• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Suhu Pemotongan Terhadap Perkembanganaus Pahat Pada Pembubutan Kerasdankering Baja Aisi 4340menggunakan Pahat Karbida CVD Berlapis Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Suhu Pemotongan Terhadap Perkembanganaus Pahat Pada Pembubutan Kerasdankering Baja Aisi 4340menggunakan Pahat Karbida CVD Berlapis Chapter III V"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODOLOGI

3.1 Bahan

1. Baja AISI 4340

Benda kerja yang digunakan untuk penelitian ini adalah baja AISI 4340

yang telah dilakukan proses pengerasan (hardening process). Pengerasan

dilakukan sampai bahan mencapai kekerasan 45-50 Hrc. Ukuran benda kerja yang

digunakan adalah diameter 80 mm dan panjang 250 mm dengan spesifikasi pada

bab 2

(2)

3.2 Peralatan

Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini :

1. Mesin Bubut CNC

Mesin Bubut CNC merupakan suatu alat yang digunakan dalam penelitian

ini dan berfungsi untuk membubut spesimen benda kerja.berikut adalah

spesifikasi mesin bubut CNC yang digunakan :

Merk : GSK CNC 928TEa

Model :NX-L300

Serial :FE-NC-LTH-157

Daya :9.5 KVA

Voltase :380 V

Frekuensi :50 Hz

Gambar 3. 3 Mesin bubut CNC

2. Tool Holder

Tool holder berfungsi sebagai dudukan mata pahat, mata pahat diklem

dengan menggunakan baut agar kuat dan kokoh pada saat memotong logam. Tool

(3)

M = Pengunci ganda,

S = Bentuk sisipan segiempat,

D = Sudut potong pahat 45°,

N = Sudut pahat 0°,

N = Arah pahat netral,

Tebal Holder = (20x20) mm,

K (panjang holder) = 125 mm,

Ukuran pahat sisipan = 12 mm

Gambar 3.4 Tool Holder

3. Pahat karbida

Pahat yang digunakan pada penelitian ini adalah pahat CVD karbida

.dan berikut ini adalah microstruktur dari pahat CVD TT8125 yang

(4)

Gambar 3.2 Pahat CVD karbida

4. Mikroskop Dino-Lite

Mikroskop berfungsi untuk meneliti, mengukur dan memperbesar

penglihatan terhadap keausan pahat insert yang digunakan pada penelitian.

Berikut spesifikasi mikroskop Dino-Lite AM4515T8 :

- Resolusi = 1.3 MP (1280x1024)

- Perbesaran = 700 – 900 kali

- Koneksi = USB 2.0

- Ukuran = 10,5 cm(H)x3,2 cm(D)

- 8 lampu LED putih

(5)

Gambar 3.5 Mikroskop Dino Lite

5. video IR Termometer

video IR Termometer berfungsi untuk mengukur suhu pemotongan tanpa

menyentuh benda.

- Merk : Extech

- Tipe : VIR50

- Jaungkauan suhu : -58 sampai 3992 0F (-50 sampai 2200oC) - Jenis kamera : VGA (640 x 480)

(6)

Gambar 3.6 video IR Termometer

3.3 Metode penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam pembuatan skripsi ini adalah

metode eksperimental dengan menggunakan metode desain eksperimen yang akan

dijelaskan dibawah.

Metode desain eksperimen yang digunakan pada penelitian ini adalah

metode eksperimental dengan perancangan data berdasarkan factorial design.

Dalam hal ini, menggunakan metode 23factorial design dengan menggunakan 3

faktor dan menghasilkan 8 data pengujian. Tabel 23factorial design pada subbab

sebelumnya.

Metode penelitian yang digunakan meliputi:

1. Terdapat 3 parameter bebas dalam penelitian ini, yaitu v (m/min), f

(mm/rev), dan a (mm) dengan variabel respon adalah keausan pahat

(7)

2. Pengumpulan data dilakukan pada tabel 3.1 dimana setiap variable

bebas memiliki 2x level yaitu Low dan High (L dan H) dengan rentang

v (65 - 75) m/min, f (0,15 – 0,2) mm/rev, dan a (1,5 – 2) mm.

level low high

v 65 75

f 0,15 0,2

a 1,5 2

3. Setiap pengujian dilakukan sampai kriteria umur pahat tercapai.

Dimana kriteria umur pahat ditentukan dari eksperimen 1 sampai 8

dengan nilai keausan pahat (VB) ≤ 0,3

4. Setelah data pada tabel diatas diperoleh, maka akan digunakan metode

factorial design 23 untuk memperoleh kondisi pemotongan optimum

dengan respon variabel VB dan suhu berdasarkan kriteria yang

diinginkan , Optimasi dilakukan dengan menggunakan software design

(8)

BAB IV

HASIL DATA PENELITIAN

4.1 Data Hasil Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan mengenai pengumpulan dan pengolahan data

eksperimen meliputi kenaikan temperatur spesimen,pengujian data,perhitungan

pengaruh faktor dan penentuan level terbaik dari faktor –faktor yang berpengaruh

signifikan terhadap variabel respon dengan menggunakan software desain expert.

Dalam eksperimen ini penulis telah menentukan dengan 2 kondisi pemotongan

menurut metode eksperimen factorial 23 dengan menggunakan 3 faktor utama.

