• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II URAIAN TEORITIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II URAIAN TEORITIS"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

URAIAN TEORITIS 2.1. Kerangka Teori

2.1.1 Komunikasi

Komunikasi adalah kebutuhan dasar untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Hakikat komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia (Efendy, 2003:8). Ada banyak pengertian yang dapat menggambarkan mengenai komunikasi, berikut ini adalah beberapa diantaranya.

Awalnya, istilah komunikasi mengandung makna “bersama-sama” (common,commones) yang berasal dari bahasa Inggris. Asal istilah komunikasi atau communication berasal dari bahasa Latin yaitu communicatio, yang berarti pemberitahuan, pemberi bagian (dalam sesuatu), pertukaran dimana si pembicara mengharapkan pertimbangan atau jawaban dari pendengaranya; untuk ikut ambil bagian (Liliweri, 1991: 1). Adapun menurut Cherry, Istilah komunikasi berpangkal pada perkataan latin Communis yang artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih (Cangara,2006:18).

Komunikasi juga dapat diartikan sebagai suatu proses penyampaian suatu pesan dalam bentuk lambang bermakna sebagai panduan pikiran dan perasaan berupa ide, informasi, kepercayaan, harapan, imbauan; yang dilakukan seseorang kepada orang lain secara tatap muka maupun tidak langsung, melalui media, dengan tujuan mengubah sikap, pandangan, ataupun perilaku ( Effendy, 2003:60).

Banyak ahli mendefinisikan komunikasi dalam berbagai sudut pandang yang macam- macam, dan menyebutkan bahwa ilmu komunikasi sebagai ilmu yang eklisitis yaitu ilmu yang merupakan gabungan dari berbagai disiplin ilmu. Pada dasarnya komunikasi adalah sebagai proses pernyataan antara manusia, yang dapat berupa pikiran atau perasaan seorang kepada orang lain dengan

(2)

menggunakan lambang (bahasa) baik verbal maupun non verbal sebagai alat penyalurnya.

2.1.2. Public Relation

Pengertian public relation adalah: Interaksi dan menciptakan opini publik sebagai input yang menguntungkan untuk kedua belah pihak, dan merupakan profesi yang profesional dalam bidangnya karena merupakan faktor yang sangat penting dalam pencapaian tujuan organisasi dengan secara tepat dan dengan secara terus menerus karena public relation merupakan kelangsungan hidup organisasi yang bersangkutan (Maria, 2002, hal.7).

Menurut Coulsin Thomas defenisi public relation adalah usaha yang direncakan terus menerus dengan sengaja, guna membangun dan mempertahankan pengertian timbal balik antara organisasi dan masyarakatnya. Pendapat ini menunjukan bahwa public relation dianggap sebuah proses atau aktivitas yang bertujuan untuk menjalin komunikasi antara organisasi dan pihak luar.

(http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/07/public-relation-definisi-fungsi-dan.html)

Menurut Davis Tujuan utama dari public relation adalah mempengaruhi perilaku orang secara individu maupun kelompok saat saling berhubungan, melalui dialog dengan semua golongan, dimana persepsi, sikap dan opininya penting terhadap suatu kesuksesan sebuah

perusahaan.(http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/07/public-relation-definisi-fungsi-dan.html)

Menurut Rosady Ruslan (2001, Hal.246) tujuan public relation adalah sebagaiberikut:

a. Menumbuhkembangkan citra perusahaan yang positif untuk

publik eksternal atau masyarakat dan konsumen.

b.Mendorong tercapainya saling pengertian antara publil sasaran dengan perusahaan.

(3)

c.Mengembangkan sinergi fungsi pemasaran dengan public relation.

d.Efektif dalam membangun pengenalan merek dan pengetahuan merek. e. Mendukung bauran pemasaran.

Menurut Maria (2002,Hal.31), “public relation merupakan satu bagian dari satu nafas yang sama dalam organisasi tersebut, dan harus memberi identitas organisasinya dengan tepat dan benar serta mampu mengkomunikasikannya sehingga publik menaruh kepercayaan dan mempunyai pengertian yang jelas dan benar terhadap organisasi tersebut”. Hal ini sekedar memberikan gambaran tentang fungsi public relation yaitu:

1. Kegiatan yang bertujuan memperoleh itikad baik, kepercayaan, saling adanya pengertian dan citra yang baik dari publik atau masyarakat pada umumnya.

2. Memiliki sasaran untuk menciptakan opini publik yang bisa diterima dan menguntungkan semua pihak.

3. Unsur penting dalam manajemen guna mencapai tujuan yang spesifik, sesuai harapan publik, tetapi merupakan kekhasan organisasi atau perusahaan. Sangat penting bagaimana organisasi memiliki warna, budaya, citra, suasana, yang kondusif dan menyenangkan, kinerja meningkat, dan produktivitas bisa dicapai secara optimal.

4. Usaha menciptakan hubungan yang harmonis antara organisasi atau perusahaan dengan publiknya, sekaligus menciptakan opini publik sebagai efeknya, yang sangat berguna sebagai input bagi organisasi atau perusahaan Yang bersangkutan.

