• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Akhir Kegiatan Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Laporan Akhir Kegiatan Tahun 2016"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

SI STEM I NT

PAD

DI

WAH

BALAI PENGKAJ

BADAN PENELI

LAPORAN AKHI R TAHUN

NTEGRASI SAPI DENGAN JA

ADA LAHAN SUBOPTI MAL

DI PROVI NSI BENGKULU

AHYUNI AMELI A WULANDARI

AJI AN TEKNOLOGI PERTANI AN

ELI TI AN DAN PENGEMBANGAN PER

2016

N JAGUNG

MAL

U

I

(2)

LAPORAN AKHI R

SI STEM I NTEGRASI SAPI DENGAN JAGUNG

PADA LAHAN SUBOPTI MAL

DI PROVI NSI BENGKULU

Wahyuni Amelia Wulandari

Sri Suryani M. Rambe

Erpan Ramon

Eko Kristanto

Sri Hartati A

M. Nur

Syafi’i

BALAI PENGKAJI AN TEKNOLOGI PERTANI AN BENGKULU

BADAN PENELI TI AN DAN PENGEMBANGAN PERTANI AN

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Kegiatan Sistem I ntegrasi Sapi dengan Jagung Pada Lahan Suboptimal di Provinsi Bengkulu. Kegiatan ini mempunyai arti penting mendukung pelaksanaan penelitian dan pengkajian oleh BPTP Bengkulu.

Laporan ini telah kami susun semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pelaksanaan kegiatan dan pembuatan laporan tengah tahun ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar -lebarnya saran dan kritik kepada kami sehingga dapat memperbaiki pelaksanaan kegiatan dan laporan ini. Semoga laporan ini dapat memberikan informasi bagi kita semua dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Bengkulu, Desember 2016 Penanggung Jawab Kegiatan,

(4)

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul RPTP : Sistem I ntegrasi Sapi dengan Jagung Pada Lahan Suboptimal di Provinsi Bengkulu

2. Unit Kerja : BPTP Bengkulu

3. Alamat Unit Kerja : Jl. I rian Km. 6,5 Bengkulu 38119 4. Sumber Dana : DI PA BPTP Bengkulu TA. 2016 5. Status Kegiatan : Lanjutan

6. Penanggung Jawab

Wahyuni Amelia Wulandari, S.Pt, M.Si. Penata / I I I c

Peneliti Muda

7. Lokasi : Kabupaten Bengkulu Utara

8. Agroekosistem : Lahan Kering

9. Tahun Mulai : 2015

10 Tahun Selesai : 2016

11. Output Tahunan : Tahun 2016

1. Meningkatkan produktivitas usahatani sapi dan jagung di lahan suboptimal.

2. Meningkatkan efisiensi usahatani di lahan suboptimal.

3. Mengetahui respon petani terhadap inovasi teknologi integrasi sapi dengan jagung pada lahan suboptimal.

12. Output Akhir : Mendapatkan rekomendasi teknologi usahatani integrasi sapi jagung pada lahan suboptimal. 13. Biaya TA. 2016 : Rp. 96.000.000 (Sembilan Puluh Enam Juta

Rupiah).

Koordinator Program,

Dr. Shannora Yuliasari, S.TP., MP NI P. 19740731 200312 2 001

Penanggung Jawab Kegiatan,

Wahyuni A. Wulandari, S.Pt, M.Si NI P.19750724 199903 2 002

Mengetahui, Kepala BBP2TP

Dr. I r. Haris Syahbuddin, DEA NI P. 19680415 199203 1 001

Kepala BPTP Bengkulu,

(5)

DAFTAR I SI

1.4. Keluaran Yang Diharapkan... 6

1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak... 6

I I . TI NJAUAN PUSTAKA... 8

I I I . METODOLOGI ... 10

3.1. Pendekatan ... 10

3.2. Ruang Lingkup Kegiatan ... 10

3.3. Bahan dan Metode Pelaksanaan Kegiatan ... 11

3.3.1. Alat dan Bahan... 11

3.3.2. Metode Pelaksanaan Kegiatan ... 11

3.3.3. Penningkatan Efisiensi Usahatani Jagung dan Sapi Berbasis I ntegrasi di Lahan Suboptimal ... 16

3.3.4. Respon Petani Terhadap I novasi Teknologi I ntegrasi Sapi dengan Jagung Pada Lahan Suboptimal ... 17

3.4. Fasilitasi Perjalanan Dinas Keluar Provinsi ... 18

I V. HASI L DAN PEMBAHASAN ... 23

4.1. Peningkatan Produktivitas Usahatani Sapi Jagung di Lahan Suboptimal ... 23

4.2. Peningkatan Efisiensi Usahatani Jagung dan Sapi Berbasis I ntegrasi di Lahan Suboptimal... 28

4.3. Respon Petani terhadap I novasi Teknologi I ntegrasi Sapi dengan Jagung Pada Lahan Suboptimal ... 30

V. KESI MPULAN DAN SARAN ... 33

KI NERJA HASI L PENGKAJI AN... 34

DAFTAR PUSTAKA ... 35

ANALI SI S RI SI KO ... 37

JANGKA WAKTU KEGI ATAN ... 38

PEMBI AYAAN ... 39

REALI SASI ANGGARAN... 40

PERSONALI A ... 41

(6)

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Nama peternak dan jumlah sapi induk betina dalam

(7)

DAFTAR LAMPI RAN

(8)

RI NGKASAN

1. Judul : Sistem I ntegrasi Sapi dengan Jagung Pada Lahan Suboptimal di Provinsi Bengkulu

2. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu

3. Lokasi : Kabupaten Bengkulu Utara

4. Agroekosistem : Lahan Kering

5. Status : Lanjutan

6. Tujuan : Tujuan Akhir :

Mendapatkan rekomendasi teknologi usahatani integrasi sapi jagung pada lahan suboptimal. Tahun 2015

1. Mengkaji potensi lahan suboptimal untuk penerapan model usahatani integrasi sapi jagung.

2. Memanfaatkan sumbersaya tanaman untuk pakan dan sumberdaya ternak untuk kompos.

3. Menganalisis nilai penerimaan dan biaya produksi usaha ternak san tanaman jagung pada lahan sub optimal.

Tahun 2016

1. Meningkatkan produktivitas usahatani sapi dan jagung di lahan suboptimal.

2. Meningkatkan efisiensi usahatani di lahan suboptimal.

3. Mengetahui respon petani terhadap inovasi teknologi integrasi sapi dengan jagung pada lahan suboptimal.

7. Keluaran : Keluaran Akhir :

Rekomendasi teknologi usahatani integrasi sapi jagung pada lahan suboptimal.

Tahun 2015

1. Kajian potensi lahan suboptimal untuk penerapan model usahatani integrasi sapi jagung.

2. Komposisi pakan berbasis limbah tanaman, jenis komposber bahan baku feces.

3. Nilai penerimaan dan biaya produksi usaha ternak dan tanaman jagung pada lahan suboptimal

Tahun 2016

1. Peningkatanproduktivitasusahatanisapidanj agungdilahan suboptimal

2. Peningkatan efisiensiusahatani di lahan suboptimal.

(9)

integrasi sapi dengan jagung pada lahan suboptimal.

8. Hasil tahun lalu : 1. Peningkatan produktivitas lahan suboptimal sebesar 10% .

2. Peningkatan pendapatan petani/ peternak sebesar 10% .

3. KTI dalam bentuk prosiding sebanyak 1 judul.

9. Perkiraan manfaat : 1. Meningkatkan gairah petani untuk memperluas usaha.

2. Mendorong jumlah populasi sapi potong di lokasi pengkajian sejalan dengan peningkatan gairah usaha petani.

3. Nilai pendapatan petani meningkat seiring dengan peningkatan produksi dan efisiensi usaha.

10. Perkiraan dampak : 1. Membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat setempat khususnya yang berkaitan dengan aktifitas di bidang perternakan sapi potong dan pertanian tanaman jagung.

2. Mendorong penentu kebijakan setempat untuk meningkatkan pengembangan usaha perternakan sapi potong dan pertanian tanaman jagung yang lebih luas.

3. Menberi kontribusi terhadap peningkatan pendapatan asli daerah (PAD).

(10)

lapangan) dan 2) pakan teknologi petani (rumput lapangan) + pakan limbah tanaman jagung.Data kesuburan tanah, produktivitas tanaman jagung dan ternak yang terkumpul akan dianalisis dengan analisis of variant (ANOVA), uji lanjut dengan DMRT. Analisis finansial dilakukan untuk menentukan kelayakan usahatani.

