• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. artikel SDN 4 BANYUASRI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "1. artikel SDN 4 BANYUASRI"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ISSN : 1829 - 877X

EDISI 23, JUNI 2016

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(3)

ii

Penanggungjawab

Prof. Dr. Ni Ketut Suarni, M.S.Kons Wakil Penanggungjawab Dr. I Made Tegeh, S.Pd, M.Pd Luh Putu Putrini Mahadewi, S.Pd, M.S

Drs. Ignatius I Wayan Suwatra, M.Pd Pimpinan Redaksi

Prof. Dr. Nyoman Dantes Dewan Redaksi

Prof. Dr. Ketut Dharsana, M.Pd, Kons Prof. Dr. Anak Agung Gede Agung, M.Pd

Prof. Dr. Gede Sedanayasa, M.Pd Dr. I Komang Sudarma, S.Pd, M.Pd Penyunting Bahasa Indonesia

Dra. Ni Wayan Arini, M.Pd Penyunting Bahasa Inggris

Gede Wira Bayu, S.Pd, M.Pd Tata Usaha

Made Suastawa, S.Pd Made Dyah Pradnya Paramita, SE

Urusan Keuangan Luh Putu Santiari, SE

Distributor

Gusti Made Adi Suryawan, S.Pd Gede Mangku Tirta

(4)

iii

Daftar Isi ... iii

PENGARUH PENDEKATAN SAINTIFIK DARI PERTANYAAN DOSEN TERHADAP HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA

Oleh: Ni Nyoman Ganing... 1

IMPLEMENTASI MODEL RESOLUSI KONFLIK DENGAN

POLA LESSON STUDY UNTUK MENINGKATKAN

KETERAMPILAN SOSIAL

Oleh: Ndara Tanggu Renda... 39 IMPLEMENTASI SUPERVISI KLINIS BERBASIS LESSON STUDY UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 KELAS IV SD NOMOR 4 BANYUASRI

Oleh: I Gusti Ngurah Japa... 59 PENDAMPINGAN LESSON STUDY UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI KEGURUAN DAN KEMAMPUAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN MASTER DI SD NEGERI 1 PANJI KECAMATAN SUKASADA KABUPATEN BULELENG

Oleh: Ni Wayan Rati... 78 PENGEMBANGAN BUKU AJAR DENGAN MENGAPLIKASIKAN PRINSIP DESAIN PESAN PEMBELAJARAN

Oleh: I Komang Sudarma... 111 ASESMEN KINERJA DAN GAYA BERPIKIR SETTING

LESSON STUDYDALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

(5)

IMPLEMENTASI SUPERVISI KLINIS BERBASIS LESSON STUDYUNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 KELAS IV

SD NOMOR 4 BANYUASRI

Tujuan penelitian adalah: (1) mendeskripsikan kualitas pembelajaran kurikulum 2013 setelah implementasi supervisi klinis berbasis lesson study, dan (2) mengetahui kecendrungan hasil belajar siswa kelas IV SD Nomor 4 Banyuasri setelah implementasi supervisi klinis berbasis lesson study dalam pembelajaran kurikulum 2013.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan fokus pada kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa. Data dikumpulkan dengan teknik observasi dan tes. Analisis data untuk mengetahui kualitas pembelajaran menggunakan deskriptif kualitatif. Sedangkan, analisis data untuk tujuan mengetahui kecendrungan hasil belajar siswa menggunakan deskriptif kuantitatif dengan rumus t dan ES. Simpulan yang diperoleh adalah: (1) kualitas pembelajaran I mencapai 82,4% (kategori baik), kualitas pembelajaran II mencapai 86,8%, (kategori sangat baik), dan kualitas pembelajaran III mencapai 88,1% (kategori sangat baik). (2) pada ranah pengetahuan diperoleh t = 0,8 dan ES = 0,14 berarti pengaruh supervisi klinis berbasis LS termasuk kategori rendah, dan bidang keterampilan diperoleh t = 16,21 dan ES = 2,76, berarti pengaruh supervisi klinis berbasis LS termasuk kategori tinggi.

