• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KREDIT BERMASALAH DAN PENYALURAN KREDIT TERHADAP LABA PADA LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH KREDIT BERMASALAH DAN PENYALURAN KREDIT TERHADAP LABA PADA LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KREDIT BERMASALAH DAN PENYALURAN KREDIT

TERHADAP LABA PADA LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD)

I Made Agus Mahardika, Wayan Cipta, Fridayana Yudiaatmaja

Jurusan Manajemen

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

E-mail

:

agusmahardika39@yahoo.com, cipta1959@yahoo.co.id

,

fyudiaatmaja@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis tentang pengaruh: (1) kredit

bermasalah dan penyaluran kredit terhadap laba, (2) kredit bermasalah terhadap penyaluran kredit, (3) kredit bermasalah terhadap laba, dan (4) penyaluran kredit terhadap laba pada LPD Desa Patas tahun 2010-2013. Penelitian ini menggunakan desain kuantitatif kausal. Subjek penelitian adalah LPD Desa Patas dan sebagai objeknya adalah kredit bermasalah, penyaluran kredit, dan laba dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2013. Jenis data adalah data kuantitatif. Data dikumpulkan dengan pencatatan dokumen serta dianalisis dengan menggunakan analisis jalur. Hasil penelitian menunjukkan (1) ada pengaruh signifikan dari kredit bermasalah dan penyaluran kredit terhadap laba, (2) ada pengaruh negatif dan signifikan dari kredit bermasalah terhadap penyaluran kredit, (3) ada pengaruh negatif dan signifikan dari kredit bermasalah terhadap laba, dan (4) ada pengaruh positif dan signifikan dari penyaluran kredit terhadap laba pada LPD Desa Patas tahun 2010-2013.

Kata Kunci: kredit bermasalah, penyaluran kredit, dan laba. Abstract

This study aimed to investigate and analyze the effect of: (1) non performing loan and credit

distribution on profit, (2) non performing loan on credit distribution, (3) non performing loan partially on profit, and (4) credit distribution on profit in LPD of Patas village years 2010 to 2013. This study uses quantitative causal design. The subject of this research was LPD of Patas village and the objects were the non performing loan, credit distribution, and profit from years 2010 to 2013. The type of data is quantitative. Data were collected with documentation technique and it’s analyzed by path analysis. Results of this study showed (1) there is a significant effect of non performing loan and credit distribution on profit, (2) there is a negative and significant effect non performing loan on credit distribution, (3) there is a negative and significant effect non performing loan on profit, and (4) there is a positive and significant effect credit distribution on profit in LPD of Patas village in years 2010 to 2013.

(2)

PENDAHULUAN

Lembaga Perkreditan Desa (LPD) merupakan lembaga keuangan mikro non bank yang dibentuk oleh pemerintah daerah berdasarkan perda No. 8 tahun 2002 sebagai pengganti Peraturan Daerah No. 2 tahun 1988. Lembaga ini bergerak dalam bidang keuangan yang berfungsi untuk menghimpun dana masyarakat dalam bentuk tabungan maupun simpanan berjangka, yang nantinya akan diedarkan kembali melalui kredit kepada masyarakat setempat. LPD memiliki peranan yang sangat strategis bagi masyarakat setempat karena selama ini telah melayani Usaha Mikro Kecil (UMK) dan masyarakat pedesaan melalui pelayanan jasa keuangan yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan nasabah, yaitu prosedurnya yang sederhana, tidak berbelit-belit, proses singkat, serta lokasi yang dekat dengan nasabah pedesaan. Sejak digagasnya LPD pertama kali sampai saat ini, LPD mengemban fungsi sebagai pendorong pembangunan ekonomi masyarakat melalui tabungan yang terarah, serta penyaluran kredit atau modal yang efektif. LPD diharapkan mampu memberantas sistem ijon dan gadai gelap yang sering terjadi di masyarakat. Setiap badan usaha termasuk juga LPD dalam usahanya tentu menginginkan keuntungan berupa laba. Tapi selain keuntungan tersebut, pihak LPD juga diharapkan bisa mengelola keuangan LPD dengan efektif dan efisien agar kedepannya keuntungan dan kinerja keuangan LPD bisa lebih baik lagi dari sebelumnya. Tingginya tingkat persaingan antar lembaga keuangan di Bali, termasuk

yang beroperasi di pedesaan,

mengharuskan LPD meningkatkan daya saingnya agar dapat tumbuh dan bersinergi dengan lembaga keuangan lainnya.

