• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTERRELASI INTELEKTUAL ANTARA UNIVERSITAS AL-AZHAR KAIRO DENGAN PONDOK MODERN DARUSSALAM GONTOR : STUDI ANALISIS KURIKULUM KULLIYATU AL-MU’ALLIMIN AL-ISLAMIYAH DI PONDOK MODERN DARUSSALAM GONTOR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "INTERRELASI INTELEKTUAL ANTARA UNIVERSITAS AL-AZHAR KAIRO DENGAN PONDOK MODERN DARUSSALAM GONTOR : STUDI ANALISIS KURIKULUM KULLIYATU AL-MU’ALLIMIN AL-ISLAMIYAH DI PONDOK MODERN DARUSSALAM GONTOR."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

INTERRELASI INTELEKTUAL

ANTARA UNIVERSITAS AL-AZHAR KAIRO DENGAN

PONDOK MODERN DARUSSALAM GONTOR

(Studi analisis Kurikulum Kulli>yatu al-Mu’allimi>n al-Islami>yah

di Pondok Modern Darussalam Gontor)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Memperoleh Gelar Magister dalam Program Studi Pendidikan Agama Islam

Oleh: AIDA ARINI NIM. F03213042

PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

INTERRELASI INTELEKTUAL ANTARA UNIVERSITAS AL-AZHAR KAIRO DENGAN PONDOK MODERN DARUSSALAM GONTOR

(Studi analisis Kurikulum Kulli>yatu al-Mu’allimi>n al-Isla>mi>yah di Pondok Modern Darussalam Gontor)

Aida Arini F03213042

Al-Azhar Kairo merupakan simbol kemajuan Islam dari generasi ke generasi, yang mana Al-Azhar Kairo merupakan suatu lembaga pendidikan Islam yang mampu

mencetak ulama’-ulama, fuqaha’, mahasiswa yang mampu mengkontribusi

pendidikan Islam, khususnya pendidikan pesantren di Indonesia. Beragam pesantren di Indonesia notabene memiliki karakteristik pendidikan dan pembelajaran yang berbeda. Karakteristik pendidikan dan pembelajaran sebuah pesantren terlihat dari ide dan konsep para pimpinan dan pengurus pondok. Dalam hal ini, pimpinan pondok PMDG sekaligus beberapa kader-kader pondok berlatar belakang keilmuan dari Universitas Al-Azhar Kairo. Sehingga secara langsung maupun tidak langsung, proses transformasi nilai falsafah dan keilmuannya terjadi melalui program-program dan kegiatan pondok, khususnya program dan kegiatan kurikulum di KMI.

Rumusan masalah penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pola relasi antara Al-Azhar Kairo dengan Pondok Modern Darussalam Gontor. 2. Bagaimana bentuk Interrelasi intelektual alumni Al-Azhar Kairo dalam pengembangan kurikulum di Pondok Modern Darussalam Gontor.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian lapangan, dengan pendekatan penelitian deskriptif kualitatif. Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan model interaktif, yaitu reduksi data, penyajian data dan verifikasi data. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan dokumentasi.

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pola relasi yang terdapat antara Pondok Modern Darussalam Gontor dengan Al-Azhar Kairo adalah pola sosio-intelektual yaitu dengan adanya pengalaman berkunjung ke luar negeri, delegasi kader pondok untuk melanjutkan studi dan

delegasi kader pondok dalam pembinaan da’i-da’i sedunia, serta jalinan kerjasama di

bidang pendidikan, baik dengan dukungan moril maupun materil. 2. Bentuk dan proses transformasi yang dilakukan interrelasi Intelektual alumni Al-Azhar Kairo dalam pengembangan kurikulum Pondok Modern Darussalam Gontor, baik secara langsung maupun tidak langsung yang mengarah pada pengembangan bahasa, pengembangan kurikulum dan pengembangan bahan ajar, dengan mengacu beberapa karya-karya dan literatur klasik dari Al-Azhar Kairo dalam kegiatan belajar mengajar.

(6)

xi

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN KEASLIAN ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING TESIS ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

PEDOMAN TRANSLITERASI ... iv

MOTTO ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

BAB I: PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Kegunaan Penelitian... 8

F. Kerangka Teoritik ... 8

G. Penelitian Terdahulu ... 12

H. Metode Penelitian ... 16

I. Sistematika Penulisan ... 21

BAB II: PENGERTIAN INTELEKTUAL DAN KURIKULUM PEMBELAJARAN ... 23

A. Hakikat Pengertian Intelektual ... 23

B. Faktor-Faktor Pengembangan Intelektual ... 28

C. Karakteristik Intelektual ... 30

D. Hakikat Pangertian Kurikulum ... 33

E. Komponen-Komponen Kurikulum ... 37

(7)

G. Landasan Pengembangan Kurikulum ... 48

BAB III: TINJAUAN UMUM TENTANG PONDOK MODERN DARUSSALAM GONTOR ... 51

A. Sejarah Berdiri PMDG ... 51

1. Awal Mula PMDG ... 51

2. Visi, Misi dan Tujuan PMDG ... 55

B. Nilai-Nilai Pesantren di PMDG ... 56

1. Nilai Esensial ... 57

2. Nilai Instrumental ... 62

C. Unsur-Unsur Pendidikan di PMDG ... 63

D. Sistem Pendidikan PMDG ... 73

E. Sintesa keilmuan PMDG ... 76

F. Lembaga-Lembaga Pengajaran di PMDG ... 79

BAB IV: INTERELASI INTELEKTUAL AL-AZHAR KAIRO DENGAN PEMBELAJARAN PMDG ... 90

A. Pola relasi antara Universitas Al-Azhar Kairo dan PMDG ... 90

1. Pengalaman Berkunjung ke Luar Negeri ... 91

2. Pengiriman Delegasi Kader Melanjutkan Studi ke Al-Azhar ... 93

3. Pengiriman Delegasi Pembinaan Da’i-Da’i Se-Dunia ... 94

B. BentukInterelasi Intelektual Alumni Al-Azhar Dalam Pengembangan Kurikulum di PMDG ... 97

1. Pengembangan Bahasa ... 101

2. Pengembangan Kurikulum ... 103

3. Pengembangan Bahan Ajar ... 109

BAB V: PENUTUP ... 118

A. Kesimpulan ... 118

B. Saran ... 119 Daftar Pustaka

(8)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Gambar: Landasan Pengembangan Kurikulum .. ... 50

Tabel: Fakultas Universitas Darussalam ... 88

Tabel: Model Konsep Pengembangan Kurikulum ... 110

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia.1

Pesantren berkembang dari masa ke masa, mengikuti perkembangan sejarah

bangsa Indonesia yang selalu mengalami perubahan dalam berbagai bidang.

