Ajeng Ginanjar, 2013
Pengembangan Karakter Rasa Ingin Tahu Dalam Pembelajaran IPS Melalui Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial Di Kelas VII E SMP Pasundan 6 Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Nomor Daftar FPIPS:1645/UN.40.2.7/PL/2013
PENGEMBANGAN KARAKTER RASA INGIN TAHU DALAM
PEMBELAJARAN IPS MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN
INKUIRI SOSIAL DI KELAS VII E SMP PASUNDAN 6 BANDUNG
(PTK di Kelas VII E SMP Pasundan 6 Bandung)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Prodi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Oleh
AJENG GINANJAR 0900844
PRODI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PENGEMBANGAN KARAKTER RASA INGIN TAHU DALAM
PEMBELAJARAN IPS MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN
INKUIRI SOSIAL DI KELAS VII E SMP PASUNDAN 6 BANDUNG
(PTK di Kelas VII E SMP Pasundan 6 Bandung)
Oleh
Ajeng Ginanjar
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
© Ajeng Ginanjar 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
Ajeng Ginanjar, 2013
Pengembangan Karakter Rasa Ingin Tahu Dalam Pembelajaran IPS Melalui Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial Di Kelas VII E SMP Pasundan 6 Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
AJENG GINANJAR
0900844
MENGEMBANGKAN KARAKTER RASA INGIN TAHU TERHADAP
PEMBELAJARAN IPS MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN
INKUIRI SOSIAL DI KELAS VII E SMP PASUNDAN 6 BANDUNG
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:
Pembimbing I
Dr. Nana Supriatna, M.Ed
NIP. 19611014 198601 1 001
Pembimbing II
Yeni Kurniawati, M.Pd
NIP. 19770602 200312 2 001
Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Dr. Nana Supriatna, M.Ed
MOTO
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang
diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang
dikerjakannya”.
“Memulai Kerja Keras Memang Sangat Berat. Tetapi Jika
Sudah Terbiasa Semua Pekerjaan Akan Mudah
”
(Dahlan
Iskan).
“
Success
Comes From Strong Desire”
“Orang Hebat Tidak Dihasilkan Dari Kemudahan,
Kesenangan, Dan Kenyamanan. Mereka Dibentuk Dari
Kesukaran, Tantangan, Dan Air Mata” (Dahlan Iskan).
“TIDAK ADA PERJUANGAN YANG SIA
-SIA
☺
Segala puji bagi Allah SWT
Karya kecil ini kupersembahkan
teruntuk yang tersayang:
Kedua Orang Tuaku
&
v
Ajeng Ginanjar, 2013
Pengembangan Karakter Rasa Ingin Tahu Dalam Pembelajaran IPS Melalui Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial Di Kelas VII E SMP Pasundan 6 Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Abstrak
Penelitian ini berangkat dari adanya keresahan peneliti akan permasalahan dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas VII E SMP Pasundan 6 Bandung. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti pada beberapa kali pertemuan dalam rentang waktu 1 Februari sampai 15 Februari 2013, peneliti melihat kurangnya rasa ingin tahu siswa dalam pembelajaran IPS. Siswa jarang bertanya, menjawab pertanyaan, mengemukakan pendapat, kurang antusias terhadap pembelajaran, dll. Alternatif pemecahan masalah yang dipilih yaitu strategi pembelajaran inkuiri sosial. Meninjau permasalahan yang akan diteliti berkaitan dengan proses pembelajaran, maka peneliti memilih Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan model Kemmis dan Mc. Taggart dalam 4 siklus. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran inkuiri sosial dalam rangka mengembangkan karakter rasa ingin tahu siswa dapat dikatakan berhasil. Adapun pengembangan atau peningkatan rasa ingin tahu siswa dapat dilihat dari perkembangan aspek-aspek atau indikator rasa ingin tahu yaitu aspek bertanya, menjawab pertanyaan yang muncul selama proses pembelajaran, merespon, memperhatikan penjelasan guru, memiliki inisiatif dan antusias, memiliki sikap kreatif, kontribusi siswa dalam diskusi/proyek pembelajaran, dan terakhir aspek pengayaan (Enrichment). Seluruh aspek ini mengalami perkembangan dari siklus I hingga siklus IV dari kualitas kurang, cukup, menjadi baik. Kesimpulannya, penerapan strategi pembelajaran inkuiri sosial dapat mengembangkan rasa ingin tahu terhadap pembelajaran IPS. Hal ini dapat dibuktikan dengan peningkatan kualitas dan kuantitas siswa pada indikator rasa ingin tahu, yaitu, memperhatikan penjelasan guru, kontribusi siswa dalam diskusi/proyek pembelajaran, memiliki inisiatif dan antusias, memiliki sikap kreatif, merespon, pengayaan, menjawab dan bertanya.
vi
Abstract
This research was departed from the unrest researchers about a problems in learning social studies at the VII of E Pasundan 6 Bandung Junior hight school. Based on the results of observations conducted by researchers at several meetings within the period February 1st to February 15th 2013, researchers at the lack curiosity of students in social studies learning. Students rarely ask, answer questions, express opinions, lack of enthusiasm for learning, etc. Alternative solutions are selected that social inquiry learning strategies. Review the problems that will be examined relating to the learning process, the researchers chose Classroom Action Research (CAR) with Kemmis and Mc. Taggart models in 4 cycles. Implementation of learning using social inquiry learning strategies in order to develop the character of the student's curiosity can be said to be successful. As for the development or increase the curiosity of students can be seen from the development aspects or indicators curiosity which aspects asked, answering questions that arise during the learning process, respond, pay attention to the teacher's explanation, have initiative and enthusiasm, have a creative attitude, contribution of students in discussion / learning projects, and final aspect of enrichment. All the aspects have evolved from the first cycle to cycle IV of less quality, reasonably, be good. Its conclusion, the application of social inquiry learning strategies can be develop a curiosity for social studies learning. It can be evidenced by the increase in the quality and quantity of student curiosity indicators, namely attention to the teacher's explanation, the contribution of the students in a discussion / learning project, has an initiative and enthusiasm, creative stance, respond, enrichment, answer and ask questions.