Adapun tiga faktor utama yang dimaksudkan dalam eksperimen ini adalah

kecepatan potong (v) , pemakanan (f) , dan kedalaman potong (a) . sedangkan dua

kondisi yang dimaksudkan penulis yaitu high dan low. Data eksperimen high

(tinggi) dan low (rendah) yang direncanakan berdasarkan pada eksperimen yang

telah dilakukan berdasarkan trial dan error sehingga mendapatkan kondisi

pemotongan yang sesuai dengan eksperimen yang akan dilakukan. Dalam

eksperimen ini telah didapatkan data yang akan digunakan dalam menentukan

Hasil Data eksperimen yaitu data keausan pahat / flank wear (vb) dan temperatur

(T) , panjang lintasan pahat (Lt) dan waktu pemesinan (Tc) yang telah didapatkan

(9)

No.

Tabel 4.1 data keseluruhan

Dari data tabel 4.1 telah terdapat keseluruhan data yang akan digunakan

untuk digunakan pada eksperimen ini. Adapun data panjang lintasan pahat didapat

dari perhitungan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Lt = ��

� � d

Keterangan :

Lt : panjang lintasan pahat (km)

lt : panjang pemesinan (mm)

f : gerak makan (mm/rev)

d : diameter spesimen (mm)

sementara itu pada setiap T1 sampai dengan T8 akan bandingkan pada Lt,VB,dan

Tc dengan menggunakan grafik perbandingan. Dimana tujuan dari grafik

perbandingan ini yaitu agar mengetahui nilai temperatur yang didapatkan, baik

(10)

4.1.1. Run 1

Pada Run 1, parameter yang digunakan pada eksperimen ini adalah v 75

m/min f 0,2 mm/rev a 2 mm (HHH). grafik temperatur terhadap Vb yang

didapatkan pada percobaan Run 1 menunjukkan kenaikan seiring dengan jumlah

pass yang dilakukan seperti terlihat pada gambar 4.1. dan keausan pahat

dilakukan sampai dengan nilai Vb Max = 0,3 mm dan setelah pengukuran

didapatkan suhu tertinggi sebesar 371 C sedangkan Suhu terendah didapatkan

yaitu sebesar 233,3 C. Dan pada pencapaian Vb 0,13 mm terlihat kenaikan suhu

yang sangat signifikan yaitu 371℃.hal ini terjadi karena pada waktu pengujian

suhu ,lilitan geram menutupi ruang tembak daripada sinar laser termometer.

Sehingga temperatur yang didapat akan sangat melonjak jauh. Dan pada saat

pengujian Pass 8 terjadi perubahan Vb yang sangat signifikan atau dimana yang

dimaksud adalah terjadi lompatan Vb yang sangat signifikan yaitu dari 0,14 mm –

0,30 mm , hal ini dikarenakan terjadinya chipping pada pahat uji. Chipping ini

juga menyebabkan terjadinya finishing yang kurang baik pada benda kerja

(spesimen) dan juga secara otomatis akan mengakibatkan temperatur meningkat

(11)

ini, panjang permesinan (lt) yang digunakan pun relatif hampir sama pada setiap

pass nya. Terlihat pada gambar 4.2 grafik perbandingan mengalami penurunan

suhu terhadap Lt.

Gambar 4.1 grafik T vs Vb

0,082 0,084 0,086 0,088 0,090 0,092 0,094 0,096 0,098

(12)

Gambar 4.3 grafik T vs Tc

Sedangkan pada Tc atau yang dimaksud dengan waktu pemesinan terlihat

pada grafik mengalami kenaikan. Dimana suhu tertinggi yaitu sebesar 371℃

didapat pada menit 7,05 sedangkan suhu terendah sebesar 233,3 didapat pada

menit 2,45 seperti yang terlihat pada gambar 4.3.

4.1.2 Run 2

0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00

(13)

Pada Run 2, parameter yang digunakan pada eksperimen ini adalah v 75

m/min f 0,2 mm/rev a 1,5 mm (HHL).pada Run 2 ini sendiripun hanya

digunakan 4 pass. grafik temperatur terhadap Vb yang didapatkan pada percobaan

Run 2 menunjukkan kenaikan seiring dengan jumlah pass yang dilakukan seperti

terlihat pada gambar 4.4. relatif tidak ada penurunan suhu pada setiap Pass nya,

hanya saja pada pass 1 dan pass 2 mengalami kesamaan suhu yaitu sebesar 281

℃.suhu tertingi didapat sebesar 343,6℃ dimana suhu tersebut didapat pada Vb

sebesar 0,26 mm sedangkan pada suhu terendah yaitu 281℃ didapatkan pada Vb

sebesar 0,09 dan 0,14 mm seperti yang terlihat pada gambar 4.4. Sementara pada

penentuan panjang lintasan pahat (Lt),dimana pada pass 1 dan 2 ditentukan

dengan panjang 0,220 km. Sedangkan pada pass ketiga diambil 0,109 km karna

menghindari akan lompatan Vb yang terlalu signifikan dan ternyata seperti terlihat

pada tabel bahwasanya Vb yang didapat pada Pass 3 tidak begitu jauh. Sehingga

pada pass ke 4 dengan tidak memikirkan resiko akan lompatan Vb yang terlalu

jauh maka disimpulkan mengambil panjang lintasan pahat secara penuh yaitu

sebesar 0,212 km . dan seperti yang ada pada gambar terlihat grafik T vs Lt

(14)

Gambar 4.4 grafik T vs Vb

0,000 0,050 0,100 0,150 0,200 0,250

(15)

Gambar 4.6 grafik T vs Tc

Sedangkan pada Tc atau yang dimaksud dengan waktu pemesinan terlihat

pada grafik mengalami kenaikan. Dimana suhu tertinggi yaitu sebesar 343,6 ℃

didapat pada menit 9,87 yaitu pada pass terakhir. sedangkan suhu terendah

sebesar 281 ℃ didapat pada menit 2,92 dan 5,73 yaitu pada pass 1 dan 2 seperti

yang terlihat pada gambar 4.6.

