• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN KARAKTER RASA INGIN TAHU DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI SOSIAL DI KELAS VII E SMP PASUNDAN 6 BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN KARAKTER RASA INGIN TAHU DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI SOSIAL DI KELAS VII E SMP PASUNDAN 6 BANDUNG."

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

Ajeng Ginanjar, 2013

Pengembangan Karakter Rasa Ingin Tahu Dalam Pembelajaran IPS Melalui Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial Di Kelas VII E SMP Pasundan 6 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Nomor Daftar FPIPS:1645/UN.40.2.7/PL/2013

PENGEMBANGAN KARAKTER RASA INGIN TAHU DALAM

PEMBELAJARAN IPS MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN

INKUIRI SOSIAL DI KELAS VII E SMP PASUNDAN 6 BANDUNG

(PTK di Kelas VII E SMP Pasundan 6 Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Prodi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Oleh

AJENG GINANJAR 0900844

PRODI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PENGEMBANGAN KARAKTER RASA INGIN TAHU DALAM

PEMBELAJARAN IPS MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN

INKUIRI SOSIAL DI KELAS VII E SMP PASUNDAN 6 BANDUNG

(PTK di Kelas VII E SMP Pasundan 6 Bandung)

Oleh

Ajeng Ginanjar

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Ajeng Ginanjar 2013

Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

Ajeng Ginanjar, 2013

Pengembangan Karakter Rasa Ingin Tahu Dalam Pembelajaran IPS Melalui Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial Di Kelas VII E SMP Pasundan 6 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

AJENG GINANJAR

0900844

MENGEMBANGKAN KARAKTER RASA INGIN TAHU TERHADAP

PEMBELAJARAN IPS MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN

INKUIRI SOSIAL DI KELAS VII E SMP PASUNDAN 6 BANDUNG

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Dr. Nana Supriatna, M.Ed

NIP. 19611014 198601 1 001

Pembimbing II

Yeni Kurniawati, M.Pd

NIP. 19770602 200312 2 001

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Dr. Nana Supriatna, M.Ed

(4)

MOTO

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan

kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang

diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang

dikerjakannya”.

“Memulai Kerja Keras Memang Sangat Berat. Tetapi Jika

Sudah Terbiasa Semua Pekerjaan Akan Mudah

(Dahlan

Iskan).

Success

Comes From Strong Desire”

“Orang Hebat Tidak Dihasilkan Dari Kemudahan,

Kesenangan, Dan Kenyamanan. Mereka Dibentuk Dari

Kesukaran, Tantangan, Dan Air Mata” (Dahlan Iskan).

“TIDAK ADA PERJUANGAN YANG SIA

-SIA

Segala puji bagi Allah SWT

Karya kecil ini kupersembahkan

teruntuk yang tersayang:

Kedua Orang Tuaku

&

(5)

v

Ajeng Ginanjar, 2013

Pengembangan Karakter Rasa Ingin Tahu Dalam Pembelajaran IPS Melalui Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial Di Kelas VII E SMP Pasundan 6 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Abstrak

Penelitian ini berangkat dari adanya keresahan peneliti akan permasalahan dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas VII E SMP Pasundan 6 Bandung. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti pada beberapa kali pertemuan dalam rentang waktu 1 Februari sampai 15 Februari 2013, peneliti melihat kurangnya rasa ingin tahu siswa dalam pembelajaran IPS. Siswa jarang bertanya, menjawab pertanyaan, mengemukakan pendapat, kurang antusias terhadap pembelajaran, dll. Alternatif pemecahan masalah yang dipilih yaitu strategi pembelajaran inkuiri sosial. Meninjau permasalahan yang akan diteliti berkaitan dengan proses pembelajaran, maka peneliti memilih Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan model Kemmis dan Mc. Taggart dalam 4 siklus. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran inkuiri sosial dalam rangka mengembangkan karakter rasa ingin tahu siswa dapat dikatakan berhasil. Adapun pengembangan atau peningkatan rasa ingin tahu siswa dapat dilihat dari perkembangan aspek-aspek atau indikator rasa ingin tahu yaitu aspek bertanya, menjawab pertanyaan yang muncul selama proses pembelajaran, merespon, memperhatikan penjelasan guru, memiliki inisiatif dan antusias, memiliki sikap kreatif, kontribusi siswa dalam diskusi/proyek pembelajaran, dan terakhir aspek pengayaan (Enrichment). Seluruh aspek ini mengalami perkembangan dari siklus I hingga siklus IV dari kualitas kurang, cukup, menjadi baik. Kesimpulannya, penerapan strategi pembelajaran inkuiri sosial dapat mengembangkan rasa ingin tahu terhadap pembelajaran IPS. Hal ini dapat dibuktikan dengan peningkatan kualitas dan kuantitas siswa pada indikator rasa ingin tahu, yaitu, memperhatikan penjelasan guru, kontribusi siswa dalam diskusi/proyek pembelajaran, memiliki inisiatif dan antusias, memiliki sikap kreatif, merespon, pengayaan, menjawab dan bertanya.

(6)

vi

Abstract

This research was departed from the unrest researchers about a problems in learning social studies at the VII of E Pasundan 6 Bandung Junior hight school. Based on the results of observations conducted by researchers at several meetings within the period February 1st to February 15th 2013, researchers at the lack curiosity of students in social studies learning. Students rarely ask, answer questions, express opinions, lack of enthusiasm for learning, etc. Alternative solutions are selected that social inquiry learning strategies. Review the problems that will be examined relating to the learning process, the researchers chose Classroom Action Research (CAR) with Kemmis and Mc. Taggart models in 4 cycles. Implementation of learning using social inquiry learning strategies in order to develop the character of the student's curiosity can be said to be successful. As for the development or increase the curiosity of students can be seen from the development aspects or indicators curiosity which aspects asked, answering questions that arise during the learning process, respond, pay attention to the teacher's explanation, have initiative and enthusiasm, have a creative attitude, contribution of students in discussion / learning projects, and final aspect of enrichment. All the aspects have evolved from the first cycle to cycle IV of less quality, reasonably, be good. Its conclusion, the application of social inquiry learning strategies can be develop a curiosity for social studies learning. It can be evidenced by the increase in the quality and quantity of student curiosity indicators, namely attention to the teacher's explanation, the contribution of the students in a discussion / learning project, has an initiative and enthusiasm, creative stance, respond, enrichment, answer and ask questions.

(7)

vii

Ajeng Ginanjar, 2013

Pengembangan Karakter Rasa Ingin Tahu Dalam Pembelajaran IPS Melalui Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial Di Kelas VII E SMP Pasundan 6 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu DAFTAR ISI

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Struktur Organisasi ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Pendidikan Karakter ... 8

1. Mengenal Pendidikan Karakter ... 9

2. Desain Pendidikan Karakter... 11

3. Strategi Pelaksanaan Pendidikan Karakter ... 11

4. Nilai-nilai Karakter ... 14

B. Pengembangan Karakter Rasa Ingin Tahu terhadap Pembelajaran IPS ... 14

1. Hakikat Rasa Ingin Tahu ... 14

2. Implementasi Rasa Ingin Tahu ... 18

C. Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial ... 19

1. Jenis-jenis Metode Inkuiri ... 21

2. Prinsip-prinsip Strategi Pembelajaran Inkuri Sosial ... 22

3. Tahap-tahap Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial ... 26

4. Keunggulan dan Kelemahan Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial ... 31

(8)

D. Hubungan antara Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial dengan Karakter Rasa

Ingin Tahu ... 33

E. Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial dalam Pendidikan IPS ... 41

BAB III METODE PENELITIAN ... 46

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 46

1. Lokasi Penelitian ... 46

2. Subjek Penelitian ... 46

B. Desain Penelitian ... 47

C. Setting Penelitian ... 49

D. Siklus Penelitian Tindakan Kelas ... 50

E. Instrumen Penelitian ... 58

1. Pedoman Observasi ... 58

2. Pedoman Wawancara ... 59

3. Catatan Lapangan ... 60

4. Dokumentasi ... 60

F. Teknik Pengumpulan Data ... 60

1. Observasi ... 60

2. Wawancara ... 61

3. Studi Dokumentasi ... 61

4. Catatan Lapangan ... 61

G. Teknis Analisis Data ... 62

1. Analisis Sebelum di Lapangan ... 62

2. Analisis Selama di Lapangan ... 62

3. Analisi Setelah di Lapangan ... 64

H. Validitas dan Realiabilitas Data ... 64

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 66

A. Deskripsi Data Penelitian ... 66

1. Deskripsi Sekolah ... 66

2. Profil Guru Mitra ... 67

3. Kelas Penelitian ... 69

(9)

ix

Ajeng Ginanjar, 2013

Pengembangan Karakter Rasa Ingin Tahu Dalam Pembelajaran IPS Melalui Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial Di Kelas VII E SMP Pasundan 6 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1. Kegiatan Pra Tindakan ... 69

