telah menjadi faktor fundamental dalam ekologi spesies manusia. Pada dasarnya, mekanisme sistem
42
konsumsi berangkat dari sistem nilai-tanda dan nilai-simbol, dan bukan
karena kebutuhan atau hasrat mendapat kenikmatan.
Dalam hal ini, Baudrillard sama sekali tidak bermaksud menafikan pentingnya kebutuhan. Ia hanya ingin mengatakan bahwa dalam
masyarakat konsumen, konsumsi sebagai sistem pemaknaan tidak lagi diatur oleh faktor kebutuhan atau hasrat mendapat kenikmatan, tetapi
oleh seperangkat hasrat untuk mendapat kehormatan, prestise, status, dan identitas melalui sebuah mekanisme penandaan. Baudrillard menjelaskan,
Apa yang secara sosiologis penting bagi kita, dan apa yang menjadi tanda zaman bahwa kita tengah berada dalam era konsumsi, sebenarnya adalah sebuah fenomena umum tentang pengaturan kembali faktor konsumsi sebagai aspek primer dalam suatu sistem penandaan, yang kemudian tampil sebagai fenomena perubahan dari yang alamiah (nature) menjadi produk budaya (culture), yang mungkin merupakan wajah khas zaman kita sekarang.29
Terdapat perubahan mendasar pada status komoditas dan tanda dalam
hubungan yang kompleks antara politik ekonomi, linguistik, dan ideologi dalam masyarakat postindustri. Baudrillard membahas fenomena
masyarakat konsumen dari perspektif neo-Marxis dengan bertumpu pada psikoanalisis Lacanian dan strukturalisme Saussurean untuk mengembangkan tema utamanya, yaitu bahwa konsumsi menjadi dasar
utama tatanan sosial. Ia menandai keterputusannya dari Marxisme awal, khususnya Karl Marx, dengan konsep fetisisme (fetishism) dan
ideologinya.
29
43
Bagi Baudrillard, konsep yang dikemukakan Marx mengandung banyak
kelemahan jika digunakan untuk mengkaji objek-objek fetish dalam kebudayaan kontemporer. “Hal tersebut dikarenakan telah terjadi
perubahan yang mendasar pada status komoditas di dalam masyarakat postindustri.”30 Fenomena perubahan mendasar pada status komoditas, menurut Baudrillard, ditandai dengan ekspansi secara total kode
tanda-tanda (sign) ke dalam tubuh komoditas di mana-mana, serta status baru komoditas itu sebagai dispenser kekuasaan plural (kebahagiaan, kesehatan,
keamanan, prestise, dan sebagainya).
Dari sekian banyak karya Baudrillard, La Société de Consommation: Ses Mytes, ses Structures yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris”
The Consumer Society: Myths and Structures” dan bahasa Indonesia Masyarakat Konsumsi merupakan karyanya yang paling lengkap dan hasil dari perkembangan pemikirannya. Baudrillard dalam buku ini
memfokuskan perhatiannya pada konsumerisme, bagaimana objek yang berbeda dikonsumsi dengan berbagai cara yang berbeda. Pada wilayah
ini pandangan politik Baudrillard diasosiasikan dengan marxis (situasionisme), tetapi buku ini berbeda dengan Marx dalam beberapa hal secara signifikan. Menurut Baudrillard, yang berfungsi mengendalikan
masyarakat kapitalis adalah konsumsi, bukan produksi. Ia berpendapat bahwa pemikiran ekonomi Marx dan Adam Smith diterima sebagai ide
tentang kebutuhan dasar yang dapat digunakan sebagai dasar secara
44
mudah dan sederhana. Pandangan Baudrillard dipengaruhi pandangan
Bataille bahwa kebutuhan dasar dikonstruksi bukan abadi. Sementara itu, Marx berkeyakinan bahwa dalam objek, kebutuhan nilai guna
dibedakan dari apa yang disebut komoditas fetesisme.