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan di LPD Desa Patas, didapatkan data berupa laporan kegiatan bulanan yang menjabarkan tentang jumlah kredit bermasalah, penyaluran kredit, dan laba bulanan dari tahun 2010-2013. Pada tahun 2010 ke 2011 laba mengalami penurunan sebesar 629,35%, kemudian pada tahun 2012 ke 2013 laba mengalami penurunan sebesar 6,29%. Penurunan laba ini diduga terjadi karena biaya operasional yang besar

seperti biaya tenaga kerja, penyusutan, serta jumlah dana pihak ketiga yang tidak disalurkan kembali dalam bentuk kredit. Pada tahun pada tahun 2010 ke 2011 jumlah kredit bermasalah mengalami penurunan sebesar 5,17%, kemudian pada tahun 2012 ke 2013 kembali mengalami penurunan sebesar 2,02%. Penurunan kredit ini diduga karena bunga yang

ditetapkan LPD dirasa rendah,

persayaratan mudah dan banyaknya masyarakat yang ingin meminjam dana untuk keperluan investasi, konsumsi, modal kerja dan pendidikan. Pada tahun 2010 ke 2011 terjadi kenaikan penyaluran kredit sebesar 24,02%, kemudian pada tahun 2012 ke 2013 kembali mengalami kenaikan sebesar 37,80%. Kenaikan penyaluran kredit diduga terjadi karena bunga yang ditetapkan dirasa rendah oleh masyarakat, keperluan biaya tenaga kerja dan konsumsi yang semakin tinggi.

Temuan Ismail (2011) menyatakan kredit bermasalah yang tinggi memiliki pengaruh negatif terhadap pendapatan dari lembaga keuangan sehingga dengan pengaruh tersebut jumlah laba yang akan didapatkan akan menjadi berkurang. Semakin rendah kredit bermasalah maka laba yang diperoleh semakin tinggi. Pernyataan tersebut sesuai dengan penurunan yang terjadi pada tahun 2010 ke 2011, namun data pada tahun 2012 ke 2013 juga mengalami penurunan akan tetapi laba juga mengalami penurunan, hal ini tidak sesuai dengan asumsi sebelumnya, sebab pernyataan yang diungkapkan tidak konsisten antara teori dengan kenyataan yang ada di lapangan sehingga perlu dikaji ulang.

Selain itu menurut Abdullah (2005) yang menyatakan bahwa jika kredit yang disalurkan kepada masyarakat semakin besar maka pendapatan yang diterima lembaga keuangan akan meningkat dan akan mempengaruhi besarnya laba yang diperoleh. Pernyataan tersebut sesuai dengan tahun 2010 ke 2011, namun pada tahun 2012 ke 2013 terjadi kenaikan penyaluran kredit tetapi laba mengalami penurunan. Hal ini juga tidak sesuai dengan teori dan temuan yang ada pada saat observasi awal dilapangan karena dari

(3)

teori dan kenyataan di lapangan berbeda sehingga perlu dikaji ulang.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan tersebut, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut. (1) pengaruh kredit bermasalah dan penyaluran kredit secara simultan terhadap laba pada LPD Desa Patas tahun 2010-2013, (2) pengaruh kredit bermasalah secara parsial terhadap penyaluran kredit pada LPD Desa Patas tahun 2010-2013, (3) pengaruh kredit bermasalah secara parsial terhadap laba pada LPD Desa Patas tahun 2010-2013, dan (4) pengaruh penyaluran kredit secara parsial terhadap laba pada LPD Desa Patas tahun 2010-2013. Manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah memberikan pengetahuan dan wawasan untuk mengembangkan ilmu manajemen keuangan pada LPD dan dapat memberikan masukan dan solusi untuk pemecahan masalah bagi LPD Desa Patas yang terkait dengan kredit bermasalah, penyaluran kredit, dan laba.

Istilah kredit bermasalah menurut Siamat (2004) merupakan kredit yang mengalami kesulitan dalam pelunasan akibat adanya kesengajaan dan atau karena faktor eksternal di luar kemampuan debitur seperti kondisi ekonomi yang buruk. Pendapat lain juga disampaikan oleh Siswanto Sutojo (1997) yang menyatakan kredit bermasalah adalah debitur mengingkari janji mereka membayar bunga dan atau kredit induk yang telah jatuh tempo, sehingga terjadi keterlambatan pembayaran atau sama sekali tidak ada pembayaran. Hasanuddin Rahman (1998) menyatakan kredit bermasalah adalah kredit yang pembayaran kembali utang pokok dan kewajiban bunganya tidak sesuai dengan persyaratan-persyaratan atau ketentuan-ketentuan yang ditetapkan pemberi kredit serta mempunyai risiko dalam penerimaan pendapatan dan bahkan