12. Jangka Waktu : 2 tahun (2015 – 2016)

(11)

SUMMARY

1. Title RPTP : I ntegration System of Cattle with Corn OnSub-Optimal Land in Bengkulu Province 2. I nstitute : Bengkulu Assessment I nstitute for Agricultural

Technology (AI AT)

3. Location : North Bengkulu Residence

4. Agroecosystems : Dry land 5. with maize in sub-optimal land.

Year 2015

1. Assessing the potential for sub-optimal land application of farm capital system integration cow corn.

1. Optimizing farming in sub-optimal land through the integration of cattle with corn. 2. I mproving soil fertility suboptimal.

3. 3. Knowing the farmer’s response to the integration of technological innovations in the fields of corn beef with suboptimal.

7. Output : End Goals :

Model of integration cattle farm with maize in sub-optimal land.

Year 2015

(12)

Year 2016

1. Optimization of farming in sub-optimal land through the integration of cattle with corn.

2. I mproved soil fertility suboptimal.

3. 3. The farmers’ responses to technological innovation integration beef with corn on suboptimal land.

8. Achievements : 1. I ncreased suboptimal land productivity by 10% .

2. To increase the income of farmers / ranchers by 10% .

3. Peaper in the form of proceedings as much as one title.

9. Expected Benefits : 1. I mproving farmer passion to expand the business.

2. Promote the number of beef cattle population in locations consistent with increased arousal assessment of farmers. 3. Farmers income value increases with the

increase in production and business efficiency.

10. Expected I mpact :

1. Opens new jobs for local communities, especially with regard to activities in the field of beef cattle farms and corn crops. 2. Encouraging local policy makers to

improve the business development of beef cattle farming and agriculture corn crop wider.

3. Gif contributed to the increase in revenue. 11. Methodology : Study treatment teknologia maize varieties

(13)

cattle aged 1.5-3 years were divided into two treatment of feed, ie 1) farmers feed technology (grass field) and 2) feed the farmer technologies (grass field) + waste feed corn crops. Data of soil fertility, productivity of maize crop and livestock collected will be analyzed by analysis of variants (ANOVA), a further test with DMRT. Financial analysis conducted to determine the feasibility of farming.

12. Period : 2 years (2015 – 2016)

(14)

I . PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Lahan suboptimal di Provinsi Bengkulu cukup luas dan belum sepenuhnya dimanfaatkan untuk pertanian, lahan sub optimal tersebut diantaranya adalah lahan kering masam dan lahan rawa, lahan kering mencapai 4,57 juta ha yang tediri dari 3,44 juta ha lahan masam dan 1,13 juta ha lahan tidak masam. Luas lahan kering yang memiliki potensi untuk sektor untuk sektor pertanian seluas 796.800 ha (BPS Provinsi Bengkulu 2013). Provinsi Bengkulu memiliki potensi yang besar untuk pengembangan usaha ternak sapi karena didukung oleh sumber daya alam (lahan, pakan), sumber daya manusia, serta peluang pasar yang memadai.

Tanaman jagung merupakan tanaman yang dapat ditanam di lahan suboptimal dengan penanganan berbagai macam penanganan. Di Provinsi Bengkulu luas tanaman tanaman jagung 22.653 ha dengan produksi 103.770 ton, sedangkan di Bengkulu Utara seluas 2.904 ha dengan produksi 13. 346 ton (BPS Bengkulu, 2013). Produktivitas jerami jagung adalah sekitar dua kali lipat dari produktivitas jagung, jadi seandainya jagung pipil kering diperoleh 3,5 ton/ ha maka bahan kering jerami adalah sekitar 7 ton/ ha (Paat, 2009).

Usahatani terpadu merupakan pilihan tepat karena semakin terbatasnya kemampuan sumberdaya pertanian. Sehubungan dengan itu sistem integrasi jagung-sapi (SI JS) adalah salah satu model sistem usahatani terpadu alternatif pada pertanian lahan kering. Pengembangan SI JS merupakan program yang strategis untuk menundukung swasembada jagung I ndonesia. SI JS merupakan sistem usahatani tanpa limbah (zero waste) sehingga limbah tanaman menjadi input pakan ternak, sebaliknya limbah ternak digunakan untuk pupuk tanaman jagung. Keunggulan model usahatani terpadu ini adalah terjadinya interaksi posistif antar kedua atau lebih komoditas yang dipadukan. Setiap kombinasi yang berinteraksi posistif menunjukkan bahwa keduanya saling mendukung dalam satu sistem produksi usahatani.

(15)

antara lain rendahnya produktivitas lahan, rendahnya efisiensi pemupukan, tingginya serangan penyakit serta rendahnya efisiensi pemasaran hasil pertanian.

Sistem integrasi tanaman-ternak dengan pendekatan zero waste

merupakan penyempurnaan dari sistem intensifikasi padi yang telah berkembang di kalangan masyarakat pedesaan. Ada tiga komponen teknologi utama yaitu: 1. Teknologi budidaya ternak, terdiri atas sistem pengandangan ternak secara

berkelompok, teknologi peningkatan frekuensi kelahiran anak melalui aplikasi teknologi inseminasi buatan (I B) dan teknologi pemberian pakan. 2. Teknologi budidaya jagung melalui pendekatan PTT.

3. Teknologi pengolahan pakan ternak dan kompos serta teknologi penyimpanan dan peningkatan mutu gizi pakan.

Populasi ternak sapi di Provinsi Bengkulu pada tahun 2012 berjumlah 105.550 ekor dengan produksi daging 3.759,88 ton/ tahun. Sedangkan populasi sapi potong di Kabupaten Bengkulu Utara adalah 36.206 ekor dengan produksi daging sebesar 471,08 ton (BPS 2013). Sistem pemberian pakan cukup beragam di masing-masing kawasan. Ternak sapi mempunyai prospek dan potensi pasar yang cerah.Selain memberikan tambahan pendapatan bagi petani peternak, usaha ternak sapi juga merupakan sumber pendapatan daerah melalui perdagangan antarprovinsi, antara lain ke Sumatera Barat, Sumatera Selatan, dan Jambi.

Pemerintah dalam hal ini Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu telah melakukan berbagai langkah untuk mengembangkan peternakan di wilayah tersebut.Satu dari kebijakan tersebut adalah memberikan bantuan ternak sapi maupun modal kepada kelompok petani-peternak. Di Bengkulu, sapi dipelihara secara terpadu dengan tanaman, yang dikenal dengan sistem integrasi tanaman ternak (integrated farming system). Menurut Priyanti (2007), usaha ternak sapi tanaman dapat memberikan dampak budi daya, sosial, dan ekonomi yang positif. Potensi ketersediaan pakan dari limbah tanaman cukup besar sepanjang tahun.

(16)

hasilnya sebagian besar telah diterapkan oleh pengguna secara luas. Namun disadari bahwa masih banyak informasi teknologi hasil penelitian yang belum diketahui oleh para pengguna dan pembuat kebijakan. Hal ini terlihat dari cukup tingginya senjang hasil yang dicapai oleh pengguna dengan hasil yang dicapai oleh lembaga penelitian, bahkan tingkat teknologi yang diterapkan oleh pengguna masih relatif rendah. Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa informasi teknologi dari sumber inovasi ke pengguna belum berjalan lancar.

Peluang integrasi jagung dan sapi didukung oleh beberapa faktor internal sebagai berikut: 1) pertanian jagung menghasilkan pakan limbah pertanian yang cukup besar, sebagai contoh total biomasa segar jagung varietas bima-1 sebesar 100,68 ton/ ha, varietas semar-10 sebesar 99,15 ton/ ha (Puslitbangtan, 2003), 2). Perumpasan daun jagung untuk pakan sapi dapat dilakukan sejak pertumbuhan vegetasi sebagaimana yang sering dilakukan di Blora (Puslitbangtan, 2003). 3). Sapi mampu memanfaatkan limbah jagung sebagai pakan, 4). Tenaga kerja sapi dibutuhkan dalam sistem produksi jagung, 5). Peternakan sapi mensulpai kotoran sebagai bahan baku pupuk organik, di satu sisi jagung membutuhkan pupuk organik dalam pertumbuhannya.

Guna mewujudkan pembangunan pertanian yang maju, efisien dan berkelanjutan, diperlukan dukungan teknologi pertanian yang telah teruji sesuai dengan kebutuhan pengguna dan kemampuan wilayah. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian telah banyak melakukan kegiatan penelitian yang hasilnya sebagian besar telah diterapkan oleh pengguna secara luas. Namun disadari bahwa masih banyak informasi teknologi hasil penelitian yang belum diketahui oleh para pengguna dan pembuat kebijakan. Hal ini terlihat dari cukup tingginya senjang hasil yang dicapai oleh pengguna dengan hasil yang dicapai oleh lembaga penelitian, bahkan tingkat teknologi yang diterapkan oleh pengguna masih relatif rendah. Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa informasi teknologi dari sumber inovasi ke pengguna belum berjalan lancar.

