• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI MEMBANGUN KEMITRAAN DENGAN MEDIA PARTNER DALAM PENGEMBANGAN LEMBAGA KEMANUSIAAN ESQ JATIM.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STRATEGI MEMBANGUN KEMITRAAN DENGAN MEDIA PARTNER DALAM PENGEMBANGAN LEMBAGA KEMANUSIAAN ESQ JATIM."

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh : Nur Laili Faijah NIM. B74211074

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

(2)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh : Nur Laili Faijah NIM. B74211074

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Nur Laili Faijah, B74211074, 2015. Strategi Membangun Kemitraan dengan Media Partner dalam Pengembangan Lembaga Kemanusiaan ESQ Jatim. Kata Kunci : Strategi Membangun Kemitraan, Media Partner

Pada penulisan skripsi ini, peneliti menyajikan judul, “Strategi Membangun Kemitraan dalam Pengembangan Lembaga Kemanusiaan ESQ

Jatim”. Ada dua persoalan yang hendak dikaji dalam penelitian ini, yaitu 1)

Bagaimana Strategi membangun kemitraan oleh Lembaga Kemanusiaan ESQ Jatim, 2) Apakah Strategi Kemitraan mendukung operasional dalam pengembangan Lembaga Kemanusiaan ESQ Jatim.

Adapun tujuan penelitian ini adalah 1) Untuk mengetahui Bagaimana Strategi membangun kemitraan oleh Lembaga Kemanusiaan ESQ Jatim, 2) Untuk mengetahui Apakah Strategi Kemitraan mendukung operasional dalam pengembangan Lembaga Kemanusiaan ESQ Jatim.

Untuk mengungkapkan persoalan tersebut secara menyeluruh dan mendalam, dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode pendekatan deskriptif kualitatif. Lokasi penelitian dilaksanakan di Lembaga Kemanusiaan ESQ Jatim, teknik pengumpulan data melalui interview, observasi, documenter, kepustakaan. Adapun teknik analisa data meliputi Reduksi data, Penyajian data, dan verifikasi data, disamping itu peneliti juga menggunakan Analisis SWOT dalam menganalisa data.

Hasil dari penelitian ini adalah Lembaga Kemanusiaan ESQ Jatim menerapkan langkah-langkah strategis seperti Melakukan Sosialisasi terlebih dahulu adanya program-program yang ada di lembaga kemanusiaan ESQ Jatim, Melaksanakan program-program tersebut secara rutin, Menjadi pendengar yang baik ketika mitra kerja mengajak bicara, terus menjalin komunikasi, Bersikap sabar tetapi aktif dan proaktif dalam anggota, Bersikap lebih cerdas dan selalu menyampaikan informasi yang akurat dan apa adanya, Kesinambungan komunikasi, Peduli lingkungan dan Sosial kemanusiaan.

(7)

i

PERNYATAAN PERTANGGUNGJAWABAN OTENTISITAS SKRIPSI v ABSTRAK ………. vi

a. Pengertian Strategi ……….. 26

b. Faktor-faktor Pembentuk Strategi ……….. .. 29

c. Model-model Pembuatan Strategi ……….. 29

d. Tahap dalam proses manajemen strategik ……….. 31

2. Kemitraan ………. 32

a. Pengertian Kemitraan ………. 32

b. Asas Kemitraan ……… 35

(8)

ii

d. Prinsip Membangun Kemitraan ……….. 40

3. Media Partner ……….. 42

a. Pengertian Media Massa ………. 43

b. Karakteristik Media Massa ………. 47

c. Fungsi Media Massa terhadap Lembaga ……... 48

C. Kemitraan Berdasarkan Perspektif Islam ……… 51

1. Pengertian Syirkah ……… 51

a. Rukun dan Syarat Syirkah ……….. 51

b. Macam-Macam Syirkah ……….. 53

c. Tujuan dan Manfaat Syirkah ………... 54

d. Dasar Hukum Syirkah ………. 55

BAB III : METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ……….. 56

B. Lokasi Penelitian ……….. 58

C. Pembahasan Hasil Penelitian (Analisis Data) ………... 99

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ………. 116

B. Saran dan Rekomendasi ……….. 117

C. Keterbatasan Penelitian ……….. 118 DAFTAR PUSTAKA

(9)

iii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu ke-1 …..……… 15

Tabel 2.2 Kajian Penelitian Terdahulu ke-2 …..……… 17

Tabel 2.3 Kajian Penelitian Terdahulu ke-3 ………. 19

Tabel 2.4 Kajian Penelitian Terdahulu ke-4 ………. 21

Tabel 2.5 Kajian Penelitian Terdahulu ke-5 ………. 23

Tabel 3.1 Data Informan ……….. 60

Tabel 3.2 Tabulasi Data, Sumber Data, & Tehnik Pengumpulan data ….. 67

Tabel 4.1 Sarana dan Prsarana ……….. 85

Tabel 4.2 Laporan Penyaluran Bulan Mei ……… 101

Tabel 4.3 Faktor Analisis Lingkungan Internal ………. 102

Tabel 4.4 Faktor Analisis Lingkungan Eksternal ……….. 103

Tabel 4.5 Program-Program dan Media Partner LKESQ Jatim ………… 107

(10)

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Suatu Model Manajemen Strategik ……… 32

Gambar 3.1 Alur Kegiatan dalam analisis kualitatif ……….. 72

Gambar 4.1 Logo Lembaga Kemanusiaan ESQ Jatim ……….. 82

Gambar 4.2 Struktur Organisasi Lembaga Kemanusiaan ESQ Jatim …… 83

(11)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam era globalisasi saat ini, kita sangat membutuhkan Jejaring Kerja (networking) untuk membangun mitra atau kerjasama agar menjadikan kehidupan kita lebih sukses. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat dipisahkan dari komunitasnya dan setiap orang di dunia ini tidak ada yang dapat berdiri sendiri melakukan segala aktivitas untuk memenuhi kebutuhannya, tanpa bantuan orang lain. Secara alamiah, manusia melakukan interaksi dengan lingkungannya, baik sesama manusia maupun dengan makhluk hidup lainnya.

Kerjasama pada intinya menunjukkan adanya kesepakatan antara dua orang atau lebih yang saling menguntungkan. Moh. Jafar Hafsah menyebut kerjasama ini dengan istilah “kemitraan”, yang artinya adalah “suatu strategi

bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan

saling membesarkan.”1

Dalam konsep Islam, Allah SWT menjadikan manusia masing-masing berhajat pada satu dengan yang lainnya supaya mereka saling menolong satu sama lain dalam segala urusan. Salah satunya adalah sistem kemitraan. Aktifitas perekonomian merupakan bagian terpenting dalam memenuhi

1

(12)

kebutuhan hidup manusia. Islam juga tidak menghendaki umatnya hidup dalam ketertinggalan dan keterbelakangan perekonomian. Aktifitas perekonomian dalam Islam bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup seseorang secara sederhana, memenuhi kebutuhan hidup keluarga serta kehidupan hidup bermasyarakat dalam jangka panjang.

Tidak bisa dipungkiri, kemitraan adalah salah satu cara menjalin hubungan baru dengan orang lain yang sama-sama memiliki kepentingan bersama , sehingga agar dapat menjalin kerjasama tersebut maka kita harus saling mengenal satu sama lain, dalam Al-Qur’an pun dapat ditegaskan dalam firman Allah SWT Surat Al-Hujurat Ayat 13 :

Artinya : “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki

dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya

kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi

Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui

lagi Maha Mengenal.” 2

Kerjasama dapat pula diartikan sebagai Syirkah. Syirkah menurut bahasa berarti Al-Ikhtilath atau khalatha ahada minal malaini yang artinya adalah campur atau percampuran dua harta menjadi satu dalam sebuah ikatan kerja sama yang dilakukan dua orang atau lebih dalam perdagangan. Dengan

2

Al-Mubin, 1999, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Revisi terbaru) Departemen Agama RI, CV.

(13)

adanya akad shirkah yang disepakati oleh kedua belah pihak, semua pihak yang mengikatkan diri berhak bertindak hokum terhadap harta serikat itu dan berhak mendapatkan keuntungan sesuai dengan persetujuan yang disepakati.3

Dalam H.R. Abu Dawud dan al-Hakim dari Abu Hurairah tentang hadis qudsi yang menyatakan :4

Sesungguhnya Allah SWT berfirman, Aku (Allah) merupakan orang

ketiga dalam perserikatan antara 2 orang yang bersekutu, Selama salah

seorang diantara keduanya tidak menghianati temannya. Aku akan keluar

dari persekutuan tersebut apabila salah seorang menghianatinya.”