Dapat disimpulkan bahwa public relation lebih berorientasi kepada pihak perusahaan untuk membangun citra positif perusahaan, dan hasil yang lebih baik dari sebelumnya karena mendapatkan opini dan kritik dari

(4)

konsumen. Tetapi jika fungsi public relation yang dilaksanakan dengan baik benar-benar merupakan alat yang ampuh untuk memperbaiki, mengembangkan peraturan, budaya organisasi, atau perusahaan, dan suasana kerja yang kondusif, serta peka terhadap karyawan, maka diperlukan pendekatan khusus dan motivasi.

2.1.3 Gathering

Special Event adalah suatu kegiatan khusus yang harus dapat menarik

perhatian publik terhadap perusahaan. Kegiatan acara ini sangat penting untuk mempublikasikan perusahaan dan menciptakan image perusahaan yang positif. Salah satu dari kegiatan khusus ini adalah kegiatan gathering. Dalam kegiatan Gathering humas harus dapat menarik perhatian dari publik internal. Dengan diselenggarakannya event ini, perusahaan mengharapkan seluruh karyawan dapat terhibur dan menghilangkan stress dari rutinitas sehari-hari dikantor. Sehingga dapat meningkatkan kinerja karyawan.

Menurut Ruslan (1998) dalam buku Public Relations Praktis (2009, hal 103) mengemukakan, bahwa untuk menyelenggarakan acara atau kegiatan khusus (special event), Humas harus mampu menarik perhatian dari public terhadap perusahaan atau produk tertentu, yang ingin ditampilkan melalui aktivitas special event itu sendiri.

Dr J. Goldblatt (1997) mendefinisikan Special Event is a unique moment in

time celebrated with ceremony and ritual to satisfy specific needs.

Definisi diatas dapat diartikan Special Event adalah sebuah momen yang unik dalam waktu dirayakan dengan upacara dan ritual untuk memenuhi kebutuhan spesifik.

Dari pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Special Event adalah suatu acara yang menarik untuk diselenggarakan oleh perusahaan untuk menarik perhatian publik internal maupun publik eksternal. Dalam kegiatan public

(5)

relations, salah satu Special Event ini adalah kegiatan gathering yang merupakan salah satu kiat keberhasilan dalam menciptakan hubungan antara pimpinan dan karyawan, maupun antara karyawan itu sendiri.

Oemi (2001: 27), mengemukakan:

“Bahwa dalam public relation terdapat suatu usaha untuk mewujudkan

hubungan yang harmonis antara sesuatu badan dengan publiknya, usaha menyenangkan sehingga akan timbul opini publik yang menguntungkan bagi kelangsungan hidup badan itu.”

Kegiatan ini dilaksanakan oleh public relation dengan menunjukkan hal-hal dengan menunjukkan hal-hal-hal-hal yang positif yang telah dilaksanakan dan direncanakan. Memberikan keterangan-keterangan atau penjelasan-penjelasan kepada publik dengan jujur, sehingga publik merasa Well-informed dan diikutkan dalam usaha instansi itu. Selain dari pada itu sikap simpati yang ramah dan kata-kata yang sopan, yang menunjukkan perhatian publik, perhatian terhadap kritik-kritik dan saran-saran pegawai dengan bijaksana akan memberikan kepuasan pada usaha-usaha gathering tadi (Oemi, 2001: 27).

Kemudian Effendy, berpendapat : “ gathering adalah perantara antara pimpinan organisasi dengan publik, baik publik internal maupun publik eksternal. Publik mengetahui rencana kebijaksanaan, dan usaha-usaha pimpinan organisasi dari gathering” (1999: 31).

Menurut Silvia dan Widodo (2009, 58) kegiatan gathering adalah salah satu cara untuk menjalin hubungan yang lebih baik antara pimpinan dengan karyawan.Tujuan acara ini adalah agar karyawan termotivasi, sebab motivasi sangat mempengaruhi pada kinerja organisasi. dalam kegiatan event gathering juga diharapkan hubungan yang harmonis akan memudahkan komunikasi kedua belah pihak di kemudian hari. Bisa juga dalam acara ini disisipkan acara perkenalan susunan pejabat baru ataupun layanan terbaru. media gathering ini memberikan peluang terciptanya suasana hangat dan kondusif antara pimpinan dengan staf perusahaan.

(6)

Lingkungan kerja yang kondusif dan harmonis adalah merupakan aspek penting bagi karyawan untuk memberikan hasil yang maksimal kepada perusahaan. Dan perusahaan harus memelihara keharmonisan dan kekondusifan lingkungan kerja tersebut demi produktifitas yang sinergi diantara karyawannya

Gathering merupakan salah satu media yang dapat digunakan untuk menjaga sinergi tersebut. kami akan memberikan program yang dapat membawa peserta kepada lingkungan yang berbeda dari yang ditemukannya sehari-hari. Tingkat stres dalam pekerjaan perlu di netralisasi dengan bersenda gurau bersama dapat menciptakan suasana menyenangkan bagi semua yang hadir. Setiap orang bisa membuka diri tanpa perlu bersikap dan berfungsi sesuai jabatannya.

