• Tidak ada hasil yang ditemukan

PP No. 55 Tahun 2005

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PP No. 55 Tahun 2005"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN DAN DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN DAN

(2)

2

DASAR HUKUM

Pasal 26, pasal 37, dan pasal 42

Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintahan

Daerah ;

(3)

Bersumber

Bersumber daridari APBNAPBN untukuntuk membiayaimembiayai kebutuhankebutuhan daerah

daerah Tujuan Tujuan ::

Mengurangi

Mengurangi kesenjangankesenjangan fiskalfiskal antaraantara PemerintahPemerintah PusatPusat dan

dan DaerahDaerah (vertical(vertical imbalance)imbalance) sertaserta antarantar DaerahDaerah (horizontal

(horizontal imbalance)imbalance) Meliputi

Meliputi:: Bagi

Bagi HasilHasil PajakPajak dandan BukanBukan PajakPajak (SDA)(SDA) Dana

Dana AlokasiAlokasi UmumUmum (DAU)(DAU) Dana

(4)

4

Dana Bagi Hasil

Dana Bagi Hasil adalah dana yang bersumber

dari APBN yang dibagihasilkan kepada daerah

berdasarkan angka persentase tertentu dengan

memperhatikan potensi daerah penghasil yang

bertujuan untuk mengurangi kesenjangan antar

pusat dan daerah;

Dana Bagi Hasil bersumber dari:

¤

Pajak; dan

¤

Sumber Daya Alam

(5)

Dana Bagi Hasil PAJAK

Terdiri dari:

Pajak Bumi dan Bangunan;

Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan

Bangunan;

(6)

6

No. Komponen Porsi daerah

4. PPh Pasal 21

20% 8% 12% *)

*) dibagi lagi dengan rincian:

8,4% untuk kab/kota tempat W P terdaftar

3,6% untuk kab/kota dalam provinsi yang bersangkutan

(7)

Penetapan Alokasi DBH Pajak

Penetapan Alokasi DBH Pajak

Alokasi DBH PBB, BPHTB, PPh W POPDN, dan PPh Pasal 21, ditetapkan oleh Menteri Keuangan

Alokasi DBH PBB dab BPHTB ditetapkan :

- atas rencana penerimaan PBB dan BPHTB tahun anggaran yang bersangkutan

- paling lambat 2 (dua) bulan sebelum tahun anggaran bersangkutan

Alokasi DBH PPh W POPDN dan PPh Pasal 21 untuk masing-masing daerah terdiri dari:

– Alokasi Sementara, ditetapkan paling lambat 2 (dua) bulan

sebelum tahun anggaran yang bersangkutan dilaksanakan yang didasarkan atas rencana penerimaan; dan

(8)

8

Penyaluran DBH Pajak

Penyaluran DBH Pajak

Penyaluran DBH PBB dan BPHTB dilaksanakan berdasarkan realisasi tahun anggaran berjalan dan dilaksanakan secara mingguan;

Penyaluran DBH PBB dan BPHTB bagian Pemerintah Pusat dilaksanakan dalam 3 (tiga) tahap, yaitu bulan April, bulan Agustus, dan bulan Nopember tahun anggaran berjalan;

(9)

Lanjutan …

Penyaluran DBH PPh W POPDN dan PPh Pasal 21 dilaksanakan berdasarkan prognosa penerimaan PPh W POPDN dan PPh Pasal 21;

Penyaluran DBH PPh W POPDN dan PPh Pasal 21

dilaksanakan dari triwulan I, II, dan III sebesar 20% (dua puluh persen) dari alokasi sementara, pada triwulan IV penyaluran didasarkan atas selisih antara pembagian definitif dengan jumlah dana yang telah dicairkan pada triwulan sebelumnya;

Apabila terjadi kelebihan penyaluran triwulan I - III

dibandingkan dengan pembagian definitif, maka kelebihan tersebut akan diperhitungkan dalam penyaluran tahun

(10)

10

Dana Bagi Hasil SDA

Dana Bagi Hasil SDA

Terdiri dari:

Kehutanan;

Pertambangan Umum;

Perikanan;

Pertambangan Minyak Bumi;

Pertambangan Gas Bumi; dan

Pertambangan Panas Bumi.

