• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKELAHIAN ATAU TAWURAN PELAJAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERKELAHIAN ATAU TAWURAN PELAJAR"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PERKELAHIAN ATAU TAWURAN PELAJAR

LINK DOWNLOAD [106.25 KB]

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perkelahian adalah persoalan penting yang harus mendapatkan perhatian khusus dari semua pihak termasuk pemerintah. Semua pihak harus sadar dan membuka mata lebar-lebar bahwa pelajar yang tawuran adalah generasi muda penerus bangsa yang seharusnya dibina dan disiapkan untuk menggantikan generasi tua.Selain pemerintah peran keluarga,guru,masyarakat juga sangat penting dalam menanggulangi perkelahian antar Pelajar.

Di Indonesia telah ada Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) yang merupakan wadah seluruh guru mulai dari guru taman kanak-kanak sampai guru sekolah lanjutan.Guru di Indonesia telah menyadari, bahwa pendidkan adalah bidang pengabdian terhadap Tuhan Yang Maha Esa, bangsa, dan Negara, serta kemanusiaan pada umumnya. Guru di Indonesia yang berjiwa pancasila dan setiap pada Undang-Undang Dasar 1945 turut bertanggung jawabatas terwujudnya cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia17 Agustus 1945. Oleh sebab itu Guru Indonesia terpanggil untuk menunaikan karyanya dengan memedomani dasar-dasar sebagai berikut:

1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila. 2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran professional.

3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan bimbingan dan pembinaan. 4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya proses belajar mengajar.

5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya untuk membina pera serta dan rasa tanggungjawab bersama terhadap pendidikan.

6. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu martabat profesinya. 7. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan social.

8. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai sarana perjuanagan dan pengabdian. 9. Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintaah dalam bidang pendidikan.

Namun selain di atas guru atau PGRI juga harus melihat kelapangan permasalahan apa yang sedang terjadi terutama di kalangan pelajar salah satunya seperti masala tawuran pelajar dan memikirkan atau memberikan solusi bagaimana menanggulangi masalah tersebut.

B. TUJUAN PEMBAHASAN

1. Untuk mengetahui apa penyebab dari tawuran pelajar itu.

2. Untuk mengetahui bagaimana cara mengantisipasi tawuran antar pelajar. 3. Untuk menegtahui bagaimana peran guru terkait dengan fenomena tersebut. BAB II

PEMBAHASAN

PERKELAHIAN ATAU TAWURAN PELAJAR

A. TAWURAN ANTAR PELAJAR YANG MENGAKIBATKAN PENGANIAYAAN 1. Pengertian Tawuran Antar Pelajar

Tindakan yuridis yang dilakukan oleh kepolisisan terhadap para pelajar yang melakukan tindakan kriminal dapat diterima. Karena hal itu bermanfaat untuk menciptakan rasa aman dan rasa terlindungi pada masyarakat dari tindak kekerasan dan kekejaman mereka. Akan tetapi masih banyak pula para pendidik, orang tua, dan sebagian besar anggota masyarakat termasuk pers, menginginkan tindakan yuridis hendaknya didasari kearifan.

Perkelahian adalah persoalan penting yang harus mendapatkan perhatian khusus dari semua pihak termasuk pemerintah. Semua pihak harus sadar dan membuka mata lebar-lebar bahwa pelajar yang tawuran adalah generasi muda penerus bangsa yang seharusnya dibina dan disiapkan untuk menggantikan generasi tua.

Pengertian antara perkelahian dan penyerangan dapat diadakan Perbedaan yaitu dalam perkelahian serangan dari para pihak dilakukan secara bersamaan, sedangkan pihak yang lainnya tidak. Perkelahian juga dapat dilakukan dengan penyerangan diantara pihak yang memulai terjadinya perkelahian tersebut. Baik dalam perkelahian maupu dalam penyerangan terlibat beberapa orang yang ikut serta, demikian juga halnya dengan perkelahian antar pelajar yang melibatkan dari kedua belah pihak.