4.1.3 Run 3

Pada Run 3 , parameter yang digunakan pada eksperimen ini adalah v 75

m/min f 0,15 a 2 mm (HLH). Jumlah Pass yang digunakan pada Run 3 ini hanya

(16)

3 pass. grafik temperatur terhadap Vb yang didapatkan pada percobaan Run 3

menunjukkan kenaikan seiring dengan jumlah pass yang dilakukan,walaupun

pada pass kedua ada mengalami sedikit penurunan seperti terlihat pada gambar

4.7.dimana suhu tertinggi sebesar 352 ℃ didapatkan pada Vb sebesar 0,37 mm

sedangkan suhu terendah sebesar 322,3 ℃ didapatkan pada Vb 0,16 mm. pada

Run 3 ini pengambilan Lt cukup besar sehingga mengurangi jumlah pass yang

didapat,terbukti hanya dengan 3 pass saja. Sedangkan grafik temperatur terhadap

Lt mengalami penurunan. Seperti pada gambar 4.8.

(17)

Gambar 4.8 grafik T vs Lt

Gambar 4.9 grafikT vs Tc

320

0,000 0,050 0,100 0,150 0,200 0,250 0,300 0,350

(18)

Sedangkan pada Tc atau yang dimaksud dengan waktu pemesinan terlihat

pada grafik mengalami kenaikan. Dimana suhu tertinggi yaitu sebesar 352 ℃

didapat pada menit 9,60 yaitu pada pass terakhir. sedangkan suhu terendah

sebesar 322,3 ℃ didapat pada menit 7,78 seperti yang terlihat pada gambar 4.9.

4.1.4 Run 4

Pada Run 4 , parameter yang digunakan pada eksperimen ini adalah v 75

m/min f 0,15 mm/rev a 1,5 mm (HLL).dengan jumlah pass sebanyak 5 pass.

grafik temperatur terhadap Vb yang didapatkan pada percobaan Run 4

menunjukkan penurunan seiring dengan jumlah pass yang dilakukan,gambar 4.10.

Dimana temperatur tertinggi didapat pada pass 3 dengan 303,8 ℃ ,temperatur

tersebut berada di saat Vb 0,15 mm. dan temperatur terendah ada pada pass 4

dengan 196,5 ℃ dimana temperatur tersebut pada saat Vb 0,19 mm. Sedangkan

pada Vb tidak ada terlihat kenaikan yang terlalu signifikan walaupun pada pass 4

dan 5 panjang lintasan pahat telah dikurangi agar menghindarkan kenaikan Vb

yang terlalu jauh seperti yang terlihat pada tabel 4.5. dan pada grafik pebandingan

(19)

Gambar 4.10 grafik T vs Vb

0,000 0,050 0,100 0,150 0,200 0,250 0,300

(20)

Gambar 4.12 grafik T vs Tc

Sedangkan pada Tc atau yang dimaksud dengan waktu pemesinan terlihat

pada grafik mengalami penurunan. Dimana suhu tertinggi yaitu sebesar 303,8 ℃

didapat pada menit 10,42 yaitu pada pass terakhir. sedangkan suhu terendah

sebesar 196,5 ℃ didapat pada menit 12,07seperti yang terlihat pada gambar 4.12.

(21)

4.1.5 Data Run 5

Pada Run 5 , parameter yang digunakan pada eksperimen ini adalah v 65

m/min f 0,2 mm/rev a 2 mm (LHH). ). Jumlah Pass yang digunakan pada Run 5

ini hanya 8 pass. grafik temperatur terhadap Vb yang didapatkan pada percobaan

Run 5 menunjukkan kenaikan seiring dengan jumlah pass yang dilakukan,

walaupun pada pass keempat terjadi penurunan suhu yang lumayan jauh seperti

yang ada pada gambar 4.13 .dimana pada Run kelima ini temperatur tertinggi

didapat pada pass terakhir yaitu pass delapan 328,5℃ ,dan didapat disaat Vb

berada pada 0,20 mm. sedangkang temperatur terendah pada pass keempat 235℃

berada pada Vb 0,16 mm. Sedangkan grafik perbandingan T vs Lt mengalami

(22)

Gambar 4.13 grafik T vs Vb

0,000 0,050 0,100 0,150 0,200

(23)

Gambar 4.15 grafik T vs Tc

Sedangkan pada Tc atau yang dimaksud dengan waktu pemesinan terlihat

pada grafik mengalami kenaikan. Dimana suhu tertinggi yaitu sebesar 328,5℃

didapat pada menit 12,38 yaitu pada pass terakhir. sedangkan suhu terendah

sebesar 235℃ didapat pada menit 7,82seperti yang terlihat pada gambar 4.15.

