• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MATERI SISTEM PERNAPASAN MANUSIA MENGGUNAKAN MEDIA KOTAK NILAI BERTINGKAT MATA PELAJARAN IPA SISWA KELAS V MI MAMBAUL ULUM COROGO JOGOROTO JOMBANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MATERI SISTEM PERNAPASAN MANUSIA MENGGUNAKAN MEDIA KOTAK NILAI BERTINGKAT MATA PELAJARAN IPA SISWA KELAS V MI MAMBAUL ULUM COROGO JOGOROTO JOMBANG."

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MATERI SISTEM PERNAPASAN MANUSIA MENGGUNAKAN

MEDIA KOTAK NILAI BERTINGKAT MATA PELAJARAN IPA SISWA KELAS V MI MAMBAUL ULUM COROGO JOGOROTO JOMBANG

SKRIPSI

Oleh:

Siti Zulaikha

D07212063

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PGMI

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Siti Zulaikha, Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Mata Pelajaran IPA Materi Sistem Pernapasan Manusia Menggunakan Media Kotak Nilai Kelas V MI Mambaul Ulum Corogo Jogoroto Jombang. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya. Dosen Pembimbing Dr. Hj. Evi Fatimatur Rusydiyah, M.Ag.

Kata kunci : Meningkatkan motivasi belajar, kotak nilai bertingkat

Motivasi Belajar adalah Segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu. Dalam suatu pembelajaran, motivasi sangat penting dan sangat dibutuhkan siswa dalam belajar, agar siswa tidak merasa jenuh dan agar siswa semangat dalam pembelajaran perlu adanya model,strategi, metode atau media yang diberikan oleh guru kepada peserta didiknya.

Rumusan masalah penelitian ini adalah: 1.Bagaimana penerapan media Kotak Nilai Bertingkat mata pelajaran IPA materi sistem pernafasan pada manusia di kelas V MI Mamba’ul Ulum Corogo Jogoroto Jombang ?, 2.Bagaimana peningkatan motivasi belajar siswa mata pelajaran IPA materi materi sistem pernafasan pada manusia di kelas V MI Mamba’ul Ulum Corogo Jogoroto Jombang ? .Penelitian ini bertujuan untuk: 1.Mengetahui penerapan media Kotak Nilai Bertingkat mata pelajaran IPA materi sistem pernapasan pada manusia di kelas V

MI Mamba’ul Ulum Corogo Jogoroto Jombang. 2. Mengetahui peningkatan motivasi belajar

siswa mata pelajaran IPA materi sistem pernapasan pada manusia di kelas V MI Mamba’ul Ulum Corogo Jogoroto Jombang. Metode penelitian dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK) ini menggunakan model Kurt Lewin. Dengan 2 siklus setiap siklus terdiri dari empat langkah pokok yaitu: Planning (perencanaan), Acting (tindakan), Observing (observasi),

Reflecting (refleksi)

(7)

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SKRIPSI ... v

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... vi

C.Tindakan yang Dipilih ... 6

D.TujuanPenelitian ... 7

E. Lingkup Penelitian ... 7

F. Manfaat atau Signifikansi Penelitian ... 8

G.Definisi Operasional ... 9

5. Teori-TeoriMotivasi ... ………16

6. Ciri-CiriAdanyaMotivasiBelajar ... 22

(8)

B.Setting PenelitiandanKarakteristikSubjekPenelitian . ………...47

C.Variabel yang Diselidiki ... ……….48

D.RencanaTindakan ... ……….48

E. Data danTeknikPengumpulan Data ... ……….51

F. Analisis Data ... ……….57 G.IndikatorKinerja ... ……….61

H.Tim PenelitidanTugasnya ... ……….61

BAB IV . : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... ……….64

A.Penyajian Data ... ……….64

B.Data danHasilPenelitian ... ……….66 1.Pra Siklus……….. ... ……….67 2.Siklus I………...69

3.Siklus II………...78

C.Pembahasan ... ………..85

(9)

A.Kesimpulan ... ………91 B.Saran ... ………...91

DAFTAR PUSTAKA

PERNYATAAN KEASLIHAN TULISAN RIWAYAT HIDUP

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

IPA adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji gejala alam semesta

seluruhnya sehingga terbentuk konsep dan prinsip. Sementara Abdullah Aly

menukil pendapat H.W.Fowler yang mendefinisikan sebagai ilmu yang

sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan

dan didasarkan terutama atas pengamatan dan induksi. Sehingga dapat

disimpulkan IPA merupakan suatu ilmu teoritis tetapi teori tersebut didasarkan

atas percobaan-percoobaan terhadap gejala-gejala alam. Fakta-fakta tentang

gejala kebendaan diselodiki dan diuji berulang-ulang melalui percobaan atas

eksperimen, kemudian dari hasil eksperimen inilah dirumuskan keterangan

ilmiahnya (teori), dimana teori inipun selalu didasari oleh suatu pengamatan .

IPA juga dapat diartikan sebagai suatu pengetahuan teoritis yang

diperoleh dari dengan cara yang khusus yaitu observasi, eksperimen,

penyimpulan, penyusunan teori dan seterusnya sehingga identik dengan ilmu

yang diperoleh melalui metode ilmiah. Jika siswa tidak menguasai konsep

(11)

2

yang ada dalam pembelajaran IPA.1 Dalam suatu pembelajaran, motivasi sangat

penting dan sangat dibutuhkan siswa dalam belajar, agar siswa tidak merasa

jenuh dan agar siswa semangat dalam pembelajaran perlu adanya model,strategi,

metode atau media yang diberikan oleh guru kepada peserta didiknya.

Seperti yang ditemui di MI Mamba’ul Ulum Corogo Jogoroto Jombang,

siswa kelas V memiliki problematika pada motivasi belajar yang rendah.Setelah

diamati rendahnya motivasi belajar siswa di MI Mamba’ul Ulum Corogo

Jogoroto Jombang dikarenakan rendahnya motivasi belajar yang dimiliki oleh

siswa.Dalam kenyataanya dapat dilihat ketika siswa kelas V MI Mamba’ul Ulum

Corogo Jogoroto Jombang sering tidak berkonsentrasi ketika guru menerangkan

materi pelajaran akibatnya siswa tidak menguasai konsep materi dengan baik

sehingga hasil belajar menjadi rendah.

Berdasarkan wawancara dan pra siklus yang dilakukan oleh peneliti,

maka diperoleh data bahwa motivasi siswa MI Mamba’ul Ulum Corogo Jogoroto

Jombang kelas V menunjukkan 6 orang siswa mempunyai motivasi belajar cukup

tinggi, dan 14 orang mempunyai motivasi belajar rendah. Selain itu diperoleh

hasil belajar siswa menunjukkan 5 orang siswa tuntas belajar dan 15 orang tidak

1

(12)

3

tuntas dalam belajar. Dengan jumlah siswa 20 orang, 12 siswa laki-laki, dan 8

orang siswa perempuan. 2

Kejenuhan belajar juga dapat di alami siswa apabila siswa telah

kehilangan konsentrasi dan tidak nyaman dalam sebuah pembelajaran. Ini akan

mengakibatkan siswa kurang memahami atau tidak menguasai materi yang

disampaikan. Pembelajaran IPA dianggap sulit bagi siswa karena cakupan

materinya yang berkaitan dengan teori dan konsep. Tidak adanya media

pembelajaran yang digunakan oleh guru menyebabkan pembelajaran menjadi

monoton yaitu pembelajaran yang hanya didominasi oleh guru. Siswa lebih

banyak menggunakan indera pendengarannya dibandingkan dengan indera

penglihatannya sehingga apa yang telah mereka pelajari tersebut akan cenderung

dilupakan. Disamping itu siswa kurang antusias untuk mempelajarinya sehingga

pembelajaran akan menjadi membosankan.

Aktivitas dalam proses pembelajaran kebanyakan didominasi oleh guru

dan kurang melibatkan keaktivan siswa. Siswa hanya menjadi objek

pembelajaran sehingga siswa kurang mandiri dan mengakibatkan siswa menjadi

pasif. Proses pembelajaran IPA di kelas kebanyakan diarahkan pada kemampuan

siswa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut

mengembangkan kemampuan berfikirnya, tidak sedikit siswa yang mengalami

kesulitan dalam mengikuti mata pelajaran ini karena modia pembelajaran yang

2

(13)

4

digunakan oleh guru dirasa kurang tepat. Adanya kelemahan dalam pelaksanaan

proses belajar mengajar IPA ini berdampak terhadap motivasi belajar siswa

sehingga berakibat hasil belajar yang rendah. Hal ini apabila dibiarkan terus

berkelanjutan akan mengakibatkan tidak tercapainya tujuan pembelajaran yang

diharapkan secara maksimal.

