• Tidak ada hasil yang ditemukan

Layanan Pengadaan Secara Elektronik Pemerintah Kota Surabaya 1.SPK Pemborongan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Layanan Pengadaan Secara Elektronik Pemerintah Kota Surabaya 1.SPK Pemborongan"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

STANDAR KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SURABAYA

A. Kontrak Pengadaan Jasa Pemborongan dengan nilai Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) sampai dengan Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah)

PEMERINTAH KOTA SURABAYA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH...

SURAT PERINTAH KERJA (SPK) PENGADAAN JASA PEMBORONGAN

Nomor : . .

Nama Kegiatan : . .

Nama Pekerjaan : . .

Lokasi : . .

Sumber Dana : . .

Tahun Anggaran : . .

Kode Kegiatan : . .

Kode Rekening : . .

Pejabat Pembuat Komitmen berdasarkan Keputusan Pengguna Anggaran atau Kuasa Pengguna Anggaran pada Sekretariat Daerah Nomor ... tentang Pengangkatan Pejabat Pembuat Komitmen pada Satuan Kerja Perangkat Daerah ... Pemerintah Kota Surabaya, selaku PIHAK PERTAMA

Berdasarkan : 1. Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah diubah ketujuh kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2007;

2. Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor ... Tahun ... tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran...;

3. Peraturan Walikota Surabaya Nomor ... Tahun ... tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran ...;

(2)

5. Keputusan Walikota Surabaya Nomor ... tentang Penetapan dan Pengangkatan Pengguna Anggaran, Kuasa Pengguna Anggaran, Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran;

6. Surat Perintah Pengguna Anggaran atau Kuasa Pengguna Anggaran pada Sekretariat Daerah Nomor ... tentang Penunjukan Pejabat/Panitia Pengadaan dan Pelaksana Pengawasan Teknis;

7. Keputusan Pengguna Anggaran atau Kuasa Pengguna

Anggaran pada Sekretariat Daerah Nomor ... tentang Pengangkatan Pejabat Pembuat Komitmen.

MEMERINTAHKAN Kepada : ………

Nama : ………

Jabatan : Direktur PT / CV ……….. Alamat : ………

NPWP : ………

Berdasarkan akte pendirian nomor ……… tanggal ….. yang dibuat oleh ……. Notaris di ……….. dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Perusahaan tersebut di atas, selanjutnya sebagai PIHAK KEDUA, untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan ketentuan tersebut dalam pasal – pasal Surat Perintah Kerja ini :

Pasal 1

RUANG LINGKUP PEKERJAAN

(1) PIHAK PERTAMA dalam kedudukannya seperti tersebut di atas, memberi tugas kepada PIHAK KEDUA, dan selanjutnya PIHAK KEDUA menerima tugas tersebut untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan tersebut di bawah ini :

a. Nama Kegiatan :………..

b. Nama Pekerjaan :………..

c. Lokasi :………..

d. Lingkup Pekerjaan :……….. i. ………..

ii. ……….. iii. ……….. iv. dst.

dengan volume pekerjaan sesuai gambar, Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) maupun Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (BAP) Nomor : ……….. tanggal …….

(3)

(3) Jumlah volume dan nilai kontrak yang dibayarkan, dihitung berdasarkan pelaksanaan di lapangan (volume terpasang), dan dengan ketentuan bahwa pembayarannya didasarkan pada hasil pengukuran bersama atas volume pekerjaan yang benar-benar telah dilaksanakan/terpasang oleh PIHAK KEDUA.

Pasal 2

DASAR PELAKSANAAN PEKERJAAN

(1) Pekerjaan-pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 harus dilaksanakan oleh PIHAK KEDUA berdasarkan :

a. dokumen pelelangan yang terdiri dari gambar (termasuk gambar-gambar detail), Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) dan semua perubahan sesuai dengan Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (BAP) Nomor: ……… tanggal …………, dan keterangan-keterangan lainnya;

b. terhadap Surat Perintah Kerja (SPK) ini berlaku ketentuan/peraturan administrasi dan teknis yang berlaku, termasuk :

1) Algemeene Voorwaarden voor de uitvoering bij aanneming van open bare werken (AV) yang disahkan dengan Surat Keputusan Pemerintah Nomor 9 tanggal 28 Mei 1941 dan Tambahan Lembaran Negara No. 14571; 2) Ketentuan Pemerintah dan/atau Pemerintah Kota Surabaya yang berlaku

untuk pengadaan dan/atau pelaksanaan kegiatan Pemerintah;

c. petunjuk-petunjuk, saran-saran dan peringatan-peringatan lisan maupun tertulis dari konsultan pengawas/pengawas lapangan, yang berkaitan dengan persyaratan pelaksanaan pekerjaan yang bersangkutan.

(2) Semua dokumen tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan satu dengan yang lain sedemikian rupa, sehingga satu dengan yang lain adalah sejalan dan saling menunjang.