mungkin punya potensi untuk

mendatangkan kerugian terhadap bank sebagai kreditur. Selanjutnya pendapat Ismail (2011) menyatakan bahwa kredit bermasalah merupakan kredit yang telah disalurkan oleh bank, dan nasabah tidak dapat melakukan pembayaran atau melakukan angsuran sesuai dengan

perjanjian yang telah ditandatangani oleh bank dan nasabah. Penilaian atas penggolongan kredit baik kredit tidak bermasalah, maupun bermasalah tersebut dilakukan secara kuantitatif maupun kualitatif. Penilaian secara kuantitatif dilihat dari kemampuan debitur dalam melakukan pembayaran angsuran kredit, baik angsuran pokok pinjaman dan atau bunga. Adapun penilaian kredit secara kualitatif dapat dilihat dari prospek usaha dan kondisi keuangan debitur. Kredit bermasalah akan berakibat pada kerugian bank, yaitu tidak diterimanya kembali dana yang telah disalurkan, maupun pendapatan bunga yang tidak dapat diterima. Artinya, bank kehilangan kesempatan mendapatkan bunga yang berakibat pada penurunan pendapatan total. faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya jumlah kredit bermasalah adalah jumlah kredit dalam kriteria kurang lancar, diragukan dan macet. Pengukuran yang digunakan untuk mengetahui jumlah kredit bermasalah dengan membandingkan kredit bermasalah (kurang lancar, diragukan, dan macet) dengan jumlah kredit yang dikeluarkan selama periode tertentu.

Istilah penyaluran kredit menurut Rivai dan Veithzal (2007) adalah penyerahan barang, jasa atau uang dari satu pihak (kreditur atau pemberi pinjaman) atas dasar kepercayaan kepada pihak lain (nasabah atau pengutang) dengan janji membayar dari penerima kredit kepada pemberi kredit pada tanggal yang telah disepakati kedua belah pihak. Pendapat lain juga disampaikan oleh Anwar (2002), kredit adalah suatu jumlah prestasi oleh suatu pihak kepada pihak lain dan prestasi (jasa) itu akan dikembalikan lagi pada jangka waktu tertentu pada masa yang akan datang yang disertai dengan kontraprestasi (balas jasa) yang berupa uang. Selanjutnya Hasibuan (2001) menyatakan bahwa kredit adalah semua jenis pinjaman yang harus dibayar kembali bersama bunganya oleh peminjam sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati. Menurut Undang-Undang no. 7 tahun 1992 dalam Bab 1, Pasal 1 Ayat 12 kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank

(4)

dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan. Secara sederhana dapat ditarik kesimpulan bahwa penyaluran kredit adalah kredit yang diberikan atas dasar kepercayaan kedua belah pihak, dimana pihak kreditur percaya bahwa debiturnya akan segera melunasi utangnya, dan pihak debitur percaya bahwa pihak kreditur akan menagih piutangnya pada saat jatuh tempo.

Adapun tujuan penyaluran kredit (Kasmir, 2008) adalah (1) mencari keuntungan, tujuan utama kredit adalah untuk memperoleh keuntungan. Hasil keuntungan ini diperoleh dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah. Keuntungan ini penting untuk kelangsungan hidup bank, disamping itu keuntungan juga dapat membesarkan usaha bank. (2) Membantu usaha nasabah, kredit bertujuan untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja. Dengan dana tersebut, maka pihak debitur

akan dapat mengembangkan dan

memperluas usaha. (3) Membantu pemerintah, bahwa dengan banyaknya kredit yang disalurkan oleh bank-bank, hal ini berarti dapat meningkatkan pembangunan di segala sektor, khususnya di sektor ekonomi. Unsur-unsur dalam penyaluran kredit menurut Kasmir (2008) adalah (1) kepercayaan, adanya keyakinan dari pihak bank terhadap prestasi yang diberikan kepada nasabah/ debitur yang akan dilunasinya sesuai dengan jangka waktu yang diperjanjikan. (2) Jangka waktu, adanya jangka waktu antara pemberian kredit dan pelunasannya, dimana jangka waktu tersebut sebelumnya telah ditentukan terlebih dahulu, berdasarkan kesepakatan bersama. (3) Prestasi, adanya objek berupa prestasi dan kontraprestasi pada saat tercapainya kesepakatan dalam perjanjian pemberian kredit antara bank dengan nasabah debitur, berupa bunga atau imbalan. (4) Risiko, adanya jangka waktu antara pemberian kredit dan pelunasannya, memungkinkan adanya risiko dalam perjanjian kredit tersebut. Untuk mencegah terjadinya risiko tersebut, maka diadakan

pengikatan jaminan/ agunan yang dibebankan kepada pihak nasabah debitur.