Kehadiran pesantren sebagai lembaga pendidikan, merupakan modal besar bagi

bangsa Indonesia, karena peran pesantren yang sangat signifikan dan tidak dapat

dipungkiri memberikan kontribusi besar dalam sistem pendidikan di Indonesia.

Seiring dengan perubahan zaman, maka pesantrenpun tidak luput dari

perubahan dan perkembangan, baik dalam hal kurikulum, sistem pembelajaran,

kelembagaan dan berbagai komponen lainnya. Perubahan-perubahan diatas

melahirkan pola serta model pesantren yang sangat beragam dan berbeda sesuai

dengan keberagaman dan perbedaan kultur masyarakat tempat pesantren tersebut

berada.2 Dalam hal kurikulum dan sistem pembelajaran, pesantren mengalami

transformasi yang luar biasa. Pada perkembagannya, pesantren menjadi bagian

yang tidak terpisahkan dari sejarah Indonesia dan berperan besar terhadap

berbagai perubahan khususnya dalam bidang pendidikan di Indonesia.

Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia tidak terlepas dari

1 Samsul Nizar, Sejarah Sosial dan Dinamika Intelektual Pendidikan Islam di Nusantara (Jakarta:

Kencana, 2013), 86.

2 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai (Jakarta:

(10)

2

pengaruh perubahan zaman, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,

serta seni dan budaya. Perkembangan dan perubahan secara terus menerus ini

menuntut perlu adanya perbaikan sistem pendidikan termasuk penyempurnaan

kurikulum untuk mewujudkan masyarakat yang mampu bersaing dan

menyesuaikan diri dengan perubahan zaman. Sebagai salah satu elemen

terpenting dalam penyelenggaraan pendidikan, kurikulum merupakan usaha

mewujudkan tuntutan perkembangan zaman.3

Pada dunia Islam, pembaharuan sistem pendidikan Islam juga

mendapatkan pengaruhnya dari Al-Azhar Kairo. Awal pembaharuan pendidikan

Al-Azhar, yakni ketika Muhammad Abduh menjadi rektor Al-Azhar.4 Dasar

sosio-intelektual pola Al-Azhar Kairo menjadi alasan mendasar kesamaan untuk

mengikuti pembaharuan Al-Azhar dari beberapa institusi pendidikan Islam di

Indonesia, termasuk pesantren, sekalipun baru terimplementasikan pada hal-hal

terbatas.

Al-Azhar Kairo merupakan simbol kemajuan Islam dari generasi ke

generasi, yang mana Al-Azhar Kairo merupakan suatu lembaga pendidikan yang

diawali pembangunannya melalui sebuah masjid yang dijadikan sebagai sarana

pendidikan yang memiliki fungsi yang lebih besar dibanding fungsinya sekarang.

Al-Azhar merupakan sarana dakwah yang gunakan oleh Dinasti Fatimiyah sejak

seribu tahun yang lalu yang mampu menjembatani antara dakwah dan politik

3 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek (Bandung: Remaja

Rosda Karya, 2001), 1.

4 Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah dan Gerakan Pembaharuan (Jakarta: Bulan

(11)

3

demi mengembangkan ajaran Syiah, dan Al-Azhar merupakan perguruan Islam

tertua di dunia.5

Dinamika pendidikan pondok pesantren tidak dapat dipisahkan dengan

gerakan pembaharuan, dalam arti bahwa eksistensi pendidikan pondok pesantren

di masa depan sangat ditentukan oleh kemampuannya berintegrasi secara kultur

dalam pembaharuan pendidikan pondok pesantren yang dimulai sekitar akhir

abad 19,6 sampai abad 20.7

Perkembangan ilmu pengetahuan dan lembaga pendidikan Indoneisa

menurut Azyumardi Azra merupakan hasil ulama Indonesia yang mempunyai

hubungan sosio-intelektual dengan Timur Tengah, khususnya Al-Azhar Kairo

Mesir.8 Berdasarkan akademis, pola hubungan ulama Indonesia pada umumnya

merupakan upaya pencarian ilmu, yaitu melalui pola hubungan guru dan murid,

sesama murid, dan sesama guru.9 Secara historis, hubungan Indonesia-Mesir

makin meningkat dan makin erat di segala sektor, mulai dari politik, budaya,

ekonomi dan tentu pendidikan. Dalam makalah Alumni Al-Azhar Mesir di

5Abdul Mun’im Khafaji, Al-Azhar Fi Alfi ‘Aam (Cairo: Maktabah Kulliyat al-Azhar, 1988), 7. 6 Syeh Abdullah Ahmad dari Padang Panjang adalah salah satu tokoh pembaharuan pendidikan

Islam di Sumatra yang mendirikan surau jembatan besi yang kemudian berubah menjadi Sumatera Thawalib. Surau ini telah berjalan sebagai tempat pengajian pada tahun 1900. Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta: Mutiara Sumber Widya, 1995), 156.

7Pembaharuan pesantren pada awal abad 20 dapat dilihat pada upaya K.H. Hasyim Asy’ari yang

memodernisasikan system pendidikan pondok pesantrennya. Selain itu, pondok pesantren Gontor juga merupakan contoh gerakan pembaharuan pondok pesantren abad 20. Win Ushuludin,

Sintesis Pendidikan Islam Asia-Afrika: Perspektif Pemikiran Pembaharuan Menurut K.H. Imam Zarkasyi Gontor (Yogyakarta: Paradigma, 2002), 34.

8 Azyumardi Azra, Alumni al-Azhar Mesir di Indonesia: Peranan dan Kiprah. Makalah

dipresentasikan pada acara Peresmian Ikatan Alumni Al-Azhar Internasional Cab. Indonesia, Hotel Sultah, Jakarta, 23 Maret 2010.

9 Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII & XVIII

(12)

4

Indonesia: Peranan dan Kiprah pada tahun 2010, disampaikan bahwa Al-Azhar

telah melahirkan banyak alumni yang menjadi tokoh dan ulama di Indonesia,

mulai dari ulama klasik hingga ulama kontemporer yang mengabdikan ilmunya di

daerah masing-masing. Penyebaran dan banyaknya alumni ini sejalan dengan

posisi Indonesia yang merupakan negara asing kedua yang menyumbangkan

jumlah mahasiswa terbanyak di Al-Azhar.

