UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MATERI SISTEM PERNAPASAN MANUSIA MENGGUNAKAN
MEDIA KOTAK NILAI BERTINGKAT MATA PELAJARAN IPA SISWA KELAS V MI MAMBAUL ULUM COROGO JOGOROTO JOMBANG
SKRIPSI
Oleh:
Siti Zulaikha
D07212063
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
PROGRAM STUDI PGMI
ABSTRAK
Siti Zulaikha, Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Mata Pelajaran IPA Materi Sistem Pernapasan Manusia Menggunakan Media Kotak Nilai Kelas V MI Mambaul Ulum Corogo Jogoroto Jombang. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya. Dosen Pembimbing Dr. Hj. Evi Fatimatur Rusydiyah, M.Ag.
Kata kunci : Meningkatkan motivasi belajar, kotak nilai bertingkat
Motivasi Belajar adalah Segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu. Dalam suatu pembelajaran, motivasi sangat penting dan sangat dibutuhkan siswa dalam belajar, agar siswa tidak merasa jenuh dan agar siswa semangat dalam pembelajaran perlu adanya model,strategi, metode atau media yang diberikan oleh guru kepada peserta didiknya.
Rumusan masalah penelitian ini adalah: 1.Bagaimana penerapan media Kotak Nilai Bertingkat mata pelajaran IPA materi sistem pernafasan pada manusia di kelas V MI Mamba’ul Ulum Corogo Jogoroto Jombang ?, 2.Bagaimana peningkatan motivasi belajar siswa mata pelajaran IPA materi materi sistem pernafasan pada manusia di kelas V MI Mamba’ul Ulum Corogo Jogoroto Jombang ? .Penelitian ini bertujuan untuk: 1.Mengetahui penerapan media Kotak Nilai Bertingkat mata pelajaran IPA materi sistem pernapasan pada manusia di kelas V
MI Mamba’ul Ulum Corogo Jogoroto Jombang. 2. Mengetahui peningkatan motivasi belajar
siswa mata pelajaran IPA materi sistem pernapasan pada manusia di kelas V MI Mamba’ul Ulum Corogo Jogoroto Jombang. Metode penelitian dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK) ini menggunakan model Kurt Lewin. Dengan 2 siklus setiap siklus terdiri dari empat langkah pokok yaitu: Planning (perencanaan), Acting (tindakan), Observing (observasi),
Reflecting (refleksi)
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SKRIPSI ... v
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... vi
C.Tindakan yang Dipilih ... 6
D.TujuanPenelitian ... 7
E. Lingkup Penelitian ... 7
F. Manfaat atau Signifikansi Penelitian ... 8
G.Definisi Operasional ... 9
5. Teori-TeoriMotivasi ... ………16
6. Ciri-CiriAdanyaMotivasiBelajar ... 22
B.Setting PenelitiandanKarakteristikSubjekPenelitian . ………...47
C.Variabel yang Diselidiki ... ……….48
D.RencanaTindakan ... ……….48
E. Data danTeknikPengumpulan Data ... ……….51
F. Analisis Data ... ……….57 G.IndikatorKinerja ... ……….61
H.Tim PenelitidanTugasnya ... ……….61
BAB IV . : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... ……….64
A.Penyajian Data ... ……….64
B.Data danHasilPenelitian ... ……….66 1.Pra Siklus……….. ... ……….67 2.Siklus I………...69
3.Siklus II………...78
C.Pembahasan ... ………..85
A.Kesimpulan ... ………91 B.Saran ... ………...91
DAFTAR PUSTAKA
PERNYATAAN KEASLIHAN TULISAN RIWAYAT HIDUP
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
IPA adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji gejala alam semesta
seluruhnya sehingga terbentuk konsep dan prinsip. Sementara Abdullah Aly
menukil pendapat H.W.Fowler yang mendefinisikan sebagai ilmu yang
sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan
dan didasarkan terutama atas pengamatan dan induksi. Sehingga dapat
disimpulkan IPA merupakan suatu ilmu teoritis tetapi teori tersebut didasarkan
atas percobaan-percoobaan terhadap gejala-gejala alam. Fakta-fakta tentang
gejala kebendaan diselodiki dan diuji berulang-ulang melalui percobaan atas
eksperimen, kemudian dari hasil eksperimen inilah dirumuskan keterangan
ilmiahnya (teori), dimana teori inipun selalu didasari oleh suatu pengamatan .
IPA juga dapat diartikan sebagai suatu pengetahuan teoritis yang
diperoleh dari dengan cara yang khusus yaitu observasi, eksperimen,
penyimpulan, penyusunan teori dan seterusnya sehingga identik dengan ilmu
yang diperoleh melalui metode ilmiah. Jika siswa tidak menguasai konsep
2
yang ada dalam pembelajaran IPA.1 Dalam suatu pembelajaran, motivasi sangat
penting dan sangat dibutuhkan siswa dalam belajar, agar siswa tidak merasa
jenuh dan agar siswa semangat dalam pembelajaran perlu adanya model,strategi,
metode atau media yang diberikan oleh guru kepada peserta didiknya.
Seperti yang ditemui di MI Mamba’ul Ulum Corogo Jogoroto Jombang,
siswa kelas V memiliki problematika pada motivasi belajar yang rendah.Setelah
diamati rendahnya motivasi belajar siswa di MI Mamba’ul Ulum Corogo
Jogoroto Jombang dikarenakan rendahnya motivasi belajar yang dimiliki oleh
siswa.Dalam kenyataanya dapat dilihat ketika siswa kelas V MI Mamba’ul Ulum
Corogo Jogoroto Jombang sering tidak berkonsentrasi ketika guru menerangkan
materi pelajaran akibatnya siswa tidak menguasai konsep materi dengan baik
sehingga hasil belajar menjadi rendah.
Berdasarkan wawancara dan pra siklus yang dilakukan oleh peneliti,
maka diperoleh data bahwa motivasi siswa MI Mamba’ul Ulum Corogo Jogoroto
Jombang kelas V menunjukkan 6 orang siswa mempunyai motivasi belajar cukup
tinggi, dan 14 orang mempunyai motivasi belajar rendah. Selain itu diperoleh
hasil belajar siswa menunjukkan 5 orang siswa tuntas belajar dan 15 orang tidak
1
3
tuntas dalam belajar. Dengan jumlah siswa 20 orang, 12 siswa laki-laki, dan 8
orang siswa perempuan. 2
Kejenuhan belajar juga dapat di alami siswa apabila siswa telah
kehilangan konsentrasi dan tidak nyaman dalam sebuah pembelajaran. Ini akan
mengakibatkan siswa kurang memahami atau tidak menguasai materi yang
disampaikan. Pembelajaran IPA dianggap sulit bagi siswa karena cakupan
materinya yang berkaitan dengan teori dan konsep. Tidak adanya media
pembelajaran yang digunakan oleh guru menyebabkan pembelajaran menjadi
monoton yaitu pembelajaran yang hanya didominasi oleh guru. Siswa lebih
banyak menggunakan indera pendengarannya dibandingkan dengan indera
penglihatannya sehingga apa yang telah mereka pelajari tersebut akan cenderung
dilupakan. Disamping itu siswa kurang antusias untuk mempelajarinya sehingga
pembelajaran akan menjadi membosankan.
Aktivitas dalam proses pembelajaran kebanyakan didominasi oleh guru
dan kurang melibatkan keaktivan siswa. Siswa hanya menjadi objek
pembelajaran sehingga siswa kurang mandiri dan mengakibatkan siswa menjadi
pasif. Proses pembelajaran IPA di kelas kebanyakan diarahkan pada kemampuan
siswa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut
mengembangkan kemampuan berfikirnya, tidak sedikit siswa yang mengalami
kesulitan dalam mengikuti mata pelajaran ini karena modia pembelajaran yang
2
4
digunakan oleh guru dirasa kurang tepat. Adanya kelemahan dalam pelaksanaan
proses belajar mengajar IPA ini berdampak terhadap motivasi belajar siswa
sehingga berakibat hasil belajar yang rendah. Hal ini apabila dibiarkan terus
berkelanjutan akan mengakibatkan tidak tercapainya tujuan pembelajaran yang
diharapkan secara maksimal.
