• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PROJEK PADA PERKULIAHAN WORKSHOP PENDIDIKAN KIMIA UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN DAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA | Wiyarsi | Paedagogia 116 363 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PROJEK PADA PERKULIAHAN WORKSHOP PENDIDIKAN KIMIA UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN DAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA | Wiyarsi | Paedagogia 116 363 1 PB"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Program Pendidikan Kimia, FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PROJEK PADA

PERKULIAHAN

PENDIDIKAN KIMIA UNTUK

MENINGKATKAN KEMANDIRIAN DAN PRESTASI BELAJAR

MAHASISWA

WORKSHOP

Antuni Wiyarsi* dan Crys Fajar Partana

Abstract:

Kata kunci:pembelajaran berbasis proyek, media pembelajaran, prestasi belajar, ke-mandirian, mata kuliahworkshop

This research aims to reveal (1) the effectiveness of Project-Based Learning viewed from student's autonomy in designing project, (2) the effectiveness of Project-Based Learning viewed from student's collaborative efforts in finishing project, and 3) Project-Based Learning application based on the mastery of student's psychomotor aspect in Chemistry Education Workshop subject of study program of Chemistry Education of Department of Chemistry Education, Faculty of Mathematics and Sciences, Yogyakarta State University. Subject of this research included students taking education workshop subject in semester 2 of academic year 2006/2007. There were 53 students divided into 7 groups. The research was designed as Classroom Action Research (CAR) with research steps referring to Kemmis and Mc Taggart model and conducted for 2 cycles. Data were collected by preliminary test for student's preliminary capability, sheet of assessment for chemistry learning media design, sheet of observation for cooperation in making media, sheet of assessment for psychomotor and sheet of assessment for media. The result of the research showed that there was an increasing number of groups which have 'good' level in cycle 2 compared to cycle 1 in term of capability of media design, collaboration, assessment for psychomotor and media.

PENDAHULUAN

Pembaharuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dilakukan pemerintah melalui penataan dalam berbagai kompo-nen pendidikan. Tiga isu utama yang men-jadi fokus dalam pembaharuan pendidikan adalah pembaharuan kurikulum, pening-katan kualitas pembelajaran dan efektivitas metode pembelaiaran. Kurikulum pendi-dikan harus menyeluruh dan responsif ter-hadap perubahan sosial, relevan serta mam-pu mengakomodasikan keberagaman ke-perluan dan kemajuan teknologi. Oleh

kare-na itu, pemerintah menetapkan Kurikulum 2006 sebagai kurikulum pendidikan ter-baru yang merupakan hasil revisi dari Ku-rikulum Berbasis Kompetensi.

Kemandirian belajar mutlak harus dimiliki oleh setiap mahasiswa agar tercip-ta manusia yang unggul. Karena dunia ma-hasiswa adalah dunia menuju kedewasaan, maka dalam setiap pembelajaran harus ada upaya mendewasakan. Salah satunya ada-lah penerapan metode pembelajaran yang menjadikan mahasiswa sebagai pengen-dali pembelajaran, bukan dominasi dosen.

(2)

Metode seperti ini diperlukan terutama un-tuk teori-teori yang mengharuskan kerja praktik sehingga diharapkan mahasiswa akan menemukan masalah yang ada secara mandiri dan mampu mencari cara peme-cahannya. Untuk mewujudkan pembel-ajaran yang ideal seperti ini, metode yang dapat diterapkan antara lain metode pem-belajaran berbasis masalah, pempem-belajaran berbasis inkuiri, pembelajaran berbasis projek/kerja dan pembelajaran berbasis kerja.

Pembelajaran berbasis proyek me-rupakan bagian dari proses pembelajaran yang memberikan penekanan pada peme-cahan masalah sebagai usaha kolaboratif dalam periode pembelajaran tertentu (Su-naryo Soenarto, 2005).

