BAB I BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1 1..11 LLaattaar r BBeellaakkaanngg Ti
Tinea nea kapitikapitis s merupamerupakan kan penypenyakit dermatofitoakit dermatofitosis sis pada kulit pada kulit kepala dankepala dan ram
rambutbut. . DermDermatoatofita masuk fita masuk ke ke daldalam am strastratum kornetum korneumum scalp, scalp, diikutdiikuti i dengadengann peradangan batang
peradangan batang rambut, kemudian rambut, kemudian menyebar ke menyebar ke folikel-folikel folikel-folikel rambut rambut lainnyalainnya dan menyebabkan terbentuknya lesi non-inflamasi dan inflamasi. Kelainan ini dan menyebabkan terbentuknya lesi non-inflamasi dan inflamasi. Kelainan ini dap
dapat at ditditandandai ai dendengan gan lesi lesi berbersisisisik, k, kemkemeraerahanhan, , aloalopesipesia, a, dan dan kadkadang ang terterjadijadi gam
gambarabaran n kliklinis yang nis yang berberat.at. 1,21,2 Faktor respon imun host dapat berperan dalamFaktor respon imun host dapat berperan dalam manifestasi klinis respon imun selular maupun reaksi hiprensitivitas tipe lambat. manifestasi klinis respon imun selular maupun reaksi hiprensitivitas tipe lambat.
ejala klinis berdasarkan penyebab dibedakan menjadi infeksi ektothri! ejala klinis berdasarkan penyebab dibedakan menjadi infeksi ektothri! dan infeksi endothri!. ray pat"h merupakan "ontoh varian ektothri!, sedangkan dan infeksi endothri!. ray pat"h merupakan "ontoh varian ektothri!, sedangkan bla"k
bla"k dot, dot, kerion kerion dan dan favus favus merupakan merupakan varian varian dari dari endothri!.endothri!. TrichophytonTrichophyton spp. spp. ser
serining g memenynyebebababkakan n ininfefeksksi i enendodoththriri! ! sesedadangngkakann Microsporum Microsporum sppspp. . seriseringng menyebabkan infeksi ektothri!.
menyebabkan infeksi ektothri!.22
#erdasarkan penelitian retrospektif oleh $ndina, dkk., dari data pasien #erdasarkan penelitian retrospektif oleh $ndina, dkk., dari data pasien tinea kapitis yang berobat di %oliklinik &KKK '()*, +akarta periode +anuari tinea kapitis yang berobat di %oliklinik &KKK '()*, +akarta periode +anuari 2 hingga Desember 21. Dilaporkan 2 kasus tinea kapitis, yang merupakan 2 hingga Desember 21. Dilaporkan 2 kasus tinea kapitis, yang merupakan ,/ 02 dari 23 dari seluruh pasien dermatomikosis yang berobat antara ,/ 02 dari 23 dari seluruh pasien dermatomikosis yang berobat antara ta
tahuhun n 22 sasampmpai ai 2211. . 4s4sia ia a5a5ititan an 22 22 bubulalan n sasampmpai ai 6 6 tatahuhun, n, dedengnganan persentase
persentase tertinggi tertinggi 0,71/3 0,71/3 pada pada golongan golongan usia usia sampai sampai 1 1 tahun. tahun. #entuk #entuk klinis tersering adalah inflamasi 06,21/3. %ada 26,8/ kasus disertai bentuk klinis tersering adalah inflamasi 06,21/3. %ada 26,8/ kasus disertai bentuk dermatofitosis lain. Kultur tumbuh 6,2/ spesimen, dengan spesies terbanyak dermatofitosis lain. Kultur tumbuh 6,2/ spesimen, dengan spesies terbanyak Microsporum can
Microsporum canisis 067,2/3. 067,2/3. Diagn
Diagnosis tinea osis tinea kapitikapitis s ditegditegakkan melalui gambaran klinis dan akkan melalui gambaran klinis dan bila perlubila perlu dapat dilakukan pemeriksaan penunjang yang meliputi pemeriksaan lampu 9ood, dapat dilakukan pemeriksaan penunjang yang meliputi pemeriksaan lampu 9ood, pemeriksaan
pemeriksaan sediaan sediaan langsung langsung dengan dengan K:; K:; 1-2/, 1-2/, pemeriksaan pemeriksaan kultur kultur fungi,fungi, dan atau dengan pemeriksaan histopatologis.
dan atau dengan pemeriksaan histopatologis. 1,2,1,2,
:bat antifungi pada dasarnya ada yang bersifat fungisidal dan fungistatik. :bat antifungi pada dasarnya ada yang bersifat fungisidal dan fungistatik. Terapi dermatofitosis a5al sering dengan griseofulvin yang bersifat fungistatik. Terapi dermatofitosis a5al sering dengan griseofulvin yang bersifat fungistatik.