2. Pelaksanaan Tindakan ... 72

3. Pembahasan ... 111

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 129

A. Kesimpulan ... 129

B. Saran ... 131

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Rasa ingin tahu siswa pada siklus I ... 76

Tabel 4.2. Kinerja guru pada siklus I ... 78

Tabel 4.3. Daftar cek rasa ingin tahu pada siklus I ... 81

Tabel 4.4. Rasa ingin tahu siswa pada siklus II ... 86

Tabel 4.5. Kinerja guru pada siklus II ... 89

Tabel 4.6. Daftar cek rasa ingin tahu pada siklus II ... 90

Tabel 4.7. Rasa ingin tahu siswa pada siklus III ... 96

Tabel 4.8. Kinerja guru pada siklus III ... 99

Tabel 4.9. Daftar cek rasa ingin tahu pada siklus III ... 101

Tabel 4.10. Rasa ingin tahu siswa pada siklus IV ... 106

Tabel 4.11. Kinerja guru pada siklus IV ... 108

Tabel 4.12. Daftar cek rasa ingin tahu pada siklus IV ... 109

(11)

xi

Ajeng Ginanjar, 2013

Pengembangan Karakter Rasa Ingin Tahu Dalam Pembelajaran IPS Melalui Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial Di Kelas VII E SMP Pasundan 6 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Model PTK bentuk Siklus menurut Sanjaya diadaptasi dari Kemmis

dan Taggart ... 47

Gambar 3.2 Model Analisis Data menurut Miles dan Huberman ... 63

Gambar 4.1. Diagram perkembangan siswa dalam mengajukan pertanyaa ... 113

Gambar 4.2. Diagram perkembangan siswa dalam menjawab pertanyaan guru ... 114

Gambar 4.3. Diagram perkembangan siswa dalam merespon ... 115

Gambar 4.4. Diagram perkembangan siswa dalam memperhatikan penjelasan guru . 116 Gambar 4.5. Diagram perkembangan inisiatif dan antusias siswa ... 117

Gambar 4.6. Diagram perkembangan sikap kreatif siswa ... 118

Gambar 4.7. Diagram perkembangan kontribusi siswa dalam diskusi/proyek pembelajaran ... 119

Gambar 4.8. Diagram perkembangan kontribusi siswa dalam diskusi/proyek pembelajaran ... 120

Gambar 4.9. Diagram perkembangan kinerja guru pada siklus I, II, III, dan IV ... 121

(12)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berdasarkan dari hasil observasi yang dilakukan peneliti pada

beberapa kali pertemuan dalam rentan waktu 1 Februari sampai 15 Februari

2013 di SMP Pasundan 6 Bandung pada siswa Kelas VII E, peneliti melihat

kurangnya rasa ingin tahu siswa terhadap pembelajaran IPS. Hal ini terlihat

dari sikap siswa yang kurang respek terhadap proses pembelajaran, rendahnya

antusiasme, siswa jarang bertanya, jarang menjawab pertanyaan yang diajukan

guru/teman, jarang mengemukakan pendapat, jarang menyanggah pendapat

orang lain. Siswa juga tidak memiliki sikap kreatif bagi dalam mengemukakan

gagasan, maupun menciptakan/membuat suatu karya.

Peneliti berasumsi bahwa penyebab kurangnya rasa ingin tahu siswa

terhadap pembelajaran yang terlihat dari beberapa indikasi tersebut, Pertama

karena adanya stigma dalam diri siswa bahwa IPS ini merupakan pelajaran

yang bersifat hafalan. Terlalu banyak materi yang harus mereka fahami.

Kedua, permasalahan ini tidak terlepas dari peran guru IPS dalam mengelola

kelas. Peneliti melihat guru IPS belum optimal dalam memfasilitasi dan

memotivasi siswa untuk bertanya, menjawab, mengemukakan pendapat,

menyanggah serta mengembangkan kreatifitasnya. Selain itu penyajian

pembelajaran kurang menarik dan cenderung membosankan metode dan

sumber yang digunakan monoton atau itu itu saja. Siswa jarang diajak atau

difasilitasi untuk mengamati suatu fenomena atau permasalahan yang sedang

ramai di masyarakat atau untuk membuat suatu kegiatan secara mandiri dalam

rangka proses memahami suatu kajian.. Keadaan ini secara horizontal

berdampak pada kurangnya respon dan perhatian siswa terhadap arahan guru.

Banyak siswa yang mengobrol ketika proses pembelajaran, memainkan

ponsel, adapula yang terlihat mengantuk, dan banyak siswa yang belum berani

atau enggan mengemukakan pendapat atau menjawab pertanyaan yang

(13)

2

Ajeng Ginanjar, 2013

Pengembangan Karakter Rasa Ingin Tahu Dalam Pembelajaran IPS Melalui Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial Di Kelas VII E SMP Pasundan 6 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Selain observasi, peneliti juga melakukan wawancara dengan beberapa

siswa kelas VII E SMP Pasundan 6 mengenai pembelajaran IPS di kelas.

Beberapa dari mereka mengemukakan bahwa mereka sulit memahami materi

IPS, karena pertama, materinya sangat banyak, selain itu penyajian guru

kurang menarik. Beberapa siswa yang lain mengemukakan bahwa mereka

bosan dengan pembelajaran IPS yang hanya mendengarkan guru menjelaskan

materi tanpa menyertakan gambar/foto/video yang relevan, selain itu guru

lebih sering memberikan tugas untuk mengerjakan latihan soal pada LKS

padahal mereka belum faham konsep/materinya.

Setelah melakukan wawancara dengan siswa, peneliti juga melakukan

sharing dengan guru IPS di sekolah tersebut, Beliau mengemukakan bahwa

pembelajaran IPS saat ini masih jauh dari ideal. Pertama, iklim sekolah yang

belum mengoptimalkan kualitas guru-guru. Kedua, kurangnya pendayagunaan

sumber belajar yang telah dialokasikan pemerintah kepada sekolah. Ketiga,

kurangnya prasarana seperti LCD sebagai salah satu perangkat pendukung

pembelajaran IPS yang bisa menampilkan banyak fenomena sosial, peristiwa

sejarah dll yang perlu visualisasi guna pemahaman konsep siswa. Keempat,

tidak terlepas dari keegoisan guru sebagai pendidik karena kebanyakan

guru-guru itu tidak mau dikritik, sehingga mereka merasa puas dengan apa yang

sudah mereka lakukan dan upayakan terhadap siswa, padahal seharusnya guru

tidak boleh mudah merasa puas untuk meningkatkan kualitas pembelajaran,

dan sebaiknya guru harus sering melakukan evaluasi baik itu dengan meminta

kritik atau saran dari guru lain, dari kepala sekolah, bahkan dari siswa, namun

beliau pun menyadari sebagai guru IPS beliau juga masih sangat perlu

mengevaluasi dan memperbaiki diri secara konsisten dan berkelanjutan.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara kepada guru dan siswa,

peneliti menarik benang merah, bahwa pembelajaran IPS masih belum

optimal, baik dari aspek siswa, kinerja guru, perangkat pembelajaran dan iklim

sekolah sehingga secara tidak langsung membiasakan siswa untuk belajar

(14)

3

itu berangkat dari rasa ingin tahu siswa terhadap pembelajaran sehingga

pengetahuan yang didapatkan akan lebih bermakna, dan diharapkan akan lebih

bermanfaat terlebih dalam pembelajaran IPS. Mengapa, karena ilmu

pengetahuan sosial terus berkembang sejalan dengan perkembangan

masyarakat yang dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti perubahan jumlah

penduduk, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, pengaruh

budaya barat, bencana alam, dan lain-lain. Hal tersebut diperkuat oleh

pendapat Sapriya, dkk (2008:4) yang menyebutkan, salah satu karakteristik

dari definisi social studies adalah bersifat dinamis, artinya selalu berubah

sesuai dengan tingkat perkembangan masyarakat sehingga siswa diharapkan

memiliki rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu disini adalah keinginan untuk

menyelidiki dan mencari pemahaman terhadap rahasia alam atau peristiwa

sosial yang sedang terjadi (Muchlis S, Hariyanto, 2012:119).

Karakter rasa ingin tahu ini sangat penting untuk dimiliki siswa.