Dalam hal ini gathering bersifat untuk kesenangan bukan berupa kegiatan membahas permasalahan perusahaan, kelompok atau yang lainnya. Seyogyanya kegiatan ini sebagai kegiatan penyegaran baik fisik maupun non fisik, sehingga diharamkan di dalam kegiatan gathering membahas permasalahan yang berkaitan kantor, perusahaan atau organisasi.

Tujuan gathering secara umum adalah meningkatkan kebersamaan, semangat, loyalitas, kesatuan dan persatuan sesama karyawan (espirit de corps). Sehingga diharapkan sekembalinya peserta gathering dari kegiatan tersebut peserta lebih segar dan jernih baik jasmani maupun rohaninya. Dan ini tentu baik bagi kemajuan suatu perusahaan.

Makanya kegiatan-kegiatan dalam suatu gathering biasanya diisi dengan kegiatan permainan-permainan yang menyenangkan dan menantang dalam aktifitas misalnya fun games, perlombaan, team building, outbond, outing, dll disamping itu ada kegiatan pembagian doorprize, bernyanyi, senam santai, dll.

Melalui kegiatan ini karyawan dapat bersosialisasi dengan pimpinan maupun karyawan lainnya. Dalam Event Gathering biasanya perusahaan mengadakan permainan (games) untuk peserta Gathering. Tujuannya adalah untuk menjalin hubungan atau disengaja untuk memperkenalkan dengan karyawan

(7)

lainnya. Biasanya panitia acara memilih karyawan-karyawan yang belum saling kenal atau karyawan yang jarang bersosialisasi.

Adapun langkah-langkah persiapan dan pelaksanaan media Gathering adalah sebagai berikut:

1. Membuat proposal atau rencana kegiatan yang mencakup tujuan, manfaat, tema, konsep dan susunan acara, ketua dan anggota tim kepanitiaan, waktu dan tempat, undangan serta anggaran yang dibutuhkan.

2. Pesan tempat yang sesuai dengan konsep acara

3. Memberitahukan kepada peserta Gathering dengan menyebutkan susunan acara dan contact person untuk kepastian kehadiran.

4. Siapkan logistic seperti catering, transportasi, audio visual, dan lain-lain.

5. Siapkan pidato pembukaan untuk pimpinan perusahaan yang akan membuka acara.

6. Pilih Moderator atau pemandu acara sedapat mungkin menarik dan dapat membawa suasana yang segar dan akrab.

7. Hiburan seperti permainan, musik, dan lagu sangat penting untuk menciptakan suasana yang cair.

8. Dokumentasikan acara dengan baik. Walaupun acara informal, disarankan tetap ada sesi foto bersama.

Beberapa contoh format acara adalah coffee morning, makan siang atau malam, buka puasa bersama, product atau service soft launching, wisata bersama, bermain atau bertanding olahraga bersama, dan lain-lain.

(8)

2.1.4 Keakraban

Seperti yang dikemukakan Fisher (1986:261-262), keakraban merupakan salah satu hal yang serta kaitannya dengan komunikasi self-disclosure. Apa yang diungkapkan itu bisa saja hal-hal yang sifatnya pribadi atau intim misalnya mengenai perasaan kita, tetapi bisa juga mengenai hal-hal yang sifatnya umum, seperti pandangan kita terhadap situasi politik mutakhir di tanah air atau bisa saja antara hal yang intim/pribadi dan hal yang impersonal publik.

Berkenaan dengan dimensi self-disclosure yang disebut terakhir, kita bisa mengacu pada apa yang dinamakan Struktur Kepribadian Pete yang dikembangkan Irwin Altman dan Dalmas Taylor dengan Teori Penetrasi Sosial-nya (lihat, Griffin, 2003:134). Dalam Struktur Kepribadian Pete ini, digambarkan kepribadian manusia itu seperti bawang, yang memiliki lapisan-lapisan. Setiap lapisan itu menunjukkan derajat keakraban orang yang menjalin relasi atau berkomunikasi. Dalam konteks ini berarti kita sudah mulai membicarakan soal kedalaman (depth) dan keluasan (breadth) self-disclosure. Sejauh mana kedalaman dalam self-disclosure itu akan ditentukan oleh derajat keakraban kita dengan lawan komunikasi.

Makin akrab kita dengannya maka akan makin dalam self-disclosure-nya. Selain itu, akan makin luas juga cakupan bahasan yang kita komunikasikan melalui self-disclosure itu. Ini merupakan hal yang logis. Bagaimana kita mau berbincang-bincang mengenai lapisan terdalam dari diri kita apabila kita tidak merasa memiliki hubungan yang akrab dengan lawan komunikasi kita

Begitu juga halnya dengan upaya kita membangun keakraban maka akan menuntut kita untuk berbicara mengenai diri kita. Pada awalnya tidak menyentuh lapisan terdalam melainkan lapisan yang berada agak di luar. Misalnya, kita berbicara tentang makanan yang kita sukai atau model dan warna pakaian yang digemari. Makin lama kita akan makin membuka diri apabila lawan komunikasi kita pun memberikan respons yang baik dengan juga turut membuka dirinya.

