KOMPARASI HASIL BELAJAR MENGGUNAAN MODEL
THINK PAIR SHARE DAN SNOWBALL THROWING
MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN
SISWA KELAS XI SMA KESATRIAN 1 SEMARANG
skripsi
disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Kimia oleh
Dini Ari Respati
4301410057
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
ii PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa skripsi ini bebas plagiat, dan apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam skripsi ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Semarang, Juli 2014
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
1. Selalu percaya bahwa tidak ada yang tidak mungkin
2. Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok adalah harapan.
3. Optimis dan pantang menyerah dalam menghadapi masalah apapun.
PERSEMBAHAN
1.Bapak, ibu dan adek tercinta, atas doa dan
dukungan yang selalu tercurah untukku
2.Sahabat-sahabatku Mas Wahyu, mbak Musa,
Waridi, Nino, Ita, Fika, Lidia, Krisna, Ersa
Mastoni, yang selalu menyemangatiku dalam
pembuatan skripsi.
3.Teman-teman rombel 3 pendidikan kimia 2010
yang aku sayangi
4.Sahabat-sahabat Kost Fortuna, sahabat PPL serta
sahabat KKN yang aku sayangi.
5.Dan semuanya yang telah memberikan motivasi
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya yang senantiasa tercurah sehingga peneliti dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi yang berjudul “Komparasi Hasil Belajar Menggunakan Metode Pembelajaran Think Pair Share dengan Snowball Throwing Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Siswa Kelas XI SMA Kesatrian 1 Semarang”. Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Semarang
2. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin penelitian,
3. Ketua Jurusan Kimia Universitas Negeri Semarang yang memberikan kemudahan dalam penelitian,
4. Drs Soeprodjo, M.S dosen pembimbing yang telah sabar memberikan bimbingan, arahan, dan saran selama menyusun skripsi,
5. Dra. Saptorini, M.Pi dosen penguji I yang telah memberikan arahan, dan saran, 6. Drs. Eko Budi Susatyo, M.Si dosen penguji II yang telah memberikan arahan
dan saran,
7. Dra. Indriani Kuswandari dan guru mata pelajaran kimia SMA Kesatrian 1 Semarang yang telah banyak membantu terlaksananya penelitian,
8. Siswa-siswi kelas XI IPA yang telah mengikuti pembelajaran dalam penelitian ini dengan baik.
Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca khususnya dan perkembangan pendidikan pada umumnya.
Semarang, Juli 2014
v
ABSTRAK
Respati, Dini Ari. 2014. Komparasi Hasil Belajar Menggunakan Metode Pembelajaran Think Pair Share dengan Snowball Throwing Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Siswa Kelas XI SMA Kesatrian 1 Semarang. Skripsi, Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Drs. Soeprodjo, M.S.
Kata Kunci : Komparasi, Think Pair Share, Snowball Throwing.
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL………... i
PERNYATAAN………... ii
HALAMAN PENGESAHAN………. iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN………... iv
PRAKATA………... v
ABSTRAK………... vi
DAFTAR ISI………... vii
DAFTAR TABEL………... ix
DAFTAR GAMBAR………... x
DAFTAR LAMPIRAN………... xi
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah………... 1
1.2 Rumusan Masalah………... 4
1.3 Tujuan Penelitian………. 4
1.4 Manfaat Penelitian……… 1.5 Penegasan Penelitian……… 4 5 2. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Belajar, Hasil Belajar, Metode Pembelajaran, Materi ....……… 7
2.2 Hasil Penelitian Terkait... 17
2.3 Kerangka Berfikir……… 19
2.4 Hipotesis………..………... 21
3. METODE PENELITIAN 3.1 Setting Penelitian……….. 22
3.2 Variabel Penelitian………... 23
3.3 Desain Penelitian………... 24
vii
3.5 Analisis Instrumen Penelitian………. 27
3.6 Analisis Lembar Observasi………. 35
3.7 Metode Pengumpulan Data………... 3.8 Analisis Data... 37 37 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian………. 49
4.2 Pembahasan……….. 58
5. PENUTUP 5.1 Simpulan………... 67
5.2 Saran………... 67
6. DAFTAR PUSTAKA………. 69
viii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Desain Penelitian………... 23
3.2 Hasil Analisis Validitas Soal ……… 28
3.3 Klasifikasi Daya Beda Soal Uji Coba.………... 29
3.4 Hasil Perhitungan Daya Beda Soal Uji Coba..………...…... 30
3.5 Kriteria Tingkat Kesukaran Soal... 31
3.6 Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba ….……….... 32
3.7 Kriteria Reliabilitas Soal Uji Coba ………... 33
3.8 Hasil Analisis Uji Coba Soal... 34
3.9 Transformasi Nilai Soal Uji Coba Post Tes………. 34
3.10 Kategori Penilaian Aspek Afektif ……...…………..………... 35
3.11 Kategori Penilaian Aspek Psikomotorik…….………... 36
3.12 Ringkasan ANAVA Satu Jalur …………...….………... 39
4.1 Data Awal Populasi ………….………... 49
4.2 Hasil Uji Normalitas Data Awal ……...………... 49
4.3 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Post Test ………. 51
4.4 Hasil Uji Kesamaan Dua Varians Data Post Test………. 52
4.5 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Dua Pihak Data Post Test... 53
4.6 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Satu Pihak Kiri... 53
4.7 Hasil Perhitungan Uji Ketuntasan Belajar Individu... 54
4.8 Hasil Perhitungan Uji Ketuntasan Belajar Klasikal...…………... 54
4.9 Nilai Afektif Kelas Eksperimen I dan II...….…….……..….. 55
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Berfikir………... 20
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Nilai UAS 5 Tahun ………... 71
2. Daftar Nama Siswa... 72
3. Silabus………... 73
4. RPP Kelas Eksperimen I………... 75
5. RPP Kelas Eksperimen II...……….. 88
6. Kisi-Kisi Soal Uji Coba...………. 102
7. Soal Uji Coba………... 105
8. Analisis Soal Uji Coba………...………... 118
9. Perhitungan Validitas Soal Uji Coba…...………... 123
10. 11. Perhitungan Daya Pembeda Soal Uji Coba ………... Perhitungan Indeks Kesukaran Soal Uji Coba ……….... 127 129 12. Perhitungan Reliabilitas Soal Uji Coba …... 131
13. Daftar Nilai UAS Siswa ………... 133
14. Uji Normalitas Data Tahap Awal ………... 134
15. Uji Homogenitas...………... 140
16. Uji Kesamaan Rata-rata... 142
17. 18. Daftar Nilai Post test…………..………... Uji Normalitas Tahap Akhir...………...……...…. 145 146 19. Uji Kesamaan Dua varian………... 150
20. Uji Perbedaan Rata-Rata Dua Pihak………..……….... 152
21. Uji Perbedaan Satu Pihak Kiri...…………... 155
22. Uji Ketuntasan Hasil Belajar Eksperimen I…….………... 157 23.
24. 25. 26.
Uji Ketuntasan Hasil Belajar Eksperimen II …………... Pedoman Penilaian Aspek Afektif…….……….. Reliabilitas Aspek Afektif………... Analisis Nilai Afektif Kelas Eksperimen I dan II…...
159 161 163 164 27. 28.
Pedoman Penilaian Aspek Psikomotorik...……... Reliabilitas Aspek Psikomotorik...
xi
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Kimia merupakan mata pelajaran yang ditakuti oleh kebanyakan siswa. Dikarenakan mereka masih kesulitan dalam mempelajari mata pelajaran tersebut. Sehingga diperlukan suatu pembelajaran kimia yang menyenangkan dan melibatkan peserta didik untuk ikut aktif di dalamnya. Disamping itu ,juga diperlukan dukungan penuh dari pendidik untuk memfasilitasi peserta didik pada proses pembelajaran. Ditunjang dengan metode-metode pembelajaran kimia yang akan menambah minat siswa untuk mempelajari mata pelajaran kimia tersebut.