Menurut Baudrillard semua pembelian selalu terkait dengan konteks sosial penggunanya. Objek selalu mengatakan sesuatu tentang
penggunanya. “Dalam hal ini, konsumsi lebih penting dari produksi karena peristiwa ideologis dari kebutuhan bersumber dari bertemunya produksi barang dan kebutuhan. Setidaknya ada empat cara sebuah objek
mendapatkan nilainya:”31
1. Nilai fungsional, tujuan instrumental, pulpen untuk menulis
2. Nilai tukar, nilai ekonomis, satu pulpen senilai tiga pensil.
3. Nilai simbolis, sebuah objek apabila dikaitkan dengan objek lain, pulpendapat disimbolisasi sebagai hadiah kelulusan sekolah.
4. Nilai tanda dari objek, nilai dalam sistem objek, satu objek (contoh, permata) bias tidak mempunyai nilai apa pun (nilai 1-3), tetapi di sisi
lain permata bias menunjukkan kelas atau level sosial tertentu.
Baudrillard berpendapat bahwa satu atau dua nilai tersebut tidak
dengan. Mudah dilekatkan pada objek, terkadang satu dengan yang lain bisa saling memengaruhi. Pada akhirnya, Baudrillard menolak pandangan Marxisme secara total.
31 Suyanto, Bagong, Sosiologi Ekonomi: Kapitalisme dan Konsumsi di Era Masyarakat Post
45
Menurut Ritzer, di antara karya-karya Baudrillard, La Société de
Consommation merupakan karyanya yang terkemuka dan banyak memengaruhi teoretikus sosiologi postmodern. Buku tersebut merupakan
hasil perkembangan pemikiran Baudrillard yang banyak terinspirasi oleh berbagai pemikiran dari beberapa disiplin ilmu. Meskipun terdapat kritik atas kelemahan karya tersebut dipandang dari segi teori sosiologi.
Baudrillard mentransformasikan dirinya dalam posisi antara seorang modernis dan postmodernis. Sebagai seorang postmodernis, Baudrillard
ternyata masih terpengaruh narasi besar tentang paradigma mitologis masyarakat primitif, yakni bahwa keberadaan seorang manusia hidup diberkati dengan kebutuhan-kebutuhan yang mengarahkannya menuju
objek-objek yang memberinya kepuasan.32
a. Nilai Tanda dan Nilai Simbol
Sebagaimana yang dinyatakan sebelumnya, mekanisme sistem
konsumsi pada dasarnya berangkat dari sistem nilai-tanda dan nilai simbol, dan bukan karena kebutuhan atau hasrat mendapat kenikmatan.
Nilaitanda dan nilai-simbol, yang berupa status, prestise, ekspresi gaya dan gaya hidup, kemewahan, dan kehormatan menjadi motif utama dari aktivitas konsumsi masyarakat. Pergeseran nilai yang terjadi seiring
dengan perubahan, karakter masyarakat postmodern inilah yang
32
46
kemudian menarik perhatian Baudrillard untuk mengkajinya secara lebih
mendalam.
b. Simulasi dan Simulakra
Melalui bukunya Simulations, Baudrillard memaparkan kondisi sosial-budaya masyarakat Barat yang disebutnya tengah berada dalam dunia simulacra/simulacrum dan simulasi. ”Inilah dunia yang terbangun dari
konsekuensi relasi perkembangan ilmu dan teknologi, kejayaan kapitalisme lanjut, konsumerisme, serta runtuhnya narasi-narasi besar
modernisme.”33 Baudrillard menyatakan bahwa paradigma modernisme yang berdiri di atas logika produksi seperti disuarakan Marx kini sudah tidak relevan lagi. Jika era pra-modern ditandai dengan logika pertukaran
simbolik (symbolic exchange), era modern ditandai dengan logika produksi, kini tengah menjelang sebuah era baru, yakni era postmodern yang ditandai dengan logika simulasi. Bersamaan dengan lahirnya era postmodern,
menurut Baudrillard, prinsip-prinsip modernisme pun tengah menghadapi saat-saat kematiannya. Dalam bahasanya yang khas, Baudrillard
mengumandangkan kematian modernisme dengan logika produksinya sebagai The end of labor.
c. Hiperrealitas
Pemikiran Baudrillard tentang hyperreality didasarkan pada beberapa asumsi hubungan manusia dan media. Menurut Baudrillard, media massa
47
kini tidak hanya sebatas perpanjangan badan manusia, tetapi juga
merupakan ruang bagi manusia untuk membentuk identitas dirinya. Pandangan-pandangan Mc Luhan tentang global village dewasa ini telah
menjelma menjadi yang disebut Baudrillard sebagai hiperreal. Perkembangan teknologi dengan microprocessor, memory bank, remote control, telecard, laser disc, dan internet, tidak saja dapat memperpanjang badan atau pusat
sistem saraf manusia, tetapi lebih fantastis lagi mampu mereproduksi realitas, masa lalu, dan nostalgia. Hal itu menciptakan realitas baru dengan citra-citra
buatan.