Berdasarkan persoalan di atas, penulis mencoba salah satu cara yang bisa
digunakan untuk mengatasi hal tersebut dan untuk lebih meningkatkan konsep
serta sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa, perlu
dikembangkannya suatu media pembelajaran yang tepat dan inovatif untuk
membantu siswa memahami konsep materi yang disampaikan oleh guru. Siswa
tidak akan merasa bosan karena media yanga digunakan akan menciptakan
pembelajaran yang menyenangkan sehingga siswa tidak akan menerima
pengetahuan atau konsep materi dengan indera pendengaran saja, akan tetapi
mereka juga akan menerima pengetahuan atau konsep materi dengan indera
penglihatannya sehingga pengetahuan yang diterima akan lebih muda untuk
dipahami dan diingat.. Salah satu media pembelajaran yang banyak melibatkan
keaktifan siswa, mampu menggunakan seluruh panca indera dan keterampilan
sosial adalah dengan menggunakan media Kotak Nilai Bertingkat.
Media Kotak Nilai Bertingkat merupakan media yang paling tepat untuk
mengajarkan materi sistem pernafasan pada manusia, siswa akan lebih
5
kelebihan media Kotak Nilai Bertingkat ini dari media lain adalah media kotak
nilai bertingkat akan membuat suasana pembelajaran menjadi menyenangkan
karena media kotak nilai bertingkat menggunakan macam-macam warna dengan
bentuk 3 dimensi. Selain itu juga siswa akan lebih memahami konsep dengan
menggunakan indera pendengar dan penglihatnya.
Media Kotak Nilai Bertingkat juga dapat memacu siswa agar saling
mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai konsep yang
diajarkan oleh guru. Dalam penggunaan media Kotak Nilai Bertingkat, siswa
dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-masing kelompok beranggotakan 4
atau 5 orang yang beragam kemampuanya, jenis kelamin, dan sukunya. Guru
memberikan suatu pelajaran dan siswa-siswi di dalam kelompok memastikan
bahwa semua anggota kelompok itu bisa menguasai pelajaran. Dengan
menggunakan Media Kotak Nilai Bertingkat semua siswa menjalani kuis secara
individu tentang materi tersebut, setiap siswa akan memilih kotak yang memiliki
nilai dan siswa yang menjawab pertanyaan dengan benar maka nilai yang dipilih
akan menjadi miliknya, pada saat itu mereka memperebutkan nilai yang ada
disetiap kotak tersebut. Setelah itu merekan menjalani kuis secara berkelompok.
Kelompok yang memiliki nilai yang tertinggi akan mendapatkan hadiah dari
guru. Dengan menggunakan media kotak nilai bertingkat ini, diharapkan dapat
6
Dari latar belakang tersebut, maka peneliti merasa terdorong untuk
melakukan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan media Kotak Nilai
Bertingkat terhadap peningkatan motivasi belajar siswa dengan judul “Upaya
Meningkatan Motivasi Belajar Siswa Mata Pelajaran IPA dengan Menggunakan
media Kotak Nilai Bertingkat Materi Sistem Pernapasan Manusia Kelas V MI
Mamba’ul Ulum Corogo Jogoroto Jombang”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana penerapan media Kotak Nilai Bertingkat mata pelajaran IPA
materi sistem pernafasan pada manusia di kelas V MI Mamba’ul Ulum
Corogo Jogoroto Jombang ?
2. Bagaimana peningkatan motivasi belajar siswa mata pelajaran IPA materi
materi sistem pernafasan pada manusia di kelas V MI Mamba’ul Ulum
Corogo Jogoroto Jombang ?
C. Tindakan yang dipilih
Dari latar belakang tersebut, maka peneliti merasa terdorong untuk
melakukan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan media Kotak Nilai
Bertingkat terhadap peningkatan motivasi belajar siswa dengan judul “Upaya
7
media Kotak Nilai Bertingkat Materi Sistem Pernapasan Pada Manusia Kelas V
MI Mamba’ulUlum Corogo Jogoroto Jombang”.
D. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui penerapan penerapan media Kotak Nilai Bertingkat mata
pelajaran IPA materi sistem pernapasan pada manusia di kelas V MI
Mamba’ul Ulum Corogo Jogoroto Jombang .
2. Mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa mata pelajaran IPA materi
materi sistem pernapasan pada manusia di kelas V MI Mamba’ul Ulum
Corogo Jogoroto Jombang.
E. Lingkup Penelitian
Agar lingkup penelitian mengarah pada tujuan yang akan dicapai, maka
dari latar belakang masalah di atas dibuat lingkup penelitian sebagai berikut:
1. Subyek penelitian adalah siswa kelas V di MI Mamba’ul Ulum Corogo
Jogoroto Jombang mata pelajaran IPA.
2. Implementasi (pelaksanaan) penelitian ini menggunakan media Kotak Nilai
Bertingkat untuk meningkatkan motivasi belajar pada mata pelajaran IPA
materi sistem pernafasan pada manusia yang dilakukan di semester ganjil
8
3. Kompetensi Dasar : 1.1 Mengidentifikasi organ pernapasan manusia
Indikator : 1.1.1 Menyebutkan organ pernapasan manusia dan
fungsinya
1.1.2 Menjelaskan sistem pernapasan manusia
F. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis mengharapkan adanya manfaat atau
kegunaan, khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi yang berkepentingan di
bidang pendidikan. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak,
yaitu:
1. Manfaat Bagi Siswa
a. Menumbuhkan minat belajar siswa pada pembelajaran IPA, sehingga
IPA menjadi mata pelajaran yang menarik bagi siswa.
b. Meningkatkan aktifitas siswa dalam proses pembelajaran.
c. Meningkatkan ketrampilan siswa dalam memecahkan masalah dan
fenomena alam.
d. Melalui penerapan strategi diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar
siswa.
9
a. Sebagai sarana guru mengevaluasi dan perbaikan terhadap pembelajaran
IPA yang sudah diberikan.
b. Guru mengembangkan dan menciptakan pembelajaran yang terampil
dan inovatif dalam pembelajaran IPA MI.
c. Sebagai sarana guru memecahkan masalah yang ditemui dalam
pembelajaran IPA MI dengan solusi yang kreatif dan inovatif.
d. Guru menjadi terampil, kreatif dan inovatif dalam setiap pembelajaran
IPA MI.
e. Guru dapat mengenal dan mengaplikasikan media Kotak Nilai
Bertingkat dalam pembelajaran di kelas.
3. Manfaat Bagi sekolah
a. Digunakan sebagai pertimbangan dalam memotivasi guru untuk
melaksanakan proses pembelajaran yang efektif dan efisien dengan
menerapkan media Kotak Nilai Bertingkat.
b. Menumbuhkan kerja sama antar guru yang berdampak positif pada
kualitas pembelajaran di sekolah.
G. Definisi Operasional
Penelitian ini berjudul “Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
Mata Pelajaran IPA Materi Sistem Pernafasan Pada Manusia Menggunakan
Media Kotak Nilai Bertingkat Siswa Kelas V MI Mamba’ul Ulum Corogo
10
1. Motivasi
Motivasi adalah Segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak
melakukan sesuatu.
2. Pembelajaran IPA
adalah Kegiatan untuk mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang
tersaji dalam bentuk informasi materi pelajaran IPA.
3. Mata Pelajaran IPA
Mata pelajaran IPA adalah sebuah ilmu yang berupa konsep-konsep yang
bersifat konseptual dan berhungan satu dengan yang lain, yang tumbuh
sebagai hasil eksperimen dan observasi, serta berfungsi untuk diamati dan
dieksperimenkan lebih lanjut.
3. Materi Sistem Pernafasan Pada Manusia
Yaitu materi pelajaran IPA kelas V SD/MI Bab 1 tentang pernafasan
manusia yang meliputi organ pernafasan manusia dan sistem pernafasan
manusia. Hal ini sesuai dengan Kompetensi Dasar mata pelajaran IPA 1.1
yaitu “Mengidentifikasi organ pernafasan manusia”.