(3) Apabila terdapat ketidaksesuaian antara dokumen yang satu dengan dokumen yang lain, maka masing-masing mempunyai kekuatan hukum dengan urutan sebagai berikut :

a. Surat Perintah Kerja (SPK) Pengadaan Jasa Pemborongan, dan Addendum/ Amandemen;

b. Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) lengkap dengan lampirannya, dan Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (BAP);

c. Gambar-gambar; d. Surat Penawaran;

e. Jadwal waktu pelaksanaan pekerjaan.

Pasal 3 TENAGA AHLI

(4)

(2) Apabila menurut pertimbangan PIHAK PERTAMA, tenaga yang dipergunakan PIHAK KEDUA tidak memenuhi syarat, maka PIHAK PERTAMA segera memberitahukan secara tertulis kepada PIHAK KEDUA, dan PIHAK KEDUA berkewajiban untuk segera mengganti dengan tenaga ahli yang lain.

(3) PIHAK KEDUA dapat menggantikan tenaga ahlinya dengan tenaga-tenaga ahli lainnya dengan kualifikasi keahlian yang minimal sama, apabila terjadi hal-hal di luar kekuasaannya, setelah terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari PIHAK PERTAMA.

Pasal 4

BIAYA PELAKSANAAN PEKERJAAN

(1) Kedua belah pihak telah sepakat dan setuju bahwa biaya pelaksanaan pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ditetapkan sebesar Rp. ... (...).

(2) Biaya pelaksanaan pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Surabaya, tahun anggaran ….. kode kegiatan..., dengan rincian sebagai berikut:

a. Kode Rekening ... Rp. ...

b. Kode Rekening ... Rp. ...

c. Kode Rekening... Rp. ...

Jumlah Rp. ...…

(3) Biaya pelaksanaan pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sudah termasuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 10 % (sepuluh persen), dan didasarkan atas harga satuan tetap (fixed unit price) yang rinciannya tercantum dalam daftar kuantitas dan harga satuan.

Pasal 5

ATURAN PEMBAYARAN

(1) Kedua belah pihak menyetujui pembayaran biaya pelaksanaan pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, dilakukan secara bertahap dengan angsuran pembayaran (termin) sebagai berikut :

a. Angsuran Kesatu :

Sebesar ...% dari biaya pelaksanaan pekerjaan, atau sebesar ...% X Rp. ... = Rp. ... ( ...);

Dibayarkan dari kode rekening :

a. Kode Rekening ... Rp. ... b. Kode Rekening ... Rp. ... c. Kode Rekening ... Rp. ...

Jumlah Rp. ...…

Dibayarkan kepada PIHAK KEDUA setelah kemajuan fisik pekerjaan mencapai prestasi ... % dari biaya pelaksanaan pekerjaan;

b. Angsuran Kedua :

(5)

Dibayarkan dari kode rekening :

a. Kode Rekening ... Rp. ... b. Kode Rekening ... Rp. ... c. Kode Rekening ... Rp. ...

Jumlah Rp. ...…

Dibayarkan kepada PIHAK KEDUA setelah kemajuan fisik pekerjaan mencapai prestasi ... % dari biaya pelaksanaan pekerjaan;

c. Angsuran Ketiga :

Sebesar ...% dari biaya pelaksanaan pekerjaan, atau sebesar …... % X Rp...= Rp. ...( ...);

Dibayarkan dari kode rekening:

a. Kode Rekening ... Rp. ... b. Kode Rekening ... Rp. ... c. Kode Rekening... Rp. ...

Jumlah Rp. ...…

Dibayarkan kepada PIHAK KEDUA setelah kemajuan fisik pekerjaan mencapai prestasi ... % dari biaya pelaksanaan pekerjaan;

d. Angsuran Keempat :

Sebesar ...% dari biaya pelaksanaan pekerjaan, atau sebesar ... % X Rp...= Rp. ...( ...);

Dibayarkan dari kode rekening:

a. Kode Rekening ... Rp. ... b. Kode Rekening ... Rp. ... c. Kode Rekening... Rp. ...

Jumlah Rp. ...…

Dibayarkan kepada PIHAK KEDUA setelah kemajuan fisik pekerjaan mencapai prestasi 100 % (seratus persen) atau pekerjaan telah selesai dikerjakan dan diadakan Serah Terima Pekerjaan Tingkat I (ST T-I).

e. Angsuran Kelima :

Sebesar 5 % (lima persen) dari biaya pelaksanaan pekerjaan, atau sebesar 5% (lima persen) X Rp. ... = Rp. ... (...);

Dibayarkan dari kode rekening :

a. Kode Rekening ... Rp. ... b. Kode Rekening ... Rp. ... c. Kode Rekening... Rp. ...

Jumlah Rp. ...…

Dibayarkan kepada PIHAK KEDUA setelah masa pemeliharaan pekerjaan berakhir dan dilakukan Serah Terima Pekerjaan Tingkat II (STT-II).

(2) Untuk setiap pengajuan permintaan pembayaran angsuran (termin), PIHAK KEDUA diwajibkan menyertakan Laporan Rincian Kemajuan Fisik Pekerjaan yang ditandatangani oleh konsultan pengawas/pengawas lapangan.

