DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN DAN DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN DAN
2
DASAR HUKUM
Pasal 26, pasal 37, dan pasal 42
Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan
Daerah ;
Bersumber
Bersumber daridari APBNAPBN untukuntuk membiayaimembiayai kebutuhankebutuhan daerah
daerah Tujuan Tujuan ::
Mengurangi
Mengurangi kesenjangankesenjangan fiskalfiskal antaraantara PemerintahPemerintah PusatPusat dan
dan DaerahDaerah (vertical(vertical imbalance)imbalance) sertaserta antarantar DaerahDaerah (horizontal
(horizontal imbalance)imbalance) Meliputi
Meliputi:: Bagi
Bagi HasilHasil PajakPajak dandan BukanBukan PajakPajak (SDA)(SDA) Dana
Dana AlokasiAlokasi UmumUmum (DAU)(DAU) Dana
4
Dana Bagi Hasil
Dana Bagi Hasil adalah dana yang bersumber
dari APBN yang dibagihasilkan kepada daerah
berdasarkan angka persentase tertentu dengan
memperhatikan potensi daerah penghasil yang
bertujuan untuk mengurangi kesenjangan antar
pusat dan daerah;
Dana Bagi Hasil bersumber dari:
¤
Pajak; dan
¤
Sumber Daya Alam
Dana Bagi Hasil PAJAK
Terdiri dari:
Pajak Bumi dan Bangunan;
Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan
Bangunan;
6
No. Komponen Porsi daerah
4. PPh Pasal 21
20% 8% 12% *)
*) dibagi lagi dengan rincian:
8,4% untuk kab/kota tempat W P terdaftar
3,6% untuk kab/kota dalam provinsi yang bersangkutan
Penetapan Alokasi DBH Pajak
Penetapan Alokasi DBH Pajak
Alokasi DBH PBB, BPHTB, PPh W POPDN, dan PPh Pasal 21, ditetapkan oleh Menteri Keuangan
Alokasi DBH PBB dab BPHTB ditetapkan :
- atas rencana penerimaan PBB dan BPHTB tahun anggaran yang bersangkutan
- paling lambat 2 (dua) bulan sebelum tahun anggaran bersangkutan
Alokasi DBH PPh W POPDN dan PPh Pasal 21 untuk masing-masing daerah terdiri dari:
– Alokasi Sementara, ditetapkan paling lambat 2 (dua) bulan
sebelum tahun anggaran yang bersangkutan dilaksanakan yang didasarkan atas rencana penerimaan; dan
8
Penyaluran DBH Pajak
Penyaluran DBH Pajak
Penyaluran DBH PBB dan BPHTB dilaksanakan berdasarkan realisasi tahun anggaran berjalan dan dilaksanakan secara mingguan;
Penyaluran DBH PBB dan BPHTB bagian Pemerintah Pusat dilaksanakan dalam 3 (tiga) tahap, yaitu bulan April, bulan Agustus, dan bulan Nopember tahun anggaran berjalan;
Lanjutan …
Penyaluran DBH PPh W POPDN dan PPh Pasal 21 dilaksanakan berdasarkan prognosa penerimaan PPh W POPDN dan PPh Pasal 21;
Penyaluran DBH PPh W POPDN dan PPh Pasal 21
dilaksanakan dari triwulan I, II, dan III sebesar 20% (dua puluh persen) dari alokasi sementara, pada triwulan IV penyaluran didasarkan atas selisih antara pembagian definitif dengan jumlah dana yang telah dicairkan pada triwulan sebelumnya;
Apabila terjadi kelebihan penyaluran triwulan I - III
dibandingkan dengan pembagian definitif, maka kelebihan tersebut akan diperhitungkan dalam penyaluran tahun
10
Dana Bagi Hasil SDA
Dana Bagi Hasil SDA
Terdiri dari:
Kehutanan;
Pertambangan Umum;
Perikanan;
Pertambangan Minyak Bumi;
Pertambangan Gas Bumi; dan
Pertambangan Panas Bumi.