4. Media Kotak Nilai Bertingkat
Adalah alat peraga yang dimodifikasi atau yang berupa sebuah papan
yang berisikan kotak-kotak dan memiliki nilai di dalamnya, Nilai di dalam
kotak bertujuan untuk mendorong timbulnya motivasi dengan gambar yang
11
Dengan demikian, maksud dari judul ini adalah meningkatkan
motivasi belajar siswa untuk mengidentifikasi organ pernafasan manusia.
H. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan selengkapnya dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
BAB I : Pendahuluan, yang meliputi: A. Latar Belakang Masalah, B. Rumusan Masalah, C. Tindakan yang dipilih, D. Tujuan
Penelitian, E. Lingkup Penelitian, F. Manfaat Penelitian, G.
Definisi Operasional, H. Sistematika Pembahasan.
BAB II : Kajian Teori, yang meliputi: A. Motivasi Belajar, B. Pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam), C. Materi Sistem Pernafasan
Pada Manusia, D. Media Kotak Nilai Bertingkat.
BAB III : Metode dan Rencana Penelitian, yang meliputi: A. Metode Penelitian, B. Setting dan Subjek Penelitian, C. Variabel yang
diselidiki, D. Rencana Tindakan, E. Data dan Teknik
Pengumpulan Data, F. Analisis Data, G. Indikator Kinerja, H.
Tim Peneliti dan Tugasnya.
BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan, yang meliputi : A. Penyajian Data, B. Data dan Hasil Penelitian, C. Pembahasan
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Motivasi Belajar
1. Definisi Motivasi Belajar
Motivasi adalah kekuatan tersembunyi didalam diri kita, yang mendorong kita untuk
berkelakuan dan bertindak dengan cara yang khas.1Motif adalah segala sesuatu yang
mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu. Motif juga dapat diartikan
sebagai suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan
tingkah laku atau perbuatan ke suatu tujuan atau perangsang. Dalam belajar motivasi sangat
penting, motivasi adalah syarat mutlak untuk belajar. Di sekolah seringkali terdapat anak
yang malas, tidak menyenangkan, suka membolos, dan sebagainya. Dalam demikian berarti
bahwa guru tidak berhasil memberikan motivasi yang tepat untuk mendorong agar ia bekerja
dengan segenap tenaga dan pikiranya.
Banyak bakat anak tidak berkembang karena tidak diperolehnya motivasi yang tepat.
Jika seseorang mendapat motivasi yang tepat, maka akan menciptakan sebuah kekuatan
yang luar biasa, sehingga akan tercapai hasil-hasil yang semula tidak terduga. Pengertian
motif tidak dapat dipisahkan dengan kebutuhan (need). Seseorang atau sesuatu organisme yang berbuat atau melakukan sesuatu, sedikit banyaknya ada kebutuhan di dalam dirinya
atau ada sesuatu yang hendak dicapai. Dalam pelajaran tentang motivasi, biasanya kata
1
13
“kebutuhan” itu diber arti khusus . Bagi manusia, istilah “kebutuhan” itu sudah mengandung
arti yang lebih luas lagi, tidak hanya bersifat fisiologis tetapi juga psikis.2
Secara kuantitatif (ditinjau dari sudut jumlah), belajar berarti kegiatan pengisian atau
pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. Jadi, belajar dalam
hal ini dipandang dari sudut berapa banyak materi yang dikuasai siswa. Secara institusional
(tinjau kelembagaan), belajar dipandang proses validasi (pengabsahan) terhadap penguasaan
siswa atas materi-materi yang dipelajari.bukti institusional yang menunjukkan siswa telah
belajar dapat diketahui dalam hubunganya dengan proses mengajar. Ukurranya ialah,
semakin baik mutu mengajar yang dilakukan gurumaka akan semakin baik pula mutu
perolehan siswa yang kemudian dinyatakan dalam bentuk skor atau nilai.
Adapun pengertian belajar secara kualitatif (tnjauan mutu) ialah proses memperoleh
arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia di sekeliling siswa,
belajar dalam pengertian ini difokuskan pada tercapainya daya pikir dan tindakan yang
berkualitas untuk memecahkan suatu masalah-masalah yang kini dan nanti dihadapi siswa.
Bertolak dari berbagai definisi yang telah diutarakan tadi, secara umum belajar dapat
dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil
kognitif. Sehubungan dengan pengertian ini perlu diutarakan sekali lagi bahwa perubahan
tingkah laku yang timbul akibat proses kematangan fisik, keadaan mabuk, lelah, dan jenuh
tidak dapat dipandang sebagai proses belajar. 3
2
Purwanto Ngalim, Psikologi Pendidikan, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya,1990), hal.60-61
3
14
Dari beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah segala
sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu yang mengarahkan
ke tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran.
2. Klasifikasi Motif-Motif
Para ahli psikologi berusaha menggolong-golongkan motif-motif yang ada dalam
diri manusia atau suatu organisme ke dalam beberapa golongan menurut pendapatnya
masing-masing
a. Sartain membagi motif-motif itu menjadi dua golongan sebagai berikut :
1) Psysiological drive
2) Social motives
Psysiological drive ialah dorongan-dorongan yang bersifat fisiologis atau jasmaniah, seperti lapar,haus, dan sebagainya. Sedangkan Social motives ialah dorongan-dorongan yang ada hubunganya dengan manusia yang lain dalam
masyarakat; seperti: dorongan estesis, dorongan ingin selalu berbuat baik (etika), dan
sebagainya. Tidak dapat kita ingkari bahwa yang kedua ini adalah timbul dan
berkembang karena adanya yang pertama. Jadi kedua golongan motif tersebut
berhubungan satu sama lain. Dapat pula dikatakan, bahwa golongan yang kedua
bersifat lebih tinggi daripada yang pertama.
b. Woodworth mengadakan klasifikasi motif-motif sebagai berikut:
15
2) Learned motives (motif-motif yang dipelajari)
Motif yang tidak dipelajari merupakan motif yang pokok, yang biasa disebut
drive (dorongan). Yang termasuk ke dalam Unlearned motives ialah motif-motif yang timbul yang disebabkan oleh kekurangan-kekurangan atau kebutuhan-kebutuhan
dalam tubuh, seperti: lapar, haus sakit, dan sebagainya yang semuanya itu
menimbulkan dorongan dalam diri untuk meminta supaya dipenuhi atau menjauhkan
diri daripadanya. Motif-motif pada seseorang itu berkembang melalui kematangan,
latihan, dan melalui belajar. Dengan melalui latihan dalam ehidupan sehari-hari, maka
unlearned motives pada seseorang makin berkembang dan mengalami perubahan-perubahan sebagai berikut :
a) Tujuan-tujuan dan motif-motif menjadi lebih khusus.
b) Motif-motif itu makin berkombinasi menjadi motif-motif yang lebih
kompleks.
c) Tujuan-tujuan perantara, dapat menjadi atau berubah menjadi tujuan yang
sebenarnya.
d) Motif-matif itu dapat timbul karena adanya perangsang-perangsang baru
(peangsang buatan): motif-motif wajar dapat berubah menjadi motif
bersyarat.4
4
16
3.Fungsi Motivasi
Motivasi belajar dianggap penting di dalam proses belajar dan pembelajaran dilihat
dari segi fungsi dan nilainya atau manfaatnya. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi
belajar mendorong timbulnya tingkah laku dan mempengaruhi serta mengubah tingkah
laku siswa. Fungsi motivasi dalam belajar yang akan diuraikan sebagai berikut:5
a. Motivasi itu mendorong manusia itu untuk berbuat atau bertindak. Motivasi itu
berfungsi sebagai penggerak atau sebagai motor yang memberikan energi (kekuatan)
kepada seseorang untuk melakukan suatu tugas.
b.Motivasi itu menentukan arah perbuatan. Yakni ke arah perwujudan suatu tujuan atau
cita-cita. Motivasi mencegah penyelewengan dari jalan yang harus ditempuh untuk
mencapai tujuan itu. Makin jelas tujuan itu makin, makin jelas pula terbentang jalan
yang ditempuh.
c. Motivasi itu menyeleksi perbuatan kita. Artinya menentukan perbuatan-perbuatan
mana yang harus dilakukan, yang serasi, guna mencapai tujuan itu dengan
menyampingkan perbuatan yang tak bermanfaat bagi tujuan itu.6
4.Tujuan Motivasi
Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan
atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauanya untuk melakukan
sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu. Bagi seorang
guru, tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau memacu para siswanya agar
5
Oemar hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), hal. 161
6
17
timbul keinginan dan kemauanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya sehingga
tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang diharapkan dan ditetapkan di dalam
kurikulum sekolah. Dari penjelasan diatas, jelas disebutkan bahwa setiap tindakan
motivasi mempunyai tujuan. Makin jelas tujuanya maka akan jelas pula tindakan
memotivasi itu dilakukan.