(6)

(4) Pembayaran-pembayaran angsuran dilakukan setelah bagian pekerjaan yang bersangkutan (volume terpasang) telah diperiksa/disetujui oleh Konsultan Pengawas/Pengawas lapangan, yang dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan Fisik Pekerjaan yang dilengkapi bukti hasil uji kualitas material dan ditandatangani oleh Pejabat Pembuat Komitmen.

(5) PIHAK PERTAMA wajib melakukan pembayaran kepada PIHAK KEDUA paling lambat 7 (tujuh) hari dari tanggal Berita Acara Pemeriksaan Fisik Pekerjaan yang ditandatangani oleh Konsultan Pengawas /Pengawas lapangan.

(6) Dari setiap pembayaran angsuran, PIHAK PERTAMA akan memungut Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 10% (sepuluh persen).

Pasal 6

PENANGGUHAN PEMBAYARAN

(1) PIHAK PERTAMA berhak melakukan penangguhan pembayaran pada setiap tahap angsuran pembayaran (termin) jika PIHAK KEDUA tidak melaksanakan kewajiban sesuai dengan Surat Perintah Kerja (SPK), dengan surat pemberitahuan penangguhan pembayaran disertai alasan yang jelas.

(2) PIHAK PERTAMA memberikan kesempatan kepada PIHAK KEDUA untuk segera memperbaiki kekurangan dan/atau kesalahan dalam pelaksanaan pekerjaan dan pelaksanaan pekerjaan dimulai paling lambat 3 (tiga) hari sejak diterimanya surat pemberitahuan penangguhan pembayaran.

(3) PIHAK PERTAMA akan melakukan pembayaran yang ditangguhkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada PIHAK KEDUA, setelah PIHAK KEDUA memperbaiki kekurangan dan/atau kesalahan dan dituangkan dalam suatu berita acara yang ditandatangani oleh kedua belah pihak dan konsultan pengawas.

(4) Penangguhan pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berakibat pada perubahan jangka waktu pelaksanaan pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam Surat Perintah Kerja ini.

Pasal 7

JANGKA WAKTU PELAKSANAAN

(1) Pelaksanaan Pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 dilaksanakan selama …….. hari kalender terhitung sejak tanggal ditandatanganinya Surat Perintah Kerja (SPK) Jasa Pemborongan ini sampai dengan Serah Terima Pekerjaan Tingkat I (STT-I).

(2) Pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, harus sudah selesai dilaksanakan dan dilakukan Serah Terima Pekerjaan Tingkat I (STT-I), oleh PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA, paling lambat pada tanggal : ...

(3) Batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diperpanjang dengan persetujuan tertulis dari PIHAK PERTAMA, berdasarkan Berita Acara dari Konsultan Pengawas/Pengawas lapangan, setelah mempertimbangkan permintaan secara tertulis dari PIHAK KEDUA dengan mengemukakan alasan yang kuat, di luar kewenangan dan kekuasaan PIHAK KEDUA antara lain : a. pembebasan tanah, bangunan dan/atau utilitas dari penguasaan pihak lain,

yang dilaksanakan oleh PIHAK PERTAMA; b. terjadinya keadaan kahar;

c. perubahan desain;

(7)

Pasal 8

JAMINAN PEMELIHARAAN

(1) Dalam masa pemeliharaan setelah Serah Terima Pekerjaan Tingkat I (STT I) pembayaran dilakukan sebesar 95% (sembilan puluh lima persen) dari biaya pelaksanaan pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4.

(2) Jaminan pemeliharaan berupa retensi 5% (lima persen) dari nilai kontrak, dengan masa berlaku retensi sesuai jangka waktu masa pemeliharaan.

(3) Dalam hal PIHAK KEDUA mengundurkan diri dan/atau tidak melaksanakan kewajiban pemeliharaan selama masa pemeliharaan, maka PIHAK KEDUA dikenakan sanksi dilarang mengikuti pengadaan jasa pemborongan di Instansi Pemerintah dan retensi 5% (lima persen) tersebut menjadi milik PIHAK PERTAMA.

Pasal 9

JANGKA WAKTU MASA PEMELIHARAAN

(1) Masa pemeliharaan untuk pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ditetapkan selama ... terhitung sejak dilakukan Serah Terima Pekerjaan Tingkat I (STT-I) antara PIHAK PERTAMA dengan PIHAK KEDUA.

(2) PIHAK KEDUA dalam masa pemeliharaan tersebut diwajibkan mengadakan pemeliharaan pekerjaan agar tetap sempurna sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.

(3) Segala biaya yang diperlukan untuk pekerjaan pemeliharaan, sepenuhnya menjadi tanggung jawab PIHAK KEDUA.

(4) Apabila PIHAK KEDUA tidak mengindahkan kewajiban tersebut, maka pekerjaan pemeliharaan akan dilaksanakan oleh pihak lain atas perintah PIHAK PERTAMA dan biaya pemeliharaannya dibebankan kepada PIHAK KEDUA. (5) Setelah masa pemeliharaan pekerjaan berakhir dan PIHAK KEDUA sudah

memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3), maka diadakan Serah Terima Pekerjaan Tingkat II (STT – II), dan PIHAK KEDUA dibebaskan dari kewajibannya dalam pemeliharaan.