Berdasarkan persoalan di atas, penulis mencoba salah satu cara yang bisa

digunakan untuk mengatasi hal tersebut dan untuk lebih meningkatkan konsep

serta sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa, perlu

dikembangkannya suatu media pembelajaran yang tepat dan inovatif untuk

membantu siswa memahami konsep materi yang disampaikan oleh guru. Siswa

tidak akan merasa bosan karena media yanga digunakan akan menciptakan

pembelajaran yang menyenangkan sehingga siswa tidak akan menerima

pengetahuan atau konsep materi dengan indera pendengaran saja, akan tetapi

mereka juga akan menerima pengetahuan atau konsep materi dengan indera

penglihatannya sehingga pengetahuan yang diterima akan lebih muda untuk

dipahami dan diingat.. Salah satu media pembelajaran yang banyak melibatkan

keaktifan siswa, mampu menggunakan seluruh panca indera dan keterampilan

sosial adalah dengan menggunakan media Kotak Nilai Bertingkat.

Media Kotak Nilai Bertingkat merupakan media yang paling tepat untuk

mengajarkan materi sistem pernafasan pada manusia, siswa akan lebih

(14)

5

kelebihan media Kotak Nilai Bertingkat ini dari media lain adalah media kotak

nilai bertingkat akan membuat suasana pembelajaran menjadi menyenangkan

karena media kotak nilai bertingkat menggunakan macam-macam warna dengan

bentuk 3 dimensi. Selain itu juga siswa akan lebih memahami konsep dengan

menggunakan indera pendengar dan penglihatnya.

Media Kotak Nilai Bertingkat juga dapat memacu siswa agar saling

mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai konsep yang

diajarkan oleh guru. Dalam penggunaan media Kotak Nilai Bertingkat, siswa

dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-masing kelompok beranggotakan 4

atau 5 orang yang beragam kemampuanya, jenis kelamin, dan sukunya. Guru

memberikan suatu pelajaran dan siswa-siswi di dalam kelompok memastikan

bahwa semua anggota kelompok itu bisa menguasai pelajaran. Dengan

menggunakan Media Kotak Nilai Bertingkat semua siswa menjalani kuis secara

individu tentang materi tersebut, setiap siswa akan memilih kotak yang memiliki

nilai dan siswa yang menjawab pertanyaan dengan benar maka nilai yang dipilih

akan menjadi miliknya, pada saat itu mereka memperebutkan nilai yang ada

disetiap kotak tersebut. Setelah itu merekan menjalani kuis secara berkelompok.

Kelompok yang memiliki nilai yang tertinggi akan mendapatkan hadiah dari

guru. Dengan menggunakan media kotak nilai bertingkat ini, diharapkan dapat

(15)

6

Dari latar belakang tersebut, maka peneliti merasa terdorong untuk

melakukan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan media Kotak Nilai

Bertingkat terhadap peningkatan motivasi belajar siswa dengan judul “Upaya

Meningkatan Motivasi Belajar Siswa Mata Pelajaran IPA dengan Menggunakan

media Kotak Nilai Bertingkat Materi Sistem Pernapasan Manusia Kelas V MI

Mamba’ul Ulum Corogo Jogoroto Jombang”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana penerapan media Kotak Nilai Bertingkat mata pelajaran IPA

materi sistem pernafasan pada manusia di kelas V MI Mamba’ul Ulum

Corogo Jogoroto Jombang ?

2. Bagaimana peningkatan motivasi belajar siswa mata pelajaran IPA materi

materi sistem pernafasan pada manusia di kelas V MI Mamba’ul Ulum

Corogo Jogoroto Jombang ?

C. Tindakan yang dipilih

Dari latar belakang tersebut, maka peneliti merasa terdorong untuk

melakukan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan media Kotak Nilai

Bertingkat terhadap peningkatan motivasi belajar siswa dengan judul “Upaya

(16)

7

media Kotak Nilai Bertingkat Materi Sistem Pernapasan Pada Manusia Kelas V

MI Mamba’ulUlum Corogo Jogoroto Jombang”.

D. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui penerapan penerapan media Kotak Nilai Bertingkat mata

pelajaran IPA materi sistem pernapasan pada manusia di kelas V MI

Mamba’ul Ulum Corogo Jogoroto Jombang .

2. Mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa mata pelajaran IPA materi

materi sistem pernapasan pada manusia di kelas V MI Mamba’ul Ulum

Corogo Jogoroto Jombang.

E. Lingkup Penelitian

Agar lingkup penelitian mengarah pada tujuan yang akan dicapai, maka

dari latar belakang masalah di atas dibuat lingkup penelitian sebagai berikut:

1. Subyek penelitian adalah siswa kelas V di MI Mamba’ul Ulum Corogo

Jogoroto Jombang mata pelajaran IPA.

2. Implementasi (pelaksanaan) penelitian ini menggunakan media Kotak Nilai

Bertingkat untuk meningkatkan motivasi belajar pada mata pelajaran IPA

materi sistem pernafasan pada manusia yang dilakukan di semester ganjil

(17)

8

3. Kompetensi Dasar : 1.1 Mengidentifikasi organ pernapasan manusia

Indikator : 1.1.1 Menyebutkan organ pernapasan manusia dan

fungsinya

1.1.2 Menjelaskan sistem pernapasan manusia

F. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis mengharapkan adanya manfaat atau

kegunaan, khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi yang berkepentingan di

bidang pendidikan. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak,

yaitu:

1. Manfaat Bagi Siswa

a. Menumbuhkan minat belajar siswa pada pembelajaran IPA, sehingga

IPA menjadi mata pelajaran yang menarik bagi siswa.

b. Meningkatkan aktifitas siswa dalam proses pembelajaran.

c. Meningkatkan ketrampilan siswa dalam memecahkan masalah dan

fenomena alam.

d. Melalui penerapan strategi diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar

siswa.

(18)

9

a. Sebagai sarana guru mengevaluasi dan perbaikan terhadap pembelajaran

IPA yang sudah diberikan.

b. Guru mengembangkan dan menciptakan pembelajaran yang terampil

dan inovatif dalam pembelajaran IPA MI.

c. Sebagai sarana guru memecahkan masalah yang ditemui dalam

pembelajaran IPA MI dengan solusi yang kreatif dan inovatif.

d. Guru menjadi terampil, kreatif dan inovatif dalam setiap pembelajaran

IPA MI.

e. Guru dapat mengenal dan mengaplikasikan media Kotak Nilai

Bertingkat dalam pembelajaran di kelas.

3. Manfaat Bagi sekolah

a. Digunakan sebagai pertimbangan dalam memotivasi guru untuk

melaksanakan proses pembelajaran yang efektif dan efisien dengan

menerapkan media Kotak Nilai Bertingkat.

b. Menumbuhkan kerja sama antar guru yang berdampak positif pada

kualitas pembelajaran di sekolah.

G. Definisi Operasional

Penelitian ini berjudul “Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa

Mata Pelajaran IPA Materi Sistem Pernafasan Pada Manusia Menggunakan

Media Kotak Nilai Bertingkat Siswa Kelas V MI Mamba’ul Ulum Corogo

(19)

10

1. Motivasi

Motivasi adalah Segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak

melakukan sesuatu.

2. Pembelajaran IPA

adalah Kegiatan untuk mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang

tersaji dalam bentuk informasi materi pelajaran IPA.

3. Mata Pelajaran IPA

Mata pelajaran IPA adalah sebuah ilmu yang berupa konsep-konsep yang

bersifat konseptual dan berhungan satu dengan yang lain, yang tumbuh

sebagai hasil eksperimen dan observasi, serta berfungsi untuk diamati dan

dieksperimenkan lebih lanjut.

3. Materi Sistem Pernafasan Pada Manusia

Yaitu materi pelajaran IPA kelas V SD/MI Bab 1 tentang pernafasan

manusia yang meliputi organ pernafasan manusia dan sistem pernafasan

manusia. Hal ini sesuai dengan Kompetensi Dasar mata pelajaran IPA 1.1

yaitu “Mengidentifikasi organ pernafasan manusia”.