(24)

Pada Run 6 , parameter yang digunakan pada eksperimen ini adalah v 65

m/min f 0,2 mm/rev a 1,5 mm (LHL). Jumlah Pass yang digunakan pada Run 6

ini hanya 9 pass. grafik temperatur terhadap Vb yang didapatkan pada percobaan

Run 6 menunjukkan penurunan seiring dengan jumlah pass yang dilakukan

gambar 4.16. Dimana temperatur tertinggi didapat pada pass 3 dengan 304 ℃

,suhu tersebutpun didapat pada saat Vb 0,16 mm. dan temperatur terendah ada

pada pass 9 dengan 175 ℃ pada saat Vb 0,24 mm atau pass yang terakhir.

Sedangkan grafik perbandingan T vs Lt terlihat mengalami kenaikan seperti yang

ada pada gambar 4.17.

(25)

Gambar 4.17 grafik T vs Lt

0,000 0,050 0,100 0,150 0,200 0,250

(26)

Sedangkan pada Tc atau yang dimaksud dengan waktu pemesinan terlihat

pada grafik mengalami penurunan. Dimana suhu tertinggi yaitu sebesar 304 ℃

didapat pada menit 9,87 . sedangkan suhu terendah sebesar 175 ℃ didapat pada

menit 18,83yaitu pada pass terakhir seperti yang terlihat pada gambar 4.18.

4.1.7 Data Run 7

Pada Run 7 , parameter yang digunakan pada eksperimen ini adalah v 65

m/min f 0,15 mm/rev a 2 mm (LLH). Pada Run 7 ini ada 12 pass yang telah

didapatkan dengan mencapai Vb hingga 0,202. grafik temperatur terhadap Vb

yang didapatkan pada percobaan Run 7 menunjukkan kenaikan seiring dengan

jumlah pass yang dilakukan,walaupun kenaikan nya sangat tipis. dengan suhu

tertinggi ada pada pass kedua dengan 364,4℃,pada saat mengalami Vb sebesar

0,10 mm.sedangkan temperatur terendah ada pada pass 8 dengan suhu 228,2 ℃

dan pada saat berada di Vb 0,19 mm. Dan dari hasil pengujian ada beberapa yang

besar nilai temperatur nya yang sama yaitu pada pass 5 dan 6, juga pada pass 9

(27)

perbandingan T vs Lt terlihat mengalami kenaikan yang juga sangat tipis. Seperti

yang terlihat pada gambar 4.20.

Gambar 4.19 grafik T vs Vb

0,000 0,050 0,100 0,150 0,200 0,250

(28)

Gambar 4.21 grafik T vs Tc

Sedangkan pada Tc atau yang dimaksud dengan waktu pemesinan terlihat

pada grafik mengalami kenaikan. Dimana suhu tertinggi yaitu sebesar 364,4℃,

didapat pada menit 6,52 . sedangkan suhu terendah sebesar 228,2 ℃ didapat

pada menit 17,60 seperti yang terlihat pada gambar 4.21.

(29)

4.1.8 Data Run 8

Pada Run 8 , parameter yang digunakan pada eksperimen ini adalah v 65

m/min f 0,15 mm/rev a 1,5 mm (LLL). Pada Run 8 ini sendiripun telah

didapatkan jumlah pass hingga 16. Dimana diantara kedelepan Run yang telah

didapatkan secara keseluruhan,Run 8 ini lah yang memiliki jumlah pass yang

paling banyak dari yang lainnya. grafik temperatur terhadap Vb yang didapatkan

pada percobaan Run 8 menunjukkan kenaikan seiring dengan jumlah pass yang

dilakukan.seperti pada Run sebelumnya, bahwa run 8 juga mengalami kenaikan

yang sangat tipis seperti yang ada pada gambar 4.22. Dimana nilai temperatur

tertinggi ada pada pass ke16 dengan nilai temperatur 325,3℃ ,pada saat Vb

sebesar 0,311 mm . sedangkan nilai temperatur terendah ada pada pass ke15 yaitu

sebesar 198,8℃ dengan Vb sebesar 0,28 mm. Sedangkan grafik perbandingan T

(30)

Gambar 4.22 grafik T vs Vb

0,000 0,050 0,100 0,150 0,200 0,250

(31)

Gambar 4.24 grafik T vs Tc

Sedangkan pada Tc atau yang dimaksud dengan waktu pemesinan terlihat

pada grafik mengalami kenaikan. Dimana suhu tertinggi yaitu sebesar 325,3℃

didapat pada menit 36,28. sedangkan suhu terendah sebesar 198,8℃ didapat pada

menit 35,48 seperti yang terlihat pada gambar 4.24.

4.2 suhu pemotongan Rata-rata pada 8 kondisi

Maksud dari sub bab ini adalah merata-ratakan suhu pemotongan yang

telah dihasilkan selama penelitan secara keseluruhan. Dimana pada setiap Run

yang telah memiliki jumlah suhu pada setiap pass nya lalu dicoba untuk

dirata-ratakan sebagaimana contoh pada tabel.