Pada observasi awal peneliti memilih materi pokok “kelarutan dan hasil kali kelarutan” sebagai materi yang akan digunakan untuk melakukan
penelitian. Peneliti memilih materi kelarutan dan hasil kali kelarutan dengan meninjau hasil ulangan harian selama 5 tahun terakhir, dari tahun ajaran 2008/2009 sampai 2012/2013 dimana rata-rata nilai para siswa kelas XI IPA di SMA KESATRIAN 1 masih kurang dari nilai ketuntasan minimal (KKM). Pada tahun ajaran 2008/2009 Terdapat empat kelas dengan rata-rata IPA 1 (52,45), IPA 2 (54,74), IPA 3 ( 58,70), dan IPA 4 (55,21) dengan KKM 62 yang berarti tidak satupun rata-rata kelas tersebut mencapai KKM. Pada tahun 2009/2010 juga terdapat empat kelas dengan rata-rata IPA 1 (54,78), IPA 2 ( 51,86), IPA 3 ( 57,38), dan IPA 4 (49,73) sedangkan KKM pada tahun tersebut adalah 65 yang berarti keempat kelas tersebut masih belum tuntas. Kemudian pada tahun 2010/2011 terdapat tujuh kelas dengan rata-rata IPA 1 (60,76), IPA 2 (62,90), IPA 3 (56,48), IPA 4 (61,69), IPA 5 (60,40), IPA 6 (60,68), dan IPA 7 (59,10) dengan KKM 68 dengan demikian nilai rata-rata
keseluruhan kelas masih belum tuntas. KKM pada tahun 2011/2012 yaitu 70 dengan enam kelas yang mempumyai rata-rata IPA 1 (60,20), IPA 2 (61), IPA 3 (67,10), IPA 4 (58,73), IPA 5 (57), dan IPA 6 (57,70) yang berarti seluruh kelas masih belum mencapai KKM. Pada tahun 2012/2013 terdapat empat kelas dengan rata-rata IPA 1 (61,30), IPA 2 (60,30), IPA 3 (61,80), dan IPA 4 (62,50) dengan KKM 72 sehingga dari keempat kelas tersebut masih belum tuntas. Disamping itu juga, pembelajaran kimia di SMA KESATRIAN 1 Semarang masih membuat siswa tegang dan masih takut untuk bertanya apabila belum mengerti.
Dari penjabaran diatas, dapat dinyatakan bahwa siswa masih merasa kesulitan dalam memahami materi kelarutan dan hasil kali kelarutan, juga masih perlu pembelajaran yang tidak menegangkan, dan berakibat hasil belajar siswa masih belum cukup memuaskan. Hal ini lah yang perlu diperhatikan oleh pendidik. Pendidik diharapkan mampu melaksanakan metode-metode pembelajaran yang dapat meningkatkatkan pemahaman siswa yang tentunya juga akan meningkatkan hasil belajar siswa.
Dari pemaparan diatas, maka model pembelajaran yang akan diterapkan oleh peneliti pada materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan adalah model pembelajaran kooperatif dimana pembelajaran kooperatif ini dinilai sangat efektif untuk diterapkan pada pembelajaran di sekolah, model tersebut yaitu TPS ( Think Pair Share) dan Snowball Throwing.
mengambil judul “Komparasi Hasil Belajar Menggunakan Model Pembelajaran Think Pair Share dengan Snowball Throwing Materi
Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Siswa Kelas XI SMA KESATRIAN 1
SEMARANG.”
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
(1) Apakah terdapat perbedaan hasil belajar kimia antara siswa yang diberi model TPS dengan model Snowball Throwing pada materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan kelas XI SMA Kesatrian 1 Semarang?
(2) Jika ada perbedaan, manakah yang lebih baik antara siswa yang diberi model TPS dengan model Snowball Throwing pada materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan kelas XI SMA Kesatrian 1 Semarang?
1.3
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar kimia antara siswa yang diberi
model TPS dengan model Snowball Throwing pada materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan kelas XI SMA Kesatrian 1 Semarang.
(2) Untuk mengetahui manakah yang lebih baik antara siswa yang diberi model TPS dengan model Snowball Throwing pada materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan kelas XI SMA Kesatrian 1 Semarang.
1.4
Manfaat Penelitian
(1) Bagi Siswa
a.Meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran b.Meningkatkan hasil belajar siswa
c.Meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran d.Meningkatkan motivasi siswa untuk belajar kimia lebih giat
e.Meningkatkan pemahaman tentang konsep kimia dan kemampuan menyelesaikan soal pada materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan. (2) Bagi Guru
a.Sebagai bahan pertimbangan dan informasi bagi guru dalam memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa
b.Sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan kreativitas guru dalam membuat suatu metode pembelajaran supaya menjadi lebih efektif dan menarik dari sebelumnya.
(3) Manfaat bagi peneliti
a.Sarana latihan dalam menentukan metode pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajaran kimia di SMA
b.Menambah wawasan dan pengalaman dalam penelitian pendidikan secara langsung di sekolah.
1.5
Penegasan Istilah
Supaya tidak terjadi kesalahpahaman dalam menafsirkan istilah maka perlu dilakukan batasan- batasan sebagai berikut :
Hasil Belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar (Rifa’i & Anni, 2009:85).
2) Model Think Pair Share (TPS)
TPS merupakan suatu model yang menekankan gagasan tentang waktu”tunggu atau berfikir” (wait or think time) pada elemen interaksi
pembelajaran kooperatif yang saat ini menjadi salah satu faktor ampuh dalam meningkatkan respon siswa terhadap pertanyaan. Siswa dituntut untuk dapat menyelesaikan masalah sendiri kemudian mendiskusikan masalah tersebut dengan teman sebangku, dan permasalahan tersebut di di persentasikan di depan kelas (Miftahul Huda, 2013:206) .
3) Model Snowball Throwing
Snowball Throwing merupakan model pembelajaran yang melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari orang lain dan menyampaikan pesan tersebut kepada teman satu kelompoknya. Pada pembelajaran ini, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang masing masing kelompok diwakili oleh ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru. Kemudian masing-masing siswa membuat pertanyaan di selembar kertas yang dibentuk seeperti bola lalu dilemparkan kepada siswa lain untuk dikerjakan oleh masing-masing siswa kemudian di diskusikan secara berkelompok.
4) Siswa kelas XI SMA Kesatrian 1 Semarang
7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Landasan Teori
2.1.1 Belajar
Belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang agar memiliki kompetensi berupa keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan. Belajar juga dapat dipandang sebagai sebuah proses elaborasi dalam upaya pencarian makna yang dilakukan oleh individu (Benny. A Pribadi ,2009 : 6).
Melengkapi pandangan tentang belajar seperti yang dikemukakan di atas, Meyer (1882) dalam Smith dan Ragan mennemukakan pengertian belajar sebagai “... perubahan yang relatif permanen dalam pengetahuan dan perilaku seseorang yang diakibatkan oleh pengalaman.” Definisi belajar yang
diungkapkan oleh Meyer dalam Smith dan Ragan (2002) mencakup beberapa konsep penting yang meliputi :
1. Durasi perubahan perilaku bersifat relatif permanen,
2. Perubahan terjadi pada struktur dan isi pengetahuan orang yang belajar,dan
2.1.2 Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh peserta didik. Dalam peserta didikan,perubahan perilaku yang harus dicapai oleh peserta didik setelah melaksanakan kegiatan belajar dirumuskan dalam tujuan peserta didik (Rifa’i &
Anni ,2010:85).
Benyamin S. Bloom dalam Rifa’i & Anni (2010:86) menyampaikan tiga taksonomi yang disebut dengan ranah belajar,yaitu :
1. Ranah kognitif, berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan dan kemahiran intelektual. Ranah kognitif mencakup kategori pengetahuan ,pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.
2. Ranah afektif, berkaitan dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai. Kategori tujuan peserta didikan afektif adalah penerimaan, penanggapan, penilaian, pengorganisasian dan pembentukan pola hidup.
2.1.3 Model TPS
Model Think Pair Share yaitu model pembelajaran yang dikembangkan Frank Lyman. Model ini memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan dan model ini adalah optimalisasi partisipasi siswa, yaitu memberi kesempatan delapan kali lebih banyak kepada siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain (Isjoni, 2011:112).
Menurut Miftahul Huda (2011:136) model TPS sebaiknya dilakukan dengan mengikuti prosedur-prosedur sebagai berikut :
1. Siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok.Setiap kelompok terdiri dari empat anggota/siswa.
2. Guru memberikan tugas pada setiap kelompok
3. Masing-masing anggota memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri-sendiri terlebih dahulu.
4. Kelompok membentuk anggota-anggotanya secara berpasangan. Setiap pasangan mendiskusikan hasil pengerjaan individunya.
5. Kedua pasangan lalu bertemu kembali dalam kelompoknya masing-masing untuk menshare hasil diskusinya.
2.1.4 Model Snowball Throwing
melempar segumpalan kertas untuk menunjuk siswa yang diharuskan menjawab soal dari guru (Miftahul Huda,2013:226).