vii
Ajeng Ginanjar, 2013
Pengembangan Karakter Rasa Ingin Tahu Dalam Pembelajaran IPS Melalui Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial Di Kelas VII E SMP Pasundan 6 Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu DAFTAR ISI
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Struktur Organisasi ... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8
A. Pendidikan Karakter ... 8
1. Mengenal Pendidikan Karakter ... 9
2. Desain Pendidikan Karakter... 11
3. Strategi Pelaksanaan Pendidikan Karakter ... 11
4. Nilai-nilai Karakter ... 14
B. Pengembangan Karakter Rasa Ingin Tahu terhadap Pembelajaran IPS ... 14
1. Hakikat Rasa Ingin Tahu ... 14
2. Implementasi Rasa Ingin Tahu ... 18
C. Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial ... 19
1. Jenis-jenis Metode Inkuiri ... 21
2. Prinsip-prinsip Strategi Pembelajaran Inkuri Sosial ... 22
3. Tahap-tahap Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial ... 26
4. Keunggulan dan Kelemahan Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial ... 31
D. Hubungan antara Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial dengan Karakter Rasa
Ingin Tahu ... 33
E. Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial dalam Pendidikan IPS ... 41
BAB III METODE PENELITIAN ... 46
A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 46
1. Lokasi Penelitian ... 46
2. Subjek Penelitian ... 46
B. Desain Penelitian ... 47
C. Setting Penelitian ... 49
D. Siklus Penelitian Tindakan Kelas ... 50
E. Instrumen Penelitian ... 58
1. Pedoman Observasi ... 58
2. Pedoman Wawancara ... 59
3. Catatan Lapangan ... 60
4. Dokumentasi ... 60
F. Teknik Pengumpulan Data ... 60
1. Observasi ... 60
2. Wawancara ... 61
3. Studi Dokumentasi ... 61
4. Catatan Lapangan ... 61
G. Teknis Analisis Data ... 62
1. Analisis Sebelum di Lapangan ... 62
2. Analisis Selama di Lapangan ... 62
3. Analisi Setelah di Lapangan ... 64
H. Validitas dan Realiabilitas Data ... 64
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 66
A. Deskripsi Data Penelitian ... 66
1. Deskripsi Sekolah ... 66
2. Profil Guru Mitra ... 67
3. Kelas Penelitian ... 69
ix
Ajeng Ginanjar, 2013
Pengembangan Karakter Rasa Ingin Tahu Dalam Pembelajaran IPS Melalui Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial Di Kelas VII E SMP Pasundan 6 Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
1. Kegiatan Pra Tindakan ... 69
2. Pelaksanaan Tindakan ... 72
3. Pembahasan ... 111
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 129
A. Kesimpulan ... 129
B. Saran ... 131
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Rasa ingin tahu siswa pada siklus I ... 76
Tabel 4.2. Kinerja guru pada siklus I ... 78
Tabel 4.3. Daftar cek rasa ingin tahu pada siklus I ... 81
Tabel 4.4. Rasa ingin tahu siswa pada siklus II ... 86
Tabel 4.5. Kinerja guru pada siklus II ... 89
Tabel 4.6. Daftar cek rasa ingin tahu pada siklus II ... 90
Tabel 4.7. Rasa ingin tahu siswa pada siklus III ... 96
Tabel 4.8. Kinerja guru pada siklus III ... 99
Tabel 4.9. Daftar cek rasa ingin tahu pada siklus III ... 101
Tabel 4.10. Rasa ingin tahu siswa pada siklus IV ... 106
Tabel 4.11. Kinerja guru pada siklus IV ... 108
Tabel 4.12. Daftar cek rasa ingin tahu pada siklus IV ... 109
xi
Ajeng Ginanjar, 2013
Pengembangan Karakter Rasa Ingin Tahu Dalam Pembelajaran IPS Melalui Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial Di Kelas VII E SMP Pasundan 6 Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Model PTK bentuk Siklus menurut Sanjaya diadaptasi dari Kemmis
dan Taggart ... 47
Gambar 3.2 Model Analisis Data menurut Miles dan Huberman ... 63
Gambar 4.1. Diagram perkembangan siswa dalam mengajukan pertanyaa ... 113
Gambar 4.2. Diagram perkembangan siswa dalam menjawab pertanyaan guru ... 114
Gambar 4.3. Diagram perkembangan siswa dalam merespon ... 115
Gambar 4.4. Diagram perkembangan siswa dalam memperhatikan penjelasan guru . 116 Gambar 4.5. Diagram perkembangan inisiatif dan antusias siswa ... 117
Gambar 4.6. Diagram perkembangan sikap kreatif siswa ... 118
Gambar 4.7. Diagram perkembangan kontribusi siswa dalam diskusi/proyek pembelajaran ... 119
Gambar 4.8. Diagram perkembangan kontribusi siswa dalam diskusi/proyek pembelajaran ... 120
Gambar 4.9. Diagram perkembangan kinerja guru pada siklus I, II, III, dan IV ... 121
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berdasarkan dari hasil observasi yang dilakukan peneliti pada
beberapa kali pertemuan dalam rentan waktu 1 Februari sampai 15 Februari
2013 di SMP Pasundan 6 Bandung pada siswa Kelas VII E, peneliti melihat
kurangnya rasa ingin tahu siswa terhadap pembelajaran IPS. Hal ini terlihat
dari sikap siswa yang kurang respek terhadap proses pembelajaran, rendahnya
antusiasme, siswa jarang bertanya, jarang menjawab pertanyaan yang diajukan
guru/teman, jarang mengemukakan pendapat, jarang menyanggah pendapat
orang lain. Siswa juga tidak memiliki sikap kreatif bagi dalam mengemukakan
gagasan, maupun menciptakan/membuat suatu karya.
Peneliti berasumsi bahwa penyebab kurangnya rasa ingin tahu siswa
terhadap pembelajaran yang terlihat dari beberapa indikasi tersebut, Pertama
karena adanya stigma dalam diri siswa bahwa IPS ini merupakan pelajaran
yang bersifat hafalan. Terlalu banyak materi yang harus mereka fahami.
Kedua, permasalahan ini tidak terlepas dari peran guru IPS dalam mengelola
kelas. Peneliti melihat guru IPS belum optimal dalam memfasilitasi dan
memotivasi siswa untuk bertanya, menjawab, mengemukakan pendapat,
menyanggah serta mengembangkan kreatifitasnya. Selain itu penyajian
pembelajaran kurang menarik dan cenderung membosankan metode dan
sumber yang digunakan monoton atau itu itu saja. Siswa jarang diajak atau
difasilitasi untuk mengamati suatu fenomena atau permasalahan yang sedang
ramai di masyarakat atau untuk membuat suatu kegiatan secara mandiri dalam
rangka proses memahami suatu kajian.. Keadaan ini secara horizontal
berdampak pada kurangnya respon dan perhatian siswa terhadap arahan guru.
Banyak siswa yang mengobrol ketika proses pembelajaran, memainkan
ponsel, adapula yang terlihat mengantuk, dan banyak siswa yang belum berani
atau enggan mengemukakan pendapat atau menjawab pertanyaan yang
2
Ajeng Ginanjar, 2013
Pengembangan Karakter Rasa Ingin Tahu Dalam Pembelajaran IPS Melalui Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial Di Kelas VII E SMP Pasundan 6 Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Selain observasi, peneliti juga melakukan wawancara dengan beberapa
siswa kelas VII E SMP Pasundan 6 mengenai pembelajaran IPS di kelas.
Beberapa dari mereka mengemukakan bahwa mereka sulit memahami materi
IPS, karena pertama, materinya sangat banyak, selain itu penyajian guru
kurang menarik. Beberapa siswa yang lain mengemukakan bahwa mereka
bosan dengan pembelajaran IPS yang hanya mendengarkan guru menjelaskan
materi tanpa menyertakan gambar/foto/video yang relevan, selain itu guru
lebih sering memberikan tugas untuk mengerjakan latihan soal pada LKS
padahal mereka belum faham konsep/materinya.
Setelah melakukan wawancara dengan siswa, peneliti juga melakukan
sharing dengan guru IPS di sekolah tersebut, Beliau mengemukakan bahwa
pembelajaran IPS saat ini masih jauh dari ideal. Pertama, iklim sekolah yang
belum mengoptimalkan kualitas guru-guru. Kedua, kurangnya pendayagunaan
sumber belajar yang telah dialokasikan pemerintah kepada sekolah. Ketiga,
kurangnya prasarana seperti LCD sebagai salah satu perangkat pendukung
pembelajaran IPS yang bisa menampilkan banyak fenomena sosial, peristiwa
sejarah dll yang perlu visualisasi guna pemahaman konsep siswa. Keempat,
tidak terlepas dari keegoisan guru sebagai pendidik karena kebanyakan
guru-guru itu tidak mau dikritik, sehingga mereka merasa puas dengan apa yang
sudah mereka lakukan dan upayakan terhadap siswa, padahal seharusnya guru
tidak boleh mudah merasa puas untuk meningkatkan kualitas pembelajaran,
dan sebaiknya guru harus sering melakukan evaluasi baik itu dengan meminta
kritik atau saran dari guru lain, dari kepala sekolah, bahkan dari siswa, namun
beliau pun menyadari sebagai guru IPS beliau juga masih sangat perlu
mengevaluasi dan memperbaiki diri secara konsisten dan berkelanjutan.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara kepada guru dan siswa,
peneliti menarik benang merah, bahwa pembelajaran IPS masih belum
optimal, baik dari aspek siswa, kinerja guru, perangkat pembelajaran dan iklim
sekolah sehingga secara tidak langsung membiasakan siswa untuk belajar
3
itu berangkat dari rasa ingin tahu siswa terhadap pembelajaran sehingga
pengetahuan yang didapatkan akan lebih bermakna, dan diharapkan akan lebih
bermanfaat terlebih dalam pembelajaran IPS. Mengapa, karena ilmu
pengetahuan sosial terus berkembang sejalan dengan perkembangan
masyarakat yang dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti perubahan jumlah
penduduk, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, pengaruh
budaya barat, bencana alam, dan lain-lain. Hal tersebut diperkuat oleh
pendapat Sapriya, dkk (2008:4) yang menyebutkan, salah satu karakteristik
dari definisi social studies adalah bersifat dinamis, artinya selalu berubah
sesuai dengan tingkat perkembangan masyarakat sehingga siswa diharapkan
memiliki rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu disini adalah keinginan untuk
menyelidiki dan mencari pemahaman terhadap rahasia alam atau peristiwa
sosial yang sedang terjadi (Muchlis S, Hariyanto, 2012:119).
Karakter rasa ingin tahu ini sangat penting untuk dimiliki siswa.