Kata-kata Kunci: Supervisi Klinis, Kurikulum 2013, Lesson Study

Abstract

The purposes of this study are (1) to describe the quality of teaching in the 2013 curriculum after the implementation of clinical supervision based on lesson study, and (2) to find out the trends in learning outcomes of the fourth grade students at SD No. 4 Banyuasri after the implementation of clinical supervision based on lesson study in learning in the 2013 curriculum.

(6)

purpose of finding out the tendency of student learning outcomes with the formula t and ES. The study concluded that (1) the quality of teaching I was 82.4% (good category), the quality of teaching II was 86.8%, (very good category), and the quality of learning III was 88.1% (very good category, (2) the realm of knowledge gained t = 0.8 and ES = 0.14, mean low impact category, and field skills t = 16.21 and ES = 2. 76, means the influence of high category. Keywords: Clinical Supervision, 2013 Curriculum , Lesson Study

PENDAHULUAN

(7)

orang tua atau orang-orang pandai masa lampau yang telah disusun secara sistematis dan logis.

Kurikulum 2013 sebagai bagian dari intervensi peningkatan mutu pendidikan tentu tidak bisa bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Oleh karena itu, standar kompetensi lulusan (SKL) menjadi rujukan ketika Kurikulum 2013 diterapkan, termasuk tujuan standar nasional pendidikan lainnya. Demikian juga dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tetap menjadi bagian Kurikulum 2013. Satuan pendidikan mempunyai kewenangan untuk mengembangkan kurikulum sendiri yang sesuai dengan kondisi satuan pendidikan tersebut. Di samping itu, kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi.

(8)

Pemahaman guru tentang kurikulum akan menentukan rancangan pembelajaran yang dibuatnya dan diterjemahkan dalam bentuk kegiatan pembelajaran. Pada kenyataannya, setiap awal penerapan suatu kurikulum menjadi suatu masalah baru bagi sebagian guru atau menjadi suatu tantangan bagi sebagian gurú lainnya. Karena itu, setiap menjelang penerapan kurikulum baru pemerintah selalu mengadakan sosialisasi melalui berbagai kegiatan, seperti seminar lokakarya, dan pelatihan-pelatihan bagi para pelaksana kurikulum tersebut.

Model pembelajaran yang digunakan pada kurikulum 2013 berbasis pendekatanscientificdengan penilaian autentik. Pada pendekatan scientific, ada lima langkah yang perlu dilakukan, yaitu: mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengomunikasikan. Penilaian autentik meliputi penilaian proses dan penilaian hasil sesuai dengan Kompetensi Dasar dari Kompetensi Inti yang terkait. Guru memegang peranan yang sangat penting dalam mempersiapkan diri untuk merancang pembelajaran dan menerapkan rancangan tersebut dalam suatu proses pelaksanaan pembelajaran.

(9)

pendidikan nasional harus disertai dengan persiapan yang matang. Suparno (2002) mengemukakan, sebelum mengajar seorang guru diharapkan mempersiapkan bahan yang akan diajarkan. Tahap persiapan awal pembelajaran, guru wajib membuat perencanaan pembelajaran terkait análisis perangkat pembelajaran seperti pembuatan silabus, RPP, dan LKS. Selanjutnya, melaksanakan standar proses pembelajaran.

Kemampuan guru dalam upaya mencapai tujuan pendidikan tersebut sangat menentukan, terutama kemampuan gurú dalam membuat perencanaan pembelajaran yang disesuaikan dengan tuntutan kurikulum 2013. Perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Standar Isi. Perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran, penyiapan media dan sumber belajar, perangkat penilaian pembelajaran, serta skenario pembelajaran. Penyusunan Silabus dan RPP disesuaikan dengan pendekatan pembelajaran yang digunakan (Permendikbud RI No. 57 Tahun 2014).

(10)