4. Media Kotak Nilai Bertingkat

Adalah alat peraga yang dimodifikasi atau yang berupa sebuah papan

yang berisikan kotak-kotak dan memiliki nilai di dalamnya, Nilai di dalam

kotak bertujuan untuk mendorong timbulnya motivasi dengan gambar yang

(20)

11

Dengan demikian, maksud dari judul ini adalah meningkatkan

motivasi belajar siswa untuk mengidentifikasi organ pernafasan manusia.

H. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan selengkapnya dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

BAB I : Pendahuluan, yang meliputi: A. Latar Belakang Masalah, B. Rumusan Masalah, C. Tindakan yang dipilih, D. Tujuan

Penelitian, E. Lingkup Penelitian, F. Manfaat Penelitian, G.

Definisi Operasional, H. Sistematika Pembahasan.

BAB II : Kajian Teori, yang meliputi: A. Motivasi Belajar, B. Pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam), C. Materi Sistem Pernafasan

Pada Manusia, D. Media Kotak Nilai Bertingkat.

BAB III : Metode dan Rencana Penelitian, yang meliputi: A. Metode Penelitian, B. Setting dan Subjek Penelitian, C. Variabel yang

diselidiki, D. Rencana Tindakan, E. Data dan Teknik

Pengumpulan Data, F. Analisis Data, G. Indikator Kinerja, H.

Tim Peneliti dan Tugasnya.

BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan, yang meliputi : A. Penyajian Data, B. Data dan Hasil Penelitian, C. Pembahasan

(21)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Motivasi Belajar

1. Definisi Motivasi Belajar

Motivasi adalah kekuatan tersembunyi didalam diri kita, yang mendorong kita untuk

berkelakuan dan bertindak dengan cara yang khas.1Motif adalah segala sesuatu yang

mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu. Motif juga dapat diartikan

sebagai suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan

tingkah laku atau perbuatan ke suatu tujuan atau perangsang. Dalam belajar motivasi sangat

penting, motivasi adalah syarat mutlak untuk belajar. Di sekolah seringkali terdapat anak

yang malas, tidak menyenangkan, suka membolos, dan sebagainya. Dalam demikian berarti

bahwa guru tidak berhasil memberikan motivasi yang tepat untuk mendorong agar ia bekerja

dengan segenap tenaga dan pikiranya.

Banyak bakat anak tidak berkembang karena tidak diperolehnya motivasi yang tepat.

Jika seseorang mendapat motivasi yang tepat, maka akan menciptakan sebuah kekuatan

yang luar biasa, sehingga akan tercapai hasil-hasil yang semula tidak terduga. Pengertian

motif tidak dapat dipisahkan dengan kebutuhan (need). Seseorang atau sesuatu organisme yang berbuat atau melakukan sesuatu, sedikit banyaknya ada kebutuhan di dalam dirinya

atau ada sesuatu yang hendak dicapai. Dalam pelajaran tentang motivasi, biasanya kata

1

(22)

13

“kebutuhan” itu diber arti khusus . Bagi manusia, istilah “kebutuhan” itu sudah mengandung

arti yang lebih luas lagi, tidak hanya bersifat fisiologis tetapi juga psikis.2

Secara kuantitatif (ditinjau dari sudut jumlah), belajar berarti kegiatan pengisian atau

pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. Jadi, belajar dalam

hal ini dipandang dari sudut berapa banyak materi yang dikuasai siswa. Secara institusional

(tinjau kelembagaan), belajar dipandang proses validasi (pengabsahan) terhadap penguasaan

siswa atas materi-materi yang dipelajari.bukti institusional yang menunjukkan siswa telah

belajar dapat diketahui dalam hubunganya dengan proses mengajar. Ukurranya ialah,

semakin baik mutu mengajar yang dilakukan gurumaka akan semakin baik pula mutu

perolehan siswa yang kemudian dinyatakan dalam bentuk skor atau nilai.

Adapun pengertian belajar secara kualitatif (tnjauan mutu) ialah proses memperoleh

arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia di sekeliling siswa,

belajar dalam pengertian ini difokuskan pada tercapainya daya pikir dan tindakan yang

berkualitas untuk memecahkan suatu masalah-masalah yang kini dan nanti dihadapi siswa.

Bertolak dari berbagai definisi yang telah diutarakan tadi, secara umum belajar dapat

dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil

kognitif. Sehubungan dengan pengertian ini perlu diutarakan sekali lagi bahwa perubahan

tingkah laku yang timbul akibat proses kematangan fisik, keadaan mabuk, lelah, dan jenuh

tidak dapat dipandang sebagai proses belajar. 3

2

Purwanto Ngalim, Psikologi Pendidikan, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya,1990), hal.60-61

3

(23)

14

Dari beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah segala

sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu yang mengarahkan

ke tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran.

2. Klasifikasi Motif-Motif

Para ahli psikologi berusaha menggolong-golongkan motif-motif yang ada dalam

diri manusia atau suatu organisme ke dalam beberapa golongan menurut pendapatnya

masing-masing

a. Sartain membagi motif-motif itu menjadi dua golongan sebagai berikut :

1) Psysiological drive

2) Social motives

Psysiological drive ialah dorongan-dorongan yang bersifat fisiologis atau jasmaniah, seperti lapar,haus, dan sebagainya. Sedangkan Social motives ialah dorongan-dorongan yang ada hubunganya dengan manusia yang lain dalam

masyarakat; seperti: dorongan estesis, dorongan ingin selalu berbuat baik (etika), dan

sebagainya. Tidak dapat kita ingkari bahwa yang kedua ini adalah timbul dan

berkembang karena adanya yang pertama. Jadi kedua golongan motif tersebut

berhubungan satu sama lain. Dapat pula dikatakan, bahwa golongan yang kedua

bersifat lebih tinggi daripada yang pertama.

b. Woodworth mengadakan klasifikasi motif-motif sebagai berikut:

(24)

15

2) Learned motives (motif-motif yang dipelajari)

Motif yang tidak dipelajari merupakan motif yang pokok, yang biasa disebut

drive (dorongan). Yang termasuk ke dalam Unlearned motives ialah motif-motif yang timbul yang disebabkan oleh kekurangan-kekurangan atau kebutuhan-kebutuhan

dalam tubuh, seperti: lapar, haus sakit, dan sebagainya yang semuanya itu

menimbulkan dorongan dalam diri untuk meminta supaya dipenuhi atau menjauhkan

diri daripadanya. Motif-motif pada seseorang itu berkembang melalui kematangan,

latihan, dan melalui belajar. Dengan melalui latihan dalam ehidupan sehari-hari, maka

unlearned motives pada seseorang makin berkembang dan mengalami perubahan-perubahan sebagai berikut :

a) Tujuan-tujuan dan motif-motif menjadi lebih khusus.

b) Motif-motif itu makin berkombinasi menjadi motif-motif yang lebih

kompleks.

c) Tujuan-tujuan perantara, dapat menjadi atau berubah menjadi tujuan yang

sebenarnya.

d) Motif-matif itu dapat timbul karena adanya perangsang-perangsang baru

(peangsang buatan): motif-motif wajar dapat berubah menjadi motif

bersyarat.4

4

(25)

16

3.Fungsi Motivasi

Motivasi belajar dianggap penting di dalam proses belajar dan pembelajaran dilihat

dari segi fungsi dan nilainya atau manfaatnya. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi

belajar mendorong timbulnya tingkah laku dan mempengaruhi serta mengubah tingkah

laku siswa. Fungsi motivasi dalam belajar yang akan diuraikan sebagai berikut:5

a. Motivasi itu mendorong manusia itu untuk berbuat atau bertindak. Motivasi itu

berfungsi sebagai penggerak atau sebagai motor yang memberikan energi (kekuatan)

kepada seseorang untuk melakukan suatu tugas.

b.Motivasi itu menentukan arah perbuatan. Yakni ke arah perwujudan suatu tujuan atau

cita-cita. Motivasi mencegah penyelewengan dari jalan yang harus ditempuh untuk

mencapai tujuan itu. Makin jelas tujuan itu makin, makin jelas pula terbentang jalan

yang ditempuh.

c. Motivasi itu menyeleksi perbuatan kita. Artinya menentukan perbuatan-perbuatan

mana yang harus dilakukan, yang serasi, guna mencapai tujuan itu dengan

menyampingkan perbuatan yang tak bermanfaat bagi tujuan itu.6

4.Tujuan Motivasi

Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan

atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauanya untuk melakukan

sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu. Bagi seorang

guru, tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau memacu para siswanya agar

5

Oemar hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), hal. 161

6

(26)

17

timbul keinginan dan kemauanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya sehingga

tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang diharapkan dan ditetapkan di dalam

kurikulum sekolah. Dari penjelasan diatas, jelas disebutkan bahwa setiap tindakan

motivasi mempunyai tujuan. Makin jelas tujuanya maka akan jelas pula tindakan

memotivasi itu dilakukan.