d. Masyarakat Konsumen
Dalam Oxford Advanced Learner’s Dictionary disebutkan bahwa
konsumsi memiliki pengertian the act of using energy, food or materials. “Kegiatan menggunakan tenaga, makanan, atau materi. Pengertian konsumsi tersebut hanya sebatas kegiatan yang bertujuan menghabiskan manfaat
suatu benda (barang atau jasa).”34
Baudrillard berusaha meluaskan konsumsi tidak hanya barang dan jasa
sebagaimana dalam masyarakat konsumen modern, tetapi juga kepada semua hal lain. George Ritzer merumuskan hakikat konsumsi dalam
pandangan Baudrillard sebagai berikut. Menurut Baudrillard konsumsi bukan hanya sekadar nafsu untuk membeli berbagai komoditas, satu fungsi kenikmatan, satu fungsi individual, pembebasan kebutuhan, pemuasan diri,
48
kekayaan, atau konsumsi objek. Konsumsi berada dalam satu tatanan
pemaknaan pada satu panoply objek; sebuah sistem atau kode, tanda; satu tatanan manipulasi tanda; manipulasi objek sebagai tanda, satu sistem
komunikasi sebagaimana fungsi bahasa, satu sistem pertukaran simbol sebagaimana dalam sistem kekerabatan masyarakat primitif sebuah moralitas, yaitu satu sistem pertukaran ideologis faktor penyebab
perbedaan (distinction) satu generalisasi proses fashion secara kombinatif, mengisolasi dan mengindividu sistem kontrol bawah sadar, baik dari sistem
tanda dan dari sistem sosio-ekonomika-politik dan sebuah logika sosial.
Pandangan Baudrillard tentang konsumsi tersebut jauh berbeda dengan pandangan para pakar ekonomi sebelumnya yang memahami
konsumsi sebatas utilitas dan kepuasan. Baudrillard memandang konsumsi secara holistik yang berkaitan dengan berbagai perspektif. Dengan demikian, hakikat konsumsi bagi Baudrillard dapat disimpulkan sebagai
integrasi sosial. Konsumsi adalah sistem yang menjalankan urutan tanda-tanda dan penyatuan kelompok. Jadi, konsumsi itu sekaligus sebagai moral
(sistem ideologi) dan sistem komunikasi, struktur pertukaran, dan dapat dilihat sebagai sebuah kesenangan eksklusif.
Kesenangan bukan merupakan tujuan konsumsi, melainkan merupakan
rasionalisasi dari konsumsi. Tujuan nyata dari konsumsi adalah to prop up (menopang) sistem objek produksi dan konsumsi adalah satu dan
49
kekuatan produktif dan kendali mereka.35 Hal ini menjadi bagian dari
sistem, masuk ke dalam bentuk terbalik mentalitas, etika, dan ideologi sehari-hari. Sebuah bentuk penipuan dalam bentuk pembebasan kebutuhan,
pemenuhan individu, kesenangan, kekayaan, dan sebagainya.
Dalam hal ini, konsumsi adalah sebuah struktur yang bersifat eksternal dan bersifat memaksa individu. Kendati berbentuk organisasi struktural,
satu fenomena kolektif, atau moralitas, ia berada di atas semua sistem tanda yang dikodekan. Individu dipaksa menggunakan sistem tersebut. Penggunaan sistem melalui konsumsi adalah satu cara penting yang
digunakan orang dalam berkomunikasi satu sama lain.
Ideologi yang berlaku dalam konsumsi adalah ideologi kemapanan.
Baudrillard memandang bahwa kekuatan ideologi dan pengertian dasar tentang kebahagiaan sebenarnya tidak datang dari kecenderungan ilmiah setiap individu untuk diwujudkan bagi dirinya sendiri, melainkan secara
sosiohistoris. Persoalan konsumsi muncul dari adanya kenyataan bahwa mitos kebahagiaan merupakan mitos yang diterima dan menjelma dalam
masyarakat modern, yaitu mitos kesamaan hak (dan kebebasan) sehingga kebahagiaan harus terukur.