Karena dengan memiliki karakter rasa ingin tahu siswa akan terpacu untuk
terus mencari tahu dan mengkaji permasalahan-permasalahan yang terjadi
dalam masyarakat sehingga siswa akan mendapatkan pemahaman dan dapat
berupaya antisipatif dan solutif ketika kelak siswa dihadapkan pada
permasalahan-permasalahan tersebut dalam kehidupan bermasyarakat. Selaras
dengan tujuan pembelajaran IPS yang disebutkan oleh Puskur (2006: 7) yaitu
mengembangkan potensi siswa agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi
di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala
ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi
sehari-hari. Oleh karena itu, Guru sebagai tokoh sentral dalam dunia
pendidikan khususnya dalam proses belajar mengajar sudah sepatutnya selalu
meningkatkan kualitas pembelajaran dan berusaha mengatasi
permasalahan-permasalahan dalam pembelajaran, mengembangkan rasa ingin tahu siswa
terhadap pembelajaran, khususnya pembelajaran IPS.
Berangkat dari permasalahan kurangnya rasa ingin tahu siswa kelas
4
Ajeng Ginanjar, 2013
Pengembangan Karakter Rasa Ingin Tahu Dalam Pembelajaran IPS Melalui Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial Di Kelas VII E SMP Pasundan 6 Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
menawarkan alternatif pemecahan masalah yaitu dengan menggunakan
strategi pembelajaran inkuiri sosial. Strategi pembelajaran inkuiri sosial
merupakan hasil adopsi dari strategi pembelajaran inkuiri. Menurut Supriatna
(2007:138), inkuiri merupakan salah satu strategi pengajaran yang dapat
dipilih oleh guru IPS dalam mengembangkan keterampilan sosial dan
intelektual siswa. Marsh, Colin (dalam Supriatna, 2007:138) menyebutkan
bahwa strategi inkuiri menekankan peserta didik menggunakan keterampilan
intelektual dalam memperoleh pengalaman baru atau informasi baru melalui
investigasi yang sifatnya mandiri (independent). Sedangkan inkuiri sosial
menurut Wina Sanjaya (2010:206) dipandang sebagai suatu strategi
pembelajaran yang berorientasi kepada pengalaman siswa.
Strategi pembelajaran inkuiri sosial dikembangkan oleh Massialas dan
Cox dalam Hardini & Puspitasari (2012:102), pemilihan strategi pembelajaran
inkuiri sosial untuk memecahkan masalah dalam pembelajaran sosial karena
strategi ini khusus dirancang untuk meningkatkan kemampuan dan
keterampilan siswa dalam memecahkan masalah-masalah sosial. Tentunya
strategi pembelajaran inkuiri sosial ini sangat tepat digunakan dalam
pembelajaran IPS. Robert A. Wilkins dalam Wina Sanjaya (2010:205)
menyatakan bahwa dalam kehidupan masyarakat yang terus menerus
mengalami perubahan, pengajaran IPS harus menekankan kepada
pengembangan berfikir yang mana proses ini akan lebih menyenangkan dan
bermakna jika didasari oleh rasa ingin tahu siswa.
Strategi pembelajaran inkuiri sosial berangkat dari asumsi bahwa sejak
dilahirkan ke dunia manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri
pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentang keadaan alam dan keadaan sosial
merupakan kodratnya. Manusia memiliki keinginan untuk mengenal segala
sesuatu melalui panca indra. Hingga dewasa keingintahuan manusia secara
terus-menerus berkembang dengan menggunakan otak dan pikirannya.
Pengetahuan yang dimiliki manusia akan bermakna manakala didasari oleh
5
Sejalan dengan hal tersebut Yustina (2012:144) dalam penelitiannya
menyatakan bahwa penggunaan model pembelajaran yang aktif, kreatif,
inovatif dan efektif dapat menciptakan suasana pembelajaran yang
menyenangkan dan dapat meningkatkan hasil belajar, serta penanaman nilai
karakter kreatif serta rasa ingin tahu pada siswa. diperkuat oleh hasil
penelitian Suningsih (2013) menunjukkan pembelajaran inkuiri berhasil
meningkatkan perhatian dan motivasi siswa sehingga terlihat rasa ingin tahu
terhadap materi yang disampaikan guru.
Diharapkan dengan menggunakan strategi pembelajaran inkuiri sosial
dalam pembelajaran IPS, siswa memiliki karakter rasa ingin tahu, sehingga
siswa akan selalu up to date dan peka terhadap isu-isu sosial kontemporer dan
terbiasa untuk menghadapi permasalahan dalam kehidupan siswa disertai
dengan upaya antisipatif dan solutif. Siswa juga dapat belajar mengendalikan
hidupnya, dan lebih siap menghadapi masalah-masalah kehidupan. Maka dari
itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas dalam rangka
mengembangkan karakter rasa ingin tahu terhadap pembelajaran IPS melalui
strategi pembelajaran inkuiri sosial di kelas VII E SMP Pasundan 6 Bandung.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti merumuskan
permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana merancang strategi pembelajaran inkuiri sebagai upaya untuk
mengembangkan karakter rasa ingin tahu terhadap pembelajaran IPS pada
siswa kelas VII E SMP Pasundan 6 Bandung?
2. Bagaimana melaksanakan strategi pembelajaran inkuiri sebagai upaya
untuk mengembangkan karakter rasa ingin tahu terhadap pembelajaran IPS
pada siswa kelas VII E SMP Pasundan 6 Bandung?
3. Bagaimana merefleksikan strategi pembelajaran inkuiri sebagai upaya
untuk mengembangkan karakter rasa ingin tahu terhadap pembelajaran IPS
6
Ajeng Ginanjar, 2013
Pengembangan Karakter Rasa Ingin Tahu Dalam Pembelajaran IPS Melalui Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial Di Kelas VII E SMP Pasundan 6 Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu C. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah yang telah dibuat, tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Merancang strategi pembelajaran inkuiri sebagai upaya untuk
mengembangkan karakter rasa ingin tahu terhadap pembelajaran IPS pada
siswa kelas VII E SMP Pasundan 6 Bandung.
2. Melaksanakan strategi pembelajaran inkuiri sebagai upaya untuk
mengembangkan karakter rasa ingin tahu terhadap pembelajaran IPS pada
siswa kelas VII E SMP Pasundan 6 Bandung.
3. Merefleksikan strategi pembelajaran inkuiri sebagai upaya untuk
mengembangkan karakter rasa ingin tahu terhadap pembelajaran IPS pada
siswa kelas VII E SMP Pasundan 6 Bandung.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka harapan peneliti adalah
penelitian ini dapat memberikan manfaat untuk:
1. Untuk menambah wawasan keilmuan juga sebagai referensi bagi peneliti
selanjutnya.
2. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai salah satu acuan guru dalam
mengembangkan karakter lainnya dalam pembelajaran IPS.
3. Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat dalam upaya
meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya dalam Pembelajaran IPS
di kelas VII E SMP Pasundan 6 Bandung.
E. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi dalam penyusunan skripsi ini, adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bagian ini secara garis besar peneliti memaparkan masalah
serta alternatif penyelesaiannya.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Memaparkan kajian yang diambil dari berbagai literatur, sebagai
7
BAB III METODE PENELITIAN
Memaparkan tahapan-tahapan penelitian, dimulai dari persiapan,
pelaksanaan, pengolahan data dan laporan penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN
Memaparkan hasil penelitian yang didasarkan pada data, fakta, dan
informasi yang dikolaborasikan dengan berbagai literatur yang
menunjang.
BAB V KESIMPULAN
Memaparkan keputusan yang dihasilkan dari penelitian yang
46
Ajeng Ginanjar, 2013
Pengembangan Karakter Rasa Ingin Tahu Dalam Pembelajaran IPS Melalui Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial Di Kelas VII E SMP Pasundan 6 Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Tempat/lokasi penelitian dilaksanakan di SMP Pasundan 6 Bandung Jl.
Sumatera no 41 Bandung 40117. Pemilihan lokasi penelitian ini adalah karena
peneliti sedang melaksanakan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) di sekolah
tersebut, dan dari hasil observasi awal, peneliti melihat bahwa siswa Kelas VII
E kurang memiliki rasa ingin tahu terhadap pembelajaran IPS sehingga
peneliti berkeinginan untuk mengembangkan karakter rasa ingin tahu
khususnya terhadap Pembelajaran IPS di kelas VII E SMP Pasundan 6.