Budiawati (2012) juga menjelaskan fungsi kredit secara luas sebagai berikut. (1) Untuk meningkatkan daya guna uang. Dengan adanya kredit dapat meningkatkan daya guna uang maksudnya jika uang tersebut hanya disimpan saja maka tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna. Dengan disalurkan dalam bentuk kredit, uang tersebut menjadi memiliki kegunaan untuk menghasilkan barang atau jasa oleh si penerima kredit (debitur). (2) Untuk meningkatkan peredaran uang dan lalu lintas uang. Dalam hal ini, uang yang disalurkan akan mengalami peredaran dari satu wilayah ke wilayah lain sehingga pada suatu daerah tertentu yang mengalami kekurangan uang, dengan memperoleh kredit maka daerah tersebut akan memperoleh tambahan uang dari daerah lainnya. (3) Untuk meningkatkan daya guna barang. Kredit yang disalurkan oleh pihak bank akan sangat berguna bagi pihak debitur untuk memproduksi atau mengolah barang yang tidak berguna menjadi barang yang berguna dan bermanfaat. (4) Untuk

meningkatkan peredaran barang.

Penyaluran kredit dapat pula menambah atau memperlancar arus peredaran barang dari satu wilayah ke wilayah lainnya sehingga jumlah barang yang beredar di pasaran menjadi bertambah. (5) Sebagai alat stabilitas ekonomi. Dengan menyalurkan kredit, kreditur dapat dikatakan telah membantu stabilitas ekonomi negara, karena dengan adanya kredit yang disalurkan akan dapat membantu masyarakat untuk menggunakan dan memanfaatkan uang tersebut untuk membangun usaha atau membeli barang yang diperlukan oleh masyarakat. (6) Kredit dapat mengaktifkan atau meningkatkan aktifitas-aktifitas atau kegunaan potensi-potensi ekonomi yang ada. Bagi pihak debitur tentu akan dapat meningkatkan gairah untuk membuka bisnis atau usaha baru, apalagi bagi pihak debitur yang memiliki modal pas-pasan. (7) Kredit sebagai jembatan untuk meningkatkan pemerataan pendapatan nasional. Semakin banyak kredit yang disalurkan akan semakin baik, terutama dalam hal peningkatan pendapatan. Jika suatu kredit

(5)

diberikan untuk membangun suatu usaha baru atau membuka lapangan pekerjaan baru, maka usaha atau bisnis tersebut akan dapat menampung tenaga kerja atau karyawan baru, dengan kata lain dapat mengurangi pengangguran. (8) Kredit sebagai alat hubungan ekonomi internasional. Kredit dapat membantu negara-negara berkembang yang sedang mengalami krisis ekonomi (moneter) dengan meminjam dana pada negara lain yang telah maju sehingga mereka dapat terus tumbuh dan berkembang untuk memperbaiki stabilitas perekomian negara merka, serta dilain pihak dapat mempererat hubungan ekonomi internasional antar negara tersebut. Budiawati (2012) mengemukakan dalam menyalurkan kredit beberapa hal yang diperjanjikan dalam perjanjian kredit antara lain: (1) Jangka waktu, (2) Suku bunga, (3) Cara pembayaran, (4) Agunan/ jaminan kredit, (5) Biaya administrasi, dan (6) Asuransi jiwa dan tagihan. Perjanjian kredit dapat berakhir karena ditentukan oleh pihak kreditur dan debitur terlebih dahulu dalam perjanjian kredit tersebut atau karena adanya pembatalan oleh salah satu pihak terhadap perjanjian tersebut. Fungsi dari adanya perjanjian kredit adalah (1) sebagai perjanjian pokok. Perjanjian kredit menjadi perjanjian dasar yang harus ditaati dan dipatuhi oleh kedua belah pihak (kreditur dan debitur). (2) Sebagai alat bukti mengenai batasan hak dan kewajiban antara kreditur dan debitur. Perjanjian kredit membatasi apa saja yang menjadi hak dan kewajiban antara pihak kreditur dan debitur. (3) Sebagai alat monitoring kredit. Semua hal yang tertuang dalam perjanjian kredit dapat menjadi alat untuk monitoring kredit yang wajib dipatuhi oleh kedua belah pihak dan apabila ada salah satu pihak yang melanggar perjanjian tersebut, maka perjanjian kredit dapat dibatalkan. Dalam prakteknya, perjanjian Kredit memiliki dua bentuk, yaitu: (1) Dalam bentuk akta bawah tangan merupakan akta perjanjian yang baru memiliki kekuatan hukum pembuktian apabila diakui oleh pihak-pihak yang menanda-tangani dalam akta perjanjian tersebut. Agar akta ini tidak mudah dibantah, maka diperlukan pelegalisasian oleh notaris, agar memiliki kekuatan hukum

