• Tidak ada hasil yang ditemukan

17. Proseding G Senyang Kisman

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "17. Proseding G Senyang Kisman"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

SURVEI GEOKIMIA TANAH LANJUTAN DAERAH GUNUNG SENYANG KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Kisman dan Bambang Nugroho Widi

Kelompok Penyelidikan Mineral, Pusat Sumber Daya Geologi

SARI

Gunung Senyang merupakan salah satu daerah mineralisasi emas dan logam dasar. Secara administratif daerah ini termasuk wilayah Kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat. Gunung Senyang adalah daerah perbukitan dengan ketinggian antara 600-675 meter diatas permukaan laut, dengan lereng dari landai hingga terjal. Secara geologi disusun oleh dominasi batuan intrusi pada bagian atas dan batuan metasedimen pada bagian bawah.Batuan metasedimen merupakan batuan tertua, di susul oleh intrusi diorit dan endapan aluvium. Struktur geologi yang berkembang adalah berupa sesar geser dengan arah umum utara-selatan dan sesar normal (graben?).

Mineralisasi di tandai oleh urat kuarsa menerobos intrusi diorit dan setempat pada batuan metasedimen yang mengandung bijih sulfida (emas dan logam dasar) membentuk suatu zona (ketebalan urat kuarsa kurang dari 1 cm hingga 3 cm). Di bagian utara (Sungai Entinyuh) asosiasi mineral berupa pirit, kalkopirit dan galena. Sedangkan di bagian selatan yaitu di Sungai Paju mineralisasi ditandai oleh urat kuarsa, menerobos batuan diorit dengan arah N290ºE-N330ºE, kemiringan sampai 80º. Urat kuarsa berwarna putih abu-abu, tekstur gigi anjing dan vuggy dan terdapat sulfida pirit.

Jenis alterasi yang terbentuk di daerah penyelidikan secara kasad mata adalah silisifikasi, argilitisasi sebagian propilitisasi tetapi sangat terbatas pada daerah-daerah sesar. Sedangkan butiran emas ditemukan dalam konsentrat dulang dari Sungai Bungo. Hasil dari analisis mineralogi butir, emas teridentifikasi memiliki bentuk dan ukuran butiran yang bervariasi dari VFC (sangat halus) hingga CC (sangat kasar) dengan bentuk sub angular hingga sub rounded. Emas letakan berasal dari daerah aliran Sungai Bungo pada lokasi SSE-15MN02P, SSE-15MN04P dan SSE-15MN211P.

Berdasarkan hasil analisis Fire assay conto batuankandungan emas dari daerah aliran sungai (DAS) Bungo memiliki kadar 11,82 gr/ton Au, DAS Entinyuh kadar 4,90 gr/t Au dan dari DAS Paju menunjukkan kadar 14,38 gr/t Au. Hasil analisis mineragrafi pada conto SSE-15MN193F menunjukkan butiran emas berasosiasi dengan sfalerit, pirit kalkopirit dan galena. Pada conto yang lain ditemukan adanya stibnit. Sedangkan hasil analisis petrografi pada conto SSE-15MN198R dijumpai adanya mineral biotit sekunder. Dengan data tersebut dapat diperkirakan bahwa mineralisasi terbentuk atau bergerak dari suhu tinggi ke suhu rendah (tipe porfiri-tipe epitermal).

PENDAHULUAN

Kegiatan survei geokimia tanah sebagai salah satu tahapan tindak lanjut dari kegiatan penyelidikan mineral logam di daerah perbatasan Malaysia–Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat tahun 2012. Informasi dari hasil kegiatan tersebut adalah terdapatnya anomali geokimia unsur Au dari conto sedimen sungai aktif dan atau batuan. Hasil analisis conto

sedimen sungai aktif di daerah kaki Gunung Senyang terdapat unsur Au 3.902 ppb.

