40 BAB V
DINAMIKA POLITIK FRONT NATIONAL DALAM PEMILU PRESIDEN PRANCIS TAHUN 2007 DAN 2012
Dalam bab ini akan dipaparkan dua penjelasan, yaitu dinamika FN pada masa pemilu Presiden Prancis 2007 dan kondisi politik-ekonomi-sosial yang terjadi sepanjang masa pemerintahan Chirac. Dinamika tersebut yang dipengaruhi oleh identitas FN digambarkan dengan analisis pengaruh identitas corporate (ideologi partai dan pemimpin partai) yang ada
pada masa ini terhadap identitas social FN (hasil pemilu dan sumber dukungan suara). Pembentukan identitas social FN membutuhkan interaksi sosial pada prosesnya, yang mana interaksi sosial ini digambarkan oleh masa kampanye FN. Pada masa kampanye, kondisi politik-ekonomi-sosial mempengaruhi pengambilan rencana maupun manifesto politik oleh kandidat FN serta penentuan pilihan oleh para pemilih.
5.1 Dinamika FN: Masa Pemilu Presiden 2007
Dalam sub-bab ini penjelasan dinamika FN akan dijelaskan melalui masa pemilu Presiden 2007 yang meliputi masa kampanye, hasil pemilu Presiden 2007, serta sumber dukungan pemilu. Masa kampanye sendiri dihitung semenjak FN mengeluarkan pernyataan bahwa FN telah memilih kandidat Presidennya. Dalam masa kampanye sikap dan keputusan-keputusan FN akan muncul sebagai tanggapan atas isu maupun kondisi politik-ekonomi-sosial yang ada pada masa itu. Lalu sebagai hasil dari interaksi sosial tersebut, hasil pemilu akan muncul untuk menjadi tanda pencapaian FN. Selain itu, sumber dukungan yang muncul pula dari hasil interaksi tersebut juga menjadi tanda pencapaian kepentingan FN.
5.1.1 Masa Kampanye Pemilu Prancis 2007
41
Di sini peran pemimpin partai menjadi sangat penting sebagai identitas corporate FN. Hal itu dikarenakan kemampuan pemimpin partai dalam menentukan retorika partai dan agenda kerja, yang mana kedua hal itu mempengaruhi gambaran utuh FN. Jean-Marie Le Pen, pemimpin FN yang menjadi kandidat calon Presiden Prancis dari FN, menyatakan agenda kerjanya yang mencakup sektor imigrasi, keamanan, kesehatan, keluarga, pendidikan, agrikultur, pertahanan, ekonomi dan perpajakan, lingkungan, transportasi, dan Eropa.
Dari sekian banyak sektor yang dicakup, FN memfokuskan kampanye mereka pada sektor imigrasi, ekonomi, dan law & order. Pada sektor imigrasi Le Pen menyatakan bahwa ia akan memberhentikan benefits1 yang selama ini didapatkan oleh para imigran di Prancis dan hanya akan memberikan benefits tersebut bagi warga asli Prancis, pengurangan masa ijin tinggal
bagi imigran dari 10 tahun menjadi tiga tahun, pengetatan batas-batas negara dalam bidang imigrasi dan pemulangan para kriminal asing ke negara asal mereka. Le Pen menyatakan bahwa imigran dianggap menjadi salah satu pertanda lemahnya batas-batas negara yang dikaitkan dengan premis melemahnya kedaulatan Prancis. Pada situs web kampanyenya, Jean-Marie Le Pen menyatakan:
“À l'origine de la plupart des maux dont souffre notre pays, la politique d'immigration
menée depuis plus de trente ans par les gouvernements successifs a été constamment dénoncée par le Front National qui, dès sa création, a proposé toute une série de mesures qui n'ont en aucune manière cessé d'être d'actualité, et constituent l'un des fondamentaux de notre projet global.”
“Sebagai asal-usul banyaknya kejahatan di negara kami, kebijakan imigrasi yang diberlakukan oleh pemerintah yang sedang menjabat dalam kurun waktu lebih dari 30 tahun telah selalu dicela oleh Front National, yang sejak awal telah mengajukan serangkaian tindakan yang sama sekali tidak menjadi aktual, dan membentuk salah satu dasar dari keseluruhan proyek kami.”
Selain itu, ia juga menyatakan:
“Aujourd'hui, les Français s'endettent pour financer des prestations sociales visant à
répondre à la « misère du monde », avec pour conséquence les déficits permanents des comptes sociaux et les 2 000 milliards d'Euros de dette publique qui menacent, à court terme, de faillite la Nation.”
“Saat ini, orang-orang Prancis telah berhutang untuk membiayai tunjangan sosial dalam rangka memenuhi "kesengsaraan dunia", yang mengakibatkan defisit permanen akun sosial dan hutang publik yang sangat banyak yaitu 2.000 miliar euro, yang dalam jangka pendek, menyebabkan kebangkrutan negara.”
1
42
Sedangkan pada sektor law & order, Le Pen menyatakan bahwa ia berjanji akan membangun 75.000 penjara tambahan dan memperkuat satuan kepolisian Prancis. FN menganggap bahwa law & order di Prancis semakin buruk dilihat dari tren jumlah pelaku kriminal yang meningkat dari masa ke masa. Dikuti dari laman website Vie Publique, Le Pen dalam pidato penyampaian agenda kerja pada Maret 2007 menyatakan bahwa:
“Les moyens donnés à la police et à la justice aujourd'hui en France sont notablement insuffisants. Le gouvernement actuel, surtout son ministre de l'Intérieur, a fait de nombreuses promesses pour améliorer cette situation : quasiment aucune n'a été tenue. Le constat est préoccupant.”
“Cara yang dilakukan oleh polisi serta sistem peradilan di Prancis dianggap tidak memadai. Pemerintahan saat ini, khususnya Kementerian Dalam Negeri, telah bejanji untuk memperbaiki kondisi ini: tapi tidak ada yang tercapai. Kondisi ini sangat mengkhawatirkan.”
Pada sektor ekonomi Le Pen berjanji akan mengkaji ulang sistem pensiun dan masa aktif kerja, mengentaskan masalah pengangguran, mengurangi pajak, serta memberikan perlindungan khusus terhadap pekerja dan bisnis domestik. Langkah tersebut diambil dengan menyalahkan pemerintah Chirac yang dianggap tidak berhasil menyelesaikan permasalahan ekonomi Prancis. Dalam pidatonya Le Pen menyatakan:
“Enfin, le syndicalisme français, dévoyé et moribond, est quant à lui une des causes du blocage de notre économie et un des obstacles majeurs aux réformes nécessaires de la société française.”
“Akhirnya, syndicalisme di Prancis, yang tersesat dan hamper mati, merupakan sebab dari terhalangnya perekonomian serta sebuah rintangan besar untuk melalukan reformasi yang dibutuhkan demi masyarakat Prancis.”
Kampanye-kampanye tersebut merupakan bentuk respon FN terhadap kondisi politik-ekonomi-sosial yang terjadi sepanjang masa pemerintahan Chirac.
Identitas corporate FN yaitu pemimpin partai serta ideologi konservatisme, ultra-nasionalis, dan xenofobia mempengaruhi pembentukan retorika partai. Dengan kampanye “menghentikan kontribusi bantuan sosial dari pemerintah bagi migran dan mengkhususkan kontribusi tersebut hanya bagi warga negara Prancis” Jean-Marie Le Pen, yang dikenal luas
sebagai politikus yang rasis dan anti-semit, mengindikasikan sikap kebencian terhadap migran karena dianggap sebagai penyebab bengkaknya pengeluaran negara yang mana menjadi sebab
tingginya defisit negara serta perlambatan pertumbuhan GDP Prancis.