perbaikan pelaksanaan pembelajaran, interaksi siswa dalam proses pembelajaran, serta penerapan penilaian autentik yang komprehensif. Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran adalah melalui supervisi klinis. Supervisi klinis adalah bantuan profesional kesejawatan oleh supervisor kepada guru yang mengalami masalah dalam pembelajaran. Dengan demikian, guru yang bersangkutan dapat mengatasi masalahnya dengan menempuh langkah-langkah yang sistematis. Langkah sistematis yang dimaksud adalah dimulai dari tahap perencanaan, pengamatan guru mengajar, analisis perilaku, dan tindak lanjut. Istilah klinis (clinical) mengandung maksud bahwa dalam pelaksanaan supervisi hubungan guru dan supervisor berlangsung secara tatap muka (face to face) dan difokuskan pada perilaku aktual guru di depan kelas. Kata klinis juga mengandung arti berkenaan dengan penyakit. Seorang supervisor dalam melaksanakan layanan supervisi klinis, ibarat seorang dokter yang sedang mengobati pasiennya. Karena itu, dalam supervisi klinis diperlukan dua keahlian. Pertama, identifikasi masalah. Kedua, menyeleksi teknik belajar yang tepat (Leddick & Bernard, 1980). Guru yang disupervisi dapat berpartisipasi sebagaiko-terapisuntuk melakukan penguatan.

(11)

meliputi langkah-langkah plan, do, dan see. Menurut Diknas (2008), melalui LS guru secara kolaboratif berupaya menerjemahkan tujuan dan standar pendidikan ke alam nyata di dalam kelas. Mereka berupaya merancang pembelajaran sedemikian, sehingga siswa dapat dibantu menemukan tujuan pembelajaran yang dituliskan untuk suatu materi pokok.

Mengacu pada masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan kualitas pembelajaran kurikulum 2013 setelah implementasi supervisi klinis berbasis LS di kelas IV SD No. 4 Banyuasri, dan (2) mengetahui kecendrungan hasil belajar siswa kelas IV SD No. 4 Banyuasri setelah implementasi supervisi klinis berbasis LS dalam pembelajaran kurikulum 2013.

METODE PENELITIAN

(12)

Instrumen penelitian merupakan salah satu faktor yang memengaruhi kualitas hasil penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti ikut berpartisipasi aktif di lapangan sebagai instrumen utama. Peneliti mencatat secara hati-hati berbagai fenomena yang terjadi, melakukan analisis dan refleksi terhadap berbagai dokumen yang ditemukan di lapangan, serta membuat laporan penelitian secara lengkap. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiyono (2010) yang menyatakan bahwa peneliti sebagai instrumen memiliki fungsi untuk menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data, dan membuat simpulan atas temuannya.

Dalam penelitian ini, diperlukan juga beberapa instrumen tambahan. Pertama, pedoman wawancara yang digunakan untuk menggali informasi secara langsung dari pihak terkait seperti kepala sekolah, guru, dan informan terkait lainnya. Kedua,

checklist dokumen yang digunakan untuk mengetahui secara utuh dan menyeluruh dokumen-dokumen yang digunakan dalan menyusun perencanaan pembelajaran. Ketiga, lembar observasi pembelajaran mengacu pada LS, lembar observasi terkait untuk KI-1 dan KI-2 dan tes untuk KI-3 dan KI-4.

(13)

peneliti masih berada di lapangan, dan setelah pengumpulan data berakhir. Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2010) menyatakan bahwa analisis data dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data meliputi reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data seperti ditunjukkan pada gambar 1.

Gambar 1. Komponen dalam analisis data (interactive model)

Untuk menentukan kualitas pembelajaran, data dianalisis secara deskriptif. Skor yang diperoleh dianalisis dengan formula sebagai berikut.

X = SMIx x 100 %

Data

collection Data Display

Data Reduction Conclusions:Drawing/veryfying

Data

collection Data Display

Data Reduction Conclusions:

(14)

Keterangan:

X = nilai rata-rata x = skor tiap indikator SMI = skor maksimal ideal

Untuk menentukan kecenderungan hasil belajar siswa, maka data untuk KI-1 dan KI-2 dianalisis secara deskriptif kualitatif, sedangkan pencapaian KI-3 dan KI- 4 dianalisis menggunakant-test satu sampeldengan rumus.

X - µ

t = ---( x)2

x2-

---N

---N(N-1) (Brunning, 1977)

Keterangan:

t = nilai t yang dihitung X = rata-rata populasi

µ = nilai yang dihipotesiskan x = hasil belajar

N = jumlah anggota sampel

µ adalah nilai kreteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 70,0. Untuk mengetahui pengaruh implementasi supervisi klinis berbasis LS atau efek size (ES) digunakan rumus sebagai berikut.