5.Teori Motivasi
a.Teori Hedonisme
Hedone adalah bahasa Yunani yang berarti kesukaan, kesenangan, atau kenikmatan. Hedonisme adalah suatu aliran di dalam filsafat yang memandanng bahwa tujuan hidup yang utama pada manusia adalah mencari kesenangan (hedone) yang
bersifat duniawi. Menurut pandangan hedoisme, manusia pada hakikatnya adalah
makhluk yang mementingkan kehidupan yangyang penuh kesenangan dan
kenikmatan. Oleh karena itu, setiap menghadapi persoalan yang perlu pemecahan,
manusia cenderung memilih alternatif pemecahan yang dapat mendatangkan
kesenangan daripada yang mengakibatkan kesukaran, kesulitan, penderitaan, dan
sebagainya.
Implikasi dari teori ini ialah adanya anggapan bahwa semua orang akan
cenderung menghindari hal-hal yang sulit dan menyusahkan, atau yang mengandung
resiko berat, dan lebih suka melakukan sesuatuyang mendatangkan kesenangan
baginya. Siswa di sebuah kelas merasa gembira dan bertepuk tangan mendengar
pengumuman dari kepala sekolah bahwa guru matematikanya tidak mengajar karena
18
b. Teori Naluri
Dalam diri manusia terdapat tiga dorongan nafsu pokok,yaitu:
1)Dorongan nafsu (naluri) mempertahankan diri.
2)Dorongan nafsu (naluri) mengembamgkan diri
3)Dorongan nafsu (naluri) mengembangkan atau mempertahankan jenis.
Dengan dimilikinya ketiga naluri pokok itu, maka kebiasaan-kebiasaan ataupun
tindakan dan tingkah laku manusia yang diperbuatnya sehari-hari mndapat dorongan
atau digerakkan oleh ketiga naluri tersebut. Oleh karena itu, menurut teori ini, untuk
memotivasi seseorang harus berdasarkan naluri mana yang akan dituju dan perlu
dikembangkan. Misalnya, seorang siswa terdorong untuk berkelahi karena sering
merasa dihinadan diejek teman-temanya karena ia diangap bodoh di kelasnya. (Naluri
mempertahankan diri). Agar siswa itu tidak berkembang menjadi anak yang nakal yang
suka berkelahi, maka perlu diberi motivasi, misalnya dengan menyediakan situasi yang
dapat mendorong anak itu menjadi rajin belajar sehingga dapat menyamai teman-teman
sekelasnya (naluri mengembangkan diri).
c. Teori Reaksi yang Dipelajari
Teori ini berpandangan bahwa tindakan atau perilaku manusia tidak berdasarkan
naluri-naluri, tetapi berdasarkan pola-pola tingkah laku yang dipelajari dari
kebudayaan di tempat orang itu hidup. Orang belajar paling banyak dari
lingkungankebudayaan di tempat ia hidup dan dibesarkan. Oleh karena itu, teori ini,
19
anak didiknya, pemimpin ataupun pendidik itu hendaknya mengetahui benar-benar
latar belakang kehidupan dan kebudayaan orang-orang yang dipimpinnya. Dengan
mengetahui latar belakang kebudayaan seseorang kita dapat mengetahui pola tingkah
lakunya dan dapat memahami pula mngapa ia bereaksi atau bersikap yang mungkin
berbeda dengan orang lain dalam menghadapi suatu masalah.
d. Teori Daya Pendorong
Teori ini merupakan perpaduan antara”teori naluri” dengan “teori reaksi yang
dipelajari”. Daya pendorong adalah semacam naluri, tetapi hanya suatu dorongan
kekuatan yang luas terhadap suatu arah umum. Misalnya, suatu daya pendorong pada
jenis kelamin lain. Semua orang dalam semua kebudayaan mempunyai daya
pendorong pada jrnis kelamin yang lain. Namun, dalam cara-cara yang digunakan
dalam mengejar kepuasan terhadap daya pendorong tersebut berlainan bagi setiap
individu menurut latar belakang kebudayaan masing-masing. Oleh karena itu, menuut
teori ini, apabila seorng pemimpin ataupun pendidik ingin memotivasi anak buah atau
anak didiknya, ia harus mendasarkanya atas daya pendorong, yaitu atas naluri dan juga
reaksi yang dipelajari dari kebudayaan lingkungan yang dimilikinya. Memotivasi anak
didik yang sejak kecil dibesarkan di Gunung kemungkinan besar akan sangat berbeda
dengan cara memberikan motivasi kepada anak yang dibesarkan di ota meskipun
masalah yang dihadapinya sama.
e. Teori Kebutuhan
Teori motivasi yang sekarang banyak dianut orang adalah teori kebutuhan. Teori
20
untuk memenuhi kebutuhanya, baik kebutuhan fisik maupun kebutuhab psikis. Oleh
karena itu, menurut teori ini,apabila seoang pemimpin atau pendidik
bermaksudmemberikan motivasi kepada seseorang, ia harus berusaha mengetahui
terlebih dahulu apa kebutuhan-kebutuhan orang yang akan dimotivasinya.
Dari beberapa teori motivasi yang diuraikan, kita mengetahui bahwa setiap teori
memiliki kelemahan dan kelebihan masing masing. Namun, jika dihubungkan dengan
manusia sebagai pribadi dalam kehidupanya sehari-hari, teori-teori motivasi yang telah
dikemukakan ternyata memiliki hubungan komplementer yang berarti saling
melengkapi satu sama lain. Oleh karena itu, di dalam penerapanya kita tidak perlu
terpaku atau hanya cenderung kepada salah satu teorinya saja.kita dapat mengambil
manfaat dari beberapa teori tersebut sesuai dengan situasi dan kondisi seseorang pada
saat kita melakukan tindakan motivasi. Pada umumnya motivasi intrinsik lebih kuat
dan lebih baik daripada motivasi ekstrinsik. Oleh karena itu, bangunlah motivasi
intrinsik pada anak-anak didik kita. Jangan hendaknya anak mau belajar dan bekerja
hanya karena rasa takut dimarahi, dihukum, mendapat angka merah, atau takut tidak
lulus dalam ujian.
Teori Abraham Maslow
Maslow mengemukakan adanya lima tingkatan kebutuhan pokok manusia.
Kelima tingkatan kebutuhan pokok inilah yang kemudian dijadikan pengertian kunci
dalam mempelajari motivasi manusia. Adapun kelima tingkatan kebutuhan pokok
21
Keterangan :
1) Kebutuhan fisiologi: Kebutuhan ini merupakan kebutuhan dasar, yang bersifat
dan vital, yang menyangkut fungsi-fungsi biologis dasar dari organisme
manusiaseperti kebutuhan akan pangan, sandang, dan papan.
2) Kebutuhan rasa aman, dan perlindungan, seperti jaminan keamananya,
terlindung dari bahaya dan ancaman penyakit, perang, kemiskinan, kelaparan,
tidak adail dsb.
3) Kebutuhan sosial yang meliputi antara lain kebutuhan akan dicintai,
diperhitungkan, sebagai pribadi yang diakui sebagai anggota kelompok, rasa
setia kawan, dan kesjasama.