(17)

Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan), BPP (Badan Pelaksana Penyuluhan) dan Dinas Pertanian, Peternakan dan Perkebunan. Di Propinsi Bengkulu namakelembagaan formal ini berbeda pada beberapa kabupaten seperti di Kabupaten Bengkulu Utara, dan Kabupaten Kepahiang.

Permasalahan kelembagaan tetap merupakan bagian yang esensial, baik kelembagaan formal maupun kelembagaan informal. Pada kelembagaan formal telah dibentuk kelembagaan baru yaitu Badan Koordinasi Penyuluhan sebagai lembaga pemerintah non departemen, yang akan merumuskan secara terperinci tentang metode penyuluhan, strategi penyuluhan dan kebijakan penyuluhan.

Di tingkat kelembagaan informal telah dibentuk beberapa lembaga baru, misalnya Pos Penyuluhan Desa dan gapoktan. Kementerian Pertanian menargetkan akan membentuk satu gapoktan di setiap desa khususnya yang berbasis pertanian. I ni merupakan satu lembaga andalan baru, meskipun semenjak awal 1990-an gapoktan telah dikenal. Saat ini gapoktan diberi pemaknaan baru, termasuk bentuk dan peran yang baru.Gapoktan menjadi lembaga gerbang (gateway institution) yang menjadi penghubung petani satu desa dengan lembaga-lembaga lain di luarnya.Gapoktan diharapkan berperan untuk fungsi-fungsi pemenuhan permodalan pertanian, pemenuhan sarana produksi, pemsaran produk pertanian, dan termasuk menyediakan berbagai informasi yang dibutuhkan petani (Astuti, 2010).

1.2. Dasar Pertimbangan

(18)

2. Petani dalam kelompok tani diusahakan mampu diarahkan tidak hanya sebagai produsen namun menjadi supplier melalui unit -unit usaha dalam Gapoktan.

3. Sistem integrasi sangatmenguntungkan karena ternak dapat memanfaatkan rumput dan hijauan pakan yang tumbuh liar, jerami atau limbah pertanian sebagai pakan, selain menghasilkan kotoran sebagai pupuk organik untuk meningkatkankesuburan tanah. Rohaeni et al 2010, yangmengkaji keragaan model integrasi jagung-ternak di lahan kering yang dilakukan di Desa Sumber Mulia, Kecamatan Pelaihari, Kabupaten Tanah Laut ,sistem integrasi yang diintroduksikan yaitu dari segi budidaya jagung, fermentasi kotoran sapi dan teknologi budidaya ternak sapi. Budidaya jagung yang diintroduksikan yaitu penggunaan pupuk dasar fine compost. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa integrasi usahatani tanaman jagung dan ternak sapi di lahan kering dapat memberikan nilai tambah berupa penggunaan kotoran sapi sebagai fine compost sehingga dapat mengurangi biaya untuk pembelian kotoran ayam,limbah jagung yang dapat dimanfaatkan terutama untuk pakan alternatif pada musim kemarau yaitu daun, batang dan janggel.

(19)

1.3. Tujuan

Tujuan Akhir :

Mendapatkan model usahatani integrasi sapi jagung pada lahan suboptimal. Tujuan Tahun 2015 :

1. Mengkaji potensi lahan suboptimal untuk penerapan modal usaha tani integrasi sapi jagung.

2. Memanfaatkan sumberdaya tanaman untuk pakan dan sumber daya ternak untuk kompos.

3. Menganalisis nilai ekonomi dampak penerapan integrasi sapi jagung di lahan suboptimal.

Tujuan Tahun 2016 :

1. Meningkatkan produktivitas usahatani sapi dan jagung dilahan suboptimal 2. Meningkatkan efisiensi usahatani di lahan suboptimal.

3. Mengetahui respon petani terhadap inovasi teknologi integrasi sapi dengan jagung pada lahan suboptimal.

1.4. Keluaran yang Diharapkan

Keluaran Akhir :

Rekomendasi teknologi usahatani integrasi sapi dengan jagung pada lahan suboptimal.

Keluaran Tahun 2015 :

1. Kajian potensi lahan sub optimal untuk penerapan model usaha tani integrasi sapi jagung.

2. Komposisi pakan berbasis limbah tanaman, jenis kompos berbahan baku feces.

3. Nilai Penerimaan dan biaya produksi usaha ternak dan tanaman jagung pada lahan suboptimal.

Keluaran Tahun 2016 :

1. Peningkatan produktivitas usahatani sapi dan jagung dilahan suboptimal 2. Peningkatan efisiensi usahatani di lahan suboptimal.

(20)

1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak

Pemanfaatan lahan suboptimal untuk pertanaman jagung dengan penggunaan varietas yang sesuai dan pemanfaatan pupuk kandang yang spesifik lokasi sehingga produktivitas jagung yang optimal dapat tercapai dengan pengolahan lahan yang tepat. Pengembangan sapi yang diintegrasikan dengan tanaman jagung pada lahan suboptimal dapat meningkatkan produksi jagung, daging sapi dan peningkatan Bahan organik lahan dan perbaikan tekstur tanah akan berdampak positif pada peningkatan pendapatan petani.

(21)

I I . TI NJAUAN PUSTAKA

Sistem integrasi merupakan penerapan usaha tani terpadu melalui pendekatan low external input antara ternak sapi dan tanaman (Priyanti 2007). Sistem ini sangat menguntungkan karena ternak dapat memanfaatkan rumput dan hijauan pakan yang tumbuh liar, jerami atau limbah pertanian sebagai pakan, selain menghasilkan kotoran sebagai pupuk organik untuk meningkatkan kesuburan tanah.

Sistem integrasi juga dapat menambah pendapatan rumah tangga dengan mengolah kotoran sapi menjadi kompos. Pupuk kompos selanjutnya dapat dijual kepada petani lain atau masyarakat yang membutuhkannya. Usaha tani integrasi menerapkan pendekatan sistem dalam satu kesatuan daur produksi (Priyanti 2007). Dalam penelitiannya, Suwandi (2005) dan Priyanti (2007) mengkaji sistem integrasi tanaman-ternak sapi potong. Beberapa hasil penelitian menunjukkan sistem integrasi ternak sapi tanaman dapat meningkatkan pendapatan petani (Sariubang et al. 2003; Suwandi 2005; Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Barat 2007; Priyanti 2007).

Secara umum lahan kering dapat dibedakan menjadi lahan kering masam dan lahan kering tidak masam, tanah-tanah yang umumnya mempunyai pH masam dilahan kering adalah ordo Entisol, I nceptisol, Ultisols dan Oxisols yang beriklim basah dengan curahujan tinggi,sedangkan lahan kering yang tidak masam pada umumnya terdiri dari I nceptisols, Vertisols, Millisols, Alfisols yang berbeda pada daerah beriklim kering (Hidayat dan Mulyani, 2002).

(22)

Sariubang et al. (2003) menyatakan, pada pola integrasi sapi potong-jagung, pendapatan dapat berasal dari hasil panen jagung pipilan, anak sapi, dan pupuk kandang. Dengan demikian, keuntungan yang diperoleh dalam satu luasan lahan lebih besar dibanding bila hanya menanam jagung saja. Pola integrasi sapi potongjagung di Sulawesi Selatan mampu memberikan keuntungan Rp4.797.118/ ha/ musim tanam dengan B/ C ratio 1,40 (Sariubang et al. 2003).

Pembangunan pertanian adalah suatu rangkaian kegiatan untuk meningkatkan pendapatan petani, yakni melalui melalui salah satu program pendampingan Peningkatan Swasembada Daging Sapi dan Kerbau (Wulandari, 2010), diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja, mengentaskan kemiskinan, memantapkan ketahanan pangan dan mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah (Badan Litbang Pertanian, 2004a).

(23)

I I I . METODOLOGI

3.1. Pendekatan ( Kerangka Pemikiran)

Pendekatan pengkajian ini merupakan pengkajian inovasi teknologi integrasi yang di lakukan melalui pendekatan EksperimentalPerticipatory On Farm Research dengan mengumpulkan sebanyak mungkin informasi yang berhubungan dengan inovasi teknologi integrasi pada sektor peternakan sapi dan tanaman jagung. Pada sektor tanaman jagung dengan melalui teknologi integrasi ternak dan tanaman. Pada sektor peternakan yaitu pada peternakan sapi potong yang sudah menerapkan teknologi pakan limbah pertanian dan limbah kotoran ternak sebagai kompos.