Terbinafin sebagai alternatif lain untuk terapi a5al tinea kapitis dan merupakan Terbinafin sebagai alternatif lain untuk terapi a5al tinea kapitis dan merupakan "ontoh antifungi yang bersifat fungisidal dan dapat diberikan sebagai pengganti "ontoh antifungi yang bersifat fungisidal dan dapat diberikan sebagai pengganti griseofulvin. (elain itu ada juga golongan a<ole seperti itrakona<ole, flukona<ole, griseofulvin. (elain itu ada juga golongan a<ole seperti itrakona<ole, flukona<ole, ket
ketokokonaona<ol<ole, e, vorvorikoikona<na<ole ole yanyang g berbersifasifat t funfungisgistatitatik. k. KorKortikotikostersteroid oid dapdapatat digunakan untuk pengobatan tinea kapitis tipe
digunakan untuk pengobatan tinea kapitis tipe kerion.kerion.1,1, Da
Dalam lam apaplilikakasi si klklininis is papada da papasiesien n di di %o%oliliklklininik ik &K&KKK KK '('()*)*, , yayangng sebagian besar disebabkan oleh spesies
sebagian besar disebabkan oleh spesies Microsporum canis Microsporum canis mendapat terapi utamamendapat terapi utama griseofulvin 0,71/ kasus yang dapat diamati3, dengan rerata masa terapi lima griseofulvin 0,71/ kasus yang dapat diamati3, dengan rerata masa terapi lima minggu. Terapi lain dilakukan dengan itrakona<ol dan terbinafin. =fek samping minggu. Terapi lain dilakukan dengan itrakona<ol dan terbinafin. =fek samping akibat griseofulvin yang tampak pada tiga pasien, berupa erupsi obat alergik tipe akibat griseofulvin yang tampak pada tiga pasien, berupa erupsi obat alergik tipe fotodermatitis dan peningkatan en<im hati.
fotodermatitis dan peningkatan en<im hati.
&nfeksi jamur superfisial 0mikosis superfisialis3 di &ndonesia "ukup banyak &nfeksi jamur superfisial 0mikosis superfisialis3 di &ndonesia "ukup banyak ter
terjadi jadi termtermasuasuk k tintinea ea kapkapitiitis. s. ;al ;al ini ini disdisebaebabkabkan n oleh keadaaoleh keadaan n di di &nd&ndoneonesiasia sendiri yang merupakan negara beriklim tropis, memiliki suhu dan kelembaban sendiri yang merupakan negara beriklim tropis, memiliki suhu dan kelembaban yang tinggi, sehingga mendukung pertumbuhan jamur. :leh karena itu, referat ini yang tinggi, sehingga mendukung pertumbuhan jamur. :leh karena itu, referat ini penulis
penulis susun susun untuk untuk dapat dapat menambah menambah pengetahuan pengetahuan pemba"a pemba"a sehingga sehingga mampumampu menegakkan diagnosis dan memberi penatalaksanaan yang sesuai terutama dalam menegakkan diagnosis dan memberi penatalaksanaan yang sesuai terutama dalam kasus tinea kapitis.
kasus tinea kapitis.
1.2
1.2 TuTujuan juan PenulisanPenulisan 1.2
1.2.1.1 4nt4ntuk uk menmengetgetahuahui di definefinisi isi tintinea kea kapiapitistis 1.2
1.2.2.2 4nt4ntuk muk mengengetaetahui hui patpatogeogenesnesis tis tineinea kaa kapitpitisis 1.2
1.2.. 4nt4ntuk muk mengengetahetahui kui klaslasifikifikasi tasi tinea inea kapkapitiitiss 1.2
1.2.. 4nt4ntuk meuk mengengetahtahui gaui gambambaran kran klinlinis tiis tinea knea kapiapitistis 1.2
1.2.. 4nt4ntuk meuk mengengetahtahui diaui diagnognosis bansis bandinding ting tinea kapea kapitiitiss 1.2
1.2.6.6 4nt4ntuk muk mengengetaetahui "hui "ara dara diagiagnonosis tisis tinea knea kapiapitistis 1.2
1.2.. 4nt4ntuk muk mengengetaetahui phui penaenataltalaksaaksanaanaan tinn tinea kaea kapitpitisis
BAB II BAB II
TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Tinea Kapitis atau ringworm of the scalp merupakan kelainan pada rambut dan kulit kepala yang disebabkan oleh infeksi dari spesies dermatofita. olongan jamur ini mempunyai sifat keratolitik, dermatofita terbagi dalam genus, yaitu Microsporum, Trichophyton, dan Epidermophyton.1
2.2 Etilgi
Tinea Kapitis dapat disebabkan oleh spesies Microsporum dan Trichophyton.1 (etiap negara dan daerah memiliki perbedaan pada spesies penyebab tinea kapitis misalnya di $merika (erikat, dalam hal frekuensi T. tonsurans lebih dari 7 / menyebabkan tinea kapitis, dibandingkan dengan yang disebabkan oleh M. canis yang tentunya lebih jarang terjadi.2 Di &nggris M. canis tetap menjadi penyebab umum yang menyebabkan Tinea Kapitis, yang bias didapatkan dari ku"ing maupun anak anjing.6
2.! E"i#e$ilgi
Tinea kapitis lebih sering mengenai balita dan anak-anak usia sekolah 06-1 tahun3. %enyakit ini lebih sering terjadi pada orang kulit hitam dibandingkan kulit putih di $merika (erikat.2 Tinea kapitis telah dianggap sebagai masalah kesehatan masyarakat yang serius selama beberapa dekade, jarang terjadi pada orang de5asa dan lebih sering menyerang 5anita di sekitar menopause dan 5anita tua mungkin karena perubahan p; kulit kepala dan peningkatan asam lemak yang mempunyai peran protektif.