4) Kebutuhan akan penghargaan, termasuk kebutuhan dihargai karena prestasi,
22
5) Kebutuhan akan aktualisasi diri, seperti antara lain kebutuhan mempertinggi
potensi-potensi yang dimiliki, pengembangan diri secara maksimal, kreativitas
dan ekspresi diri. 7
6. Ciri-Ciri Adanya Motivasi Belajar
Pendapat lain juga dikemukakan oleh Sardiman bahwa ciri-ciri motivasi yang ada
pada diri seseorang adalah:8
a. Tekun dalam menghadapi tugas atau dapat bekerja secara terus menerus dalam waktu
yang lama.
b. Ulet menghadapi kesulitan dan tidak mudah putus asa.
c. Tidak cepat puas atas prestasi yang diperoleh
d. Menunjukkan minat yang besar terhadap bermacam-macam masalah belajar.
e. Lebih suka bekerja sendiri dan tidak bergantung pada orang lain
f. Tidak cepat bosan dengan tugas-tugas rutin
g. Dapat mempertahankan pendapatnya
h. Tidak mudah melepaskan apa yang diyakini
i. Senang mencari dan memecahkan masalah
7
Purwanto Ngalim, Psikologi Pendidikan……..hal.70-78 8
23
7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Ada 6 faktor yang mempengaruhi motivasi belajar, yaitu:
a. Sikap
Sikap adalah kombinasi antara konsep, informasi, dan emosi yang menyebabkan
kecenderungan individu untuk mereaksi senang atau tida senang terhadap orang,
kelompok, ide, kejadian atau objek-objek tertentu.
b. Kebutuhan
Kebutuhan adalah suatu kondisi kekurangan yang mendorong individu untuk
melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan.
c. Rangsangan
Rangsangan adalah segala perubahan dalam persepsi atau pengalaman dalam
lingkungan yang menyebabkan individu menjadi aktif.
d. Emosi
Emosi, mengacu pada pengalaman individu selama proses belajar.
e. Kemampuan
Kemampuan, mengacu kepada kemampuan individu untuk merespon sebagai hasil
24
f. Penguatan
Penguatan adalah segala kegiatan yang memelihara dan meningkatkan
kemungkinan untuk merespon lebih lanjut.
8. Cara Membangkitkan Motivasi Belajar Siswa
a. Memberi Angka
Merupakan simbol dari kegiatan belajar, banyak siswa yang belajar hanya untuk
mendapatkan angka/nilai yang baik. Biasanya siswa yang dikejar adalah nilai ulangan
atau nilai-nilai dalam raport.
b. Hadiah
Hadiah juga dapat digunakan sebagai motivasi, tetapi tidak selalu demikian. Karena
hadiah untuk pekerjaan mungkin tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang
dan tidak berbakat dalam pekerjaan tersebut
c. Saingan/kompetisi
Persaingan dapat juga digunakan sebagai motivasi, baik persaingan individual atau
persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
d. Keterlibatan Diri
Keterlibatan diri ini menumbuhkan kesadaran pada siswa agar merasakan
pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga kerja keras dengan
mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang sangat
25
e. Memberi ulangan
Para siswa akan giat belajar apabila mengetahui akan adanya ulangan karena
ingin mendapatkan nilai yang baik.
f. Mengetahui hasil
Dengan mengetahui hasil apalagi terjadi kemajuan akan mendorong siswa untuk
giat belajar.
g. Pujian
Sebagai hadiah yang positif yang sekaligus memberikan motivasi yang baik.
h. Hukuman
Sebagai hadiah yang negative tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa
menjadi alat motivasi.
i. Hasrat untuk belajar
Berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar.
j. Minat
Motivasi muncul karena adanya kebutuhan, begitu juga minat sehingga tepatlah
kalau minat merupakan motivasi yang pokok, proses belajar itu akan berjalan lancar
26
k. Tujuan yang diakui
Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa akan merupakan alat
motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai,
karena dirasa sangat berguna dan menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk
terus belajar.9
9. Indikator Motivasi
Indikator motivasi ada 6 yaitu:
a. Mempunyai keinginan untuk berhasil.
b. Mempunyai dorongan dorongan belajar.
c. Mempunyai harapan untuk meraih cita-cita masa depan.
d. Adanya penghargaan dalam belajar.
e. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.
f. Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan seorang siswa
dapat belajar dengan baik.10
B. Media Kotak Nilai Bertingkat
1. Pengantar Media
a. Pengertian Media Pembelajaran
9
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,………., hal.93-95 10
27
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah, berarti’tengah’,
„perantara’ atau „pengantar’. Dalam bahasa Arabmedia adalah perantara atau
pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Media adalah segala sesuatu
yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga
dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa
sedemikian rupa sehingga proses belajar mengajar terjadi.11
Menurut Gerlach dan Ely, media apabila dipahami secara garis besar adalah
manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu
memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini,guru, buku
teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara khusus, pengertian media
dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis,
photografis,atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali
informasi visual atau verbal.
Seringkali kata media pendidikan digunakan secara bergantian dengan istilah alat
bantu atau media komunikasi. Hamalik mengemukakan dimana ia melihat bahwa
hubungan komunikasi akan berjalan lancar dengan hasil yang maksimal apabila
menggunakan alat bantu yang disebut media komunikasi. Sementara itu, Gagne dan
Briggs secara implisit mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang
secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri antara
lain buku, tape recorder, kaset, video camera, video recorder, film, slide, foto, gambar,
grafik, televisi, dan komputer.
11
28
Dengan kata lain, media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang
mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa
untuk belajar. Di lain pihak, Natinal Education Association memberikan definisi
media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio-visual dan
peralatanya; dengan demikian, media dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, atau
dibaca. Dalam kegiatan belajar mengajar, sering pula pemakaian kata media
pembelajaran atau diganti dengan istilah-istilah seperti alat pandang dengar, bahan
pengajaran, komunikasi pandang-dengar, teknologi pendidikan, alat peraga, dan media
penjelas.
b. Landasan Teoritis Penggunaan Media Pendidikan
Pemerolehan pengetehuan dan keterampilan, perubahan-perubahan sikap dan
perilaku dapat terjadi karena interaksi antara pengalaman baru dan pengalaman yang
pernah dialami sebelumnya. Menurut Bruner ada tiga tingkatan utama modus belajar,
yaitu pengalaman langsung (enactive), pengalaman piktoriral atau gambar (iconic), dan pengalaman abstrak (symbolic). Pengalaman langsung adalah mengerjakan, misalnya arti kata „simpul’ dipahami dengan langsung membuat „simpul’. Pada
tingkatan kedua yang diberi label iconic (artinya gambar atau image), kata „simpul’
dipelajari dari gambar, lukisan,foto, atau film. Meskipun siswa belum pernah mengikat
tali untuk membuat „simpul’ meeka dapat mempelajari dan memahaminya dari
gambar, lukisan,foto, atau film.
Pada tingkatan simbol, siswa membaca (atau mendengar) kata „simpul’ dan
29
dengan pengalamanya membuat „simpul’. Ketiga tingkat pengalaman ini saling
berinteraksi dalam upaya memperoleh „pengalaman’ (pengetahuan, keterampilan, atau
sikap) yang baru. Tingkatan pengalaman pemerolehan hasil belajar seperti itu
digambarkan oleh Dale sebagai suatu proses komunikasi. Materi yang ingin
disampaikan dan diinginkan siswa dapat menuangkan pesan ke dalam simbol-simbol
tertentu (ecoding) dan siswa sebagai penerima menafsirkan simbol-simbol tersebut sehingga dipahami sebagai pesan (decoding).
Cara pengolahanya pesan oleh guru dan murid dapat digambarkan sebagai
berikut:12
Pesan diproduksi dengan: Pesan dicerna dan diinterprestasi dengan:
Berbicara, menyanyi, Mendengarkan
Memainkan alat music,dsb;
Memvisualisasikan melalui Mengamati
Film, foto, lukisan, gambar,
Model, patung, grafik, kartun,
Gerakan nonverbal
Menulis atau mengarang Membaca
Gambar 2.1 Pesan Dalam Komunikasi
12
30
Salah satu gambaran yang paling banyak dijadikan acuan sebagai landasan teori
penggunaan media dalam proses belajar adalah Dale’s Cone of Experience (Kerucut
Pengalaman Dale). Kerucut ini merupakan elaborasi yang rinci dari konsep tiga
tingkatan pengalaman yang dikemukakan oleh Bruner sebagaimana diuraikan
sebelumnya. Hasil belajar seseorang diperoleh mulai dari pengalaman langsung
(konkret), kenyataan yang ada di lingkungan kehidupan seseorang kemudian melalui
benda tiruan, sampai kepada lambang verbal (abstrak). Semakin ke atas di puncak
kerucut semakin abstrak media penyampaian pesan itu.