pembuktian yang kuat seperti akta otentik. (2) Dalam bentuk akta otentik. Merupakan akta perjanjian yang memiliki kekuatan hukum pembuktian yang sempurna, karena ditanda tangani langsung oleh pejabat pembuat akta, yaitu Notaris, dan akta ini dianggap sah dan benar tanpa perlu membuktikan keabsahannya dari tanda tangan pihak lain.

Istilah laba menurut Soemarso (1995) menerangkan bahwa laba adalah selisih semua pendapatan dan keuntungan terhadap semua biaya dan kerugian. Mulyono (1999) menyatakan laba adalah selisih antara pendapatan dalam suatu periode dengan biaya yang dikeluarkan untuk mendatangkan laba Pendapat lain juga disampaikan oleh Henry Simamora (2002) bahwa laba adalah membandingkan antara pendapatan dengan beban, kalau pendapatan melebihi beban maka hasilnya adalah laba bersih. Pendapat yang disampaikan oleh Simamora menekankan pada membandingkan antara pendapatan dengan beban. Apabila pendapatan lebih besar dari seluruh beban yang dikeluarkan maka perusahaan akan mendapatkan laba bersih. Selanjutnya pendapat Sofyan Syafri (2004) mendefinisikan laba sebagai jumlah yang berasal dari pengurangan harga pokok produksi, biaya lain dan kerugian dari penghasilan atau penghasilan operasi. Pengertian yang disampaikan oleh Sofyan menunjukan bahwa laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan berasal dari penghasilan atau pengahasilan operasi dikurangi dengan jumlah biaya-biaya yang dikeluarkan selama melakukan aktivitas operasional, yang meliputi harga pokok produksi dan biaya lain serta kerugian-kerugian yang dialami oleh perusahaan. Suwardjono (2008) menyatakan bahwa laba tersebut tidak terlepas dari laba bersih dan laba kotor. Laba bersih merupakan laba yang didapatkan setelah terjadi berbagai macam biaya-biaya yang dikeluarkan. Sedangkan, laba kotor adalah selisih antara penjualan dan harga pokok penjualan. Laba kotor mengindikasikan seberapa jauh perusahaan mampu menutupi biaya produknya. Secara sederhana laba adalah selisih dari seluruh total pendapatan yang diperoleh oleh perusahaan dikurangi atas semua biaya

(6)

yang dikeluarkan. Tuanakotta (2001) mengemukakan, jenis-jenis laba dalam hubungannya dengan perhitungan laba, yaitu: (1) Laba kotor, (2) Laba dari operasi, dan (3) Laba bersih. Laba kotor yaitu perbedaan antara penjualan dengan harga pokok penjualan, laba dari operasi yaitu selisih antara laba kotor dengan total beban, dan laba Bersih yaitu angka terakhir dalam perhitungan laba rugi dimana untuk mencarinya laba operasi ditambah pendapatan lain-lain dikurangi oleh beban lain-lain.

METODE

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian kuantitatif kausal. Subjek dalam penelitian ini adalah LPD Desa Patas dan yang menjadi objek penelitian adalah kredit bermasalah (X1), penyaluran kredit (X2),

dan laba (Y). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh laporan keuangan yang

dalam hal ini berupa laporan keuangan bulanan LPD Desa Patas dari sejak mulai berdiri (tahun 1990) sampai tahun 2013. Sedangkan yang menjadi sampel adalah laporan keuangan bulanan LPD Desa Patas dari tahun 2010-2013. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dalam bentuk persentase (rasio) berupa persentase kredit bermasalah, penyaluran kredit, dan laba perbulan yang bersumber dari laporan kegiatan bulanan LPD Desa Patas. Data dikumpulkan dengan teknik dokumentasi kemudian dianalisis menggunakan teknik analisis jalur.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Hasil dari analisis jalur dengan bantuan program aplikasi Statistik Product and Service Solution (SPSS 16), dan diperoleh ringkasan output SPSS seperti nampak pada Tabel 1.