Penambangan emas aluvial atau koluvial terletak pada kaki Gunung Senyang di bagian utara, di lokasi tersebut

terdapat batusabak terkersikan

(2)

tanah di daerah Gunung Senyang secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat (Gambar 1). Survei geokimia tanah dilakukan untuk mengetahui penyebaran unsur–unsur logam dalam tanah dan mendapatkan zona-zona anomali unsur logam. Makalah ini merupakan salah satu bagian dari data hasil penyelidikan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun Anggaran 2015.

METODOLOGI

Survei geokimia tanah di daerah Gunung Senyang dilakukan dengan cara pengamatan geologi konvensional disertai pengambilan conto tanah interval 50 meter pada horizon B dengan metoda ridge and spur, conto batuan dengan chip sampling. Analisis kimia unsur dilakukan di laboratorium Pusat Sumber Daya Geologi dengan metoda AAS dan Fire Assay. Unsur yang dianalisis adalah unsur Au, Ag, Cu, Pb, Zn, Mn, Fe, As, Mo, Sb, Hg dan Li. Selain metoda AAS dan Fire Assay juga analisis fisika mineral yang terdiri dari petrografi untuk mengetahui jenis mineral penyusun batuan dan mineragrafi untuk mengetahui jenis mineral logam atau mineral bijih yang membentuk endapan bijih. Pengolahan data hasil analisis kimia unsur dari conto tanah dengan statistik deskriptif menggunakan program excel dan

plotting dalam peta dengan program

Mapinfo-11.

GEOLOGI DAERAH PENYELIDIKAN

Morfologi daerah penyelidikan dibagi dua satuan yaitu: satuan bukit terjal mengelilingi Gunung Senyang di sekitarnya dan bukit-bukit rendah bergelombang seiring dengan jarak yang menjauh dari puncak. Bagian morfologi tertinggi adalah

puncak Gunung Senyang dengan

ketinggian antara 600-675 meter. Pola aliran sungai-sungai yang terbentuk berpola radial dengan stadium yang relatif masih muda berbentuk huruf V.

Litologi daerah penyelidikan dapat dibagi menjadi tiga satuan batuan tersusun dari yang berumur tua ke muda yaitu: Satuan batuan metasedimen, satuan batuan intrusi dan endapan alluvium dengan sisipan batu lempung (Gambar 2). Satuan batuan metasedimen terdapat dua jenis yaitu berupa perselingan batupasir dan batu lempung. Batuan lempung umumnya berwarna abu-abu sampai warna gelap (Gambar 3). Sedangkan batupasir berbutir halus sampai kasar berwarna putih terdapat kesan perlapisan

warna coklat muda hingga kuning

(Gambar 4).

Satuan batuan beku sebagai intrusi di daerah Gunung Senyang yaitu diorit, dasit dan andesit. Satuan batuan diorit banyak tersingkap disekitar Sungai Bungo, Sungai Entinyuh, Sungai Paju dan di puncak-puncak bukit (Gambar 5). Satuan

alluvium dengan sisipan lempung,

batulumpur yang masih lunak dan endapan kerikil pasir beraneka bahan (Gambar 6).

Struktur geologi di daerah

penyelidikan pada umumnya berupa sesar dengan arah umum utara-selatan. Sesar geser pada satuan batuan metasedimen dijumpai dilokasi Sungai Paju, dengan jelas terlihat pergeseran alur lapisan yang sama sebagaimana Gambar 7. Sedangkan struktur kekar yang terisi mineral sulfida umumnya akan berpotongan dengan struktur utama, dengan arah N130o E-N160oE atau N310oE-N325oE.

Mineralisasi

Mineralisasi terbentuk karena adanya penetrasi larutan hidrotermal melalui struktur rekahan dan terperangkap diantara batuan yang dilaluinya (trap). Data yang diperoleh dari pengamatan di

lapangan memberikan gambaran

(3)

adanya urat kuarsa halus (ketebalan kurang dari 1 cm hingga sekitar 3 cm) yang membentuk suatu zona ditandai adanya pirit dan mineral lain seperti kalkopirit, spalerit dan galena.