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012-2013 yaitu
bulan Februari sampai bulan Mei. Waktu penelitian disesuaikan dengan
jadwal kegiatan pembelajaran IPS di kelas VII E SMP Pasundan 6 Bandung.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian pada penelitian ini adalah siswa Kelas VII E SMP
Pasundan 6 Bandung semester genap tahun ajaran 2012 s.d. 2013 yang
berjumlah 40 siswa. Berdasarkan hasil observasi awal peneliti, dan juga hasil
wawancara dengan guru mitra, didapatkan gambaran bahwa secara
keseluruhan karakteristik dari hasil observasi pada beberapa pertemuan, dapat
disimpulkan bahwa siswa kelas VII E ini cenderung kurang memiliki rasa
ingin tahu terhadap pembelajaran. Siswa terlihat lebih sering mengobrol dan
jalan-jalan, dan keluar masuk kelas untuk alasan ke kamar mandi. Siswa juga
kurang antusias dan kurang percaya diri untuk terlibat aktif dalam
pembelajaran dibandingkan dengan kelas VII lainnya, sehingga peneliti
47
B. Desain Penelitian
Desain penelitian tindakan kelas ini mengacu pada model siklus
Kemmis dan Taggart yang dikembangkan oleh Sanjaya. Model ini, lebih
menonjolkan kegiatan yang harus dilaksanakan oleh peneliti misalnya guru
dalam setiap kali putaran. Untuk lebih jelasnya penelitian tindakan kelas ini
dapat dilihat pada bagan berikut ini:
Gambar 3.1 Model PTK bentuk Siklus menurut Sanjaya (2011) diadaptasi
dari Kemmis dan Taggart.
Refleksi Awal Studi Pendahuluan
Perencanaan Tindakan
Implementasi 1
Observasi 1 Refleki 1
Perencanaan 2
Implementasi 2 Observasi 2
Refleki 2
Perencanaa
Implementasi 3
Observasi 3
48
Ajeng Ginanjar, 2013
Pengembangan Karakter Rasa Ingin Tahu Dalam Pembelajaran IPS Melalui Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial Di Kelas VII E SMP Pasundan 6 Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Desain penelitian model PTK dalam bentuk siklus ini adalah sebagai
berikut:
1. PTK dimulai dengan melakukan refleksi, yakni proses menganalisis
pembelajaran yang berlangsung. Hasil dari refleksi ini adalah peneliti
merasakan adanya masalah mendesak yang harus dicari jalan keluarnya.
Refleksi bukan hanya dilakukan dengan berfikir saja, akan tetapi
dilakukan dengan menganalisis kejadian yang didasarkan pada data secara
empiris.
2. Melakukan studi pendahuluan dengan mengkaji literature dan melakukan
konsultasi dengan orang yang dianggap memiliki keahlian dalam proses
pembelajaran. Studi pendahuluan dialkukan untuk:
a) Mempertajam permasalahan
b) Mengkaji berbagai tindakan yang dapat dilakukan sesuai dengan
permasalahan
c) Merumuskan hipotesis tindakan
3. Menyusun perencanaan awal tentang tindakan sesuai dengan hasil studi
pendahuluan, menyangkut:
a) Tahapan kegiatan, berbagai alat, media dan sumber belajar yang dapat
digunakan, waktu yang diperlukan.
b) Instrumen, khususnya pedoman observasi sebagai alat pengumpul data
untuk mengumpulkan informasi tentang efek yang ditimbulkan dari
perlakuan atau tindakan yang dilakukan oleh guru.
4. Melaksanakan tindakan pada putaran pertama sesuai dengan perencanaan
awal. Pada putaran ini dilakukan juga tiga kegiatan yakni:
a) Mengimplementasikan tindakan sesuai dengan perencanaan awal.
b) Melakukan observasi selama tindakan berlangsung sesuai dengan
instrumen penelitian.
c) Melakukan refleksi, yakni kegiatan diskusi dengan observer untuk
mengkaji dan menganalisis proses kegiatan hingga daspekukannya
berbagai kelemahan tindakan serta mengkaji informasi tentang efek
49
5. Menyusun rencana tahap dua, hasil refleksi pada putaran pertama.
6. Melakukan tindakan putaran kedua dan seterusnya sesuai dengan rencana
tahap dua, seperti yang dilakukan pada tindakan tahap satu.
Model PTK bentuk siklus ini pada dasarnya sama dengan model-model
PTK lainnya yang memiliki unsur-unsur: perencanaan, tindakan, observasi,
dan refleksi. Model PTK bentuk siklus ini dapat dilakukan dalam beberapa
kali putaran sampai menemukan titik jenuh.
C. Setting Penelitian
Sebagaimana telah dijelaskan pada desain penelitian, bahwa PTK ini
mengacu pada model siklus Kemmis dan Taggart yang dikembangkan oleh
Sanjaya. Model ini, lebih menonjolkan kegiatan yang harus dilaksanakan oleh
peneliti misalnya guru dalam setiap kali putaran. Model siklus ini meliputi
perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
1. Perencanaan
Secara umum, perencanaan dalam PTK ini merupakan keputusan yang
diambil oleh peneliti untuk menentukan masalah penelitian dan tindakan yang
diambil untuk memecahkan masalah. Pada intinya kegiatan perencanaan ini
dilakukan untuk memberikan arahan arau pedoman dalam melakukan tindakan
pada setiap siklusnya. Perencanaan ini mencakup kegiatan refleksi, studi
pendahuluan, dan mempersiapkan RPP serta pedoman observasi, catatan
lapangan dan atau pedoman wawancara. Dalam menyusun RPP, peneliti
berupaya mengembangkan indikator-indikator rasa ingin tahu yang
disesuaikan dengan materi pembelajaran IPS yang hendak dikaji pada setiap
tindakan. Peneliti merencanakan setiap kegiatan pembelajaran sesuai dengan
langkah-langkah strategi pembelajaran inkuiri sosial namun dengan kegiatan
yang bervariasi setiap siklusnya. Penyajian kegiatan juga dibuat menarik agar
dapat memberikan rasa senang serta semangat belajar siswa, sehingga
pembelajaran yang dilaksanakan berangkat dari rasa ingin tahu siswa terhadap
50
Ajeng Ginanjar, 2013
Pengembangan Karakter Rasa Ingin Tahu Dalam Pembelajaran IPS Melalui Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial Di Kelas VII E SMP Pasundan 6 Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 2. Tindakan/Implementasi
Tindakan merupakan implementasi perencanaan yang telah disusun.
Tindakan ini mencakup berbagai perlakuan atau setiap kegiatan yang
dilakukan guru dalam upaya memecahkan masalah yang telah dikaji dan
disusun dalam perencanaan. Dalam pelaksanaan tindakan, peneliti akan
mengembangkan indikator rasa ingin tahu yang disesuaikan dengan materi
pembelajaran IPS yang hendak/sedang dikaji. Pelaksanaan tindakan pada
setiap siklus akan diamati dan dianalisi pada kegiatan observasi. Kegiatan ini
dilakukan untuk mengetahui kejadian atau permasalahan yang dihadapi
sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja guru dan perkembangan rasa ingin
tahu siswa terhadap pembelajaran IPS.
3. Observasi
Dalam penelitian ini, kegiatan observasi dilakukan untuk
mengumpulkan informasi mengenai proses pembelajaran yang dilakukan guru
serta perkembangan rasa ingin tahu siswa terhadap pembelajaran IPS. Peneliti
telah menyusun pedoman observasi sebelum melaksanakan tindakan. Hasilnya
observasi ini akan menjadi masukan bagi guru dalam melakukan refleksi.
4. Refleksi
Dalam kegiatan refleksi, peneliti menganalisi hasil observasi perkembangan
rasa ingin tahu siswa dan kinerja guru dalam melaksanakan strategi
pembelajaran inkuiri sosial. Kegiatan ini juga dilakukan dengan melakukan
diskusi dengan teman sejawat atau guru mitra. Hasil refleksi ini akan dijadikan
dasar dalam penyusunan rencana ulang memasuki siklus berikutnya sampai
titik jenuh.