Tabel 1. Pengujian Hipotesis

Parameter Koefisien P-Value Alpha Keputusan Kesimpulan

Ryx1x2 0,570 0,000 0,05 Menolak H0 Ada pengaruh kredit bermasalah dan

penyaluran kredit terhadap laba

R2yx1x2 0,325 0,000 0,05 Besar pengaruh kredit bermasalah dan

penyaluran kredit terhadap laba adalah 35,2%

Px2x1 -0,354 0,013 0,05 Menolak H0 Ada pengaruh kredit bermasalah

terhadap penyaluran kredit

Pyx1 -0,417 0,003 0,05 Menolak H0 Ada pengaruh kredit bermasalah

terhadap penyaluran kredit

Pyx2 0,268 0,047 0,05 Menolak H0 Ada pengaruh penyaluran kredit

terhadap laba

Ρyε 0,675 Ada pengaruh lain terhadap laba

sebesar 67,5% Sumber: Output SPSS

Berdasarkan Tabel 1 dapat dijelaskan dari hasil analisis yang telah dilakukan, diketahui bahwa kredit bermasalah dan penyaluran kredit terhadap laba pada LPD

Desa Patas. Pengaruh masing-masing variabel seperti nampak pada Gambar 1

(7)

Ke Keterangan: X1= Kredit Bermasalah X2= Penyaluran Kredit Y = Laba ε = Variabel Lain

Besarnya sumbangan pengaruh langsung dan tidak langsung dari X1 dan X2

terhadap Y dalam penelitian ini, hasilnya dapat dilihat pada Tabel 2

Gambar 1. Struktur Pengaruh Variabel Kredit Bermasalah (X1) dan Penyaluran

Kredit (X2) Terhadap Laba (Y)

Tabel 2. Sumbangan Pengaruh Variabel Kredit Bermasalah (X1) dan Penyaluran Kredit (X2)

Terhadap Laba (Y).

Keterangan Besar Sumbangan Persentase

Besar pengaruh langsung X1 terhadap Y 0,17 17%

Besar pengaruh tidak langsung X1 terhadap Y melalui X2 -0,09 -9%

Besar pengaruh total X1 terhadap Y 0,26 26%

Besar pengaruh langsung X2 terhadap Y 0,06 6%

Besar pengaruh total X2 terhadap Y 0,06 6%

Berdasarkan pada Tabel 1 dan Tabel 2 menunjukkan bahwa kredit bermasalah dan penyaluran kredit berpengaruh terhadap laba pada LPD Desa Patas. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai p-value Ryx1x2 < alpha (α). Besar pengaruh secara

bersama-sama dari kredit bermasalah dan dan penyaluran kredit terhadap laba adalah 0,32. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebesar ini menyatakan bahwa variabel laba dipengaruhi oleh kredit bermasalah dan penyaluran kredit sebesar 32% sedangkan 68% dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel lain yang diduga mempengaruhi laba adalah pendapatan operasional dan dana pihak ketiga (Sudirman, 2000).

Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa ada pengaruh kredit bermasalah terhadap penyaluran kredit pada LPD Desa Patas. Hasil tersebut ditunjukkan dengan nilai p-value Px2x1 < alpha (α). Besar

sumbangan pengaruh dari kredit bermasalah terhadap penyaluran kredit yaitu 0,13% Artinya semakin rendah kredit bermasalah maka kredit yang disalurkan akan semakin meningkat sebesar 0,13% sedangkan pengaruh faktor lain terhadap penyaluran kredit sebesar 0,87% dan koefisien Px2x1 sebesar -0,354 dengan nilai

p-value Px2x1 <alpha (α).

Hasil penelitian pada Tabel 1 menunjukkan bahwa ada pengaruh kredit bermasalah terhadap laba pada LPD Desa patas. Besar sumbangan pengaruh dari kredit bermasalah terhadap laba adalah 0,17% dan koefisien Pyx1 sebesar -0,417%

dengan nilai p-value Pyx1 < alpha (α). Hal

ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kredit bermasalah maka laba akan semakin menurun. Begitu pula sebaliknya semakin rendah kredit bermasalah maka laba yang akan diperoleh semakin tinggi.

Pyx1 = -0,417 Pyx2 = 0,268 Ρyε=0,675 X1 X2 Y Px2x1= -0,354 R2yx1x2 = 0,325

(8)

Temuan yang dapat dilihat pada Tabel 1 adalah ada pengaruh dari penyaluran kredit terhadap laba pada LPD Desa Patas. Besar sumbangan pengaruh dari penyaluran kredit terhadap laba adalah 0,06% dan koefisien Pyx2 sebesar 0,268%

dengan nilai p-value Pyx2 < alpha (α). Hal

ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kredit yang disalurkan maka laba juga akan semakin tinggi, begitu juga sebaliknya semakin rendah kredit yang disalurkan maka laba akan semakin menurun.