Karena dengan memiliki karakter rasa ingin tahu siswa akan terpacu untuk

terus mencari tahu dan mengkaji permasalahan-permasalahan yang terjadi

dalam masyarakat sehingga siswa akan mendapatkan pemahaman dan dapat

berupaya antisipatif dan solutif ketika kelak siswa dihadapkan pada

permasalahan-permasalahan tersebut dalam kehidupan bermasyarakat. Selaras

dengan tujuan pembelajaran IPS yang disebutkan oleh Puskur (2006: 7) yaitu

mengembangkan potensi siswa agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi

di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala

ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi

sehari-hari. Oleh karena itu, Guru sebagai tokoh sentral dalam dunia

pendidikan khususnya dalam proses belajar mengajar sudah sepatutnya selalu

meningkatkan kualitas pembelajaran dan berusaha mengatasi

permasalahan-permasalahan dalam pembelajaran, mengembangkan rasa ingin tahu siswa

terhadap pembelajaran, khususnya pembelajaran IPS.

Berangkat dari permasalahan kurangnya rasa ingin tahu siswa kelas

(15)

4

Ajeng Ginanjar, 2013

Pengembangan Karakter Rasa Ingin Tahu Dalam Pembelajaran IPS Melalui Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial Di Kelas VII E SMP Pasundan 6 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

menawarkan alternatif pemecahan masalah yaitu dengan menggunakan

strategi pembelajaran inkuiri sosial. Strategi pembelajaran inkuiri sosial

merupakan hasil adopsi dari strategi pembelajaran inkuiri. Menurut Supriatna

(2007:138), inkuiri merupakan salah satu strategi pengajaran yang dapat

dipilih oleh guru IPS dalam mengembangkan keterampilan sosial dan

intelektual siswa. Marsh, Colin (dalam Supriatna, 2007:138) menyebutkan

bahwa strategi inkuiri menekankan peserta didik menggunakan keterampilan

intelektual dalam memperoleh pengalaman baru atau informasi baru melalui

investigasi yang sifatnya mandiri (independent). Sedangkan inkuiri sosial

menurut Wina Sanjaya (2010:206) dipandang sebagai suatu strategi

pembelajaran yang berorientasi kepada pengalaman siswa.

Strategi pembelajaran inkuiri sosial dikembangkan oleh Massialas dan

Cox dalam Hardini & Puspitasari (2012:102), pemilihan strategi pembelajaran

inkuiri sosial untuk memecahkan masalah dalam pembelajaran sosial karena

strategi ini khusus dirancang untuk meningkatkan kemampuan dan

keterampilan siswa dalam memecahkan masalah-masalah sosial. Tentunya

strategi pembelajaran inkuiri sosial ini sangat tepat digunakan dalam

pembelajaran IPS. Robert A. Wilkins dalam Wina Sanjaya (2010:205)

menyatakan bahwa dalam kehidupan masyarakat yang terus menerus

mengalami perubahan, pengajaran IPS harus menekankan kepada

pengembangan berfikir yang mana proses ini akan lebih menyenangkan dan

bermakna jika didasari oleh rasa ingin tahu siswa.

Strategi pembelajaran inkuiri sosial berangkat dari asumsi bahwa sejak

dilahirkan ke dunia manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri

pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentang keadaan alam dan keadaan sosial

merupakan kodratnya. Manusia memiliki keinginan untuk mengenal segala

sesuatu melalui panca indra. Hingga dewasa keingintahuan manusia secara

terus-menerus berkembang dengan menggunakan otak dan pikirannya.

Pengetahuan yang dimiliki manusia akan bermakna manakala didasari oleh

(16)

5

Sejalan dengan hal tersebut Yustina (2012:144) dalam penelitiannya

menyatakan bahwa penggunaan model pembelajaran yang aktif, kreatif,

inovatif dan efektif dapat menciptakan suasana pembelajaran yang

menyenangkan dan dapat meningkatkan hasil belajar, serta penanaman nilai

karakter kreatif serta rasa ingin tahu pada siswa. diperkuat oleh hasil

penelitian Suningsih (2013) menunjukkan pembelajaran inkuiri berhasil

meningkatkan perhatian dan motivasi siswa sehingga terlihat rasa ingin tahu

terhadap materi yang disampaikan guru.

Diharapkan dengan menggunakan strategi pembelajaran inkuiri sosial

dalam pembelajaran IPS, siswa memiliki karakter rasa ingin tahu, sehingga

siswa akan selalu up to date dan peka terhadap isu-isu sosial kontemporer dan

terbiasa untuk menghadapi permasalahan dalam kehidupan siswa disertai

dengan upaya antisipatif dan solutif. Siswa juga dapat belajar mengendalikan

hidupnya, dan lebih siap menghadapi masalah-masalah kehidupan. Maka dari

itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas dalam rangka

mengembangkan karakter rasa ingin tahu terhadap pembelajaran IPS melalui

strategi pembelajaran inkuiri sosial di kelas VII E SMP Pasundan 6 Bandung.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti merumuskan

permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana merancang strategi pembelajaran inkuiri sebagai upaya untuk

mengembangkan karakter rasa ingin tahu terhadap pembelajaran IPS pada

siswa kelas VII E SMP Pasundan 6 Bandung?

2. Bagaimana melaksanakan strategi pembelajaran inkuiri sebagai upaya

untuk mengembangkan karakter rasa ingin tahu terhadap pembelajaran IPS

pada siswa kelas VII E SMP Pasundan 6 Bandung?

3. Bagaimana merefleksikan strategi pembelajaran inkuiri sebagai upaya

untuk mengembangkan karakter rasa ingin tahu terhadap pembelajaran IPS

(17)

6

Ajeng Ginanjar, 2013

Pengembangan Karakter Rasa Ingin Tahu Dalam Pembelajaran IPS Melalui Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial Di Kelas VII E SMP Pasundan 6 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu C. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah yang telah dibuat, tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Merancang strategi pembelajaran inkuiri sebagai upaya untuk

mengembangkan karakter rasa ingin tahu terhadap pembelajaran IPS pada

siswa kelas VII E SMP Pasundan 6 Bandung.

2. Melaksanakan strategi pembelajaran inkuiri sebagai upaya untuk

mengembangkan karakter rasa ingin tahu terhadap pembelajaran IPS pada

siswa kelas VII E SMP Pasundan 6 Bandung.

3. Merefleksikan strategi pembelajaran inkuiri sebagai upaya untuk

mengembangkan karakter rasa ingin tahu terhadap pembelajaran IPS pada

siswa kelas VII E SMP Pasundan 6 Bandung.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka harapan peneliti adalah

penelitian ini dapat memberikan manfaat untuk:

1. Untuk menambah wawasan keilmuan juga sebagai referensi bagi peneliti

selanjutnya.

2. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai salah satu acuan guru dalam

mengembangkan karakter lainnya dalam pembelajaran IPS.

3. Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat dalam upaya

meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya dalam Pembelajaran IPS

di kelas VII E SMP Pasundan 6 Bandung.

E. Struktur Organisasi

Struktur Organisasi dalam penyusunan skripsi ini, adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bagian ini secara garis besar peneliti memaparkan masalah

serta alternatif penyelesaiannya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Memaparkan kajian yang diambil dari berbagai literatur, sebagai

(18)

7

BAB III METODE PENELITIAN

Memaparkan tahapan-tahapan penelitian, dimulai dari persiapan,

pelaksanaan, pengolahan data dan laporan penelitian.

BAB IV HASIL PENELITIAN

Memaparkan hasil penelitian yang didasarkan pada data, fakta, dan

informasi yang dikolaborasikan dengan berbagai literatur yang

menunjang.

BAB V KESIMPULAN

Memaparkan keputusan yang dihasilkan dari penelitian yang

(19)

46

Ajeng Ginanjar, 2013

Pengembangan Karakter Rasa Ingin Tahu Dalam Pembelajaran IPS Melalui Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial Di Kelas VII E SMP Pasundan 6 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Tempat/lokasi penelitian dilaksanakan di SMP Pasundan 6 Bandung Jl.

Sumatera no 41 Bandung 40117. Pemilihan lokasi penelitian ini adalah karena

peneliti sedang melaksanakan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) di sekolah

tersebut, dan dari hasil observasi awal, peneliti melihat bahwa siswa Kelas VII

E kurang memiliki rasa ingin tahu terhadap pembelajaran IPS sehingga

peneliti berkeinginan untuk mengembangkan karakter rasa ingin tahu

khususnya terhadap Pembelajaran IPS di kelas VII E SMP Pasundan 6.