Pasal 10 PAJAK DAN BIAYA

Seluruh beban pajak dan biaya-biaya lain yang timbul akibat dari Surat Perintah Kerja (SPK) Pengadaan Jasa Pemborongan ini menjadi tanggungan dan harus dibayarkan oleh PIHAK KEDUA sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 11 ASURANSI

(8)

(2) Semua polis asuransi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dibuat untuk dan atas nama PIHAK PERTAMA, dan polis asli serta bukti pembayaran premi asli yang telah dibayarkan oleh PIHAK KEDUA harus diserahkan kepada PIHAK PERTAMA paling lambat dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja setelah premi dibayarkan.

(3) Apabila terjadi resiko atas pekerjaan yang diasuransikan tersebut, maka hak klaim asuransi sepenuhnya berada pada PIHAK PERTAMA, dan uang pertanggungan yang diperoleh dari perusahaan asuransi digunakan untuk perbaikan kembali pekerjaan yang mengalami resiko oleh PIHAK KEDUA.

(4) PIHAK KEDUA wajib mengasuransikan tenaga kerja pada perusahaan asuransi tenaga kerja yang telah ditetapkan Pemerintah sesuai ketentuan yang berlaku, paling lambat dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah dimulainya pelaksanaan pekerjaan di lapangan.

Pasal 12

PERUBAHAN, PENAMBAHAN DAN PENGURANGAN PEKERJAAN

(1) Kontrak yang dilakukan dengan sistem Kontrak Harga Satuan (Fixed Unit Price Contract) ini, dimungkinkan adanya pekerjaan tambah/kurang (Contract Variation Order), berdasarkan hasil pengukuran bersama atas pekerjaan:

a. pada saat pekerjaan fisik akan mulai dilaksanakan, harus dibuat perhitungan menyeluruh atas hasil pengukuran, dan jika terjadi perbedaan maka dibuat perhitungan menyeluruh atas semua contract variation order (CVO)/mutual chek untuk dipakai sebagai dasar pembuatan Addendum/Amandemen Surat Perintah Kerja sebagai dasar pelaksanaan pekerjaan, yang selanjutnya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Perintah Kerja (SPK) ini;

b. yang dimaksud dengan pekerjaan tambah/kurang adalah suatu pekerjaan yang terjadi karena kondisi lapangan dan pelaksanaan pekerjaan yang tidak diperhitungkan (tak terduga) akan terjadi dan tidak dapat dihindari, dalam rapat persiapan pelaksanaan pekerjaan, sehingga mengakibatkan bertambah/ berkurangnya volume dan jenis pekerjaan yang tercantum dalam kontrak;

c. apabila berdasarkan penelitian yang dilakukan memang benar mengakibatkan bertambah/berkurangnya volume dan jenis pekerjaan tertentu, maka PIHAK KEDUA dapat melaksanakan pekerjaan tambah/kurang tersebut setelah menerima Surat Perintah pekerjaan tambah/kurang dari PIHAK PERTAMA;

d. Surat perintah pekerjaan tambah/kurang tersebut harus memenuhi : 1. uraian pekerjaan tambah/kurang yang bersangkutan;

2. perkiraan biaya pekerjaan tambah/kurang;

3. persetujuan PIHAK KEDUA untuk melaksanakan pekerjaan tambah/kurang tersebut;

e. pekerjaan tambah disepakati kedua belah pihak, tidak melebihi 10% (sepuluh persen) dari nilai kontrak awal pekerjaan ini dan tidak termasuk pekerjaan yang belum direncanakan.

(9)

a. menambah atau mengurangi volume pekerjaan yang tercantum dalam dokumen Kontrak;

b. menghapus bagian pekerjaan;

c. mengubah mutu atau macam pekerjaan;

d. mengubah elevasi, kedudukan, dan dimensi dari bagian-bagian pekerjaan; e. melaksanakan pekerjaan tambahan yang diperlukan untuk menyelesaikan

seluruh pekerjaan, dan pekerjaan tambahan tersebut tidak akan mempengaruhi berlakunya Surat Perintah Kerja (SPK).

(3) Perubahan-perubahan pekerjaan tidak diperkenankan dilaksanakan oleh PIHAK KEDUA tanpa suatu izin/perintah perubahan. Perintah perubahan tersebut diberikan secara tertulis oleh PIHAK PERTAMA dan disetujui oleh PIHAK KEDUA.

(4) Dalam keadaan mendesak, konsultan pengawas/pengawas lapangan dapat memberikan perintah perubahan yang harus diikuti dengan perintah tertulis dari PIHAK PERTAMA. Baik sebelum maupun sesudah perintah tertulis dari PIHAK PERTAMA, perintah konsultan pengawas/pengawas lapangan tersebut merupakan perintah untuk melakukan perubahan pekerjaan.

(5) PIHAK KEDUA wajib melaksanakan setiap perubahan dari volume pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dan berhak mengajukan perubahan biaya yang dihitung berdasarkan harga satuan yang tercantum dalam daftar kuantitas dan harga satuan.