(9)

Intimacy is a multifaceted concept with several different components (Prager & Roberts,2004). Intimate relationships differ from more casual associations in at least six specific ways: knowledge, caring, interdependence, mutuality, trust, and commitment. First, intimate partners have extensive personal, often confidential, knowledge about each other. They share information about their histories, preferences, feelings, and desires that they do not reveal to most of the other people they know. Intimate partners also care about each other, feeling more affection for one another than they do for most others. Intimacy increases when people believe that their partners know, understand, and appreciate them (Reis & Gable, 2003)

Hubungan keakraban dibedakan dari pergaulan yang lebih sederhana dalam paling sedikit enam cara yang spesifik: pengetahuan, kepedulian, saling ketergantungan, saling membutuhkan, kepercayaan, dan komitmen. Pertama, teman akrab memiliki karakter yang luas, kerahasiaan, pengetahuan satu sama lain. Mereka saling menceritakan informasi tentang sejarah, pilihan, perasaan, dan keinginan mereka yang tidak mereka katakana pada kebanyakan orang yang mereka kenal. Teman akrab juga saling peduli, merasa lebih saling menyayangi dari pada terhadap orang lain. Keakraban meningkat ketika orang-orang percaya bahwa teman mereka tahu, mengerti, dan menghormati mereka.

Ketergantungan satu sama lain dalam keakraban muncul pada saat mereka sering saling membutuhkan dan saling mempengaruhi (mereka sering mempengaruhi satu sama lain), kuat (mereka memberikan pengaruh yang kuat satu dan lainnya), berbeda (mereka saling mempengaruhi dalam banyak cara yang berbeda), dan bertahan (mereka saling mempengaruhi dalam jangka waktu yang lama). Ketika hubungan itu saling tergantung satu sama lain, perilaku yang satu dapat mempengaruhi yang lainnya.

Sebagai hasil dari ikatan yang kuat ini, orang-orang yang akrab juga menganggap diri mereka sebagai pasangan menggantikan dua individu yang sungguh berbeda. Mereka memperlihatkan derajat saling membutuhkan yang

(10)

tinggi, yang berarti bahwa mereka mengetahui keseluruhan dari kehidupan mereka dan berpikir diri mereka sebagai “kita” menggantikan “saya” dan “dia”.

Sebuah kualitas yang membuat ikatan yang kuat ini dapat ditolerir adalah kepercayaan, yang merupakan harapan bahwa teman akrab akan memperlakuan mereka dengan tulus dan hormat. Orang-orang berharap tidak ada tindakan yang tidak semestinya dapat terjadi dalam suatu hubungan yang akrab, dan mereka berharap teman mereka dapat menjadi lebih responsive untuk kebutuhan mereka dan memperhatikan kesejahteraan hidup mereka.

Akhirnya, teman yang akrab biasanya berkomitmen dalam hubungan mereka. Itulah, mereka mengharapkan hubungang keakraban mereka dapat berlanjut tanpa batas, dan mereka menginvestasikan waktu, usaha, dan sumber lainnya yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan mereka. Tanpa suatu komitmen, orang-orang yang sangat akrab dapat menjadi kurang saling tergantung dan memahami satu sama lain dengan berjalannya waktu

Keakraban merupakan konsep yang kompleks dan heterogen yang dihasilkan dari berbagai definisi. Definisi keakraban dari peneliti ilmu sosial dapat dibagi menjadi dua. Pertama, keakraban adalah berbagi keberadaan terdalam seseorang, atau esensi, seperti kekuatan dan kerentanan, kelemahan dan kompetensi dengan orang lain. Kedua, keakraban adalah pengalaman keutuhan lain, kesadaran akan karakter terdalam orang lain.

(http://komunikasi.us/index.php/mata-kuliah/media-convergence/12-response- paper-ptk-2013/1420-riset-hubungan-instant-messaging-dengan-tingkat-keakraban. dikutip 23 Maret2013)

Hubungan akrab ditandai oleh kadar yang tinggi mengenai keramahtamahan dan kasih sayang, kepercayaan, pengungkapan diri dan tanggung jawab, dirumuskan melalui lambang – lambang dan ritual. (Prisbell & Anderson, 1980)

(11)

berikut ini akan dibahas mengenai masing - masing karakteristik tersebut ( verderber et al 2007 dalam teori komunikasi antar pribadi hal 157 -159 )

A. Keramahtamahan dan kasih sayang B. Kepercayaan

C. Pengungkapan diri D. Tanggung jawab.

Untuk meningkatkan komunikasi antar kalangan berikut ini lima pedoman dimana para karyawan dapat menggunakannya untuk meningkatkan komunikasi dan juga bagi setiap ornag yang memiliki hubungan akrab (verderber et al 2007 dalam teori komunikasi antar pribadi hal 173-180)

a. Membuka jalur komunikasi

b. Menghadapi pengaruh ketidak seimbangan kekuasaan c. Mengenali dan menyesuaikan kepada perubahan d. Menghormti kepentingan – kepentingan individual e. Mengelola konflik secara adil.

2.1.5 Penetrasi Sosial

Teori Penetrasi Sosial dipopulerkan oleh Irwin Altman & Dalmas Taylor. Teori penetrasi sosial secara umum membahas tentang bagaimana proses komunikasi interpersonal. Di sini dijelaskan bagaimana dalam proses berhubungan dengan orang lain, terjadi berbagai proses gradual, di mana terjadi semacam proses adaptasi di antara keduanya, atau dalam bahasa Altman dan Taylor: penetrasi sosial.Altman dan Taylor (1973) membahas tentang bagaimana perkembangan kedekatan dalam suatu hubungan. Menurut mereka, pada dasarnya kita akan mampu untuk berdekatan dengan seseorang yang lain sejauh kita mampu melalui proses “gradual and orderly fashion from superficial to intimate levels of exchange as a function of both immediate and forecast outcomes.”