Hubungan antara Indonesia dengan Al-Azhar Kairo sudah berlangsung

lama dan tidak hanya hubungan dalam dunia politik saja tetapi juga hubungan

sosio-intelektual. Para mahasiswa Indonesia banyak memanfaatkan

perpustakaan-perpustakaan di Al-Azhar Kairo sebagai bentuk dukungan terhadap

ilmu pengetahuan.10 Sehingga mereka telah memberikan kontribusi yang besar

terhadap perkembangan pendidikan. Khususnya para ulama Islam Indonesia yang

mempelajari ilmu di Al-Azhar Kairo, telah banyak mengkontribusi sistem

pendidikan Islam dalam institusi pendidikan khususnya pesantren yang

diasuhnya.

Beragam pesantren di Indonesia notabene memiliki karakteristik

pendidikan dan pembelajaran yang berbeda. Sistem pendidikan pesantren yang

meliputi strutur kurikulum pesantren, metode pengajaran, materi-materi

pembelajaran dan buku-buku dipergunakan sebagai sumber belajar dan bahan

ajar, sangat terpengaruhi dari ideologi pimpinan pondok pesantren. Sistem

pendidikan pesantren sangat terpengaruhi akan keberadaan dari pimpinan dan

para pengurus pondok.

(13)

5

Hal serupa telah banyak dilakukan oleh alumni Pondok Modern

Darussalam Gontor yang mengenyam ilmu pengetahuan di Universitas Al-Azhar

Kairo, para alumni tersebut memberikan sumbangan keilmuannya dalam bentuk

realisasi ide-ide dan pemikiran mereka melalui pengembangan kurikulum di

Pondok Modern Darussalam Gontor, yang mencakup struktur kurikulum,

materi-materi, bahan ajar dan metode pembelajaran.

Pondok Modern Darussalam Gontor adalah lembaga pendidikan pesantren

modern yang sangat kompeten dalam mengembangkan pendidikan.11 Dalam

menjalankan proses pengembangan pendidikan, Pondok Modern Darussalam

Gontor berupaya mencetak sistem kaderisasi umat yang mampu melahirkan

ulama dan cendekiawan yang mumpuni secara intelektual sekaligus teladan

dalam akhlak. Hal ini terbukti alumni Pondok Modern Darussalam Gontor dapat

berkiprah dan berperan aktif di dunia pendidikan, sosial, politik nasional bahkan

internasional. Pondok Modern Darussalam Gontor mengutus para kader-kadernya

untuk menimba ilmu di berbagai belahan dunia, khususnya di Universitas

Al-Azhar Kairo.

Secara hirarki, Pondok Modern Darussalam Gontor dengan Al-Azhar

Kairo mempunyai hubungan sosio-intelektual, yaitu persamaan (Mu’adalah)

ijazah KMI Pondok Modern Darussalam Gontor di berbagai institusi pendidikan

di luar negeri khususnya di Universitas Al-Azhar Kairo. Serta kualifikasi alumni

Al-Azhar Kairo yang lebih banyak dari alumni Perguruan Tinggi luar negeri

11 Pendiri pertama PMDG adalah K.H Ahmad Sahal (1901-1977), K.H Zainuddin Fananie

(14)

6

lainnya. Dalam ranah hubungan intelektual Al-Azhar Kairo dengan Pondok

Modern Darussalam Gontor dapat ditinjau dari struktur kurikulum, materi-materi

pembelajaran dan penyusunan buku-buku bahan ajar independen yang

dipergunakan sebagai sumber belajar di Pondok Modern Darussalam Gontor.

Dari uraian yang telah dipaparkan diatas, penulis ingin mengetahui sejauh

mana Interrelasi Intelektual Antara Universitas Al-Azhar Kairo Dengan Pondok

Modern Darussalam Gontor (Studi Analisis Kurikulum Kulli>yatu al-Mu’allimi>n

al-Isla>mi>yah di Pondok Modern Darussalam Gontor)

.

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah merupakan batasan bagi peneliti untuk mendesain

sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditetapkan dan menjadikan penelitian

tersebut pada titik fokus penelitian, sehingga memudahkan penelitian dan

menentukan metode sampai pada tahap laporan penelitian.

Untuk menghindari kesimpang siuran dalam pembahasan dan perluasan

pembahasan, maka dalam penulisan penelitian ini dibatasi pada interrelasi

intelektual yang mencakup tentang keilmuan dalam pengembangan kurikulum

KMI (Kulli>yatu al-Mu’allimin al-Isla>mi>yah) dari aspek struktur kurikulum,

penyusunan silabus, materi-materi, bahan ajar dan metode pembelajaran di

Pondok Moedern Darussalam Gontor. Sehingga penelitian ini mengarah kepada

pengaruh hubungan alumni Universitas Al-Azhar Kairo yang menjadi tenaga

pendidik di Pondok Modern Darussalam Gontor terhadap keilmuan yang

(15)

7

Gontor. Pemilihan objek penelitian di Pondok Modern Darussalam Gontor karena

pondok tersebut memiliki empat sintesa intelektual keilmuan, salah satu

diantaranya keilmuan dari Universitas Al-Azhar Kairo, persamaan (Mu’adalah),

serta peran dan kiprah alumni PMDG yang sangat menonjol di segala bidang,

khususnya di bidang pendidikan.

C. Rumusan Masalah

Agar lebih jelas dan memudahkan operasional penelitian, maka perlu

diformulasikan beberapa rumusan permaslahan pokok sebagai berikut:

1. Bagaimana pola relasi yang terjadi antara Al-Azhar Kairo dan Pondok

Modern Darussalam Gontor ?

2. Bagaimana bentuk interrelasi intelektual alumni Al-Azhar Kairo dalam

pengembangan kurikulum di Pondok Modern Darussalam Gontor ?

D. Tujuan Penelitian

Bertolak dari rumusan masalah di atas, maka tujuan diadakannya

penelitian ini meliputi aspek sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan memahami pola relasi yang terjadi antara Al-Azhar

Kairo dan Pondok Modern Darussalam Gontor.

2. Untuk mengetahui bentuk interrelasi intelektual alumni Al-Azhar Kairo

(16)

8

E. Kegunaan Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini meliputi beberapa hal yaitu:

1. Secara teoritis, penelitian ini dapat memperkaya wawasan khazanah

keilmuan tarbiyah khususnya dalam sejarah sosial pendidikan agama Islam

dan pengembangan penelitian sejenis.