2.% Patgenesis
olongan jamur dermatofita menyerang jaringan yang mengandung <at tanduk, misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut, dan kuku.1,8
&nfeksi disebabkan oleh arthrospora atau "onidia. (e"ara umum, dermatofita dapat masuk ke tubuh melalui kulit yang terluka, bekas luka, dan luka bakar. %atogen sebagian besar masuk melalui jaringan mati, lapisan kulit yang mengandung keratin, menghasilkan ekso-en<im pektinase dan menyebabkan reaksi peradangan pada lokasi infeksi. 'eaksi peradangan ini dapat menimbulkan berbagai gambaran klinis pada lokasi infeksi seperti kemerahan 0rubor3, bengkak 0indurasi3, panas dan alopesia. %ergerakan hifa jamur tumbuh se"ara sentrifugal menjauh dari lokasi infeksi pada stratum
korneum menimbulkan gambaran klasik lesi "in"in.,8
&nfeksi jamur pada folikel rambut, menyebabkan jamur terus bertumbuh ke dalam lapisan kulit hingga folikel rambut kemudian menyebar
ke atas pada lokasi pertumbuhan rambut 0dapat dilihat dipermukaan kulit pada hari ke 12-13 dan rambut menjadi rapuh kemudian tampak kerusakan
rambut yang nyata pada minggu ketiga.8
2.+ Klasifikasi2,7 2.+.1 Infeksi
Ektt,ri-&nvasi terjadi pada batang rambut luar. ;ifa fragmen ke arthro"onidia, menyebabkan kerusakan kutikula. &nfeksi ini disebabkan oleh Microsporum spp. 0 M. audouinii dan M. canis3. ray pat"h merupakan variasi ektothi! yang menunjukkan lesi non-inflamasi.
2.+.2 Infeksi
En#t,ri-&a$'ar 2 Infeksi #er$atfita "a#a flikel ra$'ut.
&nfeksi mengenai batang rambut 0bintik merah3 mengakibatkan kerusakan dan rambut mudah patah. $pabila infeksi dermnatofita lebih jauh ke dalam hingga folikel rambut dapat menyebabkan respon inflamasi yang lebih dalam 0bintik hitam3. *anifestasinya terbentuk nodul inflamasi yang lebih dalam, pustula folikular, dan abses2
&a$'ar !. Der$at",)ti/ flikulitis. Tipe ektothri!> my"elia dan arthro"onidia terlihat pada permukaan folikel rambut 0e!trapilary3. Tipe endothri!> hifa dan arthro"onidia terdapat dalam batang rambut 0intrapilary3.2
&nfeksi terjadi di dalam batang rambut tanpa kerusakan kutikula. $rthro"onidia ditemukan dalam batang rambut. &nfeksi ini disebabkan oleh Trichophyton spp. 0T. tonsurans di $merika 4tara, T. violaceum di =ropa, $sia, sebagian $frika3.
• #la"k Dot
*erupakan varian endothri! yang menyerupai dermatitis seboroik.
• Kerion
*erupakan varian endothri! dengan plak inflamasi.
• Favus
*erupakan varian endothri! dengan arthro"onidia dalam batang rambut. (angat jarang di =ropa #arat dan $merika 4tara. Di beberapa bagian dunia 0Timur Tengah, $frika (elatan3 masih endemik .
2.0 &ejala Klinis
ejala klinis tinea kapitis sangat bervariasi, tergantung pada organisme penyebab, jenis invasi rambut dan tingkat respon inflamasi penderita. 4mumnya akan memberikan gambaran rambut rontok dalam berbagai tingkat skala. Kelainan pada tinea kapitis dapat ditandai dengan lesi bersisik, kemerah-merahan, alopesia dan kadang terjadi gambaran yang lebih berat yang disebut kerion, limfadenopati servi"al dan oksipital.