(2)

Perkelahian adalah merupakan suatu penyakit dalam masyarakat dan mengenai perkelahian antar pelajar yang mana akibatnya tidak hanya mengganggu bagi keamanan dan ketertiban umum melainkan juga membahayakan bagi pelajar itu sendiri. Apabila tidak segera mendapatkan perhatian dan penanggulangannya maka dampaknya akan lebih buruk lagi. Ada akibat-akibat yang ditimbulkan dari perkelahian antar pelajar itu antara lain :

a. Akibat Bagi Pelajar

Perkelahian dikalangan pelajar merupakan suatu tingkah laku yang tidak pantas bagi seorang pelajar dan tingkah laku itu merupakan penyimpangan dari tingkah laku seorang pelajar. Perkelahian yang dilakukan secara massal dari kedua belah pihak yang berlainan sekolah atau kelas dan dalam perkelahian itu tidak hanya menggunakan tangan kosong tetapi juga menggunakan senjata tajam dan benda keras.

Melihat dari benda atau alat yang digunakan dalam perkelahian itu maka sudah dapat diduka akibat yang ditimbulkan dari perkelahian itu antara lain luka yang dialami salah satu pelajar yang ikut serta dalam perkelahian antar pelajar tersebut. b. Akibat bagi keluarga

Dengan turut serta anak-anak terlibat langsung dalam perkelahian antar pelajar yang kemudian ternyata mendapatkan tindakan dari pihak kepolisian, pimpinan sekolah atau dari masyarakat sekitarnya, maka akibatnya akan menimbulkan problema bagi keluarga atau orang tuanya berupa : teguran dari pihak pimpinan sekolah dan warga masyarakat sekitarnya serta peringatan dari pihak kepolisian.

c. Akibat bagi sekolah

Jika perkelahian antar pelajar itu ternyata akan membawa nama sekolah bahkan terjadi di lingkungan sekolah maka akan membawa dampak negatif bagi sekolah tersebut berupa :

1. Kerugian materiil yang mungkin timbul seperti rusaknya gedung sekolah maupun peralatan lain akibat dari pelemparan benda dari pihak lain.

2. Kerugian yang menyangkut nama baik sekolah dalam masyarakat maupun aparat keamanan, yakni timbulnya kesan sekolah urakan dan menjadi pengawasan dari pihak yang berwajib.

d. Akibat bagi masyarakat

Akibat yang langsung dialami oleh masyarakat dari perkelahian antar pelajar itu adalah terganggunya ketertiban dan keamanan di lingkungan sekitarnya. Kemudian apabila frekuensi kenakalan remaja dan perkelahian antar pelajar demikian tinggi maka tidak mustahil kondisi dan situasi lingkungan masyarakat yang rawan yang memungkinkan timbulnya bibit baru remaja yang nakal. B. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA TAWURAN ANTAR PELAJAR

Suatu tingkah laku tidak disebabkan oleh satu faktor saja melainkan dapat oleh berbagai faktor. Beberapa faktor tersebut adalah : 1. Faktor yang ada di dalam diri pelajar sendiri

a. Lemahnya Pertahanan Diri

Adalah faktor yang ada dalam diri untuk mengontrol dan mempertahankan diri terhadap pengaruh-pengaruh negatif dari lingkungan. Jika ada pengaruh negatif berupa tontonan negatif, bujukan negatif seperti pecandu dan pengedar narkoba, ajakan-ajakan untuk melakukan perbuatan-perbuatan negatif, sering tidak bisa menghindar dan mudah terpengaruh. Akibatnya pelajar itu terlibat ke dalam kegiatan-kegiatan negatif yang membahayakan dirinya dan masyarakat.

b. Kurangnya Kemampuan Dalam Menyesuaikan Diri Keadaan ini amat terasa di dunia pelajar. Banyak ditemukan pelajar yang kurang pergaulan. Inti persoalannya adalah ketidak mampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan, sosial, dengan mempunyai daya pilih teman bergaul yang membantu pembentukan perilaku positif.

c. Kurangnya Dasar-dasar Keimanan di Dalam Diri Pelajar Masalah agama merupakan suatu yang sangat krusial bagi seorang pelajar.