2. Secara praktis, penelitian ini dapat menambah wawasan dan pemahaman

kepada pendidik, kiai, sejarahwan, masyarakat Islam dan segenap pembaca

tentang interrelasi pengembangan intelektual pembelajaran di institusi

pendidikan Islam khususnya pesantren dan universitas luar negeri.

F. Kerangka Teoritik

Adanya penegasan judul dalam penelitian ini sangatlah penting untuk

dicantumkan, demi menghindari perbedaan pengertian dan ketidak jelasan dalam

pemahaman makna yang mungkin dapat terjadi, disamping itu agar tidak terjadi

kesalah pahaman dalam memahami dan menginterprestasikan maksud sesuai

dengan harapan penulis.

1. Intelektual

Kata intelektual disini, diartikan sebagai ‚kecerdasan‛.12 Dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia, intelektual artinya yang mempunyai kecerdasan

tinggi, berakal, dan berpikiran jernih berdasarkan ilmu pengetahuan.13

12 Pius A. Partanto dan M. Dahlan al-Barry, Kamus Ilmiyah Populer (Surabaya: Arkola, 1994),

264.

13 Departemen Pendidikan Nasional Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:

(17)

9

Adapun dalam arti yang luas intelektual diartikan sebagai orang yang berilmu

atau terpelajar yang benar-benar memahami akan keluh kesah, senyum dan

jerit masyarakat umum dan sanggup meletakkan dan memikul semua

permasalahan.14

Dawam Rahardjo menyebutkan Istilah intelektual biasanya disamakan

dengan golongan terpelajar.15 Rahardjo juga mempertegas golongan

intelektual adalah golongan terpelajar yang sekolah atau bukan (termasuk

drop out), yang peranannya tidak pasti berkaitan dengan ilmu yang dipelajari

atau profesi yang dikuasai, dan yang lebih penting, mereka berperan sebagai

kritikus social, bersikap emansipatoris atau liberatif, berpola piker yang

hermeniutif dan bersifat politis, walaupun belum tentu seorang politikus

mereka adalah orang yang merasa dirinya bebas.16 Disisi lain, istilah

intelektual pada awalnya merujuk pada ‚individualitas‛ dari para pemikir dan

mengindikasikan respons individual dari para pemikir terhadap sebuah

‚panggilan‛ historis tertentu atau fungi sosial tertentu.17

2. Universitas Al-Azhar Kairo

Universitas Al-Azhar berawal dari sebuah masjid, akan tetapi pada masa

ini sudah diubah menjadi institusi penting sebagai lembaga pendidikan tinggi

di Kairo, sehingga menjadikan Kairo sebagai kiblat bagi para ulama, fuqaha,

14 Zawawi Imran, Unjuk Rasa Kepada Allah (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1999), 189.

15 Dawam Rahardjo, Intelektual Inteligensia dan Perilaku Politik Bangsa Risalah Cendekiawan Muslim (Bandung: Mizan, 1999), 66.

16Ibid., 68.

(18)

10

dan mahasiswa.18 Sejak abad ke-9 pada masa dinasti Fathimiyah yang

membangun sebuah masjid yang sekarang dikenal dengan nama Universitas

al-Azhar, Mesir menjadi pusat peradaban dan pengembangan ilmu-ilmu

ke-Islaman.

3. Pondok Modern Darussalam Gontor

Pondok Modern Darussalam Gontor sebagai pondok pesantren by design

modern sejak berdirinya. Pendiri pertama Pondok Modern Darussalam

Gontor adalah K.H Ahmad Sahal (1901-1977), K.H Zainuddin Fananie

(1908-1967), K.H Imam Zarkasyi (1910-1985), mereka dikenal sebagai

Trimurti.Pondok Modern Darussalam Gontor (baca; PMDG) didirikan secara

resmi pada Senin Kliwon, 20 September 1926, bertepatan dengan 12 Rabi’ul

Awwal 1345, terletak kurang lebih 11 km ke arah tenggara kota Ponorogo.19

Pondok ini berada di Desa Gontor yang termasuk Kecamatan Mlarak

Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur.

Pembaharuan kemodernan pendidikan pesantren dapat diidentifikasi

sebagai berikut: Pertama, mengintegrasikan pendidikan pesantren dengan

pendidikan sekolah secara total, tanpa membedakan antara pendidikan

akademik maupun non akademik, Kedua, manajemen kelembagaan pesantren

berupa sitem perwakafan pondok pesantren dan sistem kepemimpinan,

Ketiga, pendidikan dan pengajarannya menggunakan sistem klasikal dan

bahasa pengantarnya adalah bahasa Arab dan Inggris, Keempat, konstruksi

18. Sowito, Sejarah, 181-182.

19 Ahmad Suharto, Profil Pondok Modern Darussalam Gontor (Ponorogo: Darussalam Press,

(19)

11

lingkungan edukatif dengan suasana panca jiwa, motto pondok dan

mewujudkan lingkungan yang utuh sebagai laboratorium hidup dalam

pemberdayaan santri dengan disiplin yang tinggi.20

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, makna interelasi adalah antar sesama,

antar satu sama lain.21 Adapun yang dimaksud interrelasi intelektual adalah

hubungan peran alumni Universitas Al-Azhar Kairo dalam pengembangan

kurikulum KMI di PMDG melalui kurikulum, bahan ajar dan metode pengajaran.

Sehingga peneliti juga akan memaparkan definisi operasional tentang kurikulum,

bahan ajar dan metode pengajaran.

Secara etimologi, kata ‚kurikulum‛ berasal dari bahasa Yunani yang pada

awalnya digunakan dalam bidang olah raga, yaitu currere yang berarti jarak

tempuh lari, yakni jarak tempuh yang harus dilalui dalam kegiatan berlari mulai

dari start hingga finish.22 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional (Sisdiknas) pasal 1 ayat 19 menyatakan bahwa kurikulum

adalah: ‚Seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan

pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan

pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu‛.23

Selanjutnya, bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk

membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang

20 Abdullah Syukri Zarkasyi, Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren (Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2005), 112.

21 Tim Prima Pena, Kamus Besar Bahasa Indonesia (t.t, Gitamedia Press, t.th), 349. 22 S. Nasution, Asas-asas Kurikulum (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 2.