(32)

RUN V F A

Tabel 4.10 Data kondisi pemotongan dengan suhu rata-rata

Gambar 4.25 diagram suhu keseluruhan

4.3 Model Matematika Hasil design expert

Pengertian Pemodelan Matematika merupakan salah satu tahap dari

pemecahan masalah matematika. Model merupakan Simplifikasi atau

penyederhanaan fenomena – fenomena nyata dalam bentuk matematika. Model

matematika yang dihasilkan, dapat berupa bentuk persamaan,pertidaksamaan,

sistem persamaan atau lainnya terdiri atas sekumpulan lambang yang disebut

(33)

seperti tambah, kali, kurang, atau bagi. Dengan prinsip-prinsip matematika

tersebut dapat dilihat apakah model yang dihasilkan telah sesuai dengan rumusan

sebagaimana formulasi masalah nyata yang dihadapi.adapun kegunanan dari

pemodelan matematika ini sendiri yaitu Mendapatkan pengertian atau kejelasan

mekanisme dalam masalah,dan juga dapat digunakan untuk memprediksi kejadian

yang akan muncul dari suatu fenomena atau perluasannya.

Namun pada eksperimen ini model matematika yang digunakan

merupakan perbandingan daripada variable temperatur (T) dan variable aus pahat

(Vb) dengan kondisi pemotongan didapatkan dengan menggunakan software

Design Expert dengan penyelesaian factorial. Dengan menggunakan software ini

kita dapat menentukan kondisi pemotongan yang ideal sesuai dengan input data

yang kita masukkan. Software ini kita gunakan untuk menginvestigasi pengaruh

antara 3 parameter input, yaitu kecepatan potong (m/min) , pemakanan (mm/rev)

dan kedalaman potong (mm) terhadap variable respon, yaitu temperatur dan

tingkat keausan pahat .

4.3.1 ANNOVA untuk variable respon temperatur

Hasil data eksprimen dari proses pembubutan dalam skala celcius akan

ditunjukan pada tabel 4.10 . data eksperimen tersebut akan diregresi dan dianalisa

oleh software design expert . hasil analisa dari tabel tersebut akan ditunjukkan

pada tabel 4.11 yang memperlihatkan model temperatur tersebut tidak signifikan

dengan nilai F=7,67 . Dengan catatan nilai p-value (Prob>F) lebih kecil daripada

0,05, maka pemodelan tersebut signifikan. Dikarenakan data yang dihasilkan tidak

(34)

kedalaman potong) sebagai data yang paling mempengaruhi dalam eksperimen.

Sedangkan hubugan antara kecepatan potong dan pemakanan (AB), hubungan

antara kecepatan potong dan kedalaman potong (AC) dan hubungan antara

pemakanan dan kedalaman potong (BC) tidak memberi nilai yang signifikan

terhadap respon temperatur. Dengan hasil analisa data yang dihasilkan oleh

software Design Expert pada tabel maka dapat dikatakan bahwa kondisi

pemotongan yang paling mempengaruhi temperatur adalah kedalaman potong (a)

kemudiaan diikuti oleh kecepatan potong (v), dan pemakanan (f) .

Source Sum of df Mean F p-value

Tabel 4.11 Analysis of variance

Hasil analisis regresi dari software ini menghasilkan persamaan sebagai berikut:

Temp = -1923.55781 + 21.87359v + 4842.31250f + 1016.19792a - 23.06458vf

(35)

4.3.2 ANNOVA untuk variable respon aus pahat

Hasil data eksperimen dari proses pembubutan dalam skala Aus pahat

akan ditunjukkan pada table 4.12. Data eksperimen tersebut akan diregresi dan

dianalisa oleh software design expert. Hasil analisa yang memperlihatkan model

aus pahat tersebut tidak signifikan terhadap eksperimen dengan nilai F = 0,886.

Dengan catatan nilai p-value (Prob>F) lebih kecil daripada 0,05, maka pemodelan

tersebut signifikan. Dikarenakan data yang dihasilkan tidak signifikan maka

diambil nilai yang terendah dari p-value yaitu data A (v kecepatan potong)

sebagai data yang paling mempengaruhi dalam eksperimen. Sedangkan hubugan

antara kecepatan potong dan pemakanan (AB), hubungan antara kecepatan potong

dan kedalaman potong (AC) dan hubungan antara pemakanan dan kedalaman

potong (BC) tidak memberi nilai yang signifikan terhadap respon aus pahat.

Dengan hasil analisa data yang dihasilkan oleh software Design Expert pada tabel

maka dapat dikatakan bahwa kondisi pemotongan yang paling mempengaruhi aus

pahat adalah kecepatan potong (v), kemudiaan diikuti oleh pemakanan (f) dan

(36)

Source Sum of df Mean F p-value

Tabel 4.12 Analysis of variance

Hasil analisis dari soft ware ini menghasilkan persamaan sebagai berikut :

Vb = 4.08925 - 0.055225v - 2.48000f - 2.08400a + 0.037000vf + 0.030900va -

0.38000fa

4.4 Analisa hubungan Kondisi pemotongan

Analisa hubungan kondisi pemotongan adalah merupakan analisa dimana

hasil yang telah didapat dari pada software design expert untuk menunjukkan

bahwa adanya hubungan antara kondisi pemotongan dengan temperatur maupun

aus pahat. Dimana dapat kita lihat hasil dari yang didapat dari pengujian tersebut

dalam bentuk grafik yang dihasilkan oleh design expert .