Model ini digunakan untuk melatih konsep pemahaman materi yang sulit kepada siswa serta dapat juga digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan kemampuan siswa dalam materi tersebut. Model pembelajaran ini melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari orang lain dan menyampaikan pesan tersebut kepada teman satu kelompoknya (Miftahul Huda, 2013:226).
Sintaks langkah-langkah metode pembelajaran Snowball Throwing menurut Santoso (2011:114) yaitu:
1) Guru menyampaikan materi yang disajikan.
2) Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi. 3) Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya.
4) Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.
6) Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas tersebut bergantian
7) Evaluasi dan penutup
2.1.5 Materi Pokok Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
2.1.5.1Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
Kelarutan (solubility) suatu zat adalah jumlah maksimum (mol atau gram) zat yang dapat larut dalam volum pelarut tertentu dan pada suhu tertentu hingga membentuk kesetimbangan larutan. Satuan kelarutan dinyatakan dalam mol L-1 atau M, dapat dirumuskan:
Keterangan:
s = kelarutan (mol/Liter) n = jumlah mol
v = volume larutan (mL) g = massa zat terlarut (gram)
Mr = massa molekul relatif zat terlarut
Ksp disebut sebagai konstanta hasil kelarutan (solubility product constant) yaitu hasil kali konsentrasi tiap ion dipangkatkan dengan koefisien masing-masing. Ksp senyawa CaF2 dan Al(OH)3 ialah:
CaF2 (s) Ca2+(aq) + 2F-(aq) Ksp CaF2 = [Ca2+] [F-]2
Ksp Al(OH)3 = [Al3+] [OH-]3
Ksp senyawa dapat ditentukan dari percobaan laboratorium dengan mengukur kelarutan (massa senyawa yang dapat larut dalam tiap liter larutan) sampai keadaan tepat jenuh. Kemampuan pelarut telah maksimum untuk melarutkan atau mengionkan zat terlarut. Kelebihan zat terlarut walaupun sedikit akan menjadi endapan. Larutan tepat jenuh dapat dibuat dengan memasukkan zat kelarutan sehingga lewat jenuh. Endapan disaring dan ditimbang untuk menghitung massa yang terlarut.
2.1.5.2Hubungan Kelarutan (s) dengan Tetapan Hasil Kali Kelarutan
Perhitungan yang mellibatkan Ksp dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori,yaitu:
a. Perhitungan Ksp dari data kelarutan b. Perhitungan kelarutan dari Ksp c. Masalah terjadinya pengendapan
Untuk padatan AxBy yang berada dalam kesetimbangan dengan ion-ion hasil disosiasinya dalam larutan jenuh, berlaku:
Ax By (s) xAy+(aq) + yBx-(aq) Kelarutan l M x l M y l M
Ksp = (Ay+)x . (Bx-)y = (x l )x . (y l )y
= xx . yy . l(x+y)
l = ……….(1)
l AgCl =
l Mg(OH)2 =
Persamaan (1) menggambarkan hubungan kelarutan dan hasil kali kelarutan Ksp. Bila kelarutan ada datanya, maka Ksp dapat ditentukan. Sebaliknya jika harga Ksp diketahui, maka kelarutannya dapat ditentukan.
Mengendap atau tidaknya AxBy, dapat dilihat dari harga (Ay+)x . (Bx-)y Bila harga (Ay+)x . (Bx-)y < Ksp , maka AxBy belum mengendap Bila harga (Ay+)x . (Bx-)y = Ksp , maka larutan mencapai jenuh
Bila harga (Ay+)x . (Bx-)y > Ksp , maka larutan AxBy lewat jenuh atau telah terjadi endapan AxBy
(Kasmadi, 2008: 20) 2.1.5.3Pengaruh Ion Senama dalam Kelarutan
Jika suatu garam diartikan ke dalam larutan yang telah berisi salah satu ion garam tersebut, maka kelarutan garam lebih kecil daripada kelarutannya dalam air murni. AgCl lebih sukar larut di dalam larutan NaCl daripada di dalam air. Berkurangnya kelarutan AgCl tersebut karena adanya pengaruh ion sejenis (Cl-).
Akibat adanya ion sejenis dengan mudah dapat diketahui prinsip Le Chathelier. Seandainya padatan AgCl dilarutkan di dalam air murni, maka terjadi kesetimbangan sebagai berikut :
AgCl (s) Ag+(aq) + Cl-(aq)
kesetimbangan bergeser ke kiri yang menyebabkan AgCl mengendap. Dengan perkataan lain AgCl lebih sedikit larut di dalam larutan NaCl daripada air.
Contoh:
Berapa kelarutan molar AgCl dalam larutan 0,010 M NaCl ?
Ksp = (Ag+) (Cl-) = 1,7 . 10-10
Sebelum AgCl larut, telah ada (Cl-) sebanyak 0,010 M. karena NaCl mengalami disosiasi total. Adanya (Na) dapat diabaikan karena (Na+) tidak terlibat dalam sistem kesetimbangan:
AgCl (s) Ag+(aq) + Cl-(aq)
Mula-mula 0 0,010 M
Perubahan xM xM
Kesetimbangan xM 0,010+xM
Harga 0,010 + x ≈ 0,010 (Karena nilai x dianggap sangat kecil) Maka (x) (0,010) = 1,7 . 10-10
x = 1,7 . 10-8
Jadi kelarutan AgCl dalam larutan 0,010 M NaCl adalah sebesar 1,7.10-8 M.
2.1.5.4Pengaruh pH Terhadap kelarutan
Tingkat keasaman larutan (pH) dapat mempengaruhi kelarutan dari berbagai jenis zat. Suatu basa selalu lebih mudah larut dalam larutan yang bersifat asam, dan sebaliknya lebih sukar larut dalam larutan yang bersifat basa. Garam-garam yang berasal dari asam lemah akan lebih mudah larut dalam larutan yang bersifat asam kuat.
2.1.5.4.1. pH dan Kelarutan Basa
Sesuai dengan efek ion senama, suatu basa lebih sukar larut dalam larutan yang bersifat basa daripada dalam larutan netral.
2.1.5.4.2. pH dan Kelarutan Garam
Kalsium karbonat (CaCO3) sukar larut dalam air, tetapi larut dalam larutan HCl. Fakta ini diterapkan sebagai berikut:
Dalam larutan jenuh CaCO3 terdapat kesetimbangan berikut: CaCO3(s) Ca2+(aq) + CO32-(aq)
Jika pH larutan kita perkecil dengan menambahkan asam, maka H+ dari asam akan mengikat ion karbonat membentuk ion HCO3-.
CO32-(aq) + H+(aq) HCO3-(aq)
Berdasarkan azas Le Chatelier, pengurangan [CO32-] mengakibatkan kesetimbangan bergeser ke kanan, CaCO3 padat lebih banyak larut, maka pada reaksi tersebut penurunan pH akan menambah kelarutan (Kalsum, 2009: 242). 2.1.5.5Reaksi Pengendapan
konsentrasi setimbang) disebut sebagai Qc. Jadi secara umum, apakah keadaan suatu larutan belum jenuh, tepat jenuh, atau lewat jenuh, dapat ditentukan dengan mencari nilai Qc-nya dengan ketentuan sebagai berikut:
Jika Qc < Ksp larutan belum jenuh Jika Qc = Ksp larutan tepat jenuh
Jika Qc > Ksp lewat jenuh (Purba, 2006: 149) 2.1.5.6Kegunaan Ksp dalam kehidupan sehari-hari
a.Pembuatan pasta gigi
Apabila dikaitkan dengan materi kelarutan dan hasil kali kelarutan termasuk bagian pH terhadap kelarutan.Menyikat gigi dengan pasta gigi yang mengandung fluorida (F-) dapat mengubah senyawa hidroksiapatit menjadi fluoroapatit. Senyawa fluoroapatit, Ca5(PO4)3F(s) memiliki Ksp 3,16×10-60, dengan demikian harga kelarutannya akan lebih kecil dari harga kelarutan hidroksiapatit. Ketika menggosok gigi dengan pasta gigi yang berfluorida terjadi pergantian ion OH- oleh ion F -sehingga membentuk fluoroapatit yang lebih sukar larut dalam suasana asam dibandingkan dengan hidroksiapatit.
b.Menghilangkan kesadahan air
Apabila dikaitkan dengan materi kelarutan dan hasil kali kelarutan termasuk bagian pengaruh penambahan ion senama. Karena untuk menghilangkan garam sulfat atau garam klorida dari air sadah adalah dengan menambahkan ion senama.