(11)

*) dibagi secara merata

Proporsi DBH SDA

Proporsi DBH SDA

No. Komponen Porsi daerah provinsi ybs *)

1. Kehutanan

a. IIUPH 80% 16% 64%

-b. PSDH 80% 16% 32% 32%

c. Dana Reboisasi 40% - 40% -2. Pertambangan Umum

a. landrent kab/kota

penghasil 80% 16% 64%

-b. landrent provinsi

penghasil 80% 80% -

-c. royalti kab/kota

penghasil 80% 16% 32% 32%

d. royalti provinsi

(12)

12

Lanjutan …

No. Komponen Porsi daerah provinsi ybs *)

3. Perikanan **) 80%

4. Minyak Bumi

a. dari kab/kota penghasil 15,5%

15% 3% 6% 6%

0,5% ***) 0,1% 0,2% 0,2% b. dari provinsi penghasil 15,5%

15% 5% - 10%

0,5% ***) 0,17% - 0,33% 5. Gas Bumi

a. dari kab/kota penghasil 30,5%

30% 6% 12% 12%

0,5% ***) 0,1% 0,2% 0,2%

*) dibagi secara merata

**) dibagi merata kepada seluruh kab/kota

(13)

*) dibagi secara merata

***) digunakan untuk anggaran pendidikan dasar

No. Komponen Porsi daerah

b. dari provinsi penghasil 30,5%

(14)

14

Penetapan Alokasi DBH SDA

Penetapan Alokasi DBH SDA

M enteri teknis setelah berkonsultasi dengan M endagri

menetapkan daerah penghasil dan dasar penghitungan DBH SDA paling lambat 60 (enam puluh) hari sebelum tahun anggaran

bersangkutan dilaksanakan.

M endagri menetapkan daerah penghasil yang berada pada

wilayah yang berbatasan atau berada pada lebih dari satu daerah. Menteri teknis menyampaikan ketetapan tentang daerah

penghasil kepada M enteri Keuangan yang kemudian melakukan penetapan perkiraan alokasi DBH SDA untuk masing-masing daerah paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah diterimanya ketetapan dari menteri teknis.

Perkiraan alokasi DBH SDA Minyak dan Gas Bumi untuk

masing-masing daerah ditetapkan paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya ketetapan dari menteri teknis, perkiraan bagian Pemerintah, dan perkiraan unsur-unsur pengurang

(15)

Penghitungan Realisasi

Penghitungan Realisasi

Produksi DBH SDA

Produksi DBH SDA

Penghitungan realisasi DBH SDA dilakukan

secara triwulanan melalui mekanisme rekonsiliasi

data antara Pemerintah Pusat dan daerah

penghasil kecuali untuk DBH SDA Perikanan.

Penghitungan realisasi DBH SDA M inyak Bumi

dan Gas Bumi didasarkan atas realisasi lifting

(16)

16

Penyaluran DBH SDA

Penyaluran DBH SDA

Penyaluran dilaksanakan dengan cara pemindahbukuan dari Rekening Kas Umum Negara ke Rekening Kas Umum Daerah. Penyaluran dilaksanakan berdasarkan realisasi penerimaan

SDA tahun anggaran berjalan.

Penyaluran dilaksanakan secara triwulanan.

Penyaluran DBH Minyak Bumi dan Gas Bumi ke daerah

dilakukan dengan menggunakan asumsi dasar harga minyak bumi tidak melebihi 130% (seratus tiga puluh persen) dari penetapan dalam APBN tahun berjalan.

Apabila asumsi dasar harga minyak bumi yang ditetapkan dalam APBN Perubahan melebihi 130% (seratus tiga puluh persen), selisih penerimaan tersebut dialokasikan dengan menggunakan formula DAU.

(17)

Pemantauan dan Evaluasi

Pemantauan dan Evaluasi

DBH SDA

DBH SDA

Pemantauan dan evaluasi teknis pelaksanaan kegiatan

yang didanai dari DBH Dana Reboisasi (DR)

dilaksanakan oleh menteri teknis.