Urutan-urutan ini tidak berarti proses belajar dan interaksi mengajar harus selalu
dimulai dari pengalaman langsung, tetapi dimulai dengan jenis pengalaman langsung,
tetapi dimulai dengan jenis pengalaman yang paling sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan kelompok siswa yang dihadapi dengan mempertimbangkan situasi
belajarnya.
c. Ciri-Ciri Media Pendidikan
Gerach dan Ely mengemukakan tiga ciri media yang merupakan petunjuk
mengapa media digunakan dan apa-apa saja yang dapat dilakukan oleh media yang
mungkin guru tidak mampu (kurang efisien) melakukanya.
1)Ciri Fiksatif (Fixative Property)
Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan,
melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau objek. Suatu peristiwa atau
objek yang telah diurut dan disusun kembali dengan media sepertti fotografi, video,
31
gambarnya (direkam) dengan kamera atau video kamera dengan mudah dapat
direproduksi dengan mudah kapan saja diperlukan. Dengan ciri fiktatif ini, media
memungkinkan suatu rekaman kejadian atau objek yang tejadi pada satu waktu
trtentu ditransporsikan tanpa mengenal waktu.
Ciri ini amat penting bagi guru karena kejadian-kejadian atau objek yang telah
direkam atau disimpan dengan format media yang ada dapat digunakan setiap saat.
Peristiwa yang kejadianya hanya sekali (dalam satu dekade atau satu abad) dapat
diabaikan dan disusun kembali untuk keperluan pembelajaran. Prosedur
laboratorium yang rumit dapat direkam dan diatur untuk kemudian direproduksi
berapa kali pun pada saat diperlukan. Demikian pula kegiatan siswa dapat direkam
untuk kemudian dianalisis dan dikritik oleh siswa sejawat baik secara perorangan
maupun kelompok.
2)Ciri Manipulasi
Transformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena media memiliki
ciri manipulatif. Kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat disajikan kepada
siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknik pengambilan gambar time-lapse recording. Misalnya, bagaimana proses larva menjadi kepompongkemudizn menjzdi kupu-kupu dapat dipercepat dengan teknik rekaman fotografi tersebut. Di
samping dapat dipercepat, suatu kejadian dapat pula diperlambat pada saat yang
menayangkan kembali hasil suatu rekaman video. Pada rekaman gambar hidup
32
Media menampilkan bagian-bagian penting atau utama dari ceramah, pidato,
atau urutan suatu kejadian dengan memotong bagian-bagian yang tidak diperlukan.
Kemampuan media dari ciri manipulasi memerlukan perhatian sungguh-sungguh
karena apabila terjadi kesalahan dalam pengaturan kembali urutan kejadian
ataupemotongan bagian-bagian yang salah, maka akan terjadi pula kesalahan
penafsiran yang tentu saja akan membingungkan dan bahkan menyesatkan
sehinggga dapat megubah sikap mereka ke arah yang tidak diinginkan.
3)Ciri Distributif (Distributive Property)
Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau kejadian
ditransportasikan melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan
kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama
mengenai kejaddian itu. Dewasa ini, distribusi media tidak hanya terbatas pada satu
kelas atau beberapa kelas pada sekolah-sekolah di dalam suatu wilayah tertentu,
tetapi juga media itu misalnya rekaman video, audio, disket komputer dapat disebar
ke penjuru tempat yang diinginkan kapan saja.
Sekali informasi direkam dalam format media apa saja, ia dapat direproduksi
seberapa kali pun dan siap digunakan secara berulang-ulang di suatu tempat.
Konsistensi informasi yang telah direkam akan terjamin sama atau hampir sama
dengan aslinya.
d.Fungsi Media Pembelajaran
Levie dan Lentz mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya
33
1) Fungsi Atensi
Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan
perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan
makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran. Seringkali
pada awal pelajaran siswa tidak tertarik dengan materi pelajaran atau mata pelajaran
itu merupakan salah satu mata pelajaran yang tidak disenangi oleh mereka sehingga
mereka tidak memperhatikan. Media gambar yang diproyeksikan melalui overhead
projector dapat menenangkan dan mengarahkan perhatian mereka kepada pelajaran yang akan mereka terima. Dengan demikian, kemungkinan untuk memperoleh dan
mengigat isi pelajaran semakin besar.
2) Fungsi Afektif
Media visual bisa terlihat dari tingkat kenikmatan siswa kektika belajar teks
yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi yang
menyangkut masalah social atau ras.
3) Fungsi Kognitif
Media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan
bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk
memahami dan mengingat informasi atua pesan yang terkandung dalam gambar.
4) Fungsi Kompensatori
Media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang
34
membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya
kembali. Dengan kata lain, media pembelajaran berfungsi untuk
mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi
pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal.
e. Manfaat Media Pembelajaran
Dari beberapa pendapat para ahli, dapat disimpulkan beberapa manfaat praktis
dari penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar, sebagai berikut:
1) Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat
memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.
2) Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga
dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan
lingkunganya, dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan
kemampuan dan minatnya.
3) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu;
a) Objek atau benda yang terlalu besar untuk ditampilkan langsung di ruan kelas dapat
diganti dengan gambar, foto, slide, realita, film, radio, atau model.
b) Objek atau benda yang terlalu kecil yang tidak tampak oleh indera dapat disajikan
dengan bantuan mikroskop, film, slide, atau gambar.
c) Kejadian langka yang terjadi di masa lalu atau terjadi sekali dalam puluhan tahun
dapat ditampilkan melalui rekaman video, film, foto, slide di samping secara
35
d) Objek atau proses yang amat rumit seperti peredaran darah dapat ditampilkan
secara konkret melalui film, gambar, slide, atau similasi computer.
e) Kejadian atau percabaan yang dapat membahayakan dapat distimulasikan dengan
media seperti computer film, dan video.
f) Peristiwa alam seperti terjadinya letusan gunung berapi atau proses dalam
kenyataan memakan waktu lama seperti proses kepompong menjadi kupu-kupu
dapat disajikan dengan teknik-teknik rekaman seperti time-lapse untuk film, video, slide, atau simulasi computer.
4) Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang
peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi
langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkunganya misalnya melalui karyawisata,
kunjungan-kunjungan ke museum atau kebun binatang.13
2.Media Kotak Nilai Bertingkat
a. Pengertian media Kotak Nilai Bertingkat
Media Kotak Nilai Bertingkat yaitu media pembelajaran yang terdiri dari
kotak-kotak yang dirangkai diatas kertas karton yang didalam kotak-kotak tersebut terdapat
soal-soal yng berbeda tingkat kesulitanya dan didepanya terdapat nilai yang sesuai dengan
tingkat kesulitan masing-masing soal.bagian depan diberi gambar dengan tema
Penyajian dengan menggunakan media kotak nilai bertingkat sangat menguntungkan
untuk menarik perhatian anak-anak sehingga anak-anak menjadi termotivasi untuk
mengikuti pembelajaran. Selain itu anak-anak akan merasa senang karena anak-anak
13
36
diajak untuk belajar dan bermain maka suasana pembelajaran akan menjadi
menyenangkan dan anak tidak akan merasa cepat bosan.
b. Alat-alat untuk membuat media Kotak Nilai Bertingkat
Alat-alat yang digunakan untuk membuat media Kotak Nilai Bertingkat, yaitu:
1) Kertas Origami
2) Lem alteco
3) Kertas Hias Kuning
4) Kardus
5) Cutter
6) Alat bantu lain, yang diperlukan seperti double tape, gunting, dan lain-lain c.Langkah-Langkah Pembuatan
1) Siapkan alat-alat yang dibutuhkan.