*) dibagi secara merata
Proporsi DBH SDA
Proporsi DBH SDA
No. Komponen Porsi daerah provinsi ybs *)
1. Kehutanan
a. IIUPH 80% 16% 64%
-b. PSDH 80% 16% 32% 32%
c. Dana Reboisasi 40% - 40% -2. Pertambangan Umum
a. landrent kab/kota
penghasil 80% 16% 64%
-b. landrent provinsi
penghasil 80% 80% -
-c. royalti kab/kota
penghasil 80% 16% 32% 32%
d. royalti provinsi
12
Lanjutan …
No. Komponen Porsi daerah provinsi ybs *)
3. Perikanan **) 80%
4. Minyak Bumi
a. dari kab/kota penghasil 15,5%
15% 3% 6% 6%
0,5% ***) 0,1% 0,2% 0,2% b. dari provinsi penghasil 15,5%
15% 5% - 10%
0,5% ***) 0,17% - 0,33% 5. Gas Bumi
a. dari kab/kota penghasil 30,5%
30% 6% 12% 12%
0,5% ***) 0,1% 0,2% 0,2%
*) dibagi secara merata
**) dibagi merata kepada seluruh kab/kota
*) dibagi secara merata
***) digunakan untuk anggaran pendidikan dasar
No. Komponen Porsi daerah
b. dari provinsi penghasil 30,5%
14
Penetapan Alokasi DBH SDA
Penetapan Alokasi DBH SDA
M enteri teknis setelah berkonsultasi dengan M endagri
menetapkan daerah penghasil dan dasar penghitungan DBH SDA paling lambat 60 (enam puluh) hari sebelum tahun anggaran
bersangkutan dilaksanakan.
M endagri menetapkan daerah penghasil yang berada pada
wilayah yang berbatasan atau berada pada lebih dari satu daerah. Menteri teknis menyampaikan ketetapan tentang daerah
penghasil kepada M enteri Keuangan yang kemudian melakukan penetapan perkiraan alokasi DBH SDA untuk masing-masing daerah paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah diterimanya ketetapan dari menteri teknis.
Perkiraan alokasi DBH SDA Minyak dan Gas Bumi untuk
masing-masing daerah ditetapkan paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya ketetapan dari menteri teknis, perkiraan bagian Pemerintah, dan perkiraan unsur-unsur pengurang
Penghitungan Realisasi
Penghitungan Realisasi
Produksi DBH SDA
Produksi DBH SDA
Penghitungan realisasi DBH SDA dilakukan
secara triwulanan melalui mekanisme rekonsiliasi
data antara Pemerintah Pusat dan daerah
penghasil kecuali untuk DBH SDA Perikanan.
Penghitungan realisasi DBH SDA M inyak Bumi
dan Gas Bumi didasarkan atas realisasi lifting
16
Penyaluran DBH SDA
Penyaluran DBH SDA
Penyaluran dilaksanakan dengan cara pemindahbukuan dari Rekening Kas Umum Negara ke Rekening Kas Umum Daerah. Penyaluran dilaksanakan berdasarkan realisasi penerimaan
SDA tahun anggaran berjalan.
Penyaluran dilaksanakan secara triwulanan.
Penyaluran DBH Minyak Bumi dan Gas Bumi ke daerah
dilakukan dengan menggunakan asumsi dasar harga minyak bumi tidak melebihi 130% (seratus tiga puluh persen) dari penetapan dalam APBN tahun berjalan.
Apabila asumsi dasar harga minyak bumi yang ditetapkan dalam APBN Perubahan melebihi 130% (seratus tiga puluh persen), selisih penerimaan tersebut dialokasikan dengan menggunakan formula DAU.
Pemantauan dan Evaluasi
Pemantauan dan Evaluasi
DBH SDA
DBH SDA
Pemantauan dan evaluasi teknis pelaksanaan kegiatan
yang didanai dari DBH Dana Reboisasi (DR)
dilaksanakan oleh menteri teknis.
Pemantauan dan evaluasi atas penggunaan anggaran
rehabilitasi hutan dan lahan yang berasal dari DBH DR
dan penggunaan anggaran pendidikan dasar (sebesar
0,5% dari minyak bumi dan gas bumi) dilaksanakan
oleh M enteri Keuangan.
18
Tujuan Dana Alokasi Umum;
pemerataan kemampuan keuangan antardaerah untuk
mendanai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka
pelaksanaan Desentralisasi.
Jumlah keseluruhan DAU;
sekurang-kurangnya 25,5% (dua puluh lima setengah
persen) dari Pendapatan Dalam Negeri (PDN) neto
yang ditetapkan dalam APBN yang dilaksanakan sampai
dengan Tahun 2007, dan mulai Tahun 2008 jumlah
keseluruhan DAU sekurang-kurangnya 26% (dua puluh
enam persen) dari PDN neto.
DAN A ALOKASI UM UM
DAN A ALOKASI UM UM
DAN A ALOKASI UM UM
DAN A ALOKASI UM UM
DAU dialokasikan atas dasar formula dengan konsep
Alokasi Dasar dan Celah Fiskal
Alokasi Dasar dihitung berdasarkan jumlah gaji
Pegawai Negeri Sipil Daerah.