Apabila dikaitkan dengan materi kelarutan dan hasil kali kelarutan termasuk bagian kelarutan. Sewaktu tangan memegang suatu benda, salah satu zat yang ditinggalkan pada benda tersebut adalah NaCl yang berasal dari keringat. Benda yang dipegang tadi disapu dengan larutan AgNO3. AgNO3 akan bereaksi dengan NaCl membentuk endapan AgCl berwarna putih jika hasil kali konsentrasi Ag+ dan Cl- nya telah melebihi harga Ksp AgCl. Di bawah sinar, endapan AgCl putih ini akan berubah menjadi endapan Ag yang berwarna hitam. Endapan ini akan menampilkan sidik jari.
d.Pembentukan batu karang
Apabila dikaitkan dengan materi kelarutan dan hasil kali kelarutan termasuk bagian reaksi pengendapan. Batu karang berasal dari senyawa CaCO3.Pembentukan CaCO3 berawal dari karbondioksida yang berada di atmosfer bereaksi dengan air laut membentuk asam karbonat. Ketika asam karbonat yang terbentuk larut dalam air larut, maka asam karbonat terurai menjadi ion. Ion bikarbonat bereaksi dengan ion Ca2+ dalam air laut, membentuk CaCO3 yang merupakan batu karang.
2.2. Hasil Penelitian terkait
Berdasarkan jurnal sebelumnya yang berjudul Reforming Mathematic Through The Concept Of Cooperative Learning By Using The Technique
Think-Pair-Share Focusing On Cube And Cuboid To Improve The Study Result And
Semarang District On Their Second Semester Year Of 2010/2011 yang dilaksanakan oleh Evi Suharyanti, Theofelus Galih S., Margi Rahayu, Kriswandani. Peneliti melakukan penelitian dengan tiga kali siklus dimana dari ketiga siklus itu terdapat peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika. Hal ini disebabkan karena pembelajaran dengan menggunakan metode TPS membuat siswa lebih mudah memahami materi yang diberikan. Dan memacu keaktifan siswa dalam berdiskusi dan menyampaikan pendapat.
Jurnal yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share dengan Metode Praktikum dalam Pembelajaran IPA Fisika
Kelas VIII B SMPN 7 JEMBER Tahun Pelajaran 2012/2013 dilakukan oleh Ismil Ridayatun Winayah, Sudarti, Nuriman pada tahun ajaran 2012/2013. Pada penelitian ini peneliti menggunakan dua siklus untuk mengetahui keefektifan metode TPS. Berdasarkan hasil analisis aktivitas belajar siswa selama pembelajaran dari pra siklus sampai siklus 2 yaitu aktivitas memperhatikan penjelasan dari pra siklus sampai siklus 1 mengalami peningkatan sebesar 37,18%, dari siklus 1 sampai siklus 2 sebesar 5,12%. Dimana dalam pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share ini siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran khususnya dalam memecahkan masalah, aktif dalam diskusi kelompok kelompok kecil, serta mampu membuktikan sendiri teori yang ada dengan melakukan praktikum.
(Studi pada Materi Pokok Senyawa Hidrokarbon) dilakukan oleh Muhaedah Rasyid & Sumiati Side tahun 2011 menjelaskan bahwa dengan model pembelajaran Snowball Throwing berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 1 Bajeng kabupaten Gowa pada materi pokok senyawa Hidrokarbon. Walaupun demikian masih ada beberapa aktifitas siswa yang masih kurang. Seperti ketika ketua kelompok memberikan penjelasan kepada masing-masing siswa, masih ada beberapa siswa yang kurang mengerti penjelasan dari ketua kelompok.
2.3. Kerangka Berfikir
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, dimana pada kenyataannya siswa masih merasa kesulitan dengan materi kimia, khususnya materi kelarutan dan hasil kelarutan yang telah dibuktikan dengan data hasil belajar siswa lima tahun terakhir. Dan beberapa faktor misalkan cara mengajar guru, metode pembelajaran yang kurang tepat. Hal ini menyebabkan nilai yang diperoleh kurang optimal.
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir Uji Hipotesis
Kesimpulan Pembelajaran kimia yang cenderung masih teacher centered, siswa
pasif
Kelas Eksperimen 1 Kelas Eksperimen 2
Pembelajaran dengan metode TPS
Pembelajaran dengan metode Snowball Throwing
Hasil Belajar Dibandingkan Hasil belajar kimia
materi Ksp masih rendah
Nilai ketuntasan materi Ksp lima tahun terakhir masih kurang dari KKM
Dilakukan penelitian untuk meningkatkan hasil belajar kimia materi Ksp dengan menggunakan dua metode pembelajaran
Siswa yang masih tegang pada proses
2.4. Hipotesis
Dalam penelitian ini, peneliti merumuskan hipotesis bahwa:
1. Ada perbedaan hasil belajar kimia antara siswa yang diberi model TPS
dengan hasil belajar kimia siswa yang diberi model Snowball Throwing
materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan.
23
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1
Setting Penelitian
3.1.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2006:215).Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Kesatrian 1 Semarang tahun pelajaran 2013/2014.
3.1.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Teknik cluster random sampling ini merupakan teknik pengambilan sampel dimana populasi dibagi-bagi menjadi beberapa kelompok atau cluster, kemudian kelompok yang diperlukan diambil secara acak. Syarat diijinkannya penggunaan teknik cluster random sampling yaitu memiliki kualitas yang sama pada masing-masing kelas dalam populasi dimana kualitas yang sama adalah memiliki homogenitas yang sama dan rata-rata yang sama. Dalam penelitian ini diambil dua kelas anggota populasi sebagai sampel.
3.2
Variabel Penelitian
Variabel bebas dalam penelitian ini ialah pembelajaran menggunakan metode TPS dan metode Snowball Throwing.
(2) Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini ialah hasil belajar siswa. Data hasil belajar diperoleh melalui tes tertulis di akhir proses pembelajaran.
(3) Variabel Kontrol
Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah kurikulum, guru yang sama, materi, dan jumlah jam pelajaran yang sama.
3.3
Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan jenis penelitian komparasi. Penelitian komparasi bersifat membandingkan harga parameter tertentu dari dua atau lebih sampel. Dalam penelitian ini yang dibandingkan adalah nilai hasil belajar dari dua kelas yang diberi perlakuan berbeda.
Penelitian ini menggunakan desain post test only control design yaitu desain penelitian dengan hanya melihat nilai post test antara kelompok eksperimen I dengan kelompok eksperimen II. Desain penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Kelompok Perlakuan Tes Akhir
E1 P1 T
E2 P2 T
E1 : Kelas eksperimen I E2 : Kelas eksperimen II
P1 : Pembelajaran dengan metode TPS
P2 : Pembelajaran dengan metode Snowball Throwing
T : Tes akhir
3.4
Instrumen penelitian
Dalam penelitian ini, instrument penelitian yang digunakan meliputi(1) silabus, (2) rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), (3) lembar pengamatan aspek afektif, (4) lembar pengamatan aspek psikomotorik, dan (5) tes hasil belajar kognitif.
3.4.1 Silabus
Silabus yang digunakan dalam penelitian ini merupakan silabus KTSP. Silabus untuk kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II secara terperinci.
3.4.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) digunakan sebagai panduan bagi guru untuk melakukan kegiatan belajar mengajar di kelas. RPP kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II.
3.4.3 Lembar Pengamatan Aspek Afektif
Kriteria yang menggambarkan rendahnya nilai suatu aspek diberi skor terendah, yaitu 1. Sedangkan kriteria yang menggambarkan nilai aspek yang tinggi diberi skor tertinggi, yaitu 4.
3.4.4 Lembar Pengamatan Aspek Psikomotorik
Lembar pengamatan aspek psikomotorik digunakan untuk mengukur dan menilai keterampilan siswa. Penilaian aspek psikomotorik dilakukan pada proses pembelajaran saat praktikum. Penilaian aspek psikomotorik pada saat praktikum pada kelas eksperimen I sama dengan kelas eksperimen II. Dalam penelitian ini ditetapkan rentang skor lembar pengamatan aspek psikomotorik dari skor 1 (satu) sampai 5 (lima). Penyusunan kriteria penskoran sama dengan penskoran pada lembar pengamatan afektif.
3.4.5 Tes Hasil Belajar Kognitif
Tes hasil belajar kognitif atau post test digunakan untuk mengukur dan menilai penguasaan siswa pada materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan. Tes hasil belajar kognitif yang disusun pada penelitian ini berupa tes obyektif (pilihan ganda) dengan lima pilihan jawaban dan satu jawaban tepat, terdiri atas soal C1 (jenjang kemampuan ingatan), soal C2 (jenjang kemampuan pemahaman), soal C3 (jenjang kemampuan penerapan) dan C4 (jenjang kemampuan analisis). Soal berjumlah 50 butir soal dengan waktu pengerjaan tes 90 menit.