Pemantauan dan evaluasi atas penggunaan anggaran

rehabilitasi hutan dan lahan yang berasal dari DBH DR

dan penggunaan anggaran pendidikan dasar (sebesar

0,5% dari minyak bumi dan gas bumi) dilaksanakan

oleh M enteri Keuangan.

(18)

18

Tujuan Dana Alokasi Umum;

pemerataan kemampuan keuangan antardaerah untuk

mendanai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka

pelaksanaan Desentralisasi.

Jumlah keseluruhan DAU;

sekurang-kurangnya 25,5% (dua puluh lima setengah

persen) dari Pendapatan Dalam Negeri (PDN) neto

yang ditetapkan dalam APBN yang dilaksanakan sampai

dengan Tahun 2007, dan mulai Tahun 2008 jumlah

keseluruhan DAU sekurang-kurangnya 26% (dua puluh

enam persen) dari PDN neto.

DAN A ALOKASI UM UM

DAN A ALOKASI UM UM

DAN A ALOKASI UM UM

DAN A ALOKASI UM UM

(19)

DAU dialokasikan atas dasar formula dengan konsep

Alokasi Dasar dan Celah Fiskal

Alokasi Dasar dihitung berdasarkan jumlah gaji

Pegawai Negeri Sipil Daerah.

Celah Fiskal dihitung berdasarkan selisih antara

kebutuhan fiskal dengan kapasitas fiskal.

Proporsi DAU untuk provinsi dan untuk

kabupaten/kota;

masing-masing 10% dan 90% dan dapat berubah

sesuai dengan adanya pergeseran imbangan

kewenangan antara provinsi dan kabupaten/kota.

(20)

20

Data yang digunakan dalam penghitungan DAU

diperoleh dari lembaga statistik pemerintah

dan/atau lembaga pemerintah yang berwenang

menerbitkan data yang dapat

dipertanggungjawabkan.

Apabila data sebagaimana tersebut di atas tidak

tersedia, maka penghitungan DAU akan

menggunakan data penghitungan DAU tahun

sebelumnya.

DATA

DATA

PEN GHITUN GAN DAU

PEN GHITUN GAN DAU

(21)

Data Kebutuhan Fiskal (KbF) terdiri atas:

1. jumlah penduduk,

2. luas wilayah,

3. indeks kemahalan konstruksi,

4. Produk Domestik Regional Bruto per kapita, dan

5. Indeks Pembangunan M anusia

Data KapasitasFiskal (KpF) terdiri atas:

1. Pendapatan Asli Daerah, dan

2. Dana Bagi Hasil

(22)

22

Dimana:

DAU : Dana Alokasi Umum;

AD : Al okasi Dasar yang di hitung berdasarkan Jumlah Gaji Pegawai Negeri Sipil Daerah;

CF : Celah Fiskal yang merupakan selisih dari

Kebutuhan Fiskal (KbF) dengan Kapasitas Fiskal (KpF).

DAU

DAU = A

= AD

D +

C

+

CF

F

FORM ULA DAU

FORM ULA DAU

(23)

KEBUTUHAN FISKAL

KEBUTUHAN FISKAL

(K

(K

bb

F)

F)

Keterangan :

TBR : Total Belanja Rata-rata APBD; IP : Indeks Jumlah Penduduk;

IW : Indeks Luas W i layah;

IKK : Indeks Kemahalan Konstruksi; IPM : Indeks Pembangunan Manusia; IPRDB/cap : Indeks PDRB per kapi ta

: Bobot Indeks.

Catatan:

Bobot 1; 2; 3; 4; dan 5 ditentukan dengan mempergunakan pertimbangan tingkat equalisasi terbaik berdasarkan Coefficient Of

K

(24)

24

Keterangan:

PAD

: Pendapatan Asli Daerah

DBH SDA

: Bagi Hasil Sumber Daya Alam

DBH Pajak

: Bagi Hasil Pajak

Kapasit as Fiskal (KpF)

Kapasit as Fiskal (KpF)

K

K

pp

F= PAD + DBH SDA + DBH Pajak

F= PAD + DBH SDA + DBH Pajak

(25)

DPOD memberikan pertimbangan atas

rancangan kebijakan formula dan perhitungan

DAU kepada Presiden sebelum penyampaian

Nota Keuangan dan RAPBN tahun anggaran

berikutnya.