D. Siklus Penelitian Tindakan Kelas
Model PTK bentuk siklus ini akan dilakukan dalam beberapa kali putaran
sampai menemukan titik jenuh. Lebih khusus lagi, tahapan kegiatan dalam
51
1. Siklus I
a. Perencanaan
Perencanaan pada siklus I ini berangkat dari kegiatan refleksi awal,
yakni proses menganalisis pembelajaran yang berlangsung berdasarkan hasil
observasi awal. Hasil dari refleksi ini adalah peneliti merasakan adanya
masalah mendesak yang harus dicari jalan keluarnya. Refleksi bukan hanya
dilakukan dengan berfikir saja, akan tetapi dilakukan dengan menganalisis
kejadian yang didasarkan pada data secara empiris. Pada tahan refleksi ini
peneliti menemukan adanya permasalahan yang mendesak dan harus
diperbaiki dan dikembangkan lebih serius, yaitu permasalahan kurangnya rasa
ingin tahu terhadap pembelajaran yang berlangsung. Peneliti juga melakukan
studi pendahuluan dengan mengkaji literatur dan melakukan konsultasi
dengan orang yang dianggap memiliki keahlian dalam proses pembelajaran.
Studi pendahuluan dilakukan untuk mempertajam permasalahan, mengkaji
berbagai tindakan yang dapat dilakukan sesuai dengan permasalahan,
merumuskan hipotesis tindakan.
Setelah melalui beberapa pertimbangan peneliti memutuskan untuk
menggunakan strategi pembelajaran inkuiri sosial sebagai strategi
pembelajaran yang dianggap tepat untuk mengembangkan rasa ingin tahu
siswa terhadap pembelajaran IPS. Maka dari itu, rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) ini mengembangkan kegiatan pembelajaran inkuiri yang
mengangkat atau mengkaji permasalahan sosial dengan menentukan
indikator-indikator yang dapat menunjukan perkembangan rasa ingin tahu siswa
terhadap pembelajaran IPS. Diharapkan perencanaan ini dapat menjadi
pijakan, atau langkah awal yang baik dalam upaya peneliti dalam
mengembangkan rasa ingin tahu siswa terhadap pembelajaran IPS.
Kegiatan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) ini
tentunya disesuaikan dengan KBM yang telah berlangsung sebelum
penelitian. Adapula yang harus diperhatikan dalam menyusun RPP ini yaitu
52
Ajeng Ginanjar, 2013
Pengembangan Karakter Rasa Ingin Tahu Dalam Pembelajaran IPS Melalui Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial Di Kelas VII E SMP Pasundan 6 Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
dapat digunakan, waktu yang diperlukan dll. Lebih rincinya adalah sebagai
berikut:
1) Mempersiapkan materi berupa bacaan dari artikel mengenai Efek Rumah
Kaca.
2) Menyusun beberapa pertanyaan berdasarkan materi yang diberikan.
3) Mempersiapkan lembar kegiatan siswa berdasarkan materi sesuai dengan
metode yang digunakan yaitu Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial
4) Merumuskan alternatif jawaban dari pertanyaan yang diajukan kepada
siswa.
Selain menyusun RPP, peneliti juga mempersiapkan instrumen,
khususnya pedoman observasi sebagai alat pengumpul data untuk
mengumpulkan informasi tentang efek yang ditimbulkan dari perlakuan atau
tindakan yang dilakukan oleh guru. Adapun lebih rincinya adalah sebagai
berikut:
1) Menyusun dan mempersiapkan lembar observasi siswa mengenai rasa
ingin tahu terhadap pembelajaran IPS.
2) Menyusun pedoman wawancara untuk siswa, serta guru mitra.
3) Menyusun lembar catatan lapangan
b. Tindakan/Implementasi
Melakukan tindakan pada putaran pertama sesuai dengan perencanaan
awal. Pada tahap pelaksanaan ini, guru mengajar sesuai dengan rencana
pembelajaran yang telah dibuat dengan menerapkan startegi pembelajaran
yang akan diterapkan dengan menggunakan Strategi Pembelajaran Inkuiri
Sosial. Adapun tahapannya sebagai berikut:
1) Pada tahap ini pertama-tama guru mengajak siswa ke luar ruangan kelas
untuk merasakan cuaca dan udara di luar kelas. Lalu guru memberikan
waktu untuk siswa mengungkapkan apa yang dirasakan dan diamati.
Setelah itu guru membahas pendapat siswa dan mengulas materi mengenai
atmosfer serta menghubungkan dengan materi permasalahan efek rumah
53
2) Guru memberikan lembar kegiatan siswa yang memuat artikel mengenai
efek rumah kaca, gambar efek rumah kaca, dan pertanyaan yang dapat
mengkonstruksikan pengetahuan siswa terhadap materi tersebut.
3) Guru menugaskan siswa untuk membuat kelompok dan mendiskusikannya
sesuai dengan lembarkerja siswa.
4) Di Akhir pembelajaran, guru memberikan komentar dan mengapresiasi
hasil kerja siswa.
c. Observasi
Kegiatan mengamati yang dilakukan secara langsung pada siswa untuk
melihat, meninjau dari dekat selama kegiatan pembelajaran berlangsung
berdasarkan pedoman observasi yang telah disusun. Observasi ini berfungsi
untuk melihat tindakan kelas yang telah diterapkan. Observasi dilakukan oleh
peneliti, yaitu guru dan mitra lainnya yang daspekpatkan dalam lingkungan
sekolah yang sama. Observasi ini pun bisa menjadi upaya untuk pengumpulan
data. Data yang dikumpulkan berbentuk deskriptif yang diambil selama proses
pembelajaran dikelas berlangsung. Selanjutnya menilai tindakan dengan
menggunakan format penilaian lembar kegiatan siswa (LKS).
d. Refleksi
Kegiatan diskusi dengan observer untuk mengkaji dan menganalisis
proses kegiatan hingga daspekukannya berbagai kelemahan tindakan serta
mengkaji informasi tentang efek yang ditimbulkan dari adanya tindakan
(Sanjaya, 2011:55). Kekurangan-kekurangan yang terjadi selama proses
pembelajaran digunakan untuk bahan perbaikan pada siklus berikutnya.
Sedangkan kelebihan-kelebihannya dipertahankan dan dikembangkan untuk
menjadi keunggulan pembelajaran.
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah peneliti
mengumpulkan dan menganalisis data yang diperoleh selama peneliti
melakukan observasi, yaitu meliputi data yang diperoleh dari hasil observasi
rasa ingin tahu siswa, hasil diskusi, wawancara, dan catatan lapangan. Hasil
analisa digunakan untuk mengetahui kekurangan maupun ketercapaian pada
54
Ajeng Ginanjar, 2013
Pengembangan Karakter Rasa Ingin Tahu Dalam Pembelajaran IPS Melalui Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial Di Kelas VII E SMP Pasundan 6 Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
sebagai pertimbangan perencanaan pembelajaran pada siklus berikutnya yang
diharapkan bisa lebih baik dari siklus sebelumnya.
2. Siklus II
a. Perencanaan
Perencanaan pada siklus II ini berangkat dari kegiatan refleksi di siklus I. Pada
siklus II, kegiatan perencanaan yang dilakukan peneliti adalah:
1) Mengidentifikasi masalah yang muncul pada siklus I dan belum teratasi
berikut penetapan alternatif pemecahan masalah.
2) Menyusun program tindakan II, menekankan pada hasil yang diharapkan.
3) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan materi
mengenai pola kegiatan ekonomi penduduk, penggunaan lahan, dan pola
pemukiman berdasarkan kondisi fisik permukaan bumi.
4) Mempersiapkan media, peta dam puzzle membangkitkan rasa ingin tahu
siswa terhadap materi.
5) Menyusun beberapa pertanyaan berdasarkan materi yang diberikan.
6) Mempersiapkan lembar kegiatan siswa berdasarkan materi sesuai dengan
metode yang digunakan yaitu Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial.
7) Merumuskan alternatif jawaban dari pertanyaan yang diajukan kepada
siswa.
8) Mempersiapkan lembar observasi siswa mengenai rasa ingin tahu terhadap
pembelajaran IPS.
9) Mempersiapkan pedoman wawancara untuk siswa, serta guru mitra.
10)Mempersiapkan lembar catatan lapangan
b. Tindakan/Implementasi
Berbeda dengan pelaksanaan tindakan pada Siklus I, tindakan di Siklus
II ini menggunakan peta, dan gambar yang harus disusun siswa dalam bentuk
puzzle. Tentu saja pemilihan gambarnyapun disesuaikan dengan materi dan
menarik perhatian siswa, sehingga akan terlihat antusiasme siswa dan
keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan
siswa pada suatu konsep yang menjadi tujuan pembelajaran. Setelah itu, sesuai
55
1) Menjelaskan secara singkat mengenai materi yang disajikan.
2) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling bertukar fikiran
dengan teman sebangku serta mencari dan mengolah informasi dari
berbagai sumber.
3) Memfasilitasi siswa untuk menyusun puzzle yang telah disiapkan guru.
4) Membimbing siswa untuk menjawab pertanyaan yang mengarahkan pada
konsep yang menjadi tujuan pembelajaran.
5) Memfasilitasi siswa untuk menyampaikan hasil kerjanya dalam bentuk
lisan dan tulisan.
6) Di akhir pembelajaran, guru memberikan komentar dan mengapresiasi
hasil kerja siswa.
c. Observasi
Pada Siklus II Tahapan Pengamatan (Observasi) mencakup:
1) Melakukan observasi sesuai dengan format yang sudah disiapkan.
2) Mencatat semua hal-hal yang diperlukan selama pelaksanaan tindakan
berlangsung.
3) Menilai hasil tindakan sesuai dengan format yang sudah dipersiapkan.
d. Refleksi
Tahapan refleksi pada Siklus II mencakup:
1) Melakukan evaluasi terhadap tindakan pada siklus II berdasarkan data
yang terkumpul.
2) Membahas hasil evaluasi tentang skenario pembelajaran pada siklus II.
3) Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai dengan hasil evaluasi untuk
digunakan pada siklus III.
3. Siklus III
a. Perencanaan
Perencanaan pada siklus III ini berangkat dari kegiatan refleksi di siklus II.
Pada Siklus III kegiatan perencanaan yang dilakukan peneliti adalah:
1) Mengidentifikasi masalah yang muncul pada siklus II dan belum teratasi
berikut penetapan alternatif pemecahan masalah.
56
Ajeng Ginanjar, 2013
Pengembangan Karakter Rasa Ingin Tahu Dalam Pembelajaran IPS Melalui Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial Di Kelas VII E SMP Pasundan 6 Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
3) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sesuai kompetensi
dasar.
4) Menyusun beberapa pertanyaan untuk dialog yang mengarahkan pada
konsep yang akan dipelajari siswa.
5) Mempersiapkan lembar penilaian proyek kreatifitas.
6) Mempersiapkan lembar observasi siswa mengenai rasa ingin tahu terhadap
pembelajaran IPS.
7) Mempersiapkan pedoman wawancara untuk siswa, serta guru mitra.
8) Mempersiapkan lembar catatan lapangan
b. Tindakan/Implementasi
Sangat berbeda dengan pelaksanaan pada Siklus I dan II yang hanya
menggunakan artikel, gambar/foto, dan lingkungan sekolah, pada tahap
pelaksanaan Siklus III aktifitas pembelajaran 80 persen dilakukan oleh siswa
sedangkan guru berperan sebagai konsultan atau pembimbing dan motivator
siswa. Sesuai dengan tahapan strategi pembelajaran inkuiri sosial maka guru:
1) Melakukan tanya jawab dengan siswa seputar kreatifitas dalam tindakan
ekonomi.
2) Mengarahkan siswa untuk melaporkan rencana proyek kreatifitas dalam
tindakan ekonomi.
3) Memotivasi siswa untuk mempersiapkan produk yang akan dijual.
4) Memfasilitasi siswa untuk mendistribusikan produknya kepada teman
sekelas.
5) Di Akhir pembelajaran, guru memberikan komentar, mengapresiasi hasil
kerja siswa serta memotivasi siswa untuk melaksanakan proyek yang telah
direncanakan sepenuh hati, dan sungguh-sungguh.
c. Observasi
Pada Siklus III Tahapan Pengamatan (Observasi) mencakup:
1) Melakukan observasi sesuai dengan format yang sudah disiapkan.
2) Mencatat semua hal-hal yang diperlukan selama pelaksanaan tindakan
berlangsung.
57
d. Refleksi
Tahapan refleksi pada Siklus III mencakup:
1) Melakukan evaluasi terhadap tindakan pada siklus III berdasarkan data
yang terkumpul.
2) Membahas hasil evaluasi tentang skenario pembelajaran pada siklus III.
3) Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai dengan hasil evaluasi untuk
digunakan pada siklus IV.
4. Siklus IV
a. Perencanaan
Pada Siklus IV kegiatan perencanaan yang dilakukan peneliti adalah:
1) Mengidentifikasi masalah yang muncul pada siklus III dan belum teratasi
berikut penetapan alternatif pemecahan masalah.
2) Menyusun program tindakan IV, menekankan pada hasil yang diharapkan.
3) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sesuai kompetensi
dasar.
4) Menyusun beberapa pertanyaan untuk dialog yang mengarahkan pada
konsep yang akan dipelajari siswa.
5) Mempersiapkan materi dari berbagai sumber.
6) Mempersiapkan lembar observasi siswa mengenai rasa ingin tahu terhadap
pembelajaran IPS.
7) Mempersiapkan pedoman wawancara untuk siswa, serta guru mitra.
8) Mempersiapkan lembar catatan lapangan.
b. Tindakan/Implementasi
Pada siklus IV ini, guru berupaya meningkatkan rasa ingin tahu siswa
dengan meminta siswa membawa bekas kemasan makanan atau minuman
pada pertemuan sebelumnya untuk dianalisi pada pertemuan selanjutnya.
Sesuai dengan tahapan strategi pembelajaran inkuiri sosial maka guru:
1) Melakukan tanya jawab dengan siswa seputar pola konsumsi siswa.
2) Mengarahkan siswa untuk mengidentifikasi makanan/minuman yang
58
Ajeng Ginanjar, 2013
Pengembangan Karakter Rasa Ingin Tahu Dalam Pembelajaran IPS Melalui Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial Di Kelas VII E SMP Pasundan 6 Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
3) Mengarahkan siswa untuk menganalisis kemasan makanan dan bahaya
dibalik kemasan.
4) Membimbing siswa untuk merumuskan masalah “kecurangan oknum
penjual makanan/minuman”.
5) Di Akhir pembelajaran, guru mengarahkan siswa untuk menyimpulkan
permasalahan yang telah dikaji.
c. Observasi
Pada Siklus III Tahapan Pengamatan (Observasi) mencakup:
1) Melakukan observasi sesuai dengan format yang sudah disiapkan.
2) Mencatat semua hal-hal yang diperlukan selama pelaksanaan tindakan
berlangsung.
3) Menilai hasil tindakan sesuai dengan format yang sudah dipersiapkan.
d. Refleksi
Tahapan refleksi pada Siklus IV mencakup:
1) Melakukan evaluasi terhadap tindakan pada siklus III berdasarkan data
yang terkumpul.
2) Membahas hasil evaluasi tentang skenario pembelajaran pada siklus III.
3) Membuat kesimpulan atas pelaksanaan dan pembelajaran dengan
menggunakan Startegi Pembelajaran Inkuri Sosial untuk mengembangkan
karakter rasa ingin tahu siswa terhadap Pembelajaran IPS pada siswa kelas
VII E SMP Pasundan 6 Bandung.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Pedoman Observasi
Pedoman observasi, format/membar observasi dalam penelitian ini
terdiri dari beberapa kegiatan siswa yang menunjukkan rasa ingin tahu
terhadap pembelajaran IPS antara lain: perhatian, antusias, keaktifan,
keberanian, kreatif, dan terbuka. Hal ini akan digunakan untuk mengobservasi
59
ceklis (√) pada sikap-sikap atau idikator yang menunjukan dan menunjang rasa ingin tahu siswa terhadap pembelajaran IPS, dan juga untuk mengukur
keberhasilan guru menerapkan strategi pembelajaran inkuiri sosial dalam
mengembangkan karakter rasa ingin tahu siswa. Pedoman observasi pada
penelitian ini melihat dari dua aspek, aktifitas guru dalam melaksanakan
pembelajaran strategi pembelajaran inkuiri sosial dan perkembangan rasa
ingin tahu siswa terhadap pembelajaran.
a) Pedoman Observasi Kinerja Mengajar Guru
Selain human instrument, dalam penelitian ini juga menggunakan
pedoman observasi praktik mengajar guru. Pedoman ini memuat aspek-aspek
yang akan diamati oleh peneliti terhadap aktifitas guru dalam pembelajaran
IPS dengan menggunakan strategi pembelajaran inkuiri sosial dalam rangka
mengembangkan rasa ingin tahu siswa terhadap pembelajaran IPS. Adapun
lebih jelasnya terdapat di lampiran.
b) Pedoman Observasi Rasa Ingin Tahu Siswa
Pedoman obsrvasi rasa ingin tahu siswa ini merupakan acuan peneliti
dalam menilai perkembangan aspek-aspek yang menunjukan bahwa siswa
memiliki rasa ingin tahu terhadap pembelajaran. Lebih jelasnya dapat dilihat
pada lampiran.
2. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara berisikan daftar pertanyaan yang akan diajukan
pada siswa. Pedoman wawancara digunakan untuk mengetahui respon dan
pendapat siswa mengenai proses pelaksanaan pembelajaran IPS dengan
menggunakan strategi pembelajaran inkuiri sosial dalam mengembangkan rasa
ingin tahu siswa.
a) Pedoman Wawancara dengan Guru Mitra
Pedoman wawancara dengan guru mitra merupakan salah satu cara
yang dipilih peneliti untuk mendapat informasi seputar proses pembelajaran
60
Ajeng Ginanjar, 2013
Pengembangan Karakter Rasa Ingin Tahu Dalam Pembelajaran IPS Melalui Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial Di Kelas VII E SMP Pasundan 6 Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu b) Pedoman Wawancara dengan Siswa
Pedoman wawancara dengan siswa dimaksudkan untuk mendapatkan
informasi mengenai pendapat siswa terhadap pembelajaran IPS sebelum dan
sesudah menggunakan strategi pembelajaran inkuiri sosial. adapun
pertanyaan-pertanyaan tersebut lebih jelasnya terdapat pada lampiran.
3. Catatan Lapangan
Catatan lapangan merupakan format atau lembar yang berisikan
tanggal, jam, tempat pembicaraan, dan tanggal jam pencatatan. Selain itu juga
garis tepi untuk komentar peneliti dan orang lain selama proses pembelajaran
IPS. Adapun format catatan lapangan pada penelitian ini, lebih jelasnya
terdapat di lampiran.
4. Dokumentasi
Secara harfiah dokumen dapat diartikan sebagai catatan kejadian yang
sudah lampau (Satori dan Aan K, 2012:146). Menurut Guba dan Lincoln
(Moleong, 2010:217) dokumen sering digunakan dalam penelitian karena
dokumen merupakan sumber yang stabil, hasil pengkajian dokumen akan
membuka kesempatan untuk lebih memperluas tubuh pengetahuan terhadap
sesuatu yang diselidiki. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
dokumentasi berupa foto proses pembelajaran sebagai data penunjang.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang akan digunakan adalah :
1. Observasi
Margono dalam Satori dan Aan K (2012:105) mengungkapkan bahwa,
observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik
terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Observasi yaitu
melakukan pengamatan secara langsung setiap kejadian yang sedang
berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal yang akan
diamati (Sanjaya, 2011: 86). Observasi merupakan bagian yang sangat penting
61
mendokumentasikan dan merefleksikan secara sistematis terhadap kegiatan
interaksi subjek penelitian (Burn dalam Basrowi dan Suwandi 2008:93).
Dari beberapa pendapat tersebut, terdapat satu kesamaan pemahaman
bahwa observasi adalah kegiatan mengamati, mencatatan,
mendokumentasikan dan merefleksikan secara sistematis terhadap subjek
penelitian. Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti dibantu oleh mitra
peneliti untuk mengetahui perkembangan/progres penerapan Strategi
Pembelajaran Inkuiri Sosial untuk mengembangkan karakter rasa ingin tahu
siswa kelas VII E SMP Pasundan 6 Bandung.
2. Wawancara
Berg dalam Satori dan Aan K (2012:129), membatasi wawancara
sebagai suatu percakapan dengan suatu tujuan, khususnya tujuan untuk
mengumpulkan informasi. Wawancara adalah percakapan dengan maksud
tertentu oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) sebagai
pengaju/pemberi pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) sebagai
pemberi jawaban atas pertanyaan itu. Sudjana dalam Satori dan Aan K
(2012:129) menjelaskan bahwa wawancara adalah proses pengumpulan data
atau informasi melalui tatap muka antara pihak penanya dengan pihak yang
ditanya atau penjawab.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut peneliti menyimpulkan bahwa
wawancara adalan dialog yang dilakukan peneliti dengan pihak-pihak yang
dianggap perlu guna mendapatkan, dan mengumpulkan informasi untuk
selanjutnya diolah menjadi satu kesimpulan. Dalam penelitian ini peneliti
melakukan wawancara dengan beberapa siswa kelas VII E SMP Pasundan 6
Bandung, guru senior pengampu mata pelajaran IPS, dan mitra peneliti.
3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi adalam kegiatan mencatat atau merekam kejadian
yang sudah lampau yang dinyatakan dalam bentuk lisan, tulisan, karya bentuk.
Dalam penelitian ini, peneliti mendeskripsikan setiap kejadian yang
62
Ajeng Ginanjar, 2013
Pengembangan Karakter Rasa Ingin Tahu Dalam Pembelajaran IPS Melalui Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial Di Kelas VII E SMP Pasundan 6 Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
penyampaian pembelajaran. Dokumentasi disini bertujuan untuk
mengungkapkan fakta atau kenyataan pada saat pelaksanaan tindakan.
4. Catatan lapangan
Catatan lapangan digunakan untuk mendapatkan data yang utuh,
lengkap dan tidak terdistorsi keterbatasan ingatan peneliti. Menurut Satori dan
Aan K (2012:176), cacatan lapangan merupakan bentuk lengkap dari rekaman
data lapangan yang diperoleh dari buku catatan lapangan, rekaman dari tape
recorder, hasil jepretan foto, atau rekaman video.
Catatan lapangan pada penelitian ini berisikan hal-hal yang terjadi
selama proses pembelajaran di kelas. Hal- hal yang dicatat antara lain iklim
belajar, interaksi siswa (dengan guru/teman), dan pengelolaan kelas.
G. Teknik Analisis Data
Menganalisis adalah suatu proses mengolah dan menginterpretasi data
dengan tujuan untuk mengolah dan menginterpretasi data dengan tujuan untuk
mendudukan berbagai informasi sesuai dengan fungsinya hingga memiliki
makna dan arti yang jelas sesuai dengan tujuan penelitian (Sanjaya,
2009:117). Analisis data akan dilakukan melalui tiga tahap analisis. Menurut
Sugiyono (2008:89), Analisis data penelitian kualitatif dilakukan sejak
sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai di
lapangan.
1. Analisis Sebelum di Lapangan
Dalam tahap ini, analisis dilakukan terhadap data hasil studi
pendahuluan atau kondisi awal peneliti sebelum dilakukan tindakan PTK.
Analisis dilakukan oleh peneliti terhadap hasil observasi dan wawancara
tentang kegiatan pembelajaran IPS di kelas VII E SMP Pasundan 6 bandung.
2. Analisis Selama di Lapangan
Aktifitas dalam analisis data dilapangan, yaitu data reduction, data
display, dan conclusion drawing/verification. Miles dan Huberman (Sugiyono,
63
Gambar 3.2 Model Analisis Data menurut Miles dan Huberman (Sugiyono,
2008:91).
Dengan demikian analisis data pada tahap ini meliputi:
a. Data reduction (reduksi data)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok
memfokuskan pada hal-hal yang penting, berdasarkan studi pendahuluan.
Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas,
dan mempermudah untuk pengumpulan data selanjutnya.
b. Data display (penyajian data)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data.
Penyajian data bisa menggunakan bentuk uraian singkat, bagan, tabel,
grafik, dan sebagainya. Melalui penyajian data tersebut, maka data
terorganisasi, tersusun, sehingga akan mudah dipahami. Dengan demikian
maka akan memudahkan peneliti untuk memahami apa yang terjadi,
merencanakan kerja/tindakan selanjutnya, berdasarkan apa yang telah
dipahami tersebut
c. Conclusion drawing/verification (penarikan kesimpulan) Langkah ke tiga
dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman adalah
penarikan kesimpulan/verifikasi. Kesimpulan sementara pada reduksi data
yang daspekukan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak
daspekukan bukti-bukti kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan
data berikutnya. Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif Pengumpulan
Data
Reduksi Data Verifikasi/Penarik
64
Ajeng Ginanjar, 2013
Pengembangan Karakter Rasa Ingin Tahu Dalam Pembelajaran IPS Melalui Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial Di Kelas VII E SMP Pasundan 6 Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
mungkin akan menjawab rumusan masalah yang telah dirumuskan sejak
awal.