(6) Perhitungan penambahan atau pengurangan pekerjaan yang disebabkan adanya perintah perubahan, dilakukan atas dasar persetujuan kedua belah pihak, dihitung berdasarkan daftar harga satuan pekerjaan dan/atau perhitungan analisa pekerjaan berdasarkan daftar kuantitas dan harga satuan.

(7) Apabila terjadi perubahan persyaratan pekerjaan yang harus dilaksanakan sehingga mengakibatkan penambahan dan/atau pengurangan pekerjaan, atas persetujuan bersama oleh kedua belah pihak akan dituangkan dalam suatu Addendum, yang selanjutnya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Perintah Kerja (SPK) ini.

Pasal 13

PELAKSANA, BAHAN DAN PERLENGKAPAN/PERALATAN PEKERJAAN (1) Di tempat pekerjaan harus selalu ada wakil PIHAK KEDUA yang cakap,

memadai dan profesional serta bersertifikat sesuai yang dipersyaratkan, yang ditunjuk sebagai pelaksana dan mempunyai wewenang/kuasa penuh untuk mewakili PIHAK KEDUA, yang dapat menerima dan menyelesaikan segala perintah serta petunjuk-petunjuk dari konsultan pengawas/pengawas lapangan. (2) Bahan-bahan dan Perlengkapan/Peralatan Pekerjaan :

a. apabila dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) tidak ada ketentuan lain, maka semua kebutuhan bahan dan perlengkapan/peralatan untuk pekerjaan harus diusahakan dan menjadi tanggung jawab PIHAK KEDUA; b. semua bahan, barang dan perlengkapan/peralatan untuk pekerjaan serta

(10)

(3) Buku Harian Lapangan (BHL) dan laporan :

a. PIHAK KEDUA wajib menyediakan, mengisi dan membuat catatan dalam Buku Harian di tempat pekerjaan;

b. semua perintah dan peringatan dari PIHAK PERTAMA, rekaman kondisi cuaca dan segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan dicatat dalam Buku Harian oleh PIHAK KEDUA;

c. PIHAK KEDUA wajib membuat laporan berkala dan berkesinambungan mengenai kemajuan pekerjaan, tenaga kerja, perubahan pekerjaan dan lain-lain yang berhubungan dengan dengan kelancaran serta hambatan/kesulitan pelaksanaan pekerjaan.

Pasal 14

KEAMANAN DAN KESELAMATAN KERJA

(1) PIHAK KEDUA harus menjaga keselamatan para pekerja dan petugas proyek lainnya ketika melaksanakan pekerjaan/tugas dan/atau ketika berada di dalam lokasi pekerjaan.

(2) PIHAK KEDUA wajib menghindarkan segala kemungkinan bahaya yang dapat timbul atas para pekerja dalam melaksanakan tugas pekerjaannya. Apabila terjadi kecelakaan, maka segala akibatnya menjadi tanggung jawab PIHAK KEDUA.

(3) Untuk menyimpan bahan-bahan bangunan dan perlengkapan/peralatan kerja yang dibutuhkan untuk pekerjaan, maka PIHAK KEDUA harus membuat gudang/tempat khusus yang baik. Untuk menghindarkan kehilangan bahan bangunan, perlengkapan/peralatan kerja, perlu dilakukan penjagaan yang cukup memadai oleh PIHAK KEDUA.

Pasal 15

JASA DAN PRODUKSI DALAM NEGERI

(1) Kecuali ditentukan lain dalam Surat Perintah Kerja (SPK) ini, maka untuk pelaksanaan, penyelesaian dan pemeliharaan pekerjaan, PIHAK KEDUA wajib mengutamakan jasa dan produksi Dalam Negeri sebagaimana ditentukan dalam RKS, dengan tetap mengutamakan syarat-syarat mutu bahan dan jasa yang bersangkutan, sesuai dengan petunjuk dan persetujuan PIHAK PERTAMA.

(2) Penggunaan jasa dan produksi Dalam Negeri, hasil pekerjaannya tetap harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan, dan sepenuhnya menjadi tanggung jawab PIHAK KEDUA.

(11)

Pasal 16

KEIKUTSERTAAN GOLONGAN USAHA KECIL * *(untuk non kecil)

(1) PIHAK KEDUA wajib mengikutsertakan Golongan Usaha Kecil, dalam pelaksanaan bagian pekerjaan, sebagai sub kontraktor atau sebagai pemasok bahan sesuai spesialisasi/keahlian yang diperlukan, dengan tetap memperhatikan bonafiditas yang bersangkutan, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan disetujui oleh PIHAK PERTAMA.

(2) PIHAK KEDUA bertanggung jawab penuh atas hasil kerja yang dilaksanakan baik yang dikerjakan sendiri ataupun yang dikerjakan oleh PIHAK KETIGA atas persetujuan PIHAK PERTAMA.

(3) PIHAK KEDUA wajib melaporkan secara berkala dan berkesinambungan kepada PIHAK PERTAMA, tentang pelaksanaan Surat Perintah Kerja ini.