Kegiatan ini dilaksanakan dengan penelusuran literatur (desk study) penyusunan instrumen penggalian data primer (kuesioner), identifikasi dan analisis data melalui pendekatan evaluasi teknis dan sosial ekonomi, dan pemantapan road map model integrasi sapi dengan jagung pada lahan suboptimal spesifik lokasi di propinsi Bengkulu.

Lokasi pengkajian adalah sama dengan lokasi pada tahun 2015, yang merupakan lokasi perternakan sapi dan perkebunan jagung yang belum terintegrasi yaitu di Desa Batu Raja R dan Desa Batu Layang, Kecamatan Hulu Palik, Kabupaten Bengkulu Utara. Keberadaan ternak sapi diharapkan dapat memperbaiki kesuburan tanah di lahan suboptimal Kabupaten Bengkulu Utara.

3.2. Ruang Lingkup Kegiatan

Pengkajian yang akan dilakukan meliputi pengkajian lapangan, survei dan laboratorium. Pengkajian ini meliputi 3 kegiatan yaitu:

1. Peningkatan produktivitas usahatani sapi dan jagung di lahan suboptimal Ruang lingkup kegiatan ini meliputi : 1) Teknologi pembuatan pakan ternak berbasis limbah jagung; 2) Pengkajian pakan ternak berbasis limbah jagung; 3) Pengkajian pemanfaatan kompos dan biourin pada tanaman jagung di lahan suboptimal; 4) Analisis kesuburan.

2. Peningkatan efisiensi usahatani di lahan suboptimal

(24)

3. Respon petani terhadap inovasi teknologi integrasi sapi dengan jagung pada lahan suboptimal.

Ruang lingkup kegiatan ini meliputi : 1) Sosialisasi hasil pengkajian teknologi usahatani integrasi sapi dan jagung dan 2) Survei respon petani terhadap teknologi usahatani integrasi sapi dengan jagung.

3.3. Bahan dan Metode Pelaksanaan Kegiatan

3.3.1. Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan dalam percobaan ini adalah pH meter, alat pengambil sampel tanah, timbangan gantung, timbangan analitik, timbangan ternak digital, tempat pakan dan minum, sabit, plastik, cangkul, tugal, ember,

handsprayer, tali, dan meteran.

Bahan yang digunakan pada pengkajian ini adalah sapi bali induk berumur 1,5 – 3 tahun berjumlah 24 ekor,pakan ternak hijauan/ rumput, limbah tanaman jagung, benih jagung hibrida, kapur pertanian (dolomit), pupuk, pestisida (herbisida, insektisida, dan fungisida), urea, NPK, SP-36, KCl dan bahan organik/ pupuk kompos/ kotoran sapi, limbah kulit kopi dan sekam padi, dedak padi/ bekatul, tetes tebu, dekomposer dan dedak halus.

3.3.2. Metode Pelaksanaan Kegiatan

1) . Peningkatan produktivitas usahatani sapi dan jagung di lahan suboptimal

(25)

pemupukan, pengendalian hama dan penyakit tanaman dan pemanenan tanaman jagung.

Ternak sapi yang dipelihara di lokasi pengkajian adalah jenis sapi Bali, rata-rata kepemilikan ternak sapi per peternak adalah 2 - 3 ekor. Sistem pemeliharaan ternak adalah semi intensif dimana ternak digembalakan pada siang hari dan dikandangkan pada sore harinya. Sistem perkawinan sapi melalui kawin alam dan I B. Pakan yang diberikan berupa hijauan rumput lapangan. Sementara itu limbah tanaman jagung, baik brangkasan maupun tongkol jagung belum dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Peternak belum memberikan konsentrat pada pakan ternaknya, tetapi untuk mineral sudah diberikan dalam bentuk garam dapur.

a. Pengkajian pemanfaatan kompos dan biourine pada tanaman jagung

Kegiatan pengkajian pemanfaatan kompos dan biourine pada tanaman jagung dilaksanakan Desa Batu Raja R dan Desa Batu Layang Kecamatan Hulu Palik di kabupaten Bengkulu Utara.

Rancangan pengkajian yang dilakukan adalah rancangan acak kelompok dengan perlakuan varietas (2 varietas) dan perlakuan pupuk (2 perlakuan). Varietas yang digunakan adalah Bisi 18 dan Bima Uri 19. Perlakuan pupuk: 1) teknologi pemupukan petani dan 2) teknologi pemupukan petani + kompos (bahan baku kotoran sapi) + biourine. Ulangan yang digunakan pada masing-masing varietas sebanyak 3 ulangan (total petani 6 orang). Total luas pengkajian ini 3 ha.

FGD dilaksanakan untuk menentukan teknologi existing petani yang akan dijadikan sebagai perlakuan pembanding. Teknologi existing dalam usahatani jagung meliputi : varietas jagung Bisi 18, jarak tanam 80 cm x 40 cm, 2 biji per lubang, pupuk Urea 200 kg/ ha, SP-36 100 kg/ ha dan NPK Phonska (15: 15: 15) 100 kg/ ha, pemberian pupuk 2 x yait u (7-14 HST dan 35-45 HST).

(26)

pupuk kandang (kotoran sapi), sekam, dedak dan dolomit. Bahan dasar kompos yang di gunakan sebanyak 3 ton untuk memperoleh kompos sebanyak 4 ton. Dalam waktu 3 minggu kompos menjadi matang, hasil kompos yang diperoleh adalah sudah sesuai dengan ciri khas pupuk organik dengan ciri khas berwarna coklat kehitam-hitaman, tidak berbau busuk (kotoran ternak), Tidak lagi panas dan remah/ gembur.

Pembuatan biourine oleh kelompok yang dipandu oleh tim BPTP Bengkulu diikuti oleh petugas PPL dan perangkat desa Desa Batu Layang. Alat dan bahan yang digunakan adalah drum plastik kapasitas 150 liter, pompa air dan selang plastik, urine sapi 100 - 130 liter, tetes tebu/ molases 750 ml, empon-empon (temulawak, temuireng, kunyit) 5 kg dan EM-4. Waktu pembuatan biourine selama 7 hari. Hasil biourine yang diperoleh adalah sesuai dengan ciri khas pupuk organik cair dengan ciri khas berwarna agak bening, berbau khas sesuai dengan empon-emponnya, bau busuknya sudah hilang (kandungan amoniaknya sudah tidak ada lagi), dan tidak panas.

Pelaksanaanplotting lahan pada 6 titik dilahan kelompok tani. Setelah pelaksanaan plotting lahan pengkajian tim BPTP, memberikan herbisida kepada kelompok tani Tri Mukti dan Sri Gati. Pembersihkan lahan dengan penyemprotan herbisida 2 minggu sebelum penanaman. Sebelum penanaman jagung, dilakukan penjelasan tentang budidaya jagung dan pelaksanaan perlakuan pada pengkajian pemanfaatan kompos dan bio-urine pada tanaman jagung petani kooperator kelompok tani Tri Mukti dan kelompok Tri Gati yang diikuti oleh pengurus kelompok tani, petani jagung dan petugas PPL desa batu Raja R.

Penanaman jagung tanggal 8 Juni 2016 oleh 6 petani (sebagai ulangan). Masing-masing petani menanam 2 varietas jagung yaitu Bisi 18 dan Bima Uri 19 (2 perlakuan varietas). Masing-masing petani melaksanakan 2 perlakuan pupuk berbeda yaitu : 1) pemberian kompos sebanyak 32 gr/ lubang tanam (2 ton/ ha) pada saat tanam sebagai penutup benih dan 2) tanpa kompos (sebagai penutup benih adalah tanah biasa). Total luas pengkajian ini 3 ha.

(27)

urea, 300 kg SP36, 300 kg NPK Ponska, 3.000 kg kompos dan 114 liter biourine. Hasil pemanfaatan kompos dan biourine digunakan sebagai tambahan pupuk pada perlakuan P2.

b. Teknologi pembuatan pakan ternak berbasis limbah jagung

Teknologi pembuatan pakanternak berbasis limbah jagung diperoleh dari sisa hasil panen tanaman jagung hibrida berupa batang, daun, kelobot dan tongkol yang kemudian di fermentasikan terlebih dahulu. Proses fermentasi adalah :

1. Teknologi fermentasi jerami jagung

Proses pembuatan fermentasi jerami jagung yang telah dilayukan dengan kadar air 60-70% dipotong-potong 3-5 cm, gula tebu dilarutkan dengan 12 liter air dengan cara diaduk atau direbus, jerami jagung yang telah dipotong dimasukkan kedalam tempat pembuatan dengan cara ditumpuk dan dipadatkan, pemberian urea, dedak halus dan larutan gula tebu dilakukan secara bertahap dan berlapis, setiap ketebalan tumpukan berkisar 20 cm.Urea, dedak dan larutan gula tebu ditaburkan dan disiram secara merata. Demikian seterusnya sampai proses penumpukan selesai, tumpukan kemudian ditutup rapat dengan menggunakan plastik atau bahan kedap udara dan tidak rembes air lalu diberikan beban diatasnya dengan menggunakan ban bekas atau karung berisi pasir, selama proses fermentasi tumpukan tidak perlu dibalik dan lindungi dari hujan dan sinar matahari langsung, proses pembuatan silase akan selesai 21 hari.