5.Teori Motivasi

a.Teori Hedonisme

Hedone adalah bahasa Yunani yang berarti kesukaan, kesenangan, atau kenikmatan. Hedonisme adalah suatu aliran di dalam filsafat yang memandanng bahwa tujuan hidup yang utama pada manusia adalah mencari kesenangan (hedone) yang

bersifat duniawi. Menurut pandangan hedoisme, manusia pada hakikatnya adalah

makhluk yang mementingkan kehidupan yangyang penuh kesenangan dan

kenikmatan. Oleh karena itu, setiap menghadapi persoalan yang perlu pemecahan,

manusia cenderung memilih alternatif pemecahan yang dapat mendatangkan

kesenangan daripada yang mengakibatkan kesukaran, kesulitan, penderitaan, dan

sebagainya.

Implikasi dari teori ini ialah adanya anggapan bahwa semua orang akan

cenderung menghindari hal-hal yang sulit dan menyusahkan, atau yang mengandung

resiko berat, dan lebih suka melakukan sesuatuyang mendatangkan kesenangan

baginya. Siswa di sebuah kelas merasa gembira dan bertepuk tangan mendengar

pengumuman dari kepala sekolah bahwa guru matematikanya tidak mengajar karena

(27)

18

b. Teori Naluri

Dalam diri manusia terdapat tiga dorongan nafsu pokok,yaitu:

1)Dorongan nafsu (naluri) mempertahankan diri.

2)Dorongan nafsu (naluri) mengembamgkan diri

3)Dorongan nafsu (naluri) mengembangkan atau mempertahankan jenis.

Dengan dimilikinya ketiga naluri pokok itu, maka kebiasaan-kebiasaan ataupun

tindakan dan tingkah laku manusia yang diperbuatnya sehari-hari mndapat dorongan

atau digerakkan oleh ketiga naluri tersebut. Oleh karena itu, menurut teori ini, untuk

memotivasi seseorang harus berdasarkan naluri mana yang akan dituju dan perlu

dikembangkan. Misalnya, seorang siswa terdorong untuk berkelahi karena sering

merasa dihinadan diejek teman-temanya karena ia diangap bodoh di kelasnya. (Naluri

mempertahankan diri). Agar siswa itu tidak berkembang menjadi anak yang nakal yang

suka berkelahi, maka perlu diberi motivasi, misalnya dengan menyediakan situasi yang

dapat mendorong anak itu menjadi rajin belajar sehingga dapat menyamai teman-teman

sekelasnya (naluri mengembangkan diri).

c. Teori Reaksi yang Dipelajari

Teori ini berpandangan bahwa tindakan atau perilaku manusia tidak berdasarkan

naluri-naluri, tetapi berdasarkan pola-pola tingkah laku yang dipelajari dari

kebudayaan di tempat orang itu hidup. Orang belajar paling banyak dari

lingkungankebudayaan di tempat ia hidup dan dibesarkan. Oleh karena itu, teori ini,

(28)

19

anak didiknya, pemimpin ataupun pendidik itu hendaknya mengetahui benar-benar

latar belakang kehidupan dan kebudayaan orang-orang yang dipimpinnya. Dengan

mengetahui latar belakang kebudayaan seseorang kita dapat mengetahui pola tingkah

lakunya dan dapat memahami pula mngapa ia bereaksi atau bersikap yang mungkin

berbeda dengan orang lain dalam menghadapi suatu masalah.

d. Teori Daya Pendorong

Teori ini merupakan perpaduan antara”teori naluri” dengan “teori reaksi yang

dipelajari”. Daya pendorong adalah semacam naluri, tetapi hanya suatu dorongan

kekuatan yang luas terhadap suatu arah umum. Misalnya, suatu daya pendorong pada

jenis kelamin lain. Semua orang dalam semua kebudayaan mempunyai daya

pendorong pada jrnis kelamin yang lain. Namun, dalam cara-cara yang digunakan

dalam mengejar kepuasan terhadap daya pendorong tersebut berlainan bagi setiap

individu menurut latar belakang kebudayaan masing-masing. Oleh karena itu, menuut

teori ini, apabila seorng pemimpin ataupun pendidik ingin memotivasi anak buah atau

anak didiknya, ia harus mendasarkanya atas daya pendorong, yaitu atas naluri dan juga

reaksi yang dipelajari dari kebudayaan lingkungan yang dimilikinya. Memotivasi anak

didik yang sejak kecil dibesarkan di Gunung kemungkinan besar akan sangat berbeda

dengan cara memberikan motivasi kepada anak yang dibesarkan di ota meskipun

masalah yang dihadapinya sama.

e. Teori Kebutuhan

Teori motivasi yang sekarang banyak dianut orang adalah teori kebutuhan. Teori

(29)

20

untuk memenuhi kebutuhanya, baik kebutuhan fisik maupun kebutuhab psikis. Oleh

karena itu, menurut teori ini,apabila seoang pemimpin atau pendidik

bermaksudmemberikan motivasi kepada seseorang, ia harus berusaha mengetahui

terlebih dahulu apa kebutuhan-kebutuhan orang yang akan dimotivasinya.

Dari beberapa teori motivasi yang diuraikan, kita mengetahui bahwa setiap teori

memiliki kelemahan dan kelebihan masing masing. Namun, jika dihubungkan dengan

manusia sebagai pribadi dalam kehidupanya sehari-hari, teori-teori motivasi yang telah

dikemukakan ternyata memiliki hubungan komplementer yang berarti saling

melengkapi satu sama lain. Oleh karena itu, di dalam penerapanya kita tidak perlu

terpaku atau hanya cenderung kepada salah satu teorinya saja.kita dapat mengambil

manfaat dari beberapa teori tersebut sesuai dengan situasi dan kondisi seseorang pada

saat kita melakukan tindakan motivasi. Pada umumnya motivasi intrinsik lebih kuat

dan lebih baik daripada motivasi ekstrinsik. Oleh karena itu, bangunlah motivasi

intrinsik pada anak-anak didik kita. Jangan hendaknya anak mau belajar dan bekerja

hanya karena rasa takut dimarahi, dihukum, mendapat angka merah, atau takut tidak

lulus dalam ujian.

Teori Abraham Maslow

Maslow mengemukakan adanya lima tingkatan kebutuhan pokok manusia.

Kelima tingkatan kebutuhan pokok inilah yang kemudian dijadikan pengertian kunci

dalam mempelajari motivasi manusia. Adapun kelima tingkatan kebutuhan pokok

(30)

21

Keterangan :

1) Kebutuhan fisiologi: Kebutuhan ini merupakan kebutuhan dasar, yang bersifat

dan vital, yang menyangkut fungsi-fungsi biologis dasar dari organisme

manusiaseperti kebutuhan akan pangan, sandang, dan papan.

2) Kebutuhan rasa aman, dan perlindungan, seperti jaminan keamananya,

terlindung dari bahaya dan ancaman penyakit, perang, kemiskinan, kelaparan,

tidak adail dsb.

3) Kebutuhan sosial yang meliputi antara lain kebutuhan akan dicintai,

diperhitungkan, sebagai pribadi yang diakui sebagai anggota kelompok, rasa

setia kawan, dan kesjasama.