(12)

Altman dan Taylor mengibaratkan manusia seperti bawang merah. Maksudnya adalah pada hakikatnya manusia memiliki beberapa layer atau lapisan kepribadian. Jika kita mengupas kulit terluar bawang, maka kita akan menemukan lapisan kulit yang lainnya. Begitu pula kepribadian manusia.

The social penetration theory menyatakan bahwa berkembangnya

hubungan-hubungan itu, bergerak mulai dari tingkatan yang paling dangkal, mulai dari tingkatan yang bukan bersifat inti menuju ke tingkatan yang terdalam, atau ke tingkatan yang lebih bersifat pribadi. Dengan penjelasan ini, maka teori penetrasi sosial dapat diartikan juga sebagai sebuah model yang menunjukkan perkembangan hubungan, yaitu proses di mana orang saling mengenal satu sama lain melalui tahap pengungkapan informasi.

Perkembangan hubungan sebagaimana dimaksudkan tadi, oleh Irwin Altman dan Dalmas Taylor, berlangsung dalam empat tahap. Tahapan mana, perkembangan hubungan itu dianalogikannya dengan sebuah bawang merah yang memiliki lapisan-lapisan kulit. Dengan analogi tersebut, maka dijelaskan bagaimana orang melalui interaksi saling mengelupasi lapisan-lapisan informasi mengenai diri masing-masing. Ini pulalah apa yang dimaksudkan dengan penetrasi itu, yakni proses pengelupasan bagian-bagian informasi setiap individu dari suatu pasangan secara perlahan.

Pada lapisan pertama atau terluar kulit bawang (tahap pertama), maka informasinya bersifat superficial. Informasi yang demikian wujudnya antara lain seperti nama, alamat, umur, suku dan lain sejenisnya. Biasanya informasi demikian kerap mengalir saat kita berkomunikasi dengan orang yang baru kita kenal. Tahapan ini sendiri disebut dengan tahap orientasi.

Tahap kedua (lapisan kulit bawang kedua) disebut dengan tahap pertukaran afektif eksploratif. Tahap ini merupakan tahap ekspansi awal dari informasi dan perpindahan ke tingkat pengungkapan yang lebih dalam dari tahap pertama. Dalam tahap tersebut, di antara dua orang yang berkomunikasi, misalnya mulai bergerak mengeksplorasi ke soal informasi yang berupaya

(13)

menjajagi apa kesenangan masing-masing. Misalnya kesenangan dari segi makanan, musik, lagu, hobi, dan lain sejenisnya.

Tahapan berikutnya adalah tahap ketiga, yakni tahap pertukaran afektif. Pada tahap ini terjadi peningkatan informasi yang lebih bersifat pribadi, misalnya tentang informasi menyangkut pengalaman-pengalaman privacy masing-masing. Jadi, di sini masing-masing sudah mulai membuka diri dengan informasi diri yang sifatnya lebih pribadi, misalnya seperti kesediaan menceritakan tentang problem pribadi. Dengan kata lain, pada tahap ini sudah mulai berani “curhat”.

Tahap ke empat merupakan tahapan akhir atau lapisan inti, disebut juga dengan tahap pertukaran yang stabil. Pada tahap tersebut sifatnya sudah sangat intim dan memungkinkan pasangan tersebut untuk memprediksikan tindakan-tindakan dan respon mereka masing-masing dengan baik. Informasi yang dibicarakan sudah sangat dalam dan menjadi inti dari pribadi masing-masing pasangan, misalnya soal nilai, konsep diri, atau perasaan emosi terdalam.

Salah satu kekuatan dalam teori ini adalah fakta bahwa ia dapat digunakan untuk melihat wajah kedua untuk menghadapi interaksi interpersonal serta interaksi online antara individu. kekuatan lain melibatkan kegunaan dari teori ini dalam memandang dan menilai risiko dalam suatu hubungan interpersonal tergantung pada jenis hubungan serta tingkat saat pengungkapan diri dan keintiman di dalamnya.

Kelemahan dari teori ini termasuk fakta bahwa faktor-faktor lain yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi pengungkapan diri tidak dinilai. Budaya dan karakteristik demografi seperti jenis kelamin, ras, usia, dan banyak lagi, akhirnya mungkin memiliki efek pada bagaimana seseorang memilih untuk mengungkapkan informasi. Selain itu, juga mungkin sulit untuk menggeneralisasi informasi yang dinilai menggunakan teori ini karena fakta bahwa pengalaman tertentu, nilai-nilai, dan keyakinan dari seorang individu juga mungkin memiliki efek pada cara di mana ia memilih untuk mengungkapkan informasi.