43
kemunculan agenda FN untuk membangun lebih banyak penjara dan memperkuat satuan kepolisian dipengaruhi oleh fakta yang menunjukkan tren kenaikan angka kriminal serta ideologi konservatif FN. Ideologi konservatif FN menyatakan bahwa pemimpin maupun pemerintah yang kuat penting adanya demi terciptanya kesejahteraan negara (Davies, 1999: 29). Tren kenaikan angka kriminalitas kemudian dianggap sebagai tanda lemahnya otoritas pemerintah dalam menegakkan law & order, yang mana proposal agenda kerja FN menunjukkan upaya penguatan kekuatan pemerintah dalam menjaga sistem law & order.
Walaupun secara garis besar FN tidak menaruh perhatian besar dalam sektor ekonomi, namun dapat dilihat bahwa peran ideologi FN mempengaruhi Le Pen untuk mengadopsi agenda kerja dalam sektor ekonomi. Sikap yang anti-liberalis menjadi tanda pengaruh idelogi
konservatisme FN. Pemerintahan Chirac yang tidak melakukan liberalisasi dan tetap berpegang pada prinsip-prinsip konservatisme, tidak membuat Le Pen sepaham dengan kebijakan yang Chirac keluarkan. Ia menganggap pemerintah tidak mampu memperbaiki keadaan perekonomian Prancis dan kesejahteraan masyarakat.
Angka pengangguran yang tinggi serta stagnansi perekonomian menjadi sumber sikap anti-imigran dalam pembuatan proposal agenda kerja yang konservatif, yaitu dengan berfokus pada perkembangan perekonomian domestik (inward looking). Selain itu, kesejahteraan masyarakat dilihat pula dari taraf hidup para pensiunan dan pekerja. Para pekerja yang diwajibkan untuk membayar pajak yang berasal dari hampir 60% pendapatannya kemudian menjadi tolok pikir FN dalam membuat agenda reformasi pajak.
5.1.2 Hasil Pemilu Prancis Sebagai Identitas Social
Pemilu Presiden Prancis tahun 2007 merupakan pemilu ketujuh selama masa La Cinquieme Republique. Pemilu putaran pertama dilakukan pada 22 April 2007 dengan diikuti
oleh 12 kandidat yang telah berhasil mengumpulkan 500 tandatangan sebagai syarat utama. Dilansir dari laman website Ministre l’Interieur 12 kandidat tersebut antara lain adalah François Bayrou (Union pour la Démocratie Française - center), Olivier Besancenot (Ligue Communiste Révolutionnaire – l’extrême gauche), Marie-George Buffet (Parti Communiste Française –
l’extrême gauche), Arlette Laguiller (Lutte Ouvrière – l’extrême gauche), Jean-Marie Le Pen
(Front National – l’extrême droite), Frédéric Nihous (Chasse, Pêche, Nature et Traditions -
44
dilansir dari http://www.france-politique.fr/election-Presidentielle-2007.htm
Populaire - droite), Gérard Schivardi (PT – l’extrême droite), Philippe de Villiers (Mouvement
Pour la France – l’extrême droite), José Bové (mandiri), dan Dominique Voynet (Les Verts –
green center).
Gambar 1 menjelaskan bahwa putaran pertama kemudian dimenangkan oleh Sarkozy dengan perolehan suara sebanyak 31,18% dan Royal dengan 25,87%. Le Pen dengan perolehan suara sebanyak 10,44% tidak mampu lolos ke putaran kedua dan berada pada peringkat empat pemilik suara terbanyak di bawah Bayrou yang berhasil mendulang dukungan sebanyak 18,57%. Dari sekian banyak kandidat, dapat dilihat bahwa terdapat empat kandidat utama dalam putaran pemilu kali ini, yaitu Sarkozy (31,18%), Royal (25,87%), Bayrou (18,57%), dan Le Pen (10.44%).
Dengan pengalaman yang tak terduga pada pemilu Presiden tahun 2002, Le Pen kembali hadir dalam pemilu Presiden tahun 2007 dengan mengantongi suara sebanyak 10,44%, jauh turun dibandingkan dengan perolehan suara pada periode lalu yang berjumlah 16,9%. Jumlah suara ini menempatkan Le Pen pada urutan ke-empat partai dengan dukungan suara terbanyak dan alhasil ia gagal untuk lolos pada pemilu putaran kedua. Namun begitu, Le Pen berhasil membawa FN menjadi partai l’extrême droite yang mendapatkan dukungan suara di atas 5%.
Gambar 1
Hasil pemilu putaran pertama tahun 2007
Gambar 1
45
dilansir dari http://www.france-politique.fr/election-Presidentielle-2007.htm
Putaran kedua dilaksanakan pada 6 Mei 2007 dengan dua kandidat yang berhasil lolos putaran pertama, yaitu Sarkozy dan Royal. Gambar 2 menjelaskan bahwa pada putaran kedua Sarkozy berhasil memenangkan pemilu dengan perolehan suara 53.06% atas Royal yang mendapatkan suara sebanyak 46,94%. Kemenangan Sarkozy ini tak dapat dilepaskan dari citranya yang tegas dan revolusioner selama ia menjabat sebagai Ministre di l’Interieur (Menteri Dalam Negeri) selama pemerintahan Chirac serta keberhasilannya dalam menarik pendukung l’extrême droite.
Kekalahan FN pada putaran pertama pemilu serta menangnya Sarkozy pada pemilu kali
ini, menandakan bahwa Le Pen belum dapat mencapai kepentingannya. Penulis melihat hal tersebut sebagai hasil dari identitas social FN pada pemilu ini. Hasil pemilu sebagai bentuk identitas social ini menyatakan bahwa FN merupakan partai ke-empat yang mendapatkan suara terbanyak dalam pemilu, sehingga tidak dapat melanjutkan pemungutan suara pada putaran kedua. Gagalnya FN untuk lolos dalam putaran kedua menghilangkan kesempatan Le Pen, dan tentu saja FN, untuk menjadi Presiden yang mana menjadi kepentingan FN dalam kontestasi politik ini. Hasil pemilu ini kemudian juga akan mempengaruhi pengambilan sikap FN di masa depan dalam bentuk sejarah serta pengalaman, yang mana hal ini menjadikan hasil pemilu bukan hanya sebagai identitas social melainkan sebagai identitas corporate pula bagi FN.
Dilansir dari laman website France Politique, FN berhasil mendapatkan dukungan sebanyak 10,44% atau setara dengan 3.834.530 pemilih. Dari angka tersebut dapat dicari kembali dari kelas-kelas sosial masyarakat manakah yang menjadi pendukung FN. Di bawah ini terdapat
Gambar 2
46
tabel yang menjelaskan dukungan FN berdasarkan kelompok-kelompok masyarakat di Prancis.