4) Kebutuhan akan penghargaan, termasuk kebutuhan dihargai karena prestasi,

(31)

22

5) Kebutuhan akan aktualisasi diri, seperti antara lain kebutuhan mempertinggi

potensi-potensi yang dimiliki, pengembangan diri secara maksimal, kreativitas

dan ekspresi diri. 7

6. Ciri-Ciri Adanya Motivasi Belajar

Pendapat lain juga dikemukakan oleh Sardiman bahwa ciri-ciri motivasi yang ada

pada diri seseorang adalah:8

a. Tekun dalam menghadapi tugas atau dapat bekerja secara terus menerus dalam waktu

yang lama.

b. Ulet menghadapi kesulitan dan tidak mudah putus asa.

c. Tidak cepat puas atas prestasi yang diperoleh

d. Menunjukkan minat yang besar terhadap bermacam-macam masalah belajar.

e. Lebih suka bekerja sendiri dan tidak bergantung pada orang lain

f. Tidak cepat bosan dengan tugas-tugas rutin

g. Dapat mempertahankan pendapatnya

h. Tidak mudah melepaskan apa yang diyakini

i. Senang mencari dan memecahkan masalah

7

Purwanto Ngalim, Psikologi Pendidikan……..hal.70-78 8

(32)

23

7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Ada 6 faktor yang mempengaruhi motivasi belajar, yaitu:

a. Sikap

Sikap adalah kombinasi antara konsep, informasi, dan emosi yang menyebabkan

kecenderungan individu untuk mereaksi senang atau tida senang terhadap orang,

kelompok, ide, kejadian atau objek-objek tertentu.

b. Kebutuhan

Kebutuhan adalah suatu kondisi kekurangan yang mendorong individu untuk

melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan.

c. Rangsangan

Rangsangan adalah segala perubahan dalam persepsi atau pengalaman dalam

lingkungan yang menyebabkan individu menjadi aktif.

d. Emosi

Emosi, mengacu pada pengalaman individu selama proses belajar.

e. Kemampuan

Kemampuan, mengacu kepada kemampuan individu untuk merespon sebagai hasil

(33)

24

f. Penguatan

Penguatan adalah segala kegiatan yang memelihara dan meningkatkan

kemungkinan untuk merespon lebih lanjut.

8. Cara Membangkitkan Motivasi Belajar Siswa

a. Memberi Angka

Merupakan simbol dari kegiatan belajar, banyak siswa yang belajar hanya untuk

mendapatkan angka/nilai yang baik. Biasanya siswa yang dikejar adalah nilai ulangan

atau nilai-nilai dalam raport.

b. Hadiah

Hadiah juga dapat digunakan sebagai motivasi, tetapi tidak selalu demikian. Karena

hadiah untuk pekerjaan mungkin tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang

dan tidak berbakat dalam pekerjaan tersebut

c. Saingan/kompetisi

Persaingan dapat juga digunakan sebagai motivasi, baik persaingan individual atau

persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

d. Keterlibatan Diri

Keterlibatan diri ini menumbuhkan kesadaran pada siswa agar merasakan

pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga kerja keras dengan

mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang sangat

(34)

25

e. Memberi ulangan

Para siswa akan giat belajar apabila mengetahui akan adanya ulangan karena

ingin mendapatkan nilai yang baik.

f. Mengetahui hasil

Dengan mengetahui hasil apalagi terjadi kemajuan akan mendorong siswa untuk

giat belajar.

g. Pujian

Sebagai hadiah yang positif yang sekaligus memberikan motivasi yang baik.

h. Hukuman

Sebagai hadiah yang negative tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa

menjadi alat motivasi.

i. Hasrat untuk belajar

Berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar.

j. Minat

Motivasi muncul karena adanya kebutuhan, begitu juga minat sehingga tepatlah

kalau minat merupakan motivasi yang pokok, proses belajar itu akan berjalan lancar

(35)

26

k. Tujuan yang diakui

Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa akan merupakan alat

motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai,

karena dirasa sangat berguna dan menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk

terus belajar.9

9. Indikator Motivasi

Indikator motivasi ada 6 yaitu:

a. Mempunyai keinginan untuk berhasil.

b. Mempunyai dorongan dorongan belajar.

c. Mempunyai harapan untuk meraih cita-cita masa depan.

d. Adanya penghargaan dalam belajar.

e. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.

f. Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan seorang siswa

dapat belajar dengan baik.10

B. Media Kotak Nilai Bertingkat

1. Pengantar Media

a. Pengertian Media Pembelajaran

9

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,………., hal.93-95 10

(36)

27

Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah, berarti’tengah’,

„perantara’ atau „pengantar’. Dalam bahasa Arabmedia adalah perantara atau

pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Media adalah segala sesuatu

yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga

dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa

sedemikian rupa sehingga proses belajar mengajar terjadi.11

Menurut Gerlach dan Ely, media apabila dipahami secara garis besar adalah

manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu

memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini,guru, buku

teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara khusus, pengertian media

dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis,

photografis,atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali

informasi visual atau verbal.

Seringkali kata media pendidikan digunakan secara bergantian dengan istilah alat

bantu atau media komunikasi. Hamalik mengemukakan dimana ia melihat bahwa

hubungan komunikasi akan berjalan lancar dengan hasil yang maksimal apabila

menggunakan alat bantu yang disebut media komunikasi. Sementara itu, Gagne dan

Briggs secara implisit mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang

secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri antara

lain buku, tape recorder, kaset, video camera, video recorder, film, slide, foto, gambar,

grafik, televisi, dan komputer.

11

(37)

28

Dengan kata lain, media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang

mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa

untuk belajar. Di lain pihak, Natinal Education Association memberikan definisi

media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio-visual dan

peralatanya; dengan demikian, media dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, atau

dibaca. Dalam kegiatan belajar mengajar, sering pula pemakaian kata media

pembelajaran atau diganti dengan istilah-istilah seperti alat pandang dengar, bahan

pengajaran, komunikasi pandang-dengar, teknologi pendidikan, alat peraga, dan media

penjelas.

b. Landasan Teoritis Penggunaan Media Pendidikan

Pemerolehan pengetehuan dan keterampilan, perubahan-perubahan sikap dan

perilaku dapat terjadi karena interaksi antara pengalaman baru dan pengalaman yang

pernah dialami sebelumnya. Menurut Bruner ada tiga tingkatan utama modus belajar,

yaitu pengalaman langsung (enactive), pengalaman piktoriral atau gambar (iconic), dan pengalaman abstrak (symbolic). Pengalaman langsung adalah mengerjakan, misalnya arti kata „simpul’ dipahami dengan langsung membuat „simpul’. Pada

tingkatan kedua yang diberi label iconic (artinya gambar atau image), kata „simpul’

dipelajari dari gambar, lukisan,foto, atau film. Meskipun siswa belum pernah mengikat

tali untuk membuat „simpul’ meeka dapat mempelajari dan memahaminya dari

gambar, lukisan,foto, atau film.

Pada tingkatan simbol, siswa membaca (atau mendengar) kata „simpul’ dan

(38)

29

dengan pengalamanya membuat „simpul’. Ketiga tingkat pengalaman ini saling

berinteraksi dalam upaya memperoleh „pengalaman’ (pengetahuan, keterampilan, atau

sikap) yang baru. Tingkatan pengalaman pemerolehan hasil belajar seperti itu

digambarkan oleh Dale sebagai suatu proses komunikasi. Materi yang ingin

disampaikan dan diinginkan siswa dapat menuangkan pesan ke dalam simbol-simbol

tertentu (ecoding) dan siswa sebagai penerima menafsirkan simbol-simbol tersebut sehingga dipahami sebagai pesan (decoding).

Cara pengolahanya pesan oleh guru dan murid dapat digambarkan sebagai

berikut:12

Pesan diproduksi dengan: Pesan dicerna dan diinterprestasi dengan:

Berbicara, menyanyi, Mendengarkan

Memainkan alat music,dsb;

Memvisualisasikan melalui Mengamati

Film, foto, lukisan, gambar,

Model, patung, grafik, kartun,

Gerakan nonverbal

Menulis atau mengarang Membaca

Gambar 2.1 Pesan Dalam Komunikasi

12

(39)

30

Salah satu gambaran yang paling banyak dijadikan acuan sebagai landasan teori

penggunaan media dalam proses belajar adalah Dale’s Cone of Experience (Kerucut

Pengalaman Dale). Kerucut ini merupakan elaborasi yang rinci dari konsep tiga

tingkatan pengalaman yang dikemukakan oleh Bruner sebagaimana diuraikan

sebelumnya. Hasil belajar seseorang diperoleh mulai dari pengalaman langsung

(konkret), kenyataan yang ada di lingkungan kehidupan seseorang kemudian melalui

benda tiruan, sampai kepada lambang verbal (abstrak). Semakin ke atas di puncak

kerucut semakin abstrak media penyampaian pesan itu.

Urutan-urutan ini tidak berarti proses belajar dan interaksi mengajar harus selalu

dimulai dari pengalaman langsung, tetapi dimulai dengan jenis pengalaman langsung,

tetapi dimulai dengan jenis pengalaman yang paling sesuai dengan kebutuhan dan

kemampuan kelompok siswa yang dihadapi dengan mempertimbangkan situasi

belajarnya.

c. Ciri-Ciri Media Pendidikan

Gerach dan Ely mengemukakan tiga ciri media yang merupakan petunjuk

mengapa media digunakan dan apa-apa saja yang dapat dilakukan oleh media yang

mungkin guru tidak mampu (kurang efisien) melakukanya.