2. Pemberian silase kepada ternak sapi

(28)

b. Pengkajian teknologi pemberian pakan ternak sapi bali berbasis limbah jagung

Rancangan Pengkajian

Kajian teknologi pemberian pakan dilakukan selama 3 bulan pemberian pakan fermentasi limbah tanaman jagung dengan pakan tambahan kosentrat berbahan baku tongkol jagung dengan masa preelim 2 minggu, rancangan pengkajian yang di gunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK), bahan percobaan menggunakan sapi bakalan berjumlah 24 ekor ternak sapi bali induk yang berumur 1,5-3 tahunyang di bagi menjadi 2 perlakuan pakan yaitu 1) pakan teknologi petani (rumput lapangan) dan 2) pakan teknologi petani (rumput lapangan) + pakan limbah tanaman jagung, ternak juga di berikan mineral 0,01% perekor/ hari.

Bahan baku utama fermentasi pakan limbah jagung yaitu jerami jagung 1 ton (kadar air 60-70% ) sedangkan bahan pencampur terdiri dari urea 2,5 kg, gula merah/ molases 4 kg dan dedak halus 5 kg.

Ternak sapi di kandangkan pada kandang koloni dan kandang individu, air minum diberikan secara ad-libitum. Pemberian pakan ternak diberikan pagi dan sore hari.

Parameter yang diukur

- Kandungan nutrisi pakan perlakuan

- Konsumsi pakan fermentasi jerami jagung, dan konsumsi pakan rumput lapangan

- Daya simpan pakan fermentasi limbah jagung - Analisis ekonomi usaha ternak

Analisis data

(29)

d. Analisis Kesuburan Tanah

Analisis tanah yang dilakukan pada awal kegiatan pengkajian sebanyak 1 atau 2 sampel tanah komposit (tergantung homogenitas lahannya) yang di ambil dari kedua desa lokasi pengkajian yaitu Desa Batu Layang dan Desa Batu Raja R.Unsur yang di analisis meliputi pH tanah, kandungan bahan organik, dan kesuburan tanah (unsur Nitrogen, Fosfor dan Kalium).

Analisis tanah juga dilakukan setelah panen jagung dengan mengambil sampel tanah komposit dari pertanaman jagung. Tanah komposit tersebut dianalisis kesuburannya seperti analisis pada awal kegiatan pengkajian.

Hasil analisis sebelum dan sesudah panen dibandingkan untuk melihat perubahan atau peningkatan kesuburan lahan sebagai hasil implementasi integrasi sapi-jagung. Data ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif.

3.4.2. Peningkatan efisiensi usahatani jagung dan sapi berbasis integrasi di lahan suboptimal

Kegiatan yang dilaksanakan adalah:

1. Meminimalisir penggunaan input usahatani jagung dan sapi melalui implementasi inovasi teknologi sistem integrasi sapi – jagung spesifik lokasi. 2. Menyiapkan kuisioner untuk identitas responden, biaya produksi, produksi,

harga, penerimaan dan pendapatan usahatani integrasi sapi-jagung dan non integrasi.

3. Melakukan wawancara terhadap responden petani kooperator yang melakukan usahatani integrasi sapi-jagung dibantu dengan kuisioner.

4. Melakukan tabulasi data hasil wawancara.

5. Menghitung total biaya usahatani jagung melalui penjumlahan keseluruhan biaya yang di keluarkan meliputi biaya tenaga kerja, benih, pupuk, pestisida, pengolahan lahan pada usahatani jagung permusim tanam.

6. Menghitung total biaya usaha ternak sapi melalui penjumlahan keseluruhan biaya yang di keluarkan meliputi biaya pakan (HMT, dedak dan pakan fermentasi/ silase), obat-obatan, tenaga kerja, penyusutan kandang dan alat usahaternak sapi persiklus usaha penggemukan.

7. Menghitung pendapatan kotor melalui perkalian antara jumlah produksi yang diperoleh dalam usaha tani dan ternak dengan harga (P).

(30)

9. Melakukan analisis efisiensi usahatani integrasi sapi-jagung dan non integrasi.

Analisis Data

Data yang di analisis dimulai dari penghitungan pendapatan kotor dan pendapatan bersih atau keuntunganyang selanjutnya digunakan untuk mengukur peningkatan efisiensi usahatani sapi-jagung dengan menggunakan analisis R/ C ratio. Besarnya pendapatan bersih petani dari usahatani sapi-jagung dihitung dengan menggunakan “analisis biaya dan pendapatan” berdasarkan Soekartawi (2005).

3.4.3. Respon petani terhadap inovasi teknologi integrasi sapi dengan

jagung pada lahan suboptimal

1) Sosialisasi hasil kajian teknologi

Sosialisasi hasil kajian teknologi dilaksanakan pada tanggal 23 Desember 2016 di Balai Desa Batu Layang, Kecamatan Hulu Palik, Kabupaten Bengkulu Utara. Acara sosialisasi hasil kajian dihadiri 65 orang peserta yang berasal dari Badan Ketahan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Bengkulu Utara, Dinas Pertanian, Peternakan dan Perkebunan Kabupaten Bengkulu Utara, Camat Hulu Palik, Kepala Desa Batu Raja R, Kepala Desa Batu Layang, Koordinator Penyuluh BPP Baturoto, Koordinator Peternakan Kecamatan Hulu Palik, PPL, Babinsa, Petani Kooperator dan Kelompok Tani Jagung dan Sapi di desa sekitar yaitu Padang Bendar, Batu Roto, Simpang Ketenong dan panitia dari BPTP. Metode yang digunakan berupa presentasi hasil pengkajian usahatani integrasi sapi-jagung dan dilanjutkan dengan praktek pembuatan pakan

(31)

2) Survei respon petani terhadap teknologi integrasi

Kegiatan ini dilakukan pada awal pengkajian dan pada akhir pengkajian setelah dilakukan sosialisasi/ temu lapang hasil kajian. Metode yang digunakan adalah survei. Pengambilan data dilakukan secara purposive pada lokasi kegiatan integrasi sapi-jagung di Desa Batu Layang dan Desa Batu Raja R, Kecamatan Hulu Palik Kabupaten Bengkulu Utara. Responden berjumlah 30 orang terdiri dari petani kooperator dan non kooperator serta stakeholders. Alat bantu digunakan kuesioner yang akan diuji terlebih dahulu dengan uji validitas dan reliabilitas.

(32)

I V. HASI L DAN PEMBAHASAN

4.1. Peningkatan produktivitas usahatani sapi dan jagung di lahan suboptimal

4.1.1. Pengkajian pemanfaatan kompos dan biourine pada tanaman jagung di lahan sub- optimal

Hasil analisis pengkajian pemanfaatan pupuk kandang dan biourin pada tanaman jagung disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Data pertumbuhan dan komponen hasil dan produktivitas t anaman jagung 2016 P1V1 2,41ab 17,00a 16,00a 1,36ab 14,00a 39,00a 546,00b 6,162a 5,40b P1V2 2,35b 17,33a 15,33a 1,23b 12,67b 34,67a

b 440,00b 5,996a 4,75c P2VI 2,50a 18,00a 16,00a 1,47a 14,00a

b 38,67bc 541,33b 6,940a 5,20b P2V2 2,36b 15,67a 15,33a 1,26ab 17,33a 33,33c 577,33a 6,436a 6,33a

Sumber: Data primer (2016)

Keterangan: P1V1: varietas Bisi 18 tanpa kompos

P2V1: aplikasi kompos & biourin + varietas Bima uri 19 P1V2: varietas Bima uri 19 tanpa kompos

P2V2: aplikasi kompos & biourin + varietas Bima uri 19

Dari hasil kajian ini terlihat bahwa tinggi tanaman perlakuan P2V1 lebih tinggi (2,5 m)dan berbeda nyata dengan perlakuan P1V2 dan P2V2. Hal ini berarti tinggi tanaman jagung varietas Bisi 18 lebih tinggi daripada varietas Bima Uri 19. Untuk panjang tongkol dan lingkar tongkol jagung tidak berbeda nyata antara perlakuan yang satu dengan yang lainnya. Tinggi tongkol dari permukaan tanah pada perlakuan P2V1 (1,47 m) lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya dan berbeda nyata dengan perlakuan petani.