(2002) mendefinisikan pembel-ajaran berbasis proyek sebagai suatu meto-de pembelajaran sistematik yang melibat-kan pembelajar dalam belajar pengetahuan dan keterampilan melalui penyusunan inku-iri yang kompleks, pertanyaan otentik serta desain kerja dan produk. Metode pembel-ajaran ini dilaksanakan dengan melibatkan mahasiswa pada tugas-tugas kompleks dan

Buck Institute for Education

menekankan pembelajar yang aktif, kerja kelompok (kolaboratif) dan teknik evaluasi otentik.

Karakteristik pembelajaran berbasis proyek yang dikutip dari

(1999) meliputi; pembelajar membuat keputusan dan membuat kerangka kerja, asa permasalahan yang pemecahan-nya belum ditentukan sebelumpemecahan-nya, pembel-ajar merancang proses untuk mencapai ha-sil, pembelajar bertanggung jawab untuk mendapatkan dan mengelola informasi yang dikumpulkan, ada evaluasi secara kon-tinyu, pembelajar secara teratur melihat kembali apa yang mereka kerjakan, hasil akhir berupa produk dan dievaluasi kuali-tasnya serta kelas memiliki atmosfer yang memberi toleransi kesalahan dan perubah-an. Metode pembelajaran ini dikembangkan berlandaskan tiga pilar utama, yaitu kon-tektual, kolaboratif dan otonomi pembel-ajar, sehingga dimungkinkan mahasiwa un-tuk bekerja secara mandiri dalam memben-Buck Institute for Education

tuk pembelajarannya dan memunculkannya dalam produk nyata.

Tahap-tahap pengembangan pem-belajaran berbasis proyek meliputi enam tahap (Sunaryo Soenarto, 2005), yaitu: (1) aitu menghadapkan mahasiswa pada masalah riil di lapangan dan mendo-rong mereka mengidentifikasi masalah riil tersebut. Mahasiswa didorong untuk mem-pelajari berbagai karakteristik dan meng-identifikasi permasalahan yang terkait de-ngan media pembelajaran serta menetapkan masalah yang akan dipecahkan melalui pro-jek; (2) , yaitu penentuan alternatif dan merumuskan strategi pemecahan masa-lah oleh mahasiswa. Kelompok kerja maha-siswa mengumpulkan informasi, kajian lite-ratur multi disiplin dan merumuskan strate-gi pemecahan masalah menggunakan kon-sep-konsep atau prinsip-prinsip teknologi media pembelajaran; (3) yaitu perencanaan model media pembelajaran ki-mia yang akan dibuatkan. Mahasiswa mem-buat analisis konstruksi, kalkulasi bahan dan biaya serta merumuskan cara kerja; (4) , yaitu kelompok kerja membuat produk, sebagaimana telah didesain sebe-lumnya; (5) yaitu mahasiswa melakukan pengujian produk untuk menge-tahui kelebihan dan kelemahan media pem-belajaran yang dihasilkan; dan (6)

yaitu mahasiswa mempresentasikan media pembelajaran yang dihasilkan untuk meng-komunikasikan secara aktual hasil pemikir-annya terhadap kelompok lain. Tahap ini di-harapkan muncul kritik dan saran yang me-rangsang pemikiran baru untuk pengem-bangan media selanjutnya sehingga masa-lah pembelajaran kimia dapat diselesaikan.

(3)

ngan baik. Oleh karena itu, mahasiswa se-bagai calon guru kimia wajib menempuh perkuliahan kerja praktik Pendi-dikan Kimia yang membekali calon-calon guru kimia tentang pengembangan media pembelajaran kimia. Kompetensi yang ha-rus dikuasai mahasiswa setelah perkuliahan adalah mampu membuat dan menggunakan suatu media yang tepat untuk pembelajaran kimia di SMA.

Penerapan metode pembelajaran berbasis proyek sangat realistis untuk pem-belajaran sains yang memerlukan kerja praktik seperti Pendidikan Ki-mia. Penerapan metode pembelajaran ber-basis proyek ini mendukung tercapainya konsep belajar mandiri, yang meliputi ma-hasiswa belajar atas inisiatif sendiri dalam mengidentifikasi kebutuhan belajar, meru-muskan tujuan belajar, mengidentifikasi sumber belajar, memilih dan menetapkan strategi belajar serta mengevaluasi hasil belajar. Kemandirian belajar ini dapat dili-hat dari kemampuan mahasiswa dalam me-rancang proyek, yaitu media pembelajaran kimia.