1)Ciri Fiksatif (Fixative Property)

Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan,

melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau objek. Suatu peristiwa atau

objek yang telah diurut dan disusun kembali dengan media sepertti fotografi, video,

(40)

31

gambarnya (direkam) dengan kamera atau video kamera dengan mudah dapat

direproduksi dengan mudah kapan saja diperlukan. Dengan ciri fiktatif ini, media

memungkinkan suatu rekaman kejadian atau objek yang tejadi pada satu waktu

trtentu ditransporsikan tanpa mengenal waktu.

Ciri ini amat penting bagi guru karena kejadian-kejadian atau objek yang telah

direkam atau disimpan dengan format media yang ada dapat digunakan setiap saat.

Peristiwa yang kejadianya hanya sekali (dalam satu dekade atau satu abad) dapat

diabaikan dan disusun kembali untuk keperluan pembelajaran. Prosedur

laboratorium yang rumit dapat direkam dan diatur untuk kemudian direproduksi

berapa kali pun pada saat diperlukan. Demikian pula kegiatan siswa dapat direkam

untuk kemudian dianalisis dan dikritik oleh siswa sejawat baik secara perorangan

maupun kelompok.

2)Ciri Manipulasi

Transformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena media memiliki

ciri manipulatif. Kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat disajikan kepada

siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknik pengambilan gambar time-lapse recording. Misalnya, bagaimana proses larva menjadi kepompongkemudizn menjzdi kupu-kupu dapat dipercepat dengan teknik rekaman fotografi tersebut. Di

samping dapat dipercepat, suatu kejadian dapat pula diperlambat pada saat yang

menayangkan kembali hasil suatu rekaman video. Pada rekaman gambar hidup

(41)

32

Media menampilkan bagian-bagian penting atau utama dari ceramah, pidato,

atau urutan suatu kejadian dengan memotong bagian-bagian yang tidak diperlukan.

Kemampuan media dari ciri manipulasi memerlukan perhatian sungguh-sungguh

karena apabila terjadi kesalahan dalam pengaturan kembali urutan kejadian

ataupemotongan bagian-bagian yang salah, maka akan terjadi pula kesalahan

penafsiran yang tentu saja akan membingungkan dan bahkan menyesatkan

sehinggga dapat megubah sikap mereka ke arah yang tidak diinginkan.

3)Ciri Distributif (Distributive Property)

Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau kejadian

ditransportasikan melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan

kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama

mengenai kejaddian itu. Dewasa ini, distribusi media tidak hanya terbatas pada satu

kelas atau beberapa kelas pada sekolah-sekolah di dalam suatu wilayah tertentu,

tetapi juga media itu misalnya rekaman video, audio, disket komputer dapat disebar

ke penjuru tempat yang diinginkan kapan saja.

Sekali informasi direkam dalam format media apa saja, ia dapat direproduksi

seberapa kali pun dan siap digunakan secara berulang-ulang di suatu tempat.

Konsistensi informasi yang telah direkam akan terjamin sama atau hampir sama

dengan aslinya.

d.Fungsi Media Pembelajaran

Levie dan Lentz mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya

(42)

33

1) Fungsi Atensi

Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan

perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan

makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran. Seringkali

pada awal pelajaran siswa tidak tertarik dengan materi pelajaran atau mata pelajaran

itu merupakan salah satu mata pelajaran yang tidak disenangi oleh mereka sehingga

mereka tidak memperhatikan. Media gambar yang diproyeksikan melalui overhead

projector dapat menenangkan dan mengarahkan perhatian mereka kepada pelajaran yang akan mereka terima. Dengan demikian, kemungkinan untuk memperoleh dan

mengigat isi pelajaran semakin besar.

2) Fungsi Afektif

Media visual bisa terlihat dari tingkat kenikmatan siswa kektika belajar teks

yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi yang

menyangkut masalah social atau ras.

3) Fungsi Kognitif

Media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan

bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk

memahami dan mengingat informasi atua pesan yang terkandung dalam gambar.

4) Fungsi Kompensatori

Media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang

(43)

34

membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya

kembali. Dengan kata lain, media pembelajaran berfungsi untuk

mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi

pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal.

e. Manfaat Media Pembelajaran

Dari beberapa pendapat para ahli, dapat disimpulkan beberapa manfaat praktis

dari penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar, sebagai berikut:

1) Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat

memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.

2) Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga

dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan

lingkunganya, dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan

kemampuan dan minatnya.

3) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu;

a) Objek atau benda yang terlalu besar untuk ditampilkan langsung di ruan kelas dapat

diganti dengan gambar, foto, slide, realita, film, radio, atau model.

b) Objek atau benda yang terlalu kecil yang tidak tampak oleh indera dapat disajikan

dengan bantuan mikroskop, film, slide, atau gambar.

c) Kejadian langka yang terjadi di masa lalu atau terjadi sekali dalam puluhan tahun

dapat ditampilkan melalui rekaman video, film, foto, slide di samping secara

(44)

35

d) Objek atau proses yang amat rumit seperti peredaran darah dapat ditampilkan

secara konkret melalui film, gambar, slide, atau similasi computer.

e) Kejadian atau percabaan yang dapat membahayakan dapat distimulasikan dengan

media seperti computer film, dan video.

f) Peristiwa alam seperti terjadinya letusan gunung berapi atau proses dalam

kenyataan memakan waktu lama seperti proses kepompong menjadi kupu-kupu

dapat disajikan dengan teknik-teknik rekaman seperti time-lapse untuk film, video, slide, atau simulasi computer.

4) Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang

peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi

langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkunganya misalnya melalui karyawisata,

kunjungan-kunjungan ke museum atau kebun binatang.13

2.Media Kotak Nilai Bertingkat

a. Pengertian media Kotak Nilai Bertingkat

Media Kotak Nilai Bertingkat yaitu media pembelajaran yang terdiri dari

kotak-kotak yang dirangkai diatas kertas karton yang didalam kotak-kotak tersebut terdapat

soal-soal yng berbeda tingkat kesulitanya dan didepanya terdapat nilai yang sesuai dengan

tingkat kesulitan masing-masing soal.bagian depan diberi gambar dengan tema

Penyajian dengan menggunakan media kotak nilai bertingkat sangat menguntungkan

untuk menarik perhatian anak-anak sehingga anak-anak menjadi termotivasi untuk

mengikuti pembelajaran. Selain itu anak-anak akan merasa senang karena anak-anak

13

(45)

36

diajak untuk belajar dan bermain maka suasana pembelajaran akan menjadi

menyenangkan dan anak tidak akan merasa cepat bosan.

b. Alat-alat untuk membuat media Kotak Nilai Bertingkat

Alat-alat yang digunakan untuk membuat media Kotak Nilai Bertingkat, yaitu:

1) Kertas Origami

2) Lem alteco

3) Kertas Hias Kuning

4) Kardus

5) Cutter

6) Alat bantu lain, yang diperlukan seperti double tape, gunting, dan lain-lain c.Langkah-Langkah Pembuatan

1) Siapkan alat-alat yang dibutuhkan.

2) Ambil kertas origami bentuk menjadi persegi dengan cara melipat sebanyak 10

buah

3) Kardus diambil bagian tengah

4) Lubangi kardus sesuai ukuran kotak yang telah dibuat

5) Alasi kardus yang telah dilubangi dengan kertas hias warna kuning

6) Tempelkan poin atau nilai di bagian depan kotak.

7) Isi setiap kotak dengan satu soal

8) Di depan kotak berilah nilai yang sesuai dengan tingkat kesulitan soal.

9) Hias kertas kardus dengan bentuk-bentuk bintang atau bunga agar lebih menarik.

d.Langkah-Langkah penggunaan

(46)

37

1) Siswa dibagi menjadi 4-5 kelompok

2) Setiap kelompok memilih anggota yang bermain pertama, kedua dan selanjutnya

3) Anggota yang dipilih berdiri ditempatnya masing-masing

4) Masing-masing siswa memilih kotak yang berisi soal dan nilai

5) Jika siswa dapat menjawab soal dalam kotak maka nilai yang ada di kotak

menjadi miliknya

6) Setiap siswa akan mendapatkan satu soal yang berbeda

7) Jika setiap siswa sudah menjawab maka kelompok akan berebutan untuk

mendapatkan nilai dari kotak tersebut.