(4) Dalam hal PIHAK KEDUA ternyata melalaikan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, Pasal 14 ayat (1) dan Pasal 14 ayat (2), dan setelah diawali teguran tertulis dari PIHAK PERTAMA tidak juga dilaksanakan oleh PIHAK KEDUA, maka dapat dikenakan sanksi dan/atau denda berdasarkan Surat Perintah Kerja ini.

Pasal 17

HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL

(1). PIHAK KEDUA dengan ini menjamin atas keabsahan setiap jenis hak atas kekayaan intelektual yang digunakan dan/atau diterapkan dalam pekerjaan sebagaimana diatur dalam Surat Perintah Kerja (SPK) ini dan PIHAK KEDUA membebaskan pihak pertama dari segala tuntutan atau gugatan dari pihak lain yang terkait dengan penggunaan dan/atau penerapan hak atas kekayaan intelektual dalam pekerjaan ini.

(2). Hak atas kekayaan intelektual yang lahir atau tercipta sebagai akibat dari pelaksanaan Surat Perintah Kerja (SPK) ini menjadi hak PIHAK PERTAMA.

Pasal 18

PENGALIHAN PEKERJAAN

(1) Pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, baik sebagian maupun seluruhnya dilarang dialihkan oleh PIHAK KEDUA kepada pihak lain, tanpa persetujuan tertulis dari PIHAK PERTAMA.

(2) Jika ternyata PIHAK KEDUA menyerahkan sebagian pekerjaan atau seluruhnya kepada pihak lain, dan peringatan-peringatan tertulis dari PIHAK PERTAMA tidak dilaksanakan oleh PIHAK KEDUA, maka setelah mengadakan perhitungan, PIHAK PERTAMA berhak membatalkan Surat Perintah Kerja (SPK) ini secara sepihak dan menetapkan PIHAK KEDUA dalam daftar hitam.

Pasal 19 KERJA LEMBUR

(1) Kerja lembur di luar ketentuan jam-jam kerja, PIHAK KEDUA wajib minta izin secara tertulis kepada PIHAK PERTAMA.

(12)

Pasal 20

PENGAWASAN PEKERJAAN

Pengawasan pelaksanaan pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 dilakukan oleh Pengawas Lapangan/Konsultan Pengawas.

Pasal 21 CIDERA JANJI

PIHAK KEDUA dinyatakan melakukan cidera janji apabila tidak memenuhi ketentuan sebagai berikut :

a. tidak menyelesaikan pekerjaan;

b. pekerjaan tidak memenuhi mutu pekerjaan sebagaimana spesifikasi teknis yang telah ditetapkan;

c. hasil pekerjaan tidak memenuhi kuantitas yang telah ditetapkan;

d. waktu penyelesaian pekerjaan melebihi batas waktu dalam Surat Penawaran Harga (SPH) dan/atau Rencana Kerja Syarat-syarat (RKS).

Pasal 22

SANKSI DAN DENDA

(1) Apabila penyerahan pekerjaan tingkat pertama (STT – I) dilakukan melampaui batas waktu yang telah disepakati sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, maka PIHAK KEDUA dikenakan denda keterlambatan untuk setiap satu hari keterlambatan sebesar 1‰ (satu permil) dari biaya pelaksanaan pekerjaan atau sebesar Rp... (...).

(2) Apabila PIHAK KEDUA melalaikan ketentuan-ketentuan yang telah disepakati dan/atau ketentuan serta syarat-syarat teknis, dan ternyata tidak segera memperbaiki kelalaian tersebut setelah menerima 2 (dua) kali surat peringatan dari PIHAK PERTAMA, maka untuk tiap kelalaian yang telah diperingatkan,

PIHAK KEDUA dikenakan sanksi denda setiap kali kelalaian sebesar Rp. ...(...).

(3) Apabila jadwal waktu penyerahan pekerjaan tingkat I (STT-I) yang telah disepakati ternyata dilampaui, sedangkan pekerjaan secara keseluruhan belum selesai, dan karena sesuatu hal terjadi pemutusan Surat Perintah Kerja (SPK), maka PIHAK KEDUA tetap dikenakan denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), dengan mempertimbangkan nilai fisik (volume terpasang) yang telah dilaksanakan dan yang dapat disetujui PIHAK PERTAMA.

(4) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) dapat dilaksanakan oleh PIHAK PERTAMA melalui pemotongan terhadap pembayaran angsuran (termin) yang diterimakan kepada PIHAK KEDUA.

(13)

Pasal 23

PENGHENTIAN DAN PEMUTUSAN SURAT PERINTAH KERJA

(1) Penghentian perintah kerja dilakukan apabila terjadi hal-hal di luar kekuasaan para pihak untuk melaksanakan kewajiban yang ditentukan dalam Surat Perintah Kerja (SPK), yang disebabkan oleh timbulnya perang, pemberontakan, perang saudara, sepanjang kejadian-kejadian tersebut berkaitan dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia, kekacauan dan huru-hara serta bencana alam yang dinyatakan resmi oleh pemerintah, atau keadaan yang ditetapkan dalam Surat Perintah Kerja (SPK).