Usaha kolaboratif sebagai pilar pembelajaran berbasis proyek dicapai de-ngan penyelesaian proyek yang dikerjakan secara berkelompok. Efektivitas kelompok dapat ditinjau dari empat hal (Sudarwan Danim, 2004), yaitu jumlah hasil yang bisa dikeluarkan kelompok atau persentase pen-capaian program kerja, tingkat kepuasan yang diperoleh oleh anggota kelompok, produk kreatif kelompok yang menunjuk-kan kreativitas anggota kelompok serta in-tensitas emosi yang dicapai oleh seseorang karena ia menjadi anggota kelompok. Ada-pun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pembelajaran Berbasis Proyek dari aspek kemandirian mahasiswa dalam merancang proyek, usaha kolaboratif maha-siswa menyelesaikan proyek serta pening-katan penguasaan aspek psikomotorik ma-hasiswa pada perkuliahan Pendi-dikan Kimia Program Studi PendiPendi-dikan Ki-mia Jurdik KiKi-mia FMIPA Universitas Ne-geri Yogyakarta.

workshop

workshop

workshop

METODE PENELITIAN

Penelitian ini didesain sebagai Pe-nelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek penelitian adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia Jurdik Kimia FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta yang sedang menempuh mata kuliah Pendi-dikan Kimia pada semester 2 Tahun Aka-demik 2006/ 2007, yaitu sejumlah 53 maha-siswa yang terbagi dalam 7 kelompok. Ada-pun objek penelitian meliputi kemandirian mahasiswa merancang proyek, usaha kola-boratif mahasiswa, penguasaan psikomoto-rik, dan kemampuan menilai produk dalam rangka pembelajaran kontekstual. Lang-kah-langkah penelitian yang akan dilaksa-nakan mengacu pada model Kemmis dan McTaggart. Komponen model penelitian Kemmis dan McTaggart adalah perencana-an, tindakperencana-an, pengamatan dan refleksi (Kemmis & McTaggart yang dikutip oleh Suwarsih Madya, 1999).

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, yaitu siklus pertama dilaksana-kan pada pertemuan ke-1 sampai dengan pertemuan ke-6; sedangkan siklus kedua dilaksanakan pada pertemuan ke-7 sampai dengan pertemuan ke-13. Dalam setiap si-klus, setiap kelompok secara mandiri buat rancangan media pembelajaran, mem-buat media pembelajaran kimia sesuai ran-cangannya, mempresentasikan serta mela-kukan penilaian terhadap media pembel-ajaran yang dihasilkan kelompok lain. Jenis media yang dibuat adalah media 2 dimensi dan 3 dimensi. Jenis media pembelajaran yang dibuat setiap kelompok baik siklus maupun 2 terangkum dalam Tabel 1.

Sesuai dengan tujuan penelitian, ada beberapa instrumen yang digunakan dalam penelitian ini. Untuk mencapai tujuan pene-litian yang pertama, digunakan instrumen berupa lembar penilaian rancangan media pembelajaran kimia untuk menilai keman-dirian mahasiswa dalam merancang projek yaitu pembuatan media pembelajaran. Pen-capaian tujuan kedua dilakukan melalui lembar pengamatan proses pembuatan me-dia yang digunakan untuk menilai kolabo-rasi mahasiswa dalam kerja kelompok

(4)

Tabel 1. Daftar Kelompok, Jenis, dan Nama Media Pembelajaran

Siklus Kelompok Jenis Media Pembelajaran 1

Nama Media Pembelajaran

1

2

Penggolongan Senyawa Karbon Indikator Asam Basa

Alat Pengukur Viskositas Perkembangan Teori Atom Unsur-unsur Gas Mulia Osmosis

Eksplorasi Minyak Bumi Alat Penghasil Gas Co2

Model Ikatan Kimia

tuk menyelesaikan proyek. Tujuan ketiga dicapai dengan pembuatan instrumen beru-pa lembar penilaian psikomotorik. Untuk kelengkapan data dalam penelitian ini, di-gunakan 2 instrumen tambahan, yaitu (l) Uji awal pengetahuan mahasiswa yang berupa pertanyaan mengenai media pembelajaran kimia. Hal ini untuk melihat pengetahuan mahasiswa tentang media pembelajaran ki-mia. Hasil uji ini dibandingkan dengan hasil refleksi 1 untuk menentukan apakah penge-tahuan mahasiswa mempengaruhi keberha-silan tindakan; (2) Lembar penilaian media.