Celah Fiskal dihitung berdasarkan selisih antara
kebutuhan fiskal dengan kapasitas fiskal.
Proporsi DAU untuk provinsi dan untuk
kabupaten/kota;
masing-masing 10% dan 90% dan dapat berubah
sesuai dengan adanya pergeseran imbangan
kewenangan antara provinsi dan kabupaten/kota.
20
Data yang digunakan dalam penghitungan DAU
diperoleh dari lembaga statistik pemerintah
dan/atau lembaga pemerintah yang berwenang
menerbitkan data yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Apabila data sebagaimana tersebut di atas tidak
tersedia, maka penghitungan DAU akan
menggunakan data penghitungan DAU tahun
sebelumnya.
DATA
DATA
PEN GHITUN GAN DAU
PEN GHITUN GAN DAU
Data Kebutuhan Fiskal (KbF) terdiri atas:
1. jumlah penduduk,
2. luas wilayah,
3. indeks kemahalan konstruksi,
4. Produk Domestik Regional Bruto per kapita, dan
5. Indeks Pembangunan M anusia
Data KapasitasFiskal (KpF) terdiri atas:
1. Pendapatan Asli Daerah, dan
2. Dana Bagi Hasil
22
Dimana:
DAU : Dana Alokasi Umum;
AD : Al okasi Dasar yang di hitung berdasarkan Jumlah Gaji Pegawai Negeri Sipil Daerah;
CF : Celah Fiskal yang merupakan selisih dari
Kebutuhan Fiskal (KbF) dengan Kapasitas Fiskal (KpF).
DAU
DAU = A
= AD
D +
C
+
CF
F
FORM ULA DAU
FORM ULA DAU
KEBUTUHAN FISKAL
KEBUTUHAN FISKAL
(K
(K
bbF)
F)
Keterangan :
TBR : Total Belanja Rata-rata APBD; IP : Indeks Jumlah Penduduk;
IW : Indeks Luas W i layah;
IKK : Indeks Kemahalan Konstruksi; IPM : Indeks Pembangunan Manusia; IPRDB/cap : Indeks PDRB per kapi ta
: Bobot Indeks.
Catatan:
Bobot 1; 2; 3; 4; dan 5 ditentukan dengan mempergunakan pertimbangan tingkat equalisasi terbaik berdasarkan Coefficient Of
K
24
Keterangan:
PAD
: Pendapatan Asli Daerah
DBH SDA
: Bagi Hasil Sumber Daya Alam
DBH Pajak
: Bagi Hasil Pajak
Kapasit as Fiskal (KpF)
Kapasit as Fiskal (KpF)
K
K
ppF= PAD + DBH SDA + DBH Pajak
F= PAD + DBH SDA + DBH Pajak
DPOD memberikan pertimbangan atas
rancangan kebijakan formula dan perhitungan
DAU kepada Presiden sebelum penyampaian
Nota Keuangan dan RAPBN tahun anggaran
berikutnya.
M enteri Keuangan melakukan penghitungan
DAU
26
DAU atas dasar celah fiskal untuk suatu provinsi
dihitung berdasarkan perkalian bobot provinsi yang bersangkutan dengan jumlah DAU seluruh provinsi.
DAU
DAU ProProvvinsiinsiii == BobotBobot ProProvvinsiinsiii XX DAUDAU ProProvvinsiinsi
Bobot provinsi merupakan perbandingan antara celah fiskal provinsi yang bersangkutan dan total celah fiskal seluruh provinsi
Bobot Provinsi
Bobot Provinsiii == CF ProvinsiCF Provinsiii CF Provinsi CF Provinsi
dimana,
CF Provinsii = Celah fiskal suatu daerah Provinsii CF Provinsi = Total Celah fiskal seluruh Provinsi
Lanjutan ...
DAU atas dasar celah fiskal untuk suatu Kab/Kota dihitung berdasarkan perkalian bobot Kab/Kota yang bersangkutan dengan jumlah DAU seluruh Kab/Kota.