(2) Pemutusan Surat Perintah Kerja (SPK) dapat dilakukan apabila para pihak cidera janji dan/atau tidak memenuhi kewajiban dan tanggung jawabnya sebagaimana diatur dalam Surat Perintah Kerja (SPK).

(3) Pemutusan Surat Perintah Kerja (SPK) yang disebabkan oleh kelalaian PIHAK KEDUA dikenakan sanksi sesuai yang ditetapkan dalam Surat Perintah Kerja (SPK) berupa:

a. sisa uang harus dilunasi oleh PIHAK KEDUA; b. membayar denda dan ganti rugi kepada negara; c. pengenaan daftar hitam untuk jangka waktu tertentu.

(4) Surat Perintah Kerja (SPK) batal demi hukum apabila isi Surat Perintah Kerja (SPK) melanggar perundang-undangan yang berlaku.

(5) Surat Perintah Kerja (SPK) dibatalkan apabila para pihak terbukti melakukan korupsi, kolusi, nepotisme, kecurangan, dan pemalsuan dalam proses pengadaan maupun pelaksanaan Surat Perintah Kerja (SPK).

Pasal 24 KEADAAN KAHAR

(1) PIHAK KEDUA dibebaskan dari denda-denda dan sanksi apabila keterlambatan penyelesaian pekerjaan disebabkan oleh terjadinya peristiwa-peristiwa di luar kekuasaan atau kemampuan PIHAK KEDUA yang dianggap sebagai keadaan kahar yang disetujui oleh PIHAK PERTAMA, misalnya :

a. bencana alam atau peperangan;

b. kejadian-kejadian akibat kebijakan Pemerintah dalam bidang moneter dan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah bahwa akibat kebijakan tersebut dapat digolongkan sebagai keadaan kahar.

(2) Apabila terjadi peristiwa-peristiwa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), PIHAK KEDUA harus memberitahukan secara tertulis kepada PIHAK PERTAMA dalam waktu paling lambat 14(empat belas) hari setelah terjadinya keadaan kahar dengan menyertakan pernyataan keadaan kahar dari instansi yang berwenang. (3). Atas persetujuan PIHAK PERTAMA, dibuatkan Berita Acara dan selanjutnya

(14)

Pasal 25

KEGAGALAN BANGUNAN

(1). Kegagalan bangunan adalah keadaan bangunan setelah diserahterimakan oleh PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA, baik secara keseluruhan maupun sebagian menjadi tidak berfungsi dan/atau tidak sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam Surat Perintah Kerja (SPK) konstruksi atau pemanfaatannya yang menyimpang sebagai akibat kesalahan PIHAK KEDUA dan/atau PIHAK PERTAMA.

(2). PIHAK KEDUA wajib bertanggung jawab atas kegagalan bangunan yang terjadi pada pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam Surat Perintah Kerja (SPK) ini.

(3). Kegagalan bangunan yang menjadi tanggung jawab PIHAK KEDUA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan terhitung sejak penyerahan akhir pekerjaan konstruksi dan paling lama 10 (sepuluh) tahun.

(4). Jika terjadi kegagalan bangunan yang disebabkan karena kesalahan PIHAK KEDUA, dan hal tersebut terbukti menimbulkan kerugian bagi pihak lain, maka PIHAK KEDUA wajib bertanggung jawab sesuai dengan bidang usaha dan dikenakan ganti rugi.

(5). Apabila PIHAK KEDUA melakukan pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang bertentangan atau tidak sesuai dengan ketentuan keteknikan yang telah ditetapkan dan mengakibatkan kegagalan pekerjaan konstruksi atau kegagalan bangunan, diancam pidana penjara atau denda sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang jasa konstruksi.

(6). Kegagalan bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh pihak ketiga selaku penilai ahli.

Pasal 26

PENILAIAN KEGAGALAN BANGUNAN

(1). Kegagalan bangunan dinilai dan ditetapkan oleh 1 (satu) atau lebih penilai ahli yang profesional dan kompeten dalam bidangnya serta bersifat independen dan mampu memberikan penilaian secara obyektif, yang harus dibentuk dalam waktu paling lambat 1 (satu) bulan sejak diterimanya laporan mengenai terjadinya kegagalan bangunan.

(2). Penilai ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dipilih dan disepakati bersama oleh PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA.

Pasal 27

TANGGUNG GUGAT AKIBAT KEGAGALAN BANGUNAN

(15)

Pasal 28

PENEMUAN BENDA/BARANG BERNILAI SEJARAH

Penemuan-penemuan benda/barang yang mempunyai nilai sejarah atau penemuan-penemuan menurut Undang-undang yang dikuasai oleh negara di lokasi pekerjaan pada masa pelaksanaan kontrak, PIHAK KEDUA wajib memberitahukan kepada PIHAK PERTAMA dan pihak berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.