(14)

2.1.6 Self Disclosure

Self disclosure atau penyingkapan diri merupakan sebuah proses membeberkan informasi tentang diri sendiri kepada orang lain. Penyingkapan diri merupakan suatu usaha untuk membiarkan keontentikan memasuki hubungan sosial kita, dan hal ini berkaitan dengan kesehatan mental dan pengembangan konsep diri.

Self disclosure merupakan salah satu teori komunikasi interpersonal yang membahas mengenai hubungan antar dua orang dalam berinteraksi. Banyak teori lain yang juga berlatar belakang masalah yang sama.

Joseph A. Devito ( 2001 )mendefenisikan self disclosure sebagai suatu bentuk komunikasi dimana informasi tentang diri yang biasanya disimpan atau disembunyikan dikomunikasikan kepada orang lain. Self disclosure merupakan perilaku komunikasi di mana pembicara secara sengaja menjadikan dirinya diketahui oleh pihak lain

Proses pengungkapan diri bisa dilakukan dengan secara tertutup, yaitu seseorang mengungkapkan informasi diri kepada orang lain dengan cara sembunyi-sembunyi melalui ungkapan dan tindakan, dimana ungkapan dan tindakan itu merupakan sebuah keterbukaan tentang apa yang terjadi pada diri seseorang. Namun cara pengungkapan diri tersebut jarang dipahami oleh orang lain, kecuali orang lain memiliki perhatian terhadap orang yang melakukan pengungkapan diri itu.

Proses keterbukaan diri (self disclosure) adalah proses pengungkapan informasi diri pribadi seseorang kepada orang lain atau sebaliknya. Pengungkapan tersebut biasanya disimpan atau disembunyikan dikomunikasikan kepada orang lain. Keterbukaan diri (self disclosure) telah menjadi salah satu topik penting dalam teori komunikasi sejak tahun 1960-an. Pengungkapan diri merupakan kebutuhan seseorang sebagai jalan keluar atas tekanan-tekanan yang terjadi pada dirinya.

Jika komunikasi antara dua orang berlangsung dengan baik, maka akan terjadi disclosure yang mendorong informasi mengenai diri masing-masing ke

(15)

dalam kuandran “terbuka”. Meskipun self disclosure mendorong adanya keterbukaan, namun keterbukaan itu sendiri ada batasnya. Artinya, perlu kita pertimbangkan kembali apakah menceritakan segala sesuatu tentang diri kita kepada orang lain akan menghasilkan efek positif bagi hubungan kita dengan orang terssebut. Beberapa penelitian menunjukkan, bahwa keterbukaan yang ekstrem akan memberikan efek negative terhadap hubungan (Littlejohn, 1939 : 161).

Proses pengungkapan diri bisa dilakukan dengan secara tertutup, yaitu seseorang mengungkapkan informasi diri kepada orang lain dengan cara sembunyi-sembunyi melalui ungkapan dan tindakan, dimana ungkapan dan tindakan itu merupakan sebuah keterbukaan tentang apa yang terjadi pada diri seseorang. Namun cara pengungkapan diri tersebut jarang dipahami oleh orang lain, kecuali orang lain memiliki perhatian terhadap orang yang melakukan pengungkapan diri itu.

Proses mengenal diri dapat dilakukan tidak hanya dengan mencoba mengamati dan mengerti diri sendiri namun dapat melalui interaksi yang dilakukan dengan orang lain. Asumsi ini membawa Joseph Luft dan Harry Ingham menciptakan suatu teori atau model sebagai salah satu cara untuk melihat dinamika self-awareness yang berkaitan dengan perilaku, perasaan, dan motif manusia. Model yang diciptakan tahun 1955 ini bernama Johari Window atau Jendela Johari.

Jendela Johari terdiri dari sebuah persegi yang terbagi menjadi empat kuadran, yaitu Open, Blind, Hidden, dan Unknown. Uraiannya dijelaskan di bawah ini:

Kuadran 1 (Open) merujuk kepada perilaku, perasaan, dan motivasi yang diketahui oleh diri kita sendiri dan orang lain. Misalnya orang lain mengetahui nama saya, tempat tinggal saya, warna kesukaan saya, makanan yang saya sukai, dan lainnya. Ketika seseorang baru berkenalan dengan orang lain, ukuran kuadran 1 yang tidak terlalu besar akan membuka seiring pertukaran informasi yang di

(16)

dapat dari interaksi. Ketika proses saling mengenal terus berlanjut, batas kuadran akan bergeser ke kanan dan ke bawah untuk memperbesar kuadran 1.

Kuadran 2 (Blind) merujuk kepada perilaku, perasaan, dan motivasi yang diketahui oleh orang lain, tetapi tidak diketahui oleh diri kita sendiri. Misalnya ketika orang lain menyatakan diri saya sebagai orang yang keras kepala dan saya tidak menyadarinya. Apa yang diketahui oleh teman-teman saya dan saya yang semula tidak sadar menjadi sadar membuat kuadran 2 saya mengecil sering dengan membesarnya kuadaran 1. Proses mengecilnya kuadran 2 bisa terhambat jika orang lain tidak mau memberi tahu apa yang ia ketahui mengenai hal yang saya tidak tahu. Misalnya ketika saya sedang berbicara dengan lawan bicara saya di depan umum, saya jarang melakukan kontak mata sehingga membuat lawan bicara saya terganggu. Mungkin lawan bicara saya tidak berkata apa-apa karena takut mempermalukan saya di depan orang lain. Namun dalam keadaan seperti ini, saya menjadi kesulitan untuk mendapat informasi dan mengenali diri saya.