Pada dasarnya prinsip yang dikembangkan dalam syirkah adalah prinsip keadilan dalam kemitraan antara pihak yang terkait untuk meraih keuntungan prinsip ini dapat di temukan dalam prinsip islam ta’awun dan ukhuwah dalam sektor bisnis, dalam hal ini syirkah merupakan bentuk kerjasama antara pemilik modal untuk mendirikan suatu usaha bersama yang lebih besar, atau kerja sama antara pemilik modal yang tidak memiliki keahlian dalam menjalankan usaha yang tidak memilki modal atau yang memerlukan modal tambahan, bentuk kerja sama antara pemilik modal dan pengusaha merupakan suatu pilihan yang lebih efektif untuk meningkatkan etos kerja.5

Kemitraan dalam lingkungan masyarakat Indonesia merupakan suatu hal yang tidak asing untuk diterapkan, karena bangsa ini sudah mengenal

3Dra. Hj. Suqiyah Musafa’ah, M.Ag, dkk, 2013,

Hukum Ekonomi dan Bisnis Islam 1, IAIN Sunan Ampel Press, Surabaya, hal. 196-197

4

Dr. Mardani, 2012, Fiqh Muamalah, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, hal. 224

5

(14)

kemitraan sejak berabad-abad lamanya meskipun dalam skala yang sederhana, seperti gotong royong, sambat sinambat, partisipasi, mitra masyarakat desa, mitra lingkungan dll. Dalam manajemen modern, baik dalam pengembangan sumberdaya manusia maupuan pengembangan kelembagaan / usaha, kemitraan merupakan salah satu strategi yang biasa ditempuh untuk mendukung keberhasilan implementasi manajamen modern. Kemitraan tidak sekedar diterjemahkan sebagai sebuah kerjasama, akan tetapi kemitraan memiliki pola, memiliki nilai strategis dalam mewujudkan keberhasilan suatu lembaga dalam menerapkan manajemen modern.

Kemitraan dalam implementasi manajemen modern yakni kesepahaman pengelolaan program, kesepahaman strategi pengembangan program antar lembaga yang bermitra, merupakan faktor utama yang pertama kali harus menjadi perhatian. Oleh karenanya diantara lembaga yang bermitra harus ada pelaku utama kegiatan, sebagai lembaga / orang yang bertanggungjawab terhadap keberhasilan program (kegiatan). Kekurangan dan kelebihan yang dimiliki oleh masing-masing lembaga / orang itulah yang dimitrakan sebagi wujud kerjasama untuk saling menutupi, saling menambah, dan saling menguntungkan (mutualisme).6

Kemitraan dapat dilakukan dalam transfer teknologi, transfer pengetahuan/keterampilan, transfer sumberdaya (manusia), transfer cara belajar (learning exchange), transfer modal, atau berbagai hal yang dapat

6

(15)

diperbantukan sehingga terpadu dalam wujud yang utuh. Wujud nyata kemitraan dapat disepakati sebagai sebuah konsep kerjasama di mana dalam operasionalisasinya tidak terdapat hubungan yang bersifat sub-ordinasi namun

hubungan yang setara bagi semua ”parties”.7

Kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. Karena merupakan strategi bisnis maka keberhasilan kemitraan sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan diantara yang bermitra dalam menjalankan etika bisnis.

Agar sasaran yang ingin diraih dapat direalisasikan dengan strategi yang telah ditetapkan, strategi perlu ditindaklanjuti dengan pelaksanaan (action). Pelaksanaan tidak akan efektif bila tidak didahului dengan perencanaan. Perencanaan yang baik minimal mengandung asas-asas untuk mencapai tujuan, realitas, dan wajar, efisien serta merupakan cerminan dari strategi dan kebijakan suatu organisasi.8

Menurut Stephanie K. Marrus, seperti yang dikutip Sukristono dalam buku karya Husen Umar. Strategi adalah suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai.9

7

Mustofa Kamil, Strategi Kemitraan dalam Pembangunan PNF melalui Pemberdayaan Masyarakat, hal 2

8

Husein Umar, 2001, Strategic Management in Action, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hal 27

9

(16)

Untuk menggalang kerjasama yang mempersatukan sejumlah kepentingan-kepentingan yang tidak mungkin dikerjakan sendiri-sendiri secara terpisah, maka diperlukan media yang baik sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan hidup biologis, social maupun kejiwaan. Pada banyak masyarakat, kebutuhan akan informasi membuat kegunaan media social saat ini menjadi sangat kuat dan berpengaruh besar di seluruh dunia.

ESQ adalah sebuah lembaga kemanusiaan yang fenomenal. Mampu menggugah dan mampu mengubah kehidupan seseorang baik dari segi intelektual, emosional maupun spiritual. ESQ memang berbeda dari pelatihan-pelatihan lain. ESQ bukan sekadar melatih kepemimpinan atau manajemen. Pelatihan ESQ merupakan pelopor training yang mengasah sisi spiritual dengan mendalam bersamaan dengan sisi emosi seseorang.ESQ adalah suatu inovasi mutakhiryang mengajarkan betapa pentingnya kecerdasan spiritual bagi setiap manusia. Diyakini bahwa kecerdasan spiritual merupakan pusat dan landasan dari semua kecerdasan yang ada, yakni Intellectual Quotient dan Emosional Quotient. ESQ bertujuan untuk menghasilkan manusia unggul di

(17)

Universitas Narotama, dan lain-lain. 10 Sehingga membuat lembaga ini semakin maju dan bermanfaat bagi umat, khususnya perbaikan revolusi mental dan akhlak.

Melihat dari perkembangan Lembaga tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang befokus pada Strategi Kemitraan tersebut, karena beberapa alasan, yakni 1) Lembaga Kemanusiaan ESQ Jatim merupakan lembaga yang berorientasi pada kecerdasan emosional dan spiritual, 2) Jarang ada lembaga sosial yang mendapatkan media patner yang begitu banyaknya, 3) ingin menerima tantangan baru, karena sebelumnya penulis tidak pernah mendapatkan mata kuliah strategi kemitraan secara konsisten dan detail.

Keberhasilan suatu kerjasama sangat bergantung pada komitmen yang diberikan oleh pihak yang melakukan kerjasama. Melihat perkembangan Lembaga Kemanusiaan ESQ Jatim yang banyak mendapat dukungan dari berbagai pihak. Dengan adanya fenomena ini, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Strategi Membangun Kemitraan dengan

Media Partner dalam Pengembangan Lembaga Kemanusiaan ESQ Jatim ”

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah tersebut, dapat disimpulkan beberapa masalah yang menjadi sasaran penelitian ini adalah :

1. Bagaimana Strategi Membangun Kemitraan oleh Lembaga Kemanusiaan ESQ Jatim?

10

(18)

2. Apakah Strategi Kemitraan mendukung operasional dalam pengembangan Lembaga Kemanusiaan ESQ Jatim?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada latar belakang masalah dan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini antara lain :

1. Untuk mengetahui Bagaimana Strategi Membangun Kemitraan oleh Lembaga Kemanusiaan ESQ Jatim.

2. Untuk mengetahui Apakah Strategi Kemitraan mendukung operasional dalam pengembangan Lembaga Kemanusiaan ESQ Jatim.

D. Manfaat Penelitian

(19)

teoritis untuk meng-update dan meng-upgrade sistem pengelolaan dan pengembangan organisasinya.11

Maka dari itu, penelitian ini amat penting untuk dilakukan karena dapat memberikan beberapa manfaat sebagaimana berikut :

1) Bagi Instansi

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan organisasi khususnya kebijaksanaan mengenai kerja sama atau kemitraan yang dijalin oleh Lembaga Kemanusiaan ESQ

Jatim.

2) Bagi Penulis

Merupakan media untuk menerapkan teori-teori yang diperoleh di bangku perkuliahan terhadap realita yang ada di dunia kerja, terutama yang berhubungan dengan Strategi Membangun Kemitraan dengan Media Support dalam Pengembangan Lembaga Kemanusiaan ESQ Jatim.

3) Bagi Lembaga

Dapat digunakan sebagai bahan referensi ilmiah sekaligus menjadi bahan masukan untuk kepentingan pengembangan ilmu bagi pihak-pihak tertentu guna menjadikan skripsi ini menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya terhadap objek sejenis atau aspek lainnya yang belum tercakup dalam penelitian ini.