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012-2013 yaitu

bulan Februari sampai bulan Mei. Waktu penelitian disesuaikan dengan

jadwal kegiatan pembelajaran IPS di kelas VII E SMP Pasundan 6 Bandung.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian pada penelitian ini adalah siswa Kelas VII E SMP

Pasundan 6 Bandung semester genap tahun ajaran 2012 s.d. 2013 yang

berjumlah 40 siswa. Berdasarkan hasil observasi awal peneliti, dan juga hasil

wawancara dengan guru mitra, didapatkan gambaran bahwa secara

keseluruhan karakteristik dari hasil observasi pada beberapa pertemuan, dapat

disimpulkan bahwa siswa kelas VII E ini cenderung kurang memiliki rasa

ingin tahu terhadap pembelajaran. Siswa terlihat lebih sering mengobrol dan

jalan-jalan, dan keluar masuk kelas untuk alasan ke kamar mandi. Siswa juga

kurang antusias dan kurang percaya diri untuk terlibat aktif dalam

pembelajaran dibandingkan dengan kelas VII lainnya, sehingga peneliti

(20)

47

B. Desain Penelitian

Desain penelitian tindakan kelas ini mengacu pada model siklus

Kemmis dan Taggart yang dikembangkan oleh Sanjaya. Model ini, lebih

menonjolkan kegiatan yang harus dilaksanakan oleh peneliti misalnya guru

dalam setiap kali putaran. Untuk lebih jelasnya penelitian tindakan kelas ini

dapat dilihat pada bagan berikut ini:

Gambar 3.1 Model PTK bentuk Siklus menurut Sanjaya (2011) diadaptasi

dari Kemmis dan Taggart.

Refleksi Awal Studi Pendahuluan

Perencanaan Tindakan

Implementasi 1

Observasi 1 Refleki 1

Perencanaan 2

Implementasi 2 Observasi 2

Refleki 2

Perencanaa

Implementasi 3

Observasi 3

(21)

48

Ajeng Ginanjar, 2013

Pengembangan Karakter Rasa Ingin Tahu Dalam Pembelajaran IPS Melalui Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial Di Kelas VII E SMP Pasundan 6 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Desain penelitian model PTK dalam bentuk siklus ini adalah sebagai

berikut:

1. PTK dimulai dengan melakukan refleksi, yakni proses menganalisis

pembelajaran yang berlangsung. Hasil dari refleksi ini adalah peneliti

merasakan adanya masalah mendesak yang harus dicari jalan keluarnya.

Refleksi bukan hanya dilakukan dengan berfikir saja, akan tetapi

dilakukan dengan menganalisis kejadian yang didasarkan pada data secara

empiris.

2. Melakukan studi pendahuluan dengan mengkaji literature dan melakukan

konsultasi dengan orang yang dianggap memiliki keahlian dalam proses

pembelajaran. Studi pendahuluan dialkukan untuk:

a) Mempertajam permasalahan

b) Mengkaji berbagai tindakan yang dapat dilakukan sesuai dengan

permasalahan

c) Merumuskan hipotesis tindakan

3. Menyusun perencanaan awal tentang tindakan sesuai dengan hasil studi

pendahuluan, menyangkut:

a) Tahapan kegiatan, berbagai alat, media dan sumber belajar yang dapat

digunakan, waktu yang diperlukan.

b) Instrumen, khususnya pedoman observasi sebagai alat pengumpul data

untuk mengumpulkan informasi tentang efek yang ditimbulkan dari

perlakuan atau tindakan yang dilakukan oleh guru.

4. Melaksanakan tindakan pada putaran pertama sesuai dengan perencanaan

awal. Pada putaran ini dilakukan juga tiga kegiatan yakni:

a) Mengimplementasikan tindakan sesuai dengan perencanaan awal.

b) Melakukan observasi selama tindakan berlangsung sesuai dengan

instrumen penelitian.

c) Melakukan refleksi, yakni kegiatan diskusi dengan observer untuk

mengkaji dan menganalisis proses kegiatan hingga daspekukannya

berbagai kelemahan tindakan serta mengkaji informasi tentang efek

(22)

49

5. Menyusun rencana tahap dua, hasil refleksi pada putaran pertama.

6. Melakukan tindakan putaran kedua dan seterusnya sesuai dengan rencana

tahap dua, seperti yang dilakukan pada tindakan tahap satu.

Model PTK bentuk siklus ini pada dasarnya sama dengan model-model

PTK lainnya yang memiliki unsur-unsur: perencanaan, tindakan, observasi,

dan refleksi. Model PTK bentuk siklus ini dapat dilakukan dalam beberapa

kali putaran sampai menemukan titik jenuh.

C. Setting Penelitian

Sebagaimana telah dijelaskan pada desain penelitian, bahwa PTK ini

mengacu pada model siklus Kemmis dan Taggart yang dikembangkan oleh

Sanjaya. Model ini, lebih menonjolkan kegiatan yang harus dilaksanakan oleh

peneliti misalnya guru dalam setiap kali putaran. Model siklus ini meliputi

perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

1. Perencanaan

Secara umum, perencanaan dalam PTK ini merupakan keputusan yang

diambil oleh peneliti untuk menentukan masalah penelitian dan tindakan yang

diambil untuk memecahkan masalah. Pada intinya kegiatan perencanaan ini

dilakukan untuk memberikan arahan arau pedoman dalam melakukan tindakan

pada setiap siklusnya. Perencanaan ini mencakup kegiatan refleksi, studi

pendahuluan, dan mempersiapkan RPP serta pedoman observasi, catatan

lapangan dan atau pedoman wawancara. Dalam menyusun RPP, peneliti

berupaya mengembangkan indikator-indikator rasa ingin tahu yang

disesuaikan dengan materi pembelajaran IPS yang hendak dikaji pada setiap

tindakan. Peneliti merencanakan setiap kegiatan pembelajaran sesuai dengan

langkah-langkah strategi pembelajaran inkuiri sosial namun dengan kegiatan

yang bervariasi setiap siklusnya. Penyajian kegiatan juga dibuat menarik agar

dapat memberikan rasa senang serta semangat belajar siswa, sehingga

pembelajaran yang dilaksanakan berangkat dari rasa ingin tahu siswa terhadap

(23)

50

Ajeng Ginanjar, 2013

Pengembangan Karakter Rasa Ingin Tahu Dalam Pembelajaran IPS Melalui Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial Di Kelas VII E SMP Pasundan 6 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 2. Tindakan/Implementasi

Tindakan merupakan implementasi perencanaan yang telah disusun.

Tindakan ini mencakup berbagai perlakuan atau setiap kegiatan yang

dilakukan guru dalam upaya memecahkan masalah yang telah dikaji dan

disusun dalam perencanaan. Dalam pelaksanaan tindakan, peneliti akan

mengembangkan indikator rasa ingin tahu yang disesuaikan dengan materi

pembelajaran IPS yang hendak/sedang dikaji. Pelaksanaan tindakan pada

setiap siklus akan diamati dan dianalisi pada kegiatan observasi. Kegiatan ini

dilakukan untuk mengetahui kejadian atau permasalahan yang dihadapi

sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja guru dan perkembangan rasa ingin

tahu siswa terhadap pembelajaran IPS.

3. Observasi

Dalam penelitian ini, kegiatan observasi dilakukan untuk

mengumpulkan informasi mengenai proses pembelajaran yang dilakukan guru

serta perkembangan rasa ingin tahu siswa terhadap pembelajaran IPS. Peneliti

telah menyusun pedoman observasi sebelum melaksanakan tindakan. Hasilnya

observasi ini akan menjadi masukan bagi guru dalam melakukan refleksi.

4. Refleksi

Dalam kegiatan refleksi, peneliti menganalisi hasil observasi perkembangan

rasa ingin tahu siswa dan kinerja guru dalam melaksanakan strategi

pembelajaran inkuiri sosial. Kegiatan ini juga dilakukan dengan melakukan

diskusi dengan teman sejawat atau guru mitra. Hasil refleksi ini akan dijadikan

dasar dalam penyusunan rencana ulang memasuki siklus berikutnya sampai

titik jenuh.

D. Siklus Penelitian Tindakan Kelas

Model PTK bentuk siklus ini akan dilakukan dalam beberapa kali putaran

sampai menemukan titik jenuh. Lebih khusus lagi, tahapan kegiatan dalam

(24)

51

1. Siklus I

a. Perencanaan

Perencanaan pada siklus I ini berangkat dari kegiatan refleksi awal,

yakni proses menganalisis pembelajaran yang berlangsung berdasarkan hasil

observasi awal. Hasil dari refleksi ini adalah peneliti merasakan adanya

masalah mendesak yang harus dicari jalan keluarnya. Refleksi bukan hanya

dilakukan dengan berfikir saja, akan tetapi dilakukan dengan menganalisis

kejadian yang didasarkan pada data secara empiris. Pada tahan refleksi ini

peneliti menemukan adanya permasalahan yang mendesak dan harus

diperbaiki dan dikembangkan lebih serius, yaitu permasalahan kurangnya rasa

ingin tahu terhadap pembelajaran yang berlangsung. Peneliti juga melakukan

studi pendahuluan dengan mengkaji literatur dan melakukan konsultasi

dengan orang yang dianggap memiliki keahlian dalam proses pembelajaran.