Karena agama merupakan benteng diri pelajar dalam menghadapi berbagai cobaan yang datang padanya sekarang dan masa yang akan datang. Sekolah dan orang tua harus bekerja sama bagaimana memberikan pendidikan agama secara baik, mantap, dan sesuai dengan kondiri pelajar saat ini.

2. Faktor Keluarga

Keluarga merupakan sumber utama atau lingkungan yang utama penyebab kenakalan remaja salah satunya yaitu perkelahian antar pelajar ini. Hal ini disebabkan karena anak itu hidup dengan anak, ayah dengan ibu dan hubungan anak dengan anggota keluarga lai yang tinggal bersama-sama. Keadaan keluarga yang besar jumlah anggotanya berbeda dengan keluarga kecil. Bagi keluarga besar pengawasan agak sukar dilaksanakan dengan baik, demikian juga menanamkan disiplin terhadap

(3)

dan sebagainya. Kalau kita berbicara keadaan ekonomi, tentu bagi keluarga besar dengan penghasilan yang sedikit akan repot, karena membiayai kehidupan yang pokok-pokok saja agak sulit apalagi untuk biaya sekolah dan berbagai kebutuhan lain. Karena itu sering terjadi pertengkaran diantara istri dan suami karena masalah ekonomi keluarga, yang menyebabkan kehidupan keluarga menjadi tidak harmonis lagi dan pada gilirannya mempengaruhi tingkah laku anak kearah negatif.

3. Faktor Lingkungan Yang Tidak Kondusif

Pengaruh sosial dan kultur memegang peranan yang besar dalam menentukan perkembangan seorang anak dalam bertingkah laku. Kenakalan pada remaja dimana dalam hal ini mereka sangat terpengaruh oleh keadaan sosial yang buruk sehingga si anak menjadi nakal. Pengaruh lingkungan pergaulan yan buruk ditambah kontrol sosial dan kontrol diri yang semakin lemah maka dapat mempercepat pertumbuhan kelompok-kelompok anak nakal yang suka melakukan kegiatan-kegiatan yang bertentangan dengan hukum sepert beramai-ramai atau secara massal.

Milieau atau lingkungan sekitar tidak selalu baik, dan menguntungkan bagi pendidikan dan perkembangan anak, lingkungan yang ada kalanya dihuni oleh orang dewasa serta anak-anak muda kriminil dan anti sosial yang bisa merangsang timbulnya reaksi

emosional buruk bagi anak-anak remaja atau pelajar yang masih labil jiwanya. Dengan begitu anak-anak remaja ini mudah terjangkit oleh pola tingkah laku kriminal, asusila dan anti sosial.

4. Faktor Lingkungan Sekolah

Sekolah merupakan tempat pendidikan kedua setelah rumah tangga. Karena itu ia cukup berperan dalam membina anak untuk menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab. Khusus mengenai tugas kurikuler, maka sekolah berusaha memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak didiknya sebagai bekal untuk kelak jika anak telah dewasa dan terjun ke masyarakat. Akan tetapi tugas kurikuler saja tidaklah cukup untuk membina anak menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab. Karena itu sekolah bertanggung jawab pula dalam kepribadian anak didik. Dalam hal ini peranan guru sangat diperlukan sekali. Jika kepribadian guru buruk, dapat dipastikan akan menular kepada anak didik.

a. Faktor Guru

Dedikasi guru merupakan pokok terpenting dalam tugas mengajar. Guru yang penuh dedikasi berarti guru yang ikhlas dalam mengerjakan tugasnya. Bila terjadi kesulitasn di dalam tugasnya, ia tidak mudah mengeluh dan mengalah. Melainkan dengan penuh keyakinan diatasinya semua kesulitan tersebut. Berlainan dengan guru yang tanpa dedikasi. Ia bertugas karena terpaksa, sebab tidak ada lagi pekerjaan lain yang mampu dikerjakannya.