11

(20)

E. Definisi Konsep

Setelah mengemukakan beberapa teori tentang variabel yang diteliti, kemungkinan ada beberapa konsep yang ada dalam teori tersebut. Untuk itu kita perlu menjelaskan arti dari konsep yang kita pakai, sebab tiap orang mungkin punya pengertian yang berbeda dengan orang lain dalam mengartikan suatu konsep.

Menurut Masri Singarimbun dikutip oleh Drs. Mardalis mengatakan, “Konsep adalah generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu, sehingga

dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama. Dalam kenyataannya konsep dapat mempunyai tingkat generalisasi yang berbeda. Semakin dekat suatu konsep kepada realita semakin mudah konsep tersebut di ukur dan diartikan.12

Definisi konsep adalah batasan tentang pengertian yang diberikan peneliti terhadap vaiabel-variabel (konsep) yang hendak diukur, diteliti, dan digali datanya.13

Konsep merupakan unsur pokok atau inti dari sebuah penelitian dan suatu konsep sebenarnya adalah definisi singkat dari sejumlah fakta atau tanda-tanda yang muncul. Konsep dalam penelitian ini ditentukan oleh batasan permasalahan dan ruang lingkup, dengan harapan di dalam permasalahan tersebut tidak terjadi salah pengertian atau salah pemahaman dan persepsi yang tetap mengacu pada tata aturan penelitian. Untuk mempermudah

12

Drs. Mardalis, 1999, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, Cet 4, PT Bumi Aksara, Jakarta, hal. 40

13

(21)

pembahasan perlu adanya definisi operasional yang jelas untuk menghindari kesalahpahaman sehubungan dengan judul di atas, yaitu :

1. Strategi

Strategi adalah visi yang diarahkan pada “apa” yang harus dicapai oleh

organisasi dan bukan “bagaimana” cara mencapainya. 14 Strategi dapat didefinisian pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu. Di dalam strategi yang baik terdapat koordinasi team kerja, memiliki tema, mengidentifikasi faktor pendukung yang sesuai dengan prinsip-prinsip pelaksanaan gagasan secara rasional, efisien dalam pendanaan, dan memiliki taktik untuk mencapai tujuan secara efektif. 2. Membangun Kemitraan

Kemitraan adalah seni berkomunikasi antar orang yang satu dengan yang lain, berbagi ide, informasi dan sumber daya untuk meraih kesuksesan individu atau kelompok. Selain itu, kemitraan juga diartikan sebagai jalinan hubungan yang bermanfaat dan saling menguntungkan. Dalam arti kata lain, membangun kemitraan haruslah berlandaskan prinsip saling menguntungkan dan komunikasi dua arah (dialogis).15

3. Media Patner

Media Partner adalah kerjasama sebuah orang/instansi/organisasi dengan media untuk menyebarkan sebuah informasi. Media patner menjadi

14

Benjamin B. Tregoe dan John W. Zimmerman, 1980, Strategi Manajemen, Erlangga, Jakarta, hal. 15

15

Ir. Bambang Sigit & Nizar, S.Sos, 2012, Membangun Jejaring Kerja dan Kemitraan,

(22)

penting bagi seseorang / perusahaan karena mereka membutuhkan satu publisitas untuk memperkenalkan dan memberikan informasi segala hal tentang mereka kepada khalayak umum. Sebuah organisasi atau perusahaan tidaklah mungkin berkembang tanpa menggunakan media atau sarana dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Setiap organisasi atau perusahaan tentu menginginkan usahanya lebih maju dengan cara menjalin kerjasama atau bermitra dengan patner-nya. Patner disini, peneliti artikan sebagai media atau alat yang mendukung terjalinnya kerjasama diantara 2 pihak melalui media massa. Jadi dapat dikatakan bahwa media patner adalah alat / media yang mendukung kemitraan tersebut atau bisa disebut sebagai media massa.

Media massa adalah teknologi yang membawa pesan-pesan yang di-encode dibawa melalui suatu medium, yaitu alat untuk mengirimkan informasi kepada sejumlah orang, seperti surat kabar membawa kata-kata yang tercetak, serta radio membawa suara musik dan berita.16

4. LKESQ Jatim

LKESQ Merupakan lembaga non profit yang mendedikasikan seluruh potensi yang ada bagi pemberdayaan masyarakat kurang mampu melalui pengelolaan dana sosial/ CSR dan donasi kemanusiaan dari masyarakat (Donasi, Infaq, Sedekah, dan Zakat) serta dana lain baik dari

16

(23)

perseorangan, lembaga maupun perusahaan/ CSR, dalam upaya mewujudkan kebaikan bersama menuju Indonesia Emas 2020.

F. Sistematika Pembahasan

Untuk memberikan gambaran umum tentang penelitian yang dilakukan dan kejelasan mengenai hasilnya, maka skripsi ini terdiri dari 5 Bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pengantar permasalahan yang akan dibahas dan meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konsep dan sistematika pembahasan.

BAB II : KAJIAN TEORETIK

Pada Bab ini akan memaparkan tentang hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan permasalahan dan tujuan penelitian, serta landasan teori yang menjadi dasar pembahasan. Teori-teori yang dimaksudkan diantaranya adalah teori-teori tentang Strategi serta teori-teori tentang kemitraan atau kerjasama (Partnership) dengan media massa yang digunakan dalam pengembangan Lembaga Kemanusiaan ESQ Jatim.

BAB III : METODE PENELITIAN

(24)

dan sumber data, tahap-tahap penelitian, teknik pengumpulan data, teknik validitas data, dan teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini.

BAB IV : HASIL PENELITIAN

Bab ini membahas tentang gambaran umum obyek penelitian, penyajian data, dan deskripsi hasil penelitian, Analisis data mengenai Strategi membangun Kemitraan dengan Media Patner dalam Pengembangan Lembaga Kemanusiaan ESQ Jatim yang merupakan hasil dari penelitian.

BAB V : PENUTUP

(25)

15 BAB II

KAJIAN TEORETIK

A. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Penelitian tentang “Strategi Membangun Kemitraan dengan Media

Support dalam Pengembangan Lembaga ESQ Jatim” ini merupakan penelitian

yang jarang dilakukan di institut ini, khusunya di Fakultas Dakwah dan Komunikasi, karena kebanyakan menganalisis Hukum Islam mengenai Kemitraan yang terdapat di Fakutas Syari’ah dan Bisnis. Adapun penelitian

terdahulu yang dapat penulis rumuskan dalam bentuk deskripsi dan tabel antara lain :

Tabel 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu

1. Nama Mustofa Kamil

Judul Strategi Kemitraan dalam Membangun PNF melalui Pemberdayaan Masyarakat

Jenis, Tahun, dan Metode Penelitian

(26)

Hasil Temuan Penelitian

Mengetahui jenis atau model PNF, serta keunggulan dan kelemahannya. Terdapat beberapa aspek yang dapat dikembangkan diantaranya : 1) program kegiatan, 2) sarana dan prasarana, 3) dana, 4) tenaga, 5) pendayagunaan hasil, 6) lembaga organisasi potensial yang dijadikan mitra.

Tujuan Penelitian Untuk mengetahui model, keunggulan, dan kelemahan organisasi PNF melalui Pemberdayaan Masyarakat.

Persamaan Sama-sama membahas tentang strategi kemitraan, serta menggunakan pendekatan Kualitatif Deskriptif dengan Analisis SWOT.

(27)

yang digunakan dalam pengembangan Lembaga Kemanusiaan ESQ Jatim.

Tabel 2.2 Kajian Penelitian Terdahulu

2. Nama Handy Putra Utama

Judul Analisis Hukum Islam terhadap Pola Kemitraan dalam Usaha Peternakan Ayam Broiler di PT Kenongo Perdana Pasuruan.

Jenis, Tahun, dan Metode Penelitian

Skripsi, 2009, metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah teknik analisis data dengan pola deskriptif analisis, kemudian ditarik kesimpulan menggunakan pola pikir logika induktif. Teknik Pengumpulan Data melalui observasi, interview, dan dokumenter.

Hasil Temuan Penelitian

(28)

yang diterapkan dalam islam adalah bertujuan saling tolong menolonglah dalam kebaikan.

Tujuan Penelitian untuk menjelaskan dan menjawab bagaimana pola kemitraan dan sistem bagi hasil dalam usaha peternakan ayam broiler di PT Kenongo Perdana Pasuruan.

Persamaan Sama-sama mencari data mengenai Kemitraan menggunakan Teknik Pengumpulan Data melalui wawancara, observasi, dokumenter, dan lain-lain.

(29)

deskriptif dengan Analisis SWOT.

Tabel 2.3 Kajian Penelitian Terdahulu

3. Nama Ulin Nuha

Judul Strategi Pemasaran melalui Media Massa di SMA Khadijah Surabaya.