BAB IV
GAYA HIDUP KONSUMTIF MAHASISWA UNIVERSITAS
ISALAN NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
A. Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
1. Sejarah berdirinya UIN Sunan Ampel Surabaya
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel disingkat UIN Sunan Ampel
adalah salah satu perguruan tinggi negeri di Surabaya yang
menyelenggarakan pendidikan ilmu-ilmu keislaman multidisplin serta sains
dan teknologi. UIN Surabaya diberi nama Sunan Ampel, adalah nama salah
seorang Walisongo, tokoh penyebar Islam di Indonesia. Beralihnya status
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel Surabaya menjadi
Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya diharapkan
berimplikasi terhadap lahirnya peradaban Islam Indonesia.1 Hal itu akan
diupayakan lewat penggemblengan mahasiswa dengan ilmu agama yang
diintegrasi dengan sains dan teknologi. Dengan peralihan status menjadi UIN
Sunan Ampel bisa menampilkan iklim keilmuan yang mengedepankan ilmu
agama Islam. Tidak cukup hanya itu, integrasi ilmu agama dengan teknologi
sains menjadi ciri khas dan karakter UIN Sunan Ampel ke
depan. Keberadaan kampus UIN Sunan Ampel di wilayah Surabaya bagian
selatan Jl. Ahmad Yani No. 117 Surabaya tepatnya di selatan JX international
dan di depan Mapolda Jawa Timur.
1
64
Pada akhir dekade 1950, beberapa tokoh masyarakat Muslim Jawa
Timur mengajukan gagasan untuk mendirikan perguruan tinggi agama islam
yang bernaung di bawah Departemen Agama. Untuk mewujudkan gagasan
tersebut, mereka menyelenggarakan pertemuan di Jombang pada tahun 1961.
Dalam pertemuan itu, Profesor Soenarjo (Rektor Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga), hadir sebagai narasumber untuk menyampaikan
pokok-pokok pikiran yang diperlukan sebagai landasan berdirinya perguruan tinggi
agama islam dimaksud. Dalam sesi akhir pertemuan bersejarah tersebut,
forum mengesahkan beberapa keputusan penting yaitu: (1) membentuk
panitia pendirian IAIN, (2) Mendirikan Fakultas Syariah di Surabaya, dan (3)
Mendirikan Fakultas Tarbiyah di Malang. Selanjutnya, pada tanggal 09
Oktober 1961, dibentuk Yayasan Badan Wakaf Kesejatraan Fakultas Syariah
dan Fakultas Tarbiyah yang menyusun rencana kerja sebagai berikut: (1)
Mengadakan persiapan pendirian IAIN Sunan Ampel yang terdiri dari
Fakultas Syariah di Surabaya dan Fakultas Tarbiyah di Malang. (2)
Menyediakan tanah untuk pembangunanan kampus IAIN Sunan Ampel
seluas 8 (delapan) Hektar yang terletak di Jalan A. Yani No. 117 Surabaya.
(3) Menyediakan Rumah dinas bagi para Guru Besar.2
Pada tanggal 28 Oktober 1961, Menteri Agama menerbitkan SK
No. 17/1961, untuk mengesahkan pendirian Fakultas Syariah di Surabaya dan
Fakultas Tarbiyah di malang. Kemudian pada tanggal 1 Oktober 1964,
2
65
Fakultas Usuluddin di Kediri diresmikan berdasarkan SK Menteri Agama
No. 66/1964.
Berawal dari 3 (tida) fakultas tersebut, Menteri Agama memandang
perlu untuk menerbitkan SK Nomor 20/1965 tentang pendirian IAIN Sunan
Ampel yang berkedudukan di Surabaya, seperti yang dijelaskan di atas.
Sejarah mencatat bahwa tanpa membutuhkan waktu yang panjang, IAIN
Sunan Ampel ternyata mampu berkembang pesat. Dalam rentang waktu
antara 1966-1970, IAIN Sunan Ampel telah memiliki 18 (delapan belas)
fakultas yang tersebar di 3 (tiga) propinsi: Jawa Timur, Kalimantan Timur
dan Nusa Tenggara Barat.3
Namun demikin ketika akreditasi fakultas di lingkungan IAIN
diterapkan, 5 (lima) dari 18 (delapan belas) fakultas tersebut ditutup untuk
digabungkan ke fakultas lain yang berakreditasi dan berdekatan lokasinya.