M enteri Keuangan melakukan penghitungan

DAU

(26)

26

DAU atas dasar celah fiskal untuk suatu provinsi

dihitung berdasarkan perkalian bobot provinsi yang bersangkutan dengan jumlah DAU seluruh provinsi.

DAU

DAU ProProvvinsiinsiii == BobotBobot ProProvvinsiinsiii XX DAUDAU ProProvvinsiinsi

Bobot provinsi merupakan perbandingan antara celah fiskal provinsi yang bersangkutan dan total celah fiskal seluruh provinsi

Bobot Provinsi

Bobot Provinsiii == CF ProvinsiCF Provinsiii CF Provinsi CF Provinsi

dimana,

CF Provinsii = Celah fiskal suatu daerah Provinsii CF Provinsi = Total Celah fiskal seluruh Provinsi

Lanjutan ...

(27)

DAU atas dasar celah fiskal untuk suatu Kab/Kota dihitung berdasarkan perkalian bobot Kab/Kota yang bersangkutan dengan jumlah DAU seluruh Kab/Kota.

DAU

DAU Kab/KotaKab/Kotaii == BobotBobot Kab/KotaKab/Kotaii XX DAUDAU Kab/KotaKab/Kota

Bobot Kab/Kota merupakan perbandingan antara celah fiskal Kab/Kota yang bersangkutan dan total celah fiskal seluruh Kab/Kota

Bobot Kab/Kota

Bobot Kab/Kotaii == CF Kab/KotaCF Kab/Kotaii CF Kab/Kota CF Kab/Kota

dimana,

CFi = Celah fiskal daerah Kab/Kotai

CF = Total Celah fiskal seluruh Kab/Kota

(28)

28

Kebutuhan fiskal dihitung berdasarkan perkalian antara Total Belanja Rata-rata dengan penjumlahan dari

pembobotan indeks jumlah penduduk, indeks luas wilayah, indeks kemahalan konstruksi, invers indeks pembangunan manusia, dan invers Produk Domestik Regional Bruto per kapita

Total Belanja Total Belanja Rata

Rata--ratarata XX

1

1 indeks jumlah penduduk+ indeks jumlah penduduk+ 22 indeksindeks

luas wilayah +

luas wilayah + 33 indeks kemahalanindeks kemahalan

konstruksi +

konstruksi + 44 indeks pembangunanindeks pembangunan

manusia +

manusia + 55 indeks PDRB per kapitaindeks PDRB per kapita

KbF = KbF =

Total Belanja Rata-rata

Belanja Pegawai + Belanja Non Pegawai + Belanja Modal =

Jumlah provinsi atau kabupaten/kota

Lanjutan ...

(29)

Lanjutan… ..

1, 2, 3, 4, 5

merupakan bobot

masing-masing indeks yang ditentukan berdasarkan

hasil uji statistik.

Parameter

Coefficient of Variation

dan

Indeks

Williamson

dimaksud

dipergunakan

sebagai

(30)

30

Daerah yang memiliki nilai celah fiskal lebih besar dari 0 (nol), menerima DAU ditambah Alokasi Dasar

Daerah yang memiliki nilai celah fiskal sama dengan 0 (nol), menerima DAU sebesar alokasi dasar.

Daerah yang memiliki nilai celah fiskal negatif dan nilai negatif tersebut lebih kecil dari alokasi dasar, menerima DAU sebesar alokasi dasar setelah diperhitungkan nilai celah fiskal.

Daerah yang memiliki nilai celah fiskal negatif dan nilai negatif tersebut sama atau lebih besar dari alokasi dasar, tidak menerima DAU

Hasil Akhir Penghit ungan DAU

Hasil Akhir Penghit ungan DAU

(31)

DAU untuk daerah pemekaran dialokasikan setelah undang-undang pemekaran daerah bersangkutan disahkan.

Penghitungan DAU untuk daerah pemekaran dilakukan apabila datanya telah tersedia.