Pengumpulan data dilakukan sejak awal hingga berakhirnya penelitian yang di-analisis. Data dari lembar penilaian adalah berupa skor penilaian dari masing-masing kelompok. Penskoran dilakukan dengan sehingga data mentah yang di-peroleh angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Data dianalisis de-ngan analisis deskriptif. Berdasarkan skor yang diperoleh masing-masing kelompok untuk digunakan dalam analis. Hasil perhi-tungan persentase kemudian dikategorikan sesuai dengan kriteria yang diadaptasi dari Peraturan Akademik UNY (2006: 18).

Siklus I dimulai dengan perencana-an pada pertemuperencana-an pertama yperencana-ang diawali rating scale,

HASIL DAN PEMBAHASAN

dengan penyampaian rencana pembelajaran yang akan dilaksanakan. Kemudian lembar uji awal untuk mengungkap kemampuan mahasiswa tentang media pembelajaran di-bagikan. Hasilnya menunjukkan bahwa pe-ngetahuan mahasiswa tentang media pem-belajaran masih kurang dengan tidak terja-wabnya beberapa pertanyaan, hanya 26,415 % mahasiswa yang pernah diajar guru kimia di SMA dengan media pembelajaran yang variatif dan 71,69 % (38 orang) mahasiswa yang memahami tujuan pembelajaran mata kuliah Pendidikan Kimia. Pada pertemuan kedua, mahasiswa melakukan analisis terhadap permasalahan yang terkait dengan media pembelajaran. Selanjutnya mahasiswa berdiskusi dalam satu kelompok untuk membuat rancangan media pembel-ajaran yang akan dibuat. Rancangan berisi judul media, tujuan pembuatan media, alat dan bahan yang diperlukan, cara pembuat-an, cara kerja alat, skema rangkaian alat dan kalkulasi biaya. Hasil diskusi menunjukkan ada 3 kelompok yang merancang medianya harus belum matang. Hasil penilaian terha-dap kemandirian kelompok dalam meran-cang media pembelajaran terangkum dalam Tabel 2.

Dalam tahap tindakan setiap kelom-pok mulai bekerja membuat media pembel-ajaran sebagaimana yang telah didesain se-belumnya. Pembuatan media pembelajaran

Workshop

Perkembangan Model Atom Model kristal NaCl

Alat Uji Kesadahan Air Panah Tangga

(5)

Tabel 3. Hasil Penilaian Kerjasama Kelompok Membuat Media Sangat tidak baik

Cukup baik

Kelompok Siklus 1 Siklus 2

Persentase Kemandirian Kriteria Persentase Kemandirian Kriteria

Tabel 2. Hasil Penilaian Kemandirian Merancang Media Pembelajaran Kimia

Kelompok Siklus 1 Siklus 2

Persentase Kemandirian Kriteria Persentase Kemandirian Kriteria

1 48,4375 % Cukup baik 82,28125 % Sangat baik

2 dimensi, yaitu oleh kelompok 1, 4, 5, dan 7 dilakukan di Laboratorium Komputer, se-dangkan pembuatan media 3 dimensi di La-boratoriumWorkshop. Selama proses

pem-buatan media, dilakukan pengamatan terha-dap kerjasama dalam kelompok yang meng-arah pada kolaborasi kelompok. Hasil peng-amatan terangkum dalam Tabel 3.