Pembahasan

Hasil pengujian hipotesis pertama diperoleh bahwa kredit bermasalah dan penyaluran kredit berpengaruh signifikan terhadap laba pada LPD Desa Patas. Hasil ini menunjukkan bahwa secara bersama-sama kredit bermasalah dan penyaluran kredit berpengaruh terhadap laba. Hasil penelitian ini sesuai dengan temuan Rivai (2007) yang menyatakan bahwa tingginya kredit bermasalah yang berarti memburuknya kualitas aktiva produktif (kredit yang disalurkan, surat berharga, penempatan, dan penyertaan) dari lembaga keuangan selanjutnya menyebabkan

menurunnya kemampuan untuk

menghasilkan laba. Dengan demikian pengaruh kualitas aktiva produktif apabila meningkat maka perolehan laba juga akan ikut meningkat sedangkan pengaruh kredit

bermasalah meningkat akan

mengakibatkan hilangnya kesempatan memperoleh laba.

Pada pengujian hipotesis yang kedua diperoleh hasil bahwa kredit bermasalah memiliki pengaruh negatif terhadap penyaluran kredit. Penelitian ini sejalan dengan pernyataan Warijo (2005) bahwa perilaku penawaran atau penyaluran kredit lembaga keuangan dipengaruhi oleh suku bunga, persepsi terhadap prospek usaha debitur dan faktor lain seperti karakteristik internal lembaga keuangan yang meliputi sumber dana pihak ketiga, permodalan yang dapat diukur dengan rasio kecukupan modal dan jumlah kredit bermasalah. Semakin tinggi kredit bermasalah akan dapat menimbulkan keengganan dalam menyalurkan kredit. Peningkatan kredit bermasalah juga akan mengakibatkan

tersendatnya penyaluran kredit dan akan mengalami kerugian

.

Hasil pengujian hipotesis ketiga bahwa kredit bermasalah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap laba pada LPD Desa Patas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rendahnya kredit bermasalah akan menyebabkan laba meningkat. Penelitian ini sejalan dengan pernyataan Ismail (2011) yang menyatakan kredit bermasalah yang tinggi memiliki pengaruh negatif terhadap pendapatan dari lembaga keuangan sehingga dengan pengaruh tersebut jumlah laba yang akan didapatkan akan menjadi berkurang. Hasil penelitian ini didukung oleh temuan penelitian empirik dari Setiautama (2010) menyatakan terdapat pengaruh yang negatif antara kredit bermasalah dan laba. Semakin kecil risiko kredit bermasalah akan menyebabkan peningkatan jumlah laba, dan sebaliknya.

Hasil pengujian hipotesis keempat bahwa penyaluran kredit berpengaruh positif dan signifikan terhadap laba pada LPD Desa Patas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kredit yang disalurkan, semakin besar laba yang diperoleh. Hasil penelitian ini mendukung temuan Abdullah (2005) yang menyatakan bahwa jika kredit yang disalurkan kepada

masyarakat semakin besar maka

pendapatan yang diterima lembaga keuangan akan meningkat dan akan mempengaruhi besarnya laba yang diperoleh. Jika kredit yang disalurkan rendah maka kesempatan memperoleh laba akan semakin kecil.

Dalam penelitian ini, tentunya ada beberapa keterbatasan atau kelemahan dari hasil penelitian ini diantaranya (a) subyek yang diteliti hanya pada LPD Desa Patas (b) jumlah variabel operasional terbatas, yaitu kredit bermasalah, penyaluran kredit, dan laba, meskipun secara teoritis dan empiris masih terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi laba. Rekomendasi bagi peneliti selanjutnya yang ingin mengadakan penelitian serupa, agar bisa memperluas/ menambahkan obyek yang diteliti dan tempat penelitian lainnya.

(9)