3. Analisis setelah di lapangan
Analisis setelah tindakan merupakan tahapan untuk mengetahui apakah
tindakan yang dilakukan berhasil sesuai dengan harapan atau tidak berhasil.
Setelah selesai memperoleh semua data yang dibutuhkan, peneliti kemudian
menganalisis dengan meninjau kembali apakah masih ada analisis data yang
perlu direvisi atau mungkin perlu diteliti analisis data dari awal. Jika semua
data sudah cukup, maka peneliti menyusun laporan atas analisis yang telah
disusun.
H. Validitas dan Reliabilitas Data
Validitas dalam PTK berbeda dengan validitas pada penelitian formal
lainnya seperti penelitian kuantitatif. Pada PTK validitas itu adalah keajekan
proses penelitian proses penelitian seperti yang disyaratkan dalam penelitian
kualitatif (Sanjaya, 2009:41). Ada lima jenis validitas yang dapat diterapkan
dalam PTK, yaitu: validitas demokratik, validitas hasil, validitas protes,
validitas katalitik, dan validitas dialogis.
Adapun realibilitas data, dalam PTK salah satu kriteria PTK adalah
memiliki tingkat reliabilitas. Tingkat reliabilitas ditentukan oleh sejauh mana
peneliti dapat mengontrol setiap variable penelitian yang dapat berpengaruh
terhadap hasil penelitian.
Dalam penelitian tindakan kelas ini dengan menggunakan Triangulasi.
Triangulasi adalah teknik pengecekan keabsahan data dengan memanfatkan
sesuatu diluar data sebagai pembanding (Meleong, 2008:330). Metode yang
digunakan dalam triangulasi ini antara lain:
1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan wawancara.
2. Membandingkan persepsi dan perilaku seseorang dengan orang lain.
3. Membandingkan data dokumentasi dengan wawancara.
4. Melakukan perbandingan dengan teman sejawat.
65
Teknik triangulasi ini dilakukan dengan cara membahas hasil
sementara penelitian dalam bentuk diskusi dengan pembimbing, penguji, guru
senior pengampu mata pelajaran IPS di lapangan dan teman sejawat yang
129
Ajeng Ginanjar, 2013
Pengembangan Karakter Rasa Ingin Tahu Dalam Pembelajaran IPS Melalui Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial Di Kelas VII E SMP Pasundan 6 Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian tindakan kelas dalam rangka
mengembangkan karakter rasa ingin tahu terhadap pembelajaran IPS melalui
strategi pembelajaran inkuiri sosial di kelas VII E SMP Pasundan Bandung,
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Perancanaan pada penelitian ini berangkat dari observasi awal peneliti
yang menemukan adanya permasalahan pada siswa kelas VII E yaitu
kurangnya rasa ingin tahu terhadap pembelajaran IPS. Berdasarkan
permasalahan tersebut, maka perencanaan yang dibuat/disusun harus
mampu membangkitkan semangat dan menarik rasa ingin tahu siswa
terhadap pembelajaran IPS. Perencanaan ini mencakup kegiatan refleksi,
studi pendahuluan, dan mempersiapkan RPP, pedoman observasi, catatan
lapangan serta pedoman wawancara berdasarkan indikator-indikator rasa
ingin tahu dan strategi pembelajaran inkuiri sosial. Dalam menyusun RPP,
peneliti berupaya mengembangkan indikator-indikator rasa ingin tahu
yang disesuaikan dengan materi pembelajaran IPS yang hendak dikaji
pada setiap tindakan. Peneliti merencanakan setiap kegiatan pembelajaran
sesuai dengan langkah-langkah strategi pembelajaran inkuiri sosial namun
dengan kegiatan yang bervariasi setiap siklusnya. Penyajian kegiatan juga
dibuat menarik dengan mengangkat pengalaman siswa serta permasalahan
sosial yang kontemporer dan berkaitan dengan kehidupan sehari-hari
siswa. perencanaan ini diharapkan dapat memberikan rasa senang serta
semangat belajar siswa, sehingga pembelajaran yang dilaksanakan
berangkat dari rasa ingin tahu siswa terhadap materi.
2. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran
inkuiri sosial dalam rangka mengembangkan karakter rasa ingin tahu
siswa, telah dilaksanakan dengan baik. Selama proses pembelajaran,
130
observasi yang telah dibuat. Selain itu beberapa kejadian yang tidak
tercantum pada pedoman observasi juga dicacat ataupun difoto sebagai
bentuk cacatan lapangan sebagai pelengkap data penelitian pada setiap
siklusnya. Adapun beberapa hambatan yang dialami peneliti dalam
pelaksanaan penelitian ini diantaranya yaitu, Masih ada beberapa siswa
yang sulit diatur ketika proses pembelajaran, misalnya ada siswa yang
mengobrol ketika berdiskusi, iseng temannya, saling mengandalkan dalam
bekerja dll. Mood siswa berubah-ubah pada setiap tindakan sehingga guru
dituntut untuk memiliki kreatifitas yang tinggi untuk mengantisipasi
hal-hal yang di luar dugaan, juga untuk dapat menarik perhatian dan semangat
siswa. Antusias siswa yang tinggi terkadang membuat gaduh sehingga
peneliti khawatir mengganggu KBM di kelas lain. Ketika siswa melakukan
diskusi terkadang guru kewalahan dalam mengontrol satu persatu
kelompoknya. Ketika menjelaskan tugas untuk pengayaan siswa,
terkadang harus diulang beberapa kali sampai siswa faham. Namun secara
keseluruhan, berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara kepada siswa,
mereka mengatakan bahwa ternyata pembelajaran IPS yang awalnya
mereka bilang membosankan bisa menjadi menarik dan menyenangkan
bagi mereka sehingga setiap minggunya mereka menantikan pembelajaran
IPS dengan berbagai penggunaan media, dan kegiatan pembelajarannya
yang bervariatif.
3. Setelah melaksanaan pembelajaran IPS menggunakan strategi
pembelajaran inkuiri sosial, ternyata rasa ingin tahu siswa terhadap
pembelajaran meningkat. Peningkatan tersebut dilihat dari beberapa
indikator rasa ingin tahu yang berkembang dari kualitas kurang, cukup,
kemudian menjadi baik. Siswa menjadi lebih memahami
permasalahan-permasalahan sosial maupun gejala alam yang berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari siswa dan mampu memberikan alternative solusinya.
Pembelajaran IPS yang berangkat dari rasa ingin tahu siswa ini membuat
131
Ajeng Ginanjar, 2013
Pengembangan Karakter Rasa Ingin Tahu Dalam Pembelajaran IPS Melalui Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial Di Kelas VII E SMP Pasundan 6 Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pembelajaran dengan rasa senang. Sehingga pemahaman yang mereka
dapatkan juga akan menjadi lebih bermanfaat bagi siswa.
B. Saran
Mengacu pada pembahasan mengenai pengebangan karakter rasa
ingin tahu terhadap pembelajaran IPS melalui penggunaan strategi
pembelajaran inkuiri sosial di kelas VII E SMP Pasundan 6 Bandung, maka
dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:
1. Untuk Siswa
Siswa diharapkan dapat lebih bersemangat, antusias dan memiliki
inisiatif serta berkontribusi dalam setiap kegiatan pembelajaran baik
yang dilakukan secara individu maupun kelompok. Siswa juga harus
lebih percaya diri dalam mengemukakan pendapat, ide/gagasan,
bertanya, ataupun menjawab pertanyaan yang muncul selama proses
pembelajaran.
2. Untuk Guru
Pengoptimalan kinerja guru dalam melaksanakan langkah-langkah
strategi pembelajaran inkuiri sosial juga harus dibarengi dengan
kemampuan guru menciptakan suasana pembelajaran yang luwes dan
bersahabat namun tegas. Khusunya pada pembelajaran IPS, guru harus
senantiasa memperbaharui pengetahuannya terutama yang berkaitan
dengan perkembangan masyarakat yang merupakan sumber kajian IPS.
3. Untuk sekolah
Penggunaan strategi pembelajaran inkuiri sosial ini, dapat dijadikan
referensi bagi guru-guru IPS di sekolah sebagai salah satu strategi
pembelajaran, karena dengan meneggunakan strategi pembelajaran
inkuiri sosial dalam pembelajaran IPS, siswa terlihat lebih
bersemangat, dan menunjukan rasa ingin tahunya terhadap