Untuk produktivitas tanaman jagung tidak berbeda nyata antara perlakuan yang satu dengan yang lainnya. Produktivitas yang diperoleh pada perlakuan kompos dan biourin dengan penggunaan varietas Bisi 18 sebesar 6,940 ton/ ha.

(33)

C organik rendah, N organik sedang sampai tinggi dan P tersedia rendah (Tabel 2).

Tabel 2. Hasil analisis tanah sebelum adanya integrasi sapi jagung

Kode

Kadar Air

Ekstrak 1:5 Terhadap Contoh Tanah Kering 1050C

pH Bahan Organik

P Bray I

Nilai Tukar Kation (NH4Acatat 1 N, pH 7)

% H2O KCL

C N K-dd Na-dd Ca-dd Mg-dd KTK % ppm _____________me/ 100 gr _____________ 1 12,60 5,79 4,72 1,60 0,48 29,27 2,04 0,20 2,46 1,69 30,15 2 8,65 5,51 4,19 1,93 0,28 26,41 2,60 0,16 1,56 11,81 22,04

Sumber : Hasil Analisis Laboratorium Tanah BPTP Bengkulu

Tabel 3. Hasil analisis tanah sesudah integrasi sapi jagung

Kode

Kadar Air

Ekstrak 1:5 Terhadap Contoh Tanah Kering 1050C

pH Bahan Organik

P Bray I

Nilai Tukar Kation (NH4Acatat 1 N, pH 7)

% H2O KCL

C N K-dd Na-dd Ca-dd Mg-dd KTK % ppm _____________me/ 100 gr _____________ 1 12,60 5,79 4,72 1,60 0,48 29,27 2,04 0,20 2,46 1,69 30,15 2 8,65 5,51 4,19 1,93 0,28 26,41 2,60 0,16 1,56 11,81 22,04

Sumber : Hasil Analisis Laboratorium Tanah BPTP Bengkulu

Setelah integrasi diharapkan terjadi peningkatan unsur hara Phosphor (P) yang tersedia, C organik, N serta pH tanah (Tabel 3). Peningkatan kesuburan tanah mungkin tidak bisa terjadi hanya dengan pemberian kompos satu atau dua kali, tetapi harus terus menerus.

Dalam jangka panjang, sistem integrasi sapi dan jagung mampu meningkatkan unsur hara lahan suboptimal. Dari hasil penelitian sebelumnya, aplikasi minimal 2 tahun secara terus menerus, penggunaan kompos mampu menekan biaya penggunaan pupuk kimia hingga 50% sehingga mengurangi polusi atau pencemaran tanah dan air dari kelebihan unsur-unsur kimia yang berasal dari pupuk kimia.

(34)

b. Teknologi pembuatan pakan ternak berbasis limbah jagung

Kegiatan yang dilaksanakan untuk meningkatkan produktivitas usahatani ternak sapi dilahan suboptimal adalah dengan penerapan teknologi pembuatan pakan ternak berbasis limbah jagung. Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 15 Juni 2016 dilumbung Desa Batu Layang dihadiri oleh seluruh anggota kelompok tani Tri Mukti dan Sri Gati yang berjumlah 26 orang. Pemberian pakan berbasis limbah tanaman jagung baik brangkasan jagung maupun tongkol jagung bermanfaat sebagai pakan ternak sapi Bali. Agar nilai gizi limbah panen tanaman jagung baik batang, daun maupun tongkol jagung meningkat kualitasnya maka dilakukan fermentasi.

Teknologi pengolahan pakan fermentasi berbasis brangkasan tanaman jagung dengan menggunakan bahan baku utama limbah jagung yaitu jerami jagung sebanyak 1.000 kg (kadar air 60-70% ), tongkol jagung 500 kg dan bahan pencampur terdiri dari urea 4 kg, tetes/ molases 6 kg dan dedak halus 7,5 kg. Proses pembuatan fermentasi limbah jagung dilaksanakan beberapa tahap yaitu tahap fermentasi, pengeringan dan penyimpanan.

Pada tahap fermentasi, jerami jagung dan tongkol jagung yang berkadar air 60-70% dicacah dengan menggunakan mesin copper.Tetes tebu dilarutkan dengan 12 liter air dengandiaduk atau direbus. Pupuk urea dilarutkan dengan air sebanyak 10 liter, jerami jagung yang dipotong-potong dimasukkan kedalam plastik (kedap udara/ kondisi anaerob) dengan cara dipadatkan, pemberian urea, dedak dan larutan tetes tebu secara bertahap dan merata kemudian ditutup rapat, selanjutnya diikat dengan tali plastik lalu diberikan beban dengan menggunakan kayu. Selama proses fermentasi lindungi dari hujan dan sinar matahari. Proses fermentasi selesai 21 hari setelah penutupan.Pakan fermentasi limbah jagung diberikan pada sapi Bali dengan melakukan pengkajian pemberian pakan ternak berbasis limbah jagung.

c. Pengkajian teknologipakan ternak sapi berbasis limbah jagung

(35)

Sementara itu limbah tanaman jagung, baik brangkasan maupun tongkol jagung belum dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Peternak juga belum memberikan konsentrat sebagai pakan ternak,tetapi telah menambahkan garam dapur.Petani kooperatormemiliki mata pencaharian utama sebagaipetani, kisaran umur dibagi 3 kelompok umur yaitu umur 35 - 45 tahun berjumlah 66,67% , umur 46 – 55 tahun berjumlah 16,67% , umur56 – 70 tahun berjumlah 16,67% . Sehingga dapat diketahui bahwa umur petani kooperator merupakan umur produktif dalam kisaran 35 - 45 tahun sebesar 66,67% . Dengan tingkat pendidikan petani kooperator kegiatan penelitian didominasi tamatan SD 61,1% , SLTP 33,3% dan SLTA 5,56% . Peternak sapi dilokasi pengkajian yang memiliki kandang sebesar 83,33% dan sisanya peternak yang belum memiliki kandang 16,67% .

Ternak sapi Bali induk yang digunakan pada pengkajian berumur 1,5 - 3 tahun berjumlah 24 ekor dan yang dalam kondisi bunting sebanyak 9 ekor. Konsumsi pakan hijauan perlakuan I (petani) pada sapi induk sebesar 22,23 kg/ ekor/ hari, sedangkan pada perlakuan I I konsumsi hijauan rumput lapangan sebesar 21,52 kg/ ekor/ hari dan konsumsi pakan fermentasi brangkasan jagung sebesar 2,39 kg/ ekor/ hari. Pemberian brangkasan jagung telah mengurangi konsumsi hijauan rumput sebesar 12% (Tabel 2).

Hasil limbah ternak sapi berupa feses per hari kedua perlakuan tidak berbeda nyata yaitu PI sebesar 24,33 kg dan PI I sebesar 24,67 kg/ ekor/ hari. Demikian halnya dengan hasil urin per hari kedua perlakuan jumlahnya tidak berbeda nyata untuk PI yaitu 13,25 liter/ ekor/ hari dan PI I 13,67 liter/ ekor/ hari (Tabel 2).

(36)

Tabel 4. Data konsumsi pakan dan hasil limbah ternak pada pengkajian ternak sapi bali induk/ ekor/ hari

No Perlakuan

Konsumsi pakan (kg) Hasil Limbah

Ternak/ hari

Keterangan : Data primer (2016)

Kandungan nutrisi pakan perlakuan untuk pakan hijauan rumput lapangan (PI ) kandungan protein kasarnya sebesar 7,27% sedangkan pakan hijauan yang ditambah brangkasan fermentasi meningkat sebesar 9,80% . Serat kasar pakan juga terjadi penurunan dari 14,32% menjadi 9,12% (Tabel 5).

Tabel 5. Kandungan Nutrisi Pakan Perlakuan

Perlakuan Pakan

Serat Kasar (% ) Karbohidrat

(% )

Petani (PI ) - - 1,84 7,27 14,32

Brangkasan Jagung (P2)

2,12 60,05 0,50 9,80 9,12 25,41

Sumber : Hasil analisis proksimat laboratorium kimia FMI PA UNI B

Peningkatan produktivitas sapi Bali induk di peroleh dari kelahiran sapi pedet. Kelahiran pedet pada perlakuan PI sebanyak 3 ekor, sedangkan pada perlakuan PI I lebih banyak yaitu 6 ekor. Bobot lahir pedet kedua perlakuan sama yaitu rata-rata 15 kg. Jumlah sapi bunting dan bobot lahir pedet disajikan pada Tabel 6.Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa pemberian pakan hijauan rumput yang ditambah dengan limbah jagung ferment asi (PI I ) telah meningkatkan produktivitas sapi bali induk dengan terjadinya kebuntingan dan kelahiran pedet lebih banyak dibandingkan dengan sapi induk yang hanya diberikan pakan hijauan rumput saja (PI ).