4.4.1 Analisa hubungan kondisi pemotongan dengan temperatur

Persamaan 4.1 merupakan persamaan model linier dengan nilai F sebesar

7,67 menunjukkan model tersebut tidak memiliki pengaruh yang signifikan

(37)

bahwa penyebaran dari data residual antara data temperatur yang aktual dan

diprediksi menyerupai suatu garis diagonal yang melintang dari sisi kiri menuju

sisi kanan dengan arah yang naik. Agar penyebaran dari nilai residual mendekati

normal,maka dipasangkan garis diagonal pada grafik tersebut. Pada gambar 4.28

Plot pertubation menunjukkan dan membandingkan pengaruh variable kondisi

pemotongan dengan variable temperatur dengan memperhatikan sumbu x – nya ,

yaitu :

1. Temperatur pemotongan menaik seiring dengan bertambanya kecepatan

potong (A)

2. Temperatur pemotongan menurun seiring dengan naiknya pemakanan (B)

3. Temperatur pemotongan naik seiring dengan naiknya kedalaman potong

(C)

Gambar 4.29 mengilustrasikan pengaruh dari 2 faktor yaitu v kecepatan

potong (A) dan f pemakanan (B) dengan nilai kedalaman potong (C) yang

dijaga konstan yaitu 1,75 mm. Dapat dilihat pada grafik yaitu bahwa dengan

kecepatan potong yang tinggi dan pemakanan yang tinggi menghasilkan

(38)

Gambar 4.26 normal plot of residual

Gambar 4.27 grafik perturbation

334.633

Normal Plot of Residuals

(39)

Gambar 4.28 Grafik 3D surface

4.4.2 Analisa hubungan kondisi pemotongan dengan aus pahat

Persamaan 4.2 merupakan persamaan model linier dengan nilai F sebesar

0,886 menunjukkan model tersebut tidak memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap aus pahat. Pada gambar 4.30 Normal Plot of Residual menunjukkan

bahwa penyebaran dari data residual antara data temperatur yang actual dan

diprediksi menyerupai suatu garis diagonal yang melintang dari sisi kiri menuju

sisi kanan dengan arah yang naik. Agar penyebaran dari nilai residual mendekati

normal, maka dipasangkan garis diagonal pada grafik tersebut. Pada gambar 4.31 .

plot pertubation menunjukkan dan membandingkan pengaruh variable kondisi

pemotongan dengan variable aus pahat (Vb) dengan mempehatikan sumbu X –

(40)

1. Aus pahat (Vb) pemotongan naik seiring dengan bertambahnya kecepatan

potong (A)

2. Aus pahat (Vb) pemotongan turun seiring dengan naiknya pemakanan (B)

3. Aus pahat (Vb) pemotongan naik seiring dengan naiknya kedalaman

potong. (C)

Gambar 4.32 mengilustrasikan pengaruh dari 2 faktor yaitu v kecepatan

potong (A) dan f pemakanan (B) dengan nilai kedalaman potong (C) yang dijaga

konstan yaitu 1,75 mm. Dapat dilihat pada grafik yaitu bahwa dengan kecepatan

potong yang tinggi dan pemakanan yang rendah menghasilkan aus pahat (Vb)

yang rendah.

Gambar 4.29 grafik Plot of Residual

0.366

Normal Plot of Residuals

(41)

Gambar 4.30 grafik pertubation

Gambar 4.31 Grafik 3D Surface

(42)

4.5 optimasi kondisi pemotongan

Optimasi kondisi pemotongan ini dilakukan untuk mendapatkan nilai

optimal dari parameter kondisi pemotongan untuk memberikan temperatur dan

keausan pahat yang optimal selama dilakukan pembubutan. Proses optimasi

dilakukan dengan software design expert yang mana data akan tersusun pada tabel

4.12 yang merupakan pembatasan untuk ooptimasi kondisi parameter

pemotongan. Dan tabel 4.13 merupakan tabel untuk hasil optimasi kondisi

pemotongan.

Tabel 4.13 Batas Kondisi optimasi

Tabel 4.13 merupakan tabel batas optimasi yang akan diolah oleh

software Nilai A (v) , B (f) , C (a), dan temperatur yang akan dioptimasi

menghasilkan nilai dalam jangkauan (in range) , sedangkan pada aus pahat (vb)

digunakan minimize sebab semakin kecil nilai aus pahat maka umur pahat akan

(43)

Number v f a temp vb

Tabel 4.14 Hasil Optimasi

Tabel 4.14 merupakan 10 hasil optimasi yang dilakukan oleh software

design expert. Software ini menghasilkan 95 solusi hasil optimasi yang telah

dilakukan, namun 10 yang terbaik yang dapat penulis ambil. Tabel no 1

merupakan tabel yang dipilih oleh software karena merupakan data yang paling

optimal dari semua data yang diolah.

Gambar 4.32 hasil optimasi design expert bentuk bar

(44)

Hasil optimasi yang dilakukan menghasilkan v= 65,26 ; f = 0,196 ; a =

1,92 ; temperatur = 283 ; Vb = 0,2. Ini merupakan kondisi yang paling

optimum pada pemotongan , dengan respon temperatur dan aus pahat (Vb).

Gambar 4.33 Grafik Overlay Plot

Gambar 4.34 merupakan grafik overlay plot yaitu grafik yang

menampilkan hubungan antara temperatur dan aus pahat yang dimodelkan dalam

grafik oleh software design expert. Terlihat bahwa daerah kuning merupakan

daerah solusi yang dihasilkan oleh software design expert.