Pasal 29

PEMBATALAN SURAT PERINTAH KERJA

(1) PIHAK PERTAMA berhak membatalkan Surat Perintah Kerja (SPK) ini secara sepihak apabila PIHAK KEDUA:

a. dalam jangka waktu satu bulan berturut-turut terhitung dari tanggal ditandatangani Surat Perintah Kerja (SPK) ini, tidak atau belum memulai tugas pekerjaannya;

b. dalam waktu 1 (satu) bulan berturut-turut tidak melanjutkan pekerjaannya; c. secara langsung atau tidak langsung dengan sengaja memperlambat

penyelesaian pekerjaan;

d. memberikan keterangan-keterangan yang tidak benar, yang merugikan kepentingan PIHAK PERTAMA.

(2) Para pihak sepakat untuk menyimpangi ketentuan dalam Pasal 1266 jo 1267 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Pasal 30

PENYELESAIAN PERSELISIHAN

(1) Apabila terjadi perselisihan dalam pelaksanaan kontrak ini, PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA sepakat untuk menyelesaikan secara musyawarah untuk mufakat.

(2) Jika penyelesaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak tercapai, maka kedua belah pihak sepakat untuk menyelesaikan perselisihan di Pengadilan Negeri Surabaya sesuai dengan Hukum Acara Perdata yang berlaku.

Pasal 31 DOMISILI

Mengenai pelaksanaan Surat Perintah Kerja (SPK) ini dan segala akibatnya, kedua belah pihak memilih kedudukan yang tidak dapat diubah di Kepaniteraan Pengadilan Negeri di Surabaya.

Pasal 32 PENUTUP

(16)

c. Surat Penawaran Harga (SPH) Nomor ... Tanggal ..., berikut lampirannya;

d. Berita Acara Pembukaan Sampul Surat Penawaran (BAPP) Nomor ... Tanggal….;

e. Berita Acara Hasil Evaluasi Administrasi Nomor. ……… Tanggal……..; f. Berita Acara Hasil Evaluasi Teknis Nomor. ……… Tanggal……..;

g. Berita Acara Hasil Evaluasi Kewajaran Harga Nomor. ……… Tanggal……..; h. Berita Acara Hasil Evaluasi Kualifikasi Nomor. ……… Tanggal……..;

i. Berita Acara Penilaian Hasil Pelelangan (BAHP) Nomor... Tanggal ...;

j. Surat Keputusan Penetapan Penyedia Barang/Jasa (SKPPBJ) Nomor... Tanggal...;

k. Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ) Nomor... Tanggal ...;

l. Dokumen Pelelangan (RKS, gambar-gambar, KAK/TOR, dan lainnya); yang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari Surat Perintah Kerja (SPK) ini, dan merupakan satu kesatuan utuh.

(2) Segala sesuatu yang belum cukup diatur dalam Surat Perintah Kerja (SPK) ini, dan/atau perubahan yang dianggap perlu oleh kedua belah pihak, akan diatur lebih lanjut dalam Surat Perintah Kerja (SPK) Tambahan (Addendum/Amandemen), dan selanjutnya merupakan bagian yang saling menunjang, yang tidak terpisahkan dari Surat Perintah Kerja (SPK) ini.

(3) Surat Perintah Kerja (SPK) Pengadaan Jasa Pemborongan ini dibuat dan ditandatangani oleh kedua belah pihak di Surabaya, pada hari, tanggal, bulan dan tahun tersebut di atas yang aslinya dibuat dalam rangkap 2 (dua), masing-masing dibubuhi meterai secukupnya, yang keduanya mempunyai kekuatan hukum yang sama, dan untuk keperluan administrasi dibuat salinan dalam rangkap ... (...).

Setelah membaca dengan seksama, menyatakan menerima dan melaksanakan

Surat Perintah Kerja ini

PT/CV ... Selaku PIHAK KEDUA

Meterai

Yth. 1.Sdr. Kepala Badan Pengawas Kota Surabaya

2.Sdr. Kepala Badan Pengelolaan Keuangan Kota Surabaya

3.Sdr. Kepala Bagian Bina Program Sekretariat Daerah Kota Surabaya 4.Sdr. Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah ...

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini diberitahukan, bahwa setelah diadakan evaluasi, penelitian dan penilaian dokumen prakualifikasi peserta penyedia, menurut ketentuan berlaku oleh Panitia Pengadaan

Dengan inI kami mengundang Saudara untuk mengikuti Pembuktian Kualifikasi Jasa Konsultansi dengan Sistem Seleksi Sederhana untuk :. Perencanaan

Dengan in kami mengundang saudara untuk mengikuti Pembuktian Kualifikasi Pengadaan Jasa Konstruksi dengan Sistem Pemilihan Langsung untuk :. Pengadaaan dan Pemasangan Lampu

Dengan ini diberitahukan, bahwa setelah diadakan evaluasi, penelitian dan penilaian dokumen prakualifikasi peserta penyedia, menurut ketentuan berlaku oleh Panitia Pengadaan

Dengan in kami mengundang saudara untuk mengikuti Pembuktian Kualifikasi Pengadaan Jasa Konsultan dengan Sistem Seleksi Sederhana untuk :. Belanja Jasa Konsultan Perencanaan

Menganalisis perbedaan kinerja keuangan pada perusahaan asuransi syariah dan konvensional berdasarkan Liquidity Ratio yang diwakili oleh Current Ratio. Menganalisi perbedaan

[r]

[r]