Ada tiga lokasi yang diperkirakan memiliki indikasi mineralisasi yang signifikan yaitu : Mineralisasi di daerah aliran sungai (DAS) Bungo (conto batuan S. Bungo_R) dan ditemukannya butiran emas dari konsentrat dulang. Mineralisasi di (DAS) Paju dicirikan oleh adanya urat

kuarsa (SSE-15MN197R) menerobos

batuan diorit dengan arah antara N290ºE-N330ºE dan kemiringan sampai 80º. Urat kuarsa berwarna putih-abu-abu bening hingga kecoklatan, bertekstur paralel dan gigi anjing. Alterasi yang terjadi di sekitar urat kuarsa adalah silisifikasi dan argilitisasi pada beberapa bagian dijumpai pirit halus (Gambar 8). Float urat kuarsa mengandung mineral sulfida ditemukan di Sungai Entinyuh (SSE-15MN207F) seperti pada Gambar 9.

ANALISIS DAN HASIL

Fotomikrograf specimen conto

SSE-15MN207F terlihat beberapa mineral sulfida (Gambar 10). Pada conto specimen

yang berasal dari (DAS) Bungo,

fotomikrograf disajikan pada Gambar 11. Berdasarkan data hasil analisis conto batuan kandungan unsur emas mencapai 11,83 ppm.

Hasil analisis kimia batuan menunjukkan terdapat tiga conto yang memiliki kadar emas cukup signifikan yaitu conto SSE-15MN207F berkadar 4,90 gr/t Au; conto S. Bungo_R berkadar 11,83 gr/t Au dan SSE-15MN193F sebesar 14,38 gr/t Au. Ketiga conto tersebut merupakan conto-conto dengan kadar emas tertinggi dibanding conto-conto lainnya.

Hasil analisis petrografi dari conto SSE-15MN198R terdapat mineral biotit sekunder (Gambar 12). Hasil analisis mineragrafi memperlihatkan mineral emas berasosiasi dengan kalkopirit, sfalerit,

galena dan stibnit (Gambar 13). Begitu pula

hasil analisis mineralogi butir

memperlihatkan butiran emas dengan berbagai ukuran dari halus VFC hingga kasar MC dan berbagai bentuk dari sub angular hingga sub rounded (Gambar 14).

Korelasi antara hasil analisis kimia, petrografi dan mineragrafi sayatan tipis saling mendukung cukup baik. Kondisi seperti tersebut di atas dapat diduga bahwa proses mineralisasi yang terbentuk pada range dari suhu rendah sampai suhu tinggi (tipe epitermal ke mesotermal).

Analisis statistik deskriptif terhadap nilai unsur dari 236 conto tanah horizon B berupa mean, standar deviasi, jumlah conto, nilai minimal, nilai maksimal dan tingkat kepercayaan. Setiap conto dianalisis sebanyak 11 unsur logam yaitu : Au, Ag, Cu, Pb, Zn, Fe, Mn, As, Mo, Sb dan Li dengan satuan kadar ppm kecuali Au dan Hg dalam ppb dan Fe (%). Hasil pengolahan data dirangkum dan disajikan pada Tabel 1 dan koefisien korelasi antar unsur disajikan pada Tabel 2.

Penentuan besarnya anomali unsur kimia dibuat menjadi empat kelas yaitu :  Kelas-1 nilai minimum s.d. mean

 Kelas-2 mean s.d. mean + Standar deviasi

 Kelas-3 mean + Standar deviasi s.d. mean + 2 Standar deviasi

 Kelas-4 mean + 2 Standar deviasi s.d. nilai maksimum.

