• Tidak ada hasil yang ditemukan

Unduh BRS Ini

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Unduh BRS Ini"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

No.54/9/13/Th. XIX, 1 September 2016

T

INGKAT

K

ETIMPANGAN

P

ENGELUARAN

P

ENDUDUK

S

UMATERA

B

ARAT

M

ARET

2016

M

ULAI

M

ENURUN

GINI RATIO

PADA MARET 2016 SEBESAR 0,331

1.

Perkembangan

Gini Ratio

Tahun 2010

Maret 2016

Salah satu ukuran ketimpangan yang sering digunakan adalah Gini Ratio. Nilai Gini Ratio berkisar

antara 0-1. Semakin tinggi nilai Gini Ratio menunjukkan ketimpangan yang semakin tinggi. Gini Ratio

pada tahun 2010 tercatat sebesar 0,325 dan berfluktuasi hingga September 2015 mencapai 0,319. Pada

Maret 2016 Gini Ratio tercatat sebesar 0,331 menurun dibandingkan Gini Ratio pada Maret 2015 yang

sebesar 0,342 dan naik jika dibandingkan dengan Gini Ratio pada September 2015 yang sebesar 0,319.

Kondisi ini menunjukkan bahwa pemerataan pengeluaran di Indonesia mengalami perbaikan selama

periode Maret 2015–Maret 2016.

 Pada Maret 2016, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk Sumatera Barat yang diukur oleh Gini Ratio adalah sebesar 0,331. Angka ini menurun jika dibandingkan dengan Gini Ratio Maret 2015 yang sebesar 0,342 dan naik jika dibandingkan dengan Gini Ratio September 2015 yang sebesar 0,319.

Gini Ratio di daerah perkotaan pada Maret 2016 sebesar 0,353, turun sebesar 0,005 poin dibanding Gini Ratio Maret 2015 yang sebesar 0,358 dan naik 0,028 poin dibanding Gini Ratio September 2015 yang sebesar 0,325. Sementara Gini Ratio di daerah perdesaan pada Maret 2016 sebesar 0,288 menurun 0,016 poin dibanding Gini Ratio Maret 2015 yang sebesar 0,304 dan naik 0,008 poin dibanding Gini Ratio September 2015 yang sebesar 0,280.

 Selama periode Maret 2015–Maret 2016, distribusi pengeluaran dari kelompok penduduk 40 persen terbawah masih dalam kategori ketimpangan rendah namun distribusinya berfluktuasi, yaitu dari 20,50 pada Maret 2015 dan 21,36 persen pada September 2015 menjadi 20,82 persen pada Maret 2016.

(2)

Untuk daerah perdesaan Gini Ratio Maret 2016 adalah sebesar 0,288 menurun 0,016 poin dibanding

Gini Ratio Maret 2015 yang sebesar 0,304 serta naik 0,008 poin dibanding Gini Ratio September 2015 yang sebesar 0,280.

Tabel 1

Gini Ratio Menurut Daerah, Tahun 2010–Maret 2016

Tahun Perkotaan Perdesaan Perkotaan+

Perdesaan

Perkembangan Gini Ratio,2010-Maret 2016

(3)

2.

Perkembangan Distribusi Pengeluaran Maret 2015

Maret 2016

Disamping Gini Ratio ukuran ketimpangan lain yang sering digunakan adalah persentase

pengeluaran pada kelompok penduduk 40 persen terbawah atau yang dikenal dengan ukuran Bank

Dunia. Berdasarkan ukuran ini tingkat ketimpangan dibagi menjadi 3 kategori, yaitu tingkat ketimpangan

tinggi jika persentase pengeluaran kelompok penduduk 40 persen terbawah angkanya dibawah 12

persen, ketimpangan sedang jika angkanya berkisar antara 12-17 persen, serta ketimpangan rendah jika

angkanya berada diatas 17 persen. Pada Maret 2016, persentase pengeluaran pada kelompok 40 persen

terbawah adalah sebesar 20,82 persen yang berarti ada pada kategori ketimpangan rendah. Persentase

pengeluaran pada kelompok 40 persen terbawah pada bulan Maret 2016 ini naik jika dibandingkan

dengan kondisi Maret 2015 yang sebesar 20,50 persen dan menurun jika dibandingkan dengan kondisi

September 2015 yang sebesar 21,36 persen.

Berdasarkan daerah tempat tinggal, persentase pengeluaran pada kelompok penduduk 40 persen

terbawah di daerah perkotaan pada Maret 2016 adalah sebesar 19,43 persen yang berarti ada pada

kategori ketimpangan rendah. Angka ini tercatat lebih rendah dibanding kondisi September 2015 yang

sebesar 21,03 persen, namun lebih tinggi dari kondisi Maret 2015 yang sebesar 19,25 persen.