Apabila data tidak tersedia, penghitungan DAU dilakukan dengan membagi secara proporsional dengan daerah

induk dengan menggunakan data jumlah penduduk, luas wilayah, dan belanja pegawai

(32)

32

Alokasi DAU ditetapkan dengan Peraturan

Presiden.

Alokasi DAU tambahan ditetapkan dengan

Peraturan M enteri Keuangan.

DAU disalurkan dengan cara pemindahbukuan

dari Rekening Kas Umum Negara ke Rekening Kas

Umum Daerah.

Penyaluran DAU dilaksanakan setiap bulan

masing-masing sebesar 1/12 (satu perdua belas) dari

alokasi DAU yang telah ditetapkan.

Penetapan dan Penyaluran DAU

Penetapan dan Penyaluran DAU

(33)

1.

Dana Alokasi Khusus dimaksudkan untuk mendanai

kegiatan khusus yang menjadi urusan daerah dan

merupakan prioritas nasional, sesuai dengan fungsi

yang merupakan perwujudan tugas kepemerintahan

dibidang tertentu, khususnya dalam upaya

pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana

pelayanan dasar masyarakat.

2.

Program yang menjadi prioritas nasional dimuat

dalam Rencana Kerja Pemerintah tahun anggaran

yang bersangkutan.

3.

Rencana Kerja Pemerintah merupakan hasil

musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional

yang diikuti pleh unsur-unsur penyelenggara

(34)

34

M enteri teknis mengusulkan kegiatan khusus yang

akan didanai dan ditetapkan setelah berkoordinasi

dengan M endagri, M enteri Keuangan, M eneg

Perencanaan Pembangunan Nasional.

Ketetapan tentang kegiatan khusus tersebut kemudian

disampaikan kepada M enteri Keuangan.

M enteri Keuangan melakukan penghitungan alokasi

DAK dengan menggunakan kriteria umum, kriteria

khusus, dan kriteria teknis.

Tahapan Pengalokasian DAK

Tahapan Pengalokasian DAK

(35)

Kriteria Penghitungan DAK

Kriteria Penghitungan DAK

1. Kriteria Umum,

dirumuskan berdasarkan kemampuan keuangan daerah yang

dicerminkan dari Penerimaan Umum APBD setelah dikurangi belanja PNSD yang dihitung melalui Indeks Fiskal Netto (IFN).

2. Kriteria Khusus, dirumuskan berdasarkan:

- peraturan perundang-undangan yang mengatur penyelenggaraan otonomi khusus misalnya UU No. 21 Tahun 2001 Tentang otsus Papua dan UU No. 18 tahun 2001 Tentang otsus Prov. NAD

- karakteristik daerah dirumuskan melalui indeks kewilayahan oleh

M enteri Keuangan dan M enteri perencanaan Pembangunan/Lembaga terkait yaitu antara lain daerah pesisir dan kepulauan, daerah

perbatasan darat dengan negara lain, daerah terpencil, daerah yang termasuk rawan banjir, serta daerah ketahanan pangan.

3. Kriteria Teknis,

(36)

36

I FNi = Indeks Fiskal Netto daerah i FNi = Fiskal Netto daerah i

N = Jumlah Daerah

PUi , t-2 = Penerimaan Umum (PAD+(DBH-DBH DR)+DAU) daerah i, pada waktu t-2

BPi , t-2 = Belanja Pegawai (Gaji PNSD) daerah i, pada waktu t-2

FN i = (PUi, t-2 - BP i, t-2)

Penghitungan DAK

Penghitungan DAK

Indeks fiskal neto dihitung dengan rumus:

(37)

KW

N = jumlah daerah

IKWi = Indeks Kharakteristik wilayah daerahi X1 = daerah perbatasan

X2 = daerah pesisir dan kepulauan

Lanjutan ...

(38)

38

Alokasi DAK per daerah ditetapkan dengan

Peraturan Menteri Keuangan.

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan

tersebut, menteri teknis menyusun Petunjuk

Teknis Penggunaan DAK yang

dikoordinasikan dengan M endagri.

Pengalokasian DAK

Pengalokasian DAK

(39)

Penganggaran di Daerah

Penganggaran di Daerah

Daerah penerima DAK wajib mencantumkan

alokasi dan penggunaannya dalam APBD.