Kuadran 3 (Hidden) merujuk kepada perilaku, perasaan, dan motivasi yang diketahui oleh diri kita sendiri, tetapi tidak diketahui oleh orang lain. Biasanya hal-hal yang disimpan di kuadran ini bersifat sangat pribadi atau memalukan. Misalnya saya seorang homoseksual dan tidak bilang kepada orang lain bahwa saya adalah seorang homoseksual. Ketika saya membuka diri saya dan menyatakan bahwa saya adalah seorang homoseksual, maka kuadran 3 akan mengecil seiring dengan membesarnya kuadran 1. Proses penyingkapan diri ini disebut self-disclosure. Selain self-disclosure, terdapat proses lain yaitu menerima umpan balik (feedback) dari orang lain. Contoh penerimaan umpan balik adalah saya meminta umpan balik kepada orang lain tentang kesan dan perasaannya setelah mendengar saya adalah seorang homoseksual lalu orang tersebut itu menyatakan perasaan kecewa dan tidak suka, maka area kuadran 2 saya akan mengecil. Saya menjadi tahu bahwa saya tidak disukai orang lain karena orientasi seksual saya.

Menurut Anita Kelly, penyingkapan diri tentang rahasia pribadi memiliki resiko. Terkadang seseorang memilih untuk tidak bercerita hal-hal yang sifatnya

(17)

personal seperti perilaku seksual, masalah kesehatan mental, atau kesalahan besar yang pernah dilakukan. ‘If you give people information about yourself, you give

them power over you,’ menurutnya. Kegagalan dalam menemukan orang yang

memberi reaksi yang tidak diharapkan membuat seseorang semakin menutup diri. Daerah yang tidak disadari membuat bagian kepribadian yang di-repress dalam ketidaksadaran yang tidak diketahui baik oleh diri sendiri maupun orang lain. Namun demikian ketidaksadaran ini kemungkinan bisa muncul.

Kuadran 4 (Unknown) merujuk kepada perilaku, perasaan, dan motivasi yang tidak diketahui, baik oleh diri kita sendiri ataupun oleh orang lain. Misalnya baik saya dan orang lain tidak tahu penyebab gangguan obsesif kompulsif cuci tangan yang saya alami. Disinilah peran ahli seperti psikolog untuk menyingkap kuadran 4. Misalnya kemungkinan munculnya gangguan obsesif kompulsif diakibatkan pemerkosaan yang pernah saya alami ketika kecil bisa terjadi dan ini membuat kuadran 4 saya mengecil sementara kuadran 1 saya membesar seiring dengan pengetahuan saya tentang penyebab gangguan obsesif kompulsif yang saya alami.

2.2. Kerangka Konsep

Burhan Bungin mengartikan konsep sebagai generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu yang dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama. (Bungin 2001:73)

Kerangka konsep memungkinkan peneliti untuk mengkomunikasikan hasil- hasil penelitiannya ( Suyanto, 2011 : 50 ). Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

a. Varibel bebas (X) yaitu variabel yang berhubungan variabel lainnya yaitu variabel (Y). Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah kegiatan gatherting perusahan gas negara medan

(18)

b. Varibel terikat (Y) yaitu variabel yang dihubungkan variabel lain yaitu variabel (X). Variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah keakraban.

c. Variabel intervening (Z) yaitu variabel penyela antara varibel bebas dan varibel terikat dalam penelitian ini variabel (Z) antaralain: umur, jenis kelamin, pendidikan, dan suku

Maka model teoritis dari kerangka konsep yang akan deteliti adalah:

Variabel (X) Variabel ( Y ) Gambar 1.1: Model teoritis

Kegiatan Gathering Keakraban

2.3 Variabel Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep yang telah diuraikan di atas, maka dibuat variabel penelitian yang berfungsi untuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian, yaitu:

Tabel 2.1 Variabel Penelitian

Konsep Teoritis Variabel Operasional

Gathering a. Kesetaraan

b. Kebersamaan

c. Motivasi

d. Loyalitas

(19)

Keakraban a. Keramahtamahan

b. Kepercayaan

c. Pengungkapan diri

d. Tanggung jawab

Karateristik responden a. Jenis kelamin

b. Umur/Usia

c. Pendidikan

2.4. Definisi Operasional

Defenisi operasional adalah petunjuk bagaimana sebuah variabel diukur ( Hamidi, 2011:142). Dalam penelitian lapangan konsep yang relevan dan berkedudukan sentral dalam penelitina terlebih dahulu harus dibuat operasional. Mungkin atau tidaknya membuat defenisi operasional bagi suatu konsep memang ditentukan oleh kenyataan. Defenisi operasional tidaklah mungkin ditetapkan jika konsep itu tidak merujuk sama sekali pada suatu realitas tertentu ( Suyanto, 2011: 50-51)