Langkah-langkah penyusunan soal uji coba tes hasil belajar kognitif yaitu: (1) Menentukan jumlah butir soal dan alokasi waktu yang disediakan.
(2) Menentukan tipe atau bentuk soal. Tipe soal yang digunakan berbentuk pilihan ganda dengan lima buah jawaban dan satu pilihan jawaban yang tepat. (3) Menentukan komposisi jenjang. Komposisi jenjang dari perangkat tes
yang akan diuji cobakan terdiri atas 50 butir soal yaitu: a. Aspek pengetahuan (C1) terdiri atas 8 soal = 16 % b. Aspek pemahaman (C2) terdiri atas 25 soal = 50 % c. Aspek penerapan (C3) terdiri atas 16 soal = 32 % d. Aspek penerapan (C4) terdiri atas 1 soal = 2% (4) Menentukan tabel spesifikasi atau kisi-kisi soal (5) Menyusun butir-butir soal
(6) Mengujicobakan soal
(7) Menganalisis hasil uji coba, dalam hal validitas, daya beda, tingkat kesukaran, dan reliabilitas perangkat tes yang digunakan.
3.5
Analisis Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang disusun dan digunakan dalam penelitian ini akan diuji cobakan di kelas XII SMA Kesatrian 1 Semarang karena siswa di kelas tersebut telah mendapatkan materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan dengan tujuan untuk mengetahui butir-butir soal yang diuji cobakan sudah memenuhi syarat tes yang baik atau belum.
3.5.1 Validitas
Validitas soal-soal post test dalam penelitian ini ada dua macam yaitu validitas isi soal dan validitas butir soal.
(1) Validitas Isi Soal
Perangkat tes dikatakan telah memenuhi validitas isi apabila materinya telah disesuaikan dengan kurikulum yang sedang berlaku. Jadi peneliti menyusun kisi-kisi soal berdasarkan kurikulum, selanjutnya instrumen dikonsultasikan dengan guru pengampu dan dosen penguji.
(2) Validitas Butir Soal
Untuk menghitung validitas butir soal digunakan rumus korelasi point biserial yaitu sebagai berikut:
Keterangan:
rp bis = koefisien korelasi point biserial
p = proporsi siswa yang menjawab benar pada tiap butir soal q = proporsi siswa yang menjawab salah = 1-p
Mp = rata-rata skor siswa menjawab benar pada butir soal Mt = rata-rata skor seluruh siswa
St = standar deviasi skor total
(Sudjana, 2005: 380) Dengan taraf signifikansi 5%, jika thitung>t(1- α) dengan dk (n-2) dan n jumlah siswa, maka butir soal tersebut valid.
[image:40.595.105.505.404.615.2]Berdasarkan uji coba soal yang dilakukan terhadap 30 siswa kelas XII IPA SMA Kesatrian 1 Semarang diperoleh hasil analisis validitas dari 50 soal yang diuji cobakan. Contoh perhitungan validitas item soal nomor 1 dengan taraf kepercayaan 95% ( =5%) dan dk = 30-2 = 28 diperoleh ttabel = 1,701 dan thitung = 2,279, tampak dari perhitungan bahwa thitung > ttabel, maka butir soal nomor 1 valid. Hasil analisis validitas soal uji coba dapat dilihat pada tabel 3.2.
Tabel 3.2 Hasil Analisis Validitas Soal
Kriteria Nomor Soal Jumlah %
Valid 1, 2, 3, 5, 7, 9, 10, 11, 14, 15, 16, 18, 20, 23, 24, 25, 27, 28, 30, 31, 32, 34, 36, 37, 39, 40,
41, 42, 43, 46, 47, 48
32 64%
Tidak valid
4, 6, 8,12, 13, 17, 19, 21, 22, 26, 29, 33, 35, 38, 44, 45, 49, 50
17 36%
Jumlah 50 100%
(Sumber: olah data hasil penelitian)
3.5.2 Daya Pembeda
Butir soal dikatakan memiliki daya beda yang baik apabila digunakan dalam tes bisa membedakan siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai. Rumus yang digunakan untuk menghitung daya beda soal adalah sebagai berikut:
Keterangan: DB : daya beda
BA : banyaknya jawaban benar kelompok atas BB : banyaknya jawaban benar kelompok bawah JA : banyaknya siswa kelompok atas
JB : banyaknya siswa kelompok bawah
[image:41.595.139.481.510.685.2]Kriteria soal-soal yang dapat dipakai sebagai instrumen berdasarkan daya bedanya disajikan pada tabel berikut.
Tabel 3.3 Klasifikasi Daya Pembeda Soal
Interval Kriteria
DP 0,00 Sangat jelek (very poor) 0,00< DP 0,20 Jelek (poor) 0,20< DP 0,40 Cukup (satisfactory) 0,40< DP 0,70 Baik (good) 0,70< DP 1,00 Sangat baik (excellent)
Pada penelitian ini daya pembeda soal yang dipakai adalah cukup, baik dan sangat baik.
[image:42.595.107.499.275.564.2]Jumlah butir dan nomor soal dengan kriteria sangat jelek, jelek, cukup, baik, dan sangat baik dapat dilihat pada tabel 3.4. Perhitungan daya beda soal uji coba penelitian ini dapat dilihat pada lampiran 10.
Tabel 3.4 Hasil Perhitungan Daya Beda Soal Uji Coba Kriteria Daya
Beda
Nomor Soal
Jumlah
Butir Soal
Sangat jelek - 0
Jelek 4, 6, 12, 13, 17, 19, 21, 22, 29, 33, 35, 38, 44, 49, 50
15
Cukup 1, 3, 5, 7, 8, 9, 10, 14, 15, 16, 18, 25, 26, 32, 36, 40, 41, 42, 45
19
Baik 2, 11, 20, 23, 27, 28, 30, 31, 34, 37, 43 11
Sangat baik 24, 39, 46, 47, 48 5
Jumlah 50
(Sumber: olah data hasil penelitian)
3.5.3 Tingkat Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit.Untuk mengetahui tingkat kesukaran suatu soal rumus yang digunakan adalah:
Keterangan:
IK = indeks kesukaran
B = Jumlah siswa yang menjawab benar
Js = Jumlah seluruh peserta tes
Tabel 3.5 Kriteria Tingkat Kesukaran Soal
Interval Kriteria
IK = 0,00 Sangat sukar
0,00 < IK ≤ 0,30 Sukar
0,30 < IK ≤ 0,70 Sedang
0,70 < IK < 1,00 Mudah
IK = 1,00 Sangat mudah
(Arikunto, 2007: 210)
[image:43.595.105.506.573.739.2]Jumlah butir dan nomor soal dengan kriteria sangat sukar, sukar, sedang, mudah, dan sangat mudah dapat dilihat pada tabel 3.6. Perhitungan tingkat kesukaran soal uji coba penelitian ini dapat dilihat pada lampiran 11.
Tabel 3.6 Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba Kriteria Tingkat
Kesukaran Nomor Soal
Jumlah Butir Soal
Sangat sukar -
Sukar 4, 5, 8, 14, 15, 16, 17, 29, 32, 33, 35, 36,
38, 40, 41, 42, 49, 50 18 Sedang 1, 2, 3, 6, 7,9, 10, 12, 13, 18, 20, 24, 27,
28, 30, 31, 34, 37, 39,43, 44, 46, 47, 48 24
Mudah 11, 19, 21, 22, 23, 25, 26, 45 8
Sangat mudah -
Jumlah 50
3.5.4 Reliabilitas
Suatu hasil tes dikatakan mempunyai reliabilitas yang tinggi apabila memberikan hasil yang relatif tetap bila digunakan pada kesempatan lain. Reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus KR-21 yang dinyatakan dengan rumus:
Jika r11> rtabel maka tes tersebut dikatakan reliabel Keterangan:
r11 = reliabilitas soal M = rata-rata skor total k = banyaknya butir soal
Vt = varians skor total (Arikunto, 2007:101) Kriteria soal-soal yang dapat dipakai sebagai instrumen
[image:44.595.154.467.552.728.2]berdasarkan reliabilitasnya disajikan pada tabel berikut. Tabel 3.7 Kriteria Reliabilitas Soal Uji Coba
Interval Kriteria
r ≤ 0,20 Sangat rendah
0,20 < r ≤ 0,40 Rendah
0,40 < r ≤ 0,70 Sedang
Dari hasil analisis data, didapatkan reliabilitas soal uji coba sebesar 0,854, sehingga apabila dilihat dari tabel kriteria soal uji coba, soal uji coba tersebut memiliki reliabilitas yang tinggi dan dapat dipakai.