b. Guru Pembimbing/BK

Peran guru sebagai pembimbing merupakan dambaan dari setiap siswa. Kenakalan remaja bersumber pada hilangnya makna keberadaan diri siswa ditengah galau pembangunan di segala bidang. Rasa keterasingan, frustasi, konflik dan stress berkecamuk pada diri mereka, dan penyalurannya adalah kenakalan. Jika guru pembimbing/BK mampu melaksanakan harapan siswa yakni mengutamakan membimbing daripada mengajar, besar kemungkinan kenakalan dapat dikurangi. Sebagai pembimbing, guru harus memnuhi syarat kepribadian, dan sedikit ilmu tentang pribadi siswa, serta kemampuan berkomunikasi atau keterampilan konseling. Mengenai kemampuan guru dibidang bimbingan dan konseling ( BK ) masih memprihatinkan. Kebanyakan mereka beranggapan bahwa BK itu adalah urusan guru yang dikhususkan dibidang tersebut, yaitu guru BK. Berhubung guru BK amat terbatas jumlahnya,maka jalan keluar adalah : semua guru harus berperan sebagai pembimbing.

c. Fasilitas Pendidikan

Kurangnya fasilitas pendidikan menyababkan penyaluran bakat dan keinginan pelajar terhalang. Bakat dan keinginan yang tidak tersalur pada masa sekolah , mungkin akan mencari penyaluran kepada kegiatan-kegiatan yang negatif. Misalnya bermain di jalanan umum, di pasar, di mall dan sebagainya yang mungkin akan berakibat buruk terhadap anak. Kekurangan fasilitas pendidikan yang lain seperti alat-alat pelajaran, alat-alat praktik, alat kesenian dan olagraga, juga dapat merupakan sumber gangguan pendidikan yang juga mengakibatkan terjadinya berbagai tingkah laku negatif pada anak didik.

C. UPAYA PENANGGULANGANNYA

Perkelahian antar pelajar yang mana dilihat dari perkelahian tersebut telah melebihi dari toleransi perbuatan seorang anak remaja, maka dari itu perlu diambil upaya-upaya untuk mencegah dan menanggulangi dari perkelahian antar pelajar tersebut agar akibat yang ditimbulan tidak lebih parah lagi, yang korbannya tidak hanya pelajar saja tetapi masyarakat sekitar.

Sebagai upaya untuk menanggulangi perkelahian antar pelajar tersbut ada beberapa tindakan yangdapat dilakukan yaitu : 1. Upaya Preventif

(4)

hasilnya tidak seberapa. Berbagai upaya preventif dapat dilakukan , tetapi garis besarnya dapat dikelompokkan atas tiga bagian yaitu :

a. Di lingkungan keluarga

1. Orang tua menciptakan kehidupan rumah tangga yang beragama

Artinya membuat suasana rumah tangga atau keluarga menjadi kehidupan yang bertaqwa dan taat kepada Allah di dalam kegiatan sehari-hari. Hal ini dapat dilakukan dengan sholat berjamaah, pengajian Al-Qur'an, keteladanan akhlak mulia, ucapa-ucapan serta doa-doa tertentu misalnya mengucapkan salam ketika akan masuk rumah dan pergi.

2. Menciptakan kehidupan keluarga yang harmonis

Dimana hubungan antara Ayah, Ibu dan anak tidak terdapat percekcokan atau pertentangan. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan waktu terluang untuk berkumpul bersama anak-anak misalnya diwaktu makan bersama. Di waktu makan bersama itu sering keluar ucapan-ucapan dan keluhan-keluhan anak secara spontan.

3. Adanya kesamaan norma-norma yang dipegang antara ayah, ibu dan keluarga lainnya di rumah tangga dalam mendidik anak-anak

Perbedaan norma dalam cara mengatur anak-anak akan menimbulkan keraguan mereka dan pada gilirannya menimbulkan sikap negatif pada anak dan remaja.

4. Memberikan kasih sayang secara wajar kepada anak-anak

Kasih sayang yang wajar bukan lah dalam rupa materi berlebihan,akan tetapi dalam bentuk hubugan psikologis dimana orang tia dapat memahami perasaan anaknya dan mampu mengantisipasinya dengan cara-cara eduaktif.