2.0.1 &ra) Pat/,
ejala klinis terutama disebabkan oleh M. audouinii dan M.ferrigineum yang sering ditemukan pada anak-anak. %enyakit timbul akibat invasi rambut ektothri!. ejala dimulai dengan papul kemerahan disekitar rambut, lama kelamaan akan melebar se"ara sentrifugal dan membentuk ber"ak yang berubah menjadi pu"at, bersisik, dan lesi terasa gatal. Tampak minimal inflamasi, pembentukan skuama masif, dan gambaran plak anular batas tegas, tertutup skuama putih, sedangkan pada M.canis gambaran klinis hampir sama tetapi lebih menunjukkan gambaran
peradangan. 9arna rambut berubah menjadi abu-abu dan tidak berkilat lagi karena tertutup arthrospora. 'ambut mudah patah dan terlepas dari akarnya, sehingga mudah ter"abut sehingga dapat terbentuk alopesia setempat.1,7
2.0.2 Bla/k #t
?#la"k dot@ tinea kapitis sering disebut sebagai tipe seborrhoic like.7 Tipe ini terutama disebabkan oleh T. tonsurans dan T. violaceum. ambaran klinis yaitu karena arthrospora terdapat didalam batang rambut sehingga rambut sangat rapuh dan patah pada permukaan s"alp, tepat pada muara folikel. 4jung rambut yang hitam di dalam folikel rambut ini
memberikan gambaran khas yaitu black dot . 4jung rambut yang patah dapat tumbuh kedalam, masuk ke ba5ah permukaan kulit. ambaran lesi yang terbentuk dapat multipel dengan tepi anular. 1 Aesi ini "enderung tersebar disertai rambut rontok minimal dan peradangan minimal sehingga menyerupai dermatitis seboroik atau psoriasis.2
2.0.! Kerin1+
Kerion merupakan reaksi peradangan yang berat pada tinea kapitis, berupa edema yang menyerupai sarang lebah dengan serbukan sel radang yang padat disekitarnya. ambaran klinis ditandai dengan adanya nyeri, plak atau nodul yang meradang mungkin soliter atau multiple, diatasnya didapatkan pustula maupun krusta yang tebal. Aimfadenopati regional dengan demam dan nyeri dapat terlibat apabila lesi luas. Kelainan ini dapat menimbulkan jaringan parut dan berakibat alopesia yang menetap. Dalam beberapa tahun terakhir disebabkan oleh infeksi endothri! baik disebabkan oleh T. tonsurans atau T. violaceum, terutama di daerah perkotaan. (elain itu, biasanya juga disebabkan oleh spesies <oofilik 0T.verrucosum dan T.mentagrophytes) atau geofilik 0 M.gypseum3.
2.0.% 3a4us ejala
tinea yang
jarang
didapatkan, disebabkan T. schoenleinii, dapat menyerang kulit dan kuku. ambaran klinis a5alnya menunjukkan eritema perifolikular dan rambut kusut, kemudian ditandai dengan krusta kekuningan yang dikenal sebagai skutula disekitar rambut berisi debris kulit dan hifa yang menembus batang rambut. (kutula memiliki berbau yang khas yaitu berbau tidak sedap seperti tikus ?moussy odor @ dan rambut se"ara ekstensif akan hilang menjadi alopesia dan atrofi.2
2.5 Diagnsa Ban#ing12
Jenis Lesi Diagnsis Ban#ing
&ra) Pat/, Dermatitis seboroik, %soriasis, Dermatitis atopik, Lichen simplex chronicus, $lopesia areata
Bla/k Dt Dermatitis seboroik, %soriasis, (eborrhiasis, Dermatitis atopik, Lichen simplex chronicus, hronic cutaneous lupus erythematosus, $lopesia areata
Kerin (elulitis, Furunkel, Karbunkel
3a4us &mpetigo, =ktima, (kabies berkrusta 2.5.1 Der$atitis Se'rik
Dermatitis seboroik merupakan kelainan kulit yang berhubungan erat dengan keaktifan glandula sebasea, dengan manifestasi klinis yaitu mengenai kulit kepala berupa skuama halus dan kasar, berminyak dan kekuningan pada area seboroik yang menjadi "iri khasnya, serta batasnya tidak tegas. 'ambut pada penderita dermatitis seboroik "enderung rontok, mulai di bagian verte! dan frontal. (ering meluas ke dahi, glabela, telinga post auri"ular dan leher. Dapat pula meluas ke daerah seboroik lainnya yaitu daerah sternal, areola mammae, lipatan payudara, interskapular, ummbilikus, lipat paha, dan daerah anogenital.
2.5.2 Psriasis
%soriasis adalah penyakit yang penyebabnya autoimun bersifat kronik dan residif, ditandai dengan adanya ber"ak-ber"ak eritema berbatas
&a$'ar 5. Tinea Ka"itis ti"e 3a4us2
tegas dengan skuama yang kasar, berlapis-lapis dan transparan disertai fenomena tetesan lilin, auspit< dan kobner. %enyakit ini mengenai semua umur namun umumnya pada de5asa dan pria lebih banyak dibandingkan 5anita. %redileksi psoriasis adalah scalp, ekstremitas bagian ekstensor terutama siku serta lutut serta lumbosa"ral. $lopesia yang terjadi bukan disebabkan karena psoriasis tetapi alopesia androgenetik.