(45)

4.6 mikro struktur pada CVD TT 8125

Pada penelitian ini pahat yang digunakan yaitu CVD berlapis TT 8125.

Setelah dilakukannya penelitian dan penghitungan optimasi pada sub bab

sebelumnya dan didapat juga hasil tersebut,maka pada sub bab ini akan mencoba

mengkaji struktur lapisan daripada mata pahat yang digunakan pada penelitian ini

yaitu CVD TT 8125. Pada sub bab sebelumnya telah diterangkan bahwasannya

pada pahat ini memiliki ada empat lapisan,dimulai dari lapisan terdalam (dasar)

yaitu WC CO,TiCN,��2�3, dan TiN. Dan masing – masing dari lapisan tersebut

akan coba dipaparkan dengan menggunakan gambar. berikut gambar

mikrostruktur susunan dari CVD TT8125

Sumber: Taegutec

Gambar 4.34 Mikrostruktur CVD TT 8125

Seperti yang terdapat di gambar, bahwasannya lapisan terdasar adalah WC Co

(substrate),lalu pada lapis kedua atau diatas dari lapisan WC Co ada TiCN,lalu

pada lapisan ketiga ada ��2�3 dan lapisan terluar ada TiN. Jika dilihat pada

gambar, lapisan TiN memiliki jumlah lapisan tertipis. Maka dari itu dengan

keterbatasan fasilitas penguji mengasumsikan lapisan Tin dengan panjang 1

(46)

mecoba mengkaji perjalanan suhu pada setiap lapisan / node yaitu TiN

��2 �3 TiCN dengan menggunakan FEM (fenite elemen) secara sederhana.

Adapun rumus yang digunakan pada awal penentuan konduktivitas lokal atau

/node yaitu:

4.6.1 perjalanan suhu pada setiap NODE

Pada sub ini penulis akan mencoba menerjemahkan perjalanan suhu yang

di hasilkan dengan menggunakan Fenite elemen secara sederhana dan akan

diuraikan juga dalam bentuk grafik dan Tabel , akan tetapi penulis tidak

melampirkan hasil dari Run 4 dan 6 dikarenakan terjadinya eror data.:

Run 1

(47)

Setelah didapatkan hasil dari Grafik FEM Run 1,maka penulis mencoba

mengasumsikan perjalanan suhu dari hasil eksperimen terhadap setiap lapisan

pahat CVD TT 8125 . dimana menurut hasil simulasi FEM bahwasannya lapisan

TiN habis pada Pass 1, lalu pada lapisan kedua yaitu AL2O3 habis pada

perjalanan Pass ke 4 , dan TiCN habis pada pass ke 8 atau yang ke terakhir.

Selebihnya dari itu maka sudah bekerja pada lapisan dasar yaitu WC Co atau

substrart. Seperti yang terlihat pada Gambar 4.35 dan 4.36.

(48)

Gambar 4.36 Grafik VB vs TC vs Suhu pada Run 1

Tabel 4.16 Hasil perhitungan Run 2

Pada Run 2 ini jumlah pass ada 4 . maka Setelah didapatkan hasil dari

Grafik FEM Run 2,maka penulis mencoba mengasumsikan perjalanan suhu dari

(49)

hasil simulasi FEM bahwasannya lapisan TiN habis pada Pass 1, lalu pada lapisan

kedua yaitu AL2O3 habis pada Pass ke 2 , dan TiCN habis pada pass ke 4 atau

yang ke terakhir. Selebihnya dari itu maka sudah bekerja pada lapisan dasar yaitu

WC Co atau substrart. Seperti yang terlihat pada Gambar 4.37 dan 4.38.

(50)

Gambar 4.38 Grafik VB vs TC vs Suhu pada Run 2

Tabel 4.17 Hasil perhitungan Run 3

Pada Run 3 ini jumlah pass sangat sedikit,dengan jumlah 3 pass. Setelah

(51)

perjalanan suhu dari hasil eksperimen pada setiap lapisan pahat CVD TT 8125 .

dimana menurut hasil simulasi FEM bahwasannya lapisan TiN habis pada Pass 1,

lalu pada lapisan kedua yaitu AL2O3 habis pada perjalanan Pass ke 2 , dan TiCN

habis pada pass ke 3 atau yang ke terakhir. Selebihnya dari itu maka sudah

bekerja pada lapisan dasar yaitu WC Co atau substrart. Seperti yang terlihat pada

Gambar 4.39 dan 4.40.

(52)

Gambar 4.40 Grafik VB vs TC vs Suhu pada Run 3

Tabel 4.18 Hasil perhitungan Run 5

Pada Run 5 ini jumlah pass ada 8. Setelah didapatkan hasil dari Grafik

(53)

eksperimen pada setiap lapisan pahat CVD TT 8125 . dimana menurut hasil

simulasi FEM bahwasannya lapisan TiN habis pada Pass 2, lalu pada lapisan

kedua yaitu AL2O3 habis pada perjalanan Pass ke 5 , dan TiCN habis pada pass

ke 8 atau yang ke terakhir. Selebihnya dari itu maka sudah bekerja pada lapisan

dasar yaitu WC Co atau substrart. Seperti yang terlihat pada Gambar 4.41 dan

4.42.