5. Memberikan perhatian yang memadai terhadap kebutuhan anak-anak

Memberikan perhatian kepada anak berarti menumbuhkan kewibawaan pada orang tua dan kewibawaan akan menimbulkan sikap kepenurutan yang wajar pada anak didik. Sikap kepenurutan yang wajar itu akan menimbulkan kata hati pengganti dalam diri anak 6. Memberikan pengawasan secara wajar terhadap pergaulan anak remaja di lingkungan masyarakat.

b. Di lingkungan sekolah

a. Guru hendaknya memahami aspek-aspek psikis murid

Untuk memahami aspek-aspek psikis murid, guru sebaiknya memiliki ilmu-ilmu tertentu antara lain : psikologi perkembangan, bimbingan dan konseling, serta ilmu mengajar ( didaktik ? metodik ). Dengan adanya ilmu-ilmu tersebut maka teknik pemahaman individu murid akan lebih objektif sehingga memudahkan guru memberikan bantuan kepada murid-muridnya.

b. Mengintensifikasikan pelajaran agama dan mengadakan tenaga guru agama yang ahli dan berwibawa serta mampu bergaul secara harmonis dengan guru-guru umum lainnya.

c. Mengintensifikasikan bagian Bimbingan Konseling di sekolah dengan cara mengadakan Tenaga ahli atau menatar guru-guru untuk mengelola bagian ini.

d. Adanya kesamaan norma-norma yang dipegang oleh guru-guru

Hal ini akan menimbulkan kekompakan dalam membimbing murid-murid. Adanya kekompakan itu akan menimbulkan kewibawaan guru di mata murid-murid, dan sekaligus memperkecil timbulnya kenakalan.

e. Melengkapi fasilitas pendidikan

Dengan lengkapnya fasilitas tersebut akan dapat digunakan untuk mengisi waktu terluang misalnya selama libur sekolah. f. Perbaikan ekonomi guru

Jika gaji guru kecil, besar kemungkinan ia mencari tambahan di luar sekolah, seperti berdagang, menghonor di sekolah-sekolah lain atau bolos untuk mengurus keperluan di rumah. Jika gaji guru cukup dan mempunyai pula rumah yang layak, tentu ia mempunyai waktu untuk memikirkan tugasnya sebagai seorang guru dan akan mempunyai kesempatan untuk membina diri sendiri seperti memiliki buku-buku, berlangganan koran dan mengikuti kursus-kursus.

c. Di lingkungan masyarakat

Masyarakat adalah tempat pendidikan ketiga setelah rumah dan sekolah. Ketiganya haruslah mempunyai keseragaman dalam mengarahkan anak untuk tercapainya tujuan pendidikan.Apabila salah satu pincang maka yang lain akan turut pincang

pula.pendidikan di masyarakat biasanya diabaikan orang.karena banyak orang berpendapat bahwa jika anak telah disekolahkan berarti semuanya sudah beres dan gurulah yang memegang segala tanggung jawab soal pendidikan.

2. Upaya Kuratif

(5)

dapat merugikan diri mereka dan masyarakat.

Upaya kuratif secara formal memang sudah jelas tugas yang berwajib, dalam hal ini polisi dan kehakiman. Akan tetapi anggota masyarakat juga bertanggung jawab mengupayakan pembasmian kenakalan di lingkungan mereka di RT, RW dan Desa. Sebab jika mereka membiarkan saja kenakalan terjadi disekitarnya, berarti mereka secara tidak sengaja merusak lingkungan masyarakat itu sendiri.

3. Upaya Pembinaan

Mengenai upaya pembinaan remaja dimaksudkan ialah :

a. Pembinaan terhadap remaja yang tidak melakukan kenakalan, dilaksanakan di rumah, sekolah, dan masyarakat. Pembinaan seperti ini yelah diungkapkan pada upaya preventif yaitu upaya menjaga jangan sampai terjadi kenakalan remaja.

b. Pembinaan terhadap remaja yang telah mengalami tingkah laku kenaklan atau yang telah menjalani sesuatu hukuman karena kenakalannya. Hal ini perlu dibina agar mereka tidak mengulangi lagi kenakalannya.