2

Sangat tidak baik

Baik Cukup baik

Setelah media menjadi produk nya-ta, mahasiswa melakukan uji coba dan mempresentasikannya di kelas. Setiap ang-gota kelompok harus terlibat aktif, yaitu se-bagai penyaji materi, memperagakan alat,

menjawab pertanyaan, dan merangkum ha-sil diskusi. Penilaian psikomotorik dilaku-kan terhadap kelompok yang sedang mem-presentasikan media di depan kelas. Hasil penilaian terdapat pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil Penilaian Psikomotorik

1

Kelompok Siklus 1 Siklus 2

Persentase Kemandirian Kriteria Persentase Kemandirian Kriteria

Pengamatan dilakukan terhadap proses tindakan, efek tindakan dan hasil tin-dakan. Hal ini terintegrasi dengan setiap

(6)

yang berkaitan dengan tindakan yang dila-kukan. Refleksi dilaksanakan secara kola-boratif, yaitu adanya diskusi di kelas dengan mahasiswa untuk mengungkap permasalah-an ypermasalah-ang ada serta strategi pemecahpermasalah-an ma-salah untuk perbaikan tindakan siklus ber-ikutnya. Refleksi juga dilakukan oleh dosen lain yang berperan sebagai observer dalam penelitian ini sehingga diharapkan hasil refleksi benar-benar objektif. Kesimpulan yang diperoleh dari refleksi siklus 1 adalah pengetahuan mahasiswa tentang media pembelajaran kimia masih kurang, hanya 25% mahasiswa yang pernah diajar guru ki-mia di SMA dengan media pembelajaran yang variatif, hanya 5% mahasiswa yang pernah mendesaian media pembelajaran ki-mia, keterbatasan waktu mahasiswa dalam mencari literatur, kurang kompaknya kerja-sama dalam kelompok sehingga mengham-bat diskusi, serta hanya 70 % mahasiswa yang memahami tujuan diberikannya mata kuliah Pendidikan Kimia.

Siklus kedua dilaksanakan mulai pertemuan ke-7. Berdasarkan refleksi siklus 1, ada beberapa kegiatan tambahan yang dilakukan. Yang pertama adalah pemberian materi tentang media pembelajaran kimia termasuk contoh-contohnya. Mahasiswa ju-ga diberikan trik-trik mencari ide dan lite-ratur. Selain itu, diberi kesempatan bersa-ma-sama mencari literatur di perpustakaan dan internet dengan panduan dari dosen. Keduanya dimaksudkan untuk meminima-lisir kurangnya pengetahuan mahasiswa yang mempengaruhi kemampuan membuat rancangan media pembelajaran. Kegiatan bersama-sama mencari literatur juga dapat meningkatkan kekompakan dalam kelom-pok mereka. Pelaksanaan siklus 2 tahap ber-ikutnya sama dengan tahapan pada siklus 1. Pada akhir pembelajaran siklus 2 juga dila-kukan refleksi. Hasil pengamatan dan dis-kusi dengan mahasiswa merekomendasikan hal-hal yang mempengaruhi kinerja maha-siswa dalam merancang, membuat dan mempresentasikan media pembelajaran mia, yaitu pemahaman tentang konsep ki-mia, kekompakan kelompok serta kemam-puan individu terutama faktor kekritisan

Workshop

berpikir, kreativitas dan kemampuan me-nerjemahkan ide.

Pembelajaran Berbasis Proyek me-nekankan pada tiga pilar, yaitu kontektual, kolaboratif dan otonomi pembelajar. Oto-nomi pembelajar mengisyaratkan pada kon-sep belajar mandiri yang dalam penelitian ini ditekankan pada kemandirian meran-cang proyek, yaitu meranmeran-cang suatu media pembelajaran kimia yang akan dibuat. Se-lanjutnya, kolaboratif ditekankan pada ker-jasama yang sinergis antaranggota kelom-pok dalam mencapai tujuan, yaitu membuat media, sesuai rancangan yang telah dibuat. Pada penelitian ini pembelajaran konteks-tual dilakukan mahasiswa dengan belajar tentang media pembelajaran melalui meli-hat, mengamati, mencoba serta memberi-kan penilaian terhadap media pembelajaran yang telah dipelajarinya.