No. Status dan Pekerjaan Jumlah dukungan
FN dari total suara dengan partai lain
1. Pensiun 9%
3. Pengangguran 9%
5. Gaji dari sektor publik 12%
6. Gaji dari sektor privat 12%
7. Pekerja 23%
8. Karyawan 14%
9. Petit independent 15%
10. Petani 19%
Berdasarkan Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa sumber dukungan FN terbesar datang dari kelompok masyarakat pekerja (23%), petani (19%), serta petit independent (15%).Tiga kelompok masyarakat tersebut merasa bahwa Jean-Marie Le Pen dan FN dapat memenuhi utilitas mereka secara maksimal. Hal ini menandakan bahwa agenda kerja Jean-Marie Le Pen dan FN dianggap dapat menyelesaikan permasalahan yang mereka alami. Dukungan suara FN yang banyak berasal dari tiga kelompok masyarakat ini juga didukung dengan melihat
persebaran dukungan suara FN di masing-masing region Prancis, yang ditunjukkan melalui tabel di bawah ini:
Tabel 5.1
47
Tabel 5.2
Persebaran suara FN berdasarkan region di Prancis, direkap dari
http://www.interieur.gouv.fr/Elections/Les-resultats/Presidentielles/elecresultPresidentielle2007/(path)/Presidentielle_2007/index.html
Nama Region Jumlah Suara Persentase
Alsace 135.732 13,56
Aquitaine 168 665 8,65
Auvergne 78 804 9,28
Bougogne 119 041 12,22
Bretagne 143 926 7,18
Centre 168 912 11,39
Champagne-Ardenne 114 522 15,2
Corse 23 433 15,26
Franche-Comté 94 172 13,72
Guadeloupe 5 335 3,18
Guyane 1 953 5,51
Ile-de-France 430 562 7,54
Languedoc-Roussillon 214 468 13,91
Limousin 38 525 8,24
Lorraine 196 698 14,43
Martinique 3 367 2,11
Midi-Pyrénées 154 767 8,88
Nord-Pas-de-Calais 335 856 14,67
Basse Normandie 88 386 9,72
Haute Normandie 126 795 12,02
Pays-de-la-Loire 158 843 7,35
Picardie 168 742 15,42
Poitou-Charentes 88 074 8,17
Provence-Alpes-Côte
d'Azur 377 830 13,84
Réunion 17 469 4,88
Rhône-Alpes 360 297 10,5
Menurut Tabel 5.2, tiga region dengan persentase dukungan suara terbanyak ditemukan di Picardie (15.42%), Corse (15.27%), dan Champagne-Ardanne (15,2%). Picardie merupakan
48
perairan hangat dan geografi yang indah menjadikan Corse sebagai salah satu tujuan tempat wisata favorit yang mengandalkan industri wine, dairy products, dan buah-buahan sebagai sumber perekonomian terbesar mereka. Dari segi demografinya Corse mengandalkan industri jasa dan agrikultur. Hal tersebut menyebabkan pekerja jasa, petani, serta petit independent menjadi mayoitas jenis pekerjaan yang dianut oleh warga region ini. Sedangkan Picardie adalah salah satu kota di Prancis yang memiliki tanah yang subur, sehingga perekonomian region ini sangat kuat dalam sektor agrikultur bukan dalam sektor industri. Industri yang paling berkembang dalam region ini juga merupakan industri hasil olah makanan maupun industri hasil olah produk agrikultur. Industri dengan mesin besar hanya industri penghasil bagian mobil, karet, besi, plastic, dan kimia tidak begitu berkembang dalam region ini.
Seperti Picardie, Champagne-Ardanne merupakan dataran subur di daerah utara Prancis sehingga sektor agrikultur menjadi penting dalam pilar ekonomi region ini. Produk penting dari region ini bukan lain adalah minuman anggur berkilau khas region ini, yaitu champagne. Selain sektor agrikultur region ini juga mengandalkan sektor jasa, karena wilayah ini terkenal atas pariwisata historis serta taman-taman dan hutan-hutannya.
Terdapat beberapa kesamaan dari tiga region tersebut yang antara lain adalah merupakan region perbatasan antara Prancis dengan negara lain serta mengandalkan sektor agraris maupun pariwisata dalam perekonomian lokalnya. Masing-masing region merupakan region perbatasan, yang mana kehidupan masyarakatnya tidak dapat dilepas dari keterlibatan orang asing maupun imigran. Hal ini kemudian membuat masyarakat region-region itu cenderung merasakan permasalahan-permasalahan terkait imigran dan imigrasi secara langsung dalam kehidupan mereka. Masyarakat dalam region-region ini akan memilih partai yang dianggap dapat secara maksimal menyelesaikan permasalahan terkait imigran itu. Hal ini menjadi faktor utama region-region ini memberi dukungan pada FN yang notabene memiliki agenda kerja xenofobia/anti-migran.
Selain itu tiga region tersebut merupakan region di mana petani, petit independent, serta para pekerja menjadi kelompok masyarakat mayoritas. Secara geografis masing-masing region membentuk pekerjaan masyarakatnya, yang dalam kasus ini masing-masing region membentuk tiga kelompok masyarakat tersebut sebagai pilar utama dalam perekonomian lokal mereka. Ketiga kelompok masyarakat ini merupakan kelompok-kelompok yang merasakan langsung
49
mereka, serta kondisi politik-ekonomi-sosial yang buruk selama pemerintahan Chirac yang mana hal ini kemudian menjadi faktor besarnya dukungan tiga kelompok masyarakat dalam komposisi dukungan suara FN.
Hasil sumber dukungan suara ini merupakan hasil dari pembentukan preferensi pemillih yang dipengaruhi oleh kondisi politik-ekonomi-sosial yang terjadi sepanjang masa pemerintahan Chirac serta agenda kerja Jean-Marie Le Pen. Permasalahan ekonomi seperti tingginya angka pengangguran serta buruknya performa ekonomi domestik merupakan permasalahan utama yang dirasakan oleh ketiga kelompok masyarakat serta masyarakat yang hidup dalam wilayah tiga region di atas. Dapat dilihat bahwa para pendukung FN memilih FN didasari oleh kepercayaan mereka bahwa FN merupakan partai yang terpercaya dan dianggap dapat memenuhi utilitas
mereka secara maksimal. Ideologi l’extrême droite FN dapat dilihat sebagai patokan bagi para pendukung, karena FN belum dapat benar-benar berkontribusi pada politik Prancis. Retorika partai serta agenda kerja FN yang berfokus pada permasalahan imigran dan law & order menjadi nilai jual FN dalam pemilu kali ini.
Identitas social FN dalam pemilu kali ini adalah hasil pemilu, yang menyatakan bahwa FN merupakan partai l’extrême droite yang memiliki dukungan terbanyak dari kelompok masyarakat pekerja, petani, dan petit independent, yang memiliki basis suara terbanyak di region-region Prancis yang merupakan region perbatasan serta region yang mengandalkan sektor agraris dan pariwisata. Berdasarkan sejarah l’extrême droite, ketiga kelompok masyarakat tersebut telah menjadi pendukung ultra-nasionalis dan konservatif di Prancis. Pada era poujadism, petit independent serta petani telah menjadi dukungan utama partai UDCA. Hal ini
dikarenakan UDCA merupakan partai yang memperjuangkan hak-hak dua kelompok tersebut dalam kondisi sosio-ekonomi yang serupa, dengan keberadaan orang asing yang meningkat dan pemerintah yang tidak mampu memperhatikan nasib dua kelompok masyarakat tersebut. Dalam era petainism para pekerja mendapatkan perhatian karena fokus pemerintah pada masa itu adalah untuk proteksionis industrialisasi di mana penyerapan tenaga kerja kelompok masyarakat ini sangat tinggi. Pada masa ini, ketika laju perekonomian melambat dan pengangguran semakin tinggi, kelompok para pekerja yang paling merasakan dampaknya kembali berupaya melindungi diri mereka dari permasalahan ekonomi tersebut dengan mendukung FN yang berjanji untuk kembali menerapkan sistem perekonomian yang proteksionis.
50
direkap dari https://data.oecd.org/gdp/gross-domestic-product-gdp.htm
lapisan masyarakat maupun wilayah guna mengumpulkan dukungan suara yang dibutuhkan untuk memenangkan pemilu. Dapat dilihat dengan dipengaruhi identitas corporate-nya, retorika partai dan agenda kerja FN mendapatkan pasar dari region-region agrikultur dan pariwisata, serta dari kelompok masyarakat petani, petit independent, dan pekerja.
5.1.3 Kondisi Politik-Ekonomi-Sosial Sebagai Latar Interaksi Sosial
Kondisi politik-ekonomi-sosial terjadi pada masa pra-pemilu yang berlangsung sepanjang masa jabatan Presiden hingga masa kampanye berlangsung, dan masa ini akan menyediakan latar interaksi sosial yang akan digambarkan oleh masa kampanye. Masa pra-pemilu Presiden 2007
dapat dilihat pada sepanjang masa pemerintahan Jacques Chirac dari tahun 2002 hingga kwartal kedua tahun 2007. Terdapat dua isu utama yang menjadi sorotan pada pemerintahan Chirac dan Jospin ini, yaitu permasalahan ekonomi serta isu imigrasi.