DAU
DAU Kab/KotaKab/Kotaii == BobotBobot Kab/KotaKab/Kotaii XX DAUDAU Kab/KotaKab/Kota
Bobot Kab/Kota merupakan perbandingan antara celah fiskal Kab/Kota yang bersangkutan dan total celah fiskal seluruh Kab/Kota
Bobot Kab/Kota
Bobot Kab/Kotaii == CF Kab/KotaCF Kab/Kotaii CF Kab/Kota CF Kab/Kota
dimana,
CFi = Celah fiskal daerah Kab/Kotai
CF = Total Celah fiskal seluruh Kab/Kota
28
Kebutuhan fiskal dihitung berdasarkan perkalian antara Total Belanja Rata-rata dengan penjumlahan dari
pembobotan indeks jumlah penduduk, indeks luas wilayah, indeks kemahalan konstruksi, invers indeks pembangunan manusia, dan invers Produk Domestik Regional Bruto per kapita
Total Belanja Total Belanja Rata
Rata--ratarata XX
1
1 indeks jumlah penduduk+ indeks jumlah penduduk+ 22 indeksindeks
luas wilayah +
luas wilayah + 33 indeks kemahalanindeks kemahalan
konstruksi +
konstruksi + 44 indeks pembangunanindeks pembangunan
manusia +
manusia + 55 indeks PDRB per kapitaindeks PDRB per kapita
KbF = KbF =
Total Belanja Rata-rata
Belanja Pegawai + Belanja Non Pegawai + Belanja Modal =
Jumlah provinsi atau kabupaten/kota
Lanjutan ...
Lanjutan… ..
1, 2, 3, 4, 5
merupakan bobot
masing-masing indeks yang ditentukan berdasarkan
hasil uji statistik.
Parameter
Coefficient of Variation
dan
Indeks
Williamson
dimaksud
dipergunakan
sebagai
30
Daerah yang memiliki nilai celah fiskal lebih besar dari 0 (nol), menerima DAU ditambah Alokasi Dasar
Daerah yang memiliki nilai celah fiskal sama dengan 0 (nol), menerima DAU sebesar alokasi dasar.
Daerah yang memiliki nilai celah fiskal negatif dan nilai negatif tersebut lebih kecil dari alokasi dasar, menerima DAU sebesar alokasi dasar setelah diperhitungkan nilai celah fiskal.
Daerah yang memiliki nilai celah fiskal negatif dan nilai negatif tersebut sama atau lebih besar dari alokasi dasar, tidak menerima DAU
Hasil Akhir Penghit ungan DAU
Hasil Akhir Penghit ungan DAU
DAU untuk daerah pemekaran dialokasikan setelah undang-undang pemekaran daerah bersangkutan disahkan.
Penghitungan DAU untuk daerah pemekaran dilakukan apabila datanya telah tersedia.
Apabila data tidak tersedia, penghitungan DAU dilakukan dengan membagi secara proporsional dengan daerah
induk dengan menggunakan data jumlah penduduk, luas wilayah, dan belanja pegawai
32
Alokasi DAU ditetapkan dengan Peraturan
Presiden.
Alokasi DAU tambahan ditetapkan dengan
Peraturan M enteri Keuangan.
DAU disalurkan dengan cara pemindahbukuan
dari Rekening Kas Umum Negara ke Rekening Kas
Umum Daerah.
Penyaluran DAU dilaksanakan setiap bulan
masing-masing sebesar 1/12 (satu perdua belas) dari
alokasi DAU yang telah ditetapkan.
Penetapan dan Penyaluran DAU
Penetapan dan Penyaluran DAU
1.
Dana Alokasi Khusus dimaksudkan untuk mendanai
kegiatan khusus yang menjadi urusan daerah dan
merupakan prioritas nasional, sesuai dengan fungsi
yang merupakan perwujudan tugas kepemerintahan
dibidang tertentu, khususnya dalam upaya
pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana
pelayanan dasar masyarakat.
2.
Program yang menjadi prioritas nasional dimuat
dalam Rencana Kerja Pemerintah tahun anggaran
yang bersangkutan.
3.
Rencana Kerja Pemerintah merupakan hasil
musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional
yang diikuti pleh unsur-unsur penyelenggara
34
M enteri teknis mengusulkan kegiatan khusus yang
akan didanai dan ditetapkan setelah berkoordinasi
dengan M endagri, M enteri Keuangan, M eneg
Perencanaan Pembangunan Nasional.
Ketetapan tentang kegiatan khusus tersebut kemudian
disampaikan kepada M enteri Keuangan.
M enteri Keuangan melakukan penghitungan alokasi
DAK dengan menggunakan kriteria umum, kriteria
khusus, dan kriteria teknis.
Tahapan Pengalokasian DAK
Tahapan Pengalokasian DAK
Kriteria Penghitungan DAK
Kriteria Penghitungan DAK
1. Kriteria Umum,
dirumuskan berdasarkan kemampuan keuangan daerah yang
dicerminkan dari Penerimaan Umum APBD setelah dikurangi belanja PNSD yang dihitung melalui Indeks Fiskal Netto (IFN).