ES =

n

(15)

ES = efek size; t = nilai hitung; n = banyak sampel Apabila ES < 0,2 maka pengaruhnya rendah

Apabila 0,2 < ES < 0,8 maka pengaruhnya sedang Apabila 0,8 < ES maka pengaruhnya tinggi

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian

Observasi pembelajaran dilaksanakan sebanyak 3 kali pada saat guru kelas IV melaksanakan pembelajaran, yaitu pada setiap hari Selasa, tanggal: 1, 8, dan 15 September 2015. Pihak yang ikut mengobservasi guru adalah tim peneliti dan mahasiswa PPL sebanyak 4 orang. Supervisi klinis dilakukan terhadap pembelajaran kurikulum 2013 berbasis LS, Jadi, pelaksanaannya mengacu pada prinsip-prinsip LS. Kegiatan supervisi klinis dilakukan mulai dari kegiatan plan, do, dan see. Pembelajaran dilakukan dalam penelitian ini sebanyak tiga kali dengan deskripsi hasil penelitian sebagai berikut.

(16)

lebih mengaktifkan siswa, memberi kesempatan siswa untuk menanggapi jawaban temannya, lebih memerhatikan siswa pada saat diskusi kelompok sebab ada siswa yang masih bermain-main. Siswa yang ditunjuk oleh guru dalam menjawab pertanyaan masih terbatas pada siswa yang pandai saja. Alat peraga yang disiapkan oleh guru hanya untuk didemonstrasikan di depan kelas, siswa hanya memerhatikan demontrasi guru dari tempat duduknya. Berdasarkan hasil refleksi dan diskusi, guru sudah menyadari hal tersebut dan akan berusaha memperbaiki kekurangan pada pembelajaran berikutnya.

See (refleksi) pembelajaran II adalah guru merasa masih sulit mengontrol siswa agar semua aktif dan menilai semua siswa dalam waktu singkat. Saran dari observer adalah agar guru lebih mengaktifkan siswa, lebih memerhatikan siswa pada saat diskusi kelompok sebab masih ada siswa yang kurang aktif dan hanya memperhatikan temannya bekerja. Siswa yang ditunjuk oleh guru dalam menjawab pertanyaan masih tetap sebatas siswa yang pandai saja. Berdasarkan hasil refleksi dan diskusi, guru sudah menyadari hal tersebut dan akan berusaha memperbaiki kekurangannya pada pembelajaran berikutnya.

(17)

terbatas pada siswa yang pandai saja. Berdasarkan hasil refleksi dan diskusi, guru sudah menyadari hal tersebut dan akan berusaha memperbaiki kekurangan pada pembelajaran selanjutnya.

Mengacu pada deskripsi pembelajaran I sampai dengan III diperoleh simpulan bahwa pelaksanaan supervisi klinis berbasis LS di kelas IV SD No 4 Banyuasri berlangsung dengan baik sesuai dengan rencana. Kolaborasi antara peneliti dan praktisi terjalin dengan baik. Guru/praktisi merasa sangat senang mendapat kesempatan saling tukar informasi dan pengetahuan berkaitan dengan pelaksanaan kurikulum 2013, baik pada saat kegiatanplan, do,maupunsee.

Sesuai dengan prinsip LS, maka untuk menentukan kualitas pembelajaran dilakukan observasi yang menggunakan pedoman observasi tertutup dan terbuka. Setelah dilakukan tiga kali observasi pembelajaran maka diperoleh hasil bahwa kualitas pembelajaran pada pembelajaran I mencapai 82,4% (kategori baik), pada pembelajaran II mencapai 86,8% (kategori sangat baik), dan pada pembelajaran III mencapai 88,1% (kategori sangat baik). Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan kualitas pembelajaran dari pembelajaran I sampai dengan III. Di samping itu, siswa sangat antusias, senang, sebagian besar siswa aktif, dan sudah ada siswa berani merespon pertanyaan guru, dan ada pula siswa mampu menyimpulkan sendiri materi pembelajarannya.

(18)

Oktober 2015. Dalam penelitian ini, hasil belajar yang diteliti adalah kompetensi pengetahuan dan keterampilan karena kompetensi ini yang bisa diukur dalam waktu singkat, sedangkan kompetensi sikap belum bisa diukur perubahannya dalam waktu relatif singkat dalam kurun waktu 3 minggu.