Pada permasalahan ekonomi, Prancis mulai mengalami stagnansi perekonomian. Karina Vasavada dalam penelitiannya menyatakan bahwa stagnansi perekonomian Prancis dimulai pada tahun 2002 setelah mewarisi perlambatan laju perekonomian dari masa Presiden Mitterand (Vasavada, 2015: 23). Kondisi tersebut diukur melalui laju pertumbuhan GDP, tingginya angka pengangguran, besarnya hutang negara, serta tingginya defisit pemerintah. Pertama, laju GDP Prancis dari tahun 2002-2007 dapat dilihat melalui Gambar di bawah ini:
Dari Gambar 3, laju
Gambar 3
51
Tabel 5.3
Tingkat pengangguran di Prancis tahun 2002 hingga 2007, direkap dari
https://www.insee.fr/fr/statistiques/1906672?sommaire=1906743 &q=ch%C3%B4mage#tableau-T16F042G1
pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan dari 28.659 USD per kapita pada tahun 2002 menjadi 35.177 USD per kapita pada tahun 2007. Hal ini memperlihatkan bahwa pemerintahan Chirac berhasil meningkatkan perekonomian. Namun, hal tersebut bukanlah sebuah pencapaian ekonomi terbaik Prancis karena pertumbuhan GDP pada masa ini cenderung lemah dan lambat. Pertumbuhan GDP yang lambat ini kemudian juga diiringi oleh perlambatan laju investasi di Prancis yang menyebabkan saratnya perkembangan lapangan kerja. Lemahnya laju investasi ini dapat digambarkan oleh lemahnya FDI (Foreign Direct Investment)2 di Prancis. Menurut data yang dikumpulkan OECD, nilai FDI yang berjumlah 68.016 juta USD pada tahun 2005 hanya bertambah menjadi 76.810 juta USD pada tahun 2006. Kedua hal ini kemudian berdampak pada perlambatan penyerapan tenaga kerja.Laju angkatan kerja Prancis yang terus bertambah tak
dapat diimbangi oleh laju penyerapan tenaga kerja di Prancis yang mana menimbulkan tingginya angka pengangguran di Prancis. Tingkat pengangguran digambarkan dengan tabel di bawah ini.
Tahun Total Laki-Laki Perempuan
2002 7,5 6,8 8,4
2003 8,1 7,4 9,0
2004 8,5 7,8 9,3
2005 8,5 7,8 9,3
2006 8,4 7,9 9,1
2007 7,7 7,3 8,1
Melalui tabel 5.3 dapat dilihat bahwa persentasi tingkat pengangguran di Prancis dari tahun 2002 hingga tahun 2004 terjadi kenaikan menjadi 8.5% dari total seluruh populasi masyarakat Prancis,
kemudian turun hingga 7.7% pada tahun 2007. Masa pemerintahan Chirac kemudian meninggalkan rata-rata angka pengangguran sebanyak 8,2%. Angka pengangguran yang terus berada di atas 7% menimbulkan kondisi sosial yang buruk dan rentan bagi angkatan kerja Prancis. Kondisi sosial yang buruk tersebut diapat dikenali dengan psikologis masyarakat Prancis yang semrawut. Mereka menyalahkan pemerintah yang dianggap tidak mampu menyediakan
2
52
direkap dari https://data.oecd.org/gga/general-government-defisit.htm#indicator-chart
pekerjaan bagi mereka juga. Sehingga seperti apa yang dinyatakan oleh Peter Davies dalam bukunya bahwa masyarakat Prancis mulai melihat ke belakang, bernostalgia pada masa keemasan Prancis, dan takut untuk menyongsong masa depan mereka. Kondisi paranoia serta ketakutan inilah yang menjadi bahan bakar gerakan l’extrême droite untuk berani membuat tatanan, control, serta otoritas (Davies, 1999: 153).
Lambatnya pertumbuhan GDP juga berdampak pada lambatnya pertumbuhan ekonomi Prancis secara keseluruhan, termasuk berdampak pada kemampuan pemerintah untuk menanggulangi hutang dan memotong anggaran defisit pemerintah. Kondisi defisit Prancis ini digambarkan dengan gambar di bawah ini:
Pada Gambar 4 dapat dilihat bahwa defisit anggaran pemerintah Prancis pada tahun 2002 berada pada tingkat -3.09% dari total GDP semakin turun menjadi -3.86% pada tahun 2003, terendah sepanjang masa pemerintahan Chirac. Defisit ini sendiri disebabkan oleh tingginya pengeluaran pemerintah dalam penyediaan dana keamanan sosial (social security)3. Tingginya angka
3
Dana keamanan sosial Prancis merupakan dana yang disediakan pemerintah untuk membayarkan kebutuhan masyarakat Prancis. Dana ini mencakup kebutuhan kesehatan, maternitas, disabilitas, kematian, kecelakaan saat bekerja, jaminan masa tua, dan jaminan keluarga. Dana ini diambil dari pendapatan pajak negara.
Gambar 4
53
direkap dari https://data.oecd.org/gga/general-government-debt.htm#indicator-chart
pengangguran di Prancis menyebabkan tingginya dana keamanan sosial yang harus dikeluarkan oleh pemerintah Prancis. Selain itu krisis ekonomi tahun 2003 berdampak pada tingginya dana yang harus dikucurkan oleh pemerintah untuk dapat mendukung likuiditas bank-bank yang ada di Prancis. Tingginya angka defisit ini kemudian berdampak pada citra pemerintahan Chirac yang dinilai boros dan tidak stabil. Keberhasilan pemerintahan Chirac dalam menaikkan tingkat defisit pemerintah pada akhir pemerintahan kemudian tidak dapat dinilai sebuah prestasi karena pada tahun 2007 defisit berada pada pada tingkat -2,54%, lebih rendah daripada -2,34% pada tahun sebelumnya.
Selain tingkat defisit yang tidak dapat terbenahi dengan baik, lambatnya pertumbuhan GDP juga berdampak pada jumlah hutang yang cenderung tidak dapat turun. Vasavada menyatakan bahwa dengan lemahnya pertumbuhan GDP serta investasi, pemerintah cenderung sulit untuk menekan laju hutang mereka. Gambar 5 menjelaskan bahwa terjadi kenaikan jumlah hutang pemerintah Prancis dari 74,6% dari GDP pada tahun 2002 menjadi 81,7% dari GDP pada tahun 2005. Kenaikan ini menimbulkan sentiment negatif terhadap kemampuan pemerintahan Chirac dalam menjaga perekonomian Prancis.
Menurut penelitian Vasavada, kondisi stagnansi perekonomian ini disebabkan oleh pemerintahan Chirac yang tak mampu menyesuaikan dengan kebijakan-kebijakan yang diberikan
Gambar 5
54
UE. Kebijakan yang melibatkan berbagai jenis perlindungan terhadap masyarakat dalam rangka mewujudkan kesejahteraan Eropa menguras anggaran pemerintah dan pemerintahan Chirac tidak berhasil menetapkan kebijakan ekonomi yang dapat mengimbangi pengeluaran tersebut. Perekonomian Chirac yang cenderung tertutup terhadap perubahan menjadikan perekonomian Prancis tidak dapat berkembang dengan baik, karena kegagalannya menyesuaikan diri dalam perekonomian global yang menyongsong perdagangan bebas.
Buruknya performa ekonomi Prancis yang tergambarkan dari lemahnya laju perkembangan GDP dan tren naiknya tingkat defisit serta hutang menjadikan tanda bahwa permasalahan ekonomi Prancis tak juga selesai. Yang mana hal ini terus membebani masyarakat Prancis karena harga barang-barang yang semakin mahal serta pajak yang semakin tinggi tidak
diiringi dengan gaji yang meningkat maupun kemudahan-kemudahan ekonomi lainnya. Beberapa kelompok masyarakat yang terkena dampak terbesar dari permasalahan ini adalah kelompok pekerja (blue collar), para petit independent, serta petani.