Selanjutnya dengan adanya peraturan pemerintah nomor 33 tahun 1985.
Fakultas Tarbiyah Samarinda dilepas dan diserahkan pengelolaanya ke IAIN
Antasi Banjarmasin. Disamping itu, fakultas tarbiyah Bojonegoro
dipindahkan ke Surabaya dan setatusnya berubah menjadi fakultas Tarbiyah
IAIN Suarabaya. Dalam pertumbuhan selanjutnya IAIN Sunan Ampel
memiliki 12 (dua belas) fakultas yang tersebar di seluruh Jawa Timur dan 1
(satu) di fakultas Mataram, Lombok, Nusa Tenggara Barat, kini IAIN Sunan
Ampel terkonsentrasi hanya pada 5 (lima) fakultas induk yang semuanya
berlokasi di kampus Surabaya.
66
Dari jalan panjang yang telah dilalui, berdasarkan peraturan
Presiden No. 65 Tahun 2013 akhirnya IAIN secara yudisiris telah beralih
status menjadi UIN. SK di tandatangi pada tanggal 2 Oktober 2013, dan
berdasarkan peraturan Menteri Agama RI No. 8 Tahun 2014 tanggal 28 April
2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Universitas Islam Negeri Sunan
Ampel Surabaya memiliki 9 fakultas yaitu:
1. Fakultas Adab dan Humaniora
2. Fakultas Dakwah dan Komunikasi
3. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
4. Fakultas Syariah dan Hukum
5. Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam
6. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
7. Fakultas Psikologi dan Kesehatan
8. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
9. Fakultas Sains dan Teknologi
Seperti halnya kampus negeri yang lain, UINSA juga membuka
program pasca sarjana untuk program Magister (S2) dan Doktor (S3).
Program Magister (S2) di kampus ini membuka beberapa jurusan,
dianataranya Pemikiran Islam, Ekonomi Islam, Tafsir Hadits, Dakwah,
Pendidiakan Bahasa Arab, Syari’ah dan Pendidikan Islam.
Sedangkan untuk program Doktor (S3) UIN Sunan Ampel
mempunyai al- Dirasat dan al-Islamiyah (bidang Islamic studies) yang
67
menganalisis dan menggali fakta kontemporer dalam masyarakat islam
(utamanya di Indonesia).4
Gambar 4 : 1
Gambar Univesitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Sumber : Internet diakses pada tanggal 23 Mei 2017 jam 12 : 40
2. Visi dan Misi UIN Sunan Ampel Surabaya
Pendidikan sejatinya berjalan seiring dengan perkembangan zaman.
Perkembangan zaman menuntut pergerakan yang responsif dan dialektis dari
dunia pendidikan. Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya
sebagai institusi pendidikan Islam, yang berangkat dari idealisasi terhadap
ajaran Islam, pengalaman historis masyarakat muslim serta proyeksi
keislaman ke depan, merupakan bagian dari kegiatan pendidikan yang tanpa
terkecuali, juga harus merespon tantangan dan tuntutan perkembangan zaman
dimaksud.
4
68
Gaya hidup, sebagai bagian dari perkembangan zaman yang kini
menjadi bagian dari kehidupan modern, melahirkan tuntutan dan tantangan
yang beragam kepada pendidikan Islam. Seiring dengan hal ini, dari sisi
penyelengaraan pendidikan, isu sentral yang harus dihadapi oleh pendidikan
tinggi Islam, termasuk UIN Sunan Ampel berkaitan dengan dua hal yakni,
kelembagaan dan misi sosial.