23 Suparlan, Tanya Jawab Pengembangan Kurikulum dan Materi Pembelajaran (Jakarta: PT Bumi

(20)

12

dimaksud dapat berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis.24 Wina

Sanjaya mengungkapkan bahwa bahan ajar merupakan seperangkat materi

pembelajaran yang disusun secara sistematis, mencerminkan kompetensi yang

akan dikuasai siswa dalam kegiatan pembelajaran. Melalui bahan ajar yang telah

disiapkan secara baik memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi

dasar secara runtut dan sistematis. Penyiapan dan penggunaan bahan ajar secara

baik dan tepat pada akhirnya secara akumulatif peserta didik diharapkan dapat

menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu.25

Pengertian secara luas, metode pembelajaran adalah suatu cara atau upaya

yang dilakukan oleh para pendidik agar proses belajar-mengajar pada siswa

tercapai sesuai dengan tujuan. Metode pembelajaran ini sangat penting di

lakukan agar proses belajar mengajar tersebut nampak menyenangkan dan tidak

membuat para siswa tersebut suntuk, dan juga para siswa tersebut dapat

menangkap ilmu dari tenaga pendidik tersebut dengan mudah.26

G. Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelusuran terhadap penelitian-penelitian yang telah ada,

penulis menemukan beberapa karya ilmiah yang relevan dengan penelitian ini

yaitu:

24 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta:

Kencana Prenada Media, 2006),173.

25 Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif (Jogjakarta: Diva Press, 2014),

39.

26 C. George Boeree, Metode Pembelajaran dan Pengajaran (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010),

(21)

13

Tesis Muliatul Maghfiroh,27 mahasiswi pascasarjana konsentrasi Pendidikan

Islam Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya tahun 2013 yang berjudul

Pengembangan Kurikulum Model DMSO (Duplikasi Modifikasi, Substitusi dan

Omisi) dan Implementasinya dalam Pembelajaran PAI di SMP Galuh Handayani

(Penyelenggara Pendidikan Inklusif). Penelitian ini menitik beratkan pada

pedoman pengembangan kurikulum dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi

yaitu dengan menggunakan model kurikulum DMSO dan adanya keterkaitan

dengan pengembangan nilai-nilai ilahiyah dalam pembelajaran pendidikan agama

Islam bagi siswa inklusi.

Rahmad Ismail Hasibuan, dengan tesisnya yang berjudul Hubungan

Pendidikan Islam Indonesia dan Timur Tengah (Melacak Pembaharuan

Pendidikan Pondok Pesantren di Indonesia, tahun 2013.28 Menyimpulkan bahwa

usaha-usaha pembaharuan pendidikan pondok pesantren merupakan gerakan yang

dimulai dari masuknya Islam ke Indonesia sekitar abad ke 7, khususnya di

Haramyn. Sekitar abad ke 17 dan 18 hubungan antara Indonesia dengan Timur

Tengah terjalin dengan hubungannya ekonomi, politik dan religi intelektual pada

saat banyak ulama-ulama Indonesia melakukan ibadah haji sambil menggali

keilmuan Islam. Pada abad ke 18 dan 19, terjadi gerakan pembaharuan di dunia

Islam untuk memurnikan kembali ajaran Islam setelah adanya benturan antara

syari’at dan tasawwuf untuk mengimbangi kolonialisme penjajahan Eropa. Hal

27 Muliatul Maghfiroh, ‚Pengembangan Kurikulum Model DMSO (Duplikasi Modifikasi,

Substitusi dan Omisi) dan Implementasinya dalam Pembelajaran PAI di SMP Galuh Handayani (Penyelenggara Pendidikan Inklusif)‛, (Tesis -- UIN Sunan Ampel Surabaya, 2013).

28 Rahmad Ismail Hasibuan, ‚Hubungan Pendidikan Islam Indonesia dan Timur Tengah (Melacak

(22)

14

ini juga terjadi di Indonesia, yang akhirnya menyadarkan para ulama Islam untuk

memperkokoh Islam melalui peningkatan kualitas pendidikanya. Diantara para

ulama Islam yang telah melakukan pembaharuan pendidikan pesantren yaitu KH.

Hasyim Asy’ari, KH Abdul Wahid Hasyim dan KH Imam Zarksyi.

M. Munir Mansyur, Modernisasi Pondok Pesantren dalam Perspektif K.H.

Imam Zarksyi (Telaah Atas Modernisasi Pondok Modern Gontor), tahun 2001.29

Menyimpulkan bahwa kemodernan Pondok Modern Gontor dapat dilihat dalam

lima aspek. Pertama, sitem dan metode pendidikan pesantren, yaitu dengan

mengintegrasikan dua sistem (sistem sekolah dan sistem pondok) secara total

dan konsekuen. Kedua, orientasi dan tujuan pendidikannya, yaitu

kemasyarakatan, hidup sederhana, tidak berpatai, dan ibadah menuntut ilmu.

Ketiga, komposisi materi pendidikan dan pengajarannya integral baik

pengetahuan agama dan umum. Keempat, mempunyai panca jiwa sebagai isi dan

jiwa pondok, yang selalu didukung dengan disiplin yang ketat. Kelima, adanya

organisasi intra pondok yang merupakan wahana pelatihan kepemimpinan dan

wadah kretifitas santri, sekaligus merupakan pendidikan kemandirian santri serta

pengabdian santri dalam pondok.

Mohammad Saro’I, Sistem Pendidikan dan Pengembangan Intelektual (Studi

di Lingkungan Pondok Pesantren Assalafi Al-Fithrah Surabaya), tahun 2010.30

Dalam tesisnya menjelaskan dua karakteristik penelitiannya yaitu tentang sistem

29 M. Munir Mansyur, ‚Modernisasi Pondok Pesantren dalam Perspektif K.H. Imam Zarksyi (Telaah Atas Modernisasi Pondok Modern Gontor)‛, (Tesis—UIN Sunan Ampel, 2001).

30Mohammad Saro’I, ‚Sistem Pendidikan dan Pengembangan Intelektual (Studi di Lingkungan

(23)

15

pendidikan di Lingkungan Pondok Pesantren Assalafi Al-Fithrah Surabaya

memadukan antara sistem pendidikan tradisional dengan sistem pendidikan

modern (sistem salaf-sistem kholaf). Bentuk pelaksanaan pendidikannya meliputi

model pendidikan formal dan model pendidikan non formal. Sedangkan bentuk

pengembangan intelektual di Lingkungan Pondok Pesantren Assalafi Al-Fithrah

Surabaya dengan mengadakan beberapa program khusus, diantaranya: aktifitas

pengajian kitab-kitab kuning, kegiatan seminar, pengembangan bahasa asing,

penulisan karya ilmiah dan diskusi ilmiah atau bahsul masa’il serta adanya

pelayanan media informasi baik media cetak maupun media elektronik.