Hasil analisis tentang kemandirian kelompok da-lam merancang media pada siklus 1 dan si-klus 2 menunjukkan perbedaan. Pada sisi-klus 1, Hanya ada 2 kelompok yang berkemam-puan baik dalam merancang media pembel-ajaran kimia, yaitu kelompok 3 dengan jenis media 3 dimensi “alat pengukur viskositas” dan kelompok 5 dengan jenis media 2 di-mensi “unsur-unsur gas mulia”. 2 kelompok dengan kriteria cukup baik, yaitu kelompok 1 dan 2, sedangkan kelompok 4 dan 6 ku-rang baik kemampuannya dalam meran-cang media. Ada satu kelompok yang ter-masuk kriteria sangat tidak baik, yaitu ke-lompok 7 dengan jenis media 2 dimensi “eksplorasi minyak bumi”. Pada umumnya kekurangan terletak pada cara penerjemah-an ide, skema rpenerjemah-angkaipenerjemah-an alat dpenerjemah-an cara peng-gunaan alat.

Pada siklus 2 terjadi peningkatan jumlah kelompok yang berkriteria baik da-lam merancang media pembelajaran kimia. Kelompok 1 yang semula dalam kriteria cu-kup baik, pada siklus 2 meningkat menjadi sangat baik dengan media 3 dimensi “alat penghasil gas CO . Kemudian kelompok 3, 4, 5 dan 6 berkriteria baik. Sedangkan ke-lompok 2 tetap dalam kriteria cukup baik Kemandirian Kelompok Meran-cang Media Pembelajaran Kimia.

(7)

dengan media 3 dimensi “model ikatan ki-mia”. Kemampuan kelompok 7 mengalami peningkatan menjadi cukup baik (56,25 %) dari sangat tidak baik dengan media 3 di-mensi “pengamatan efek tyndall”. Hal lain yang perlu dicermati adalah jenis media yang dirancang pada siklus 2 ini semuanya

merupakan media 3 dimensi. Media 3 di-mensi menuntut kreativitas dan keterampil-an yketerampil-ang lebih dibketerampil-andingkketerampil-an pembuatketerampil-an me-dia 2 dimensi dan ini sangat tergantung fo-kus minat dan kemampuan mahasiswa. Pe-ningkatan ini tergambar jelas dalam Gam-bar 1.

Gambar 1. Jumlah Kelompok dan Kriteria Kemandirian Merancang Media

Kolaborasi Kelompok dalam Membuat Media Pembelajaran Kimia. Hal kedua yang diteliti adalah pengamatan terhadap usaha kolaboratif dalam kelom-pok. Kolaborasi dalam kelompok ditunjuk-kan adanya kerjasama yang sinergis antar-anggota kelompok. Setiap antar-anggota memi-liki peran yang tidak dapat dipisahkan, mes-kipun ada pembagian tugas tetapi tanggung jawab tidak terbatas pada tugasnya. Bersa-ma-sama saling melengkapi dan meng-ingatkan untuk mencapai tujuan kelompok, dalam hal ini adalah membuat media pem-belajaran kimia yang baik.

Ada perbedaan pada siklus 1 dan 2 terkait dengan kriteria kerjasama dalam tiap kelompok. Pada siklus 1, kerjasama dalam kelompok belum ada yang baik, hanya 3 ke-lompok yang kerjasama kolaborasinya cu-kup baik. Tiga kelompok kurang baik dan 1 kelompok sangat tidak baik. Terjadi pening-katan untuk semua kelompok pada siklus 2, yang mana ada 1 kelompok yang semula kerjasamanya cukup baik meningkat tajam menjadi sangat baik, yaitu kelompok 6. Tiga kelompok menjadi berkriteria baik

semen-tara 3 kelompok lain cukup baik. Pening-katan kerjasama ini terlihat pada Gambar 2.