Pada isu imigrasi kehadiran imigran menjadi hal yang serius dalam permasalahan Prancis. Walaupun Prancis telah dikenal sebagai negara yang menjunjung tinggi asas kesetaraan serta kebebasan, xenofobia tetap tidak dapat dilepaskan dari salah satu catatan buruk masyarakat Prancis. Imigran yang berasal dari negara-negara Arab pada masa Arab Spring bahkan dari masa perang Algeria, menjadikan Islam melekat dalam istilah imigran di Prancis. Islam sendiri telah mendapatkan citra buruk dari masyarakat Prancis karena dalam beberapa tindak teror selalu terhubung dengan identitas pelaku yang baik berasal dari negara-negara Arab maupun beragama Islam. Hal ini kemudian berdampak pada xenofobia, bahkan Islamofobia, yang ada dalam masyarakat. Xenofobia ini membuat kehadiran serta laju natalitas warga asing dan imigran menjadi salah satu permasalahan besar (Davies, 1999: 121). Menurut data yang dilansir INED (Institut National d’Études Demographiques) dari INSEE tingkat kelahiran dari kedua orangtua asing pada tahun 2005 berada pada tingkat 10,9% per 100 kelahiran meningkat menjadi 11,1% pada tahun 2007. Kenaikan ini tidak terjadi pada tingkat kelahiran dari kedua orangtua asli Prancis, yang malah mengalami penurunan dari 74,4% per 100 kelahiran pada tahun 2005 menjadi 73,7% pada tahun 2007. Selain itu menurut data yang dilansir dari laman website INED (Institut National d’Études Démographiques), pada masa pemerintahan Chirac arus imigrasi dimulai pada angka 205.707 jiwa di tahun 2002, yang mana ini sudah menunjukkan kenaikan
55
215.397 jiwa pada tahun 2003. Selain xenofobia, arus imigran yang tinggi juga dihubungkan dengan kemampuan pemerintah menjaga batas-batas negara. Tingginya kenaikan arus migran ini menjadi takaran masyarakat yang menganggap bahwa kemampuan pemerintah menjaga batas-batas terluar Prancis terhadap faktor-faktor serta ancaman-ancaman dari luar semakin berkurang. Ancaman dari kehadiran imigran tersebut terutama dirasakan oleh kelompok-kelompok masyarakat yang berada di daerah perbatasan, berada pada taraf kehidupan menengah ke bawah, serta memiliki okupasi pada bidang-bidang pekerjaan tradisional maupun yang mengalami dampak langsung dari krisis ekonomi seperti petani, petit independent, dan kaum pekerja kerah biru (blue collar) (Davies, 1999: 47).
Selain permasalahan ekonomi dan isu imigran, isu pertahanan dan keamanan juga muncul
sebagai isu marginal. Bergabungnya Prancis dalam keanggotaan Uni Eropa menjadi salah satu faktor permasalahan pertahanan Prancis. Kelsey Hayes dalam penelitiannya menyatakan bahwa Uni Eropa yang memiliki agenda tersendiri dalam lingkup Eropa sehingga membuat batas-batas dan otoritas Prancis kian kabur (Hayes, 2011: 37). Uni Eropa dianggap sebagai dampak globalisasi yang akan mengurangi kedaulatan Prancis. Selain itu, angka kriminal yang tak kunjung reda pada pemerintahan Chirac juga menjadi latar permasalahan keamanan di Prancis. Menurut statistic pusat Direction Centrale de la Police Judiciaire angka tindak kriminal dan pelanggaran pada tahun 2002 mencapai 4.113.882 atau setara dengan 69,32% per 1.000 orang, dan kemudian angka tersebut turun menjadi 3.589.293 atau setara dengan 58,33% per 1.000 orang pada akhir masa jabatan Chirac (Ministere de l’Interieur, 2008: 14). Angka tersebut sepuluh kali lebih besar dari jumlah tindak kriminal pada tahun 1965 yang berjumlah 423.216 orang (Ministere de l’Interieur, 2008: 14). Tingginya tindak kriminalitas yang terjadi di Prancis dianggap menjadi tolok ukur kemampuan pemerintah dalam menjaga tatanan hukum dan ketertiban (law & order) negara, sehingga opini bahwa pemerintahan Chirac sulit menjaga law & order juga merebak pada masa ini.
5.2 Dinamika FN: Masa Pemilu Presiden Prancis 2012
Pada sub-bab ini dinamika politik FN akan dijelaskan melalui masa kampanye, hasil pemilu, serta sumber dukungan. Pada masa pra-pemilu akan dipaparkan kondisi yang menjadi latar interaksi sosial dalam masa kampanye. Lalu pada masa kampanye akan memperlihatkan
56
dan pemimpin partai dalam pengambilan sikap dalam interaksi sosial yang terjadi pada masa kampanye. Dan kemudian, sebagai hasil dari interaksi sosial tersebut akan didapatkan identitas sosial yang berbentuk hasil pemilu serta sumber dukungan suara.
5.2.1 Masa Kampanye Pemilu Presiden Prancis Tahun 2012
Pada tahun 2011 Marine Le Pen, seorang pengacara dengan pandangan konservatif yang kurang radikal, secara resmi telah terpilih sebagai pemimpin partai menggantikan ayahnya. Naiknya Marine Le Pen dalam panggung perpolitikkan merupakan perubahan identitas corporate FN. Perubahan ini kemudian mempengaruhi sikap serta respon FN baik dalam rangka pemilu
Presiden tahun 2012 maupun sekedar respon FN terhadap isu domestik. Marine Le Pen yang menyatakan bahwa dirinya moderat dan tidak anti-semit kemudian mengeluarkan ayahnya serta partner-partner radikalnya dari jabatan-jabatan resmi di FN.
Pada masa kampanye Marine Le Pen menjadi kandidat capres mewakili FN menyatakan manifesto politiknya dalam “12 Engagements de Marine Le Pen”. 12 janji tersebut antara lain adalah menaikan gaji minimal dan pensiun, memberhentikan imigrasi dan menetapkan prioritas nasional, menjamin keamanan nasional, mengembalikan moral publik dan suara rakyat Prancis, mengembalikan kembali pelayanan publik yang sesungguhnya, membantu para keluarga, mengarahkan kembali arah pendidikan nasional, reindustrialisasi Prancis, membebaskan penjagaan pasar finansial, menegosiasi kembali traktat-traktat maupun perjanjian-perjanjian Eropa, menerapkan Republik yang sekular, serta mengembalikan kembali kemandirian diplomatis dan militer Prancis (Front National, 2012: 16). Terdapat banyak perbedaan dibandingkan dengan agenda kampanye Presiden tahun 2007. Fokus yang tak lagi hanya terpaku pada migran menunjukkan salah satu perubahan besar bagi FN.
Fokus kampanye Le Pen pada pemilu kali ini terpaku pada penyelesaian permasalahan ekonomi, terkhusus permasalahan pengangguran. Pada upaya pengentasan permasalahan ketenagakerjaan, Le Pen berjanji untuk mengaktifkan Intelligent Border Protection untuk melawan kompetisi yang tidak adil dengan negara yang memiliki pasar tenaga kerja yang lebih murah, perlindungan terhadap petit independent (Front National, 2012: 2). Upaya-upaya itu kemudian disebut sebagai aksi ‘patriotisme ekonomi’ (Front National, 2012: 2). Selain fokus pada permasalahan pengangguran, dalam sektor ekonomi Le Pen berjanji untuk mengurangi tarif
57
penambahan 200 Euro per bulan bagi pekerja yang mendapatkan gaji 1.500 ke bawah (Front National, 2012: 2). Di kutip dari laman website Lemonde.fr, Le Pen menyatakan:
“Je vais en avoir deux : la première, c'est de baisser la TIPP. Mais de manière plus générale, je vais mettre en place une contribution sociale à l'importation, qui me permettra de faire prendre en charge par l'Etat 200 Euros de cotisations sur tous les salaires jusqu'à 1,4 fois le smic. Quelle va être la conséquence ? C'est que tous les salaires, jusqu'à 1,4 fois le smic vont immédiatement augmenter de 200 Euros net."