Studi pendahuluan dilakukan untuk mempertajam permasalahan, mengkaji

berbagai tindakan yang dapat dilakukan sesuai dengan permasalahan,

merumuskan hipotesis tindakan.

Setelah melalui beberapa pertimbangan peneliti memutuskan untuk

menggunakan strategi pembelajaran inkuiri sosial sebagai strategi

pembelajaran yang dianggap tepat untuk mengembangkan rasa ingin tahu

siswa terhadap pembelajaran IPS. Maka dari itu, rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) ini mengembangkan kegiatan pembelajaran inkuiri yang

mengangkat atau mengkaji permasalahan sosial dengan menentukan

indikator-indikator yang dapat menunjukan perkembangan rasa ingin tahu siswa

terhadap pembelajaran IPS. Diharapkan perencanaan ini dapat menjadi

pijakan, atau langkah awal yang baik dalam upaya peneliti dalam

mengembangkan rasa ingin tahu siswa terhadap pembelajaran IPS.

Kegiatan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) ini

tentunya disesuaikan dengan KBM yang telah berlangsung sebelum

penelitian. Adapula yang harus diperhatikan dalam menyusun RPP ini yaitu

(25)

52

Ajeng Ginanjar, 2013

Pengembangan Karakter Rasa Ingin Tahu Dalam Pembelajaran IPS Melalui Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial Di Kelas VII E SMP Pasundan 6 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dapat digunakan, waktu yang diperlukan dll. Lebih rincinya adalah sebagai

berikut:

1) Mempersiapkan materi berupa bacaan dari artikel mengenai Efek Rumah

Kaca.

2) Menyusun beberapa pertanyaan berdasarkan materi yang diberikan.

3) Mempersiapkan lembar kegiatan siswa berdasarkan materi sesuai dengan

metode yang digunakan yaitu Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial

4) Merumuskan alternatif jawaban dari pertanyaan yang diajukan kepada

siswa.

Selain menyusun RPP, peneliti juga mempersiapkan instrumen,

khususnya pedoman observasi sebagai alat pengumpul data untuk

mengumpulkan informasi tentang efek yang ditimbulkan dari perlakuan atau

tindakan yang dilakukan oleh guru. Adapun lebih rincinya adalah sebagai

berikut:

1) Menyusun dan mempersiapkan lembar observasi siswa mengenai rasa

ingin tahu terhadap pembelajaran IPS.

2) Menyusun pedoman wawancara untuk siswa, serta guru mitra.

3) Menyusun lembar catatan lapangan

b. Tindakan/Implementasi

Melakukan tindakan pada putaran pertama sesuai dengan perencanaan

awal. Pada tahap pelaksanaan ini, guru mengajar sesuai dengan rencana

pembelajaran yang telah dibuat dengan menerapkan startegi pembelajaran

yang akan diterapkan dengan menggunakan Strategi Pembelajaran Inkuiri

Sosial. Adapun tahapannya sebagai berikut:

1) Pada tahap ini pertama-tama guru mengajak siswa ke luar ruangan kelas

untuk merasakan cuaca dan udara di luar kelas. Lalu guru memberikan

waktu untuk siswa mengungkapkan apa yang dirasakan dan diamati.

Setelah itu guru membahas pendapat siswa dan mengulas materi mengenai

atmosfer serta menghubungkan dengan materi permasalahan efek rumah

(26)

53

2) Guru memberikan lembar kegiatan siswa yang memuat artikel mengenai

efek rumah kaca, gambar efek rumah kaca, dan pertanyaan yang dapat

mengkonstruksikan pengetahuan siswa terhadap materi tersebut.

3) Guru menugaskan siswa untuk membuat kelompok dan mendiskusikannya

sesuai dengan lembarkerja siswa.

4) Di Akhir pembelajaran, guru memberikan komentar dan mengapresiasi

hasil kerja siswa.

c. Observasi

Kegiatan mengamati yang dilakukan secara langsung pada siswa untuk

melihat, meninjau dari dekat selama kegiatan pembelajaran berlangsung

berdasarkan pedoman observasi yang telah disusun. Observasi ini berfungsi

untuk melihat tindakan kelas yang telah diterapkan. Observasi dilakukan oleh

peneliti, yaitu guru dan mitra lainnya yang daspekpatkan dalam lingkungan

sekolah yang sama. Observasi ini pun bisa menjadi upaya untuk pengumpulan

data. Data yang dikumpulkan berbentuk deskriptif yang diambil selama proses

pembelajaran dikelas berlangsung. Selanjutnya menilai tindakan dengan

menggunakan format penilaian lembar kegiatan siswa (LKS).

d. Refleksi

Kegiatan diskusi dengan observer untuk mengkaji dan menganalisis

proses kegiatan hingga daspekukannya berbagai kelemahan tindakan serta

mengkaji informasi tentang efek yang ditimbulkan dari adanya tindakan

(Sanjaya, 2011:55). Kekurangan-kekurangan yang terjadi selama proses

pembelajaran digunakan untuk bahan perbaikan pada siklus berikutnya.

Sedangkan kelebihan-kelebihannya dipertahankan dan dikembangkan untuk

menjadi keunggulan pembelajaran.

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah peneliti

mengumpulkan dan menganalisis data yang diperoleh selama peneliti

melakukan observasi, yaitu meliputi data yang diperoleh dari hasil observasi

rasa ingin tahu siswa, hasil diskusi, wawancara, dan catatan lapangan. Hasil

analisa digunakan untuk mengetahui kekurangan maupun ketercapaian pada

(27)

54

Ajeng Ginanjar, 2013

Pengembangan Karakter Rasa Ingin Tahu Dalam Pembelajaran IPS Melalui Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial Di Kelas VII E SMP Pasundan 6 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

sebagai pertimbangan perencanaan pembelajaran pada siklus berikutnya yang

diharapkan bisa lebih baik dari siklus sebelumnya.

2. Siklus II

a. Perencanaan

Perencanaan pada siklus II ini berangkat dari kegiatan refleksi di siklus I. Pada

siklus II, kegiatan perencanaan yang dilakukan peneliti adalah:

1) Mengidentifikasi masalah yang muncul pada siklus I dan belum teratasi

berikut penetapan alternatif pemecahan masalah.

2) Menyusun program tindakan II, menekankan pada hasil yang diharapkan.

3) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan materi

mengenai pola kegiatan ekonomi penduduk, penggunaan lahan, dan pola

pemukiman berdasarkan kondisi fisik permukaan bumi.

4) Mempersiapkan media, peta dam puzzle membangkitkan rasa ingin tahu

siswa terhadap materi.

5) Menyusun beberapa pertanyaan berdasarkan materi yang diberikan.

6) Mempersiapkan lembar kegiatan siswa berdasarkan materi sesuai dengan

metode yang digunakan yaitu Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial.

7) Merumuskan alternatif jawaban dari pertanyaan yang diajukan kepada

siswa.

8) Mempersiapkan lembar observasi siswa mengenai rasa ingin tahu terhadap

pembelajaran IPS.

9) Mempersiapkan pedoman wawancara untuk siswa, serta guru mitra.

10)Mempersiapkan lembar catatan lapangan

b. Tindakan/Implementasi

Berbeda dengan pelaksanaan tindakan pada Siklus I, tindakan di Siklus

II ini menggunakan peta, dan gambar yang harus disusun siswa dalam bentuk

puzzle. Tentu saja pemilihan gambarnyapun disesuaikan dengan materi dan

menarik perhatian siswa, sehingga akan terlihat antusiasme siswa dan

keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan

siswa pada suatu konsep yang menjadi tujuan pembelajaran. Setelah itu, sesuai

(28)

55

1) Menjelaskan secara singkat mengenai materi yang disajikan.

2) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling bertukar fikiran

dengan teman sebangku serta mencari dan mengolah informasi dari

berbagai sumber.

3) Memfasilitasi siswa untuk menyusun puzzle yang telah disiapkan guru.

4) Membimbing siswa untuk menjawab pertanyaan yang mengarahkan pada

konsep yang menjadi tujuan pembelajaran.

5) Memfasilitasi siswa untuk menyampaikan hasil kerjanya dalam bentuk

lisan dan tulisan.

6) Di akhir pembelajaran, guru memberikan komentar dan mengapresiasi

hasil kerja siswa.

c. Observasi

Pada Siklus II Tahapan Pengamatan (Observasi) mencakup:

1) Melakukan observasi sesuai dengan format yang sudah disiapkan.

2) Mencatat semua hal-hal yang diperlukan selama pelaksanaan tindakan

berlangsung.