2) Ambil kertas origami bentuk menjadi persegi dengan cara melipat sebanyak 10
buah
3) Kardus diambil bagian tengah
4) Lubangi kardus sesuai ukuran kotak yang telah dibuat
5) Alasi kardus yang telah dilubangi dengan kertas hias warna kuning
6) Tempelkan poin atau nilai di bagian depan kotak.
7) Isi setiap kotak dengan satu soal
8) Di depan kotak berilah nilai yang sesuai dengan tingkat kesulitan soal.
9) Hias kertas kardus dengan bentuk-bentuk bintang atau bunga agar lebih menarik.
d.Langkah-Langkah penggunaan
37
1) Siswa dibagi menjadi 4-5 kelompok
2) Setiap kelompok memilih anggota yang bermain pertama, kedua dan selanjutnya
3) Anggota yang dipilih berdiri ditempatnya masing-masing
4) Masing-masing siswa memilih kotak yang berisi soal dan nilai
5) Jika siswa dapat menjawab soal dalam kotak maka nilai yang ada di kotak
menjadi miliknya
6) Setiap siswa akan mendapatkan satu soal yang berbeda
7) Jika setiap siswa sudah menjawab maka kelompok akan berebutan untuk
mendapatkan nilai dari kotak tersebut.
8) Nilai kelompok yang tertinggi akan mendapatkan reward dari guru. 3.Kelebihan dan kekurangan media Kotak Nilai Bertingkat
a. Kelebihan
1) Lebih menarik perhatian siswa.
2) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama denagan siswa
lain.
3) Siswa dapat menguasai pelajaran yang disampaikan.
4) Dalam proses belajar mengajar siswa saling ketergantungan positif
5) Setiap siswa dapat saling mengisi satu sama lain.
6) Siswa tidak mudah bosan sehingga dapat mengikuti pembelajaran dengan baik.
7) Media Kotak Nilai Bertingkat yang telah digunakan dapat disimpan dengan baik,
dan dapat dipakai lagi berulang-ulang. .
38
9) Dapat digunakan di dalam ruangan atau luar ruangan.
10) Menghemat waktu guru untuk tidak menulis di papan tulis.
11) Sesuai untuk pembelajaran dalam kelas besar.
b. Kekurangan
1) Membutuhkan waktu, tenaga, dan biaya yang lebih untuk mempersiapkan media
dalam melaksanakan pembelajaran.
2) Terbatasnya keahlian dalam membuat media pembelajaran tersebut.
3) Dalam pembelajaran dibutuhkan waktu yang lama.
C. Mata Pelajaran IPA di Madrasah Ibtidaiyah
1. Definisi Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pengetahuanatau sains
yang semula berasal dari bahasa Inggris „science’. Kata „science’ sendiri berasal dari kata
dalam Bahasa Latin „scientia’ yang berarti saya tahu.’Science’ terdiri dari social sciences
(ilmu pengetahuan social) dan natural science (ilmu pengetahuan alam). Namun, dalam
perkembnaganya science yang diterjemahkan sebagai sains yang berartiIlmu Pengetahuan
Alam (IPA) saja, walaupun pengertian ini kurang sesuai dan bertentangan dengan
etimologi. Untuk itu, dalam hal ini tetap menggunakan istilah IPA menunjuk pada
pengertian sains yang kaprah yang berarti natural science.14
Sains atau IPA adalah suatu cara untuk mempelajari aspek-aspek tertentu dari alam
secara terorganir , sistematik, dan melalui metode-metode saintifikyang terbakukan. Ruang
lingkup sains terbatas pada hal-hal yang dapat dipahami oleh indra (penglihatan, sentuhan,
pendengaran, rabaan,dan pengecapan). Sedangkan, yang disebut metode saintifik adalah
14
39
langkah-langkah yang tersusun secara sistematik untuk memperoleh suatu kesimpulan
ilmiah.15
2.Hakikat Penbelajaran IPA
a. Belajar Mengajar IPA
Pendekatan belajar mengajar yang paling cocok dan paling efektif untuk
pembelajara IPA adalah pendekatan yang mencakup kesesuaian antara situasi belajar
anak dengan situasi kehidupan yang nyata di masyarakat. Selanjutnya menemukan
ciri-ciri esensial dari situasi kehidupan yang berbeda-beda akan meningkatkan kemampuan
menalar, dan berpikir kreatif pada anak didik. Model belajar yang cocok untuk anak
Indonesia adalah belajar melalui pengalaman langsung (Learning by doing). Model belajar ini memperkuat daya ingat anak dan biayanya sangat murah sebab menggunakan
alat-alat dan media belajar yang ada di lingkungan anak sendiri.
Dikutip oleh Tisno Hadisubroto dalam bukunya Pembelajaran IPA Sekolah
Dasar, Piaget mengatakan bahwa pengalaman langsung yang memegang peranan
penting sebagai pendorong lajunya perkembangan kognitif anak. Pengalaman langsung
anak secara spontan dari kecil (sejaklahir) sampai berumur 12 tahun. Efesiensi
pengalaman langsung pada anak tergantung pada konsistensi antara hubungan metode
dan objek yang dengan tingkat perkembangan kognitif anak. Anak akan siap untuk
mengembangkan konsep tertentu hanya bila ia telah memiliki struktur kognitif
(skemata) yang menjadi prasyaratnya yakni perkembangan kognitif yang bersifat
hirarkhis dan integrative.
15
40
b. Tujuan Kurikuler Pembelajaran IPA
Berbagai alasan yang menyebabkan mta pelajaran IPA dimasukkan di dalam
suatu kurikulum sekolah yaitu : (1) Bahwa IPA berfaedah bagi suatu bangsa, kiranya hal
itu tidak perlju dipersoalkan panjang lebar. Kesejahteraan materil suatu bangsa banyak
sekali tergantung pada kemampuan bangsa itu dalam bidang IPA, sebab IPA merupakan
dasar teknologi, dan disebut-sebut sebagai tulang punggung pembangunan. Pengetahuan
dasar untuk teknologi adalah IPA. Orang tidak menjadi insiyur elektronika yang baik,
atau dokter yang baik, tanpa dasar yang cukup luas mengenai ilmu pengetahuanalam,(2)
Bila diajarkan IPA menurut cara yang tepat, maka IPA merupakan suatu mata
pelajaranyang melatih atau mengembangkan kemampuan berpikir kritis; misalnya IPA
diajarkan dengan mengikuti metode “menemukan sendiri”. Sebagai contoh hal berikut
ini: “Dapatkah tumbuhan hidup tanpa daun?” Anak diminta untuk mencari dan
menyelidiki hal ini, (3) Bila IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilakukan
sendiri oleh anak, maka IPA tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hafaaln
belaka, (4) Mata pelajaran IPA mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu dapat
membentuk kepribadian anak secara keseluruhan.
Aplikasi teori perkembangan kognitif pada pendidika IPA adalah sebagai berikut:
1) Konsep IPA dapat berkembang baik, hanya bila pengalaman langsung mendahului
pengenalan generalisasi-generalisasiabstrk. Metode seperti ini berlawanan dengan
metode tradisional, dimana konsep IPA diperkenalkan secara verbal saja.
41
a) Eksplorasi, yaitu kegiatan dimana anak mengalami atau mengindra objek secara
langsung. Pada langkah ini anak memperoleh informasi baru yang adakalanya
bertentangan dengan konsep yang telah dimiliki.
b) Generalisasi, yaitu menarik kesimpulan dari beberapa informasi (pengalaman)
yang tampaknya bertentangan dengan yang telah dimiliki anak.
c) Deduksi, yaitu mengaplikasikan konsep baru (generalisasi) itu pada situasi dan
kondisi baru.
Proses berpikir berkembang melalui tahap-tahap daur belajar ini mendorong
perkembangan berpikir sietiko-dedukatif, yakni anak dapat menganalisisi objek IPA
dari pemahaman umum hingga pemahaman khusus.