“Saya akan melakukan dua hal: pertama adalah menurunkan TIPP4. Namun secara umum, saya akan lebih menyiapkan kontribusi sosial pada anggaran impor, yang mana akan memungkinkan saya untuk membuat negara menanggung kontribusi 200 Euro pada seluruh gaji yang sampai 1.4 kali dari upah minimum. Apa yang akan menjadi konsekuensinya? Semua upah yang sampai dengan 1.4 kali upah minimum akan segera meningkat sebanyak 200 Euro net.”
Dalam sektor imigrasi Le Pen menyatakan bahwa ia berjanji akan mengurangi jumlah imigran dari 200.000 orang setahun menjadi 10.000 orang per tahun. Selain itu ia juga berjanji untuk mengusir imigran ilegal yang berhasil masuk Prancis, melarang demonstrasi maupun gerakan massa untuk mendukung imigran ilegal, juga memprioritaskan warga negara Prancis tanpa melihat daerah asal (Front National, 2012: 6).
Penulis melihat bahwa perubahan identitas corporate ini turut mengubah bagaimana FN bertindak dan menyikapi sesuatu hal. Penekanan Le Pen pada upaya penyelesaian permasalahan ekonomi merupakan sebuah perubahan fokus agenda. Jika pada pemilu Presiden sebelumnya Jean-Marie memfokuskan kampanye penolakan terhadap imigran, Marine yang lebih ‘moderat’ malah membawa FN untuk fokus pada isu yang lebih mainstream yaitu untuk menanggulangi permasalahan pengangguran.
Selain dari pemimpin partai, identitas corporate yang kemudian juga turut berpengaruh dalam perubahan fokus kampanye adalah pengalaman dari hasil pemilu Presiden masa sebelumnya. Berkaca dari kegagalan tersebut, FN mencari cara lain untuk dapat memaksimalkan
dukungan demi memenangkan pemilu Presiden selanjutnya. Untuk dapat memaksimalkan dukungan ada pemilu tahun 2012, beberapa perubahan terjadi dalam pembentukan retorika partai sertt agenda kerja. FN tidak lagi fokus pada isu Etno-Nasionalisme, melainkan mengalihkan fokusnya pada isu ekonomi. Hal ini juga dipengaruhi oleh perubahan identitas corporate FN, yaitu perubahan pimpinan partai dari Jean-Marie Le Pen ke Marine Le Pen.
Argumentasi di atas dibuktikan dengan pengambilan sikap dan respon FN terhadap
4
58
isu ekonomi pada masa kampanye pemilu Presiden 2007. Identitas corporate FN terlihat dari ideologinya yang juga memberikan pengaruh bagi sikap dan respon FN pada pemilu Presiden kali ini. Konservatisme dan ultranasionalisme kemudian mengeluarkan program FN yang dkenal dengan nama ‘Patriotisme Ekonomi’. Program yang diusung Marine Le Pen ini bersifat sangat inward looking. Dalam artian, FN memfokuskan pada optimalisasi dan proteksi pada pekerja domestik. Hal ini nampak pada keluarnya agenda pengaktifan Intelligent Border Protection untuk melindungi tenaga kerja Prancis dari keganasan globalisme dalam pasar tenaga kerja internasional, yang sejalan dengan identitas corporate FN.
Sikap yang diambil Marine Le Pen didasarkan pada ideologi FN yang konservatif dan xenofobia. FN melihat imigran sebagai ancaman, baik dalam kehidupan sosial maupun ekonomi.
Semakin banyak imigran yang masuk Prancis, maka semakin tinggi pula ancaman sosio-ekonomis yang dihadapi Prancis. Selain dari itu, penulis juga melihat melalui sejarah FN, kampanye ini digunakan untuk menarik perhatian kelompok masyarakat yang membenci globalisasi dan liberalisasi. Kelompok masyarakat tersebut biasanya merupakan kelompok yang bekerja dalam sektor-sektor tradisional dan usaha kecil, yang merasa terancam oleh perusahaan-perusahaan besar dan asing yang muncul akibat liberalisasi dan globalisasi. Penggunaan agenda anti-imigran ini dilihat sebagai upaya FN untuk kembali menarik kelompok tersebut untuk mendukungnya pada pemilu Presiden kali ini.
5.2.2 Hasil Pemilu Presiden 2012
Putaran pertama pemilu Presiden pada kali ini dilaksanakan pada 22 April 2012 dengan diikuti oleh sepuluh kandidat. Sepuluh kandidat tersebut adalah Nicolas Sarkozy (Union pour un Mouvement Populaire – droite), François Hollande (Parti Socialiste – gauche), Marine Le Pen
(Front National – l’extrême droite), Jean-Luc Mélenchon (Front de Gauche – l’extrême gauche), Francois Bayrou (Mouvement Démocratique - center), Eva Joly (Europe Ecologie – center green), Nicolas Dupont-Aignan (Debout la République – droite), Philippe Poutou (Anti
Caiptaliste Parti – l’extrême gauche), Nathalie Arthaud (Lutte Ouvrière – l’extrême gauche),
59
dilansir dari http://www.france-politique.fr/election-Presidentielle-2012.htm
Gambar 6 menunjukkan bahwa putaran pertama dimenangkan oleh Hollande dan Sarkozy dengan perolehan suara sebanyak 28,63% dan 27,18%. Dua kandidat tersebut berhasil lolos menuju putaran kedua yang akan dilaksanakan pada 6 Mei 2012. Namun, Le Pen kembali gagal untuk maju dalam putaran kedua pemilu kali ini karena ia hanya mendapatkan suara sebanyak 17,9%, menjadikan ia pada urutan ketiga sebagai partai yang mendapatkan suara terbanyak. Walaupun begitu, dukungan suara yang diperoleh FN pada pemilu kali ini mengalami kenaikan yang cukup tinggi yang mana menjadi pencapaian tertingginya selama FN berdiri semenjak tahun 1972 (Ivaldi, 2013: 3).
dilansir dari http://www.france-politique.fr/election-Presidentielle-2012.htm
Gambar 6
Hasil pemilu putaran pertama tahun 2012
Gambar 7
60
Gambar 7 menjelaskan perolehan suara yang didapat oleh Hollande dan Sarkozy. Hollande keluar sebagai pemenang pemilu dengan mendapatkan dukungan suara sebanyak 51,64%, mengalahkan Sarkozy yang berhasil mendapatkan suara sebanyak 48,36%.
Dengan naiknya Hollande sebagai Presiden, hasil pemilu kali ini menyatakan bahwa FN kembali gagal untuk dapat mewujudkan kepentingannya. Kegagalan Le Pen untuk lolos ke putaran kedua menghilangkan kesempatan Le Pen untuk dapat menjadi Presiden, yang mana hal ini menandakan bahwa identitas social FN tidak dapat menjalankan fungsinya dalam upaya perolehan kepentingannya. Namun, kegagalan ini juga membawa angin segar bagi FN dan pendukungnya karena jumlah suara pada pemilu kali ini mengalami kenaikan dari pemilu Presiden sebelumnya.
Dengan total 6.421.426 suara atau setara dengan 17,90% , Le Pen berhasil menyabet posisi ketiga dalam pemilu Presiden 2012. Perolehan suara tersebut tidak dapat dilepas dari upaya FN dan Le Pen dalam menarik dukungan selama masa kampanye.
No. Status dan Pekerjaan Jumlah dukungan FN
dari total suara dengan partai lain
1. Pensiun 14%
3. Pengangguran 18%
5. Gaji dari sektor publik 21% 6. Gaji dari sektor privat 22%
7. Pekerja 29%
8. Karyawan 20%
9. Petit independent 25%
10. Petani -
Tabel 5.4 menjelaskan mengenai perolehan dukungan suara yang didapatkan FN pada putaran pertama pemilu Presiden 2012 berdasarkan status dan pekerjaan. Dapat dilihat melalui tabel tersebut bahwa FN berhasil mendapatkan dukungan terbanyak dari kelompok masyarakat pekerja (29%), petit independent (25%), dan gaji dari sektor privat (22%). Dibandingkan dengan perolehan suara pemilu periode lalu, secara keseluruhan suara mengalami kenaikan yang cukup banyak.