3) Menilai hasil tindakan sesuai dengan format yang sudah dipersiapkan.

d. Refleksi

Tahapan refleksi pada Siklus II mencakup:

1) Melakukan evaluasi terhadap tindakan pada siklus II berdasarkan data

yang terkumpul.

2) Membahas hasil evaluasi tentang skenario pembelajaran pada siklus II.

3) Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai dengan hasil evaluasi untuk

digunakan pada siklus III.

3. Siklus III

a. Perencanaan

Perencanaan pada siklus III ini berangkat dari kegiatan refleksi di siklus II.

Pada Siklus III kegiatan perencanaan yang dilakukan peneliti adalah:

1) Mengidentifikasi masalah yang muncul pada siklus II dan belum teratasi

berikut penetapan alternatif pemecahan masalah.

(29)

56

Ajeng Ginanjar, 2013

Pengembangan Karakter Rasa Ingin Tahu Dalam Pembelajaran IPS Melalui Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial Di Kelas VII E SMP Pasundan 6 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sesuai kompetensi

dasar.

4) Menyusun beberapa pertanyaan untuk dialog yang mengarahkan pada

konsep yang akan dipelajari siswa.

5) Mempersiapkan lembar penilaian proyek kreatifitas.

6) Mempersiapkan lembar observasi siswa mengenai rasa ingin tahu terhadap

pembelajaran IPS.

7) Mempersiapkan pedoman wawancara untuk siswa, serta guru mitra.

8) Mempersiapkan lembar catatan lapangan

b. Tindakan/Implementasi

Sangat berbeda dengan pelaksanaan pada Siklus I dan II yang hanya

menggunakan artikel, gambar/foto, dan lingkungan sekolah, pada tahap

pelaksanaan Siklus III aktifitas pembelajaran 80 persen dilakukan oleh siswa

sedangkan guru berperan sebagai konsultan atau pembimbing dan motivator

siswa. Sesuai dengan tahapan strategi pembelajaran inkuiri sosial maka guru:

1) Melakukan tanya jawab dengan siswa seputar kreatifitas dalam tindakan

ekonomi.

2) Mengarahkan siswa untuk melaporkan rencana proyek kreatifitas dalam

tindakan ekonomi.

3) Memotivasi siswa untuk mempersiapkan produk yang akan dijual.

4) Memfasilitasi siswa untuk mendistribusikan produknya kepada teman

sekelas.

5) Di Akhir pembelajaran, guru memberikan komentar, mengapresiasi hasil

kerja siswa serta memotivasi siswa untuk melaksanakan proyek yang telah

direncanakan sepenuh hati, dan sungguh-sungguh.

c. Observasi

Pada Siklus III Tahapan Pengamatan (Observasi) mencakup:

1) Melakukan observasi sesuai dengan format yang sudah disiapkan.

2) Mencatat semua hal-hal yang diperlukan selama pelaksanaan tindakan

berlangsung.

(30)

57

d. Refleksi

Tahapan refleksi pada Siklus III mencakup:

1) Melakukan evaluasi terhadap tindakan pada siklus III berdasarkan data

yang terkumpul.

2) Membahas hasil evaluasi tentang skenario pembelajaran pada siklus III.

3) Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai dengan hasil evaluasi untuk

digunakan pada siklus IV.

4. Siklus IV

a. Perencanaan

Pada Siklus IV kegiatan perencanaan yang dilakukan peneliti adalah:

1) Mengidentifikasi masalah yang muncul pada siklus III dan belum teratasi

berikut penetapan alternatif pemecahan masalah.

2) Menyusun program tindakan IV, menekankan pada hasil yang diharapkan.

3) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sesuai kompetensi

dasar.

4) Menyusun beberapa pertanyaan untuk dialog yang mengarahkan pada

konsep yang akan dipelajari siswa.

5) Mempersiapkan materi dari berbagai sumber.

6) Mempersiapkan lembar observasi siswa mengenai rasa ingin tahu terhadap

pembelajaran IPS.

7) Mempersiapkan pedoman wawancara untuk siswa, serta guru mitra.

8) Mempersiapkan lembar catatan lapangan.

b. Tindakan/Implementasi

Pada siklus IV ini, guru berupaya meningkatkan rasa ingin tahu siswa

dengan meminta siswa membawa bekas kemasan makanan atau minuman

pada pertemuan sebelumnya untuk dianalisi pada pertemuan selanjutnya.

Sesuai dengan tahapan strategi pembelajaran inkuiri sosial maka guru:

1) Melakukan tanya jawab dengan siswa seputar pola konsumsi siswa.

2) Mengarahkan siswa untuk mengidentifikasi makanan/minuman yang

(31)

58

Ajeng Ginanjar, 2013

Pengembangan Karakter Rasa Ingin Tahu Dalam Pembelajaran IPS Melalui Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial Di Kelas VII E SMP Pasundan 6 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3) Mengarahkan siswa untuk menganalisis kemasan makanan dan bahaya

dibalik kemasan.

4) Membimbing siswa untuk merumuskan masalah “kecurangan oknum

penjual makanan/minuman”.

5) Di Akhir pembelajaran, guru mengarahkan siswa untuk menyimpulkan

permasalahan yang telah dikaji.

c. Observasi

Pada Siklus III Tahapan Pengamatan (Observasi) mencakup:

1) Melakukan observasi sesuai dengan format yang sudah disiapkan.

2) Mencatat semua hal-hal yang diperlukan selama pelaksanaan tindakan

berlangsung.

3) Menilai hasil tindakan sesuai dengan format yang sudah dipersiapkan.

d. Refleksi

Tahapan refleksi pada Siklus IV mencakup:

1) Melakukan evaluasi terhadap tindakan pada siklus III berdasarkan data

yang terkumpul.

2) Membahas hasil evaluasi tentang skenario pembelajaran pada siklus III.

3) Membuat kesimpulan atas pelaksanaan dan pembelajaran dengan

menggunakan Startegi Pembelajaran Inkuri Sosial untuk mengembangkan

karakter rasa ingin tahu siswa terhadap Pembelajaran IPS pada siswa kelas

VII E SMP Pasundan 6 Bandung.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Pedoman Observasi

Pedoman observasi, format/membar observasi dalam penelitian ini

terdiri dari beberapa kegiatan siswa yang menunjukkan rasa ingin tahu

terhadap pembelajaran IPS antara lain: perhatian, antusias, keaktifan,

keberanian, kreatif, dan terbuka. Hal ini akan digunakan untuk mengobservasi

(32)

59

ceklis (√) pada sikap-sikap atau idikator yang menunjukan dan menunjang rasa ingin tahu siswa terhadap pembelajaran IPS, dan juga untuk mengukur

keberhasilan guru menerapkan strategi pembelajaran inkuiri sosial dalam

mengembangkan karakter rasa ingin tahu siswa. Pedoman observasi pada

penelitian ini melihat dari dua aspek, aktifitas guru dalam melaksanakan

pembelajaran strategi pembelajaran inkuiri sosial dan perkembangan rasa

ingin tahu siswa terhadap pembelajaran.

a) Pedoman Observasi Kinerja Mengajar Guru

Selain human instrument, dalam penelitian ini juga menggunakan

pedoman observasi praktik mengajar guru. Pedoman ini memuat aspek-aspek

yang akan diamati oleh peneliti terhadap aktifitas guru dalam pembelajaran

IPS dengan menggunakan strategi pembelajaran inkuiri sosial dalam rangka

mengembangkan rasa ingin tahu siswa terhadap pembelajaran IPS. Adapun

lebih jelasnya terdapat di lampiran.

b) Pedoman Observasi Rasa Ingin Tahu Siswa

Pedoman obsrvasi rasa ingin tahu siswa ini merupakan acuan peneliti

dalam menilai perkembangan aspek-aspek yang menunjukan bahwa siswa

memiliki rasa ingin tahu terhadap pembelajaran. Lebih jelasnya dapat dilihat

pada lampiran.

2. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara berisikan daftar pertanyaan yang akan diajukan

pada siswa. Pedoman wawancara digunakan untuk mengetahui respon dan

pendapat siswa mengenai proses pelaksanaan pembelajaran IPS dengan

menggunakan strategi pembelajaran inkuiri sosial dalam mengembangkan rasa

ingin tahu siswa.

a) Pedoman Wawancara dengan Guru Mitra

Pedoman wawancara dengan guru mitra merupakan salah satu cara

yang dipilih peneliti untuk mendapat informasi seputar proses pembelajaran

(33)

60

Ajeng Ginanjar, 2013

Pengembangan Karakter Rasa Ingin Tahu Dalam Pembelajaran IPS Melalui Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial Di Kelas VII E SMP Pasundan 6 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu b) Pedoman Wawancara dengan Siswa

Pedoman wawancara dengan siswa dimaksudkan untuk mendapatkan

informasi mengenai pendapat siswa terhadap pembelajaran IPS sebelum dan

sesudah menggunakan strategi pembelajaran inkuiri sosial. adapun

pertanyaan-pertanyaan tersebut lebih jelasnya terdapat pada lampiran.