(eborrhiasis atau dikenal juga dengan sebutan psoriasis seboroik 0sebopsoriasis3 merupakan kondisi kulit yang memiliki gambaran klinik gabungan antara psoriasis dengan dermatitis seboroik. ambaran klinis ditandai dengan plak tertutup skuama tebal yang biasanya kering menjadi agak berminyak dan agak lunak pada hair line dan scalp. (elain berlokasi pada tempat yang la<im seperti 5ajah, anterior "hest, juga terdapat pada
area seboroik lainnya. 2.5.! Der$atitis At"ik
Dermatitis atopik merupakan peradangan kulit kronis dan residif, yang umumnya terjadi selama masa anak-anak, penderita biasanya memliki ri5ayat atopi. *anifestasi klinis penderita umumnya memiliki kulit yang kering, gejala utama di dapatkan pruritus hilang timbul sepanjang hari namun hebat pada malam hari, sehingga penderita akan menggaruk dan timbul berupa papul, likenifikasi, eritema, erosi, ekskoriasi, eksudasi, krusta. %redileksi pada anak biasanya di muka dan pipi sedangkan de5asa pada lipat siku, lipat lutut, samping leher dan sekitar mata. Terdapat "riteria diagnosis menurut ;anifin dan 'ajka yaitu kriteria mayor 0pruritus, morfologi dan distribusi lesi khas, didapatkan dermatitis kronik dan sering kambuh, ri5ayat atopi3 dan minor 0!erosis, daerah mata ber5arna gelap, pytiriasis alba, gatal 5aktu berkeringat, keratosis pilaris, dll3
2.5.% Liken Si$"leks Krnikus
Aiken (impleks Kronikus merupakan peradangan kulit yang bersifat kronis, penderita biasanya mengeluh sangat gatal pada lesi. #entuk
sedikit edematosa, lama kelamaan kulit menjadi tebal dan terdapat likenifikasi akibat garukan atau gesekan yang berulang, kulit sekitarnya hiperpigmentasi dan batas tidak jelas. %redileksinya di s"alp, tengkuk, samping leher, lengan bagian ekstensor, pubis, vulva, skrotum, perianal, paha bagian medial B atas, lutut, tungkai ba5ah lateral, pergelangan kaki bagian depan, dan punggung kaki.
2.5.+ Al"esia Areata
ejala klinis alopesia areata ditandai dengan ber"ak berbentuk bulat atau lonjong dan terjadi kerontokan rambut pada kulit kepala, alis, janggut, dan bulu mata. Tepi lesi dapat eritema pada stadium a5al penyakit tetapi 5arna kembali normal pada stadium selanjutnya. Terdapat tanda exclamation hair mark, yakni rambut bila di"abut terlihat bulbus yang atrofi, sisa rambut terlihat seperti tanda seru dimana batang rambut yang ke arah pangkal makin halus sedangkan rambut disekitarnya tampak normal tetapi mudah di"abut. =tiologi alopesia areata belum diketahui, sering dihubungkan dengan adanya infeksi lokal, kelainan endokrin dan stress emosional.
2.5.0 Chronic cutaneous lupus erythematosus (CCLE)
ambaran klinis dari ))A= ditandai dengan papul kemerahan yang dapat menjadi plak, batas tegas, dengan skuama melekat. %redileksinya sering pada 5ajah, scalp, lengan ba5ah, tangan, jari-jari tangan dan kaki. ))A= pada scalp dapat memberi gambaran eritema dengan complete hair loss, atrofi, dan white scarring .
2.5.5 Selulitis
(elulitis merupakan kelainan kulit berupa infiltrat yang difus pada subkutan dengan tanda-tanda radang akut. Terdapat gejala konstitusi seperti demam dan malaise. %redileksinya biasanya di tungkai ba5ah. 2.5.* 3urunkel 6 Kar'unkel
Furunkel merupakan radang folikel rambut dan sekitarnya biasanya disebabkan oleh !taphylococcus aureus. (edangkan karbunkel adalah
kumpulan dari furunkel. ejala klinis biasanya pasien mengeluh nyeri, lesi berupa nodus eritematosa, ditengahnya terdapat pustule. Tempat predileksinya ialah tempat yang banyak mendapat gesekan, misalnya
aksila dan bokong. 2.5. I$"etig
&mpetigo merupakan pioderma superfisialis 0terbatas pada epidermis3. Terdapat 2 bentuk yakni impetigo krustosa dan impetigo bulosa. %redileksi impetigo krustosa di muka, sekitar lubang hidung dan mulut berupa eritema, vesikel "epat pe"ah sehingga tampak krusta tebal 5arna kuning seperti madu. %redileksi impetigo bulosa di ketiak, dada, punggung berupa eritema, bula, dan bula hipopion, kadang tampak
vesikelBbula pe"ah membentuk koleret dengan dasar yang masih eritematosa.