Hasil analisis data yang menggunakan rumus t dan ES dapat dideskripsikan sebagai berikut. Hasil belajar pada kompetensi pengetahuan, diperoleh nilai t = 0,8 dan ES = 0,14. Berdasarkan nilai t maka diperoleh nilai ES = 0,14 dan 0,14 < 0,2, yang berarti pengaruh penerapan supervisi klinis berbasis LS di SD N 4 Banyuasri terhadap hasil belajar pada kompetensi pengetahuan berada pada kategori rendah.

Hasil analisis data menggunakan rumus t dan ES pada data hasil belajar pada kopetensi keterampilan, diperoleh nilai t = 16,21 dan ES = 2,76. Berdasarkan nilai t, diperoleh nilai ES = 2,76, berarti 2,76 0,8. Sesuai ketentuan maka pengaruh penerapan supervisi klinis berbasis LS di SD N 4 Banyuasri terhadap hasil belajar pada kompetensi keterampilan berada pada kategori tinggi.

2. Pembahasan

(19)

antusias dan senang mengikuti pembelajaran. Hal ini terjadi karena dalam pembelajaran, guru melakukan kegiatan diskusi kelompok dan setiap kelompok melakukan percobaan dengan menggunakan media yang memadai dan kontekstual. Misalnya, mencoba melakukan pengubinan dengan alat peraga dan melakukan percobaan perubahan wujud benda dengan menggunakan alat peraga.

Beberapa kekurangan yang dirasakan oleh guru adalah (1) sulit mengontrol agar semua siswa aktif dalam pembelajaran, (2) sulit mengajak siswa agar mau menyampaikan ide/pendapat dalam pembelajaran, dan (3) melaksanakan penilaian autentik masih sulit dan belum optimal terutama penilaian proses. Hal ini wajar terjadi karena sesuatu yang baru tentu masih perlu waktu agar pelaksanaannya semakin bagus. Mengontrol aktivitas siswa sebanyak 29 orang dalam pembelajaran tentu tidak mudah dilakukan, karena siswa masih senang bermain-main dengan temannya. Demikian juga, agar siswa mau dan mampu menyampaikan idenya tentu sulit dilakukan dalam waktu singkat dan perlu waktu membimbingnya. Kesulitan guru dalam melakukan penilaian autentik juga masih dimaklumi karena sesuatu yang masih baru dalam menilaian proses.

(20)

menempuh cara yang sistematis. Hal ini menunjukkan bahwa supervisi klinis berbasis LS memiliki peran yang cukup besar dalam peningkatan kualitas pembelajaran. Oleh karena itu, supervisi klinis berbasis LS tidak berhenti setelah penelitian berakhir. Namun, perlu terus dilakukan baik oleh peneliti maupun pihak sekolah. Peran serta kepala sekolah dan pengawas sangat penting dalam LS. Sebagai atasan langsung guru SD, peran keduanya akan diikuti oleh guru.

Setelah dilaksanakannya supervisi klinis berbasis LS pada pembelajaran kurikulum 2013, ternyata pengaruhnya pada hasil belajar siswa bidang keterampilan lebih tinggi dibandingkan dengan bidang pengetahuan. Rata-rata hasil belajar siswa pada saat ujian tengah semester (UTS) pada bidang pengetahuan adalah 71,1 dan bidang keterampilan 84,1. Bidang pengetahuan diperoleh t = 0,8 dan ES = 0,14, berarti pengaruhnya berada pada kategori rendah, dan bidang keterampilan t = 16,21 dan ES = 2, 76, berarti pengaruhnya berada pada kategori tinggi.

(21)

pengukuran yang baik harus dianalisis validitas, reliabilitas, dan kepraktisan penggunaannya (Prastowo, 2014). Tingginya pengaruh supervisi klinis berbasis LS di bidang keterampilan dalam pembelajaran dapat terjadi karena penilaiannya secara langsung pada aspek kenerja dan produk, sehingga kesalahan siswa pada tugas-tugas keterampilan langsung bisa diperbaiki. Hal ini terjadi karena dalam keterampilan, penilaiannya dalam bentuk kenerja dan produk dengan meminta siswa melakukan suatu tugas pada situasi yang sesungguhnya (Sani dan Berlin, 2014).