3. Catatan Lapangan

Catatan lapangan merupakan format atau lembar yang berisikan

tanggal, jam, tempat pembicaraan, dan tanggal jam pencatatan. Selain itu juga

garis tepi untuk komentar peneliti dan orang lain selama proses pembelajaran

IPS. Adapun format catatan lapangan pada penelitian ini, lebih jelasnya

terdapat di lampiran.

4. Dokumentasi

Secara harfiah dokumen dapat diartikan sebagai catatan kejadian yang

sudah lampau (Satori dan Aan K, 2012:146). Menurut Guba dan Lincoln

(Moleong, 2010:217) dokumen sering digunakan dalam penelitian karena

dokumen merupakan sumber yang stabil, hasil pengkajian dokumen akan

membuka kesempatan untuk lebih memperluas tubuh pengetahuan terhadap

sesuatu yang diselidiki. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan

dokumentasi berupa foto proses pembelajaran sebagai data penunjang.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan digunakan adalah :

1. Observasi

Margono dalam Satori dan Aan K (2012:105) mengungkapkan bahwa,

observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik

terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Observasi yaitu

melakukan pengamatan secara langsung setiap kejadian yang sedang

berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal yang akan

diamati (Sanjaya, 2011: 86). Observasi merupakan bagian yang sangat penting

(34)

61

mendokumentasikan dan merefleksikan secara sistematis terhadap kegiatan

interaksi subjek penelitian (Burn dalam Basrowi dan Suwandi 2008:93).

Dari beberapa pendapat tersebut, terdapat satu kesamaan pemahaman

bahwa observasi adalah kegiatan mengamati, mencatatan,

mendokumentasikan dan merefleksikan secara sistematis terhadap subjek

penelitian. Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti dibantu oleh mitra

peneliti untuk mengetahui perkembangan/progres penerapan Strategi

Pembelajaran Inkuiri Sosial untuk mengembangkan karakter rasa ingin tahu

siswa kelas VII E SMP Pasundan 6 Bandung.

2. Wawancara

Berg dalam Satori dan Aan K (2012:129), membatasi wawancara

sebagai suatu percakapan dengan suatu tujuan, khususnya tujuan untuk

mengumpulkan informasi. Wawancara adalah percakapan dengan maksud

tertentu oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) sebagai

pengaju/pemberi pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) sebagai

pemberi jawaban atas pertanyaan itu. Sudjana dalam Satori dan Aan K

(2012:129) menjelaskan bahwa wawancara adalah proses pengumpulan data

atau informasi melalui tatap muka antara pihak penanya dengan pihak yang

ditanya atau penjawab.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut peneliti menyimpulkan bahwa

wawancara adalan dialog yang dilakukan peneliti dengan pihak-pihak yang

dianggap perlu guna mendapatkan, dan mengumpulkan informasi untuk

selanjutnya diolah menjadi satu kesimpulan. Dalam penelitian ini peneliti

melakukan wawancara dengan beberapa siswa kelas VII E SMP Pasundan 6

Bandung, guru senior pengampu mata pelajaran IPS, dan mitra peneliti.

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi adalam kegiatan mencatat atau merekam kejadian

yang sudah lampau yang dinyatakan dalam bentuk lisan, tulisan, karya bentuk.

Dalam penelitian ini, peneliti mendeskripsikan setiap kejadian yang

(35)

62

Ajeng Ginanjar, 2013

Pengembangan Karakter Rasa Ingin Tahu Dalam Pembelajaran IPS Melalui Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial Di Kelas VII E SMP Pasundan 6 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

penyampaian pembelajaran. Dokumentasi disini bertujuan untuk

mengungkapkan fakta atau kenyataan pada saat pelaksanaan tindakan.

4. Catatan lapangan

Catatan lapangan digunakan untuk mendapatkan data yang utuh,

lengkap dan tidak terdistorsi keterbatasan ingatan peneliti. Menurut Satori dan

Aan K (2012:176), cacatan lapangan merupakan bentuk lengkap dari rekaman

data lapangan yang diperoleh dari buku catatan lapangan, rekaman dari tape

recorder, hasil jepretan foto, atau rekaman video.

Catatan lapangan pada penelitian ini berisikan hal-hal yang terjadi

selama proses pembelajaran di kelas. Hal- hal yang dicatat antara lain iklim

belajar, interaksi siswa (dengan guru/teman), dan pengelolaan kelas.

G. Teknik Analisis Data

Menganalisis adalah suatu proses mengolah dan menginterpretasi data

dengan tujuan untuk mengolah dan menginterpretasi data dengan tujuan untuk

mendudukan berbagai informasi sesuai dengan fungsinya hingga memiliki

makna dan arti yang jelas sesuai dengan tujuan penelitian (Sanjaya,

2009:117). Analisis data akan dilakukan melalui tiga tahap analisis. Menurut

Sugiyono (2008:89), Analisis data penelitian kualitatif dilakukan sejak

sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai di

lapangan.

1. Analisis Sebelum di Lapangan

Dalam tahap ini, analisis dilakukan terhadap data hasil studi

pendahuluan atau kondisi awal peneliti sebelum dilakukan tindakan PTK.

Analisis dilakukan oleh peneliti terhadap hasil observasi dan wawancara

tentang kegiatan pembelajaran IPS di kelas VII E SMP Pasundan 6 bandung.

2. Analisis Selama di Lapangan

Aktifitas dalam analisis data dilapangan, yaitu data reduction, data

display, dan conclusion drawing/verification. Miles dan Huberman (Sugiyono,

(36)

63

Gambar 3.2 Model Analisis Data menurut Miles dan Huberman (Sugiyono,

2008:91).

Dengan demikian analisis data pada tahap ini meliputi:

a. Data reduction (reduksi data)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok

memfokuskan pada hal-hal yang penting, berdasarkan studi pendahuluan.

Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas,

dan mempermudah untuk pengumpulan data selanjutnya.

b. Data display (penyajian data)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data.

Penyajian data bisa menggunakan bentuk uraian singkat, bagan, tabel,

grafik, dan sebagainya. Melalui penyajian data tersebut, maka data

terorganisasi, tersusun, sehingga akan mudah dipahami. Dengan demikian

maka akan memudahkan peneliti untuk memahami apa yang terjadi,

merencanakan kerja/tindakan selanjutnya, berdasarkan apa yang telah

dipahami tersebut

c. Conclusion drawing/verification (penarikan kesimpulan) Langkah ke tiga

dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman adalah

penarikan kesimpulan/verifikasi. Kesimpulan sementara pada reduksi data

yang daspekukan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak

daspekukan bukti-bukti kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan

data berikutnya. Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif Pengumpulan

Data

Reduksi Data Verifikasi/Penarik

(37)

64

Ajeng Ginanjar, 2013

Pengembangan Karakter Rasa Ingin Tahu Dalam Pembelajaran IPS Melalui Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial Di Kelas VII E SMP Pasundan 6 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

mungkin akan menjawab rumusan masalah yang telah dirumuskan sejak

awal.

3. Analisis setelah di lapangan

Analisis setelah tindakan merupakan tahapan untuk mengetahui apakah

tindakan yang dilakukan berhasil sesuai dengan harapan atau tidak berhasil.

Setelah selesai memperoleh semua data yang dibutuhkan, peneliti kemudian

menganalisis dengan meninjau kembali apakah masih ada analisis data yang

perlu direvisi atau mungkin perlu diteliti analisis data dari awal. Jika semua

data sudah cukup, maka peneliti menyusun laporan atas analisis yang telah

disusun.

H. Validitas dan Reliabilitas Data

Validitas dalam PTK berbeda dengan validitas pada penelitian formal

lainnya seperti penelitian kuantitatif. Pada PTK validitas itu adalah keajekan

proses penelitian proses penelitian seperti yang disyaratkan dalam penelitian

kualitatif (Sanjaya, 2009:41). Ada lima jenis validitas yang dapat diterapkan

dalam PTK, yaitu: validitas demokratik, validitas hasil, validitas protes,

validitas katalitik, dan validitas dialogis.

Adapun realibilitas data, dalam PTK salah satu kriteria PTK adalah

memiliki tingkat reliabilitas. Tingkat reliabilitas ditentukan oleh sejauh mana

peneliti dapat mengontrol setiap variable penelitian yang dapat berpengaruh

terhadap hasil penelitian.