(4)

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis kimia terhadap 236 conto tanah horizon B, maka karakteristik kandungan unsur Au adalah kadarnya berkisar antara 1 ppb - 169 ppb dengan nilai mean 21,79 ppb. Hasil paling tinggi terdapat pada conto SSE/15MN23S dengan koordinat lokasi (110.3110; 0.894146). Lokasi tersebut di punggungan sebelah kiri hulu Sungai Bungo. Untuk As kadarnya berkisar antara 0 ppm - 64 ppm dengan nilai mean 11,7 ppm. Hasil paling tinggi terdapat pada conto SSE/15MN220S

dengan koordinat lokasi (110.366;

0.888723) . Lokasi tersebut di punggungan

berarah tenggara yang berhadapan

dengan hulu Sungai Entinyuh. Sedangkan Unsur Hg kadarnya berkisar antara 14 ppb - 323 ppb dengan nilai mean 73,3 ppb. Hasil paling tinggi terdapat pada conto SSE/15MN93S dengan koordinat lokasi (110.358; 0.891477). Lokasi tersebut di puncak punggungan ujung hulu Sungai Entinyuh.

Koefisien korelasi antar unsur berdasarkan hasil analisis kimia conto tanah horizon B antara unsur Au terhadap As dan Hg menunjukkan hubungan positif dengan nilai 0,13 dan 0,02. Angka koefisien korelasi tersebut di atas dapat dijadikan sebagai dasar perkiraan bahwa keterjadian emas di daerah penyelidikan termasuk kategori suhu rendah.

Berdasarkan konsep hidrotermal, mineralisasi terbentuk sedikitnya oleh tiga faktor utama yaitu: 1) Adanya batuan intrusi, berperan sebagai heat sources, 2) Adanya batuan induk berperan sebagai rumah atau tempat larutan hidrotermal mengalami pembentukan menjadi endapan hidrotermal (bijih), 3) Adanya struktur berperan sebagai jalan masuknya larutan hidrotermal dan terjebak dalam batuan induk sebagai deposits.

Selain tiga faktor di atas faktor lainnya adalah sirkulasi air bawah permukaan atau ground water circulation. Di daerah Gunung Senyang peran tersebut

telah membentuk endapan emas dan logam dasar. Hal tersebut di atas jejaknya terekam dari hasil pengamatan lapangan dan analisis laboratorium bahwa dari semua lokasi yang teramati, ada tiga lokasi memiliki kandungan emas cukup signifikan yang disertai logam dasar. Ketiga lokasi tersebut yaitu: DAS Bungo, DAS Entinyuh dan DAS Paju.

Uji pendulangan mineral berat di lokasi endapan koluvium DAS Bungo dan menghasilkan butiran emas dengan bentuk sub angular hingga sub raounded, hal ini menunjukkan bahwa mineralisasi emas masih berasal dari sumber yang dekat. Keyakinan bahwa mineralisasi emas dan logam dasar di daerah penyelidikan dikuatkan dengan pengujian silang atau cross check antaraanalisis mineragrafi dan fire assay menghasilakan data yang saling mendukung. Hasil analisis mineragrafi menunjukkan butiran emas berasosiasi dengan sfalerit, pirit, kalkopirit dan galena, sedangkan dari analisis kimia conto batuan yang sama menghasilkan nilai kadar yang cukup signifikan. Dari hasil analisis petrografi (sayatan tipis) salah satu conto batuan dioritmenunjukkan adanya mineral biotit sekunder, hal ini mengindikasikan bahwa dilokasi tersebut dikategorikan pada tingkat alterasi potasik.

Rekonstruksi model pembentukan mineralisasi yang dilakukan di daerah penyelidikan belum mendapatkan hasil yang permanen. Untuk mendapatkan gambaran model dilakukan pendekatan terhadap adanya hubungan aplit dengan urat kuarsa yang menerobos batuan diorit daerah penyelidikan. Sketsa spekulatif

model mineralisasi daerah Gunung

Senyang disajikan pada Gambar 19. Diperkirakan mineralisasi daerah Gunung Senyang terbentuk dan bergerak dari suhu tinggi ke suhu rendah (tipe porfiri-tipe epitermal).

KESIMPULAN

(5)

satuan batuan metasedimen, satuan batuan intrusi diorit dan endapan alluvium. Struktur geologi berupa sesar geser berarah utara-selatan dan sesar normal membentuk graben (?). 2) Mineralisasi ditandai dengan adanya

urat kuarsa yang menerobos batuan diorit berarah umum baratlaut-tenggara. Urat kuarsa memiliki ketebalan antara 1-3 cm mengandung emas berasosiasi dengan sfalerit, galena dan kalkopirit dan alterasinya adalah silisifikasi, argilitisasi dan propilitisasi.