Syamsul Huda, Pengembangan Ilmu di Perguruan Tinggi Islam (Studi

Komparatif antara Universitas Islam Antarbangsa Malaysia dan Universitas

Islam Negeri Malang), tahun 2012.31 Dalam disertasinya, mengungkapkan bahwa

UIA Malaysia dan UIN Malang dalam mengembangankan keilmuannya,

sama-sama menggunakan konsep Imam al-Ghazali (Ihya’ Ulum al-Din) yang membagi

ilmu menjadi dua, yaitu ilmu agama dan ilmu umum. Adapun perbedaannya ialah

terletak pada aplikasinya, UIA Malaysia melakukan pembelajaran seluruh mata

kuliahnya, baik ilmu agama dan ilmu umum di lembaga-lembaga, fakultas dan

jurusan, tidak dilakukan di asrama. Sedangkan, UIN Malang melakukan

pembelajaran ilmu agama di asrama atau ma’had dan sebagian lagi di

lembaga-lembaga, fakultas dan jurusan, dimaksudkan sebagai bentuk pembelajaran yang

integratif antara intelektual dan kearifan.

(24)

16

Amir Mahmud, tesis dengan judul Dinamika Pengembangan Kurikulum

Pesantren Rifaiyah program pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, tahun 2014.32

Kesimpulan dari penelitian tesis ini adalah mengenai pengaruh kepemimpinan

pesantren dalam pengembangan kurikulum pendidikan pesantren, pergantian

pemimpin membawa dampak yang signifikan terhadap kebijakan dan orientasi

perubahan kurikulum pendidikan pesantren, pergantian pemimpinan pesantren

membawa sebuah dinamika perubahan dan perkembangan. Perubahan dan

dinamika pengembangan kurikulum pesantren Rifaiyah lebih banyak dipengaruhi

faktor kepemimpinan pesantren yang membawa orientasi pendidikan

pesantren,bahkan perubahan kurikulum pesantren tidak banyak terlihat ketika

perubahan kurikulum pendidikan nasional mengalami banyak perubahan.

Berdasarkan penelitian sebelumnya, tidak terdapat pembahasan yang

sama dengan penelitian ini. Sehingga penulis memiliki ketertarikan untuk

melakukan penelitian tentang interelasi intelektual pembelajaran Al-Azhar Kairo

dengan PMDG.

H. Metode Penelitian

Metode merupakan cara pokok yang dipergunakan dalam rangka

mencapai tujuan dengan teknik serta alat-alat tertentu. Cara ini dipergunakan

setelah dilakukan proses pewajaran dan tujuan-tujuan dalam penyelidikan.33 Jadi

32 Amir Mahmud, ‚Dinamika Pengembangan Kurikulum Pesantren Rifaiyah‛, (Tesis -- UIN

Sunan Kalijaga, 2014).

33 Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah : Dasar, Metode dan Teknik (Bandung:

(25)

17

dalam setiap penelitian, tidak semua metode dapat diterapkan. Penelitian ini

sendiri menggunakan teknik sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian lapangan. Peneliti

menggunakan pendekatan penelitian deskriptif kualitatif karena peneliti

menguraikan secara terperinci tentang latar belakang sistem pendidikan

di KMI yang mengalami transmisi dari ideologi atau pola pikir alumni

Al-Azhar Kairo. Dan penelitian ini bersifat mengamati makna dibalik suatu

fenomena atau tindakan yang ada pada lingkungan penelitian.34

Penelitian kualitatif di sini didefinisikan sebagai metode yang

memfokuskan pada pendekatan interpretative dan wajar terhadap setiap

masalah yang akan dikaji. Penelitian ini juga dapat dilakukan secara

intens dan berkepanjangan guna untuk mengamati suatu kehidupan atau

obyek setting alamiah.35

2. Sumber Data

Sumber data adalah obyek atau hasil diperolehnya data dalam

penelitian atau bagaimana peneliti melihat responden yang sesuai dengan

objek dan tujuan penelitian ini.36 Dalam penelitian yang akan penulis

lakukan ada beberapa orang yang akan menjadi sumber data bagi peneliti,

yaitu: direktur KMI Pondok Modern Darussalam Gontor, alumni

34 Zainuddin Maliki, Narasi Agung (Surabaya: Lembaga Agama dan Masyarakat, 2003), 235. 35 Agus Salim, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006), 34. 36 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Remaja Rosda Karya,

(26)

18

Universitas Al-Azhar Kairo, bagian litbang (penelitian dan

pengembangan) KMI, serta guru senior yang berperan aktif pada

pengembangan kurikulum di Pondok Modren Darussalam Gontor.

3. Metode Pengumpulan Data

Dalam usaha untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan

peneliti maka peneliti melakukan beberapa macam metode dalam

melakukan pengumpulan data, diantaranya:

a. Wawancara yaitu pengumpulan data dengan cara bertanya langsung

dengan para reponden atau sebuah dialog yang dilakukan oleh

pewawancara untuk memperoleh informasi dari orang yang

diwawancara.37 Dengan wawancara diharapkan penulis dapat

mengetahui gambaran pola pikir atau ide-ide alumni Al-Azhar

dalam pengembangan kurikulum di Pondok Modern Darussalam

Gontor. Dari hasil wawancara tersebut peneliti berharap

mendapatkan data tentang proses sistem pendidikan yang mencakup

penyusunan kurikulum, materi-materi, metode pembelajaran, serta

model pembelajarannya.

b. Observasi yaitu cara mengumpulakn data dengan cara

melaksanakan pengamatan secara cermat dan sistematis. Sebagai

suatu metode ilmiah observasi bisa diartikan sebagai pengamatan

dan pencatatan sistemik dengan fenomena-fenomena yang

37 Robert K. Yin, Case Study Design and Methods, terj. M. Djauzi Mudzakir, (Jakarta: PT Raja

(27)

19

diselidiki.38 Observasi yang dimaksudkan dalam penelitian ini

adalah observasi langsung, observasi ini mengamati secara langsung

obyek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang

dilakukan.39 Peneliti memilih metode pengumpulan data dengan

cara observasi bertujuan untuk mengamati secara terperinci.