Dalam penelitian tindakan kelas ini dengan menggunakan Triangulasi.

Triangulasi adalah teknik pengecekan keabsahan data dengan memanfatkan

sesuatu diluar data sebagai pembanding (Meleong, 2008:330). Metode yang

digunakan dalam triangulasi ini antara lain:

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan wawancara.

2. Membandingkan persepsi dan perilaku seseorang dengan orang lain.

3. Membandingkan data dokumentasi dengan wawancara.

4. Melakukan perbandingan dengan teman sejawat.

(38)

65

Teknik triangulasi ini dilakukan dengan cara membahas hasil

sementara penelitian dalam bentuk diskusi dengan pembimbing, penguji, guru

senior pengampu mata pelajaran IPS di lapangan dan teman sejawat yang

(39)

129

Ajeng Ginanjar, 2013

Pengembangan Karakter Rasa Ingin Tahu Dalam Pembelajaran IPS Melalui Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial Di Kelas VII E SMP Pasundan 6 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian tindakan kelas dalam rangka

mengembangkan karakter rasa ingin tahu terhadap pembelajaran IPS melalui

strategi pembelajaran inkuiri sosial di kelas VII E SMP Pasundan Bandung,

maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Perancanaan pada penelitian ini berangkat dari observasi awal peneliti

yang menemukan adanya permasalahan pada siswa kelas VII E yaitu

kurangnya rasa ingin tahu terhadap pembelajaran IPS. Berdasarkan

permasalahan tersebut, maka perencanaan yang dibuat/disusun harus

mampu membangkitkan semangat dan menarik rasa ingin tahu siswa

terhadap pembelajaran IPS. Perencanaan ini mencakup kegiatan refleksi,

studi pendahuluan, dan mempersiapkan RPP, pedoman observasi, catatan

lapangan serta pedoman wawancara berdasarkan indikator-indikator rasa

ingin tahu dan strategi pembelajaran inkuiri sosial. Dalam menyusun RPP,

peneliti berupaya mengembangkan indikator-indikator rasa ingin tahu

yang disesuaikan dengan materi pembelajaran IPS yang hendak dikaji

pada setiap tindakan. Peneliti merencanakan setiap kegiatan pembelajaran

sesuai dengan langkah-langkah strategi pembelajaran inkuiri sosial namun

dengan kegiatan yang bervariasi setiap siklusnya. Penyajian kegiatan juga

dibuat menarik dengan mengangkat pengalaman siswa serta permasalahan

sosial yang kontemporer dan berkaitan dengan kehidupan sehari-hari

siswa. perencanaan ini diharapkan dapat memberikan rasa senang serta

semangat belajar siswa, sehingga pembelajaran yang dilaksanakan

berangkat dari rasa ingin tahu siswa terhadap materi.

2. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran

inkuiri sosial dalam rangka mengembangkan karakter rasa ingin tahu

siswa, telah dilaksanakan dengan baik. Selama proses pembelajaran,

(40)

130

observasi yang telah dibuat. Selain itu beberapa kejadian yang tidak

tercantum pada pedoman observasi juga dicacat ataupun difoto sebagai

bentuk cacatan lapangan sebagai pelengkap data penelitian pada setiap

siklusnya. Adapun beberapa hambatan yang dialami peneliti dalam

pelaksanaan penelitian ini diantaranya yaitu, Masih ada beberapa siswa

yang sulit diatur ketika proses pembelajaran, misalnya ada siswa yang

mengobrol ketika berdiskusi, iseng temannya, saling mengandalkan dalam

bekerja dll. Mood siswa berubah-ubah pada setiap tindakan sehingga guru

dituntut untuk memiliki kreatifitas yang tinggi untuk mengantisipasi

hal-hal yang di luar dugaan, juga untuk dapat menarik perhatian dan semangat

siswa. Antusias siswa yang tinggi terkadang membuat gaduh sehingga

peneliti khawatir mengganggu KBM di kelas lain. Ketika siswa melakukan

diskusi terkadang guru kewalahan dalam mengontrol satu persatu

kelompoknya. Ketika menjelaskan tugas untuk pengayaan siswa,

terkadang harus diulang beberapa kali sampai siswa faham. Namun secara

keseluruhan, berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara kepada siswa,

mereka mengatakan bahwa ternyata pembelajaran IPS yang awalnya

mereka bilang membosankan bisa menjadi menarik dan menyenangkan

bagi mereka sehingga setiap minggunya mereka menantikan pembelajaran

IPS dengan berbagai penggunaan media, dan kegiatan pembelajarannya

yang bervariatif.

3. Setelah melaksanaan pembelajaran IPS menggunakan strategi

pembelajaran inkuiri sosial, ternyata rasa ingin tahu siswa terhadap

pembelajaran meningkat. Peningkatan tersebut dilihat dari beberapa

indikator rasa ingin tahu yang berkembang dari kualitas kurang, cukup,

kemudian menjadi baik. Siswa menjadi lebih memahami

permasalahan-permasalahan sosial maupun gejala alam yang berkaitan dengan kehidupan

sehari-hari siswa dan mampu memberikan alternative solusinya.

Pembelajaran IPS yang berangkat dari rasa ingin tahu siswa ini membuat

(41)

131

Ajeng Ginanjar, 2013

Pengembangan Karakter Rasa Ingin Tahu Dalam Pembelajaran IPS Melalui Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial Di Kelas VII E SMP Pasundan 6 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pembelajaran dengan rasa senang. Sehingga pemahaman yang mereka

dapatkan juga akan menjadi lebih bermanfaat bagi siswa.

B. Saran

Mengacu pada pembahasan mengenai pengebangan karakter rasa

ingin tahu terhadap pembelajaran IPS melalui penggunaan strategi

pembelajaran inkuiri sosial di kelas VII E SMP Pasundan 6 Bandung, maka

dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Untuk Siswa

Siswa diharapkan dapat lebih bersemangat, antusias dan memiliki

inisiatif serta berkontribusi dalam setiap kegiatan pembelajaran baik

yang dilakukan secara individu maupun kelompok. Siswa juga harus

lebih percaya diri dalam mengemukakan pendapat, ide/gagasan,

bertanya, ataupun menjawab pertanyaan yang muncul selama proses

pembelajaran.

2. Untuk Guru

Pengoptimalan kinerja guru dalam melaksanakan langkah-langkah

strategi pembelajaran inkuiri sosial juga harus dibarengi dengan

kemampuan guru menciptakan suasana pembelajaran yang luwes dan

bersahabat namun tegas. Khusunya pada pembelajaran IPS, guru harus

senantiasa memperbaharui pengetahuannya terutama yang berkaitan

dengan perkembangan masyarakat yang merupakan sumber kajian IPS.

3. Untuk sekolah

Penggunaan strategi pembelajaran inkuiri sosial ini, dapat dijadikan

referensi bagi guru-guru IPS di sekolah sebagai salah satu strategi

pembelajaran, karena dengan meneggunakan strategi pembelajaran

inkuiri sosial dalam pembelajaran IPS, siswa terlihat lebih

bersemangat, dan menunjukan rasa ingin tahunya terhadap

Gambar

Gambar 3.1 Model PTK bentuk Siklus menurut Sanjaya (2011) diadaptasi
grafik, dan sebagainya. Melalui penyajian data tersebut, maka data

Referensi

Dokumen terkait

4. supervizori trebaju spriječiti negativne trendove u adekvatnosti kapitala. Tržišna disciplina čini stup 3 Bazelskog sporazuma te se nadovezuje na prva dva stupa. Bazelski odbor je

Beberapa penelitian terdahulu terkait dengan analisis buku ajar berbasis hasil penelitian pada matakuliah evolusi telah dilakukan antara lain penelitian dengan tujuan

Desa Giripanggung merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunung Kidul dengan luas wilayah 2209,53 ha. Berdasarkan data monografi,

Berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan maka Credit Union Tilung Jaya memiliki sistem pengendalian intern pemberian kredit yang kurang baik, karena terdapat beberapa masalah

Apakah yang dimaksud dengan orang yang terputus pada ayat ke-3 surah al-kautsar.. Tuliskan bunyi

Berdasarkan Surat Penetapan Penyedian Barang dan Jasa Nomor: 24/PPBJ/02.12/DPKP/VI/2014, Tanggal 23 Juni 2014, Dengan ini Pejabat Pengadaan Barang dan Jasa Dinas Pertanian

Benda cair tidak memiiki bentuk yang tetap, memiliki volume yang tetap, dan zat penyusun yang letaknya lebih renggang dibandingkan zat penyusun zat padatB.

Pada penelitian sebelumnya seperti penelitian Aditya Pramudita (2014) meneliti kredit macet dengan menggunakan beberapa variabel independen yaitu ukuran bank,