Tabel 5.4
Sumber dukungan FN pada pemilu Presiden 2012 berdasarkan status dan pekerjaan,
61
Tabel 5.5
Persebaran suara FN berdasarkan region di Prancis, direkap dari
http://www.interieur.gouv.fr/Elections/Les-resultats/Presidentielles/elecresultPresidentielle2012/(path)/Presidentielle_2012/index.html
Nama Region Jumlah Suara Persentase
Alsace 219 252 22,12
Aquitaine 296 151 15,49
Auvergne 139 768 17,07
Bougogne 191 148 20,36
Bretagne 262 095 13,24
Centre 280 096 19,37
Champagne-Ardenne 172 632 23,91
Corse 39 209 24,39
Franche-Comté 141 972 21,29
Guadeloupe 150 810 17,11
Guyane 3 920 10,48
Ile-de-France 207 520 20,15
Languedoc-Roussillon 363 880 23,45
Limousin 69 256 15,33
Lorraine 308 392 23,66
Martinique 6 960 4,76
Mayotte 996 2,77
Midi-Pyrénées 281 085 16,22
Nord-Pas-de-Calais 517 115 23,29
Basse Normandie 150 810 17,11
Haute Normandie 207 520 20,1
Pays-de-la-Loire 308 806 14,39
Picardie 266 041 25,03
Poitou-Charentes 173 595 16,45
Provence-Alpes-Côte
d'Azur 650 336 23,87
Réunion 37 549 10,31
Rhône-Alpes 628 332 18,38
62
Prancis karena letaknya yang berada di selatan Prancis berbatasan langsung dengan Laut dan negara-negara Mediterania sehingga menjadi region yang padat penduduknya. Region ini mengandalkan sektor jasa menjadi sumber pendapatan utama yang mana menunjukkan pentingnya industri parwisata dalam region ini. Selain sektor jasa dan pariwisata, industri agrikultur juga menjadi penting karena perkembangannya yang pesat. Hasil utama agrikultur di Region ini antara lain adalah buah-buahan, sayur-sayuran, wine, dan bunga.
Dengan ini dapat dilihat bahwa secara keseluruhan dukungan FN kembali mengalami kenaikan pada kelompok masyarakat yang sama serta region yang sama. Hal ini menandakan bahwa penerimaan serta dukungan terhadap agenda kerja FN juga meningkat. FN kembali mendapatkan dukungan dari region-region yang mayoritas masyarakatnya merupakan petani,
63
Gambar 8
Persebaran dukungan terbanyak FN pada pemilu Presiden 2007
Gambar 9
Persebaran dukungan terbanyak FN pada pemilu Presiden 2012
Gambar 10
Persebaran dukungan terbanyak FN pada pemilu Presiden 2007 dan 2012
64
dapat disimpulkan bahwa FN berhasil memiliki basis dukungan dari region-region yang mengandalkan sektor agrikultur serta pariwisata. Hal ini menjadi bukti bahwa FN dipercaya serta mampu untuk memaksimalkan utilitas masyarakat yang berada di region-region tersebut.
Dengan pola pikir Wendt, dapat dinyatakan bahwa perubahan identitas corporate FN yakni pemimpin partai mempengaruhi respon dan cara bertindak FN yang mana hal ini mempengaruhi FN dalam pembentukan serta penyampaian agenda kampanye. Perubahan itu dapat dilihat sebagai upaya FN memaksimalkan dukungan pada pemilu Prancis tahun 2012. Perubah elemen-elemen ini kemudian mempengaruhi perubahan identitas social FN, yaitu hasil pemilu serta sumber dukungan. Dalam hasil pemilu terlihat perubahan bahwa FN berhasil menjadi partai ketiga yang mendapatkan suara terbanyak. Sedangkan perubahan dalam sumber
dukungan terjadi pada kenaikan jumlah pemilih.
5.2.3 Kondisi Politik-Ekonomi-Sosial Sebagai Latar Interaksi Sosial
65
direkap dari https://data.oecd.org/gdp/gross-domestic-product-gdp.htm
Dari Gambar 11 dapat dilihat bahwa laju pertumbuhan GDP Prancis sangat lambat. GDP pada tahun 2008 yang berjumlah 35.184 USD per kapita hanya bertumbuh menjadi 37.671 USD per kapita pada tahun 2012. Krisis finansial pada tahun yang dirasakan oleh seluruh Eropa, bahkan hampir oleh semua negara, berdampak pada kemampuan negara-negara Eropa bahkan Prancis untuk berkembang. Krisis finansial tahun 2008 dan 2009 berdampak pada anjloknya
permintaan terhadap produk-produk dasar, yang mana hal ini berujung pada penurunan harga hasil agrikultur yang mana merugikan kelompok-kelompok masyarakat yang bekerja dalam
sector ini seperti petani.
Pada masa ini pertumbuhan investasi kembali melambat, seperti pada periode pemerintahan sebelumnya. Laju FDI Prancis bahkan menurun sangat drastis, dari yang awalnya bernilai 103.081 juta USD pada tahun 2008 anjlok menjadi 35.453 juta USD pada tahun 2012. Jatuhnya laju investasi ini kemudian berdampak pada lambatnya pertumbuhan GDP Prancis serta mangkraknya upaya penyerapan tenaga kerja di Prancis, yang mana berujung pada meningkatnya angka pengangguran di Prancis.
Gambar 11
66
Tabel 5.6
Tingkat pengangguran di Prancis dari tahun 2008 hingga 2012, https://www.insee.fr/fr/statistiques/1906672?sommaire=1906743&q=c
h%C3%B4mage#tableau-T16F042G1
direkap dari https://data.oecd.org/gga/general-government-spending.htm
Total Laki-Laki Perempuan
2008 7,1 6,7 7,4
2009 8,7 8,7 8,8
2010 8,9 8,7 9,1
2011 8,8 8,5 9,1
2012 9,4 9,4 9,3
Tabel 5.6 menjelaskan bahwa tingkat pengangguran di Prancis cenderung terus naik. Pada tahun 2008 jumlah pengangguran berada pada tingkat 7,1% dari total populasi naik menjadi 9,4% pada tahun 2012. Kenaikan secara signifikan terlihat pada tahun 2008, dari yang awalnya berjumlah 7,1% pada tahun sebelumnya naik menjadi 8,7%. Kenaikan ini kemudian disebut-sebut sebagai dampak dari krisis ekonomi tahun 2008. Selain itu, lemahnya perekonomian serta krisis ekonomi tahun 2008 juga berdampak pada tren kenaikan hutang pemerintah yang digambarkan oleh gambar di bawah ini.
Gambar 12 menjelaskan hutang pemerintah Prancis yang terus meningkat, dari 81,5% pada tahun 2008 menjadi 110.4% dari total GDP pada tahun 2012. Upaya pemerintah untuk terus menstimulasi laju investasi yang terus menurun paska masa krisis kemudian berdampak pada
Gambar 12
67
direkap dari https://data.oecd.org/gga/general-government-defisit.htm#indicator-chart
tingginya hutang pemerintah. Besarnya hutang ini kemudian berdampak pada sulitnya pengajuan hutang maupun kredit yang mana merugikan industri-industri kecil dan menengah juga para petani. Hal ini kemudian berdampak pada sentimen yang menyebar di masyarakat tentang kemampuan pemerintah yang semakin buruk dalam menghadapi krisis ekonomi.