Jenis, Tahun, dan Metode Penelitian

Skripsi, 2009, metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah penelitian deskriptif kualitatif Teknik Pengumpulan Data melalui observasi, interview, dan dokumenter, dan Teknik analisa data meliputi induktif dan deskriptif.

Hasil Temuan Penelitian

(30)

sekilas dan sesaat.

Tujuan Penelitian Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat strategi pemasaran melalui media massa di SMA Khadijah Surabaya.

Persamaan Sama-sama mencari data mengenai strategi dan media massa, serta menggunakan penelitian deskriptif kualitatif dengan teknik Pengumpulan Data melalui wawancara, observasi, Dokumenter, dan lain-lain.

(31)

Tabel 2.4 Kajian Penelitian Terdahulu

4. Nama Augustin Rina Herawati

Judul Strategi Kemitraan Usaha Mikro Kecil Menengah ( UMKM ) – Usaha Besar dengan Pemodelan System Archetype Jenis, Tahun, dan

Metode Penelitian

Tesis, 2011, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Systems Dinamics. Tipe Pemodelan yang digunakan adalah Systems Archetype & Laverage. Sistem Archetypes merupakan

kombinasi umpan balik Reinforcing dan Balancing yang umum terjadi, terdiri

dari dua atau lebih umpan balik. Hasil Temuan

Penelitian

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa strategi yang mungkin dilakukan adalah dengan memperluas sumber daya yang terbatas, yakni melakukan kemitraan dengan PT ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour Mills. Kesimpulan dari penelitian

(32)

suatu investasi – bukan cost – dan dapat menghasilkan win-win solution atau sinergi yang menghasilkan keadilan bagi masyarakat dan keamanan berusaha serta keserasian dengan lingkungan.

Tujuan Penelitian Untuk menganalisa struktur hubungan antar unsur yang saling mempengaruhi pada UMKM Mitra ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour Mills dengan menggunakan model Systems Archetype & Laverage.

Persamaan Sama-sama mencari data mengenai teori kemitraan.

Perbedaan Perbedaan penelitian ini adalah terletak tujuan dan rumusan masalah, metode penelitian menggunakan metode Systems Archetype & Laverage. Selain itu

(33)

Tabel 2.5 Kajian Penelitian Terdahulu

5. Nama Indah Rahmawati

Judul Manajemen Kemitraan Pondok

Pesantren dengan Alumni (Studi kasus di

Pondok Pesantren Raudlatul „Ulum Ar

-Rahmaniyah Pramian Sreseh Sampang Madura)

Jenis, Tahun, dan Metode Penelitian

Skripsi, 2014, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan jenis pendekatan studi kasus. Dalam penggalian data, peneliti menggunakan teknik wawancara dan dokumentasi, untuk menguji keabsahan data peneliti menggunakan teknik triangulasi. Adapun teknik analisis data menggunakan teori Miles & Hubermen yang meliputi reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan.

Hasil Temuan Penelitian

(34)

pondok pesantren dengan alumni terjalin sangat baik sekali melalui tali silaturrahmi, 2) Hubungan timbal balik pondok pesantren dengan alumni yang diperoleh sampai saat ini yaitu dimana perkumpulan atau tali silaturraminya organisasi IQBAL RUA tetap terjaga, dan Pondok Pesantren Ar-Rahmaniyah semakin berkembang.

Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk 1) mendeskripsikan bentuk manajemen kemitraan yang diterapkan pondok

pesantren Raudlatul „Ulum Ar

-Rahmaniyah Pramian Sreseh Sampang Madura dengan Alumni, 2) Mendeskripsikan hubungan timbal balik antara pondok pesantren Raudlatul

„Ulum Ar-Rahmaniyah Pramian Sreseh

Sampang Madura dengan Alumni.

(35)

wawancara & dokumentasi, teknik analisis data mengguankan teori Miles & Hubermen.

Perbedaan Perbedaan penelitian ini adalah terletak pada tujuan dan rumusan masalah, analisis data juga menggunakan Analisis SWOT.

B. Kerangka Teori

Menurut kamus Bahasa Indonesia Poerwandarminta dikutip oleh Drs. Mardalis mengartikan teori sama dengan “pendapat yang dikemukakan

sebagai suatu keterangan mengenai sesuatu peristiwa (kejadian), dan asas-asas, hukum-hukum umum yang menjadi dasar sesuatu-sesuatu kesenian atau ilmu pengetahuan; serta pendapat cara-cara atau aturan-aturan untuk

melakukan sesuatu”.17

Agar lebih jelasnya pendapat menurut Sumadi Suryabrata dikutip oleh Drs. Mardalis yang mengatakan:

“ … mencari teori-teori, konsep-konsep, generalisasi-generalisasi yang dapat dijadikan landasan teoritis bagi penelitian yang akan dilakukan itu. Landasan teori perlu ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh, dan bukan sekedar perbuatan coba-coba (trial dan error). Untuk mendapatkan informasi mengenai berbagai hal yang disebutkan di atas harus melakukan penelaahan kepustakaan. Memang pada umumnya lebih dari 50%

17

(36)

kegiatan dalam seluruh proses penelitian itu adalah membaca. Karena itu sumber bacaan merupakan bagian penunjang penelitian yang esensial”.18

Untuk memperjelas dan menghindari terjadinya penafsiran yang salah dalam judul Strategi Membangun Kemitraan dengan Media Patner dalam Pengembangan Lembaga Kemanusiaan ESQ Jatim, maka penulis memberikan penjelasan lebih detail di dalamnya.

1. Strategi

a. Pengertian Strategi

Istilah Strategi berasal dari bahasa Yunani “ Strategeia”, yang

berasal dari kata stratos yang berarti militer dan ag yang artinya memimpin. Strategi dalam konteks awalnya ini diartikan sebagai generalship atau sesuatu yang dikerjakan oleh para jendral dalam

membuat rencana untuk menaklukan musuh dan memenangkan perang. Strategi juga bisa diartikan sebagai suatu rencana untuk pembagian dan penggunaan kekuatan militer dan material pada daerah-daerah tertentu untuk mencapai tujuan tersebut. 19

Menurut Gerry Jhonson dan Kevan Scholes, dalam buku mereka berjudul Exploring Corporate Strategy dikutip oleh Edward Russell-Walling menawarkan definisi: “strategi adalah arah dan jangkauan suatu organisasi dalam jangka panjang; yang mencapai keunggulan organisasi melalui konfigurasi sumber dayanya dalam

18

Drs. Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, hal. 43

19

(37)

suatu lingkungan yang menantang, untuk memenuhi berbagai kebutuhan dan harapan pihak-pihak yang berkepentingan.”20

Strategi adalah visi yang diarahkan pada “apa” yang harus

dicapai oleh organisasi itu, dan bukan “bagaimana” organisasi tersebut sampai disana. Benjamin B. Tregeo dan John W. Zimmerman mendefinisikan bahwa strategi adalah sebagai kerangka yang membimbing serta mengendalikan pilihan-pilihan yang menetapkan sifat dan arah dari suatu organisasi.21

Menurut Stoner, Freeman, dan Gilbert, Jr. dikutip oleh Fandy Tjiptono berjudul Strategi Pemasaran, konsep strategi dapat didefinisikan berdasarkan dua perspektif yang berbeda, yaitu (1) dari perspektif mana suatu organisasi ingin lakukan (intends to do), dan (2) dari perspektif apa yang organisasi akhirnya lakukan (eventually does).22

Pernyataan strategi secara ekplisit merupakan kunci keberhasilan dalam menghadapi perubahan lingkungan bisnis. Strategi memberikan kesatuan arah bagi semua anggota organisasi. Bila konsep strategi tidak jelas, maka keputusan yang diambil akan bersifat subyektif atau berdasarkan intuisi belaka dan mengabaikan keputusan yang lain.23

20

Edward Russell-Walling, 2008, 50 Terobosan Manajemen yang perlu Anda Ketahui, Erlangga, Jakarta, hal. 48

21

Benjamin B. Tregeo dan John W. Zimmerman, 1980, Strategi Manajemen, Erlangga, Jakarta, hal. 15

22

Fandy Tjiptono, 2008, Strategi Pemasaran, Edisi 3, CV. Andi Offset, Yogyakarta, hal. 3

23

(38)

Pengertian strategi adalah rencana yang disatukan, luas dan berintegrasi yang menghubungkan keunggulan strategis organisasi dengan tantangan lingkungannya, yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama dari perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi. Pengertian strategi secara umum dan khusus sebagai berikut:24

1) Pengertian umum strategi adalah proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai.