Penelitian ini difokuskan pada proses sistem pendidikan yang

mencakup penyusunan kurikulum, materi-materi, metode

pembelajaran, serta model pembelajarannya.

c. Dokumentasi, berasal dari kata dokumen yang berarti barang-barang

tertulis. Dokumentasi yaitu mengumpulkan data berdasarkan

catatan atau metode pengumpulan data tentang hal-hal atau

variable berupa tuliasa atau catatan.40 Dengan tersedianya

dokumentasi yang berupa diktat, pedoman, buku ajar, majalah dan

karya-karya tulis para guru-guru Pondok Modern Darussalam

Gontor yang merujuk pada pembahasan penelitian. Peneliti berharap

dapat memperoleh data tentang proses interelasi intelektual

Al-Azhar Kairo dengan pembelajaran di Pondok Modern Darussalam

Gontor dalam pengembangan sistem pendidikan yang mencakup

penyusunan kurikulum, materi-materi, metode pembelajaran, serta

model pembelajarannya.

38 Suharsimi Arikuntono, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2001), 82.

(28)

20

4. Metode Analisi Data

Dalam kualitatif, metode analisis data yang digunakan lebih bersifat

fleksibel, artinya tidak kaku oleh batasan kronologis selama

berlangsungnya atau setelah masa pengumpulan data, dalam analisis data

dilakukan melalui tiga tahapan interaktif dan saling adanya hubungan

baik selama dan sesudah pengumpulan data, oleh karena itu karakter

analisis ini dinamakan dengan model interaktif.41

Pertama, reduksi data proses penelitian yaitu dengan pemusatan

perhatian pada transformasi data yang diperoleh di lapangan. Dari semua

data yang diperoleh dari penelitian kesemuanya dituangkan dalam uraian

atau laporan yang lengkap dan terperinci. Kemudian data disesusaikan

dengan kebutuhan yang ditetapkan dalam penelitian sesuai dengan fokus

penelitian dengan melakukan pengadopsian data yang diperlukan dan data

yang relevan guna untuk menjawab pertanyaan tentang proses interelasi

intelektual alumni Unversitas Al-Azhar Kairo dengan kurikulum KMI di

Pondok Modern Darussalam Gontor.

Kedua, penyajian data yaitu mendeskripsikan kumpulan informasi

yang tersusun dalam bentuk teks naratif yang memungkinkan untuk

penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

Ketiga, penarikan kesimpulan dan verifikasi data selama penelitian

berlangsung, dari setiap kesimpulan yang ditetapkan maka akan selalu

(29)

21

dilakukan verifikasi hingga benar-benar diperoleh konklusi yang valid dan

kokoh.

5. Validitas Data

Keabsahan data dalam sebuah penelitian tentu sangatlah penting.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik triangulasi. Teknik

triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan suatu yang lain diluar data yang digunakan untuk

pengecekan atau digunakan sebagai pembanding terhadap data tersebut.

Teknik ini dapat dicapai dengan cara:42

a. membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara.

b. Membandingkan apa yang dibicarakan orang di depan umum dengan

apa yang diketahui secara pribadi.

c. Membandingkan apa yang dibicarakan orang tentang situasi

penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu.

d. Membandingkan pandangan berbagai lapisan masyarakat.

e. Membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang ada dan

yang berkaitan.

I. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Bab Pertama adalah Pendahuluan. Bab ini meliputi langkah-langkah

penelitian yang berkaitan dengan rancangan penelitian secara umum. Terdiri

(30)

22

dari sub-sub bab tentang: latar belakang masalah, identifikasi masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kerangka teori,

penelitian terdahulu, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.

Bab Kedua merupakan tinjauan teoritik tentang interrelasi intelektual dan

kurikulum pembelajaran yang meliputi, hakikat pengertian intelektual,

pengembangan intelektual, faktor-faktor pengembangan intelektual,

karakteristik intelektual, hakikat pengertian kurikulum, komponen-komponen

kurikulum, macam-macam model konsep pengembangan kurikulum dan

landasan pengembangan kurikulum.

Bab Ketiga merupakan tinjauan umum tentang PMDG meliputi sub bab

sebagai berikut sejarah berdiri PMDG, nilai-nilai pesantren di PMDG,

unsur-unsur pendidikan di PMDG, sistem pendidikan PMDG, sintesa keilmuan

PMDG dan lembaga-lembaga pengajaran PMDG.

Bab Keempat merupakan pembahasan dan analisis tentang interrelasi

intelektual Universitas Al-Azhar Kairo dan Pondok Modern Darussalam

Gontor, mencakup beberapa sub bab yaitu pola relasi yang terjadi antara

Al-Azhar dan PMDG, dan Bentuk Interrelasi intelektual Alumni Al-Al-Azhar dalam

Pengembangan Kurikulum PMDG.

Bab Kelima merupakan penutup, yang terdiri dari kesimpulan, saran serta

(31)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dan pemaparan data, maka penelitian dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Pondok Modern Darussalam Gontor dengan Universitas Al-Azhar Kairo

mempunyai pola relasi sosio-intelektual yaitu dengan pengalaman berkunjung

ke luar negeri, delegasi kader pondok untuk melanjutkan studi dan delegasi

kader pondok dalam pembinaan da’i-da’i sedunia, serta jalinan kerjasama di

bidang pendidikan, baik dengan dukungan moril maupun materil.

2. Bentuk dan proses transformasi interrelasi Intelektual alumni Al-Azhar Kairo

dalam pengembangan kurikulum Pondok Modern Darussalam Gontor, baik

secara langsung maupun tidak langsung mengarah pada pengembangan

bahasa, pengembangan kurikulum dan pengembangan bahan ajar, dengan

mengacu beberapa karya-karya dan literatur klasik dari Al-Azhar Kairo

(32)

120

B. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan pada penelitian ini, penulis memberikan

saran diantaranya adalah:

1. Direktur KMI Pondok Modern Darussalam Gontor untuk menyediakan

beberapa rujukan primer dan sekunder yang lebih komperhensif kepada

seluruh guru pengajar, khususnya kepada pengajar yang tidak berlatar

belakang pendidikan perguruan tinggi luar negeri dalam materi al-dira>sah

al-Isla>mi>yah dan al-dira>sah al-Isla>mi>yah. Guna dapat menjelaskan dan

menerangkan materi tersebut dengan komperhensif serta dapat

menambah wawasan Islamiyah dan pengetahuan seluruh guru-guru KMI

dalam kegiatan belajar mengajar.

2. Seluruh guru PAI dan pengamat pendidikan agama Islam untuk dapat

memberikan kontribusi kepada lembaga-lembaga pendidikan Islam

dengan merujuk literatur klasik dalam penyusunan dan pengembangan

bahan ajar materi PAI.

3. Seluruh pembaca, tesis ini masih jauh dari kata sempurna baik dari

metodologi maupun analisisnya. Dengan adanya kekurangan dan

keterbatasan tersebut, maka diharapkan adanya kritik dan saran yang

(33)

Daftar Pustaka

Adiwikarta, Kurikulum Yang Berorientasi Pada Kekinian, Kurikulum Untuk Abad 21. Jakarta: Grasindo, 1994.