PERAN YANG DAPAT DILAKUKAN PGRI DALAM MENANGGULANGI MASALAH PERKELAHIAN PELAJAR Di Indonesia telah ada Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) yang merupakan wadah seluruh guru mulai dari guru taman kanak-kanak sampai guru sekolah lanjutan atas. PGRI didirikan di Surakarta pada tanggal 25 November 1945, sebagai perwujudan aspirasi guru Indonesia dalam mewujudkan citi-cita perjuangan bangsa (Hermawan S.,1989).

Adapun tujuan dari PGRI yaitu:

a. Untuk menjujung tinggi martabat profesi

b. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya c. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi

d. Untuk meningkatkan mutu profesi

e. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi

Dalam kaitan dalam pengembangan professional guru PGRI sampai saat ini masih mengandalkan pihak pemerintah, misalnya dalam merencanakan dan melakukan program-program peningkatan mutu lainnya. PGRI belum banyak merencanakan dan melakukan program atau kegiatan yang berkaitan dengan perbaikan cara mengajar, peningkatan pengetahuan, dan keterampilan guru, peningkatan kualifikasi guru.

Organisasi merupakan suatu sistem, di mana unsure pembentukannya adalah guru-guru.Oleh karena itu, guru harus bertindak sesuai dengan tujuan system,baik dalam melaksanakan kewajiban maupun dalam hak.

Adapun yang dapat dilakukan oleh PGRI dalam menanggulangi masalah perkelahian pelajar yaitu :

Disini PGRI sebagai suatu sistem di mana unsur yang pertama adalah guru.Guru sebagai pendidik ,memberi arahan dan dorongaan kepada anak didik dan guru hendaknya memahami aspek-aspek psikis murid guru sebaiknya memiliki ilmu-ilmu tertentu antara lain : psikologi perkembangan, bimbingan dan konseling, serta ilmu mengajar ( didaktik ? metodik ). Dengan adanya ilmu-ilmu tersebut maka teknik pemahaman individu murid akan lebih objektif sehingga memudahkan guru memberikan bantuan kepada murid-muridnya.

Jadi lewat organisasi PGRI ini guru dibimbing lagi untuk dapat memberi arahan kepada siswa agar tidak terjerumus ke hal-hal yang tidak di inginkan.Mengingat keberadaan guru BK sangat terbatas keberadaannya maka guru mata pelajaran pun harus dapat

memberi arahan kepada siswa,serta lebih peka terhadap siswa yang bermasalah.Selain itu PGRI dapat melakukan hal-hal berikut ini :

a. Mengintensifikasikan pelajaran agama dan mengadakan tenaga guru agama yang ahli dan berwibawa serta mampu bergaul secara harmonis dengan guru-guru umum lainnya.

b. Mengintensifikasikan bagian Bimbingan Konseling di sekolah dengan cara mengadakan Tenaga ahli atau menatar guru-guru untuk mengelola bagian ini.

c. PGRI mengupayakan adanya kesamaan norma-norma yang dipegang oleh guru-guru Melalui organisasi profesi PGRI ini akan menimbulkan kekompakan Guru dengan guru dalam membimbing murid-murid.

d. Adanya kekompakan itu akan menimbulkan kewibawaan guru di mata murid-murid, dan sekaligus memperkecil timbulnya kenakalan.

e. Mengupayakan melengkapi fasilitas pendidikan Dengan lengkapnya fasilitas tersebut akan dapat digunakan untuk mengisi waktu terluang misalnya selama libur sekolah.

f. Mengupayakan Perbaikan ekonomi guru

(6)

waktu untuk memikirkan tugasnya sebagai seorang guru dan akan mempunyai kesempatan untuk membina diri sendiri seperti memiliki buku-buku, berlangganan koran dan mengikuti kursus-kursus.

g. Upaya Pembinaan

Mengenai upaya pembinaan remaja dimaksudkan ialah :

· Pembinaan terhadap pelajar yang tidak melakukan kenakalan di laksanakan di sekolah. Pembinaan seperti ini merupakan upaya menjaga jangan sampai terjadi perkelahian pelajar.