2.5.17 Ekti$a
=ktima merupakan ulkus superfi"ial yang disebabkan oleh infeksi !treptococcus. ejala klinisnya tampak sebagai krusta tebal ber5arna kuning, jika krusta diangkat ternyata lekat dan tampak ulkus dangkal. Tempat predileksi utama yaitu daerah tungkai ba5ah yang relative banyak mendapat trauma
2.* Diagnsis
ambaran klinis bervariasi tergantung organisme penyebab, tipe invasi, dan derajat respon inflamasi host. ambaran klinis pada umumnya meliputi alopesia, skuama, inflamasi folikular, eritema. %ada anak-anak, gambaran klinis berupa skuama pada kulit kepala disertai rasa gatal dan alopesia. Diagnosis hanya berdasarkan gambaran klinis saja terutama pada anak-anak sering kali sulit, sehingga bila "uriga tinea kapitis dapat dilakukan pemeriksaan K:; dan atau kultur untuk menunjang diagnosis. (elain itu beberapa pemeriksaan laboratorium dapat digunakan untuk menunjang pemilihan obat terapi sistemik yang sesuai dengan organisme penyebab. )ara pengambilan spesimen dapat dilakukan dengan "ara,
rambut di"abut dari daerah kulit yang berkelainan kemudian kulit di daerah terinfeksi dikerok untuk mengumpulkan skuama. 1,
%emeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan antara lain>
• %emeriksaan Aampu 9ood
%emeriksaan ini berguna pada infeksi spesies Microsporum spp. 0 M.canis, M. audouinii dan M. ferrugineum) menunjukkan fluoresensi hijau terang dari rambut yang terinfeksi diba5ah pemeriksaan lampu 9ood. %emeriksaan ini dapat memberikan hasil negatif palsu 0artinya 5arna tetap ungu3 pada infeksi nonfluores"ent M. gypsium dan Trichophyton spp. 0ke"uali T. schoenleinii dapat memberi hasil fluoresensi positif hijau gelap3.
• %emeriksaan (ediaan Aangsung dengan K:; 1-2/ 2
)ara pengambilan sampel adalah membersihkan kulit yang akan dikerok dengan kapas alkohol /, kemudian membuat kerokan kulit pada bagian yang aktif. (ediaan diletakkan diatas gelas obyek dan ditetesi 1-2 tetes larutan K:; 1/ untuk kulit dan larutan K:; 2/ untuk rambut dan kuku. (etelah ter"ampur, biarkan 1-2 menit untuk melarutkan jaringan atau dihangatkan diatas nyala api selama beberapa detik 0hindari terjadi penguapan yang dapat membentuk kristal K:;3 untuk memper"epat proses lisis. (ediaan kemudian dilihat diba5ah mikroskop.
1 &nfeksi =ktothri! > ;ifa dan arthro"onidia menutupi bagian luar batang rambut dengan kerusakan kutikel, tetapi sisanya di permukanan rambut. #entuk ini merupakan karakteristik dari Microsporum spp. 0 M. anis dan M. audouinii3, tetapi juga dapat pada T.verrucosum. 2 &nfeksi =ndothri! > #atang rambut terisi dengan hifa dan
arthro"onidia. #entuk ini merupakan karakteristik dari Trichophyton spp. "T.violaceum dan T.tonsurans)
! Favus> Terdapat rantai arthrospora yang renggang dan "elah-"elah udara pada batang rambut.
%emeriksaan ini untuk mengetahui jenis jamur yang menginfeksi yaitu dilakukan dengan menanamkan sampel pada media agar de!trose sabouraud. %ertumbuhan dermatofita biasanya tampak pada 1-1 hari.
• Dermos"opy
• &mmunologi" (tudy dan %emeriksaan ;istopatologi
2. Penatalaksanaan
#erdasarkan #ritish $ssociation of %ermatologists &uidelines for the Management of Tinea apitis, tujuan pengobatan antara lain adalah
mengeliminasi organisme penyebab, mengurangi gejala, men"egah jaringan parut, dan mengurangi transmisi penularan ke orang lain.