Kemampuan berkolaborasi yang re-latif rendah pada siklus 1 dipengaruhi ba-nyak faktor. Di antaranya adalah pemben-tukan kelompok yang baru masih memerlu-kan penyesuaian dari masing-masing ang-gota untuk menjadi sebuah tim yang solid, kemampuan setiap anggota juga belum terlihat, serta kekompakan masih dalam ta-hap pembentukan Sementara pada siklus 2, tentunya setelah minimal bertemu 7 kali da-lam kelas, antaranggota kelompok lebih sa-ling mengenal karakter dati kemampuan masing-masing sehingga memudahkan ter-jadinya kekompakan yang berujung pada kolaborasi yang solid.

Penilaian terhadap kemampuan psikomotorik dilaku-kan terhadap kelompok yang sedang mem-presentasikan media yang telah dibuat. Ha-sil penilaian psikomotorik pada siklus 1 me-nunjukkan hanya ada satu kelompok yang berkriteria sangat baik, yaitu kelompok 6 dengan media 3 dimensi “osmosis”. Ada 2 kelompok dengan kriteria baik, dua

(8)

baik

pok berkriteria cukup baik serta dua kelom-pok lain yang kurang baik kemampuan psi-komotoriknya.

Pada siklus 2, secara umum kemam-puan psikomotorik meningkat. Ada 3 ke-lompok menjadi berkriteria sangat baik dan 3 kelompok dengan kriteria baik. Hanya ada satu ke1ompok yang justru mengalami pe-nurunan, yaitu kelompok 6 yang semula

sa-ngat baik menjadi berkriteria baik. Hal ini dapat disebabkan oleh penguasaan materi yang berbeda terhadap kedua jenis media yang dihasilkan serta kemampuan yang ber-beda dari setiap anggota kelompok yang berperan dalam presentasi media pembel-ajaran kimia. Peningkatan jumlah kelom-pok yang berkriteria lebih baik terlihat pada Gambar 3.

Gambar2. Jumlah Kelompok dan Kriteria Kerjasama Kelompok Membuat Media

Gambar3. Jumlah Kelompok dan Kriteia Penilaian Psikomotorik

Penilaian Media Pembelajaran Kimia. Dalam rangka belajar kontektual, mahasiswa diberi tugas untuk memberikan penilaian terhadap yang telah dibuat oleh kelompok lain. Hasil penilaian media oleh mahasiswa pada siklus 1 menunjukkan ada 2 media yang dinilai cukup baik, yaitu me-dia “indikator asam basa” dan “’alat peng-ukur viskositas”. Sementara menurut peni-laian dosen, kedua media tersebut hanya

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Buck Institute for Education. (1999). “Project-Based Learning”, dalam

_________. (2002). “Introduction of Project-Based Learning”, dalam

Sudarwan Danim. (2004 ). Jakarta: Rineka Cipta.

http://www.bgsu. edu/organization!etl/proj.html.

http://www.bie.org/ pbl/ pblhandbook/BIE PBLintro.html.

Motivasi Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok. Penilaian media pada siklus 2

mem-berikan hasil yang lebih baik daripada si-klus 1 baik penilaian oleh mahasiswa mau-pun oleh dosen. Penilaian oleh mahasiswa menunjukkan ada 4 kelompok yang media-nya meningkat menjadi berkriteria baik, 2 kelompok berkriteria cukup baik serta 1 kelompok turun menjadi kurang baik, yaitu kelompok 2 dengan media “model ikatan kimia” . Penilaian terhadap kelompok 2 ini sama dengan hasil penilaian oleh dosen. Kekurangan yang tampak nyata adalah pe-mahaman konsep yang kurang baik sehing-ga cara menerjemahkan ide kurang tepat. Penilaian dosen terhadap kelompok lain menunjukkan hanya ada 2 media yang ter-masuk dalam kriteria baik, yaitu media “pa-nah tangga” oleh kelompok 6 dan media “perkembangan model atom” oleh kelom-pok 3. Hal ini ternyata berkaitan dengan ke-mampuan kolaboratif kelompok. Kelom-pok 6 memiliki kemampuan kerjasama yang sangat baik sedangkan kelompok 3 de-ngan kemampuan baik. Kerjasama yang baik akan menghasilkan produk yang baik sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Sementara itu, 3 kelompok dalam kategori cukup baik dan masih ada 2 kelompok de-ngan media yang kurang baik.