3.5.5 Hasil Analisis Soal Uji Coba
Soal-soal yang telah diujicobakan dan dianalisis tersebut dipakai sebagai soal post test jika memenuhi syarat antara lain: butir soal “valid”; mempunyai
daya pembeda minimal “cukup”; tingkat kesukaran minimal “sedang”; dan soal tersebut “reliabel”. Dari analisis uji coba soal, diperoleh soal layak dipakai 32
butir dan 30 butir soal dipakai sebagai soal post test dengan komposisi jenjang sebagai berikut.
Aspek pengetahuan (C1) sebanyak 8 soal = 27% Apek pemahaman (C2) sebnyak 15 soal = 50% Aspek penerapan (C3) sebanyak 7 soal = 23%
Tabel 3.8 Hasil Analisis Uji Coba Soal
Kriteria Nomor Soal
Soal layak pakai
1, 2, 3, 5, 7, 9, 10, 11, 14, 15, 16, 18, 20, 23, 24, 25, 27, 28, 30, 31, 32, 34, 36, 37, 39, 40, 41, 42, 43, 46, 47, 48 (32 soal)
Soal dipakai
1, 2, 3, 5, 7, 9, 10, 11, 14, 15, 16, 18, 20, 23, 24, 25, 27, 30, 31, 32, 34, 36, 39,40,41, 42, 43, 46, 47, 48 (30 soal)
3.5.6 Transformasi Soal
[image:46.595.108.530.268.426.2]Soal yang dipilih sebagai alat ukut aspek kognitif siswa ditransformasikan ke dalam urutan nomor soal yang baru dan akan dipergunakan sebagai soal post test. Transformasi nomor soal uji coba ke dalam soal post test siswa dimuat pada tabel 3.8.
Tabel 3.9 Transformasi Nomer Soal Uji Coba Soal Post test
soal uji coba
1 2 3 5 7 9 10 11 14 15 16 18 20 23 24
soal post test
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
soal uji coba
25 27 30 31 32 34 36 39 40 41 42 43 46 47 48
soal post test
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 (Sumber: olah data hasil penelitian)
3.6
Analisis Lembar Observasi
3.6.1 Validitas Lembar Observasi
Instrumen lembar observasi dalam penelitian ini meliputi lembar observasi afektif dan psikomotorik. Pengujian validitas instrumen lembar observasi yaitu dengan menggunakan uji validitas konstruk. Dalam hal ini instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli (Sugiyono, 2008: 352).
3.6.2 Reliabilitas Lembar Observasi
(Mardapi, 2012: 88 – 89)
Keterangan :
= reliabilitas instrumen
Vp = varian person Ve = varian error K = jumlah observer
[image:47.595.169.470.426.575.2]Instrumen lembar observasi reliabel apabila r11 > 0,7. Kategori untuk nilai afektif disajikan pada Tabel 3.10.
Tabel 3.10 Kategori Penilaian Aspek Afektif
Jumlah skor Kriteria
13 – 16 10 – 12 7 – 9 4 – 6
Sangat baik Baik Cukup Kurang
Tabel 3.11 Kategori Penilaian Aspek Psikomotorik
Jumlah skor Kriteria
21 – 25 16 – 20 11 – 15 5 – 10
[image:47.595.173.473.610.755.2]3.7
Metode Pengumpulan Data
3.7.1 Metode Dokumentasi
Dalam hal ini, data yang diperoleh yaitu daftar nama siswa kelas XI IPA dan daftar nilai ujian akhir semester gasal mata pelajaran kimia kelas XI IPA Kesatrian 1 semarang tahun ajaran 2013/2014. Data ini diperlukan untuk analisis tahap awal.
3.7.2 Metode Observasi
Metode observasi digunakan untuk mengetahui hasil belajar aspek afektif dan psikomotorik. Pengamatan afektif dan psikomotorik kelompok eksperimen I dan eksperimen II dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Dalam lembar pengamatan dicantumkan indikator-indikator yang dapat dijadikan acuan untuk mengukur kedua aspek hasil belajar.
3.7.3 Metode Tes
Metode ini digunakan untuk mendapatkan data hasil belajar kimia yang diberi model TPS dan model Snowball Throwing materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan. Metode tes yang digunakan yaitu post test. Perangkat tes yang digunakan yaitu tes pilihan ganda dengan lima buah pilihan jawaban.
3.8
Analisis Data
Analisis tahap awal digunakan untuk mengetahui keadaaan awal populasi. Pada analisis tahap awal digunakan tiga uji, yaitu uji normalitas, uji homogenitas, dan uji kesamaan rata-rata kelas-kelas dalam populasi.
3.8.1.1Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak normal dan untuk menentukan uji selanjutnya apakah memakai statistik parametrik atau non parametrik.Rumus yang digunakan dalam uji normalitas adalah sebagai berikut:
Keterangan: = chi kuadrat
Oi = frekuensi hasil pengamatan Ei = frekuensi yang diharapkan
K = banyaknya kelas
Kriteria pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:
H diterima jika hitung2 2(1 )(k 3)dengan taraf signifikan 5% dan derajat kebebasan (k-3), yang berarti bahwa distribusi data normal (Sudjana, 2005:273).
3.8.1.2Uji Homogenitas Populasi
digunakan, maka dilakukan uji homogenitas populasi dan uji kesamaan rata-rata.Uji kesamaan homogenitas dilakukan dengan uji Bartlett. Rumusnya sebagai berikut:
] log ) 1 ( )[
10
(ln 2
2
i
i S
n B
Keterangan:
Si2 = variansi masing-masing kelas S = variansi gabungan
ni = banyaknya anggota dalam kelas/kelas B = koefisien Bartlett
χ2
= harga konsultasi homogenitas sampel (Sudjana 2006: 263)
Kriteria pengujian hipotesis sebagai berikut:
H : populasi memiliki varians yang tidak berbeda (12 = 22 = ... = n2)
H diterima jika 2hitung<2tabel (1- )(k-1) (taraf signifian 5%). Hal ini berarti varians dari populasi tidak berbeda satu dengan yang lain (homogenitasya sama). Untuk nilai selain itu tolak H.
3.8.1.3Uji Kesamaan Rata-rata antar Kelas dalam Populasi (Uji ANAVA)
[image:50.595.121.457.180.545.2]H : tidak ada perbedaan rata-rata kondisi awal populasi (μ1 = μ2 =….= μn) A : terdapat minimal satu tanda tidak sama dengan (μ1 ≠ μ2 =….=μn)
[image:51.595.111.519.321.468.2]Pengujiannya dilakukan dengan uji F menggunakan bantuan tabel F dengan analisis varians sebagai berikut:
Tabel 3.12 Ringkasan ANAVA Satu Jalur
Sumber Variasi Dk JK KT F
Rata-rata 1 Ry R = Ry / 1
Antar kelompok k-1 Ay A = Ay / (k-1)
Dalam kelompok ∑(ni-1) Dy D = Dy / ∑(ni-1)
Total ∑ni ∑Y2 - -
Keterangan:
(1) Ry = jumlah kuadrat rata-rata
(2) Ay = jumlah kuadrat antar kelompok
(3) JKtot = jumlah kuadrat total
(4) Dy = Jumlah kuadrat dalam kelompokDy = Jktot – RY – AY (5) R = Kuadrat tengah ratarata
Kriteria pengujiannya adalah H diterima jika Fhitung< Ftabel (k-1) (n-k).
3.8.2 Analisis Data Tahap Akhir
Setelah kedua kelompok mendapat perlakuan yang berbeda kemudian diadakan tes akhir (post-test) yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. 3.8.2.1Uji Normalitas
Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui kenormalan data dan untuk menentukan uji selanjutnya apakah menggunakan statistik parametrik atau non parametrik. Hipotesis yang diajukan:
H : data berdistribusi normal A : data tidak berdistribusi normal
Uji normalitas data akhir menggunakan rumus, langkah-langkah, dan kriteria pengujian sama seperti uji normalitas pada analisis data tahap awal.
3.8.2.2Uji Kesamaan Dua Varians
Uji kesamaan dua varians bertujuan untuk mengetahui apakah kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II mempunyai tingkat varians yang sama (homogenitas sama) atau tidak. Uji kesamaan dua varians bertujuan pula untuk menentukan rumus t-test yang digunakan dalam uji hipotesis akhir.