2) Pengertian khusus strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan demikian, strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi.

Dari definisi strategi yang dikemukakan maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa strategi adalah proses dimana untuk mencapai suatu tujuan dan berorientasi pada masa depan untuk berorientasi pada suatu persaingan guna mencapai sasaran yang tepat. Strategi dibutuhkan oleh semua perusahaan atau lembaga dan bahkan diperlukan oleh individu dalam pencapaian suatu tujuan. Dengan

24

(39)

adanya strategi maka yang dibuat atau yang direncanakan akan mudah untuk mencapai suatu sasaran yang diperlukan.

b. Faktor-Faktor Pembentuk Strategi

Dalam pembentukan strategi suatu organisasi, strategi tersebut dipengaruhi oleh unsur-unsur yang berkaitan dengan lingkungan, arah, kondisi, tujuan dan sasaran yang menjadi dasar budaya organisasi tersebut. Ada beberapa komponen pembentuk strategi, yaitu :25

1) Secara makro, lingkungan organisasi tersebut akan dipengaruhi oleh unsur-unsur kebijakan umum, budaya yang dianut, sistem perekonomian dan teknologi yang dikuasai oleh organisasi bersangkutan.

2) Secara mikro, tergantung dari misi organisasi, sumber-sumber dimiliki (sumber daya manusia dan sumber daya guna lainnya yang dikuasai), sistem, pengorganisasian dan rencana atau program dalam jangka panjang serta tujuan dan saran yang hendak dicapai.

c. Model – Model Pembuatan Strategi

Tahap pembuatan strategi adalah suatu tahap yang paling menentang sekaligus menarik dalam proses merubah strategi. Inti pokok dalam tahapan ini adalah bagaimana sebuah lembaga mampu menciptakan strategi-strategi yang cocok untuk menjalin sebuah kemitraan (patnership). Pembuatan strategi merupakan suatu hal yang

25

(40)

penting yang harus dikerjakan pemimpin perusahaan atau lembaga karena proses ini adalah yang menentukan bagaimana lembaga dapat mencapai tujuan-tujuannya.

Adapun model-model pembuatan strategi yang dikemukakan oleh Henry Mintzberg dari Universitas Me Gill, dalam artikel “tiga

model pembuatan strategi”, proses pembuatan strategi dalam ekonomi

kebijakan publik dan manajemen, ia menyimpulkan bahwa ada tiga model dalam pembuatan strategi, yaitu :26

1) Model Entrepreneur (Entrepreneur Mode)

Dalam model ini pemimpin yang sangat aktif mencari peluang-peluang baru sehingga pemimpin mempunyai kekuatan bisnis, berani mengambil resiko tinggi dari pada hanya mengandalkan pada alternatif aman. Model ini biasanya digunakan oleh perusahaan atau lembaga yang masih mudah atau aman dan masih kecil dengan tujuan utama pertumbuhan.

2) Model Penyesuaian (Adaptive Mode)

Dalam model ini dilakukan oleh pembuat strategi sebagai reaksi dari timbulnya suatu permasalahan, sehingga pembuat strategi harus fleksibel dan mudah beradaptasi pada lingkungan yang dinamis dan kompleks.

26

(41)

3) Model Perencanaan (Planning Mode)

Model ini menitik beratkan pada analisa sistimatis yang dilakukan berdasarkan analisa biaya dan keuntungan. Perencanaan strategi jangka panjang dibuat pada saat lingkungan yang menganut model ini adalah efisiensi dan pertumbuhan.

d. Tahap – tahap dalam Proses Manajemen Stategik

Manajemen strategik merupakan suatu proses yang dinamik karena ia berlangsung secara terus-menerus dalam suatu organisasi. Setiap strategi memerlukan peninjauan ulang dan bahkan mungkin perubahan di masa depan. Sa salah satu alasan mengapa demikian halnya ialah karena kondisi yang dihadapi oleh organisasi, baik yang sifatnya internal maupun eksternal selalu berubah-ubah pula. Dengan perkataan lain strategi manajemen dimaksudkan agar organisasi menjadi satuan yang mampu menampilkan kinerja tinggi karena organisasi yang berhasil adalah organisasi yang tingkat efektivitas dan produktivitasnya makin lama makin tinggi. Dalam merumuskan dan menetapkan suatu strategi, maka berbagai tahap harus dilalui. Harus diakui bahwa di kalangan para pakar manajemen, tidak terdapat

kesepakatan “universal” mengenai jumlah tahap-tahap tersebut.

Kesepakatan “ universal ” yang ada ialah bahwa proses manajemen

(42)

Gambar 2.1

Suatu Model Manajemen Strategik

2. Kemitraan

a. Pengertian Kemitraan

Jejaring kerja dan kemitraan pada lazimnya dikenal dengan

istilah “Partnership”. Secara estimologis, istilah “Partnership” berasal

dari kata “Partner” yang berarti pasangan, jodoh, sekutu, atau

kompanyon. Sedangkan “Partnership” diterjemahkan sebagai Misi Organisasi

Profil Bisnis Sekarang Lingkungan

Eksternal

Analisis dan Pilihan Strategik

Sasaran Jangka Panjang

Bisnis Masa Depan

Strategi Induk

Sasaran Jangka Pendek

Kebijaksanaan Strategi Operasional

Sistem Umpan Balik

(43)

persekutuan atau pengkonsian. Dengan demikian, kemitraan dapat dimaknai sebagai suatu bentuk persekutuan antar dua pihak atau lebih yang membentuk satu ikatan kerjasama di suatu bidang usaha tertentu atau tujuan tertentu sehingga dapat memperoleh manfaat atau hasil yang lebih baik.27

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti kata mitra adalah teman, kawan kerja, pasangan kerja, rekan. Kemitraan mempunyai arti perihal hubungan atau jalinan kerjasama sebagai mitra.28

Menurut Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, pengertian kemitraan tercantum pada pasal 1 angka (13). Dalam undang – undang tersebut, kemitraan diartikan sebagai kerjasama dalam keterkaitan usaha, baik langsung maupun tidak langsung, atas prinsip dasar saling memerlukan, mempercayai, memperkuat, dan menguntungkan yang melibatkan pelaku usaha mikro, kecil dan menengah dengan usaha besar.29

Agung sudjatmoko (2009) dalam bukunya yang berjudul “Cara

Cerdas Pengusaha Hebat” dikutip dalam buku yang diterbitkan oleh

Badan Kehutanan mengatakan bahwa kemitraan merupakan kerjasama terpadu antara dua belah pihak atau lebih yang menyatukan potensi

Tim Penyusun Kasus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1991, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, hal. 10

29

(44)

bisnis dalam menghasilkan keuntungan yang optimal.30 Pengertian tersebut diungkapkan juga oleh Dr. Frank Minirth dalam bukunya yang

berjudul “You Can”. Menurutnya jejaring kerja atau kemitraan adalah

seni berkomunikasi antar orang yang satu dengan yang lain, berbagi ide, informasi dan sumber daya untuk meraih kesuksesan individu atau kelompok (networking is a process of getting together to get ahead. It is the building of mutually beneficial relationship). Networking adalah

proses kebersamaan. Selain itu, networking juga diartikan sebagai jalinan hubungan yang bermanfaat dan saling menguntungkan. Dalam arti kata lain, membangun networking haruslah berlandaskan prinsip saling menguntungkan dan komunikasi dua arah (dialogis).31

Partnership atau Perkongsian merupakan suatu Jenis

Organisasi Usaha yang dibentuk atas dasar persetujuan dua orang atau lebih mengenai jumlah sumbangan mereka (modal dan tenaga) dan mengenai pembagian laba jika ada. Seseorang yang melakukan hubungan perkongsian dengan orang atau orang-orang lain dengan tujuan untuk menyelenggarakan usaha bersama.32

Bentuk badan usaha perkongsian (general partnership) adalah hubungan usaha secara kontrak yang diikuti oleh lebih dari satu orang dengan maksud untuk menjalankan usaha untuk mendapatkan

(45)

keuntungan. Jumlah modal yang dikumpulkan tidak sama antar satu partner dengan partner yang lain, bahkan beberapa partner mungkin tidak menyetorkan modalnya. Sebagai gantinya, mereka menyumbangkan jasa atau namanya.