• Terapi topikal
Terapi topikal sebagai monoterapi tidak direkomendasikan sebagai management tinea kapitis. Terapi topikal digunakan untuk mengurangi transmisi spora, shampo povidone-iodine, <in" pyrithione, ketokona<ole 2/ dan selenium sulfida 1/ menunjukan efektifitas pada kasus ini. 1, (hampo diaplikasikan pada kulit kepala dan rambut selama menit, seminggu 2 !, kurang lebih dalam 2- minggu atau dapat seminggu ! hingga pasien se"ara klinis dan mikologi dinyatakan sembuh. (elanjutnya dapat diberikan krim atau lotion topikal fungisidal sekali setiap hari selama 1 minggu. Terbinafine solution ,1/ dapat membunuh arthro"onidia pada kelima spesies Trichophyton setelah terpapar selama 1- menit. 1,11
• Terapi oral
riseofulvin ataupun terbinafine menjadi pilihan terapi a5al 0 'rst(line treatments3 se"ara umum terbinafine lebih efektif mela5an spesies Trichophyton "T.tonsurans, T.violaceum, T.soudanense) sedangkan riseofulvin lebih efektif mela5an spesies Microsporum "M.canis, M.audouinii). 1,
*erupakan obat fungistatik dan menghambat mitosis dermatofita dengan berinteraksi dengan mikrotubulus dan mengganggu spindle mitosis, sehingga merupakan pilihan terapi baik untuk dermatofita yang sedang aktif tumbuh. 11Dosis yang dapat diberikan untuk anak-anak 1-2 mg B kg## dan untuk de5asa ,-1 g single dose atau dosis terbagi selama 6-12 minggu rata-rata 8 minggu. Aama pengobatan bergantung pada lokasi penyakit, penyebab dan keadaan imun penderita. %ada infeksi
Trichophyton dosis perlu ditingkatkan dan pengobatan lebih lama 012-18 minggu3. =fek samping yang sering mun"ul adalah gangguan gastrointestinal seperti diare, kemerahan dan nyeri kepala. :bat ini juga bersifat fotosensitif dan dapat mengganggu fungsi hepar.1,
2 Terbinafine
Termasuk obat kelas allyamine, generasi baru agen antifungi. (ifat terbinafine adalah fungisidal dengan menghambat sCualene epo!idase, en<im pengikat membran dalam jalur biosintesis untuk membentuk sterol dari membran sel fungi.11 Aebih efektif terhadap infeksi Trichophyton daripada infeksi Microsporum. Dosis bergantung berat badan. #erat badan 2 kg diberikan 62, mg B hari, berat badan 2- kg dapat diberikan 12 mgBhari sedangkan berat badan E kg dapat diberi 2 mgBhari selama 2- minggu. =fek samping gangguan gastrointestinal dan kemerahan lebih rendah. 1,
. &trakona<ole
*erupakan obat yang memiliki kerja fungistatik ataupun fungisidal tergantung konsentrasi di jaringan, namun mode aksi utama adalah fungistatik dengan menghambat en<im dependent sitokrom %-, memblok sistesis ergosterol, komponen utama membran sel fungi. 11 Dosis yang dapat diberikan adalah 1-2 mg selama 2- minggu untuk de5asa atau mgBkg##Bhari selama 2- minggu untuk anak-anak. &trakona<ole juga dapat dipakai sebagai second line treatment ataupun 'rst(line treatments karena memiliki aktifitas mela5an baik Microsporum spp. ataupun Trichophyton spp. dan apabila digunakan sebagai terapi a5al
maka untuk terapi berikutnya dapat diganti terbinafine apabila infeksi disebabkan oleh Trichophyton spp. dan ganti terapi dengan riseofulvin bila disebabkan oleh Microsporum spp. 1,
. Flukona<ole
Dapat digunakan sebagai terapi alternatif dari terbinafine, tetapi jarang dipakai.
. Ketokona<ole
Terutama digunakan untuk kasus yang resisten terhadap griseofulvin. Dosis yang dapat diberikan adalah -6 mg B kg##Bhari untuk anak-anak atau 2 mg B hari untuk de5asa selama 1 hari 2 minggu. Ketokona<ole kontraindikasi pada pasien dengan kelainan hepar karena bersifat hepatotoksik. 1,
6. Kortikosteroid
#aik oral maupun topikal dapat digunakan untuk tinea kapitis tipe kerion atau tinea kapitis reaksi berat atau tinea kapitis dengan bentuk lesi kerion untuk menghambat respon inflamasi host, mengurangi keluhan umum dan gatal, serta dapat meminimalkan risiko jaringan parut, namun penggunaannya masih kontroversial. ,12
$ntoni #ennassar dan 'amon rimalt, dalam artikelnya yang berjudul Management of Tinea apitis in hildhood menyatakan bah5a beberapa data menunjukkan manfaat steroid pada kerion "elsi untuk
mengurangi scaling dan rasa gatal tetapi tidak menurunkan 5aktu clearance dibandingkan dengan terapi griseofulvin saja. %rednisolon dapat digunakan sebagai pengobatan oral dengan dosis 1 mgBkg##Bhari sela ma hari, 5alaupun hal ini tidak dianjurkan sebagai bagian routine care kerion. (elain itu, mereka menyatakan untuk reaksi dermatophytid 0autoe"<emati<ation3 , topikal steroid mungkin diperlukan untuk mengontrol gejala namun biasanya terapi oral antifungi tidak perlu dihentikan. 11
Aaura =. %roudfoot, =lisabeth *. ;iggins, dan 'a"hael *orris-+ones dalam penelitiannya yang berjudul $ etrospective !tudy of the
Management of *ediatric +erion in Trichophyton Tonsurans nfection menyarankan pengobatan kerion didasarkan pada dermatofita yang menginfeksi. Kortikosteroid oral dan intralesi tidak perlu ditambahkan pada terapi antifungal pada anak-anak dengan tinea kapitis kerion. 12
. $ntihistamin
%ada pasien dengan keluhan gatal, antihistamin dapat mengurangi keluhan dan dapat men"egah distribusi spora melalui garukan 0 finger scratching 3. 11
BAB III 8IN&KASAN
Tinea Kapitis merupakan kelainan pada rambut dan kulit kepala yang disebabkan oleh infeksi dari spesies dermatofita yang mempunyai sifat keratolitik. Tinea kapitis sering mengenai balita dan anak-anak usia sekolah 06-1 tahun3. &nfeksi jamur pada folikel rambut, menyebabkan rambut menjadi rapuh dan rusak.