a. Visi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Visi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya
adalah “Menjadi Universitas Islam yang unggul dan kompetitif bertaraf
internasional”.5
Untuk memperjelas pemahaman tentang rumusan visi tersebut maka
berikut dideskripsikan beberapa konsep yang ada dalam visi terebut sebagai
berikut :
Konsep Universitas Islam dimaksudkan sebagai lembaga pendidikan
tinggi yang menyelenggarakan pembelajaran, penelitian dan pengabdian
kepada masyarakat secara integratif berdasarkan semangat peneguhan dan
penyemaian nilai-nilai Islam moderat dan transformatif yang merupakan
aktualisasi doktrin Islam sebagai rahmatan li al-‘alamin, dengan
mempertimbangkan konteks kearifan lokal masyarakat Jawa Timur
khususnya, dan Indonesia pada umumnya. Pola penyelenggaraan pendidikan
yang integratif dengan didasari semangat moderat dan transformatif tersebut
69
diorientasikan untuk mengembangkan ilmu, teknologi, seni dan budaya
dalam rangka meningkatkan kualitas keberagamaan dan kehidupan
masyarakat Indonesia serta kemanusiaan secara universal. Pola
penyelenggaraan pendidikan UIN Sunan Ampel yang integratif tersebut yang
diharapkan menjadi distingsi dari universitas Islam lainnya yang ada di
Indonesia.
b. Misi UIN Sunan Ampel Surabaya
Misi merupakan alasan mengapa suatu lembaga ada dan
melaksanakan kegiatannya. Sebagai lembaga perguruan tinggi, UIN Sunan
Ampel merumuskan misi sebagai berikut:
1. Menyelenggarakan pendidikan ilmu-ilmu keislaman multidispliner serta
sains dan teknologi yang unggul dan berdaya saing.
2. Mengembangkan riset ilmu-ilmu keislaman multidisipliner serta sains dan
teknologi yang relevan dengan kebutuhan masyarakat.
3. Mengembangkan pola pemberdayaan masyarakat yang religius berbasis
riset.6
6
70
3. Mahasiswa beserta kehiduapan yang ada dalam kampus UIN Sunan
Ampel Surabaya
Perubahan IAIN Sunan Ampel Surabaya menjadi UIN Sunan Ampel
Surabaya disertai dengan bertambahnya beberapa Fakultas dan prodi pastinya
membuat UIN Sunan Ampel memnambah daya tarik tersendiri dan lebih di
pandang oleh masyarakat. Hal ini setidaknya di tandai dengan semakin
bertambahnya jumlah mahasiswa yang mendaftar di UIN Sunan Ampel.
UIN Sunan Ampel (UINSA) terletak di Kota Surabaya, Ibu kota
provinsi Jawa Timur. Surabaya merupakan kota terbesar kedua setelah Jakarta,
kota Metropolis dengan beberapa keanekaragaman yang kaya dan saat ini juga
telah menjadi pusat bisnis, perdagangan, industri, dan pendidikan di
Indonesia. Tentunya juga membuat mahasiswa UIN Sunan Ampel mengikuti
model kekinian atau budaya yang lagi populer di perkotaan. Jika dilihat saat
ini banyak sekali mahasiswa yang penampilan busananya fashionable dan
kekinian.
Seiring perkembangan jaman yang ditandai dengan merebaknya
berbagai bentuk gaya hidup modern, mahasiswa yang diharapkan mempunyai
kemampuan sebagai agent of change tersebut telah banyak berkurang.
Mahasiswa datang dari berbagai daerah. Kehidupan dikampung asalnya tentu
berbeda dengan kehidupan disekitar kampus yang mayoritas telah terpenuhi
oleh fasilitas-fasilitas gaya hidup modern. Maka mahasiswa yang sudah
71
tidak mampu memilih hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya sehingga
senantiasa membeli banyak barang baru untuk mengikuti tren perkembangan
jaman. Mahasiswa yang seperti itu akan menjadi mahasiswa yang memiliki
gaya hidup yang kekinian atau bisa di sebut mengikuti budaya kekinian.
Sebaliknya mahasiswa yang tidak terpengaruh akan tetap konsisten pada
tujuannya menjadi seorang mahasiswa yang sebenarnya yaitu menuntut ilmu
dalam perkuliahan atau berorientasi pada akademisnya.
Di dalam suatu kampus tentunya terdapat berbagai macam Organisasi.