3) Hasil analisis fire assay tiga conto

batuan menunjukkan kandungan

emas mencapai kadar 14,38 gr/t Au (SSE-15MN193F); 11,83 gr/t Au (S.Bungo_R) dan 4,90 gr/t Au (SSE-15MN207F). Berdasarkan analisis

kimia conto tanah horizon B, unsur Au, As dan Hg mempunyai koefisien korelasi positif dengan nilai 0,13 dan 0,02 yang mengindikasikan emas terjadi dalam kategori suhu redah. 4) Terdapatnya mineral biotit sekunder pada

analisis petrografi menunjukkan tingkat alterasi potasik, sehingga secara genesa

mineralisasi daerah penyelidikan

terbentuk dan bergerak dari suhu tinggi ke suhu rendah (tipe porfiri-tipe epitermal?).

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyampaikan terima

kasih kepada Koordinator Kelompok Penyelidikan Mineral dan tim editor yang telah memberikan saran dan koreksinya terhadap makalah ini sehingga dapat diterbitkan.

DAFTAR PUSTAKA

Annonim, 2006, Kajian Sumber Daya Geologi Pulau Kalimantan, Pusat Sumber Daya Geologi Bandung.

Annonim, 2012, Penyelidikan Mineral Logam di Daerah Perbatasan Malaysia – Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat, Pusat Sumber Daya Mineral, Bandung.

Annonim, 2014, Eksplorasi Umum Mineral Logam Mulia dan Logam Dasar di Daerah Perbatasan Malaysia – Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat, Pusat Sumber Daya Mineral, Bandung.

Corbett and Leach, 1996, Southwest Pacifik Rim Gold-Copper System: Structure, Alteration and Mineralization, Australia

Supriatna, S., Margono U., Sutrisno, de Keyser F., Langford R.P., 1993, Geologi Lembar Sanggau, Kalimantan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

(6)
(7)

Gambar 3. Singkapan Satuan Batuan Metasedimen Jenis Lempung Lokasi di Sungai Paju

Gambar 4. Singkapan Satuan Batuan Metasedimen Jenis Batupasir Lokasi di Sungai Entinyuh

Gambar 5. Singkapan Batuan Diorit di Lereng Bukit Hulu Sungai Bungo

(8)

Gambar 7. Singkapan Sesar Geser Pada Satuan Batuan Metasedimen di Sungai Paju

Gambar 8. Singkapan Urat Kuarsa Mengisi Rekahan Batuan Diorit Mengandung Mineral Sulfida Pirit, Kalkopirit, Galena. Lokasi Sungai Paju Conto SSE-15MN197R

(110.352, 0.886995)

Gambar 9. Urat Kuarsa Mengisi Rekahan Batuan Diorit Berisi Mineral Sulfida, Galena, Spalerit, Kalkopirit dan Pirit Pada Bongkahan Float Conto SSE-15MN207F

(9)

Gambar 10. Fotomikrograf Specimen Conto SSE-15MN207F Pembesaran 4,7x Nampak Beberapa Mineral Sulfida Pirit, Galena dan Sfalerit, Dari Hasil Analisis KIMIA menunjukkan

Kadar Emas 4,90 gr/t Au

Gambar 11. Fotomikrograf Specimen Conto S.BUNGO_R Pembesaran 20x Nampak Mineral Galena, Hasil Analisis Kimia Kadar Emas 11,83 gr/t Au.

(10)

Gambar 13. Fotomikrograf Emas Berasosiasi Dengan Kalkopirit, Sfalerit dan Galena Lokasi (SSE-15MN193F) Sungai Paju.

Gambar 14. Fotomikrograf Butiran Emas Dengan Bentuk Sub Angular Hingga Sub Rounded (SSE-15MN211P) daerah Sungai Bungo.