Perbedaan penilaian oleh mahasis-wa dan dosen menunjukkan perbedaan mes-kipun dengan pedoman penilaian yang sa-ma. Hal ini dikarenakan banyak faktor yang mempengaruhi, antara lain: perbedaan pe-mahaman konsep kimia, perbedaan wawas-an tentwawas-ang media pembelajarwawas-an, perbedawawas-an pengalaman serta tidak bisa dipungkiri ada

faktor subjektivitas mahasiswa ketika meni-lai hasil karya teman sendiri. Namun demi-kian, melihat perbedaan hasil penilaian yang tidak terlalu mencolok, dapat dika-takan bahwa kemampuan mahasiswa dalam mengevaluasi sudah cukup baik.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, dapat di-simpulkan beberapa hal, yaitu: penerapan pembelajaran berbasis projek pada perku-liahan Pendidikan Kimia cukup efektif dilihat dari (1) aspek kemandirian kelompok dalam merancang media pembel-ajaran, yaitu adanya peningkatan kelompok dengan kriteria yang lebih baik pada siklus 2 (lima kelompok) dibandingkan pada siklus 1, (2) aspek kerjasama kelompok, yaitu ada-nya peningkatan jumlah kelompok dengan kriteria kerjasama yang lebih baik pada si-klus 2 (empat kelompok) dibandingkan pa-da siklus 1 yang mana belum apa-da satu pun kelompok yang memiliki kemampuan ker-jasama yang baik serta (3) aspek pengu-asaan psikomotorik mahasiswa dengan se-luruh kelompok memiliki kemampuan psi-komotorik yang baik pada siklus 2. Saran yang dapat diberikan terkait dengan peneli-tian yang telah dilaksanakan adalah mata kuliah Pendidikan Kimia akan le-bih baik diberikan pada mahasiswa semes-ter 6 yang memiliki pemahaman konsep kimia yang lebih luas dan dalam sekaligus sebagai persiapan Praktik Pengalaman La-pangan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Workshop

(10)

Sunaryo Soenarto. (2005). “Pembelajaran Berbasis Proyek dan Pembelajaran Berbasis Masalah” Pelatihan Model Pembelajaran KBK. P3AI UNY.

Suwarsih Madya. (1994). Yogyakarta: Lemlit IKIP Yog-yakarta.

. Makalah

Gambar

Tabel 1. Daftar Kelompok, Jenis, dan Nama Media Pembelajaran
Tabel 2. Hasil Penilaian Kemandirian Merancang Media Pembelajaran Kimia
Gambar 1. Jumlah Kelompok dan Kriteria Kemandirian Merancang Media

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitiannya adalah berita-berita perkosaan yang dimuat di Detik.com dan objek penelitiannya adalah, kecenderungan konten-konten

Tingkat kepuasan pemustaka terhadap mutu pelayanan perpustakaan menurut perhitungan Indeks Kepuasan Pemustaka (IKP) mengindikasikan pemustaka merasa puas, walaupun belum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sebaran SPL dan klorofil-a serta sebaran lokasi tangkapan di wilayah penangkapan kapal purse seine yang didaratkan

Ketika seorang berbelanja online, hal utama yang menjadi pertimbangan seorang pembeli adalah apakah mereka percaya kepada website yang menyediakan online shopping

Meli- hat kondisi di lapangan, walaupun membayar biaya transaksi pada umumnya dianggap seba- gai perilaku ilegal, tetapi eksistensinya semakin menjadi biasa, di mana selama ini yang

Tujuan dari pembuatan aplikasi bacaan renungan harian ini adalah untuk dapat menumbuhkan kembali kebiasaan membaca renungan harian, mempermudah remaja Kristen

Bank Kustodian akan menerbitkan Surat Konfirmasi Transaksi Unit Penyertaan yang menyatakan antara lain jumlah Unit Penyertaan yang dijual kembali dan dimiliki serta Nilai

khusus/tertentu sebagaimana pada huruf b, agar mendapat hasil pemeriksaan yang sesuai dengan tujuan dan standar pemeriksaan, perlu menetapkan Keputusan Inspektur