Organisasi merupakan suatu wadah untuk menyalurkan sebuah gagasan,
ide-ide, aspirasi atau pendapat,organisasi merupakan proses belajar kedua setelah
kuliah,pada dasarnya organisasi memiliki nilai tawar yang tinggi bagi
mahasiswa, misalnya dari segi solidaritasnyadan lain sebagainya,organisasi
juga mempunyai ideologi berdasarkan landasan visi dan misinya,banyak
organisasi di kalangan mahasiswa yang menjadi salah satu wadah bagi
mahasiswa itu sendiri agar dapat belajar dan berproses di dalamnya,tidak
sedikit dari mahasiswa lebih mengedepankan organisasinya dari pada
kuliahnya,itu semua disebabkan karna di kuliah dalam proses
belajar-mengajarnya kurang efisien dan juga belum tentu ilmu yang ada dalam
organisasi yang di ikuti ada dalam mata kuliah.
72
Organisasi Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya antara lain :
1. UKM Paduan Suara
2. Bhakti Sosial Lintas Surabaya-Malang
3. Komando Resimen Mahasiswa Mahasurya Satmenwa 820 UIN Sunan
Ampel Surabaya
4. UKM Pencak Silat (Taekwando dan Persaudaraan Setia Hati Terate)
5. Dewan Ekskutif Mahasiswa (DEMA UNIVERSITAS)
6. Senat Mahasiswa (SEMA UNIVERSITAS)
7. UKM Seni dan Budaya
8. Mahasiswa pecinta Alam Sunan Ampel (MAPALSA)
9. Unit Kegiatan Olahraga (UKOR)
73
Tabel 4: 1
Rekapitulasi Mahasiswa S1 Aktif Studi UIN Sunan Ampel Surabaya Tahun
2017
Sumber : Rektorat UIN Sunan Ampel Surabaya diakses 12 Juni 2017
B. Gaya Hidup Konsumtif Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya
Seperti telah diuraikan pada bab sebelumnya, dalam pengamatan oleh
peneliti di lapangan dan juga fenomena yang terjadi, maka peneliti banyak
menemukan mahasiswa yang memiliki kecenderungan untuk menonjolkan
gaya hidupnya. Kecenderungan yang dimaksudkan di sini dapat diidentifikasi
sebagai berikut:
a) Dari segi pergaulan, kebanyakan dari mereka dalam memilih teman lebih
mementingkan status daripada hubungan untuk membangun sebuah
NO Fakultas L P
1 Fakultas Adab dan Humaniora 641 1089
2 Fakultas Syariah dan Hukum 1096 1352
3 Fakultas Ushuluddin dan Filsafat 773 801
4 Fakultas Tabiyah dan Keguruan 699 2377
5 Fakultas Psikologi dan Kesehatan 175 374
6 Fakultas Sain dan Teknologi 313 462
7 Fakultas Dakwah dan Komonikasi 783 1237
8 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 267 300
9 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam 422 801
74
persaudaraan (ukhuwah islamiyah), sehingga terjadi kesenjangan sosial di
antara kelompok pertemanan tersebut.
b) Dalam berpakaian (fashion), golongan mahasiswa yang lebih mampu
selalu menonjolkan merek-merek yang sedang ngetrend pada saat ini di
saat pergi ke kampus dan tempat lainnya.
c) Pada saat mahasiswa berbelanja baju (fashion), alat kecantikan, dan juga
aksesoris lainnya sebagian besar mahasiswa lebih memilih berbelanja di
Super market atau Mall seperti Royal Plaza, Cito Mall, dan Tunjungan
Plaza, yang memang terdapat di sekitar kampus UIN Sunan Ampel
Surabaya.
d) Dalam memanfaatkan waktu-waktu istirahat maupun hari libur kampus,
banyak juga mahasiswa yang terlihat nongkrong di pusat-pusat
perbelanjaan daripada memanfaatkan waktu mereka untuk belajar.
e) Untuk memenuhi gaya penampilannya, banyak mahasiswa yang sengaja
menyisihkan uang saku mereka untuk membeli pakaian (fashion),
HandPhone (HP), dan aksesoris lainnya, daripada membeli buku-buku
yang berkaitan dengan mata kuliahnya atau alat tulis yang memiliki
manfaat lebih baik.
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya yang
menyelanggarakan pendidikan ilmu-ilmu keislaman multidisplin serta sains
dan teknologi. Sebagai kampus yang notabene menyelenggarakan pendidikan
ilmu keislaman nyatanya banyak ditemukan mahasiswa UIN Sunan Ampel