Ciri-ciri masing-masing tahap dapat digambarkan dibawah ini :
a) Tahap Eksplorasi: merupakan awal dari daur belajar. Dalam tahap ini guru
berperan tidak langsung. Guru merupakan pengamat yang memiliki
pertanyaan-pertanyaan dan membantu individu murid maupun kelompok. Peranan murid
dalam tahap ini sangat aktif. Mereka memanipulasi materi yang diajarkan.
b) Tahap pengenalan konsep : Dalam tahap ini guru berperan lebih tradisional. Guru
mengumpulkan informasi dari murid-murid yang berkaitan dengan pengalaman
mereka bereksplorasi. Bagian ini merupakan waktu untuk menyusun
perbendaharaan kata, materi-materi seperti buku, alat pandang dengar dan materi
42
c) Tahap penerapan konsep: pada bagian ini guru mempunyai situasi atau masalah
yang dapat dipecahkan berdasarkan pengalaman eksplorasi sebelum pengenalan
konsep. Seperti hal lainnya pada tahap eksplorasi murid-murid terlibat dalam
berbagai kegiatan.16
IPA sebagai disiplin ilmu dan penerapanya dalam masyarakat membuat
pendidikan IPA menjadi penting, tetapi struktur kognitif anak-anak tidak dapat
dibandingkan dengan struktur kognitif ilmuwan, pada hal mereka perlu diberikan
kesempatan untuk berlatih keterampilan-keterampilan proses IPA dan yang perlu
dimidifikasikan sesuai dengan tahap perkembangan kognitifnya.
Keterampilan proses sains didefisinisikan ole Paolo dan Marten (dalam buku
yang dikarang oleh Carin) adalah : (1) mengamati, (2) mencoba memahami apa yang
diamati, (3) mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang terjadi,
(4) menguji ramalan-ramalan di bawah kondisi-kondisi untuk melihat apakah
ramalan tersebut benar. Selanjutnya Paolo dan Marten juga menegaskan bahwa
dalam IPA tercakup juga coba-coba dan melakukan kesalahan, gagal dan mencoba
lagi. Ilmu pengetahuan alam tidak menyediakan semua jawaban untuk semua
masalah yang kita ajukan. Dalam IPA anak-anak dan kita harus tetap bersikap
skeptic sehingga kita selalu siap memodifikasi model-model yang kita punyai tentang
alam ini sejalan dengan penemuan-penemuan baru yang kita dapatkan.
Setiap guru harus memahami akan alasan mengapa suatu mata pelajaran yang
diajarkan perlu diajarkan di sekolahnya. Demikian pula halnya dengan guru IPA,
16
43
baik sebagai guru mata pelajaran maupun sebagai guru kelas, seperti halnya di
sekolah dasar .
D. Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Menggunakan Media Kotak Nilai Bertingkat
Dalam belajar motivasi sangat penting, motivasi adalah syarat mutlak untuk belajar. Di
sekolah seringkali terdapat anak yang malas, tidak menyenangkan, suka membolos, dan
sebagainya. Dalam demikian berarti bahwa guru tidak berhasil memberikan motivasi yang
tepat untuk mendorong agar ia bekerja dengan segenap tenaga dan pikiranya. Banyak bakat
anak tidak berkembang karena tidak diperolehnya motivasi yang tepat. Jika seseorang
mendapat motivasi yang tepat, maka akan menciptakan sebuah kekuatan yang luar biasa,
sehingga akan tercapai hasil-hasil yang semula tidak terduga
Media Kotak Nilai Bertingkat juga dapat memacu siswa agar saling mendorong dan
membantu satu sama lain untuk menguasai konsep yang diajarkan oleh guru. Dalam
penggunaan media Kotak Nilai Bertingkat, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok,
masing-masing kelompok beranggotakan 4 atau 5 orang yang beragam kemampuanya, jenis
kelamin, dan sukunya. Guru memberikan suatu pelajaran dan siswa-siswi di dalam
kelompok memastikan bahwa semua anggota kelompok itu bisa menguasai pelajaran.
Dengan menggunakan Media Kotak Nilai Bertingkat semua siswa menjalani kuis secara
individu tentang materi tersebut, setiap siswa akan memilih kotak yang memiliki nilai dan
siswa yang menjawab pertanyaan dengan benar maka nilai yang dipilih akan menjadi
miliknya, pada saat itu mereka memperebutkan nilai yang ada dalam kotak tersebut.
44
Dari penelitian terdahulu yang diteliti oleh Agus Imam dari Universitas Negeri
Yogyakarta dengan judul penelitian peningkatan motivasi belajar siswa menggunakan media
visual (kotak nilai bertingkat) mata pelajaran IPA kelas III SDN Donokerto Turi.
Berdasarkan hasil penelitian melalui analisis dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
penggunakan media pembelajaran visual dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas III SD Negeri Donokerto. Peningkatan
motivasi belajar siswa ditandai dengan peningkatan persentase aspek-aspek motivasi melalui
observasi selama dua siklus, yaitu aspek perhatian meningkat 19.44% dari 63.89% pada
siklus I menjadi 83.33% pada siklus II, aspek minat meningkat 14.59% dari 58.33% pada
siklus I menjadi 72.92% pada siklus II, aspek kemauan meningkat 11.66% dari 63.33% pada
siklus I menjadi 74.99% pada siklus II, dan aspek ketekunan meningkat 10.42% dari 60.41%
pada siklus I menjadi 70.83% pada siklus II. Hasil rerata peningkatan motivasi belajar dari
siklus I ke siklus II mengalami kenaikan sebesar 14.03%, yaitu dari 61.49% pada siklus I
meningkat menjadi 75.52% pada siklus II. Peningkatan motivasi belajar siswa juga
ditunjukkan dengan adanya perubahan sikap siswa yang lebih baik pada saat mengikuti
pembelajaran IPA.
Siswa memiliki semangat belajar lebih besar dari pada sebelumnya. Siswa lebih aktif
dan antusias mengikuti pembelajaran serta mampu memusatkan perhatian terhadap materi
pembelajaran. Siswa lebih disiplin dalam mengikuti pembelajaran IPA, tekun menghadapi
tugas-tugas yang diberikan guru, mampu menyelesaikan tugas tepat waktu, dan tidak ada
BAB III
METODE DAN RENCANA PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian yang berjudul “Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Mata Pelajaran IPA
Materi Sistem Pernafasan dengan Menggunakan Media Kotak Nilai Bertingkat Kelas V MI
Mamba’ul Ulum Corogo Jogoroto Jombang ” ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) yang bermakna penelitian yang didesain untuk membantu guru mengetahui apa yang
sebenarnya terjadi di dalam kelas. Informasi ini bermanfaat sebagai bahan pertimbangan
guru dalam mengambil keputusan yang bijak untuk menentukan metode yang tepat untuk
digunakan dalam proses pembelajaran demi peningkatan profesionalitas guru, prestasi siswa,
kelas dan sekolah secara keseluruhan.
Penelitian tindakan kelas ini memadukan antara penelitian kualitatif dan kuantitatif.
Termasuk penelitian kualitatif karena peneliti sendiri yang menjadi instrumen utama, terjun
ke lapangan serta berusaha sendiri mengumpulkan informasi melalui pengamatan dan
wawancara. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data berupa informasi
berbentuk kalimat yang memberikan gambaran tentang suasana pembelajaran. Penelitian
kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang
dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dll, secara
holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa.1 Data ini berupa
lembar pengamatan aktivitas siswa, lembar pengamatan aktivitas guru, wawancara pada
beberapa siswa dan guru . Sedangkan penelitian kuantitatif adalah penelitian yang
1
46
menggunakan data berupa angka-angka sebagai alat untuk menemukan keterangan
mengenai apa yang ingin kita ketahui.
Untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam proses pembelajaran di kelas,
dideskripsikan suatu metode yang dilaksanakan untuk mengatasi masalah. Penelitian
dilakukan secara sistematis dengan menguraikan hasil dan langkah-langkah tindakan yang
akan dilakukan. Hasil dari tindakan akan dianalisis untuk mengetahui efek dari tindakan
yang telah dilaksanakan.
Tindakan yang diambil dalam penelitian ini berupa pelaksanaan media Kotak Nilai
Bertingkat untuk mengatasi rendahnya motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA.
Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK) ini menggunakan model Kurt Lewin.
Yang menyatakan bahwa satu siklus terdiri dari empat langkah pokok yaitu:2
1. Planning (perencanaan) 2. Acting (tindakan) 3. Observing (observasi) 4. Reflecting (refleksi)
2