Sementara di daerah perdesaan, persentase pengeluaran kelompok penduduk 40 persen terbawah pada

Maret 2016 adalah sebesar 23,04 persen yang berarti ada pada kategori ketimpangan rendah dan

angkanya naik dibanding kondisi Maret 2015 (22,55 persen) dan menurun jika dibandingkan dengan

September 2015 (23,45 persen).

Tabel 2

Distribusi Pengeluaran Penduduk di Sumatera Barat September 2015 dan Maret 2016(Persentase)

Daerah/Tahun Penduduk 40 persen Terbawah

Penduduk 40 persen Menengah

Penduduk 20 persen Atas

Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5)

Perkotaan

Maret 2015 19,25 34,46 44,29 100

September 2015 21,03 37,08 41,88 100

Maret 2016 19,43 36,76 43,82 100

Perdesaan

Maret 2015 22,55 37,15 40,30 100

September 2015 23,45 38,17 38,37 100

Maret 2016 23,04 38,16 38,80 100

Perkotaan+Perdesaan

Maret 2015 20,50 36,18 43,33 100

September 2015 21,36 37,59 41,05 100

(4)

Gambar 2.

Perkembangan Persentase Pengeluaran Kelompok Penduduk

40 Persen terbawah di Sumatera Barat Keadaan Maret 2015, September 2015 dan Maret 2016

3.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perbaikan Tingkat Ketimpangan

Beberapa faktor yang dapat berpengaruh terhadap adanya perbaikan tingkat ketimpangan

pengeluaran selama periode Maret 2015

Maret 2016 diantaranya adalah:

a. Kenaikan indeks upah buruh tani dari 109,66 pada Maret 2015 menjadi 111,73 pada Maret 2016 atau naik sebesar 2,07 poin pada periode Maret 2015–Maret 2016.

b. Kenaikan nilai tukar usaha pertanian dari 104,42 pada Maret 2015, menjadi 107,62 pada Maret 2016.

c. Peningkatan jumlah pekerja bebas pertanian dari 141,14 ribu orang (Feb 2015) menjadi 164,74 ribu orang (Feb 2016) serta peningkatan jumlah pekerja bebas non pertanian dari

101,95 ribu orang (Feb 2015) menjadi 125,72 ribu orang (Feb 2016).

d. Penurunan tingkat pengangguran dari 5,99 persen pada Februari 2015, menjadi 5,81 persen pada Februari 2016.

e. Proporsi pengeluaran pada kelompok 40 persen penduduk dengan pengeluaran terbawah meningkat dari 20,50 persen pada Maret 2015 menjadi 20,82 persen pada Maret 2016.

19.25

22.55

20.50 21.03

23.45

21.36 19.43

23.04

20.82

0 5 10 15 20 25

Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan

(5)

Tabel 3.

Gini Ratio menurut Provinsi,

Maret 2015, September 2015, dan Maret 2016

PROVINSI

Maret 2015 September 2015 Maret 2016

Gambar

Tabel 1 Gini Ratio Menurut Daerah,
Tabel 2 Distribusi Pengeluaran Penduduk di Sumatera Barat
Gambar 2. Perkembangan Persentase Pengeluaran Kelompok Penduduk
Tabel 3.  menurut Provinsi,

Referensi

Dokumen terkait

Inflasi sebesar 0,19 persen dipengaruhi naiknya harga komoditi pada empat kelompok pengeluaran yaitu : kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau 0,77 persen;

Deflasi sebesar 0,22 persen dipengaruhi turunnya harga komoditi pada lima kelompok pengeluaran yaitu : kelompok bahan makanan turun 1,00 persen; kelompok

Nilai impor Oktober 2015 mengalami peningkatan sebesar 3,22 persen dibanding September 2015, hal ini karena terjadi peningkatan nilai impor nonmigas naik sebesar 3,78 persen

Nilai impor November 2015 mengalami penurunan sebesar 22,75 persen dibanding Oktober 2015, hal ini karena terjadi penurunan nilai impor nonmigas sebesar 23,65 persen sedangkan

 Ekonomi Provinsi Sumatera Selatan tahun 2014 tumbuh 4,68 persen melambat dibanding tahun 2013 sebesar 5,47 persen.. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai

Minangkabau (BIM) dan Pelabuhan Teluk Bayur bulan Desember mencapai 6.995 orang, mengalami peningkatan 59,78 persen dibanding wisman November 2014 yang tercatat

Sementara itu ekspor Sumatera Barat Januari 2014 juga turun sebesar 17,64 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.. Turun sebesar 17,64 persen

Minangkabau (BIM) dan Pelabuhan Teluk Bayur bulan Desember 2013 mencapai 6.096 orang, mengalami peningkatan 3,08 persen dibanding wisman November 2013 yang tercatat sebanyak