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan beberapa hal, diantaranya: (1) ada pengaruh signifikan dari kredit bermasalah dan penyaluran kredit terhadap laba pada LPD Desa Patas, (2) ada pengaruh negatif dan signifikan dari kredit bermasalah terhadap penyaluran kredit pada LPD Desa Patas, (3) ada pengaruh negatif dan signifikan dari kredit bermasalah terhadap laba pada LPD Desa Patas, dan (4) ada pengaruh positif dan signifikan dari penyaluran kredit terhadap laba pada LPD Desa Patas. Berdasarkan pembahasan dan simpulan, maka dapat diajukan beberapa saran, yaitu: (1) Bagi pihak LPD Desa Patas agar lebih selektif dalam mengelola manajemen keuangannya dan berfokus pada kredit bermasalah serta penyaluran kredit. Upaya menurunkan kredit bermasalah dapat dilakukan dengan mengkaji sistem pemberian kredit, sehingga kredit yang disalurkan dapat berputar dengan baik. Jika pendapatan mampu ditingkatkan dan berbagai kerugian dapat ditekan serendah mungkin maka LPD Desa Patas akan mampu mencapai laba yang optimal sesuai dengan yang diharapkan. (2) Bagi para peneliti, khususnya yang tertarik dan berminat untuk mendalami tentang pengaruh kredit bermasalah dan penyaluran kredit terhadap laba, diharapkan untuk menambah subjek penelitian agar menjadi lebih luas, serta objek penelitian atau variabel lain yang mungkin bisa ditambah. Peneliti lain diharapkan dapat mencantumkan penelitian ini sebagai referensi penelitian terdahulu untuk mengkaji ulang dan menguji kehandalan dari penelitian ini. DAFTAR RUJUKAN

Abdullah, Faisal. 2005. Manajemen Perbankan. Malang: UMM.

Anwar, Prabu Mangkunegara. 2002. Pasar Modal Sebagai Sarana Pembiayaan dan Investasi. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Budiawati, Winda. 2012. Pengaruh Pertumbuhan Aktiva Produktif dan

Dana Pihak Ketiga terhadap Kinerja Operasional pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Jurusan Manajemen, Universitas Hassanudin.

Hasanuddin,Rahman. 1998. Aspek-Aspek Hukum Pemberian Kredit Perbankan di Indonesia. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Hasibuan. Malayu S.P. 2001. Dasar-Dasar

Perbankan. Jakarta: PT Bumi

Aksara.

Ismail. 2011. Manajemen Perbankan Dari

Teori Menuju Aplikasi. Jakarta:

Kencana.

Kasmir. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Mulyono. 1999. Analisis Kegunaan Rasio Keuangan. Yogyakart, Liberty. Rivai, H.Veithzal Dan Andria Permata

Veithzal. 2007. Credit Management

Handbook. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada.

Siamat, Dahlan. 1995. Manajemen

Lembaga Keuangan. Jakarta:

Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Simamora, Henry. 2002. Akuntansi Manajemen. Edisi 2. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Siswanto Sutojo. 1997. Menangani Kredit Bermasalah. Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo.

Soemarso. 1995. Akuntansi Suatu Pengantar. Buku Kesatu. Edisi ke-4. Jakarta: Rineka Cipta

Sofyan Syafri Harahap. 2004. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Cetakan Kelima. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.

Sudirman, I Ketut. 2000. Manajemen Perbankan Suatu Aplikasi Dasar. Denpasar: PT BP

(10)

Suwardjono. 2008. Teori Akuntansi:

Perekayasaan Pelaporan

Keuangan. Edisi 3. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.

Tuanakotta M. Theodorus, 2001. Teori Akuntansi, Edisi Kedelapan.Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Warijo. 2005. Bank Indonesia Bank Sentral

Republik Indonesia. Jakarta: Pusat

Pendidikan dan Studi

Referensi

Dokumen terkait

Campuran papain dan risin sangat berperan dalam proses metamorphosis serangga yang diduga pada saat prapupa larva mengalami penurunan aktivitas makan sehingga

Data penelitian meliputi 1) kondisi pembelajaran/tutorial penulisan karya ilmiah dalam kegiatan pembelajaran/tutorial mahasiswa S1 PGSD pokjar Tuban 2) proses model

Setelah memahami dan menganalisis penelitian di atas, maka dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa Persoalan pendidikan akhlak hingga saat ini masih harus diutamakan,

Antisosial adalah sikap dan perilaku yang tidak mempertimbangkan penilaian dan keberadaan orang lain ataupun masyarakat secara umum di sekitarnya. Seseorang yang antisosial

II Invasi tumor keluar dari uterus tetapi tidak sampai ke dinding panggul atau mencapai 1/3 bawah vagina.. IIA Tanpa invasi ke parametrium IIB Invasi

relevance of an issue (adanya hubungan personal dengan isu bersangkutan). Dengan kata lain keterlibatan ego mengacu kepada seberapa penting suatu isu dalam kehidupan

Telah dibuat Aplikasi Logika Fuzzy Untuk Pendukung Keputusan Penentuan Keluarga Miskin di Kota Yogyakarta yang dapat membantu pemerintah Kota Yogyakarta dalam penentuan

Bank Kustodian akan menerbitkan Surat Konfirmasi Transaksi Unit Penyertaan yang menyatakan antara lain jumlah Unit Penyertaan yang dijual kembali dan dimiliki serta Nilai Aktiva