(40)

40

Yang tidak bisa didanai dengan DAK

Kegiatan Administrasi Proyek

Penyiapan Kegiatan Fisik

Kegiatan Penelitian

Kegiatan Pelatihan

Kegiatan Perjalanan Dinas

(41)

Dana Pendamping

Daerah

penerima

DAK

wajib

menyediakan

pendamping

sekurang-kurangnya

10%

(sepuluh

persen) dari alokasi DAK yang diterimanya.

(42)

42

Penyaluran dan Pelaporan DAK

Penyaluran dan Pelaporan DAK

DAK disalurkan dengan cara pemindahbukuan

dari Rekening Kas Umum Negara ke Rekening

Kas Umum Daerah.

Kepala daerah menyampaikan laporan

pelaksanaan kegiatan dan penggunaan DAK

secara triwulanan kepada M enteri Keuangan,

menteri teknis, dan M endagri.

Penyampaian laporan triwulan

selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari setelah triwulan

yang bersangkutan berakhir.

(43)

Pemantauan dan evaluasi pemanfaatan dan

teknis pelaksanaan kegiatan yang didanai

dari DAK dilakukan oleh Menteri Negara

Perencanaan Pembangunan Nasional dan

menteri teknis terkait.

Pemantauan dan evaluasi pengelolaan

keuangan DAK dilakukan oleh Menteri

Keuangan.

(44)

44

Pelaksanaan tambahan Dana Bagi Hasil dari

pertambangan minyak bumi dan gas bumi sebesar

0,5% dilaksanakan mulai TA. 2009

Dalam hal realisasi Dana Bagi Hasil sektor minyak

bumi dan gas bumi yang ditetapkan dalam APBN

Perubahan melebihi 130% (seratus tiga puluh persen)

dari asumsi dasar harga minyak bumi dan gas bumi

yang ditetapkan dalam APBN tahun berjalan,

kelebihannya dialokasikan sebagai DAU tambahan

dengan menggunakan formula DAU berdasarkan

celah fiskal mulai dilaksanakan tahun anggaran 2009

Ketentuan Peralihan

Ketentuan Peralihan

(45)

Formula DAU digunakan mulai tahun anggaran

2006, tetapi sampai dengan tahun anggaran 2007

alokasi DAU yang diberlakukan untuk

masing-masing daerah ditetapkan tidak lebih kecil dari

tahun anggaran 2005.

Sampai dengan tahun anggaran 2007 apabila DAU

untuk provinsi tertentu lebih kecil dari tahun

anggaran 2005, kepada provinsi yang

bersangkutan dialokasikan Dana Penyesuaian

yang besarnya sesuai dengan kemampuan dan

perekonomian negara

(46)

46

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Perbedaan pengaruh metode latihan sirkuit dan metode latihan interval bagi perwira siswa yang memiliki kesegaran jasmani awal rendah terhadap peningkatan

SENARAI KES PERBICARAAN MAHKAMAH TINGGI DI HADAPAN YA PUAN MAIDZUARA BINTI MOHAMMED PESURUHJAYA KEHAKIMAN MAHKAMAH TINGGI (2)

Vegetasi hutan rawa pada umumnya merupakan vegetasi campuran dengan bentuk tajuk yang berlapis dan memiliki juga jenis-jenis merambat dan sistem perakarannya mendatar, berbentuk

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan segala kemudahan dalam rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesakan tugas akhir yang

dilakukan oleh Iriandi (2015) menunjukkan hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara variabel kepuasan pelanggan dengan loyalitas pelanggan.. Penelitian

Semakin tinggi tingkat profitabilitas yang dimiliki perusahaan dapat mencerminkan bahwa kinerja keuangan perusahaan dalam kondisi baik, sehingga dapat menarik minat

*Rangkuman Materi Penjas Kelas 7 SMP/MTs Semester 1/2* - Pelajaran olahraga di sekolah bertujuan untuk meningkatkan kebugaran jasmani setiap siswa karena di dalam tubuh yang

Algoritma Kriptografi Blowfish dapat digunakan untuk melakukan pengamanan pada layanan pesan singkat (SMS) pada sistem operasi Android.