&nfeksi jamur pada tinea kapitis dapat dibagi menjadi infeksi ektothri! disebabkan oleh Microsporum spp. dan infeksi endothri! disebabkan oleh Trichophyton spp. %ada infeksi ektothri!, my"elia dan arthro"onidia terlihat pada permukaan folikel rambut 0ekstrapilary3 sedangkan pada infeksi endothri!, hifa
Diagnosis dapat dilakukan berdasarkan gambaran klinis dan pemeriksaan penunjang antara lain pemeriksaan lampu 9ood dan pemeriksaan sediaan langsung dengan K:; 1-2/. #erdasarkan gambaran klinis tinea kapitis dapat dibagi menjadi lesi non-inflamasi 0ray pat"h dan #la"k dot3, serta lesi inflamasi 0Kerion dan Favus3.
ray pat"h ditandai dengan ber"ak putih tertutup skuama, gatal dan 5arna rambut berubah abu-abu serta mudah patah sehingga terdapat alopesia setempat. #la"k dot ditandai dengan rambut sangat rapuh dan patah pada permukaan s"alp, tepat pada muara folikel sehingga memberi gambaran khas. Kerion merupakan reaksi reaksi peradangan yang berat pada tinea kapitis ditandai dengan rasa nyeri, edema, plak atau nodul meradang diatasnya terdapat pustula atau krusta tebal. Favus merupakan bentuk inflamasi yang jarang terjadi ditandai dengan adanya skutula, yaitu krusta folikular kekuningan, cup(shaped , moussy odor, dan rambut se"ara ekstensif hilang menjadi alopesia dan atrofi.
%enatalaksanaan dapat dengan terapi topikal dan terapi oral. Terapi topikal dapat menggunakan shampo ketokona<ole 2/ dan selenium sulfida 1/. %ilihan terapi antifungi oral yang dapat diberikan antara lain griseofulvin, terbinafine, itrakona<ole. (erta sebagai terapi tambahan dapat diberikan antihistamin untuk mengurangi gejala gatal.
DA3TA8 PUSTAKA
1 Djuanda, $dhi. 21. lmu *enyakit +ulit dan +elamin Edisi ke(-. +akarta> #adan %enerbit FK4&.
2 Freedberg &*, =isen $G, 9olff K, $usten KF, oldsmith A$, Kat< (&, et al. 28. Fit<patri"kHs Dermatology in eneral *edi"ine th ed. Ie5 Jork *" ra5 ;ill.
Aakshmipathy, D. T., and Kannabiran, K. 21. eview on dermatomycosispathogenesis and treatment. Iatural ("ien"e> ol.2, Io., 26-1.
(ari, $.#., dkk. 212. Tinea Kapitis di %oliklinik Kulit dan Kelamin '(4%I dr. )ipto *angunkusumo +akarta %eriode Tahun 2 21.
*D& 212L 7B>11 11. Diakses dari
http>BB555.perdoski.orgBinde!.phpBpubli"BinformationBmdvi-detail-"ontentB1 tanggal +uni 21
A.). Fuller et al. 21. #ritish $ssociation of %ermatologists &uidelines for the Management of Tinea apitis. #ritish +ournal of Dermatology. 6 #rent D. *i"haels, +ames M. Del 'osso (an"he<. 212. Tinea apitis in
nfants, ecognition, Evaluation, and Management !uggestions. The +ournal of )lini"al $estheti" Dermatology.
I 'ebollo, $% ANpe<-#ar"enas, ' $renas. 28. 'evie5 $rti"le > Tinea )apitis. $"tas Dermosifiliogr *e!i"o )ity.
8 Kao, ra"e F. 21. Tinea )apitis. *eds"ape. Diakses dari http>BBemedi"ine.meds"ape."omBarti"leB1711-overvie5 tanggal +uni 21.
7 9olff K, +ohnson '$, (aavedra $%. 21. Fit<patri"kHs )olor $tlas and (ynopsis of )lini"al Dermatology, (eventh =dition. Ie5 Jork *" ra5 ;ill.
1. Kakourou, T. and 4skal, 4. 21. &uidelines for the Management of Tinea apitis in hildren. %ediatri"Dermatology ol.2Io.226228,21. 9iley%eriodi"als,&n".
11. #ennassar, $., and rimalt, '. 21. Management og Tinea apitis in hildhood. Dove %ress +ournal> )lini"al, )osmeti" and &nvestigational Dermatology 21> 8778.
12. %roudfoot, A=., ;iggins, =. *., and *orris-+ones, '. 211. $ etrospective !tudy of the Management of *ediatric +erion in Trichophyton Tonsurans nfection. %ediatri" Dermatology. ol 28, &ssue 6>
IovBDe" 211. %ages 66. Diakses dari
http>BBonlinelibrary.5iley."omBenhan"edBdoiB1.1111Bj.12-1.211.16.!B tanggal +uni 21.