(54)

Gambar 4.42 Grafik VB vs TC vs Suhu pada Run 5

(55)

Setelah didapatkan hasil dari Grafik FEM Run 7,maka penulis

mencoba mengasumsikan perjalanan suhu dari hasil eksperimen pada setiap

lapisan pahat CVD TT 8125 . dimana menurut hasil simulasi FEM bahwasannya

lapisan TiN habis pada Pass 3, lalu pada lapisan kedua yaitu AL2O3 habis pada

perjalanan Pass ke 6 , dan TiCN habis pada pass ke 12 atau yang ke terakhir.

Selebihnya dari itu maka sudah bekerja pada lapisan dasar yaitu WC Co atau

substrart. Seperti yang terlihat pada Gambar 4.43 dan 4.44.

(56)
(57)

Run 8

Tabel 4.20 Hasil perhitungan Run 8

Pada Run 8 atau Run yang terakhir ini jumlah Pass yaitu 16. Dimana

jumlah Pass terbanyak diantara keseluruhan Run . Setelah didapatkan hasil dari

Grafik FEM Run 8, maka penulis mencoba mengasumsikan perjalanan suhu dari

hasil eksperimen pada setiap lapisan pahat CVD TT 8125 . dimana menurut hasil

simulasi FEM bahwasannya lapisan TiN habis pada Pass 3, lalu pada lapisan

kedua yaitu AL2O3 habis pada perjalanan Pass ke 8 , dan TiCN habis pada pass

ke 16 atau yang ke terakhir. Selebihnya dari itu maka sudah bekerja pada lapisan

dasar yaitu WC Co atau substrart. Seperti yang terlihat pada Gambar 4.45 dan

(58)

Gambar 4.45 Grafik FEM Run 8

(59)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang didapatkan dari eksperimen ini adalah:

1. Variabel pemotongan yang paling berpengaruh terhadap variable respon

temperatur menurut hasil analisa software design expert yang terdapat

dalam ANNOVA adalah kedalaman potong (a) kemudiaan diikuti oleh

kecepatan potong (v), dan pemakanan (f). Dan variabel pemotongan yang

paling berpengaruh terhadap variabel respon aus pahat menurut software

design expert adalah kecepatan potong (v), kemudiaan diikuti oleh

pemakanan (f) dan kedalaman potong (a) .

2. Software design expert menghasilkan pemodelan matematika daripada

faktor yang dimasukkan yaitu v, f, a dan respon temperatur yang telah

dihasilkan selama eksperimen, yaitu:

Temp = -1923.55781 + 21.87359v + 4842.31250f + 1016.19792a -

23.06458vf - 8.57979va - 1995.95833fa.

Sedangkan pada aus pahat yaitu :

Vb = 4.08925 - 0.055225v - 2.48000f - 2.08400a + 0.037000vf +

0.030900va - 0.38000fa

3. Optimasi Kondisi pemotongan ideal yang didapatkan oleh hasil optimasi

software design expert adalah :

v= 65,26 temperatur = 283

f = 0,196 Vb = 0,2 mm

(60)

4. Menurut hasil simulasi FEM: Lapisan TiN memiliki ketahanan sampai di

Vb 0,14. Sedangkan ��2�3 memiliki ketahanan sampai di Vb 0,18 dan

TiCN memiliki ketahanan sampai di Vb 0,3.

5.2. Saran

Saran yang didapatkan pada eksperimen ini adalah:

1. Pengukuran aus pahat sebaiknya dilakukan di tempat meja ukur yang baik

tanpa ada gangguan, sebab mikroskop dinolite yang digunakan sensitif

terhadap getaran sehingga penggunaan mikroskop menjadi lebih akurat

dan efisien.

2. Sebaiknya pada penelitian selanjutnya menggunakan Mesin CNC yang

mempunyai kualitas yang lebih baik lagi.

3. Lebih berhati-hati dalam pengambilan data agar tidak ada terjadinya eror

data,sebab apabila terdapat eror data sangat tidak mungkin penelitian

Gambar

Gambar 4.16 grafik T vs Vb
Gambar 4.18 grafik T vs Tc
Tabel 4.8 Run 7
Gambar 4.20 grafik T vs Lt
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis data skor kemampuan setiap aspek kecerdasan emosi siswa dari 10 siswa kelompok eksperimen atau kelompok yang mendapatkan layanan bimbingan

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan konstanta persamaan empiris laju kinetika adsorpsi nikel (II) di larutannya dalam air dengan karbon aktif arang tempurung

Keadaan dan situasi dalam pelaksanaan layanan bimbingan kelompok, sangat efektif bagi siswa untuk meningkatkan kemampuan beradaptasi, karena tanpa disadari setiap

Pemegang Saham Utama yang Kuat.. Sebagai bank ketujuh terbesar di Indonesia berdasarkan aset, PermataBank memiliki jaringan distribusi dan pemasaran yang tersebar luas dan

Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampah buah jeruk yang diperoleh dari Pasar Buah Gemah Ripah, Gamping Yogyakarta.. Sebagai sumber

Bentuk hubungan baik di atas dilaksanakan dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang tidak berpihak atau tidak mengarah pada pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah,

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan sampel sebanyak 30 responden dan dilakukan dengan teknik Accidental samplingdengan mengunakan kuesioner

data kerat lintang ( cross section ) : data yang terkumpul pada suatu waktu tertentu untuk memberikan gambaran perkembangan suatu keadaan pada waktu itu... data kualitatif :