Pada kenyataannya di lapangan, jejaring kerja dan kemitraan dapat dimaknai menjadi dua: pertama, bahwa walaupun pada tataran konseptual terdapat sentuhan kesamaan, namun pada praktiknya antara membangun jejaring kerja dengan kemitraan terdapat perbedaan. Jejaring kerja merupakan bentuk kerja sama yang masih belum konkret wujudnya karena peran para pihak belum bisa dimainkan. Sementara di sisi lain, kemitraan merupakan wujud yang lebih konkret dari jalinan kerjasama karena semua pihak yang terlibat dalam kemitraan mengetahui dan mampu memainkan perannya masing-masing sesuai dengan aturan ataupun batasan yang telah disepakati bersama. Kedua, bahwa jejaring kerja merupakan awal dari jalinan kemitraan atau dengan kata lain bahwa tindak lanjut dari jejaring kerja adalah kemitraan. Pada titik ini, antara jejaring kerja dengan kemitraan dapat diibaratkan sebagai sebuah mata yang dimana masing-masing sisinya tidak dapat dipisahkan satu sama lain.

b. Asas Kemitraan

(46)

masyarakat. Asas yang merupakan pengembangan nilai-nilai ini dijabarkan melalui norma-norma atau aturan-aturan dalam suatu perundang-undangan.

Kemitraan yang mempunyai dasar peraturan di dalam Undang - Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1997 tentang kemitraan harus berdasarkan asas-asas hukum agar pelaksanaan kemitraan menurut peraturan-peraturan tersebut menjadi lebih efektif. Asas-asas kemitraan antara lain adalah:33

1) Asas Subsidiaritas

Kemitraan usaha dirancang sebagai bagian dari upaya pemberdayaan usaha kecil. Pengusaha besar berperan sebagai faktor percepatan pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah dalam mendukung usaha mikro, kecil dan menengah menuju kemandirian usaha.

2) Asas Kebersamaan

Kemitraan usaha terbuka bagi semua pengusaha besar yang berpartisipasi menjadi pemrakarsa di semua sektor usaha.

3) Asas Sukarela

Keikutsertaan dalam kemitraan usaha nasional sebagai pemrakarsa atau mitra usaha bukanlah kewajiban yang mutlak melainkan keinginan pihak secara sukarela.

33

Ir. Bambang Sigit & Nizar, S.Sos, 2012, Membangun Jejaring Kerja dan Kemitraan,

(47)

4) Asas Keuntungan Timbal Balik

Kemitraan usaha nasional ini dibina dan dikembangkan untuk memberikan manfaat bagi kedua belah pihak yang bermitra.

5) Asas Desentralisasi

Kemitraan usaha diselenggarakan oleh masing-masing usaha besar bersama mitra usahanya untuk merancang sendiri pola kemitraan tersebut. Pemerintah berperan sebagai penghubung, penggerak dan pemantau pelaksanaan kemitraan tersebut.

Asas – asas tersebut di atas merupakan dasar bagi pelaksanaan kemitraan. Terpenuhinya asas – asas kemitraan tersebut dalam pelaksanaan kemitraan mengakibatkan pelaksanaan kemitraan lebih efektif dan tujuan dari kemitraan ini dapat tercapai.

c. Pola – Pola Kemitraan

Kemitraan dapat dilaksanakan dalam berbagai macam pola. Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Kecil, Mikro dan Menengah menyebutkan bahwa kemitraan dapat dilaksanakan dengan beberapa pola, antara lain :34

1. Pola Inti – Plasma

Pola Inti-Plasma adalah hubungan kemitraan antara usaha kecil dengan usaha menengah atau usaha besar sebagai inti membina dan mengembangkan usaha kecil yang menjadi plasma dalam

34

Ir. Bambang Sigit & Nizar, S.Sos, 2012, Membangun Jejaring Kerja dan Kemitraan,

(48)

penyediaan lahan, penyediaan sarana produksi, pemberian bimbingan teknis manajemen usaha, produksi, perolehan, penguasaan dan peningkatan teknologi yang diperlukan bagi peningkatan efisiensi dan produktivitas usaha. Pola Inti-Plasma ini memerlukan keseriusan dan kesiapan baik pihak usaha mikro, kecil dan menengah sebagai pihak yang mendapat bantuan untuk dapat mengembangkan usahanya maupun pihak usaha besar yang mempunyai tanggung jawab sosial untuk mengembangkan usaha kecil sebagai mitra usaha dalam jangka panjang.

2. Pola Subkontrak

Pola Subkontrak adalah suatu sistem yang menggambarkan hubungan antara usaha besar dengan usaha kecil / menengah, di mana usaha besar sebagai perusahaan induk (parent firrr) meminta kepada usaha kecil / menengah (selaku subkontraktor) untuk mengerjakan seluruh atau sebagian pekerjaan (komponen) dan tanggung jawab penuh pada perusahaan induk. Dari pengertian tersebut, terlihat adanya pembagian kerja yang antara perusahaan besar dan kecil yang berlangsung alamiah. hal tersebut disebabkan karena kedua belah pihak mempunyai rasa saling membutuhkan atau ketergantungan.

3. Pola Waralaba

(49)

mana franchisee diberikan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan ciri khas usaha, dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan pihak franchisor dalam rangka penyediaan atau penjualan barang dan atau jasa. dan uraian tersebut di atas dapat dikatakan bahwa waralaba merupakan suatu bentuk penyediaan atau penjualan barang dan atau jasa yang mempergunakan hak atas kekayaan intelektual milik franchisor meliputi merk, nama dagang, logo, desain, hak cipta, rahasia dagang dan paten. Dengan kemitraan sistem waralaba ini, seseorang yang ingin berusaha di bidang bisnis franchise tidak perlu bersusah payah memperkenalkan merk dagang pada masyarakat konsumen. dengan konsep bisnis menyeluruh akan memberikan keuntungan bagi pengusaha kecil untuk langsung memiliki sistem bisnis yang mapan serta produk dan jasa yang memliki reputasi sehingga mereka tidak perlu repot-repot merumuskan konsep bisnis, memperkenalkan kualitas produk / jasa yang dipasarkannya.

4. Pola Perdagangan Umum

(50)

memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh usaha besar dan atau usaha menengah yang bersangkutan.

5. Pola Distribusi dan Keagenan

Pola distribusi dan keagenan merupakan hubungan kemitraan, di mana pihak principal memproduksi / memiliki sesuatu, sedangkan pihak lain (agen) bertindak sebagai pihak yang menjalankan bisnis tersebut dan menghubungkan produk yang bersangkutan langsung dengan pihak ketiga.

6. Bentuk – Bentuk Lain

Bentuk – bentuk pola kemitraan lain tersebut antara lain seperti bagi hasil, kerjasama operasional, usaha patungan (joint venture), dan penyumberluaran (outsourcing).

d. Prinsip Membangun Kemitraan

Dalam membangun kemitraan diperlukan adanya prinsip-prinsip yang harus disepakati bersama agar terjalin kuat dan berkelanjutan. Prinsip – prinsip tersebut di antaranya adalah :35

1) Kesamaan Visi - Misi

Kemitraan hendaknya dibangun atas dasar kesamaan visi dan misi, serta tujuan organisasi. Kesamaan visi dan misi menjadi motivasi dan perekat pola kemitraan tersebut.

2) Kepercayaan (trust)

35

Ir. Bambang Sigit & Nizar, S.Sos, 2012, Membangun Jejaring Kerja dan Kemitraan,

(51)

Setelah adanya kesamaan visi dan misi, maka prinsip berikutnya yang tidak kalah penting adalah adanya rasa saling percaya antarpihak yang bermitra. Kepercayaan adalah modal dasar dalam membangun kemitraan yang sinergis dan mutualis. Untuk dapat dipercaya, maka komunikasi yang dibangun harus dilandasi oleh

I’tikad (niat) yang baik dan menjunjung tinggi kejujuran.

3) Saling menguntungkan

Asas saling menguntungkan merupakan pondasi yang kuat dalam membangun kemitraan. Jika dalam bermitra ada salah satu pihak yang merasa dirugikan ataupun merasa tidak mendapat manfaat lebih, maka akan mengganggu keharmonisan dalam bekerja sama. Antara pihak yang bermitra harus saling member kontribusi sesuai peran masing-masing dan harus saling merasa diuntungkan dengan adanya jalinan kemitraan.

4) Efisiensi dan Efektifitas

(52)

dari pihak yang bermitra tentang siapa melakukan apa sehingga pencapaian tujuan diharapkan menjadi lebih efektif.

5) Komunikasi dialogis

Komunikasi timbal balik dilaksanakan secara dialogis atas dasar saling menghargai satu sama lainnya. Komunikasi dialogis merupakan pondasi dalam membangun kerjasama. Tanpa komunikasi dialogis akan terjadi dominasi pihak yang satu terhadap pihak yang lainnya yang pada akhirnya dapat merusak hubungan yang sudah dibangun.