(37)

4.2. Peningkatan efisiensi usahatani jagung dan sapi berbasis

integrasi di lahan suboptimal

Produksi jagung dengan penggunaan kompos pupuk kandang dan biourin meningkat menjadi 6,94 ton/ ha, dengan keuntungan Rp. 12.760.000 Peningkatan produksi maupun pendapatan relatif kecil. Hal ini diduga karena kesuburan lahan belum meningkat secara nyata dengan pemberian kompos dosis2 ton/ ha. Kedepannya perlu ditingkatkan dosis penggunaan kompos dengan bahan dasar pupuk kandang untuk meningkatkan kesuburan lahan (Tabel 7). Tabel 7. Analisis Usahatani Sebelum dan Sesudah I ntegrasi pada Tanaman

Jagung

Produksi (kg/ ha) 6.162.000 6.940.000

Harga jagung (Rp/ kg) 3.000 3.000

Pendapatan (Rp/ ha) 18.486.000 20.820.000

Biaya :

Bibit (Rp/ ha) 1.050.000 1.050.000

Persiapan lahan (Rp/ ha) 210.000 210.000

Penanaman (Rp/ ha) 600.000 600.000

Upah pemberantasan hama/ penyakit 350.000 350.000

Penyiangan 280.000 280.000

I nsektisida (Rp/ ha) 500.000 500.000

Upah pemupukan (Rp/ ha) 400.000 400.000

Urea (Rp/ ha) 540.000 540.000

SP 36 (Rp/ ha) 800.000 800.000

NPK 330.000 330.000

Pupuk kandang (2 ton/ ha) - 1500.000

(38)

Tabel 8. Rata-rata biaya dan pendapatan pemeliharaan satu ekor sapi Bali induk

Bibit sapi 7.000.000 7.000.000 7.000.000 7.000.000

Tenaga kerja 90 HOK 10.000 900.000 10.000 900.000

Jerami jagung 20 kg x

Obat cacing 10.000 10.000 10.000 10.000

Jumlah 9.170.000 9.710.000

Penerimaan :

Penjualan sapi 13.000.000 14.000.000 15.000.000 15.000.000

Kelahiran 2.500.000 2.500.000 2.500.000 2.500.000

Penjualan pupuk

Benefit cost ratio (B/ C) 0,85 0,87

Dengan adanya integrasi diperoleh efisiensi secara teknis maupun ekonomis. Secara teknis terjadi peningkatan produktivitas jagung yaitu dari 6,162 ton/ ha menjadi 6,940 ton/ ha yaitu sekitar 12,63% .

Secara ekonomis terjadi peningkatan pendapatan untuk jagung yaitu sebesar Rp. 184.000 dari Rp. 12.576.000 menjadi Rp. 12.760.000 yaitu sekitar 184.000. Pendapatan peternak meningkat sebesar Rp. 685.000 yaitu dari Rp. 7.780.000 menjadi 8.465.000 atau 8,8% . Hal ini berarti integrasi sapi jagung menjadi lebih efiisien dibandingkan berusahatani jagung dan ternak dengan teknologi petani.

4.3. Respon petani terhadap inovasi teknologi integrasi sapi dengan

jagung pada lahan suboptimal

(39)

Tabel 9. Respon petani terhadap sistem integrasi sapi jagung di kecamatan Hulu Palik Kabupaten Bengkulu Utara

No Uraian SS S RR TS STS

1 I nformasi tentang pemanfaatan limbah panen jagung dibutuhkan oleh petani dan penyuluh

6 11 1 0 0

2 Teknologi fermentasi limbah jagung dapat dimanfaatkan sebagai teknologi pengawetan bahan pakan di musim kemarau

6 11 0 1 0

3 Teknologi fermentasi limbah tanaman jagung cocok dikembangkan di Kab. Bengkulu Utara

5 9 4 0 0

4 Dengan menerapkan teknologi fermentasi dapat meningkatkan pertambahan bobot badan

4 10 4 0 0

5 Pemanfaatan limbah panen jagung membantu menekan biaya pakan

3 11 2 2 0

6 Cara pembuatan pakan fermentasi mudah dan murah

1 12 4 1 0

7 Pembuatan pakan fermentasi terkendala dengan musim

0 12 2 4 0

8 Penerapan pembuatan pakan fermentasi terkendala dengan bahan (limbah panen tanaman jagung) walaupun tenaga kerja nya banyak

0 12 2 4 0

9 Sistem pemeliharaan sapi dan budidaya jagung adalah salah satu faktor yang berpengaruh terhadap produksi tanaman dan PBB

0 12 2 4 0

10 Sistem usaha integrasi sapi dengan tanaman jagung dapat meningkatkan pendapatan petani dan peternak

1 10 3 4 0

Persentase 14 61 13 11 0

(40)

Tabel 10. Respon petani terhadap sistem integrasi sapi jagung setelah pelaksanaan kegiatan diseminasi di kecamatan Hulu Palik Kabupaten Bengkulu Utara

No Uraian SS S RR TS STS

1 I nformasi tentang pemanfaatan limbah panen jagung dibutuhkan oleh petani dan penyuluh

6 11 1 0 0

2 Teknologi fermentasi limbah jagung dapat dimanfaatkan sebagai teknologi

pengawetan bahan pakan di musim kemarau

7 9 2 0 0

3 Teknologi fermentasi limbah tanaman jagung cocok dikembangkan di Kab. Bengkulu Utara

6 11 1 0 0

4 Dengan menerapkan teknologi fermentasi dapat meningkatkan pertambahan bobot badan

4 17 1 0 0

5 Pemanfaatan limbah panen jagung membantu menekan biaya pakan

1 15 2 0 0

6 Cara pembuatan pakan fermentasi mudah dan murah

4 11 2 1 0

7 Pembuatan pakan fermentasi terkendala dengan musim

1 10 4 3 0

8 Penerapan pembuatan pakan fermentasi terkendala dengan bahan (limbah panen tanaman jagung) walaupun tenaga kerja nya banyak

2 9 4 2 1

9 Sistem pemeliharaan sapi dan budidaya jagung adalah salah satu faktor yang berpengaruh terhadap produksi tanaman dan PBB

5 10 2 0 1

10 Sistem usaha integrasi sapi dengan tanaman jagung dapat meningkatkan pendapatan petani dan peternak

7 10 1 0 0

Persentase 23,4 61,4 10,9 3,3 1,1

(41)

Tabel 11. Marginal homogeneity test Respon petani terhadap sistem integrasi sapi jagung

Respon terhadap sistim integrasi sapi jagung sebelum dan sesudah kegiatan penyuluhan

Distinct Values 3

Off-Diagonal Cases 8

Observed MH Statistic 13.000

Mean MH Statistic 13.000

Std. Deviation of MH Statistic 1.414

Std. MH Statistic .000

Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000

Exact Sig. (2-tailed) 1.000

Exact Sig. (1-tailed) .637

Point Probability .273

(42)

V. KESI MPULAN

1. Penggunaan kompos dan biourin pada tanaman jagung varietas Bisi 18 dan Bima Uri 19 tidak berbeda nyata dengan tanpa penggunaan kompos dan biourin. Produktivitas tanaman jagung berkisar dari 6,162 ton/ ha hingga 6,940 ton/ ha.

2. Pemberian pakan fermentasi limbah tanaman jagung meningkatkan produktivitas sapi bali induk dengan terjadinya kelahiran pedet lebih banyak dibandingkan dengan sapi induk yang hanya diberikan pakan hijauan rumput (dari 25% menjadi 50% ).

3. Sistem integrasi sapi jagung mampu meningkatkan efisensi, secara teknis terdapat peningkatan produktivitas sebesar 12,63% dan secara ekonomis 11,2% .

4. Respon petani di wilayah sentra jagung di Kecamatan Hulu, Palik Kabupaten Bengkulu Utara terhadap sistem integrasi sapi jagung menunjukkan respon positif sehingga system integrasi sapi jagung mempunyai peluang untuk dikembangkan diwilayah tersebut.

(43)

KI NERJA HASI L PENGKAJI AN

(44)

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, UP .2010. Pemetaan Kebutuhan Benih Padi, Jagung, dan Kedele (VUB,volume) dan Pengembangan Penangkar Benih yang Efisien (> 10% ) di Bengkulu (Laporan Akhir PI PKPP). Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu, Bengkulu.