Berdasarkan perbedaan hasil tersebut, dicoba mencari tahu lebih mendalam dengan mewawancarai guru kelas IV. Hasil wawancara menunjukkan bahwa (1) siswa sulit mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya, jangankan ditanya setelah satu hari, setelah satu jam saja diberitahu kemudian ditanya, mereka tidak bisa menjawab. UTS yang dilakukan setelah jangka waktu lama, tentu banyak siswa yang sudah lupa dengan pelajaran yang telah diberikan, (2) siswa di SD 4 Banyuasri kebanyakan tidak mendapat pengawasan dan perhatian dari orang tuanya karena orang tuanya bekerja sebagai buruh tani dan tukang. Bahkan, beberapa siswa diasuh oleh neneknya saja karena kedua orang tuanya bekerja di luar Singaraja, dan (3) siswa sulit konsentrasi dalam mengikuti pelajaran, banyak siswa yang bermain main dalam kelas.

(22)

sehingga materi yang dipelajari siswa banyak dan tidak fokus, (2) siswa sulit konsentrasi dalam belajar sehingga mereka cepat lupa tentang materi yang telah dipelajari, dan (3) perhatian orang tua terhadap belajar siswa di rumah sangat kurang, sehinga siswa di rumah jarang belajar dengan baik. Bidang keterampilan hasilnya baik karena penilaian keterampilan dilaksanakan pada saat proses pembelajaran, sehingga siswa yang salah langsung mendapat bimbingan untuk memperbaiki kesalahan siswa tersebut.

SIMPULAN

(23)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Tabani, Trianto Ibnu Badar 2014. Mendesai Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan Kontekstual. Jakarta. Prenadamedia Group.

Bruning, James. L. 1977. Computational Handbook of Statistics. Second Edition. America: Foresman and Company

Djamarah, Syaiful Bahri.1994.Pesatasi Belajar dan Kompetensi Guru.Surabaya: Usaha Nasional

Kurniasih, Imas.2014.Sukses Mengimplementasikan Kurikulum 2013 (Memahami Berbagai Aspek Dalam Kurikulum 2013). Yogyakarta: Kata Pena

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 65 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. 2013. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 66 tentang Standar Penilaian Pendidikan.2013. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Prastowo, Andi.2014.Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu Implementasi Kurikulum 2013 untuk SD/MI.Jakarta:Prenamedia Group. Sani, Ridwan Abdullah.2014 Pembelajaran Saintifik (untuk

implementasi kurikulum 2013). Jakarta: Bumi Aksara

Sanjaya, Wina.2012. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Soparno, dkk.2012.Reformasi Pendidikan Sebuah Rekomendasi.

Yogyakarta: Kasinus

Sugiyono.2013.Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif dan R & D.Bandung: Alfabeta.

Gambar

gambar 1.Data

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pemrosesan terhadap 500 citra X-ray dapat disimpulkan pula bahwa pada proses segmentasi citra X-ray tidak perlu dilakukan proses perbaikan kualitas citra dengan

Sehingga trafik yang ditujukan untuk komputer yang berada pada broadcast domain yang sama tidak akan mengangu group komputer lain yang berada pada broadcast domain yang berbeda. 

Seorang investor yang ingin berinvestasi dengan membeli suatu saham, harus bersiap menghadapi karakteristik dari saham yaitu risiko yang berbanding lurus dengan return,

12 Untuk mewujudkan hal tersebut, para penyelenggara pendidikan harus yakin bahwa program dan proses pembelajaran dapat menggiring siswa agar mampu menggunakan segala

Alam merupakan media yang menyediakan berbagai hal yang dapat dipelajari oleh anak-anak serta dapat memberikan suasana tersendiri bagi anak-anak agar dapat

Mekanisme koping yang dilakukan informan untuk meminimalisir terjadinya defisit perawatan diri serta upaya pasien hemodialisis dalam pemenuhan kebutuhan dan

Saat ini divisi penjualannya dibedakan atas 3 divisi, yaitu divisi 1 yang menjual produk makanan (food), divisi 2 yang menjual produk minuman, serta divisi 3 yang menjual

Dari grafik 1, dapat dilihat bahwa daya yang dihasilkan turbin pada 1 nozle lebih besar dibanding 2 nozle, dimana daya maksimum yang dihasilkan pada 1 nozle adalah 7,04 W,