Gambar 13 menunjukkan buruknya keseimbangan finansial Prancis. Setelah masa krisis tahun 2008, Prancis menunjukkan kenaikan tingkat defisit yang drastis pada tahun 2009 dan 2010. Hal tersebut disebabkan oleh rendahnya daya beli masyarakat yang menurun akibat krisis sehingga berdampak pada lemahnya pemasukan pemerintah pada masa krisis. Rata-rata defisit negara pada masa ini kemudian naik menjadi 5.3% dari 2.3% pada periode Presiden sebelumnya. Prancis merupakan negara yang sangat mengandalkan tingkat konsumsi internalnya, yang berhasil menyumbang 70% GDP Prancis, sehingga pengurangan tingkat konsumsi masyarakat akan sangat berpengaruh pada perekonomian Prancis (European Commission, 2007: 5). Selain itu pada masa ini jumlah impor pemerintah Prancis lebih tinggi daripada jumlah ekspor nasional, yang mana menyebabkan memburuknya celah perdagangan (trade gap) hingga 70 miliar Euro. Walaupun kebijakan austerity measures4F
5
baru yang disetujui Sarkozy untuk diterapkan di Prancis dapat dilihat dampaknya dengan turunnya tingkat defisit pada tahun 2011 dan 2012,
5
Austerity measures merupakan ukuran-ukuran maupun peraturan-peraturan yang diterapkan untuk menambah pemasukan negara serta memotong anggaran pengeluaran negara dalam rangka menjaga kesehatan perekonomian negara.
Gambar 12
68
ternyata menjadi salah satu penyebab kekacauan kondisi sosial di Prancis, karena perpanjangan usia pensiun serta penurunan gaji bagi pegawai negeri dianggap menjadi beban tambahan bagi masyarakat yang tengah menghadapi kenaikan harga barang dan pajak.
Memburuknya kondisi perekonomian pada masa ini menandakan beban masyarakat Prancis yang tak kunjung selesai dalam menghadapi permasalahan ekonomi mereka. Kelompok-kelompok masyarakat seperti Kelompok-kelompok petani, petit independent, dan pekerja yang sejak dahulu merasakan dampak terburuk dari permasalahan ekonomi ini juga berada dalam kondisi yang semakin buruk. Selain itu, kondisi perekonomian yang tak kunjung selesai membuat dukungan terhadap partai-partai utama yang semenjak 30 tahun la cinquieme republique berdiri bekurang.
Pada isu imigrasi Prancis masih mengalami permasalahan yang sama terkait laju imigrasi
yang terus meningkat yang disebabkan oleh xenofobia dan islamofobia yang masih berada dalam masyarakat Prancis. Kasus serangan terror di sekolah Yahudi di Toulouse pada awal tahun 2012 kemudian juga mendapatkan perhatian besar terkait isu imigrasi. Penembakan yang dilakukan oleh seorang Prancis berdarah Algeria ini dikaitkan dengan lengahnya sistem imigrasi Prancis dan bahaya yang dibawa dalam arus imigrasi. Kasus ini kemudian menyebabkan xenofobia serta Islamofoia yang semakin merajalela. Walaupun Prancis selama ini telah menyatakan bahwa dirinya merupakan negara yang sekuler dan setara dan melakukan integrasi selama bertahun-tahun untuk menutupi permasalahan yang timbul dari imigrasi, namun isu imigrasi masih menjadi isu yang sensitif dan diskriminatif. Dengan dibentuknya Ministère de l'Immigration et de l'Intégration, Sarkozy jelas menetapkan isu imigrasi menjadi salah satu agenda penting untuk
diperhatikan.
Menurut Ministère de l'Immigration et de l'Intégration, arus imigrasi legal ke Prancis naik sebanyak 10,6% pada tahun 2010. Dilansir dari data OECD, jumlah imigran yang masuk ke Prancis untuk meminta suaka pada tahun 2007 sebanyak 30.748 orang meningkat menjadi 52.147 orang pada tahun 2011. Kenaikan arus imigrasi ini menjadi isu penting mengingat laju kelahiran dari kelompok imigran pada masa ini masih terus meningkat dibandingkan dengan laju kelahiran oleh warga asli Prancis. Tingkat kelahiran dari orangtua asing meningkat dari 11,2% per 100 kelahiran pada tahun 2008 menjadi 12,6% pada tahun 2012, yang mana kenaikan ini kembali tidak terjadi pada kalangan orangtua asli Prancis yang malah terus turun dari 73,5% per 100 kelahiran pada tahun 2008 menjadi 72,7% pada tahun 2012.
69
bahwa kasus tersebut tidak dapat dikaitkan dengan imigrasi, kasus ini terus mendapatkan porsi dalam salah satu bahaya yang ada dari imigrasi. Namun di saat yang bersamaan, pemerintah mengeluarkan perintah untuk mengusir kaum Gipsi maupun imigran Roma yang tidak memiliki dokumen resmi sebagai penduduk Prancis dan menghancurkan kamp-kamp mereka. Selain itu, isu imigrasi juga menjadi semakin sensitif dengan keputusan Sarkozy untuk melarang penggunaan simbol-simbol agama dalam tempat-tempat umum dan prifat, terkhusus pada hijab.
5.3 Simpulan
Kondisi politik-ekonomi-sosial pada masa pemerintahan Chirac yang buruk
mempengaruhi FN dalam pembentukan agenda kerja serta preferensi pemilih. Di lain sisi, pembentukan agenda kerja FN yang terfokus pada isu imigasi juga dipengaruhi oleh identitas corporate FN yaitu ideologi serta pemimpin partai. Agenda kerja ini disebarkan pada masa
kampanye yang merupakan bentuk dari interaksi sosial. Hasil dari interaksi sosial tersebut adalah identitas sosial FN yang berupa hasil pemilu serta sumber dukungan suara FN. Hasil pemilu Presiden Pranci tahun 2007 menyatakan bahwa FN tidak mampu memenangkan pemilu kali ini. FN bahkan tak mampu lolos ke putaran kedua pemilu. Sedangkan sumber dukungan suara menyatakan bahwa dukungan terbesar FN datang dari tiga region perbatasan yang perekonomian lokalnya ditopang oleh kegiatan agraris dan pariwisata, serta tiga pendukung terbesar FN merupakan kelompok masyarakat pekerja, petani, dan petit independent. Keadaan politik-ekonomi-sosial yang terus memburuk ditambah dengan permasalahan imigran dan imigrasi yang sangat jelas dirasakan oleh ketiga kelompok masyarakat tersebut yang tinggal di region-region perbatasan itu menjadi faktor besarnya dukungan mereka terhadap agenda kerja FN yang xenofobia/anti-migran.
Kondisi politik-ekonomi-sosial pada masa pemerintahan Sarkozy yang semakin buruk mempengaruhi FN dalam pembentukan agenda kerja serta preferensi pemilih. Dalam rangka untuk memaksimalkan dukungan pada pemilu Presiden Prancis tahun 2012, FN melakukan pergeseran fokus agenda kerja yang dipengaruhi oleh identitas corporate FN yaitu ideologi serta pemimpin partai. Pada masa ini terjadi perubahan pemimpin partai, dari Jean-Marie Le Pen ke Marine Le Pen. Marine Le Pen yang kurang berfokus pada permasalahan xenofobia serta ultranasionalis yang didasarkan oleh faktor-faktor biologis, mempengaruhi pembentukan agenda
70
masyarakat Prancis. Walaupun pada akhirnya, Marine tetap menjadikan permasalahan imigran menjadi salah satu fokus agendanya.
Agenda kerja tersebut disebarkan pada masa kampanye yang merupakan bentuk dari interaksi sosial. Hasil dari interaksi sosial tersebut adalah identitas sosial FN yang berupa hasil pemilu serta sumber dukungan suara FN. Hasil pemilu Presiden Prancis tahun 2012 menyatakan bahwa FN tidak mampu memenangkan pemilu kali ini, bahkan tak mampu lolos ke putaran kedua pemilu. Namun, dibandingkan dengan pemilu Presiden sebelumnya terdapat kenaikan dukungan suara FN pada putaran pertama pemilu. Sumber dukungan pada pemilu kali ini tetap berasal dari tiga region perbatasan yang perekonomian lokalnya ditopang oleh kegiatan agraris dan pariwisata, serta pendukung terbesar FN merupakan kelompok masyarakat pekerja serta petit
independent. Terjadi kenaikan dukungan suara di ketiga region serta di seluruh kelompok