· Pembinaan terhadap pelajar yang telah mengalami tingkah laku kenakalan atau yang telah menjalani sesuatu hukuman karena kenakalannya. Hal ini perlu dibina agar mereka tidak mengulangi lagi kenakalan.

BAB III PENUTUP Kesimpulan

Dengan adanya PGRI ini diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan pelajar yang ada di seluruh Indonesia.Dan sekaligus dapat menanggulangi permasalahan yang di hadapi siswa atau guru seperti menanggulangi permasalahan tawuran antar pelajar yang sedang marak saat ini di mana peran guru sangat penting.Mengingat bahwa pendidikan itu sangat lah penting dimana pendidikan merupakan tiang suatu bangsa atau Negara,hancur tidaknya suatu Negara berdasarkan pendidikan di Negara itu. Pendidikan di tujukan untuk memperbaiki perilaku yang tidak sesuai dimana pendidikan mengarah pada perubahan yang tentunya perubahan yang lebih baik.Dengan membudayakan hidup damai maka peluang untuk melakukan aksi perkelahian atau tawuran sangatlah kecil.

Karena para pelajar yang umumnya masih berusia remaja memiliki kencenderungan untuk melakukan hal-hal diluar dugaan yang mana kemungkinan dapat merugikan dirinya sendiri dan orang lain, maka inilah peran orangtua dituntut untuk dapat mengarahkan dan mengingatkan anaknya jika sang anak tiba-tiba melakukan kesalahan. Keteladanan seorang guru juga tidak dapat dilepaskan. Guru sebagai pendidik bisa dijadikan instruktur dalam pendidikan kepribadian para siswa agar menjadi insan yang lebih baik. DAFTAR PUSTAKA

http://file.upi.edu/Direktori/?/Intervensi_Sosial_Tawuran_Pelajar.pdf

http://edukasi.kompas.com/read/2012/10/02/11592356/Kompleksitas.Tawuran.Pelajar http://daimabadi.blogdetik.com/2010/04/27/tawuran-pelajar/

http://www.anneahira.com/narkoba-index.htm

http://afdhalrizqi.wordpress.com/2011/04/21/budaya-tawuran-di-indonesia/ http://c3i.sabda.org/bimbingan_konseling_bagi_anak_yang_suka_tawuran

Hermawan S, R. 1997. Etika Keguruan: Suatu Pendekatan Terhadap Kode Etik Guru Indinesia. Jakarta: PT, MargiWahyu.

PGRI. 1973.Buku Kenang-Kenangan Kongres PGRI XIII 21 s.d 25 November 1973 dan Hut PGRI XXIII. Jakarta : PGRI. Http:// PGRI.com

Http:// Peran PGRI.com

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilatar belakangi oleh adanya suatu badan yang bertugas melakukan pengawasan terhadap anggota DPR yaitu Mahkamah Kehormatan Dewan yang mempunyai

Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh pupuk organik cair urin sapi dan media tanam terhadap tinggi tanaman dengan probabilitas 0,00, pada perlakuan P3M3

Berdasarkan ayat-ayat diatas dapat disimpulkan bahwa Lafal mutmainah dalam Al- Qur’an lebih fokus pada pengertian atau gambaran mutmainah dan ciri-cirinya yaitu jiwa yang

Hasil analisa diperoleh bahwa 22 plasma nutfah pisang terbagi menjadi 4 klasterpada koefisien 0,40 atau 40%.Kelompok- kelompok dari klaster satu-klaster empat terpisah karena

Manfaat teoritis dalam penulisan skripsi ini adalah menambah wawasan keilmuan matematika dalam proses pengambilan keputusan terlebih dalam persoalan penugasan dengan

Faculty of Health Science, Muhammadiyah University of Magelang, Indonesia Email yang diverifikasi di 

DETEKSI MOOD PESERTA DIDIK PADA RUANG KELAS MENGGUNAKAN METODE DEEP LEARNING Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu..

[r]