6) Komitmen yang kuat

Kemitraan akan terbangun dengan kuat dan permanen. Jika ada komitmen satu sama lain terhadap kesepakatan-kesepakatan yang dibuat bersama.

3. Media Partner

Media Partner adalah kerjasama sebuah orang atau instansi atau organisasi dengan media untuk menyebarkan sebuah informasi. Media patner menjadi penting bagi seseorang/ perusahaan karena mereka mebutuhkan satu publisitas untuk memperkenalkan dan memberikan informasi segala hal tentang mereka kepada khalayak umum.

(53)

sekali bagi mereka untuk mencuri hati dan menciptakan sebuah fenomena baru.

Media partner (mitra kerja) adalah media baik berupa media massa maupun instansi yang dalam kegunaannya dapat saling membantu atau men-support segala kegiatan yang ada dalam suatu industri atau instansi atau organisasi.

Sebuah organisasi atau perusahaan tidaklah mungkin berkembang tanpa menggunakan media atau sarana dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Setiap organisasi atau perusahaan tentu menginginkan usahanya lebih maju dengan cara menjalin kerjasama atau bermitra dengan patner-nya. Patner disini, peneliti artikan sebagai media atau alat yang

mendukung terjalinnya kerjasama diantara 2 pihak. Jadi dapat dikatakan bahwa media patner adalah alat / media yang mendukung kemitraan tersebut atau bisa disebut sebagai media massa.

a. Pengertian Media Massa

AECT dikutip oleh Wina Sanjaya mengatakan bahwa sebuah organisasi yang bergerak di bidang teknologi dan komunikasi, mengartikan media sebagai segala bentuk yang digunakan untuk proses penyaluran informasi. Demikian juga Molenda dan Russel

mengungkapkan bahwa “media is a channel of communication.

Derived from the latin word for “between”, the term refers to

anything that carries information between a source and a receiver.

(54)

membawa informasi antara sumber (source) dan penerima (receiver) informasi.36

Dari beberapa pengertian diatas dapat kita garis bawahi bahwa media adalah perantara dari sumber-sumber informasi ke penerima informasi, contohnya video, televisi, komputer, dan lain sebagainya. Misalkan seorang manager ingin mengajak pertemuan (meeting) kepada pegawainya pada hari dan waktu tertentu. Maka ia menuliskan atau membuat surat ajakan tersebut di papan pengumuman kantor. Dalam konteks ini, papan pengumuman merupakan media bagi manager tersebut. Seorang founder atau pembuat lembaga yang berorientasi pada hal sosial, ekonomi, budaya, dan keagamaan, ketika akan menjalin suatu kerjasama atau bermitra tentunya membutuhkan sebuah media. Media tersebut dapat berupa media iklan, elektronik, majalah, Koran, radio, dan lain-lain yang dalam hal ini disebut sebagai media patner.

Media partner adalah media massa yang dalam kegunaannya dapat saling membantu atau men-support segala kegiatan yang ada dalam suatu industry atau instansi atau organisasi.

Sistem media massa yang kita miliki saat ini sudah ada kira-kira sejak tahun 1830-an. Sistem itu merupakan sistem yang sudah bertahan dalam perubahan yang berulang terus-menerus, yang secara signifikan terjadi karena kehadiran teknologi yang semakin mutakhir.

36

(55)

Ketika tahun 1900-an, media-media popular ini diikuti oleh kehadiran film (gambar hidup), radio, dan industri rekaman. Beberapa dekade kemudian hadirlah televisi, yang menggabungkan berita dan hiburan, gambar bergerak dan suara. Media-media tradisional menemukan fungsi baru dan berkembang bersama-sama dengan televisi. Kemudian, dalam perkembangan yang lebih baru, hadirlah internet dan world wide web. Sekarang, akibat pengaruh internet, semua industri

media menghadapi perubahan mendasar dalam hal bagaimana seharusnya media-media tersebut terstruktur dalam melakukan bisnis, kekhasan isinya, dan bagaimana media-media tersebut berinteraksi dan merespon khalayaknya.37

Media sudah menjadi bagian kehidupan sehari-hari bagi orang-orang yang tinggal di kota – kota besar, sehingga sulit dibayangkan hidup tanpa adanya media. Media massa seperti halnya pesan lidah dan isyarat, sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari komunikasi manusia. Pada hakikatnya, media adalah perpanjangan lidah dan tangan yang berjasa meningkatkan kapasitas manusia untuk mengembangkan struktur sosialnya.38

Sejarah telah membuktikan bahwa media massa telah membuat periklanan lebih ekonomis bagi pengirim dan penggunanya. Jadi lembaga sosial ketika ingin mengiklankan program atau kegiatannya tidak usah harus berteriak sambil keliling kota, tapi cukup memasang

37

Stanley J. Baran, 2012, Pengantar Komunkasi Massa, Ed. Ke-5, Erlangga, Jakarta, hal. 49.

38

(56)

iklan tersebut pada media massa (seperti Koran, radio, televisi, internet, dll). Sebagai pengguna iklan kita memiliki banyak sumber informasi, pengirimnya pun beruntung dengan adanya berbagai macam media massa.39

Saluran media massa adalah semua alat penyampai pesan-pesan yang melibatkan mekanisme untuk mencapai kepada masyarakat yang luas dan tidak terbatas. Surat kabar, radio, televisi, internet merupakan alat yang memungkinkan sumber informasi menjangkau masyarakat dalam jumlah yang besar dan tersebar luas.40

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa media massa adalah alat atau teknologi komunikasi mekanis seperti surat kabar, radio, televisi, internet dan lain-lain yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari sumber secara serentak kepada khalayak yang berbeda-beda dan tersebar diberbagai tempat.

b. Karakteristik Media Massa

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), bahwa media dapat diartikan sebagai : 1) alat, dan 2) alat atau sarana komunikasi seperti majalah, radio, televise, film, poster, dan spanduk. Association For Education And Communication Technology (AECT)

39

Kustadi Suhandang, 2005, Periklanan : Manajemen, kiat dan strategi, Nuansa, Bandung, hal. 28

40

(57)

mendefinisikan media yaitu segala bentuk yang dipergunakan untuk suatu proses penyaluran informasi. 41

Sangat penting bagi pengguna media massa untuk mengidentifikasi karakteristik dan perbedaan setiap media massa baik cetak maupun elektronik. Oleh karena itu, media massa memiliki karakteristik tersendiri. Adapun karakteristik media massa (Cangara, 2010:126-127) mengutip dalam buku Literasi Media karya Apriadi Tamburaka, antara lain :42

1) Bersifat melembaga, artinya pihak yang mengelola media terdiri dari banyak orang, yakni mulai dari pengumpulan, pengelolaan sampai pada penyajian informasi.

2) Bersifat satu arah, artinya komunikasi yang dilakukan kurang memungkinkan terjadinya dialog antara pengirim dan penerima. Kalaupun terjadi reaksi atau umpan balik, biasanya memerlukan waktu dan tertunda.

3) Meluas dan serempak, artinya dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak, karena ia memiliki kecepatan. Bergerak secara luas dan simultan, di mana informasi yang disampaikan diterima oleh banyak orang pada saat yang sama.

4) Bersifat terbuka, artinya pesan yang disampaikan dapat diterima oleh siapa saja tanpa mengenal usia, jenis kelamin, dan suku bangsa.

41

Apriadi Tamburaka, 2013, Literasi Media, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal. 39.

42

(58)

c. Fungsi Media Massa terhadap Lembaga

Teori fungsionalisme dapat menjelaskan bahwa media massa, seperti Koran, majalah, surat kabar, radio, televisi, internet ternyata mempunyai hubungan fungsional dengan masyarakat. Seperti yang ditunjukkan oleh Hedebro Goran bahwa media massa itu dapat menciptakan iklim atau kondisi di dalam masyarakat yang dapat menunjang modernisasi.43

Adapun fungsi dari media massa yang harus di ketahui oleh sebuah lembaga adalah :44

1) Menginformasikan, media massa menyebarluaskan informasi kepada masyarakat, misalnya berita atau pengumuman.

2) Mengawasi, media massa menyampaikan informasi yang mengawasi masyarakat, yang bisa dinamakan fungsi kontrol. Misalnya menyiarkan informasi yang menunjukkan kekeliruan atau kesalahan yang terjadi ditengah masyarakat.

3) Mendidik, media massa menyampaikan materi atau informasi positif kepada masyarakat. Misalnya mendidik masyarakat cara berinteraksi satu sama lain dengan baik.