Ali, Muhammad Daud. Lembaga-Lembaga Islam di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995.

Arikuntono, Suharsimi. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001.

Azra, Azyumardi. Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII & XVIII. Bandung: Mizan, 2004.

Beverly, Parke N. Gifted Students in Regular Classrooms. Massachusetts: Allyn & Bacon, 1989.

Boeree, C. George. Metode Pembelajaran dan Pengajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010.

Daftary, Farhad. Tradisi – tradisi Intelektual Islam. Jakarta: Erlangga, 2001.

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1990.

Dhofier, Zamakhsyari. Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai. Jakarta: LP3ES, 1995.

Dirjen Binbaga Agama Islam Depag RI, Ilmu Pengetahuan Islam. Jakarta: Dirjen Binbaga Agama Islam Depag RI, 1982/1983.

Fauzan, Suwito. Sejarah Sosial Pendidikan Islam. Jakarta: Prenada Media, 2005.

Hadi, Sutrisno. Metodologi Research. Yogyakarta: UGM Press, 2000.

Imran, Zawawi. Unjuk Rasa Kepada Allah. Bandung: Remaja Rosda Karya, 1999.

Khafaji, Abdul Mun’im. Al-Azhar Fi Alfi ‘Aam. Cairo: Maktabah Kulliyat al-Azhar, 1988.

Khan, Shafique Ali Filsafat Pendidikan Al-Ghazali. Bandung: Pustaka Setia, 2005.

(34)

Mardiyah, Kepemimpinan Kiai Dalam Memelihara Budaya Organisasi. Malang: Aditya Media Publishing, 2012.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung Remaja Rosda Karya, 2008.

Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005.

Nadjib, Emha Ainun. Slilit Sang Kiai. Jakarta: Grafiti, 1972.

Nana Sudjana, Teknologi Pengajaran. Bandung: Sinar Baru, 1989.

Nasution, Harun. Ensiklopedi Islam Indonesia Jakarta: Djambatan, 1992.

, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah dan Gerakan Pembaharuan. Jakarta: Bulan Bintang, 1992.

Nasution, S. Asas-asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.

Nizar, Samsul. Memperbincangkan Dinamika Intelektual dan Pemikiran Hamka Tentang Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Preneda Media Group, 2008.

Nizar, Samsul. Sejarah Sosial dan Dinamika Intelektual Pendidikan Islam di Nusantara. Jakarta: Kencana, 2013.

Partanto, Pius A. dan M. Dahlan al-Barry. Kamus Ilmiyah Populer. Surabaya: Arkola, tt.

Prastowo, Andi. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Jogjakarta: Diva Press, 2014.

Rahardjo, Dawam. Intelektual Inteligensia dan Perilaku Politik Bangsa Risalah Cendekiawan Muslim. Bandung: Mizan, 1999.

Rahmad, Jalaluddin. Islam Alternatif. Bandung: Mizan, 1993.

Reigeluth, Charles M. Instructional Design Theory. New York: Academik Press, 1987.

Robert, Yin. Case Study, Design and Methods, terj. M. Djauzi Mudzakir,. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996.

Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006.

(35)

Sukmadinata, Nana Syaodih. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Rosda Karya, 2007.

, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001.

Suparlan, Tanya Jawab Pengembangan Kurikulum dan Materi Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011.

Syihab, M. Quraisy. Membumikan al-Qur’an. Bandung: Mizan, 1999.

Taba, Hilda. Curriculum Development: Theory and Practice. Harcourt: Brace & World, 1962

Tim Penyusun, ‚Kulliyatu al-Mu’allimin al-Islamiyah‛, dalam Penggal I Sejarah Balai Pendidikan Pondok Modern Gontor Indonesia. Ponorogo: Sekretariat PMDG, 1960.

, Biografi K.H. Imam Zarkasyi Dari Gontor Merintis Pesantren Modern. Ponorogo: Gontor Press, 1996.

, K.H. Imam Zarkasyi di Mata Umat. Ponorogo: Gontor Press, 1996.

Ushuludin, Win. Sintesis Pendidikan Islam Asia-Afrika: Perspektif Pemikiran Pembaharuan Menurut K.H. Imam Zarkasyi Gontor. Yogyakarta: Paradigma, 2002.

Yunus, Mahmud. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Mutiara Sumber Widya, 1995.

Zarkasyi, Abdullah Syukri. Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005.

, Abdullah Syukri. Manajemen Pesantren Pengalaman Pondok Modern Gontor. Ponorogo: Trimurti Press, 2005

, Amal Fathullah. Konsep Tauhid Ibn Taymiyyah dan Pengaruhnya di Indonesia. Ponorogo: Jami’ah Darussalam dan Darussalam University

Press, 2010.

, Imam. Diktat Khutbah al-Iftita>h} dalam Pekan Perkenalan. Ponorogo: Darussalam Gontor, 1987.

Referensi

Dokumen terkait

Harlina, et.al : Peranan Vegetasi Terhadap Kehadiran Kupu-Kupu Graphium androcles Boisduval (Lepidoptera:Papilionidae) Di Sekitar Areal Isata Pattunuang Dan

were to listen to some of the bookmakers and racing men,’ fumed James Boucaut, a staunch Australia-based advocate of the Arab, ‘we should almost be led to suppose that the

Pada penelitian ini akan dirancang suatu implementasi jaringan smarthome berbentuk prototype miniatur rumah modelsmarthome yang bekerja secara otomatis dengan menggunakan modul

Artinya semakin rendah dimensi Entertaiment Social, maka akan semakin tinggi Body Image pada anggota komunitas Kpop Solo. Sebaliknya, jika semakin

(1) Kepala Bidang Jasa Konstruksi dan Peralatan mempunyai tugas merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis Bina Jasa Konstruksi, pembinaan, pengawasan, dan

Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif untuk memperoleh informasi mengenai jenis yang biasa dimanfaatkan, kelompok kegunaan (obat, pangan, upacara

Judul dari penelitian ini adalah Pengaruh Pelatihan, gaji dan motivasi kerja terhadap Prestasi Kerja Guru Madrasah di Surabaya , agar tidak terjadi kesalah pahaman

1 Keserasian jiwa Terhindar dari 1,3,39, 2 5.. Proses penimbangan dilakukan oleh dua dosen ahli dari Departemen Psikologi Pendidikan dan Bimbingan. Penilaian pada