Gathering adalah kegiatan yang dilakukan dengan sengaja sebagai usah untuk menjalin hubungan antara individu dalam satu lingkungan organisasi

a. Kesetaraan adalah suatu tatanan dimana semua orang dalam kelompok atau organisasi memiliki status yang sama. dalam gathering jabatan dan status sosial ditiadakan agar terciptanya suasana yang akrab.

b. Kebersamaan adalah sesuatu hal yang dilakukan secara serentak (berbarengan), dan semua yang melakuakannya mendapat efek yang serupa, dalam gathering kebersamaan mengarjarkan setiap karyawaan

(20)

menghilakan sifat egoisnya masing- masing contoh kegiatannya : pada saat senam bersama, dan makan bersama.

c. Motivasi adalah daya upaya yang dilakukan seseorang agar tercapai tujuannya, motivasi juga berarti intesitas, arah ,dan tujuan dari seseorang, dalam hal ini kegiatan gathering diharapkan berperan untuk memotivasi setiap karyawan untuk mencapai tujuan baik untuk dirinya maupun perusahaannya.

d. Loyalitas adalah kesetiaaan pada sesuatu dengan rasa cinta, sehingga dengan rasa loyalitas yang tinggi sesorang merasa tidak perlu untuk mendapatkan imbalan dalam melakukan sesuatu untuk orang lain/ perusahaan tempat dia meletakan loyalitasnya.

e. Sosialisasi adalah proses interakasi antara individu dengan individu, kelompok atau masyarakat. dalam kegiatan gathering sosialisasi adalah proses pengenalan diri antar perserta kegiatan gathering tersebut.

Keakraban adalah suatu tahap dimana sebuah perteman yang biasa berubah menjadi suatu hubungan yang intim

a. Keramah - tamahan adalah sifat ramah , baik hati dan bergaul dengan akrab, dapat dilihat dengan munculnya rasa kasih sayang dikalangan pegawai melalui cara mereka menikmati saat berkumpul, berbicara dan saat berkerja.

b. Kepercayaan adalah anggapan atau meyakini sesuatu atau seseorang sehingga hilangnya keraguan kepada seseorng tersebut dapat dilihat dengan adanya kemauan bertumpu pada orang lain yang diyakininya.

c. Pengungkapan diri adalah suatu cara agar orang disekitar kita mengetahui tentang diri kita, dalam hal ini pegawai diharapkan dapat berbagi perasaan agar mereka dapat mengerti satu sama lain.

d. Tanggung jawab adalah suatu tindakan terpuji yang didasari oleh kemauan sendiri, dimaksudkan untuk melihat rasa memiliki peranan

(21)

dalam suatu keakraban antar pegawai dengan kata lain pegawai harus bisa menjaga keakraban tersebut.

Karakteristik responden

a. Usia adalah suatu ukuran yang mengukur jumlah kehidupan responden .

b. Jenis kelamin adalah kelas atau kelompok dalam suatu spesies dalam hal ini adalah jenis kelamin responden

c. Pendidikan adalah usaha sadar atau terencan dalam melakukan pembelajaran pada suatu individu dalam hal ini yaitu pendidikan responden.

2.5. Hipotesa

Dalam kegiatan suatu penelitian, kehadiran suatu hypotesa mutlak diperlukan. Hipotesa adalah anggapan sementara tentang sesuatu masalah yang sedang dihadapi. Diterima atau ditolaknya suatu hypotesa harus diuji berdasarkan penelitian di lapangan.

Hipotesa yang penulis akan rumuskan adalah sebagai berikut: “Keakraban yang didasari pengungkapan diri, tanggung jawab dan rasa saling percaya serta keramah-tamahan antar karyawan Perusahan Gas Negara Medan divisi operasional memiliki hubungan dengan kegiatan gathering yang dilakukan dengan rasa kebersamaan , kesetaraan dan loyalitas yang bertujuan untuk memotivasi dan sekaligus sebagai sosialisasi antara karyawan Perusahaan Gas Negara Medan divisi Operasinal.”

Referensi

Dokumen terkait

Dari pengolahan data yang sudah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa dengan menggunakan metode Hungarian, PERT dan CPM dapat mengatasi permasalahan yang

Umur suatu batuan erat hubungannya dengan lamanya proses pemanasan berlangsung serta jumlah panas yang diterima batuan induk, sehingga suatu batuan induk yang terletak

mampu mendorong pertumbuhan ekonomi secara berkesinambungan (visi 2020) SDM berkualitas tinggi Infrastruktur yang mendukung Aliansi strategis yang sinergis Pengembangan Produk

Sos Kepala Seksi Pembangunan , Ketentraman dan IV.b Sekretaris Kelurahan Banjarejo Kecamatan Taman IV.b Ketertiban Umum Kelurahan Kelun

2 Wonosari yang melakukan kesalahan konsep, prinsip, dan perhitungan dalam menyelesaikan soal persamaan dan fungsi kuadrat, 2) jenis dan letak kesalahan yang dilakukan

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi neck painseperti faktor lingkungan pekerjaan yang terdiri dari tata letak ruangan, suhu ruangan, pencahayaan.Selain itu juga

Data [1] menggunakan metafora antroporfik, yaitu pada ungkapan muka batimpap.ungkapan ini digunakan kepada mitra tutur oleh penutur karena dia tidak terima akan

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat serta kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang mengambil judul “Pemidanaan