2. Kriteria Khusus, dirumuskan berdasarkan:
- peraturan perundang-undangan yang mengatur penyelenggaraan otonomi khusus misalnya UU No. 21 Tahun 2001 Tentang otsus Papua dan UU No. 18 tahun 2001 Tentang otsus Prov. NAD
- karakteristik daerah dirumuskan melalui indeks kewilayahan oleh
M enteri Keuangan dan M enteri perencanaan Pembangunan/Lembaga terkait yaitu antara lain daerah pesisir dan kepulauan, daerah
perbatasan darat dengan negara lain, daerah terpencil, daerah yang termasuk rawan banjir, serta daerah ketahanan pangan.
3. Kriteria Teknis,
36
I FNi = Indeks Fiskal Netto daerah i FNi = Fiskal Netto daerah i
N = Jumlah Daerah
PUi , t-2 = Penerimaan Umum (PAD+(DBH-DBH DR)+DAU) daerah i, pada waktu t-2
BPi , t-2 = Belanja Pegawai (Gaji PNSD) daerah i, pada waktu t-2
FN i = (PUi, t-2 - BP i, t-2)
Penghitungan DAK
Penghitungan DAK
Indeks fiskal neto dihitung dengan rumus:
KW
N = jumlah daerah
IKWi = Indeks Kharakteristik wilayah daerahi X1 = daerah perbatasan
X2 = daerah pesisir dan kepulauan
Lanjutan ...
38
Alokasi DAK per daerah ditetapkan dengan
Peraturan Menteri Keuangan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
tersebut, menteri teknis menyusun Petunjuk
Teknis Penggunaan DAK yang
dikoordinasikan dengan M endagri.
Pengalokasian DAK
Pengalokasian DAK
Penganggaran di Daerah
Penganggaran di Daerah
Daerah penerima DAK wajib mencantumkan
alokasi dan penggunaannya dalam APBD.
40
Yang tidak bisa didanai dengan DAK
Kegiatan Administrasi Proyek
Penyiapan Kegiatan Fisik
Kegiatan Penelitian
Kegiatan Pelatihan
Kegiatan Perjalanan Dinas
Dana Pendamping
Daerah
penerima
DAK
wajib
menyediakan
pendamping
sekurang-kurangnya
10%
(sepuluh
persen) dari alokasi DAK yang diterimanya.
42
Penyaluran dan Pelaporan DAK
Penyaluran dan Pelaporan DAK
DAK disalurkan dengan cara pemindahbukuan
dari Rekening Kas Umum Negara ke Rekening
Kas Umum Daerah.
Kepala daerah menyampaikan laporan
pelaksanaan kegiatan dan penggunaan DAK
secara triwulanan kepada M enteri Keuangan,
menteri teknis, dan M endagri.
Penyampaian laporan triwulan
selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari setelah triwulan
yang bersangkutan berakhir.
Pemantauan dan evaluasi pemanfaatan dan
teknis pelaksanaan kegiatan yang didanai
dari DAK dilakukan oleh Menteri Negara
Perencanaan Pembangunan Nasional dan
menteri teknis terkait.
Pemantauan dan evaluasi pengelolaan
keuangan DAK dilakukan oleh Menteri
Keuangan.
44
Pelaksanaan tambahan Dana Bagi Hasil dari
pertambangan minyak bumi dan gas bumi sebesar
0,5% dilaksanakan mulai TA. 2009
Dalam hal realisasi Dana Bagi Hasil sektor minyak
bumi dan gas bumi yang ditetapkan dalam APBN
Perubahan melebihi 130% (seratus tiga puluh persen)
dari asumsi dasar harga minyak bumi dan gas bumi
yang ditetapkan dalam APBN tahun berjalan,
kelebihannya dialokasikan sebagai DAU tambahan
dengan menggunakan formula DAU berdasarkan
celah fiskal mulai dilaksanakan tahun anggaran 2009
Ketentuan Peralihan
Ketentuan Peralihan
Formula DAU digunakan mulai tahun anggaran
2006, tetapi sampai dengan tahun anggaran 2007
alokasi DAU yang diberlakukan untuk
masing-masing daerah ditetapkan tidak lebih kecil dari
tahun anggaran 2005.
Sampai dengan tahun anggaran 2007 apabila DAU
untuk provinsi tertentu lebih kecil dari tahun
anggaran 2005, kepada provinsi yang
bersangkutan dialokasikan Dana Penyesuaian
yang besarnya sesuai dengan kemampuan dan
perekonomian negara
46