Pasangan hipotesis yang akan diuji:
H : A :
Keterangan:
= varians kelas eksperimen II
Rumus yang digunakan adalah:
(Soeprodjo, 2012:67)
Kriteria pengujian ialah H diterima jika harga F0,975(v1;v2)<F < F0,025(v1;v2) (dengan derajat kebebasan v1 = n1-1 dan v2 = n2-1 yang berarti varians data kelompok eksperimen I sama dengan varians data kelompok II sehingga rumus yang digunakan dalam uji perbedaan dua rata-rata adalah rumus t. Untuk nilai selain itu H ditolak.
3.8.2.3Uji Hipotesis
Uji hipotesis ini digunakan untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan. Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji perbedaan dua rata-rata dua pihak dan uji perbedaan dua rata-rata-rata-rata satu pihak kiri. Data yang digunakan yaitu nilai hasil belajar kognitif (post test) antara kelas eksperimen I dengan kelas eksperimen II.
3.8.2.3.1 Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Dua Pihak
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar antara kelas eksperimen I dengan kelas eksperimen II.
Pasangan hipotesis yang diajukan: H :
: rata-rata hasil belajar kimia kelas eksperimen I
: rata-rata hasil belajar kimia kelas eksperimen II
(Sugiyono, 2006: 118)
Pengajuan hipotesis:
(1) Jika varians kedua kelompok sama, maka rumus uji t yang digunakan:
Dengan , dk = n1 + n2 - 2
Keterangan:
1 = rata-rata nilai post test kelompok eksperimen I
2 = rata-rata nilai post test kelompok eksperimen II n1 = jumlah siswa kelompok eksperimen I
n2 = jumlah siswa kelompok eksperimen II = varians data kelompok eksperimen I
= varians data kelompok eksperimen II
= varians gabungan (Sudjana, 2006:239)
Kriteria pengujian sebagai berikut:
(2) Jika varians kedua kelompok berbeda (S12 S22), maka rumus uji t yang
digunakan adalah:
(Sudjana, 2006: 241) Kriteria pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:
H diterima jika
dengan
Keterangan:
= rata-rata hasil belajar kimia kelompok eksperimen I
= rata-rata hasil belajar kimia kelompok eksperimen II
n1 = jumlah siswa kelompok eksperimen I n2 = jumlah siswa kelompok eksperimen II S1 = simpangan baku kelompok eksperimen I S2 = simpangan baku kelompok eksperimen II S = simpangan baku gabungan
3.8.2.3.2 Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Satu Pihak Kiri
Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah hasil belajar kelas eksperimen I lebih baik dari pada kelas eksperimen II. Tahapan uji ini sama dengan uji perbedaan dua rata-rata dua pihak, yang berbeda adalah hipotesis yang digunakan yaitu sebagai berikut:
H :µ1≥ µ2 A : µ1< µ2 (Soeprodjo, 2012:69-70)
(1) Jika varians kedua kelompok sama, maka rumus uji t yang digunakan adalah:
Dengan
Keterangan:
1 = nilai rata-rata kelompok eksperimen I
2 = nilai rata-rata kelompok eksperimen II
n1 = banyaknya subyek pada kelompok eksperimen I n2 = banyaknya subyek pada kelompok eksperimen II
= varians data pada kelompok eksperimen I
= varians data pada kelompok eksperimen II
= varians gabungan (Soeprodjo, 2012:70-71) Kriteria pengujiannya adalah terima H jika t ≥ -t1-α(taraf signifikan 5%),
(2) Jika varians kedua kelompok berbeda, maka rumus uji t yang digunakan adalah:
Kriteria yang digunakan terima H jika:
Dengan
Peluang untuk penggunaan daftar distribusi t adalah (1-α), sedangkan dk nya masing-masing (n1-1) dan (n2-2) (Sudjana, 2005: 245).
3.8.2.4Uji Ketuntasan Hasil Belajar ( Sebagai Uji Pelengkap )
Uji ketuntasan hasil belajar bertujuan untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar kimia pada kedua kelas eksperimen. Data yang digunakan dalam uji ini adalah nilai post test kimia materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan siswa kelas XI semester 2 SMA Kesatrian 1 Semarang tahun ajaran 2013/2014. Hipotesis yang diuji dalam analisis:
Rumus t yang digunakan:
(Sudjana, 2006:227) Keterangan:
µ0 = rata-rata batas ketuntasan belajar s = standar deviasi
n = banyaknya siswa
= rata-rata nilai yang diperoleh
Kriteria pengujian adalah H diterima jikathitung ≥ t(1-α)(n-1). Untuk selain itu tolak H.
Masing-masing kelompok eksperimen selain dihitung ketuntasan belajar individu juga dihitung ketuntasan belajar klasikal (keberhasilan kelas).Menurut Djamarah (2010:108) keberhasilan kelas dapat dilihat dari sekurang-kurangnya 75% dari jumlah siswa yang ada di kelas tersebut telah mencapai ketuntasan individu. Rumus yang digunakan untuk mengetahui ketuntasan klasikal ialah sebagai berikut:
Keterangan:
n = jumlah seluruh siswa
3.8.2.5Analisis Deskriptif untuk Data Hasil Belajar Afektif dan Psikomotorik
49
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil Penelitian
Kegiatan penelitian dilaksanakan di SMA Kesatrian 1 Semarang kelas XI IPA pada bulan April dengan materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan. Sampel ditentukan dengan teknik cluster random sampling diperoleh dua kelas yang digunakan sebagai sampel yaitu satu kelas sebagai kelas eksperimen I (XI IPA 4) dengan jumlah siswa 30 siswa dan satu kelas sebagai kelas eksperimen II (XI IPA 3) dengan jumlah siswa 32 siswa.
Masing-masing kelas diberi perlakuan yaitu proses pembelajaran dan post test. Perbedaan pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II ini terdapat pada metode pembelajaran yang digunakan. Kelas eksperimen I diberi metode Think Pair Share dan kelas eksperimen II diberi metode Snowball Throwing.
Hasil penelitian dapat diketahui dengan melakukan analisis data yang diperoleh dari data hasil penelitian. Dari hasil analisis tersebut diketahui apakah hipotesis yang diajukan ditolak atau diterima.
4.2.1. Hasil Analisis Tahap Awal
awal digunakan tiga uji, yaitu uji normalitas, uji homogenitas, dan uji kesamaan rata-rata kelas-kelas dalam populasi. Data awal populasi kelas XI IPA yang berjumlah 3 kelas disajikan pada Tabel 4.1 berikut ini:
Tabel 4.1 Data Awal Populasi
Kelas N Rata-rata SD Skor
Tertinggi
Skor Terendah
XI IPA 3 32 58,313 11,707 84 37
XI IPA 4 30 55,533 16,118 84 25
XI IPA 5 30 52,433 17,899 92 21
(Sumber: Administrasi kesiswaan SMA Kesatrian 1 Semarang tahun pelajaran 2013/2014)
4.2.2.1. Hasil Uji Normalitas
[image:61.595.115.505.464.534.2]Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak normal dan untuk menentukan uji selanjutnya apakah memakai statistik parametrik atau non parametrik. Hasil perhitungan uji normalitas data tahap awal disajikan pada Tabel 4.2 berikut ini.
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Data Awal
No. Kelas χ2hitung χ2tabel Kriteria
1 XI IPA 3 5,7042 7,815 Berdistribusi normal 2 XI IPA 4 1,6660 7,815 Berdistribusi normal 3 XI IPA 5 3,4801 7,815 Berdistribusi normal (Sumber: olah data hasil penelitian)
4.2.2.2. Hasil Uji Homogenitas Populasi
Teknik cluster random sampling dapat digunakan apabila data memiliki kualitas yang sama, salah satunya memiliki homogenitas yang sama. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh χ2hitung = 5,492 dan χ2tabel = 5,99 sehingga diperoleh χ2hitung
< χ2tabel. Hal tersebut menunjukkan bahwa populasi memiliki homogenitas yang
sama sehingga pengambilan sampel dapat dilakukan dengan teknik cluster random sampling. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 15. 4.2.2.3. Hasil Uji Kesamaan Rata-rata antar Kelas dalam Populasi (Uji Anava)
Uji kesamaan rata-rata antar kelas dalam populasi dilakukan untuk mengetahui kesamaan rata-rata dari populasi yang ada. Berdasarkan hasil analisis uji kesamaan rata-rata keadaan awal populasi diperoleh Fhitung = 1,130 dan Ftabel = 3,099 sehingga Fhitung < Ftabel. Dengan demikaian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata dari ketiga anggota populasi tersebut. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 16.