8) Nilai kelompok yang tertinggi akan mendapatkan reward dari guru. 3.Kelebihan dan kekurangan media Kotak Nilai Bertingkat

a. Kelebihan

1) Lebih menarik perhatian siswa.

2) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama denagan siswa

lain.

3) Siswa dapat menguasai pelajaran yang disampaikan.

4) Dalam proses belajar mengajar siswa saling ketergantungan positif

5) Setiap siswa dapat saling mengisi satu sama lain.

6) Siswa tidak mudah bosan sehingga dapat mengikuti pembelajaran dengan baik.

7) Media Kotak Nilai Bertingkat yang telah digunakan dapat disimpan dengan baik,

dan dapat dipakai lagi berulang-ulang. .

(47)

38

9) Dapat digunakan di dalam ruangan atau luar ruangan.

10) Menghemat waktu guru untuk tidak menulis di papan tulis.

11) Sesuai untuk pembelajaran dalam kelas besar.

b. Kekurangan

1) Membutuhkan waktu, tenaga, dan biaya yang lebih untuk mempersiapkan media

dalam melaksanakan pembelajaran.

2) Terbatasnya keahlian dalam membuat media pembelajaran tersebut.

3) Dalam pembelajaran dibutuhkan waktu yang lama.

C. Mata Pelajaran IPA di Madrasah Ibtidaiyah

1. Definisi Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pengetahuanatau sains

yang semula berasal dari bahasa Inggris „science’. Kata „science’ sendiri berasal dari kata

dalam Bahasa Latin „scientia’ yang berarti saya tahu.’Science’ terdiri dari social sciences

(ilmu pengetahuan social) dan natural science (ilmu pengetahuan alam). Namun, dalam

perkembnaganya science yang diterjemahkan sebagai sains yang berartiIlmu Pengetahuan

Alam (IPA) saja, walaupun pengertian ini kurang sesuai dan bertentangan dengan

etimologi. Untuk itu, dalam hal ini tetap menggunakan istilah IPA menunjuk pada

pengertian sains yang kaprah yang berarti natural science.14

Sains atau IPA adalah suatu cara untuk mempelajari aspek-aspek tertentu dari alam

secara terorganir , sistematik, dan melalui metode-metode saintifikyang terbakukan. Ruang

lingkup sains terbatas pada hal-hal yang dapat dipahami oleh indra (penglihatan, sentuhan,

pendengaran, rabaan,dan pengecapan). Sedangkan, yang disebut metode saintifik adalah

14

(48)

39

langkah-langkah yang tersusun secara sistematik untuk memperoleh suatu kesimpulan

ilmiah.15

2.Hakikat Penbelajaran IPA

a. Belajar Mengajar IPA

Pendekatan belajar mengajar yang paling cocok dan paling efektif untuk

pembelajara IPA adalah pendekatan yang mencakup kesesuaian antara situasi belajar

anak dengan situasi kehidupan yang nyata di masyarakat. Selanjutnya menemukan

ciri-ciri esensial dari situasi kehidupan yang berbeda-beda akan meningkatkan kemampuan

menalar, dan berpikir kreatif pada anak didik. Model belajar yang cocok untuk anak

Indonesia adalah belajar melalui pengalaman langsung (Learning by doing). Model belajar ini memperkuat daya ingat anak dan biayanya sangat murah sebab menggunakan

alat-alat dan media belajar yang ada di lingkungan anak sendiri.

Dikutip oleh Tisno Hadisubroto dalam bukunya Pembelajaran IPA Sekolah

Dasar, Piaget mengatakan bahwa pengalaman langsung yang memegang peranan

penting sebagai pendorong lajunya perkembangan kognitif anak. Pengalaman langsung

anak secara spontan dari kecil (sejaklahir) sampai berumur 12 tahun. Efesiensi

pengalaman langsung pada anak tergantung pada konsistensi antara hubungan metode

dan objek yang dengan tingkat perkembangan kognitif anak. Anak akan siap untuk

mengembangkan konsep tertentu hanya bila ia telah memiliki struktur kognitif

(skemata) yang menjadi prasyaratnya yakni perkembangan kognitif yang bersifat

hirarkhis dan integrative.

15

(49)

40

b. Tujuan Kurikuler Pembelajaran IPA

Berbagai alasan yang menyebabkan mta pelajaran IPA dimasukkan di dalam

suatu kurikulum sekolah yaitu : (1) Bahwa IPA berfaedah bagi suatu bangsa, kiranya hal

itu tidak perlju dipersoalkan panjang lebar. Kesejahteraan materil suatu bangsa banyak

sekali tergantung pada kemampuan bangsa itu dalam bidang IPA, sebab IPA merupakan

dasar teknologi, dan disebut-sebut sebagai tulang punggung pembangunan. Pengetahuan

dasar untuk teknologi adalah IPA. Orang tidak menjadi insiyur elektronika yang baik,

atau dokter yang baik, tanpa dasar yang cukup luas mengenai ilmu pengetahuanalam,(2)

Bila diajarkan IPA menurut cara yang tepat, maka IPA merupakan suatu mata

pelajaranyang melatih atau mengembangkan kemampuan berpikir kritis; misalnya IPA

diajarkan dengan mengikuti metode “menemukan sendiri”. Sebagai contoh hal berikut

ini: “Dapatkah tumbuhan hidup tanpa daun?” Anak diminta untuk mencari dan

menyelidiki hal ini, (3) Bila IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilakukan

sendiri oleh anak, maka IPA tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hafaaln

belaka, (4) Mata pelajaran IPA mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu dapat

membentuk kepribadian anak secara keseluruhan.

Aplikasi teori perkembangan kognitif pada pendidika IPA adalah sebagai berikut:

1) Konsep IPA dapat berkembang baik, hanya bila pengalaman langsung mendahului

pengenalan generalisasi-generalisasiabstrk. Metode seperti ini berlawanan dengan

metode tradisional, dimana konsep IPA diperkenalkan secara verbal saja.

(50)

41

a) Eksplorasi, yaitu kegiatan dimana anak mengalami atau mengindra objek secara

langsung. Pada langkah ini anak memperoleh informasi baru yang adakalanya

bertentangan dengan konsep yang telah dimiliki.

b) Generalisasi, yaitu menarik kesimpulan dari beberapa informasi (pengalaman)

yang tampaknya bertentangan dengan yang telah dimiliki anak.

c) Deduksi, yaitu mengaplikasikan konsep baru (generalisasi) itu pada situasi dan

kondisi baru.

Proses berpikir berkembang melalui tahap-tahap daur belajar ini mendorong

perkembangan berpikir sietiko-dedukatif, yakni anak dapat menganalisisi objek IPA

dari pemahaman umum hingga pemahaman khusus.

Ciri-ciri masing-masing tahap dapat digambarkan dibawah ini :

a) Tahap Eksplorasi: merupakan awal dari daur belajar. Dalam tahap ini guru

berperan tidak langsung. Guru merupakan pengamat yang memiliki

pertanyaan-pertanyaan dan membantu individu murid maupun kelompok. Peranan murid

dalam tahap ini sangat aktif. Mereka memanipulasi materi yang diajarkan.

b) Tahap pengenalan konsep : Dalam tahap ini guru berperan lebih tradisional. Guru

mengumpulkan informasi dari murid-murid yang berkaitan dengan pengalaman

mereka bereksplorasi. Bagian ini merupakan waktu untuk menyusun

perbendaharaan kata, materi-materi seperti buku, alat pandang dengar dan materi

(51)

42

c) Tahap penerapan konsep: pada bagian ini guru mempunyai situasi atau masalah

yang dapat dipecahkan berdasarkan pengalaman eksplorasi sebelum pengenalan

konsep. Seperti hal lainnya pada tahap eksplorasi murid-murid terlibat dalam

berbagai kegiatan.16

IPA sebagai disiplin ilmu dan penerapanya dalam masyarakat membuat

pendidikan IPA menjadi penting, tetapi struktur kognitif anak-anak tidak dapat

dibandingkan dengan struktur kognitif ilmuwan, pada hal mereka perlu diberikan

kesempatan untuk berlatih keterampilan-keterampilan proses IPA dan yang perlu

dimidifikasikan sesuai dengan tahap perkembangan kognitifnya.