(11)

Gambar 16. Peta Sebaran Unsur As (ppm) Pada Conto Tanah Horizon B

(12)

Gambar 18. Peta Sebaran Unsur Pada Conto Batuan Daerah Gunung Senyang

(13)

Tabel 1. Rangkuman Statistic Deskriptif Dari Conto Tanah Horizon B Daerah Gunung Senyang

Tabel 2. Korelasi Antar Unsur Dari Conto Tanah Horizon B Daerah Gunung Senyang

Descriptive Cu_ppm Pb_ppm Zn_ppm Mn_ppm Ag_ppm Li_ppm Fe_% Au_ppb As_ppm Mo_ppm Sb_ppm Hg_ppb Mean 29.2 40.3 69.6 413.9 2.3 9.6 5.11 21.8 11.7 0.8 2.2 73.3 Standard Error 1.1 0.7 1.6 27.1 0.1 0.2 0.11 1.7 0.9 0.1 0.1 2.6 Median 26 38.5 67 219.5 2.3 9 4.73 12.5 5 0 2 64.4

Mode 15 35 68 120 2.3 8 4.51 2 2.5 0 2 40.2

Standard Deviation 17.2 10.7 24.4 416.2 2.1 3.7 1.71 26.2 13.5 1.1 2.0 40.0 Sample Variance 296.9 115.5 597.1 173251.7 4.3 13.7 2.94 687.7 183.2 1.2 3.9 1599.6 Kurtosis 9.9 5.0 6.1 5.1 208.2 1.5 0.26 10.8 0.9 0.3 34.8 10.3 Skewness 2.2 1.6 1.5 2.1 14.0 1.1 0.69 2.9 1.3 1.0 4.3 2.5 Range 143 85 209 2384 32.7 21 10.16 168 64 5 20 309.2

Minimum 3 12 8 36 0.3 3 1.12 1 0 0 0 14.3

Maximum 146 97 217 2420 33 24 11.28 169 64 5 20 323.4 Sum 6886 9502 16429 97690 549.4 2269 1206.26 5142 2754.2 187 522 17300.4 Count 236 236 236 236 236 236 236.00 236 236 236 236 236 Confidence Level(95.0%) 2.2 1.4 3.1 53.4 0.3 0.5 0.22 3.4 1.7 0.1 0.3 5.1

Cu_ppm Pb_ppm Zn_ppm Mn_ppm Ag_ppm Li_ppm Fe_% Au_ppb As_ppm Mo_ppm Sb_ppm Hg_ppb

Cu_ppm 1

Pb_ppm 0.181734 1

Zn_ppm 0.184195 0.261328 1

Mn_ppm 0.158132 0.025581 0.410548 1

Ag_ppm 0.085259 0.016207 0.043216 0.077284 1

Li_ppm 0.019021 -0.16574 0.073505 -0.11214 -0.131 1

Fe_% 0.281481 0.276628 0.3879 0.560993 0.145177 -0.4906 1

Au_ppb 0.075776 0.144641 -0.02753 0.065966 -0.02781 -0.09708 0.220835 1

As_ppm 0.001612 0.250493 -0.18465 -0.30782 -0.07367 0.174646 -0.30954 0.124916 1

Mo_ppm -0.04654 -0.09345 0.019841 0.024676 -0.03368 0.012772 0.061606 0.08828 -0.13906 1

Sb_ppm -0.08645 -0.03267 0.058249 -0.11847 0.015185 0.000748 -0.04587 -0.05767 0.034152 0.078293 1

Gambar

Gambar 1. Peta Lokasi Daerah Survei
Gambar 2. Peta Geologi Daerah Gunung Senyang
Gambar 6. Singkapan Lempung-Batulumpur Sebagai Sisipan Pada Endapan Alluvium  Berwarna Abu-abu Lokasi di Sungai Bungo
Gambar 8.  Singkapan Urat Kuarsa Mengisi Rekahan Batuan Diorit Mengandung Mineral Sulfida Pirit, Kalkopirit, Galena
+6

Referensi

Dokumen terkait