4) Menghibur, media massa menyampaikan isi atau pesan yang menghibur pada masyarakat. Misalnya sinetron, kartun, musik, dan

43

Sutaryo, 2005, Sosiologi Komunikasi, Arti Bumi Intaran, Yogyakarta, hal. 16

44

(59)

lain-lain. Peristiwa yang dilaporkannya memang lucu dan unik sehingga menghibur khalayaknya.

5) Mempengaruhi, media massa menyampaikan isi atau pesan yang mempengaruhi masyarakat.

Orang-orang yang sudah terbiasa menganggap media sebagian dari hidupnya, terkadang melupakan bahwa banyak pelajaran yang mereka peroleh dari media. Diantara fungsi-fungsi media massa adalah sebagai berikut :45

1) Media massa dapat memperluas cakrawala, karena dengan kemampuannya media massa dapat membuat seseorang melihat dan mengetahui tempat-tempat yang belum pernah dikunjunginya serta mengenal orang-orang yang belum pernah ditemuinya.

2) Media massa dapat memusatkan perhatian, melalui media massa seorang pimpinan masyarakat atau organisasi mampu menyebarkan gagasannya, sehingga masyarakat bisa memikirkan dan mendiskusikan gagasan tersebut.

3) Media massa mampu menumbuhkan aspirasi, dengan media massa seseorang bisa memberikan komentar apa yang mereka lihat, mereka dengar dan mereka baca.

4) Media massa mampu menciptakan suasana membangun, melalui media massa kita dapat menyebarkan informasi pada masyarakat

45

(60)

tentang hal-hal yang dapat menjadikan masyarakat mengerti akan pentingnya pembangunan bangsa, moral, dan lain sebagainya. 5) Media massa mampu mengembangkan dialog tentang hal-hal

berhubungan dengan masalah-masalah politik. Pada umumnya masyarakat pedesaan kurang diperhatikan dalam masalah politik nasional, sehingga dengan media massa, masyarakat tersebut bisa mengetahui dan mampu melaksanakan pembangunan khususnya dibidang politik.

6) Media massa mampu mengenalkan norma-norma sosial, media massa bisa memberitahukan hal-hal yang serius yang bisa diketahui oleh masyarakat secara luas, maka tugas media massa adalah menginformasikan norma-norma tersebut.

7) Media massa menumbuhkan selera, kekuatan utama media terletak pada kemampuan mereka mempercepat proses keterkaitan antara pelaku dalam media dengan masyarakat, sehingga berpengaruh dalam pembentukan selera.

8) Media massa merubah sikap yang lemah menjadi sikap yang lebih kuat. Apabila sikap masyarakat lemah dalam menghadapi perubahan, maka media mampu merubah sikap tersebut menjadi sikap yang kuat, hanya apabila dibantu oleh pengaruh pribadi tokoh masyarakat.

(61)

adanya informasi yang positif tersebut, media diharapkan mampu memberikan pemahaman yang baik terhadap masyarakat.

C. Kemitraan Berdasarkan Perspektif Islam

1. Syirkah (kerjasama)

Syirkah secara estimologis mempunyai arti percampuran

(ikhtilath), yakni bercampurnya salah satu dari dua harta dengan harta lainnya, tanpa dibedakan antara keduanya.46 Menurut ulama Hanafiyah, syirkah adalah penggabungan harta untuk dijadikan modal usaha dan

hasilnya yang berupa keuntungan atau kerugian dibagi bersama.47

a. Rukun dan Syarat Syirkah

Rukun syirkah adalah sesuatu yang harus ada ketika syirkah itu berlangsung. Menurut ulama hanafiyah rukun syirkah hanya ada dua yaitu ijab (ungkapan penawaran melakukan perserikatan) dan Kabul (ungkapan penerimaan perserikatan). Istilah ijab dan Kabul sering disebut dengan serah terima. Contoh lafal ijab Kabul, seseorang berkata kepada partnernya “aku bersyirkah untuk urusan ini”

partnernya menjawab “telah aku terima”. Jika ada yang menambahkan

selain ijab dan Kabul dalam rukun syirkah seperti adanya kedua orang

46

Dr. Mardani, 2012, Fiqh Muamalah, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, hal. 220

47

(62)

yang berakad dan objek akad menurut Hanafiyah itu bukan termasuk rukun tetapi termasuk syarat.48

Adapun yang menjadi syarat syirkah menurut kesepakatan ulama, yaitu :49

1) Dua pihak yang melakukan transaksi mempunyai kecakapan atau keahlian (ahliyah) untuk mewakilkan dan menerima perwakilan. Demikian ini dapat terwujud bila seseorang berstatus merdeka, baligh, dan pandai (rasyid). Hal ini karena masing-masing dari dua pihak itu posisinya menjadi mitra jika ditinjau dari segi adilnya sehingga ia menjadi wakil mitranya dalam membelanjakan harta. 2) Modal syirkah diketahui

3) Modal syirkah ada pada saat transaksi

4) Besarnya keuntungan diketahui dengan penjumlahan yang berlaku, seperti setengah dan lain sebagainya.

b. Macam-Macam Syirkah

Pada dasarnya syirkah (musyarakah) itu dibagi menjadi dua macam, yaitu syirkah amlak (kepemilikan) dan syirkah „uqud / akad (kontrak). Syirkah amlak terjadi disebabkan tidak melalui akad, tetapi

48

Abdul Rahman, Ghazaly, dkk, 2010, Fiqh Muamalat, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, hal. 128

49

(63)

karena melalui warisan, wasiat, atau kondisi lainnya yang berakibat pemilikan. Dalam syirkah ini kepemilikan dua orang atau lebih berbagi dalam asset nyata dan berbagi pula dalam hal keuntungan yang dihasilkan asset tersebut. Adapun syirkah akad tercipta karena adanya kesepakatan antara dua orang atau lebih untuk bekerja sama dalam member modal sepakat berbagi keuntungan dan kerugian.

Syaid Sabiq membagi lagi syirkah akad menjadi empat bagian, antara lain :50

1) Syirkah Inan yaitu kerjasama antara dua orang atau lebih dalam permodalan untuk melakukan suatu usaha bersama dengan cara membagi untung atau rugi sesuai dengan jumlah modal masing-masing.

2) Syirkah Mufawadah yaitu kerjasama antara dua orang atau lebih untuk melakukan suatu usaha dengan persyaratan sebagai berikut : a) Modalnya harus sama banyak. Bila ada diantara anggota

perserikatan modalnya lebih besar, maka syirkah tidak sah. b) Mempunyai kesamaan wewenang dalam bertindak yang ada

kaitannya dengan hukum.

c) Mempunyai kesamaan dalam agama. Dengan demikian tidak sah berserikat antara orang muslim dan nonmuslim.

d) Masing-masing anggota mempunyai hak untuk bertindak atas nama syirkah (kerja sama)

50

(64)

3) Syirkah wujuh, yaitu kerjasama antara dua orang atau lebih untuk membeli sesuatu tanpa modal, tetapi hanya modal kepercayaan dan keuntungan dibagi antara sesama mereka.

4) Syirkah abdan yaitu kerjasama antara dua orang atau lebih untuk melakukan suatu usaha atau pekerjaan. Selanjutnya, hasil dari usaha tersebut dibagi antarsesama berdasarkan perjanjian, seperti pemborong bangunan, jalan, listrik, dan lain-lain.

c. Tujuan dan Manfaat Syirkah

Tujuan dan manfaat musyarakah (syirkah) yaitu :

1) Memberikan keuntungan kepada para anggota pemilik modal 2) Memberikan lapangan kerja kepada para karyawannya

(65)

d. Dasar Hukum Syirkah

Dasar hukum musyarakah adalah QS. Shad/38:24 yang berbunyi:

“ Sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu

sebahagian mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang lain,

kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh;

dan Amat sedikitlah mereka ini". 51

Legalitas musyarakah pun diperkuat, ketika Nabi diutus, masyarakat sedang melakukan musyarakah. Beliau bersabda : “Kekuasaan Allah senantiasa berada pada dua orang yang bersekutu

selama kedua-nya tidak berkhianat.” Selain itu, kebolehan akad

musyarakah merupakan ijma’ ulama (konsensus/kesepakatan ulama).

51

Gambar

Gambar 3.1 Alur Kegiatan dalam analisis kualitatif …………………….. 72
Tabel 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu
Tabel 2.2 Kajian Penelitian Terdahulu
Tabel 2.3 Kajian Penelitian Terdahulu
+7

Referensi

Dokumen terkait