4.2.2. Hasil Analisis Tahap Akhir
Hasil analisis tahap akhir merupakan hasil pengujian terhadap data yang diperoleh dari tes hasil belajar yang diberikan pada dua kelas sampel setelah diberi perlakuan pembelajaran yang berbeda. Pada penelitian ini, data yang diperoleh yaitu data hasil belajar kognitif setelah perlakuan (post test).
4.2.2.1. Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui kenormalan data dan untuk menentukan uji selanjutnya apakah menggunakan statistik parametrik atau non parametrik. Hasil perhitungan uji normalitas data post test disajikan pada Tabel 4.3 berikut ini.
Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Post Test
No. Kelas χ2hitung χ2tabel Kriteria
1 Eksperimen I 7,6821 7,81 Berdistribusi normal 2 Eksperimen II 6,7693 7,81 Berdistribusi normal (Sumber: olah data hasil penelitian)
Berdasarkan perhitungan diperoleh χ2hitung kelas eksperimen I dan
eksperimen II masing-masing 7,6821 dan 6,7693. Untuk α = 5% dengan dk = 3, diperoleh χ2tabel 7,81. Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa χ2hitung < χ2tabel
sehingga H diterima yang berarti data berdistribusi normal, sehingga uji selanjutnya memakai satatistik parametrik. Perhitungan uji normalitas data post test terdapat pada lampiran 18.
4.2.2.2. Hasil Uji Kesamaan Dua Varians
Uji kesamaan dua varians data post test digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan varians pada kelas sampel. Hasil uji kesamaan varians data
[image:63.595.104.511.649.710.2]post test dari kelas eksperimen I dan eksperimen II disajikan dalam tabel 4.4 berikut:
Tabel 4.4 Hasil Uji Kesamaan Dua Varians Data Post Test
Data Fhitung F0,975(33;33) F0,025(33;33) Kriteria
Post
test 1,189 0,48 2,07
Kedua kelompok mempunyai varians yang sama (Sumber: olah data hasil penelitian)
F0,025(33;33) sehingga H diterima yang berarti kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II memiliki varians yang sama. Pehitungan uji kesamaan dua varians
post test terdapat pada lampiran 19. 4.2.2.3. Hasil Uji Hipotesis
Uji hipotesis ini digunakan untuk membuktikan kebenaran dari hipotesis yang diajukan. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji t dua pihak dan uji t satu pihak kiri. Uji t dua pihak dan uji t satu pihak kiri dipilih karena data berdistribusi normal.
4.1.2.4.1. Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Dua Pihak
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar antara kelas eksperimen I dengan kelas eksperimen II. Hasil perhitungan uji perbedaan dua rata-rata dua pihak data post test disajikan dalam tabel 4.5 berikut:
Tabel 4.5 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Dua Pihak Data Post Test
Uji t Rata-rata kelas thitung ttabel Keterangan
Eksperimen 1 Eksperimen 2
Post test 78,53 71,78 2,657 2,00 Berbeda signifikan
(Sumber: olah data hasil penelitian)
Berdasarkan perhitungan uji perbedaan rata-rata post test antara kelas
eksperimen I dengan kelas eksperimen II, diperoleh thitung = 2,657 dan ttabel = 2,00. Karena berdasarkan analisis data menunjukkan thitung > ttabel, maka H
4.1.2.4.2. Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Satu Pihak Kiri (Uji Satu Pihak) Uji t satu pihak kiri digunakan untuk membuktikan hipotesis yang menyatakan bahwa rata-rata nilai post test kelas eksperimen I lebih baik dari kelas eksperimen II. Hasil uji satu pihak dapat dilihat pada tabel 4.6.
Tabel 4.6 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Satu Pihak Kiri Kelas Rata-rata Varians dk thitung ttabel Kriteria Eksperimen I 78,53 108,94
60 2,66 1,671 Kelas eksperimen I lebih baik Eksperimen II 71,78 91,60
(Sumber: olah data hasil penelitian)
Berdasarkan perhitungan uji perbedaan rata-rata antara kelas eksperimen I dengan kelas eksperimen II, diperoleh thitung = 2,66 dan ttabel = 1,671. Karena thitung > ttabel maka H diterima yang berarti bahwa rata-rata kelas eksperimen I lebih baik dari kelas eksperiemen II sehingga hasil belajar dengan menggunakan metode Think-Pair-Share lebih baik dari metode Snowball Throwing. Perhitungan uji t satu puhak kiri data post test terdapat pada lampiran 21.
4.1.2.4.3. Uji Ketuntasan Hasil Belajar
[image:65.595.115.504.583.635.2]Hasil Perhitungan uji ketuntasan hasil belajar individu kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II disajikan pada Tabel 4.7 berikut ini:
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Uji Ketuntasan Belajar Individu Kelas Rata-rata kelas thitung ttabel Kriteria
Eksperimen I 78,53 1,854 1,70 Tuntas
Eksperimen II 71,78 -1,902 1,696 Belum tuntas (Sumber: olah data hasil penelitian)
eksperimen II belum mencapaiketuntasan belajar individu. Sementara itu, hasil uji ketuntasan belajar secara klasikal kedua kelas terdapat pada tabel 4.8.
Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Uji Ketuntasan Belajar Klasikal Kelas Jumlah
siswa
Rata-rata kelas
Jumlah
siswa ≥ 75 % ketuntasan belajar Kriteria
Eksperimen I 30 78,53 23 77% Tuntas
Eksperimen II 32 71,78 16 50% Belum
(Sumber: olah data hasil penelitian)
Berdasarkan hasil analisis tersebut, kelas eksperimen I mencapai ketuntasan belajar klasikal dengan persentase ketuntasan belajarnya sebesar 77%. Sedangkan pada kelas eksperimen II belum mencapai ketuntasan klasikal karena persentase ketuntasan belajarnya sebesar 50%. Hal tersebut menandakan belum ada 75% dari jumlah siswa yang ada dikelas tersebut yang mencapai ketuntasan individu. Analisis ketuntasan hasil belajar dapat dilihat pada lampiran 22 dan 23. 4.2.2.4. Analisis Deskriptif Data Hasil Belajar Afektif dan Psikomotorik
4.1.2.4.1. Analisis Deskriptif Data Hasil Belajar Afektif
Tabel 4.9 Nilai Afektif Kelas Eksperimen I dan II
No Aspek Kelas eksperimen I Kelas Eksperimen II Nilai Kategori Nilai Kategori
1 Bertanya 114 Sangat Baik 89 Baik
2 Menyumbangkan ide
93 Baik 94 Baik
3 Menjadi pendengar yang baik
105 Baik 101 Baik
4 Bekerjasama 109 Baik 111 Baik
Hasil analisis menunjukkan bahwa pada kelas eksperimen I terdapat 1 aspek yang mencapai kriteria sangat baik dan 3 aspek yang mencapai kriteria baik, sedangkan pada kelas eksperimen II keempat aspek mencapai kriteria baik. Perbandingan skor penilaian aspek afektif siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Penilaian afektif Keterangan :
1 = Bertanya
2 = Menyampaikan pendapat 3 = Mendengarkan
[image:67.595.156.470.386.548.2]4.1.2.4.2. Analisis Deskriptif Data Hasil Belajar Psikomotorik
[image:68.595.118.505.366.574.2]Penilaian aspek psikomotorik diperoleh dari hasil observasi terhadap siswa pada saat praktikum. Ranah psikomotorik yang digunakan untuk menilai ada 5 aspek. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama pembelajaran dengan menggunakan instrumen berupa lembar obsevasi psikomotorik, diperoleh hasil reliabilitas intrumen penilaian psikomotorik sebesar 0,79. Perhitungan reliabitas aspek psikomotorik terdapat pada lampiran 28. Nilai psikomotorik kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II pada tiap-tiap aspek dapat dilihat pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10 Hasil Nilai Psikomotorik
No Aspek Kelas Eksperimen I Kelas Eksperimen II Nilai Kategori Nilai Kategori 1 Persiapan siswa dalam
melaksanakan praktikum
149 Sangat Baik
135 Baik 2 Kemampuan siswa dalam
bekerja sama dengan kelompok
110 Baik 110 Baik
3 Kecakapan siswa dalam melakukan percobaan
113 Baik 113 Baik
4 Kebersihan dan kerapian tempat serta alat
percobaaan
142 Sangat Baik
133 Baik
5 Kemampuan siswa dalam membuat laporan
115 Baik 112 Baik
Gambar 4.2 Penilaian Psikomotorik
Keterangan : 1 = Persiapan 2= Bekerjasama 3= Kecakapan 4= Kebersihan 5 = Membuat laporan
4.2.
Pembahasan
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Kesatrian 1 Semarang. Populasi penelitian kelas XI program s