Keterampilan proses sains didefisinisikan ole Paolo dan Marten (dalam buku

yang dikarang oleh Carin) adalah : (1) mengamati, (2) mencoba memahami apa yang

diamati, (3) mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang terjadi,

(4) menguji ramalan-ramalan di bawah kondisi-kondisi untuk melihat apakah

ramalan tersebut benar. Selanjutnya Paolo dan Marten juga menegaskan bahwa

dalam IPA tercakup juga coba-coba dan melakukan kesalahan, gagal dan mencoba

lagi. Ilmu pengetahuan alam tidak menyediakan semua jawaban untuk semua

masalah yang kita ajukan. Dalam IPA anak-anak dan kita harus tetap bersikap

skeptic sehingga kita selalu siap memodifikasi model-model yang kita punyai tentang

alam ini sejalan dengan penemuan-penemuan baru yang kita dapatkan.

Setiap guru harus memahami akan alasan mengapa suatu mata pelajaran yang

diajarkan perlu diajarkan di sekolahnya. Demikian pula halnya dengan guru IPA,

16

(52)

43

baik sebagai guru mata pelajaran maupun sebagai guru kelas, seperti halnya di

sekolah dasar .

D. Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Menggunakan Media Kotak Nilai Bertingkat

Dalam belajar motivasi sangat penting, motivasi adalah syarat mutlak untuk belajar. Di

sekolah seringkali terdapat anak yang malas, tidak menyenangkan, suka membolos, dan

sebagainya. Dalam demikian berarti bahwa guru tidak berhasil memberikan motivasi yang

tepat untuk mendorong agar ia bekerja dengan segenap tenaga dan pikiranya. Banyak bakat

anak tidak berkembang karena tidak diperolehnya motivasi yang tepat. Jika seseorang

mendapat motivasi yang tepat, maka akan menciptakan sebuah kekuatan yang luar biasa,

sehingga akan tercapai hasil-hasil yang semula tidak terduga

Media Kotak Nilai Bertingkat juga dapat memacu siswa agar saling mendorong dan

membantu satu sama lain untuk menguasai konsep yang diajarkan oleh guru. Dalam

penggunaan media Kotak Nilai Bertingkat, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok,

masing-masing kelompok beranggotakan 4 atau 5 orang yang beragam kemampuanya, jenis

kelamin, dan sukunya. Guru memberikan suatu pelajaran dan siswa-siswi di dalam

kelompok memastikan bahwa semua anggota kelompok itu bisa menguasai pelajaran.

Dengan menggunakan Media Kotak Nilai Bertingkat semua siswa menjalani kuis secara

individu tentang materi tersebut, setiap siswa akan memilih kotak yang memiliki nilai dan

siswa yang menjawab pertanyaan dengan benar maka nilai yang dipilih akan menjadi

miliknya, pada saat itu mereka memperebutkan nilai yang ada dalam kotak tersebut.

(53)

44

Dari penelitian terdahulu yang diteliti oleh Agus Imam dari Universitas Negeri

Yogyakarta dengan judul penelitian peningkatan motivasi belajar siswa menggunakan media

visual (kotak nilai bertingkat) mata pelajaran IPA kelas III SDN Donokerto Turi.

Berdasarkan hasil penelitian melalui analisis dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa

penggunakan media pembelajaran visual dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas III SD Negeri Donokerto. Peningkatan

motivasi belajar siswa ditandai dengan peningkatan persentase aspek-aspek motivasi melalui

observasi selama dua siklus, yaitu aspek perhatian meningkat 19.44% dari 63.89% pada

siklus I menjadi 83.33% pada siklus II, aspek minat meningkat 14.59% dari 58.33% pada

siklus I menjadi 72.92% pada siklus II, aspek kemauan meningkat 11.66% dari 63.33% pada

siklus I menjadi 74.99% pada siklus II, dan aspek ketekunan meningkat 10.42% dari 60.41%

pada siklus I menjadi 70.83% pada siklus II. Hasil rerata peningkatan motivasi belajar dari

siklus I ke siklus II mengalami kenaikan sebesar 14.03%, yaitu dari 61.49% pada siklus I

meningkat menjadi 75.52% pada siklus II. Peningkatan motivasi belajar siswa juga

ditunjukkan dengan adanya perubahan sikap siswa yang lebih baik pada saat mengikuti

pembelajaran IPA.

Siswa memiliki semangat belajar lebih besar dari pada sebelumnya. Siswa lebih aktif

dan antusias mengikuti pembelajaran serta mampu memusatkan perhatian terhadap materi

pembelajaran. Siswa lebih disiplin dalam mengikuti pembelajaran IPA, tekun menghadapi

tugas-tugas yang diberikan guru, mampu menyelesaikan tugas tepat waktu, dan tidak ada

(54)

BAB III

METODE DAN RENCANA PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian yang berjudul “Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Mata Pelajaran IPA

Materi Sistem Pernafasan dengan Menggunakan Media Kotak Nilai Bertingkat Kelas V MI

Mamba’ul Ulum Corogo Jogoroto Jombang ” ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas

(PTK) yang bermakna penelitian yang didesain untuk membantu guru mengetahui apa yang

sebenarnya terjadi di dalam kelas. Informasi ini bermanfaat sebagai bahan pertimbangan

guru dalam mengambil keputusan yang bijak untuk menentukan metode yang tepat untuk

digunakan dalam proses pembelajaran demi peningkatan profesionalitas guru, prestasi siswa,

kelas dan sekolah secara keseluruhan.

Penelitian tindakan kelas ini memadukan antara penelitian kualitatif dan kuantitatif.

Termasuk penelitian kualitatif karena peneliti sendiri yang menjadi instrumen utama, terjun

ke lapangan serta berusaha sendiri mengumpulkan informasi melalui pengamatan dan

wawancara. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data berupa informasi

berbentuk kalimat yang memberikan gambaran tentang suasana pembelajaran. Penelitian

kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang

dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dll, secara

holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa.1 Data ini berupa

lembar pengamatan aktivitas siswa, lembar pengamatan aktivitas guru, wawancara pada

beberapa siswa dan guru . Sedangkan penelitian kuantitatif adalah penelitian yang

1

(55)

46

menggunakan data berupa angka-angka sebagai alat untuk menemukan keterangan

mengenai apa yang ingin kita ketahui.

Untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam proses pembelajaran di kelas,

dideskripsikan suatu metode yang dilaksanakan untuk mengatasi masalah. Penelitian

dilakukan secara sistematis dengan menguraikan hasil dan langkah-langkah tindakan yang

akan dilakukan. Hasil dari tindakan akan dianalisis untuk mengetahui efek dari tindakan

yang telah dilaksanakan.

Tindakan yang diambil dalam penelitian ini berupa pelaksanaan media Kotak Nilai

Bertingkat untuk mengatasi rendahnya motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA.

Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK) ini menggunakan model Kurt Lewin.

Yang menyatakan bahwa satu siklus terdiri dari empat langkah pokok yaitu:2

1. Planning (perencanaan) 2. Acting (tindakan) 3. Observing (observasi) 4. Reflecting (refleksi)

2

Gambar

Gambar 2.1 Pesan Dalam Komunikasi
Gambar 3.1. Prosedur Model PTK Kurt Lewin
Tabel 3.1 Pedoman Skor Angket Motivasi Belajar
  Tabel 3.3
+3

Referensi

Dokumen terkait

Di suatu akhir periode akuntansi perusahaan ada dua hasil yang sering terjadi, yaitu laba atau rugi. Laporan Laba-Rugi adalah suatu bentuk laporan.. keuangan

4.1 Menentukan suku ke-n barisan dan jumlah n suku deret aritmetika dan geometri 4.2 Merancang model matematika dari masalah. yang berkaitan dengan deret 4.3 Menyelesaikan

Dan kepada semua pihak orang dekat saya, yang tidak menyangkut dalam penulisan skripsi ini, tetapi mereka memberikan dukungan dan motivasi untuk dapat

Pada gambar 3.1 terdapat sketsa halaman menu utama media pembelajaran yang teridiri dari judul media pembelajaran, tombol profile, tombpl standar, tombol materi, tombol evaluasi

gerakan lengan manusia, pengontrolannya pun di buat dengan potensiometer yang diletakkan pada setiap sendi-sendi pada lengan dan jari-jari manusia dengan cara membuat pengendali

Nama Obyek : Nama objek dari Skripsi Studio Desain Komunikasi Visual ini adalah “Desain Komunikasi Visual Sebagai Media Sosialisasi Air Terjun Blemantung di Pujungan” yang

Tetapi memang tidak banyak orang yang menyetujui seorang perempuan menjadi “wanita karier” karena gila bekerja.. Ini memang masih menjadi pro dan kontra di

menggunakan bahan bakar bensin adalah karena heating value dari etanol yang.. lebih rendah dibandingkan