Balai Penelitian Tanaman Pangan. 2011.Laporan Tahun 2011 Penelitian Aneka Kacang, Umbi dan jagung Balai Penelitian Tanaman Pangan. Bogor.

Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2011. Teknologi produksi Jagung, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta.

Bailey, K.D. 1987. Methods of Social Research. Third edition. The Free Press, New York.

BPS. 2001. Statistik I ndonesia. Badan Pusat Statistik. Jakarta BPS. 2013. Bengkulu Dalam Angka. Badan Pusat Statistik. Bengkulu Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Barat. 2007. Potensi Pupuk Organik.

http: / / www.disnaksumbar.org.) 2008. Haryono dan Subagyono.K. 2013.

Hidayat, A dan Mulyani.A 2002.Lahan kering untuk pertanian dalam buku teknologi pengelolaan lahan kering menuju pertanian produktif dan ramah lingkungan.Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Bogor

I Wayan Suastika,I . Wayan, Ratmini, NP.S, T Turmalan. 1997. Budidaya kedelai di lahan pasang surut. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. I djudin, A.Abas dan Marwanto, S. 2008. Reformasi pengelolaan lahan kering

untuk mendukung swasembada pangan.

Koesrini dan William. E. 2009. Penampilan Genotipe Kedelai dengan Dua Perlakuan Kapur di Lahan Pasang Surut Bergambut.Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan Vol 28 No. 1.Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.

Nursyamsi, D 2003.Penelitian Kesuburan Tanah Oxisol untuk Jagung. J. Tanah. Tropika. No 17 : 53–65.

Priyanti, A. 2007. Dampak Program Sistem I ntegrasi Tanaman Ternak terhadap Alokasi Waktu Kerja, Pendapatan dan Pengeluaran Rumah Tangga Petani. Disertasi. Sekolah Pascasarjana I nstitut Pertanian Bogor, Bogor.

(45)

Rohaeni, E.S., Amali, N. Sumanto, dan Subhan, A. 2010 Pengkajian I ntegrasi Usaha Tani Jagung dan Ternak Sapi di Lahan Kering Kabupaten Tanah Laut Kalimantan, BPTP. Kalimantan Selatan.

Sariubang, M.A., A. Syam, dan A. Nurhayu. 2003. Sistem Usaha Tani Tanaman-Ternak pada Lahan Kering Dataran Rendah di Kabupaten Takalar,

Sulawesi Selatan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan. (http: / / www.sulsel.litbang.deptan.go.id.) 2007.

Soepandie,D., dan I .H. Utomo. 1995 Pengelolaan Lahan dan Teknik Konservasi di Lahan Kering. Makalah penunjang Diskusi Pengembangan Teknologi Tepat Guna di Lahan Kering untuk Mendukung Pertanian Berkelanjutan. Bogor, 27 September 1995.

(46)

ANALI SI S RI SI KO

Analisis risiko diperlukan untuk mengetahui berbagai risiko yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan pengkajian. Dengan mengenal risiko, penyebab, dan dampaknya maka disusun strategi atau cara penanganan risiko baik secara antisipatif maupun responsif (Tabel 5 dan 6).

Tabel 5. Daftar Risiko Pelaksanaan Kegiatan

No. Risiko Penyebab Dampak

Tabel 6. Daftar penanganan risiko dalam pelaksanaan kegiatan

(47)

JANGKA WAKTU KEGI ATAN

Tabel 7. Jadwal Kerja Kegiatan

No. Uraian Kegiatan Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1. Penyusunan RPTP, ROPP dan seminar ROPP

2. Perbaikan ROPP 3. Koordinasi internal dan

eksternal, sosialisasi rencana pengkajian 4. Analisis tanah

Pembuatan kompos Pengolahan lahan Pemupukan I Penanaman Penyiangan Pemupukan I I Pemanenan 5 Penimbangan BB

(48)

PEMBI AYAAN

Tabel 8. Rencana Anggaran Belanja Kegiatan

No Jenis Pengeluaran Volume Harga Satuan

(Rp.000)

(49)

Tabel 9. Realisasi Anggaran Belanja Kegiatan • Honor Petugas Lapang (2

orang) 1.800.000 100 100 365.000 s/ d Rp. 5.000.000

(50)

PERSONALI A

(51)

Lanjutan Tabel 10.

Administrasi Anggota 1. Membantu penanggung-jawab dalam

Teknisi Anggota 1. Membantu penanggung-jawab dalam

(52)

Lampiran 1. Data pertumbuhan, komponen hasil dan produktivitas t anaman

Rata-rata 241 16 16 136 14 39 546 6,326 5,40

(P1V2)1 235 17 15 130 14 39 546 5,032 4,88

(P1V2)2 236 19 16 125 14 31 434 5,322 4,90

(P1V2)3 234 16 15 115 10 34 340 7,635 4,60

Rata-rata 235 17 15 123 13 35 440 4,320 4,79

(P2V1)1 260 20 16 152 14 39 546 7,703 5,10

(P2V1)2 245 16 15 140 14 39 546 7,510 5,30

(P2V1)3 244 18 17 150 14 38 532 7,124 5,19

Rata-rata 250 18 16 147 14 39 541 7,446 5,20

(P2V2)1 237 15 16 144 16 34 544 6,063 6,00

(P2V2)2 236 16 15 110 18 33 594 6,057 6,50

(P2V2)3 237 16 15 125 18 33 594 7,188 6,50

Rata-rata 237 16 15 126 17 33 577 6,436 6,33

Keterangan: P1V1: varietas Bisi 18 tanpa kompos

P2V1: aplikasi kompos & biourine + varietas Bima Uri 19 P1V2: varietas Bima Uri 19 tanpa kompos

(53)

Lampiran 2. Data konsumsi pakan dan hasil limbah ternak pada pengkajian ternak sapi bali induk/ ekor/ hari

No Perla kuan

Konsumsi pakan (kg) Hasil Limbah Ternak/ hari

Rata-rata 22,94 - 24,33 13,25

-13 I I 22,37 2,49 27 13 6

Rata-rata 21,52 2,39 24,67 13,67 5

(54)

Lampiran 3. Foto-foto Pelaksanaan Kegiatan

Gambar 1. Sosialisasi rencana kegiatan pengkajian sistem integrasi sapi jagung dilahan suboptimal di Prov. Bengkulu

Gambar 2. Pelaksanaan demonstrasi pembuatan pupuk organik (Kompos) berbasis kotoran ternak

(55)

Gambar 4. Demonstrasi pembuatan pakan fermentasi berbasis limbah tanaman jagung

(56)

Gambar 6. Kondisi tanaman jagung pada awal Juni 2016 vase vegetatif

Gambar

Tabel 1. Data pertumbuhan dan komponen hasil dan produktivitas tanaman
Tabel 3. Hasil analisis tanah sesudah integrasi sapi jagung
Tabel 4. Data konsumsi pakan dan hasil limbah ternak pada pengkajian ternaksapi bali induk/ekor/hari
Tabel 7. Analisis Usahatani Sebelum dan Sesudah Integrasi pada Tanaman
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan analisis hasil penelitian diperoleh data tentang aktivitas guru dan siswa dan analisis hasil belajar siswa, untuk aktivitas guru dan siswa diperoleh

Dari jawaban diatas banyak yang memilih a dengan prosentase 80% yang memilih b ada 4 anak dengan prosentase 16% dan yang menjawab c hanya 1 anak dengan prosentase 4% berarti

Kesimpulan, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai kemampuan guru IPA dalam penerapan Kurikulum 2013 di SMP Swasta Surakarta tahun ajaran 2013/2014 diperoleh kesimpulan

Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pemberian pupuk organik cair 50 ml/l dan pupuk kompos kulit buah kakao 150

© Aksi Edit Hapus Deskripsi Roduk xxxxx Warna xxxxx Ukuran xx Kategori xxxx Harga xxxxx Stock xx Gambar xxxxx Nama Produk xxxxx Kode Produk xxxxx No x Tambah [+] Produk ADMIN

Dalam mensyukuri pencapaian Usia yang ke 35, Persekutuan Kaum Bapak sebagai salah satu Sumber Daya Insani GPIB dan sebagai seorang ayah harus menjadi inspirator dan motivator

Solusi guna mengatasi banjir dan menurunnnya permukaan air tanah pada kawasan perumahan dapat dilakukan dengan cara pencegahan sedini mungkin melalui perencanaan dari awal

pedoman bagi pengurus Perusahaan dalam menjalankan aktivitas bisnisnya. Maka peningkatan kepatuhan pegawai sebagai komitmen organisasional terhadap aturan